Anda di halaman 1dari 23

KRMS ( KABUPATEN ROAD MANAGEMENT SYSTEM )

Sistem Manajemen Jalan Kabupaten

Jumlah provinsi di Indonesia ada 34 provinsi dan 416 kabupaten dari 98 kota di Indonesia.
Setiap provinsi / kabupaten memiliki kebijakan sendiri dalam pengaturan pemeliharaan
jaringan jalan nya. Oleh karena itu diperlukan suatu sistem terpadu yang dapat digunakan
oleh pembina jalan di setiap provinsi / kabupaten dengan mudah. Di Indonesia telah lama
mengenal IRMS, BMS. Salah satu nya yang dipakai sekarang adalah KRMS yang telah
dikembangkan oleh dinas binamarga, KRMS ( Kabupaten Road Management System) ini
secara umum menguraikan tentang hal-hal yang berkaitan dengan pemeliharaan jalan
seperti analisa kondisi dan kekerasan dari perkerasan, analisa kondisi fasilitas penunjang
jalan, analisa lalu lintas yang mempengaruhi suatu ruas jalan.

Umum

Jalan adalah prasarana transportasi darat yang meliputi segala bagian jalan, termasuk
bangunan pelengkap dan perlengkapannya yang diperuntukkan bagi lalu lintas, yang
berada pada permukaan tanah, di atas permukaan tanah, di bawah permukaan tanah
dan/atau air, serta di atas permukaan air, kecuali jalan kereta api, jalan lori, dan jalan kabel.

A. Konsep Pengelolaan Pemeliharaan Jalan


1.1 Umum
Jaringan jalan mempunyai peranan yang strategis dan penting dalam pembangunan, untuk
itu harus dikelola dengan baik agar dapat berfungsi sebagaimana yang diharapkan. Sesuai
dengan karakteristiknya, jaringan jalan selalu cenderung mengalami penurunan kondisi
yang diindikasikan dengan terjadinya kerusakan pada perkerasan jalan. Maka untuk
memperlambat kecepatan penurunan kondisi dan mempertahankan kondisi pada tingkat
yang layak, jaringan jalan tersebut perlu dikelola pemeliharaannya dengan baik agar jalan
tersebut tetap dapat berfungsi sepanjang waktu.
1.2 Pemeliharaan vs Pembangunan
Dengan selesainya pembangunan suatu jaringan jalan, maka kegiatan penyelenggaraan
jalan sekarang telah berubah penekanannya, yaitu dari pekerjaan pembangunan jalan baru
menuju ke pekerjaan pemeliharaan jalan. Jalan yang selesai dibangun dan dioperasikan
akan mengalami penurunan kondisi sesuai dengan bertambahnya umur sehingga pada
suatu saat jalan tersebut tidak berfungsi lagi sehingga mengganggu kelancaran perjalanan.

Beberapa perbedaan diantara pembangunan dan pemeliharaan jalan dapat ditunjukan pada
Tabel A.1. Dibandingkan dengan pembangunan, permasalahan dalam pemeliharaan
jaringan jalan lebih rumit dan kompleks seperti yang dialami oleh berbagai negara (World
Bank, 1988; Schileser and Bull, 1993).

Tabel A.1 – Perbedaan Kegiatan Pembangunan dan Pemeliharaan Jalan

Dibandingkan dengan pembangunan jalan, pekerjaan pemeliharaan jalan bukanlah


pekerjaan yang mudah. Terlebih lagi pada saat kondisi terbatasnya anggaran serta adanya
beberapa kendala teknis, antara lain, beban kendaraan yang cenderung semakin besar,
kondisi cuaca yang kurang bersahabat serta gangguan lalu-lintas pada saat pelaksanaan
pemeliharaan.

Kegiatan pemeliharaan tersebut menyangkut pengelolaan permasalahan yang berkaitan


dengan:
- Penyediaan mutu pelayanan tertentu (delevering a defined quality of service);
- Sumber daya manusia, bahan, dan peralatan (resources of people, materials, and
equipment);
- Kegiatan dan prosedur (activities and procedures);
- Lokasi dari jaringan jalan (location of the network);
- Waktu penanganan (timing of interventions).

1.3 Jenis-jenis Kerusakan


Jenis kerusakan pada perkerasan jalan dapat dikelompokkan atas 2 macam, yaitu:

a. Kerusakan Struktural
Kerusakan struktural adalah kerusakan pada struktur jalan, sebagian atau
keseluruhanya, yang menyebabkan perkerasan jalan tidak lagi mampu mendukung
beban lalu lintas. Untuk itu perlu adanya perkuatan struktur dari perkerasan dengan
cara pemberian pelapisan ulang (overlay) atau perbaikan kembali terhadap lapisan
perkerasan yang ada.

b. Kerusakan Fungsional
Kerusakan fungsional adalah kerusakan pada permukaan jalan yang dapat
menyebabkan terganggunya fungsi jalan tersebut. Kerusakan ini dapat berhubungan
atau tidak dengan kerusakan struktural. Pada kerusakan fungsional, perkerasan jalan
masih mampu menahan beban yg bekerja namun tidak memberikan tingkat
kenyamanan dan keamanan seperti yang diinginkan. Untuk itu lapisan permukaan
perkerasan harus dirawat agar permukaan kembali baik.

Indikasi yang menunjukkan kearah kerusakan jalan, baik kerusakan fungsional dan
kerusakan struktural, dapat bermacam-macam yang dapat dilihat dari bentuk dan proses
terjadinya. Indikasi yang timbul pada permukaan perkerasan dapat mempengaruhi nilai
kekasaran pada perkerasan.

Secara garis besar, kerusakan pada perkerasan beraspal dapat dikelompokkan atas empat
modus kejadian, yaitu (Austorads, 1987): retak, cacat permukaan, deformasi, dan cacat
tepi perkerasan. Untuk masing-masing modus tersebut dapat dibagi lagi kedalam beberapa
jenis kerusakan seperti yang ditunjukan pada Tabel A.2. Untuk lebih rinci tentang jenis-
jenis kerusakan perkerasan lentur akan diuraikan pada buku seri panduan pemeliharaan
jalan kabupaten yang lainnya, yaitu Buku Teknik Pemeliharaan Perkerasan Lentur.
Tabel A.2 – Jenis Kerusakan Perkerasan Beraspal

1.4 Penyebab Kerusakan


Faktor penyebab kerusakan perkerasan jalan dapat dikelompokkan sebagai berikut:

a. Faktor Lalu Lintas


Kerusakan pada konstruksi perkerasan jalan terutama disebabkan oleh lalu lintas.
Faktor lalu lintas tersebut ditentukan antara lain oleh beban kendaraan, distribusi beban
kendaraan pada lebar perkerasan, pengulangan beban lalu lintas dan lain sebagainya.

b. Faktor Non Lalu Lintas


Selain faktor lalu lintas, ada pengaruh lain yang memberikan pengaruh yang besar
dalam kerusakan jalan yang termasuk dalam non lalu lintas. Faktor non lalu lintas
tersebut adalah: bahan perkerasan, pelaksanaan pekerjaan, dan lingkungan (cuaca).

Terjadinya kerusakan akibat faktor-faktor non lalu lintas ini dapat disebabkan oleh:
- Kekuatan tanah dasar dan material perkerasan;
- Pemadatan tanah dasar dan lapis perkerasan;
- Faktor pengembangan dan penyusutan tanah dasar;
- Kedalaman muka air tanah;
- Curah hujan;
- Variasi temperatur sepanjang tahun.

1.5 Fisik Pekerjaan


Berdasarkan bentuk fisik pekerjaan dalam kegiatan pelaksanaannya dapat
dikelompokan menjadi: perawatan, rehabilitasi, penunjangan, dan peningkatan.
Masing-masing jenis kegiatan pemeliharaan tersebut dapat dijelaskan sebagai
berikut:

a. Perawatan Jalan
Perawatan jalan adalah kegiatan merawat serta memperbaiki kerusakan-kerusakan
setempat yang terjadi pada jalan. Kegiatan ini dilaksanakan secara terencana sesuai
dengan kebutuhan agar kondisi pelayanannya dapat dipertahankan dan menurun
secara wajar seperti yang diperhitungkan.

b. Rehabilitasi
Rehabilitasi jalan merupakan kegiatan penanganan terhadap setiap kerusakan yang
tidak diperhitungkan dalam desain, yang berakibat menurunnya kondisi kemantapan
pada bagian/ tempat tertentu dari suatu ruas jalan dengan kondisi pelayanan mantap.
Dengan rehabilitasi, maka penurunan kondisi kemantapan tersebut dapat dikembalikan
pada kondisi kemantapan sesuai rencana yang diperkirakan. Kegiatan ini dilaksanakan
untuk mengatasi kerusakan-kerusakan pada segmen tertentu yang mengakibatkan
penurunan yang tidak wajar pada kemampuan pelayanan jalan pada bagian-bagian
tertentu.

c. Penunjangan Jalan
Penunjangan jalan merupakan kegiatan penanganan untuk dapat meningkatkan
kemampuan pelayanan pada ruas jalan pada kondisi kemampuan pelayanan tidak
mantap atau kritis, agar ruas jalan tersebut tetap dapat berfungsi melayani lalu lintas
dan agar kondisi jalan pada setiap saat tidak semakin menurun. Kegiatan ini merupakan
kegiatan pemeliharaan jalan yang bersifat darurat/ sementara.
d. Peningkatan Jalan
Yang dimaksud dengan peningkatan jalan adalah suatu kegiatan untuk memperbaiki
kondisi jalan yang kemampuannya tidak mantap atau kritis, sampai suatu kondisi
pelayanan yang mantap sesuai dengan umur rencana yang ditetapkan. Kegiatan ini
merupakan kegiatan penanganan jalan yang dapat meningkatkan kemampuan
strukturalnya sesuai dengan umur rencana jalan tersebut.

Sedangkan untuk kondisi pelayanan mantap, tidak mantap, dan kritis didefinisikan sebagai
berikut:

• Kondisi Pelayanan Mantap


Kondisi pelayanan sejak konstruksi masih baru sampai dengan kondisi pelayanan pada
batas kemantapan (atau akhir umur rencana), dengan penurunan nilai kemantapan
wajar seperti yang

• Kondisi Pelayanan Tidak Mantap


Kondisi pelayanan berada diantara batas kemantapan sampai dengan batas kritis.
Termasuk dalam kondisi ini adalah jalan dengan kondisi Rusak (R ) atau Kurang Baik.

• Kondisi Kritis
Kondisi pelayanan dengan nilai kemantapan mulai dari batas kekritisan sampai dengan
tidak terukur lagi, dimana kondisi tersebut menyebabkan kapasitas jalan menurun.
Termasuk dalam kondisi ini adalah jalan dengan kondisi Rusak Berat (RB) atau Buruk.

2.1 Nilai Pekerjaan


Pengelompokan berdasarkan jenis pemeliharaan berdasarkan nilai pekerjaan ini
umumnya dilakukan untuk kegiatan pengelolaan jalan pada tahapan perencanaan
umum dan pemrograman tahunan. Ditinjau dari biaya dan nilai pekerjaan, jenis
pemeliharaan jalan dibedakan atas: pekerjaan berat, pemeliharaan berkala,
pemeliharaan rutin, penyangga, dan pekerjaan darurat. Masing-masing akan diuraikan
sebagai berikut:
a. Pekerjaan Berat (PK)
Pekerjaan ini disebut juga pekerjaan peningkatan dan dilakukan untuk jalan berkondisi
‘rusak/ rusak berat’. Pekerjaan berat ini dimaksudkan untuk meningkatkan jalan ke
arah standar minimum yang sesuai dengan tingkat lalu lintas yang diperkirakan, dan
biasanya merupakan pembangunan kembali perkerasannya. Pekerjaan berat ini dapat
berupa pembangunan baru, peningkatan atau rehabilitasi dengan umur rencana paling
sedikit 10 tahun dengan ketentuan sebagai berikut:

• Pembangunan Baru
Pada umumnya terdiri atas pekerjaan untuk meningkatkan jalan tanah atau jalan
setapak agar dapat dilintasi oleh kendaraan roda 4 sesuai dengan standar
minimalnya. Kondisi jalan yang berat ini, memerlukan biaya yang besar dan
biasanya pekerjaan tanah yang besar pula.

• Pekerjaan Peningkatan
Pekerjaan ini untuk meningkatkan standar pelayanan dari jalan yang ada; baik yang
berupa membuat lapisan menjadi lebih halus, seperti pengaspalan terhadap jalan
yang belum diaspal atau menambah Lapisan Tipis Aspal Beton-Lataston (Hot
Rolled Sheet); atau menambah lapisan struktur lain seperti Lapis Penetrasi
Makadam atau Lapis Aspal Beton (Asphalt Concrete) guna memperkuat struktur
perkerasannya; atau memperlebar lapisan perkerasan yang ada.

• Pekerjaan Rehabilitasi
Pekerjaan ini dilaksanakan bila pekerjaan pemeliharaan yang secara tetap dan
seharusnya dilaksanakan tersebut diabaikan atau pemeliharaan berkala/ pelapisan
ulang terlalu lama ditunda sehingga keadaan lapisan semakin memburuk.

Yang termasuk dalam kategori ini adalah perbaikan terhadap kerusakan lapisan permukaan
seperti lubang-lubang dan kerusakan struktural seperti amblas, asalkan kerusakan tersebut
kurang dari 15-20% dari seluruh perkerasan yang biasanya berkaitan dengan lapisan aus
baru. Pembangunan kembali secara total biasanya diperlukan bila kerusakan struktural
sudah tersebar luas sebagai akibat dari diabaikannya pemeliharaan, atau kekuatan desain
yang tidak sesuai, atau karena umur yang telah terlampau.
b. Pemeliharaan Berkala (MP)
Yaitu pekerjaan perbaikan dengan frekuensi yang direncanakan dalam satu tahun atau
lebih pada suatu lokasi, seperti pengaspalan atau pelapisan ulang permukaan jalan
beraspal berkala dan pengkerikilan ulang jalan kerikil serta pekerjaan drainase.
Pekerjaan ini dilakukan untuk jalan dengan kondisi ‘sedang’.

Termasuk dalam pekerjaan ini adalah persiapan dan pekerjaan perbaikan lain untuk
mempertahankan, agar jalan tetap pada kondisi baik. Apabila pekerjaan pengaspalan
atau pelapisan ulang dilakukan pada suatu segmen, maka seluruh pekerjaan
pemeliharaan, termasuk pekerjaan drainase, dinyatakan sebagai pekerjaan berkala.

c. Pemeliharaan Rutin (MR)


Adalah pekerjaan ringan dan pekerjaan rutin umum, yang dilaksanakan pada jangka
waktu yang teratur dalam setahun. Dikatakan pekerjaan ringan karena pekerjaan ini
tidak membutuhkan alat berat namun pekerjaannya tersebut dilakukan untuk jalan yang
berkondisi ‘baik’ yang tersebar dalam suatu jaringan jalan.

Jenis kegiatan dalam pekerjaan ini antara lain dapat berupa penambalan lapis
permukaan dan pemotongan rumput.

d. Pekerjaan Penyangga (H)


Pekerjaan penyangga ini dilakukan untuk jalan yang berkondisi ‘rusak/ rusak berat’
namun tidak dapat dilakukan kegiatan peningkatan (karena keterbatasan dana). Pada
intinya dari pekerjaan ini adalah menjaga agar jalan tersebut tidak lebih memburuk
atau makin parah sehingga jalan tersebut masih dapat dilalui oleh kendaraan. Dana
yang memadai perlu dicadangkan untuk kegiatan penyangga ini.

e. Pekerjaan Darurat
Pekerjaan ini sangat diperlukan untuk mengatasi jalan yang berkondisi ‘baik’,
‘sedang’, dan ‘rusak’ dimana pada jalan terebut baru saja tertutup untuk lalu lintas
kendaraan roda 4 karena keadaan yang mendadak seperti terjadinya tebing, jembatan
yang roboh atau akibat kecelakaan. Dana untuk kegiatan darurat ini tidak dapat
disiapkan sebelumnya, tetapi sebaiknya perlu dicadangkan dalam jumlah yang sepadan.
2.2 Manajemen Pemeliharaan Jalan

2.2.1 Tujuan
Tujuan dari manajemen pemeliharaan jalan adalah adalah melakukan kegiatan
penyelenggaraan pemeliharaan jalan dengan efisien dan efektif agar kondisi jaringan
jalan tersebut dapat selalu berfungsi dengan baik. Kegiatan pengelolaan tersebut
dilakukan dengan suatu proses untuk mengoptimalkan kinerja pada suatu jaringan
jalan sepanjang waktu. Proses yang dilakukan tersebut terdiri dari beberapa ’tahapan
pengelolaan kegiatan’ yang akan berdampak pada suatu jaringan jalan. Dampak yang
mungkin ditimbulkan dari kegiatan pengelolaan pemeliharaan jalan adalah antara
lain:
- Tingkat pelayanan jalan atau kondisi jalan;
- Pembangunan nasional atau isue-isue yang berkaitan dengan sosial
ekonomi;
- Biaya pengguna jalan;
- Biaya dan tingkat kecelakaan;
- Penurunan kualitias lingkungan;
- Biaya administrasi penyelenggara jalan.

2.2.2 Tahapan Pengelolaan Pemeliharaan Jalan


Secara tradisional, penyelenggara jalan melakukan pengelolaan pemeliharaan jalan
dengan cara menentukan pembiayaan dan pemrograman untuk pekerjaan penanganan
jalan berdasarkan pada riwayat pekerjaan yang mana dana setiap tahunnya
didasarkan pada dana tahun sebelumnya yang dilakukan penyesuaian terhadap
inflasi. Dengan ketentuan ini akan membawa dampak dimana tidak akan dapat
diketahui apakah dana yang tersedia cukup, atau alokasi yang harus dilakukan secara
detail untuk masing-masing kegiatan, untuk menangani kegiatan pemeliharaan secara
keseluruhan jaringan.

Untuk melakukan kegiatan pengelolaan suatu jaringan jalan yang luas dan besar,
pengelolaan pemeliharaan ini tidak dapat hanya didasarkan pada suatu pendekatan
berdasarkan kebutuhan penanganan melainkan juga harus diberdasarkan kinerja dari
perkerasan jalan.
Sampai saat ini, bagi kebanyakan orang, kegiatan pemeliharaan jalan terkesan hanya
pada kegiatan perbaikan kerusakan jalan. Pemahaman ini tidak sepenuhnya benar,
karena kegiatan pemeliharaan adalah relatif kompleks yang menyangkut antara lain:
perencanaan, distribusi sumber daya, jaringan jalan yang tersebar, penyediaan tingkat
pelayanan dan perkuatan perkerasan diperhitungkan. Yang termasuk dalam kondisi
ini adalah jalan dengan kondisi Baik (B) dan Sedang (S).

Pada tahapan awal dalam kegiatan pengelolaan pemeliharaan jalan adalah


dilakukannya kegiatan perencanaan umum untuk mendapatkan kebijakan yang akan
ditentukan untuk pengelolaan pemeliharaan jalan secara menyeluruh. Tahapan
berikutnya adalah pemrograman, yang dilakukan berdasarkan kebijakan yang telah
ditetapkan dalam perencanaan umum dan dilakukan sebelum tahapan persiapan dan
tahapan operasi kegiatan pemeliharaan dilakukan. Setelah tahapan operasional
dilakukan, maka tahapan yang dilakukan berikutnya adalah kembali pada tahapan
programming demikian seterusnya membentuk suatu siklus dimana akan terus
berulang sampai pada saat dimana harus dilakukannya kembali kegiatan perencanaan
umum kembali, setelah dilaluinya untuk suatu periode jangka panjang tertentu.

a. Perencanaan Umum (Planning)


Pada tahapan ini dilakukan ’identifikasi’ kebutuhan pemeliharaan jalan yang ada pada
suatu jaringan secara keseluruhan. Kegiatan ini menyangkut analisis jaringan jalan
(network analisys) secara keseluruhan yang ditujukan untuk memperkirakan kebutuhan
biaya jangka menengah/ jangka panjang, sesuai dengan target yang ditetapkan ataupun
dana yang tersedia dan beberapa skenario ekonomi yang dibuat.

Analisis yang dilakukan tersebut berdasarkan panjang jalan, kelas/ hirarki jalan, lalu
lintas kendaraan, tipe perkerasan dan kondisi fisik lainnya. Kegiatan ini dilakukan
dengan siklus tertentu dan pada umumnya berkisar 3-5 tahun.

b. Pemrograman (Programming)
Pada tahapan ini dilakukan ’kelayakan’ pekerjaan pemeliharaan untuk dilaksanakan
satu tahun kedepan. Pada kegiatan ini ditentukan program tahunan yang disesuaikan
dengan kebutuhan penanganan pada masing-masing ruas, baik berdasarkan biaya yang
telah diperkirakan ataupun berdasarkan biaya yang ditetapkan (dialokasikan).

Analisis yang dilakukan adalah lebih detail untuk ruas peruas yang ada guna
menentukan biaya dan prioritas penanganan sesuai dengan kondisi ruas dan dana yang
tersedia.

Kegiatan pemrograman tahunan ini dilakukan untuk mempersiapkan untuk usulan


pengajuan dana pemeliharaan jalan Kegiatan dilakukan secara rutin tahunnya (tipikal
siklus tahunan).

c. Persiapan Pelaksanaan (Preperation)


Pada tahapan ini disiapkan ’desain’ untuk pekerjaan pemeliharaan yang akan
dilaksanakan satu tahu kedepan. Kegiatan yang dihasilkan adalah perencanaan teknik
secara detail dan persiapan dokumen kontrak/ dokumen tender yang dibutuhkan untuk
pelaksanaan pekerjaan pemeliharaan.

Kegiatan pemeliharaan yang dilakukan didasarkan pada alokasi dana yang telah
disetujui oleh pihak yang berwenang, sehingga dengan demikian pembagian pekerjaan
(paket) dapat dilakukan dengan pertimbangan efektifitas pekerjaan.

Kegiatan persiapan ini dilakukan dengan siklus waktu yang kurang dari satu tahun.
Setelah dokumen tender itu siap, maka dapat segera diserahkan kepada Panitia Tender
untuk dilakukan proses pengadaan kontraktor.

d. Pelaksanaan Kegiatan (Operations)


Tahapan ini merupakan implementasi, operasi dan evaluasi terhadap kegiatan
pemeliharaan yang telah direncanakan sebelumnya. Kegiatan ini meliputi aktifitas
operasi pemeliharaan yang sedang berjalan guna menyelesaikan kontrak pemeliharaan
yang ada.

Pengambil keputusan dalam pengelolaan operasi pekerjaan dilakukan berdasarkan


waktu harian atau mingguan, termasuk penjadwalan untuk pekerjaan yang harus
dilakukan; memonitor penggunaan buruh, peralatan dan bahan; Pencatatan dan
evaluasi pekerjaan yang telah diselesaikan; dan penggunaan informasi-informasi yang
ada ini guna untuk monitoring dan pengendalian. Kegiatan ini dilakukan oleh unsur-
unsur yang terkait dalam organisasi proyek, antara lain seperti: Tim Konsultan
Supervisi, Pengawas Lapangan, dan Mandor Jalan.

3.1 Sistim Pengelolaan Jalan Berbasis Komputer


Dengan adanya kemajuan teknokogi komputer saat ini akan memudahkan kegiatan
pengelolaan jalan. Ada beberapa keuntungan yang dapat diperoleh, yaitu antara lain:
- Meningkatkan kinerja pengelolaan pemeliharaan jalan;
- Memperkuat pengendalian biaya dan kontrak;
- Mempermudah pengelolaan informasi.

Namun dalam penerapannya akan membutuhkan invenstasi biaya yang meliputi biaya-
biaya antar lain:
- Pengumpulan data dan pembaharuan data kondisi terkini;
- Perangkat lunak (software) dan perangkat keras (hardware);
- Pelatihan personil.

Dengan pertimbangan-pertimbangan tersebut, maka untuk jaringan jalan yang relatif


sedikit penggunaan sistim pengelolaan tersebut lebih baik dilakukan secara manual
(tidak berbasis komputer). Sedangkan untuk jaringan jalan yang relatif besar dapat
digunakan sistim dengan berbasis komputer. Penggunaan system yang berbasis
komputer tersebut dapat berupa:
• Sistim Informasi.
Sistim terebut semata-mata dimaksudkan untuk memudahkan pengelolaan
informasi/ pelaporan. Yang termasuk dalam sistem ini adalah Kabupaten Road
Management System (KRMS) yang dikembangkan oleh Bina Marga pada tahun
1998.
4.1 Pelaksanaan Kegiatan Pemeliharaan Jalan
4.1.1 Organisasi Pemeliharaan Jalan
Untuk melaksanakan kegiatan pengelolaan jalan didaerah dibutuhkan suatu
organisasi yang tetap dan bekerja sepanjang tahun. Organisasi tersebut khusus
menangani kegiatan pemeliharaan jalan yang meliputi kegiatan-kegiatan antara lain:
- Melakukan inventarisasi jalan, yaitu mencatat daftar ruas-ruas jalan yang
menjadi tanggung jawab pengelolaannya dan karakteristis dasar tiap seksi dari
jaringan jalan yang ada;
- Melakukan inspeksi lapangan, untuk mengevaluasi jaringan jalan dan
mengukur dan mencatat kondisi yang ada;
- Melakukan penentuan kegiatan pemeliharaan yang dibutuhkan, menganalisa
akibat dan penyebab dari kerusakan yang ada dan menentukan kegiatan
pemeliharaan yang dibutuhkan untuk mencegah kerusakan lebih lanjut;

Perkiraan kebutuhan sumber daya, yaitu memperkirakan kebutuhan biaya untuk


kegiatan pemeliharaan secara keseluruhan dan juga biaya detail untuk masing-
masing ruas jalan.

- Menentukan prioritas penentuan pekerjaan pemeliharaan yang harus


dilakukan mengingat dengan adanya keterbatasan dana yang ada;
- Melakukan penjadwalan kerja dan pelaksanaan kegaitan pemeliharaan,
termasuk didalamnya adalah kegiatan persiapan kontrak yaitu persiapan untuk
dokumen kontrak dan penentuan pemenang kontrak dan pengawasan kegiatan
pemeliharaan jalan;
- Melakukan monitoring, dengan cara melakukan pengecekan mutu,
kemajuan dan efektifitas dari pekerjaan pemeliharaan jalan.

Untuk melaksanakan kegiatan-kegiatan tersebut maka perlu dibentuk suatu susunan


organisasi.

Masing-masing personil didalam organisasi tersebut mempunyai tugas-tugas antara


lain sebagai berikut:
• District Engineer yang berfungsi sebagai Direksi Teknik yang memimpin
organisasi kegiatan pemeliharaan jalan dan bertanggung jawab terhadap seluruh
kegiatan pengelolaan jalan pada tahap pelaksanaan. Tugasnya termasuk juga dalam
memperkirakan biaya keseluruhan yang dibutuhkan dalam pengelolaan pemeliharaan
jalan, penyiapan perkiraan biaya operasioanal pemeliharaan rutin, persiapan kontrak
dan pengelolaan, dan juga termasuk kegiatan inspeksi lapangan.

• Penilik Jalan, mempunyai tanggung jawab terhadap penilikan jalan yang


dimaksudkan dalam rangka pemanfaatan jalan agar tercapai secara maksimal, dan
jalan dapat berperan sebagaimana mestinya. Tugas yang dilaksanakan sebagai penilik
jalan adalah penilikan atas Rumaja, Rumija, dan Ruwasja yang menjadi
wewenangnya. Tugas Penilik Jalan tersebut adalah sbb:
- Mengawasi segala kejadian di Rumaja, Rumija, dan Ruwasja yang dapat
menggangu peranan jalan;
- Menyampaikan usul tindakan turun;
- Menyampaikan laporan hasil pengawasan.

• Staf Administrasi dan Keuangan, mempunyai fungsi untuk mendukung kegiatan


operasional pemeliharaan jalan dalam hal pengadministrasian kegiatan dan keuangan;

• Pengawas Lapangan, dibutuhkan untuk mengawasi kegiatan pekerjaan


pemeliharaan periodik yang dilaksanakan oleh pelaksana lapangan (kontraktor
pelaksana). Personil ini bertanggung jawab untuk memberikan instruksi kepada
pekerja serta monitoring dan pelaporan kemajuan pekerjaan.

• Pelaksana Lapangan, adalah yang bertanggung jawab melaksanakan pekerjaan


pemeliharaan periodik sesuai dengan ketentuan yang berlaku

• Mandor Lapangan, mempunyai fungsi untuk mengkoordinasikan dan pengendalian


kegiatan pemeliharaan rutin yang dilakukan oleh Juru Jalan (pekerja jalan) dan Unit
Pemeliharaan Rutin (UPR). Mandor jalan tersebut bertanggung jawab terhadap
sekelompok ruas jalan yang ada pada satu suatu wilayah;

• Juru Jalan, adalah personil yang ditugaskan untuk melaksanakan kegiatan


pemeliharaan rutin pada ruas-ruas jalan tertentu. Pemeliharaan yang dilakukan
adalah meliputi kegiatan-kegiatan pemeliharaan jalan secara siklus seperti
pemotongan rumput, dan lain-lain.

Unit Pemeliharan Rutin adalah merupakan unit pemeliharaan dengan mobilitas tingi yang
dilengkapai dengan peralatan dan bahan untuk memperbaiki kerusakan permukaan
perkerasan jalan, sepertu lubang dan lain-lain.

5.1 Jalan Kabupaten


Merupakan jalan lokal dalam sistem jaringan jalan primer yang tidak termasuk pada
jalan nasional dan jalan provinsi, yang menghubungkan ibukota kabupaten dengan
ibukota kecamatan, antaribukota kecamatan, ibukota kabupaten dengan pusat kegiatan
lokal, antarpusat kegiatan lokal, serta jalan umum dalam sistem jaringan jalan sekunder
dalam wilayah kabupaten, dan jalan strategis kabupaten. Kewenangan penyelenggaraan
jalan ini dilakukan oleh Pemerintah Kabupaten.

6.1 Pengelolaan Jalan di Kabupaten


A. Penyelenggaraan Jalan di Kabupaten
Wewenang penyelenggaraan umum ada pada pemerintah pusat dan pemerintah daerah,
sedangkan penguasaan atas jalan ada pada negara dan dengan bertujuan agar peran
jalan dalam melayani kegiatan masyarakat dapat tetap terpelihara dan keseimbangan
pembangunan antar wilayah dapat terjaga, maka negara mengadadakan pengaturan
tentang pemberian kewenangan penyelenggaraan jalan. Negara memberikan
wewenang kepada pemerintah propinsi dan pemerintah kabupaten untuk melaksanakan
penyelenggaraan jalan. Pada UU 38/ 2004 tentang jalan juga menyebutkan bahwa
masyarakat berperan serta dalam penyelenggaraan jalan.

Khususnya untuk pemerintah kabupaten, negara memberikan wewenang


penyelenggaraan jalan yang meliputi penyelenggaraan jalan kabupaten dan jalan desa.
Selanjutnya sesuai dengan sistem pemerintahan yang berlaku di Indonesia wewenang
tersebut dilimpahkan kepada instansi yang ditunjuk di daerah.
Wewenang penyelenggaraan jalan tersebut meliputi kegiatan penyelenggaraan jalan
yang meliputi kegiatan-kegiatan yang meliputi seluruh siklus kegiatan dan perwujudan
jalan yang meliputi pengaturan, pembinaan, pembangunan, dan pengawasan jalan.

A. Ketentuan Dasar Jalan di Kabupaten


Jalan mempunyai peran yang sangat strategis dalam bidang sosial, budaya dan juga
hankam (kaitannya dengan inegritas nasional). Hal ini terbukti, khususnya untuk
negara-negara yang sedang berkembang, kenyataannya bahwa hampir 90% angkutan
barang dan orang yang menggunakan prasarana jalan. Khususnya untuk jalan
kabupaten, dimana pada umumnya produksi hasil pertanian, industri kecil dan
perdagangan berada pada jalan-jalan kabupaten, maka jalan kabupaten tersebut
mempunyai peranan yang penting terhadap kemajuan dari area yang dilayaninya.

Sesuai dengan peraturan dan perundang-undangan yang ada, jalan di Indonesia


dikelompokan berdasarkan kelas jalan dan juga atas wewenang pembinaannya. Salah
satu pengelompokkan berdasarkan wewenang pembinaannya adalah jalan kabupaten,
yaitu jalan umum yang pembinaannya dilakukan oleh Pemerintah Kabupaten atau
Instansi yang ditunjuk. Penetapan status Jalan Kabupaten dilakukan dengan
Keputusan Gubernur Propinsi atas usul Pemerintah Kabupaten. Dengan adanya
Undang-undang No. 38 Tahun 2004 tentang Jalan, maka Pemerintah Kabupaten selain
mempunyai wewenang pembinaan jalan kabupaten, dan juga mempunyai wewenang
pembinaan jalan desa.

Sedangkan berdasarkan perkiraan LHR (Lalu lintas Harian Rata-rata) yang melalui
jalan tersebut sesuai dengan umur rencana yang ditetapkan, maka jalan tersebut
diklasifikasikan menjadi beberapa kelas sesuai dengan umur rencana yang ditetapkan,
yaitu: Kelas IIIA, IIIB dan IIIC dengan muatan sumbu terberat (MST) sebesar 8 Ton.
Volume lalu lintas pada kelas jalan tersebut dikelompokkan kedalam volume lalu
lintas rendah, seperti yang ditunjukkan pada Tabel B.3. Namun kadangkala
dimungkinkan terjadi pada jalan tersebut dengan volume lalu lintas normal. Sehingga
dalam metode perencanaannya, baik tebal perkerasan dan juga perencanaan
geometriknya harus disesuaikan dengan keadaan volume lalu lintas yang ada, yaitu
volume lalu lintas rendah(lhr ≤ 1.000 smp) atau volume lalu lintas normal (LHR >
1.000 smp) .

Syarat minimal digunakan bila anggaran tidak mencukupi, pekerjaan layak secara
ekonomis, dan sumber daya mendukung/ memadai.

Tabel B.3 – Klasifikasi Jalan Kabupaten.

Tabel B.4 – Ketentuan Jalan Desa


Sesuai dengan fungsinya, maka jalan kabupaten digunakan untuk melayani angkutan
setempat dengan ciri-ciri lalu lintas jarak pendek, kecepatan rata-rata rendah dan jumlah
jalan masuk tidak dibatasi. Adapun diagram fungsi jalan dapat ditunjukkan pada Gambar
B.5

Gambar B.5 – Diagram Fungsi Jalan Kabupaten


Berdasarkan pembagian kelas jalan tersebut dapat diketahui batasan kendaraan yang dapat
digunakan/ melewati jalan kabupaten. Sesuai dengan UU Lalu lintas No.14 tahun 1992 dan
PP No.43 tahun 1993 tentang lalu lintas, maka batasan umum kendaraan yang dapat
menggunakan jalan kabupaten tersebut dapat ditunjukkan pada Tabel B.6.

Tabel B.6 – Batasan Penggunaan Kendaraan di Jalan Kabupaten

7.1 Kelas Jalan

Guna keperluan pengaturan penggunaan dan kelancaran lalu lintas, jalan dibagi atas
beberapa kelas jalan, yaitu sebagai berikut:

Berdasarkan Penggunaan
Pada penggunaan jalan dan kelancaran lalu lintas dan angkutan jalan, seperti yang diatur
dalam Peraturan Pemerintah No. 43/ 1993 tentang Prasarana dan Lalu lintas Jalan, yaitu:

• Jalan Kelas I
Yaitu jalan arteri yang dapat dilalui kendaraan bermotor termasuk muatan dengan
ukuran lebar tidak melebihi 2.500 milimeter, ukuran panjang tidak melebihi 18.000
milimeter, dan muatan sumbu terberat yang diizinkan lebih besar dari 10 ton;

• Jalan Kelas II
Yaitu jalan arteri yang dapat dilalui kendaraan bermotor termasuk muatan dengan
ukuran lebar tidak melebihi 2.500 milimeter, ukuran panjang tidak melebihi 18.000
milimeter, dan muatan sumbu terberat yang diizinkan 10 ton;

• Jalan Kelas III A


Yaitu jalan arteri atau kolektor yang dapat dilalui kendaraan bermotor termasuk muatan
dengan ukuran lebar tidak melebihi 2.500 milimeter, ukuran panjang tidakmelebihi
18.000 milimeter, dan muatan sumbu terberat yang diizinkan 8 ton;

• Jalan Kelas III B


Yaitu jalan kolektor yang dapat dilalui kendaraan bermotor termasuk muatan dengan
ukuran lebar tidak melebihi 2.500 milimeter, ukuran panjang tidak melebihi 12.000
milimeter, dan muatan sumbu terberat yang diizinkan 8 ton;

• Jalan Kelas III C


Yaitu jalan lokal yang dapat dilalui kendaraan bermotor termasuk muatan dengan
ukuran lebar tidak melebihi 2.100 milimeter, ukuran panjang tidak melebihi 9.000
milimeter, dan muatan sumbu terberat yang diizinkan 8 ton.
Gambar B.1 – Komposisi Panjang Jalan di Indonesia Berdasarkan Statusnya
Berdasarkan gambaran tersebut, dapat dipahami bahwa pemerintah kabupaten/ kota
mempunyai tanggung jawab yang besar dalam penyelenggaraan jalan sesuai dengan
kewenangannya dan jaringan jalan tersebut mempunyai potensi yang cukup besar dalam
pembangunan di Indonesia. Untuk itu diperlukan perhatian yang lebih baik dalam upaya
pembinaan jalan yang mantap di Indonesia.
Gambar B.2 – Tipikal Penampang Jalan Beraspal

Gambar B.3 – Tipikal Penampang Jalan Tidak Beraspal


Gambar B.4 – Bagian-bagian Jalan

Anda mungkin juga menyukai