Anda di halaman 1dari 2

Stunting: Masalah Kita Bersama

Mungkin bagi sebagian besar masyarakat belum pernah mendengar istilah stunting, atau pernah
mendengar tetapi belum memahaminya. Stunting adalah kondisi gagal tumbuh pada anak yang
disebabkan masalah gizi kurang dalam jangka waktu yang lama, sehingga tinggi badan anak lebih pendek
serta tubuhnya tidak bertumbuh dan berkembang dengan baik sesuai usianya.

Masalah yang terjadi akibat stunting bukan hanya sekedar tubuh yang pendek saja. Dari segi
kesehatan, stunting dapat menimbulkan komplikasi jangka pendek dan jangka panjang, antara lain
adalah perkembangan fisik anak, gangguan kecerdasan, gangguan perilaku, kualitas kesehatan yang
rendah, dan risiko penyakit tidak menular (PTM) saat dewasa, seperti diabetes mellitus dan penyakit
jantung. Dari segi sosio-ekonomi, stunting memberikan dampak berkurangnya kualitas sumber daya
manusia dan produktivitas individu hingga risiko tingkat kemiskinan yang tinggi. Hal tersebut dalam
jangka panjang dapat mengancam kesejahteraan dan ketahanan nasional.

Kondisi tubuh anak yang pendek seringkali dianggap sebagai faktor keturunan (genetik) dari
kedua orang tuanya, oleh karena kesalahpahaman tersebut dapat menyebabkan orang tua ke dalam
sikap pasif, yaitu hanya menerima kondisi yang ada dan tidak melakukan pencegahan. Padahal,
keturunan merupakan faktor risiko kejadian stunting yang paling kecil pengaruhnya, bahkan beberapa
penelitian menyebutkan bahwa tidak ada hubungan tinggi badan orang tua dengan kejadian stunting
pada balita.

Stunting disebabkan oleh berbagai faktor, terutama pada 1000 Hari Pertama Kehidupan (HPK),
yaitu sejak bayi dalam kandungan hingga anak berusia 2 tahun. Status gizi ibu saat hamil, kondisi anemia
pada ibu hamil, asupan gizi ibu saat hamil, pertumbuhan janin yang terhambat, dan berat badan bayi
lahir rendah (BBLR) meningkatkan risiko terjadinya stunting. Selain itu juga asupan gizi bayi dan anak
yang kurang, baik secara kuantitas dana tau kualitas menjadi penyebab utama stunting. Penyebab lain
adalah adanya infeksi penyakit, sanitasi lingkungan yang buruk, sehingga menyebabkan gangguan
penyerapan nutrisi dan gangguan sistem imun, yang pada akhirnya mengakibatkan stunting. Hal yang
tidak dapat dipungkiri adalah kondisi sosial-ekonomi yang rendah, pengabaian pengasuhan anak,
kurangnya pengetahuan dan pendidikan orang tua juga turut berkontribusi pada kejadian stunting.

Prevalensi stunting di Indonesia menurut Studi Status Gizi Indonesia (SSGI) Kementerian
Kesehatan, prevalensi balita stunting sebesar 24,4% pada tahun 2021. Sementara prevalensi stunting di
Jawa Tengah sebesar 20,9% dan Kota Semarang mencapai 21,3%. Angka ini menjadi kekhawatiran kita
bersama, mengingat sumber daya paling berharga bagi suatu negara adalah sumber daya manusia
(SDM) yang berkualitas. Oleh karena itu, upaya pencegahan stunting ini perlu ditangani secara serius
secara multisektoral. Sedangkan, bagi ibu balita diharapkan dapat melakukan deteksi dini secara mandiri
dengan rutin memantau pertumbuhan dan perkembangan anaknya di Posyandu.
Referensi :

https://semarangkota.go.id/p/3696/STUNTING_DICEGAH,_MASA_DEPAN_ANAK_KIAN_CERAH

http://p2ptm.kemkes.go.id/kegiatan-p2ptm/subdit-penyakit-diabetes-melitus-dan-gangguan-
metabolik/cegah-stunting-dengan-perbaikan-pola-makan-pola-asuh-dan-sanitasi

Anda mungkin juga menyukai