i
DAFTAR ISI
ii
4. Rangkaian seri RLC ................................................................ 25
B. Manfaat.................................................................................. 32
iii
BAB I
PENDAHULUAN
Kebutuhan manusia akan energi banyak ditopang oleh energi listrik. Hal ini
dapat dilihat dari kegiatan sehari-hari yang banyak menggunakan tenaga listrik,
seperti lampu, alat-alat rumah tangga dari elektronik serta mesin-mesin di pabrik.
Listrik dihasilkan dari sumber energi listrik atau pembangkit energi listrik yang
lazim disebut generator. Dari sumbernya, energi listrik disalurkan atau
ditransisikan kepada konsumen, menggunakan kawat penghantar atau kawat
transisi yang panjangnya biasanya mencapai ratusan kilometer.
Ditinjau dari sifat alirannya listrik dibedakan antara listrik arus searah dan
arus bolak-balik. Arus searah (Direct Current) atau DC adalah arus dan tegangan
listriknya selalu mempunyai nilai tetap dan tidak berubah terhadap waktu. Arus
bolak-balik (Alternating Current) atau AC merupakan arus dengan tegangan yang
berubah tanda secara berulang. Listrik PLN menggunakan arus bolak-balik
berbentuk gelombang sinusoidal.
Isyarat yang diproses dalam elektronika banyak berupa arus bolak-balik
dengan berbagai bentuk gelombang. Akan tetapi bentuk gelombang yang dasar
adalah bentuk sinusoidal. Oleh karena itu menurut dalil fourier hampir semua
bentuk gelombang dapat diuraikan dalam bentuk deret fourier menggunakan
bentuk gelombang sinusoidal. Ada beberapa cara dalam membahas arus bolak-
balik. Yang paling umum adalah metode fungsi eksponensial kompleks. Dengan
cara ini aturan yang digunakan pada arus searah akan berlaku, asalkan digunakan
fasor kompleks. Cara kompleks ini biasanya digunakan pada rangkaian RLC seri
dan paralel dengan tekanan pada pengertian faktor kualitas (Q).
1
1.2 Rumusan Masalah
2
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 TEORITIS
3
sintAtau msint
Keterangan :
m = NBA= gaya gerak listrik maksimum
N = jumlah lilitan kumparan
A = luas kumparan
B = besarnya induksi magnetic
frekuensi sudut putaran kumparan
t = variabel waku
Jenis-jenis beban listrik rangkaian dalam rangkaian AC adalah rangkaian resistor
(R), rangkaian induktor (L) dan rangkaian kapasitor (C). Pada arus AC diukur
dengan amperemeter AC, besaran yang terukur merupakan nilai rms (root mean
square) atau nilai aefektif dari arus, untuk melihat bentuk arus. Untuk melihat
bentuk arus sinusoidal yang dihasilkan oleh sumber bolak-balik,dapat digunakan
osiloskop4. Monitor sebuah osiloskop terbagi-bagi menjadi baris-baris dan
kolom-kolom sehingga membentuk sebuah kotak pada Gambar 2.2 :
Dari gambar di atas sumbu vertikal menunjukan nilai tegangan atau arus yang
dihasilkan oleh sumber bolak-balik dan sumbu horizontal menunjukan waktu.
1. Tegangan Bolak-Balik
Generator listrik menghasilkan tegangan berbentuk sinusoidal. Tegangan
4
Osiloskop adalah alat ukur elektronika yang berfungsi memproyeksikan bentuk sinyal listrik agar dapat
dilihat dan dipelajari.
4
yang dihasilkan oleh generator ini dapat dinyatakan sebagai :
V = Vmaks sin 2ft atau V = Vmaks sint,
dengan Vmaks disebut tegangan puncak atau tegangan maksimum, f menyatakan
frekuensi, yaitu banyaknya getaran yang tejadi per sekon, = 2f merupakan
frekuensi sudut, sedangkan t adalah variabel waktunya.
Jadi, tegangan V berosilasi antara + Vmaks dan - Vmaks, nilainya tidak konstan
menunjuk nilai tertentu seperti tegangan listrik searah. Selain tegangan puncak,
dikenal pula istilah puncak-ke-puncak atau peak-to-peak dengan simbol Vpp
dimana Vpp= 2 Vmaks.
Pada pengukuran tegangan menggunakan osiloskop, bentuk tegangan DC
dan AC ditunjukkan pada Gambar 2.3
Gambar 2.3 Tampilan tegangan listrik pada layar osiloskop. (a) Tampilan tegangan DC. (b) Tampilan tegangan AC.
2. Arus Bolak-Balik
Berdasarkan hukum Ohm, jika pada hambatan R terdapat tegangan V maka
arus I yang mengalir adalah
I = V I R = (Vmaks sin t)/ R = (Vmaks / R) sin t
atau
5
I = Imaks sin t
dengan Imaks = Vmaks/ R disebut arus puncak atau arus maksimum.
Arus dianggap positif jika elektron-elektron mengalir ke satu arah tertentu
dan negatif jika mengalir ke arah berlawanan. Jadi, arus bolak-balik dapat
bernilai positif dan negatif. Artinya, arus rata-ratanya sama dengan nol. Namun,
hal ini bukan berarti tidak ada kalor yang dihasilkan pada hambatan.
3. Daya Rata-Rata
Daya sesaat P yang diberikan pada hambatan R adalah P = VI = I2R = I2maksR
sin2t sehingga nilainya selalu positif. Nilai sin2 t bervariasi antara 0 dan 1
sehingga rata-rata nya bernilai ½. Dengan demikian, daya rata-rata 𝑃̅ yang
dihasilkan adalah
1 2
𝑃̅ = I maksR.
2
6
Gambar 2.4 Daya yang diberikan resistor pada rangkaian listrik AC
Akar kuadrat dari kedua besaran di atas disebut nilai rms (root mean square) atau
akar kuadrat rata-rata dari arus dan tegangan. Nilai rms juga disebut nilai efektif.
Nilai rms dari arus bolak-balik adalah
1 𝐼𝑚𝑎𝑘𝑠
Irms = √𝐼̅2 = √2 𝐼𝑚𝑎𝑘𝑠
2
atau Irms =
√2
7
1 𝑉𝑚𝑎𝑘𝑠
Vrms = √̅̅
𝑉̅̅2 = √2 𝑉𝑚𝑎𝑘𝑠
2
atau Vmaks =
√2
Berdasarkan dua persamaan di atas, diperoleh Imaks = √2Irms dan Vmaks = √2Vrms.
Subtitusi nilai Imaks dan Vmaks kedua persamaan yang ada pada subbab daya rata-
rata menghasilkan.
𝑉2
𝑃̅ = I2rmsR dan 𝑃̅ = 𝑟𝑚𝑠 .
𝑅
Artinya, arus searah yang nilai arus I dan tegangan V-nya sama dengan nilai Irms
dan Vrms arus bolak-balik akan menghasilkan arus yang sama.
Sebagian besar alat ukur arus (amperemeter) dan alat ukur tegangan
(voltmeter) didesain untuk mengukur nilai rms, bukan nilai maksimumnya.
Sebagai contoh, sumber tegangan PLN adalah 220 V. Artinya, Vmaks = 220 V
sedangkan tegangan puncaknya sebesar Vmaks = √2 Vrms= 310 V.
Contoh 2.1
Sebuah pengering rambut (hair dryer) memiliki daya 1.000 ⩖. (a) Hitunglah
hambatan dan arus maksimum yang digunakan jika alat itu dihubungkan ke
sumber tegangan AC 120 V. (b) Apa yang terjadi jika alat itu dihubungkan ke
sumber tegangan AC 220 V?
Penyelesaian
(a) Nilai rms dari arus listriknya adalah
𝑃̅ 1.000 ⩖
Irms = 𝑉 = = 8,3 A.
𝑟𝑚𝑠 120 𝑉
Dengan demikian,
Imaks = √2 Irms = (8,3 A) √2 = 11,7 A.
Dengan menggunakan hukum Ohm, diperoleh
𝑉 (120 𝑉)√2
R = 𝐼𝑟𝑚𝑠 = = 14,5
𝑟𝑚𝑠 8,3 𝐴
b) Jika pengering rambut dihubungkan dengan tegangan 220 V, arus yang
mengalir lebih besar dan nilai hambatan R mungkin berubah karena
suhunya naik. Namun, jika hambatannya dianggap tetap, diperoleh
8
𝑉 2 (120 𝑉)
𝑃̅ = 𝑟𝑚𝑠 = 14,5 𝛺 = 3.337,9 ⩖.
𝑅
Nilai 𝑃̅ menjadi jauh lebih besar sehingga dapat melelehkan elemen pemanas
atau motornya.
5. Diagram Fasor
Tegangan dan arus sinusoidal dapat dinyatakan dalam diagram fasor, yaitu
diagram berisi vektor yang berotasi. Dalam diagram fasor, nilai sesaat dari
besaran yang berubah secara sinusoidal terhadap waktu dinyatakan oleh proyeksi
pada sumbu horizontal dari sebuah vektor yang panjangnya sama dengan
amplitudo besaran tersebut. Vektor ini berotasi berlawanan arah dengan putaran
jarum jam dengan laju sudut konstan.
Fasor bukanlah besaran vektor nyata seperti kecepatan, momentum, atau
medan magnet, melainkan bentk geometris untuk menjelaskan dan menganalisis
besaran fisika yang berubah secara sinusoidal terhadap waktu.
Gambar 2.5 Diagram fasor arus sinusoidal I. pada saat t, sudut yang ditempuh fasor sebesar t
Gambar 2.5 Memperlihatkan diagram fasor untuk arus sinusoidal. Proyeksi fasor
pada sumbu horizontal pada saat t adalah Imaks cos t. Itulah sebabnya fungsi
periodik yang dipilih dalam hal ini adalah fungsi cosinus bukan sinus.
Dalam rangkaian listrik, sumber listrik AC biasanya dinyatakan dengan
9
Dengan cara yang sama seperti pada tegangan sinusoidal, arus sinusoidal dapat
juga dinyatakan dengan
I = Imaks cos t,
Dengan I dan Imaks berturut-turut menyatakan arus sesaat dan arus maksimum
(amplitudo arus).
10
Gambar 2.6 (a) Skema resistor R yang terangkai dengan sumber tegangan bolak-balik. (b) Grafik arus sesaat dan
tegangan sesaat pada resistor. (c) Diagram fasor : tegangan sefase dengan arus
11
Berdasarkan grafik terlihat bahwa tegangan dan arus berada pada keadaan
sefase artinya mencapai nilai maksimum pada saat yang sama. Sebuah
resistor dihubungkan dengan sumber tegangan bolak-balik, besarnya
tegangan pada resistor sama dengan tegangan sumber. Di bawah ini
merupakan rumus tegangan resistor dan arus yang mengalir melalui resistor.
Contoh 2.2
Sebuah pengering rambut yang dihubungkan dengan tegangan rms 120 V
memiliki daya rata-rata 1.500 watt. Dengan menganggap pengering itu
merupakan rangkaian hambatan murni, hitunglah (a) hambatan rangkaian, (b)
arus rms, dan (c) daya sesaat maksimumnya!
Penyelesaian
(a) Pengering rambut dianggap hambatan (resistor) murni sehingga hambatan
rangkaiannya
2
𝑉𝑟𝑚𝑠 (120 𝑉)2
R= = = 9,6 Ω
𝑃 1.500 ⩖
12
2. Induktor dalam Rangkaian Arus Bolak-Balik
Gambar 2.7 (a) Skema induktor L yang terangkai dengan sumber tegangan bolak-balik. (b) Grafik arus sesaat dan
tegangan sesaat pada induktor. (c) Diagram fasor : tegangan mendahului 90°.
Berdasarkan grafik terlihat bahwa besar tegangan pada induktor adalah nol saat
arus induktornya maksimum, begitupun sebaliknya. Artinya tegangan pada
13
induktor mencapai nilai maksimum lebih cepat seperempat periode daripada saat
arus mencapai maksimumnya. Rumus tegangan dan arus yang mengalir pada
induktor seperti berikut :
Contoh 2.3
Inductor beriduktansi L = 40 mH terhubung ke sumber listrik AC dengan
tegangan maksimum Vmaks = 120 V. Hitunglah reaktansi innduktif dan kuat arus
maksimum jika frekuensi : (a) 60 Hz dan (b) 2.000 Hz!
Penyelesaian
(a) Reaktansi induktif pada frekuensi f = 60 Hz adalah
XL = 𝜔𝐿 = 2fL = (2 (60 Hz) ((40 x 10-3 H) = 15,1 Ω .
Arus maksimumnya dapat dihitung menggunakan persamaan
𝑉 120 𝑉
Imaks = 𝑋𝑚 = 15,1 𝛺 = 7,95 A.
𝐿
(b) Dengan cara yang sama untuk frekuensi 2.000 Hz diperoleh nilai
XL = 503 Ω dan Imaks = 0,239 A.
14
3. Kapasitor dalam Rangkaian Arus Bolak-Balik
Gambar 2.8 (a) Skema kapasitor dengan kapasitansi C yang terangkai dengan sumber tegangan bolak-balik. (b)
Grafik arus sesaat dan tegangan sesaat pada kapasitor. (c) Diagram fasor : tegangan tertinggal 90° terhadap arus.
15
Contoh 5.4
Sebuah kapasitor 8 F ujung-ujungnya dihubungkan dengan generator AC
ytang menghasilkan Vrms sebesar 150 V pada frekuensi 60 Hz. Hitunglah
reaktansi kapasitif dan arus rms dalam rangkaian!
Penyelesaian
1
Reaktansi kapasitif dapat dihitung dengan menggunakan persamaan X C = 𝜔𝐶
16
kapasitif) berubah terhadap frekuensi sudut. Hambatan R tidak bergantung pada
frekuensi sudut, sedangkan reaktansi induktif XL dan XC bergantung pada
frekuensi sudut.
Jika yang bersesuaian dengan rangkaian arus searah, tidak ada arus
yang mengalir melalui kapasitor sebab Xc→∞ dan tidak ada efek induksi sebab XL
= 0. Ketika →∞. XL juga mendekati tak hingga dan arus yang melalui induktor
menjadi sangat kecil.
5. Fase Tegangan Terhadap Arus pada Rangkaian Murni
Tabel 2.1 menunjukkan fase tegangan terhadap arus pada rangkaian AC
yang hanya berisi resistor saja, induktor saja, atau kapasitor.
Tabel 2.1 Elemen R, L, dan C dalam Rangkaian Murni Arus Bolak-Balik
6. Impedansi
Hukum Ohm memang dapat diterapkan secara langsung pada resistor
baik pada rangkaian DC maupun AC. Namun, untuk rangkaian AC, hubungan
antara arus dan tegangan dimodifikasi menjadi
𝑉
I=𝑍
dimana I dan V merupakan nilai-nilai rms atau efektif pada rangkaian. Besaran Z
disebut impedansi yang merupakan gabungan antara hambatan (resistansi) dan
reaktansi. Impedansi rangkaian dapat dianalisis menggunakan fasor.
Untuk rangkaian resistor murni, impedansi rangkaian sama dengan nilai
resistansinya, Z = R (karena reaktansinya nol). Untuk rangkaian induktor murni,
impedansi rangkaian sama dengan nilai reaktansi induktifnya, Z = XL. Untuk
rangkaian kapasitor murni, impedansi rangkaian sama dengan nilai reaktansi
17
kapasitifnya, Z = XC.
Masing masing elemen itu jika di aliri arus sesaat I dengan nilai maksimum Imaks
akan memiliki tegangan sesaat V dan tegangan maksimum Vmaks. daya sesaat P
pada elemen rangkaian AC tersebut adalah
P=VI
Kita akan membahas daya sesaat untuk elemen listrik berupa resistor
atau hambatan murni R, induktor murni L, dan kapasitor C. Kita gunakan
hubungan I =Imaks cos 𝜔t. Jika elemen listrik itu berupa hambatan murni R, maka
V = V yang sefase dengan I. Nilai VI selalu positif, sebab V dan I keduanya sama
tanda nya, sama- sama positif atau sama -sama negatif. Untuk perangkat AC
dengan hambatan murni R, daya rata-ratanya, didefinisikan sebagai
𝑃̅ = ½VI
Daya rata-rata teresebut dapat juga dinyatakan dengan P rata-rata = (Vmaks/√2 )
(Imaks/√2 )atau
𝑃̅ = VrmsIrms
Daya rata-rata dapat juga dinyatakan dengan salah satu dari ungkapan
berikut
𝑃̅ = Irms2 R = Vrms2/R
Jika elemen listrik itu berupa induktor murni dengan induktansi L, maka
tegangan V=VL mendahului arus I sebesar 90°. Dayanya bernilai positif selama
setengah siklus dan bernilai negatif selama setengah siklus berikutnya sehingga
daya rata-rata untuk rangkaian induktor murni bernilai nol. Jika elemen listrik
itu berupa kapasitor dengan kapasitansi C,tegangan V = VC tertinggi 90° terhadap
arus I. Daya rata-rata pada rangkaian arus kapasitor murni ini juga bernilai nol.
Untuk sembarang rangkaian AC dengan sembarang kombinasi
18
hambatan,induktor,dan kapasitor di mana pada ujung-ujung rangkaian itu
mempunyai tegangan seaat V yang mempunyai beda fase terhadap arus I, daya
sesaatnya adalah
P = VI = (Vmaks cos(ωt + Imaks cosωt)
Daya rata-ratanya dihitung dengan persamaan
𝑃̅ = ½ Vmaks Imaks cos Vrms Irms cos
Faktor cos pada persamaan di atas disebut faktor daya dari rangkaian.
Untuk rangkaian hambatan murni : = 0° dan 𝑃̅ = VrmsIrms. Untuk rangkaian
induktor murni: = 90° dan 𝑃̅ = 0. Untuk inductor murni : = - 90° dan 𝑃̅ = 0.
1.RANGKAIAN SERI RL
Gambar 2.10 (a) Skema rangkaian seri RL dan (b) diagram fasornya.
19
Gambar 2.10 (a) menunjukan skema hambatan R dan induktor dan
induktansi L yang di susun secara seri ,kemudian ujung-ujungya di hubungkan
dengan sumber listrik AC, dengan tegangan V. Arus yang mengalir pada
hambatan dan induktor dalam rangkaian itu sama besar karna tidak
terjadipembagian arus.
Tegangan pada ujung-ujung hambatan adalah Vr,sedangkan tegangan pada
ujung-ujung induktor adalah VL.Pada diagram fasor,sebagai acuan arus Imaks Pada
sumbu mendatar,sedangkan VR sefase dengan arus sehingga segaris dengan Imaks
Pada sumbu mendatar,sedangkan VL yang mendahului arus sebesar 90° di
gambarkan pada sumbu tegak.
Tegangan pada sumber listrik AC,yaitu V, sama dengan jumlah fasor VR dan
VL. Sesuai aturan penjumlahan vektor, dalam hal ini berlaku V2 = VR2 + VL2 atau
V = √𝑉𝑅2 + 𝑉𝐿2
Berdasarkan hubungan VR = IR dan VL = IXL, diperoleh
Besaran √𝑅2 + 𝑋𝐿2 disebut impedansi rangkaian seri RL, biasanya diberi
symbol Z. Jadi,
Z = √𝑅2 + 𝑋𝐿2
Dalam SI, satuan impedansi adalah ohm. Untuk tegangan Vtetap,semakin
besar impedansinya,semakin kecil kuat arusnya.impedansi menunjukan ukuran
hambatan di dalam rangkaian.dengan demikian,tegangan pada rangkaian dapat
juga dinyatakan sebagai
V = IZ.
Diagram fasor pada gambar 2.10 (b) menunjukan tegangan V mendahului arus I
sejauhsudut fase fase dari V sebesar . Berdasarkan diagram fasor tersebut,
diperoleh
𝑉 𝐼𝑋𝐿 𝑋
tan 𝑉𝐿 = atau tan 𝑅𝐿
𝑅 𝐼𝑅
Contoh 2.5
20
Sebuah indikator dengan induktansi L = 5 H dipasang seri dengan hambatan R =
100 . Selanjutnya, ujung-ujungnya dihubungkan dengan sumber tegangan AC
220 V yang berfrekuensi 50 Hz. (a) Berapakah arus yang mengalir pada
rangkaian? (b) Berapakah sudut fase antara tegangan dan arus?
Penyelesaian
(a)Reaktansi induktifnya :
XL = L = 2fL = (2z) (5 H) = 1,57 × 103
Impedansi rangkaiannyan :
(b)Sudut fase antara tegangan dan arus diperoleh dengan cara berikut
𝑋 1,57 ×103 𝛺
tan 𝑅𝐿 arctan (15,7) = 86,4°.
100 𝛺
2.Rangkaian Seri RC
21
berlawanan arah dengan putaran fasor.ingat,putaran fasor berlawanan arah
dengan arah putaran arah jarum jam. Tegangan pada sumber listrik AC, yaitu V
sama dengan jumlah fasor Vr dan Vc (dijumlahkan dengan aturan penjumlahan
vektor ).
Berdasarkan diagram fasor pada Gambar 2.11 (b), diperoleh V2=Vr2+Vc2 atau
V = √𝑉𝑅2 + 𝑉𝐶2
Berdasarkan hubungan VR = IR dan VC = IXC, pernyataan di atas dapat juga
dinyatakan dengan
V = I √𝑅2 + 𝑋𝐶2
Z = √𝑅2 + 𝑋𝐶2
Sebagaimana diuraikan selumnya,impedansi menunjukan ukuran hambatan
pada rangkaian. Dengan demikian, tegangan pada rangkaian seri RC dapat juga
dinyatakan sebagai V=IZ, dengan Z menunjukan impedansi rangkain seri RC
tersebut.
Diagram fasor pada gambar menujukan V tertinggal oleh I dengan sudut
fase sebesar atau I mendahului V sebesar sudut fase . Berdasarkan diagram
fasor tersebut, diperoleh tan = VC/VR. Dengan VC = IXC dan VR = IR, diperoleh
tan ϕ = IXC / IR atau
𝑋𝐶
tan ϕ = 𝑅
Sudut fase antara V dan I pada rangkaian RC terlatak dikuadrat keempat diukur
dari arah fasor I.
Contoh 5.6
Sebuah hambatan R jika diberi tegangan AC 220 V yang bekerja pada frekuensi
50 Hz mampu mengalirkan arus 2 A. (a) Berapakah besar kapasitansi sebuah
kapasitor yang harus dipasang seri dengan hambatan itu agar dapat mengalirkan
arus 1 A? (b) Berapakah sudut fase antara tegangan V dan arus I ?
Penyelesaian
22
(a) Besar hambatan R dihitung sebagai berikut
𝑉𝑅 220 𝑉
VR = IR R = = = 110 Ω
𝐼 2𝐴
220 𝑉
XC = √[ 1,0 𝐴 ] ² − (110 𝛺)²
(b)Sudut fase antara tegangan V dan arus I dapat dihitung sebagai berikut
𝑋𝐶 190,5 𝛺
tan = = = 1,73 arctan (1,73) = 60°.
𝑅 11,0 𝛺
3.Rangkaian Seri LC
Gambar 2.12 (a) Skema rangkaian seri LC dan (b) (c) (d) diagram fasornya untuk beberapa kemungkinan nilai V L dan VC.
23
Gambar 2.12 (a) menunjukkan sekema rangkaian seri induktor L dan kapasitor C
yang terhubung dengan sumber listrik AC bertegangan V yang menghasilkan arus
bolak-balik I. Berapakah besar sudut fase antara tegangan V dan arus I?
Berapakah impedansi rangkaian itu?
Tegangan induktor VL mendahului arus sejauh 90° terhadap arus I, sedangkan
tegangan VC tertinggal sejauh 90° terhadap arus I. Dengan acuan fasor I yang
digambarkan mendatar,beberapa kemungkinan diagram fasor rangkaian seri LC
dapat diamati pada gambar. Fasor VL dan VC berlawanan arah sehingga nilai
tegangan pada sumber listrik AC, yaitu V, memiliki tiga kemungkinan seperti
yang ditunjukkan pada table 2.2
Tabel 2.2 Tegangan, Sudut Fase, dan Impedansi Rangkaian Seri LC
Kondisi Tegangan V Sudut Impedansi Z Keterangan
VL VC V = VL - VC ° Z = XL - XC Rangkaian
bersifat
induktif
VL VC V = VC - VL ° Z = XC – XL Rangkaian
bersifat
kapasitif
VL = VC V=0 ° Z=0 Rangkaian
resonansi
24
1 1
f = 2𝜋 √𝐿𝐶 .
Contoh 2.7
Sebuah rangkaian LC induktif terdiri atas inductor L yang dipasang seri dengan
kapasitor C dan ujung-ujungnya dihubungkan pada tegangan bolak-balik 100 V
dengan frekuensi sudut 50 rad/s. Jika arus yang mengalir pada rangkaian itu
sebesar 2 ampere dan tegangan pada ujung-ujung inductor sebesar VL = 150 V,
berapakah kapasitansi kapasitor C?
Penyelesaian
Diketahui, = 50 rad/s, I = 2 A, VL = 150 V, dan V = 100 volt. Rangkaian
bersifat induktif, maka VL VC dan berlaku V = VL – VC. Dengan demikian,
tegangan pada kapasitornya adalah
VC = VL – V = 150 V – 100 V = 50 V.
Berdasarkan hubungan VC = IXC, diperoleh
𝑉𝐶 50 𝑉
XC = = = 25 Ω.
𝐼 2𝐴
Gambar 2.13 (a) Skema rangkaian seri RLC dan (b) diagram fasornya
25
kapasitor C yang ujung-ujung nya dihubungkan dengan sumber listrik AC.
Sumber listrik AC ini menghasilkan tegangan maksimum V maks dan
menyebabkan arus maksimum Imaks mengalir dalam rangkaian. Tegangan pada
ujung-ujung R,L,dan C berturut-turut adalah VR, VL, dan VC. Untuk menganalis
rangkaian ini kita akan menggunakan diagram fasor.
Karena kuat arus yang mengalir melalui setiap komponen sama besar
sehingga dalam diagram fasor I digunakan sebagai acuan yang digambarkan
mendatar. Tegangan pada hambatan VR sefase dengan I, tegangan induktor VL
mendahului I sebesar 90° dan tegangan kapasitor VC tertinggal 90° terhadap I.
Fasor VL dan fasor VC dapat dijumlahkan secara aljabar karena kedua nya
segaris. Jika XL > XC maka VL-VC bertanda pasitif. Jika XL < XC, maka VL-VC
bertanda negatif. Dalam menganalisi rangkaian seri RLC kali ini, kita hanya akan
membahas kasus XL > XC.
Gambar 2.13 (b) menunjukkan fasor V dapat diperoleh dengan
menjumlahkan VR dan (VL - VC) secara vektor :
V2 = VR2 + (VL – VC)2
Akan tetapi, VR = IR, VL = IXL, dan VC = IXC sehingga diperoleh
V2 = F[𝑅2 + (𝑋𝐿 − 𝑋𝐶 )²] atau
V = I √𝑅2 + (𝑋𝐿 − 𝑋𝐶 )²
26
𝑉𝐿 −𝑉𝐶 1(𝑋𝐿 −𝑋𝐶 ) (𝑋𝐿 −𝑋𝐶 ) 𝜔𝐿−1/𝜔𝐶
tan = = = atau tan =
𝑉𝑅 𝐼𝑅 𝑅 𝑅
Jika XL < XC, maka (XL - XC) bertanda negatif dan pada sudut fase
negatif (dikuadran ke 4). Reaktansi induktif XL dan reaktansi kapasitif XC
bergantung pada frekuensi sehingga sudut fase juga bergantung pada frekuensi.
Analisis rangkaian seri RLC diatas masih tetap berlaku jika salah satu dari
elemen rangkaian dihilangkan. Jika hambatan dihilangkan, maka R = 0. Jika
induktor dihilangkan,artinya kita membuat C = ∞ yang bersesuaian dengan beda
potensial VC = q/C = 0 atau XC = 1/C = 0.
Pembahasan tegangan dan arus AC dalam rangkaian seri yang melibatkan
komponen hambatan (resistor),induktor, dan kapasitor dapat juga dinyatakan
dengan nilai rms-nya. Untuk sembarang besaran yang berubah secara sinusoidal,
nilai rms-nya sama dengan 1/ √2kali ini maksimum nya. Jadi, semua hubungan
antara tegangan dan arus yang dibahas dalam rangkaian masih tetap berlaku jika
kita menggunakan nilai rms sebagai pengganti nilai maksimum. Misalnya, jika
persamaan Vmaks = Imaks Z dibagi dengan √2, diperoleh Vmaks/√2 = Imaks/Z√2 atau
Vrms = IrmsZ.
Contoh 2.8
Sebuah rangkaian seri RLC terdiri atas hambatan 300 Ω, inductor 60 mH, dan
kapasitor 0,5 F. Ujung-ujung rangkaian dihubungkan pada tegangan bolak-balik
50 volt dengan frekuensi sudut 10.000 rad/s. hitunglah reaktansi induktif,
reaktansi kapasitif, kuat arus maksimum, sudut fase antara arus dan tegangan, dan
tegangan maksimum yang melalui setiap elemen rangkaian!
Penyelesaian
Dengan R = 300 Ω, L = 0,06 H, C = 0,5 F, V = Vmaks = 50 volt, dan = 10.000
rad/s, reaktansi induktif XL dan reaktansi kapasitif XC berturut-turut dapat
ditentukan sebagai berikut,
XL = L = (10.000 rad/s) (60 L = (10.000 rad/s) (60 × 10-3 H) = 600 Ω dan
1 1
XC = = = 200 Ω.
𝜔𝐶 ((10.000)(0,5 ×10−6 𝐹)
27
Z = √𝑅2 + (𝑋𝐿 − 𝑋𝐶 )² = √(300 𝛺)² + (600 𝛺 − 200 𝛺)² = 500 Ω
Untuk ketegangan maksimum Vmaks dan impedansi Z, kuat arus maksimumnya
𝑉𝑚𝑎𝑘𝑠 50 𝑉
Imaks = = = 0,10 A
𝑍 500 𝛺
√𝑅2 + (𝑋𝐿 − 𝑋𝐶 )² dengan (XL - XC) = 0. Jadi, dalam hal ini rangkaiannya seperti
rangkaian hambatan R murni sehingga tegangan dan arus sefase. Keadaan seperti
ini disebut keadaan resonansi dan frekuensi f yang bersesuaian dengan keadaan
resonansi disebut frekuensi resonansi yang memenuhi persamaan.
𝟏 𝟏
f = 𝟐𝝅 √𝑳𝑪
Rumus frekuensi resonansi untuk rangkaian seri RLC sama dengan rumus
frekuensi resonansi pada rangkaian seri LC. Dalam keadaan resonansi tersebut,
28
baik rangkaian seri LC maupun rangkaian seri RLC memiliki impedansi
minimum. Hanya saja pada rangkaian LC, nilai impedansi minimumnya nol,
sedangkan pada rangkaian seri RLC, impedansi minimumnya sama dengan
resistensi resistornya, yaitu R.
Jika rangkaian seri RLC mencapai keadaan resonansi, selain impedansi
minimum ternyata kuat arusnya mencapai nilai maksimum. Jika dibuat grafik
arus I sebagai fungsi dari frekuensi sudut , keadaan resonansi ditunjukkan
dengan puncak kurva (Gambar 2.14).
Frekuensi sudut yang bersesuaian dengan puncak kurva merupakan
frekuensi sudut resonansi. Dari nilai frekuensi sudut resonansi itu kita juga bisa
mendapatkan nilai frekuensi resonansi berdasarkan hubungan f.
Contoh 2.9
29
digunakan pada radio. Rangkaian ini dihubungkan dengan sumber listrik AC
dengan tegangan rms konstan, yaitu Vrms = 1 volt. Hitunglah (a) frekuensi
resonansi, (b) reaktansi induktif, reaktansi kapasitif, dan impedansi rangkaian
pada frekuensi resonansi, (c) arus rms pada keadaan resonansi, dan (d) tegangan
rms pada ujung-ujung setiap komponen!
Penyelesaian
(a) Frekuensi resonansi dapat dihitung dengan menggunakan persamaan :
1 1 1 1
f = 2𝜋 √𝐿𝐶 = 2𝜋 √(0,4 ×10−3 𝐻)(100 × 10−12 𝐹) = 8,0 × 105 Hz = 800 kHz.
Nilai ini sesuai dengan batas bawah dari frekuensi radio AM.
(b)Pada frekuensi resonansi ini,
XL = 𝜔𝐿 = 2𝜋𝑓𝐿 = 2𝜋 (8,0 × 105 𝐻𝑧)(0,4 × 10−3 Hz) = 2.000 Ω
1 1 1
XC = 𝜔𝐶 = 2𝜋𝑓𝐶 = 2𝜋 (8,0 × 105 𝐻𝑧)(100 × 10−12 𝐹) = 2.000 𝛺
30
akan diterima.
31
berikutnya, tegangan diturunkan lagi di tiang-tiang listrik sekitar pemukiman
menjadi 220 V untuk langsung di distribusikan ke pelanggan.
2. Instalasi Listrik AC Untuk Keperluan Rumah Tangga
Ada beberapa jenis bahan dan komponen yang digunakan dalam
pemasangan instalasi listrik di rumah. Misalnya kabel, lampu, isolasi, saklar, stop
kontak (soket), fiting atau dudukan lampu, sekering, dan saklar otomatis atau
MCB (miniature circuit breaker). Untuk menghitung konsumsi daya dipasang
meteran listrik atau kWh – meter.
3. Bahaya Listrik AC
Sengatan (setrum) listrik dapat mengakibatkan kerusakan pada tubuh
manusia atau bahkan kematian. Arus listrik yang mengalir melalui organ penting,
akan sangat berbahaya karena mempengaruhi kerja organ-organ tersebut. Arus
listrik memanaskan jaringan tubuh sehingga menyebabkan luka bakar.
Mengingat besarnya bahaya sengatan listrik, prosedur keselamatan dalam
penggunaan peralatan listrik harus dipatuhi. Misalnya, tidak menekan saklar saat
tangan basah, mencabut stop kontak atau mematikan arus listrik saat
memperbaiki peralatan listrik, memeriksa jika ada kabel listrik bertegangan yang
terkelupas dan mengisolasinya.
Selain berbahaya karena setrumnya, listrik AC juga dapat menjadi pemicu
terjadinya kebakaran jika terjadi korsleting atau hubung pendek. Oleh karenanya
perlu dipatuhi prosedur keamanan secara menyeluruh yang juga meliputi
pemilihan kualitas peralatan, cara memasang peralatan, dan ketelitian dalam
penggunaan.
32
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Penulis menyadari bahwa makalah ini banyak sekali kesalahan dan jauh
dari kesempurnaan. Penulis akan memperbaiki makalah tersebut dengan
berpedoman pada banyak sumber yang dapat dipertanggungjawabkan. Maka
dari itu, penulis mengharapkan kritik dan saran mengenai makalah ini.
33