Anda di halaman 1dari 36

MAKALAH FISIKA

RANGKAIAN LISTRIK ARUS BOLAK-BALIK

SMA NEGERI 6 MATARAM

 NI NYOMAN ARDA PRAMESTYANANDA

 PUTRI AYUNDA PRATIWI

 MUHAMMAD KHALID SOFYAN

 WAYAN PUTRA SANTANA

i
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ............................................................................... i

DAFTAR ISI .......................................................................................... v

BAB I PENDAHULUAN ....................................................................... 1


1.1 Latar Belakang .................................................................................. 1
1.2 Rumusan Masalah ............................................................................. 2
1.3 Tujuan Penulisan ............................................................................... 2
1.4 Manfaat Penulisan ............................................................................. 2
BAB II PEMBAHASAN ........................................................................ 3
2.1 TEORITIS ........................................................................................ 3
A. Tegangan dan Arus Bolak-Balik ......................................................... 3
1. Tegangan bolak-balik ............................................................... 4
2. Arus bolak-balik ...................................................................... 5
3. Daya rata-rata........................................................................... 6
4. Nilai akar kuadrat rata-rata (rms).............................................. 7
5. Diagram fasor .......................................................................... 9
B. Hambatan dan Reaktansi .................................................................. 10
1. Resistor dalam rangkaian arus bolak-balik ............................. 10
2. Induktor dalam rangkaian arus bolak-balik ............................. 13
3. Kapasitor dalam rangkaian arus bolak-balik ........................... 15
4. Hubungan hambatan dan reaktansi terhadap frekuensi sudut .. 16
5. Fase tegangan terhadap arus pada rangkaian murni ................ 17
6. Impedansi .............................................................................. 17
7. Daya sesaat dan daya rata-rata dalam rangkaian arus bolak-balik18
C. Rangkain Seri Resistor, Induktor, dan Kapasitor ............................... 19

1. Rangkaian seri RL ................................................................... 19

2. Rangkaian seri RC ................................................................... 21

3. Rangkaian seri LC ................................................................... 23

ii
4. Rangkaian seri RLC ................................................................ 25

5. Resonansi dalam rangkaian seri RLC ....................................... 28

D. Listrik AC dalam Kehidupan Sehari-hari .......................................... 31

1. Transmisi daya listrik ............................................................... 31

2. Instalasi listrik AC untuk keperluan rumah tangga .................... 32

3. Bahaya listrik AC ..................................................................... 32

2.2 PRAKTIKUM ................................................................................. 32

Rangkaian Seri dan Paralel Ac Listrik Bolak-Balik ............................... 32

A. Nama alat praktikum .............................................................. 32

B. Manfaat.................................................................................. 32

C. Waktu dan tempat................................................................... 33

D. Prosedur pembuatan alat praktikum ........................................ 33

E. Hasil praktikum ..................................................................... 34

BAB III PENUTUP .............................................................................. 35


A. Kesimpulan .................................................................................... 35
B. Saran.............................................................................................. 35

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................ 36

RIWAYAT PENYUSUN ....................................................................... 37

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kebutuhan manusia akan energi banyak ditopang oleh energi listrik. Hal ini
dapat dilihat dari kegiatan sehari-hari yang banyak menggunakan tenaga listrik,
seperti lampu, alat-alat rumah tangga dari elektronik serta mesin-mesin di pabrik.
Listrik dihasilkan dari sumber energi listrik atau pembangkit energi listrik yang
lazim disebut generator. Dari sumbernya, energi listrik disalurkan atau
ditransisikan kepada konsumen, menggunakan kawat penghantar atau kawat
transisi yang panjangnya biasanya mencapai ratusan kilometer.
Ditinjau dari sifat alirannya listrik dibedakan antara listrik arus searah dan
arus bolak-balik. Arus searah (Direct Current) atau DC adalah arus dan tegangan
listriknya selalu mempunyai nilai tetap dan tidak berubah terhadap waktu. Arus
bolak-balik (Alternating Current) atau AC merupakan arus dengan tegangan yang
berubah tanda secara berulang. Listrik PLN menggunakan arus bolak-balik
berbentuk gelombang sinusoidal.
Isyarat yang diproses dalam elektronika banyak berupa arus bolak-balik
dengan berbagai bentuk gelombang. Akan tetapi bentuk gelombang yang dasar
adalah bentuk sinusoidal. Oleh karena itu menurut dalil fourier hampir semua
bentuk gelombang dapat diuraikan dalam bentuk deret fourier menggunakan
bentuk gelombang sinusoidal. Ada beberapa cara dalam membahas arus bolak-
balik. Yang paling umum adalah metode fungsi eksponensial kompleks. Dengan
cara ini aturan yang digunakan pada arus searah akan berlaku, asalkan digunakan
fasor kompleks. Cara kompleks ini biasanya digunakan pada rangkaian RLC seri
dan paralel dengan tekanan pada pengertian faktor kualitas (Q).

1
1.2 Rumusan Masalah

1. Apakah pengertian tegangan dan arus bolak-balik?


2. Apakah perbedaan hambatan dan reaktansi?
3. Apa sajakah kegunaan listrik AC dalam kehidupan sehari-hari?

1.3 Tujuan Penulisan

Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan penulisan makalah rangkaian


listrik arus bolak-balik ini adalah :
1. Untuk mengetahui pengertian tegangan dan arus bolak-balik
2. Untuk mengetahui perbedaan hambatan dan reaktansi
3. Untuk mengetahui kegunaan listrik AC dalam kehidupan sehari-hari

1.4 Manfaat Penulisan

 Manfaat untuk penyusun


Dengan menyusun makalah ini, dapat memberikan pengalaman serta
pengetahuan khuhusnya untuk kami sebagai penulis sekaligus penyusun makalah
ini tentang rangkaian listik arus bolak-balik.
 Manfaat untuk pembaca
Untuk menambah wawasan dan pengetahuan tentang rangkaian arus bolak-balik.

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 TEORITIS

A. TEGANGAN DAN ARUS BOLAK BALIK

Tegangan dan arus bolak-balik atau Alternating Current (AC) merupakan


tegangan dan arus listrik yang arahnya selalu berubah-ubah secara
kontinu/perodik1 terhadap waktu dan dapat mengalir dalam dua arah. Arus bolak-
balik dibedakan antara arus bolak-balik yang mempunyai fungsi atau pola grafik
sinusoidal2 dan arus bolak-balik yang non sinusoidal. Grafik arus bolak-balik
sering digambarkan berbentuk sinusoidal.

Gambar 2.1 Representasi arus bolak- balik


(a) Pola sinusoidal, (b) dan (c) pola non sinusoidal
Arus bolak-balik (AC) digunakan secara luas untuk penerangan maupun
peralatan elektronik. Sumber arus bolak-balik adalah generator3 arus bolak-balik.
Sumber arus bolak-balik prinsip kerja nya yaitu terjadi perputaran kumparan
persegi dengan kecepatan sudut tertentu yang berada dalam medan magnetik.
Gaya Gerak Listrik (GGL) yang dihasilkan oleh generator arus bolak-balik
berubah secara perodik menurut fungsi sinus atatu cosinus. GGL sinusoidal ini
dihasilkan oleh sebuah kumparan yang berputar dengan laju sudut tetap.
Tegangan yang dihasilkan berubah tegangan sinusoidal dengan persamaan
sebagai berikut :
1
Kontinu menurut KBBI adalah berkesinambungan; berkelanjutan; terus-menerus. Dan periodik menuut
KBBI adalah berkala atau menurut periode tertentu.
2
Sinusoidal atau gelombang sinus adalah fungsi matematika yang berbentuk osilasi (variasi periodik
terhadap waktu dari suatu hasil pengukuran) harus berulang.
3
Generator adalah sumber tegangan listrik yang diperoleh melalui perubahan energi mekanik menjadi
menjadi energi listrik.

3
sintAtau msint
Keterangan :
m = NBA= gaya gerak listrik maksimum
N = jumlah lilitan kumparan
A = luas kumparan
B = besarnya induksi magnetic
  frekuensi sudut putaran kumparan
t = variabel waku
Jenis-jenis beban listrik rangkaian dalam rangkaian AC adalah rangkaian resistor
(R), rangkaian induktor (L) dan rangkaian kapasitor (C). Pada arus AC diukur
dengan amperemeter AC, besaran yang terukur merupakan nilai rms (root mean
square) atau nilai aefektif dari arus, untuk melihat bentuk arus. Untuk melihat
bentuk arus sinusoidal yang dihasilkan oleh sumber bolak-balik,dapat digunakan
osiloskop4. Monitor sebuah osiloskop terbagi-bagi menjadi baris-baris dan
kolom-kolom sehingga membentuk sebuah kotak pada Gambar 2.2 :

Gambar 2.2 Bentuk Sinusoidal

Dari gambar di atas sumbu vertikal menunjukan nilai tegangan atau arus yang
dihasilkan oleh sumber bolak-balik dan sumbu horizontal menunjukan waktu.
1. Tegangan Bolak-Balik
Generator listrik menghasilkan tegangan berbentuk sinusoidal. Tegangan

4
Osiloskop adalah alat ukur elektronika yang berfungsi memproyeksikan bentuk sinyal listrik agar dapat
dilihat dan dipelajari.

4
yang dihasilkan oleh generator ini dapat dinyatakan sebagai :
V = Vmaks sin 2ft atau V = Vmaks sint,
dengan Vmaks disebut tegangan puncak atau tegangan maksimum, f menyatakan
frekuensi, yaitu banyaknya getaran yang tejadi per sekon, = 2f merupakan
frekuensi sudut, sedangkan t adalah variabel waktunya.
Jadi, tegangan V berosilasi antara + Vmaks dan - Vmaks, nilainya tidak konstan
menunjuk nilai tertentu seperti tegangan listrik searah. Selain tegangan puncak,
dikenal pula istilah puncak-ke-puncak atau peak-to-peak dengan simbol Vpp
dimana Vpp= 2 Vmaks.
Pada pengukuran tegangan menggunakan osiloskop, bentuk tegangan DC
dan AC ditunjukkan pada Gambar 2.3

Gambar 2.3 Tampilan tegangan listrik pada layar osiloskop. (a) Tampilan tegangan DC. (b) Tampilan tegangan AC.

2. Arus Bolak-Balik
Berdasarkan hukum Ohm, jika pada hambatan R terdapat tegangan V maka
arus I yang mengalir adalah
I = V I R = (Vmaks sin t)/ R = (Vmaks / R) sin t
atau

5
I = Imaks sin t
dengan Imaks = Vmaks/ R disebut arus puncak atau arus maksimum.
Arus dianggap positif jika elektron-elektron mengalir ke satu arah tertentu
dan negatif jika mengalir ke arah berlawanan. Jadi, arus bolak-balik dapat
bernilai positif dan negatif. Artinya, arus rata-ratanya sama dengan nol. Namun,
hal ini bukan berarti tidak ada kalor yang dihasilkan pada hambatan.

3. Daya Rata-Rata
Daya sesaat P yang diberikan pada hambatan R adalah P = VI = I2R = I2maksR
sin2t sehingga nilainya selalu positif. Nilai sin2 t bervariasi antara 0 dan 1
sehingga rata-rata nya bernilai ½. Dengan demikian, daya rata-rata 𝑃̅ yang
dihasilkan adalah
1 2
𝑃̅ = I maksR.
2

Dengan mengingat P = V2 / R = (V2maks / R) sin2 t, persamaan di atas dapat


dinyatakan dengan
𝑉 2
𝑃̅ = 𝑚𝑎𝑘𝑠
2𝑅

Penjelasan daya rata-rata pada resistor dalam rangkaian listrik bolak-balik


ditunjukkan pada gambar 2.4. Perlu diingat bahwa persamaan di atas berlaku
untuk rangkaian resistif murni dimana tegangan dan arus listriknya selalu sefase.

6
Gambar 2.4 Daya yang diberikan resistor pada rangkaian listrik AC

4. Nilai Akar Kuadrat Rata-Rata (rms)


Nilai rata-rata kuadrat arus (𝐼̅2 )atau nilai rata-rata kuadrat tegangan (𝑉
̅̅̅̅2 )
merupakan dua besaran yang sangat penting untuk menghitung daya rata-rata.
Nilai kedua besaran ini adalah
1 1
𝐼̅2 = 2 I2maks dan ̅̅
𝑉̅̅2 = 2 V2maks

Akar kuadrat dari kedua besaran di atas disebut nilai rms (root mean square) atau
akar kuadrat rata-rata dari arus dan tegangan. Nilai rms juga disebut nilai efektif.
Nilai rms dari arus bolak-balik adalah
1 𝐼𝑚𝑎𝑘𝑠
Irms = √𝐼̅2 = √2 𝐼𝑚𝑎𝑘𝑠
2
atau Irms =
√2

Nilai rms dari tegangan bolak-balik adalah

7
1 𝑉𝑚𝑎𝑘𝑠
Vrms = √̅̅
𝑉̅̅2 = √2 𝑉𝑚𝑎𝑘𝑠
2
atau Vmaks =
√2

Berdasarkan dua persamaan di atas, diperoleh Imaks = √2Irms dan Vmaks = √2Vrms.
Subtitusi nilai Imaks dan Vmaks kedua persamaan yang ada pada subbab daya rata-
rata menghasilkan.
𝑉2
𝑃̅ = I2rmsR dan 𝑃̅ = 𝑟𝑚𝑠 .
𝑅

Artinya, arus searah yang nilai arus I dan tegangan V-nya sama dengan nilai Irms
dan Vrms arus bolak-balik akan menghasilkan arus yang sama.
Sebagian besar alat ukur arus (amperemeter) dan alat ukur tegangan
(voltmeter) didesain untuk mengukur nilai rms, bukan nilai maksimumnya.
Sebagai contoh, sumber tegangan PLN adalah 220 V. Artinya, Vmaks = 220 V
sedangkan tegangan puncaknya sebesar Vmaks = √2 Vrms= 310 V.

Contoh 2.1
Sebuah pengering rambut (hair dryer) memiliki daya 1.000 ⩖. (a) Hitunglah
hambatan dan arus maksimum yang digunakan jika alat itu dihubungkan ke
sumber tegangan AC 120 V. (b) Apa yang terjadi jika alat itu dihubungkan ke
sumber tegangan AC 220 V?
Penyelesaian
(a) Nilai rms dari arus listriknya adalah
𝑃̅ 1.000 ⩖
Irms = 𝑉 = = 8,3 A.
𝑟𝑚𝑠 120 𝑉

Dengan demikian,
Imaks = √2 Irms = (8,3 A) √2 = 11,7 A.
Dengan menggunakan hukum Ohm, diperoleh
𝑉 (120 𝑉)√2
R = 𝐼𝑟𝑚𝑠 = = 14,5 
𝑟𝑚𝑠 8,3 𝐴

 b) Jika pengering rambut dihubungkan dengan tegangan 220 V, arus yang
mengalir lebih besar dan nilai hambatan R mungkin berubah karena
suhunya naik. Namun, jika hambatannya dianggap tetap, diperoleh

8
𝑉 2 (120 𝑉)
𝑃̅ = 𝑟𝑚𝑠 = 14,5 𝛺 = 3.337,9 ⩖.
𝑅

Nilai 𝑃̅ menjadi jauh lebih besar sehingga dapat melelehkan elemen pemanas
atau motornya.
5. Diagram Fasor
Tegangan dan arus sinusoidal dapat dinyatakan dalam diagram fasor, yaitu
diagram berisi vektor yang berotasi. Dalam diagram fasor, nilai sesaat dari
besaran yang berubah secara sinusoidal terhadap waktu dinyatakan oleh proyeksi
pada sumbu horizontal dari sebuah vektor yang panjangnya sama dengan
amplitudo besaran tersebut. Vektor ini berotasi berlawanan arah dengan putaran
jarum jam dengan laju sudut  konstan.
Fasor bukanlah besaran vektor nyata seperti kecepatan, momentum, atau
medan magnet, melainkan bentk geometris untuk menjelaskan dan menganalisis
besaran fisika yang berubah secara sinusoidal terhadap waktu.

Gambar 2.5 Diagram fasor arus sinusoidal I. pada saat t, sudut yang ditempuh fasor sebesar t

Gambar 2.5 Memperlihatkan diagram fasor untuk arus sinusoidal. Proyeksi fasor
pada sumbu horizontal pada saat t adalah Imaks cos t. Itulah sebabnya fungsi
periodik yang dipilih dalam hal ini adalah fungsi cosinus bukan sinus.
Dalam rangkaian listrik, sumber listrik AC biasanya dinyatakan dengan

simbol . Dalam analisis fasor, sumber tegangan sinusoidal dapat


dinyatakan dengan persamaan
V = Vmaks cos t,
dengan V menyatakan tegangan sesaat (pada saat t), Vmaks menyatakan tegangan
maksimum atau amplitudo tegangan.
Tegangan sinusoidal dapat menghasilkan arus listrik yang juga sinusoidal.

9
Dengan cara yang sama seperti pada tegangan sinusoidal, arus sinusoidal dapat
juga dinyatakan dengan
I = Imaks cos t,
Dengan I dan Imaks berturut-turut menyatakan arus sesaat dan arus maksimum
(amplitudo arus).

B. HAMBATAN DAN REAKTANSI


Resistor (hambatan) memiliki nilai hambatan listrik yang disebut resistansi
atau hambatan, sedangkan induktor dan kapasitor memiliki nilai hambatan listrik
yang disebut reaktansi.
1. Resistor dalam Rangkaian Arus Bolak-Balik
Sebuah resistor akan dialiri arus bolak-balik ketika dihubungkan dengan
sumber tegangan bolak-balik. Amplitudo arus atau arus maksimum dari arus
bolak-balik ini adalah Imaks. Rangkaian resistor dalam arus bolak-balik
digunakan untuk menurunkan potensial listrik dalam rangkaian atau sebagai
pembatas arus listrik yang masuk sehingga arus dan tegangan dalam
rangkaian resistor mempunyai fase yang sama saat terhubung dengan sumber
tegangan bolak-balik.
Gambar 2.6 (a) menunjukkam skema rangkaian resistor R yang dialiri
arus bolak-balik. Amplitudo arus atau arus maksimum dari arus bolak-balik
ini adalah Imaks.

10
Gambar 2.6 (a) Skema resistor R yang terangkai dengan sumber tegangan bolak-balik. (b) Grafik arus sesaat dan
tegangan sesaat pada resistor. (c) Diagram fasor : tegangan sefase dengan arus

Berdasarkan hukum Ohm, tegangan sesaat VR di titik a dan titik b adalah


VR = IR = (ImaksR) cos t,
Dengan ImaksR menunjukkan amplitudo tegangan atau tegangan maksimum.
Jadi, tegangan maksimum pada resistor adalah
VRmaks = ImaksR.
Dengan demikian, tegangan sesaat pada resistor R dapat juga dituliskan
sebagai
VR = VRmaks cos t
Arus I dan tegangan VR keduanya sebanding dengan cos t sehingga dalam
hal ini arus listrik sefase dengan tegangannya. Gambar 2.6 (b) menunjukkan
grafik I dan VR sebagai fungsi waktu, sedangkan Gambar 2.6 (c)
menunjukkan diagram fasornya. Oleh karena arus I dan tegangan VR sefase
dan frekuensinya sama, fasor arus dan fasor tegangan berotasi bersama-sama
sehingga kedua fasor itu selalu sejajar.

11
Berdasarkan grafik terlihat bahwa tegangan dan arus berada pada keadaan
sefase artinya mencapai nilai maksimum pada saat yang sama. Sebuah
resistor dihubungkan dengan sumber tegangan bolak-balik, besarnya
tegangan pada resistor sama dengan tegangan sumber. Di bawah ini
merupakan rumus tegangan resistor dan arus yang mengalir melalui resistor.

Contoh 2.2
Sebuah pengering rambut yang dihubungkan dengan tegangan rms 120 V
memiliki daya rata-rata 1.500 watt. Dengan menganggap pengering itu
merupakan rangkaian hambatan murni, hitunglah (a) hambatan rangkaian, (b)
arus rms, dan (c) daya sesaat maksimumnya!
Penyelesaian
(a) Pengering rambut dianggap hambatan (resistor) murni sehingga hambatan
rangkaiannya
2
𝑉𝑟𝑚𝑠 (120 𝑉)2
R= = = 9,6 Ω
𝑃 1.500 ⩖

(b) Arus rms dihitung dengan menggunakan persamaan berikut,


𝑃̅ 1.500 ⩖ 𝑉𝑟𝑚𝑠 120 𝑉
Irms = 𝑉 = 120 𝑉 = 12,5 A atau Irms = = = 12,5 A.
𝑟𝑚𝑠 𝑅 9,6 𝛺

(c) Daya sesaat maksimum hambatan murni dapat diperoleh dengan


persamaan
VI = 2𝑃̅ = 2(1.500 ⩖) = 3.000 ⩖

12
2. Induktor dalam Rangkaian Arus Bolak-Balik

Gambar 2.7 (a) Skema induktor L yang terangkai dengan sumber tegangan bolak-balik. (b) Grafik arus sesaat dan
tegangan sesaat pada induktor. (c) Diagram fasor : tegangan mendahului 90°.

Sebuah induktor mempunyai hambatan yang disebut reaktansi induktif saat


dihubungkan dengan sumber tegangan bolak-balik. Hambatan atau reaktansi
induktif bergantung pada frekuensi sudut arus dan induktansi diri induktor atau
dapat dirumuskan sebagai
XL = L
Grafik hubungan tegangan dan arus terhadap waktu pada induktor

Berdasarkan grafik terlihat bahwa besar tegangan pada induktor adalah nol saat
arus induktornya maksimum, begitupun sebaliknya. Artinya tegangan pada

13
induktor mencapai nilai maksimum lebih cepat seperempat periode daripada saat
arus mencapai maksimumnya. Rumus tegangan dan arus yang mengalir pada
induktor seperti berikut :

Contoh 2.3
Inductor beriduktansi L = 40 mH terhubung ke sumber listrik AC dengan
tegangan maksimum Vmaks = 120 V. Hitunglah reaktansi innduktif dan kuat arus
maksimum jika frekuensi : (a) 60 Hz dan (b) 2.000 Hz!
Penyelesaian
(a) Reaktansi induktif pada frekuensi f = 60 Hz adalah
XL = 𝜔𝐿 = 2fL = (2 (60 Hz) ((40 x 10-3 H) = 15,1 Ω .
Arus maksimumnya dapat dihitung menggunakan persamaan
𝑉 120 𝑉
Imaks = 𝑋𝑚 = 15,1 𝛺 = 7,95 A.
𝐿

(b) Dengan cara yang sama untuk frekuensi 2.000 Hz diperoleh nilai
XL = 503 Ω dan Imaks = 0,239 A.

14
3. Kapasitor dalam Rangkaian Arus Bolak-Balik

Gambar 2.8 (a) Skema kapasitor dengan kapasitansi C yang terangkai dengan sumber tegangan bolak-balik. (b)
Grafik arus sesaat dan tegangan sesaat pada kapasitor. (c) Diagram fasor : tegangan tertinggal 90° terhadap arus.

Sebuah kapasitor memiliki karateristik yang dapat menyimpan energi


dalam bentuk muatan listrik ketika dihubungkan dengan sumber tegangan
bolak-balik maupun tegangan searah. Kapasitor yang dialiri arus bolak-balik
akan timbul resistansi semu atau biasa disebut reaktansi kapasitif. Besar nilai
reaktansi kapasitif bergantung pada besarnya nilai kapasitansi kapasitor dan
frekuensi sudut arus atau dapat dirumuskan sebagai :

Berdasarkan grafik terlihat bahwa arus pada kapasitor maksimum saat


tegangan kapasitor bernilai nol, begitupun sebaliknya. Artinya, arus
mencapai nilai maksimumnya seperempat periode lebih cepat daripada saat
tegangan mencapai nilai maksimumnya. Rumus tegangan dan arus yang
mengalir pada kapasitor seperti berikut :

15
Contoh 5.4
Sebuah kapasitor 8 F ujung-ujungnya dihubungkan dengan generator AC
ytang menghasilkan Vrms sebesar 150 V pada frekuensi 60 Hz. Hitunglah
reaktansi kapasitif dan arus rms dalam rangkaian!
Penyelesaian
1
Reaktansi kapasitif dapat dihitung dengan menggunakan persamaan X C = 𝜔𝐶

Dengan mengingat  = 2f, diperoleh


1 1 1
XC = 𝜔𝐶 = 2𝜋𝑓𝐶 = (2𝜋)(60 𝐻𝑧)(8 𝑋 10−6 𝐹) = 332 

Arus rms dalam rangkaian tersebut bernilai


𝑉𝑟𝑚𝑠 150 𝑉
Irms = = 332 𝛺 = 0,452 A. 
𝑋𝐶

4. Hubungan Hambatan dan Reaktansi Terhadap Frekuensi Sudut

Gambar 2.9 Grafik hubungan antara R , X L, dan XC terhadap frekuensi sudut 

Gambar 2.9 menunjukkan bagaimana hambatan dan reaktansi (induktif dan

16
kapasitif) berubah terhadap frekuensi sudut. Hambatan R tidak bergantung pada
frekuensi sudut, sedangkan reaktansi induktif XL dan XC bergantung pada
frekuensi sudut.
Jika  yang bersesuaian dengan rangkaian arus searah, tidak ada arus
yang mengalir melalui kapasitor sebab Xc→∞ dan tidak ada efek induksi sebab XL
= 0. Ketika →∞. XL juga mendekati tak hingga dan arus yang melalui induktor
menjadi sangat kecil.
5. Fase Tegangan Terhadap Arus pada Rangkaian Murni
Tabel 2.1 menunjukkan fase tegangan terhadap arus pada rangkaian AC
yang hanya berisi resistor saja, induktor saja, atau kapasitor.
Tabel 2.1 Elemen R, L, dan C dalam Rangkaian Murni Arus Bolak-Balik

Elemen Karateristik Hubungan Sifat Fase Tegangan Sudut Fase


Tegangan Rangkaian terhadap Arus (ϕ)
Arus
Resistor R VC = IR Resistif murni sefase ϕ=0
Induktor XL = L VL = IXL Induktif murni Mendahului 90° ϕ = 90°
Kapasitor XC = 1/C VC = IXC Kapasitif murni Tertinggal 90° ϕ = -90°

6. Impedansi
Hukum Ohm memang dapat diterapkan secara langsung pada resistor
baik pada rangkaian DC maupun AC. Namun, untuk rangkaian AC, hubungan
antara arus dan tegangan dimodifikasi menjadi
𝑉
I=𝑍

dimana I dan V merupakan nilai-nilai rms atau efektif pada rangkaian. Besaran Z
disebut impedansi yang merupakan gabungan antara hambatan (resistansi) dan
reaktansi. Impedansi rangkaian dapat dianalisis menggunakan fasor.
Untuk rangkaian resistor murni, impedansi rangkaian sama dengan nilai
resistansinya, Z = R (karena reaktansinya nol). Untuk rangkaian induktor murni,
impedansi rangkaian sama dengan nilai reaktansi induktifnya, Z = XL. Untuk
rangkaian kapasitor murni, impedansi rangkaian sama dengan nilai reaktansi

17
kapasitifnya, Z = XC.

7. Daya Sesaat dan Daya Rata-Rata dalam Rangkaian Arus Bolak-Balik


Kita tinjau sembarang elemen listik, misal hambatan,induktor,dan
kapasitor,pada rangkaian AC dengan arus sesaat dan arus maksimum Imaks .

Masing masing elemen itu jika di aliri arus sesaat I dengan nilai maksimum Imaks
akan memiliki tegangan sesaat V dan tegangan maksimum Vmaks. daya sesaat P
pada elemen rangkaian AC tersebut adalah

P=VI
Kita akan membahas daya sesaat untuk elemen listrik berupa resistor
atau hambatan murni R, induktor murni L, dan kapasitor C. Kita gunakan
hubungan I =Imaks cos 𝜔t. Jika elemen listrik itu berupa hambatan murni R, maka
V = V yang sefase dengan I. Nilai VI selalu positif, sebab V dan I keduanya sama
tanda nya, sama- sama positif atau sama -sama negatif. Untuk perangkat AC
dengan hambatan murni R, daya rata-ratanya, didefinisikan sebagai
𝑃̅ = ½VI
Daya rata-rata teresebut dapat juga dinyatakan dengan P rata-rata = (Vmaks/√2 )
(Imaks/√2 )atau
𝑃̅ = VrmsIrms
Daya rata-rata dapat juga dinyatakan dengan salah satu dari ungkapan
berikut
𝑃̅ = Irms2 R = Vrms2/R
Jika elemen listrik itu berupa induktor murni dengan induktansi L, maka
tegangan V=VL mendahului arus I sebesar 90°. Dayanya bernilai positif selama
setengah siklus dan bernilai negatif selama setengah siklus berikutnya sehingga
daya rata-rata untuk rangkaian induktor murni bernilai nol. Jika elemen listrik
itu berupa kapasitor dengan kapasitansi C,tegangan V = VC tertinggi 90° terhadap
arus I. Daya rata-rata pada rangkaian arus kapasitor murni ini juga bernilai nol.
Untuk sembarang rangkaian AC dengan sembarang kombinasi

18
hambatan,induktor,dan kapasitor di mana pada ujung-ujung rangkaian itu
mempunyai tegangan seaat V yang mempunyai beda fase terhadap arus I, daya
sesaatnya adalah
P = VI = (Vmaks cos(ωt + Imaks cosωt)
Daya rata-ratanya dihitung dengan persamaan
𝑃̅ = ½ Vmaks Imaks cos Vrms Irms cos 
Faktor cos  pada persamaan di atas disebut faktor daya dari rangkaian.
Untuk rangkaian hambatan murni : = 0° dan 𝑃̅ = VrmsIrms. Untuk rangkaian
induktor murni:  = 90° dan 𝑃̅ = 0. Untuk inductor murni :  = - 90° dan 𝑃̅ = 0.

C.RANGKAIAN SERI RESISTOR, INDUKTOR, DAN KAPASITOR


Ada empat jenis rangkaian seri arus bolak-balik,yaitu rangkaian seri resistor
R dengan indikator L (rangkaian seri RL ), rangkaian seri resistor R dengan
kapasitor C (rangkain seri RC), rangkaian induktor L dengan kapasitor C
(rangkaian seri LC), serta rangkaian seri hambatan,R, induktor L, dan kapasitas C
(rangkaian seriRLC).
Untuk membahas empat jenis rangkaian di atas,kita juga akan menggunakan
diagram fasor.dalam menggambar diagram fasor,mula-mula kita menggambar
fasor untuk besaran yang dimiki bersama dalam rangkaian. Fasor ini digambar
mendatar, sekaligus digunakan sebagai acuan.dalam rangkaian seri arus I yang
mengalir komponen yang sama besar. jadi I arus I merupakan saran yang bernilai
sama pada setiap komponen.dengan demikian, fasor I yang arah nya mendatar di
gambar lebih dahulu.

1.RANGKAIAN SERI RL

Gambar 2.10 (a) Skema rangkaian seri RL dan (b) diagram fasornya.

19
Gambar 2.10 (a) menunjukan skema hambatan R dan induktor dan
induktansi L yang di susun secara seri ,kemudian ujung-ujungya di hubungkan
dengan sumber listrik AC, dengan tegangan V. Arus yang mengalir pada
hambatan dan induktor dalam rangkaian itu sama besar karna tidak
terjadipembagian arus.
Tegangan pada ujung-ujung hambatan adalah Vr,sedangkan tegangan pada
ujung-ujung induktor adalah VL.Pada diagram fasor,sebagai acuan arus Imaks Pada
sumbu mendatar,sedangkan VR sefase dengan arus sehingga segaris dengan Imaks
Pada sumbu mendatar,sedangkan VL yang mendahului arus sebesar 90° di
gambarkan pada sumbu tegak.
Tegangan pada sumber listrik AC,yaitu V, sama dengan jumlah fasor VR dan
VL. Sesuai aturan penjumlahan vektor, dalam hal ini berlaku V2 = VR2 + VL2 atau
V = √𝑉𝑅2 + 𝑉𝐿2
Berdasarkan hubungan VR = IR dan VL = IXL, diperoleh

V = √(𝐼𝑅)2 + 𝐼𝑋𝐿 )² atau V = I√𝑅2 + 𝑋𝐿2

Besaran √𝑅2 + 𝑋𝐿2 disebut impedansi rangkaian seri RL, biasanya diberi
symbol Z. Jadi,

Z = √𝑅2 + 𝑋𝐿2
Dalam SI, satuan impedansi adalah ohm. Untuk tegangan Vtetap,semakin
besar impedansinya,semakin kecil kuat arusnya.impedansi menunjukan ukuran
hambatan di dalam rangkaian.dengan demikian,tegangan pada rangkaian dapat
juga dinyatakan sebagai
V = IZ.
Diagram fasor pada gambar 2.10 (b) menunjukan tegangan V mendahului arus I
sejauhsudut fase  fase dari V sebesar . Berdasarkan diagram fasor tersebut,
diperoleh
𝑉 𝐼𝑋𝐿 𝑋
tan  𝑉𝐿 = atau tan  𝑅𝐿 
𝑅 𝐼𝑅


Contoh 2.5

20
Sebuah indikator dengan induktansi L = 5 H dipasang seri dengan hambatan R =
100 . Selanjutnya, ujung-ujungnya dihubungkan dengan sumber tegangan AC
220 V yang berfrekuensi 50 Hz. (a) Berapakah arus yang mengalir pada
rangkaian? (b) Berapakah sudut fase antara tegangan dan arus?
Penyelesaian
(a)Reaktansi induktifnya :
XL = L = 2fL = (2z) (5 H) = 1,57 × 103 
Impedansi rangkaiannyan :

Z = √𝑅2 + 𝑋𝐿2 = √(100𝛺)2 + (1,57 × 103 𝛺)2 = 1.573,2 Ω.


Kuat arusnya dihitung sebagai berikut
𝑉 220 𝑉
I = 𝑍 = 1.573,2 𝛺 = 0,14 A.

(b)Sudut fase antara tegangan dan arus diperoleh dengan cara berikut
𝑋 1,57 ×103 𝛺
tan  𝑅𝐿   arctan (15,7) = 86,4°.
100 𝛺

2.Rangkaian Seri RC

Gambar 2.11 (a) Skema rangkaian RC dan (b) diagram fasornya

Gambar 2.11 (a) menunjukan skema rangkaian hambatan R dan kapasitor


dengan kapasitor C yang di susun seri kemudian ujung-ujungnya dihubungkan
dengan sumber listrik AC bertegangan V menghasilkan arus bolak-balik I=Imaks
cos wt. Dalam rangkaian seri RC, arus yang mengalir melalui hambatan dan
kapasitor sama besar.
Tegangan pada ujung-ujung hambatan adalah V R’ sedangkan pada ujung -
ujung kapasitor adalah VC. Dalam menggambar diagram fasor, sebagai acuan
fasor Imaks diagram mendatar. Seperti telah di uraikan di depan, VR sefase
dengan I sehingga VR digambar segaris dengan Imaks. Tegangan VC tertinggal dari
I sejauh 90° dengan demikian, VC digambar menbentuk sudut 90°terhadap I

21
berlawanan arah dengan putaran fasor.ingat,putaran fasor berlawanan arah
dengan arah putaran arah jarum jam. Tegangan pada sumber listrik AC, yaitu V
sama dengan jumlah fasor Vr dan Vc (dijumlahkan dengan aturan penjumlahan
vektor ).
Berdasarkan diagram fasor pada Gambar 2.11 (b), diperoleh V2=Vr2+Vc2 atau

V = √𝑉𝑅2 + 𝑉𝐶2
Berdasarkan hubungan VR = IR dan VC = IXC, pernyataan di atas dapat juga
dinyatakan dengan

V = I √𝑅2 + 𝑋𝐶2

Besaran √𝑅2 + 𝑋𝐶2 merupakan impendansi rangkaian seri RC. Jadi,


impedansi rangkaian RC adalah

Z = √𝑅2 + 𝑋𝐶2
Sebagaimana diuraikan selumnya,impedansi menunjukan ukuran hambatan
pada rangkaian. Dengan demikian, tegangan pada rangkaian seri RC dapat juga
dinyatakan sebagai V=IZ, dengan Z menunjukan impedansi rangkain seri RC
tersebut.
Diagram fasor pada gambar menujukan V tertinggal oleh I dengan sudut
fase sebesar  atau I mendahului V sebesar sudut fase . Berdasarkan diagram
fasor tersebut, diperoleh tan = VC/VR. Dengan VC = IXC dan VR = IR, diperoleh
tan ϕ = IXC / IR atau
𝑋𝐶
tan ϕ = 𝑅

Sudut fase antara V dan I pada rangkaian RC terlatak dikuadrat keempat diukur
dari arah fasor I.

Contoh 5.6
Sebuah hambatan R jika diberi tegangan AC 220 V yang bekerja pada frekuensi
50 Hz mampu mengalirkan arus 2 A. (a) Berapakah besar kapasitansi sebuah
kapasitor yang harus dipasang seri dengan hambatan itu agar dapat mengalirkan
arus 1 A? (b) Berapakah sudut fase antara tegangan V dan arus I ?
Penyelesaian

22
(a) Besar hambatan R dihitung sebagai berikut
𝑉𝑅 220 𝑉
VR = IR  R = = = 110 Ω
𝐼 2𝐴

Andaikan kapasitor yang dipasang seri dengan hambatan ini berkapasitas C


dengan reaktansi kapasitif XC. Impedansi rangkaian seri RC ini adalah Z =
√𝑅2 + 𝑋𝐶2 . Z = V/I, diperoleh persamaan
𝑉 𝑉
[ ]2 = R2 + XC2  XC = √[ ] ² − 𝑅2
𝑅 𝐼

220 𝑉
XC = √[ 1,0 𝐴 ] ² − (110 𝛺)²

=√(48.400 𝛺)² − (12.100 𝛺)²


= 190,5 Ω.
Kapasitansi kapasitor dapat ditentukan berdasarkan hubungan
1 1 1
XC = 2𝜋𝑓𝐶  C = 2𝜋𝑓𝑋 = 2𝜋 (50 𝐻𝑧)(190,5 𝛺) = 16,7 × 10−6 F = 16,7 F.
𝐶

(b)Sudut fase antara tegangan V dan arus I dapat dihitung sebagai berikut
𝑋𝐶 190,5 𝛺
tan  = = = 1,73   arctan (1,73) = 60°.
𝑅 11,0 𝛺

3.Rangkaian Seri LC

Gambar 2.12 (a) Skema rangkaian seri LC dan (b) (c) (d) diagram fasornya untuk beberapa kemungkinan nilai V L dan VC.

23
Gambar 2.12 (a) menunjukkan sekema rangkaian seri induktor L dan kapasitor C
yang terhubung dengan sumber listrik AC bertegangan V yang menghasilkan arus
bolak-balik I. Berapakah besar sudut fase antara tegangan V dan arus I?
Berapakah impedansi rangkaian itu?
Tegangan induktor VL mendahului arus sejauh 90° terhadap arus I, sedangkan
tegangan VC tertinggal sejauh 90° terhadap arus I. Dengan acuan fasor I yang
digambarkan mendatar,beberapa kemungkinan diagram fasor rangkaian seri LC
dapat diamati pada gambar. Fasor VL dan VC berlawanan arah sehingga nilai
tegangan pada sumber listrik AC, yaitu V, memiliki tiga kemungkinan seperti
yang ditunjukkan pada table 2.2
Tabel 2.2 Tegangan, Sudut Fase, dan Impedansi Rangkaian Seri LC
Kondisi Tegangan V Sudut  Impedansi Z Keterangan
VL  VC V = VL - VC ° Z = XL - XC Rangkaian
bersifat
induktif
VL  VC V = VC - VL ° Z = XC – XL Rangkaian
bersifat
kapasitif
VL = VC V=0 ° Z=0 Rangkaian
resonansi

Berdasarkan tabel 1.2 jika XL = XC impedansi mencapai nilai minimum yaitu Z =


0. Keadaan dimana rangkaian arus bolak-balik memiliki impedansi sama dengan
0 (minimum) disebut keadaan resonansi. Jadi, dalam keadaan resonansi berlaku
XL = XC atau. Jadi,
1
√𝐿𝐶 

Frekuensi resonensi f pada rangkaian LC pada persamaan di atas dapat ditentukan


berdasarkan hubungan fatau f = sehingga diperoleh

24
1 1
f = 2𝜋 √𝐿𝐶 .

Contoh 2.7
Sebuah rangkaian LC induktif terdiri atas inductor L yang dipasang seri dengan
kapasitor C dan ujung-ujungnya dihubungkan pada tegangan bolak-balik 100 V
dengan frekuensi sudut 50 rad/s. Jika arus yang mengalir pada rangkaian itu
sebesar 2 ampere dan tegangan pada ujung-ujung inductor sebesar VL = 150 V,
berapakah kapasitansi kapasitor C?
Penyelesaian
Diketahui,  = 50 rad/s, I = 2 A, VL = 150 V, dan V = 100 volt. Rangkaian
bersifat induktif, maka VL  VC dan berlaku V = VL – VC. Dengan demikian,
tegangan pada kapasitornya adalah
VC = VL – V = 150 V – 100 V = 50 V.
Berdasarkan hubungan VC = IXC, diperoleh
𝑉𝐶 50 𝑉
XC = = = 25 Ω.
𝐼 2𝐴

Berdasarkan hubungan XC = 1/C, diperoleh nilai kapasitansi kapasitor


1 1
C= = 𝑟𝑎𝑑 = 800 × 10−6 F = 800 F.
𝜔𝑋𝐶 (50 )(2,5 𝛺)
𝑠

4.Rangkaian Seri RLC

Gambar 2.13 (a) Skema rangkaian seri RLC dan (b) diagram fasornya

Banyak rangkaian listrik AC yang digunakan dalam elektronika melibatkan


hambatan,reaktansi induktif,dan reaktansi kapasitif. Gambar 2.13 (a)
menunjukkan skema rangakaian seri yang terdiri atas hambatan R,induktor L, dan

25
kapasitor C yang ujung-ujung nya dihubungkan dengan sumber listrik AC.
Sumber listrik AC ini menghasilkan tegangan maksimum V maks dan
menyebabkan arus maksimum Imaks mengalir dalam rangkaian. Tegangan pada
ujung-ujung R,L,dan C berturut-turut adalah VR, VL, dan VC. Untuk menganalis
rangkaian ini kita akan menggunakan diagram fasor.
Karena kuat arus yang mengalir melalui setiap komponen sama besar
sehingga dalam diagram fasor I digunakan sebagai acuan yang digambarkan
mendatar. Tegangan pada hambatan VR sefase dengan I, tegangan induktor VL
mendahului I sebesar 90° dan tegangan kapasitor VC tertinggal 90° terhadap I.
Fasor VL dan fasor VC dapat dijumlahkan secara aljabar karena kedua nya
segaris. Jika XL > XC maka VL-VC bertanda pasitif. Jika XL < XC, maka VL-VC
bertanda negatif. Dalam menganalisi rangkaian seri RLC kali ini, kita hanya akan
membahas kasus XL > XC.
Gambar 2.13 (b) menunjukkan fasor V dapat diperoleh dengan
menjumlahkan VR dan (VL - VC) secara vektor :
V2 = VR2 + (VL – VC)2
Akan tetapi, VR = IR, VL = IXL, dan VC = IXC sehingga diperoleh
V2 = F[𝑅2 + (𝑋𝐿 − 𝑋𝐶 )²] atau
V = I √𝑅2 + (𝑋𝐿 − 𝑋𝐶 )²

Impedansi rangkaian seri RLC didefinisikan sebagai perbandingan antara


tegangan sumber V dan arus I yang mengalir melalui rangakaian sehingga
berdasarkan persamaan, diperoleh
Z = V/ I = √𝑅2 + ( 𝑋𝐿 − 𝑋𝐶 )²
Dengan XL = 𝜔L dan XC = 1/C, persamaan di atas dapat juga dituliskan
sebagai
1
Z = √𝑅2 + (𝜔𝐿 − 𝜔𝐶 ) ²

Tegangan pada rangkaian seri RLC juga memenuhi persamaan V = IZ,


dengan Z adalah impedansi rangkaian. Sudut fase O antara fasor tegangan V dan
fasor kuat arus I pada diagram fasor memenuhi persamaan

26
𝑉𝐿 −𝑉𝐶 1(𝑋𝐿 −𝑋𝐶 ) (𝑋𝐿 −𝑋𝐶 ) 𝜔𝐿−1/𝜔𝐶
tan  = = = atau tan  =
𝑉𝑅 𝐼𝑅 𝑅 𝑅

Jika XL < XC, maka (XL - XC) bertanda negatif dan pada sudut fase 
negatif (dikuadran ke 4). Reaktansi induktif XL dan reaktansi kapasitif XC
bergantung pada frekuensi sehingga sudut fase  juga bergantung pada frekuensi.
Analisis rangkaian seri RLC diatas masih tetap berlaku jika salah satu dari
elemen rangkaian dihilangkan. Jika hambatan dihilangkan, maka R = 0. Jika
induktor dihilangkan,artinya kita membuat C = ∞ yang bersesuaian dengan beda
potensial VC = q/C = 0 atau XC = 1/C = 0.
Pembahasan tegangan dan arus AC dalam rangkaian seri yang melibatkan
komponen hambatan (resistor),induktor, dan kapasitor dapat juga dinyatakan
dengan nilai rms-nya. Untuk sembarang besaran yang berubah secara sinusoidal,
nilai rms-nya sama dengan 1/ √2kali ini maksimum nya. Jadi, semua hubungan
antara tegangan dan arus yang dibahas dalam rangkaian masih tetap berlaku jika
kita menggunakan nilai rms sebagai pengganti nilai maksimum. Misalnya, jika
persamaan Vmaks = Imaks Z dibagi dengan √2, diperoleh Vmaks/√2 = Imaks/Z√2 atau
Vrms = IrmsZ.
Contoh 2.8
Sebuah rangkaian seri RLC terdiri atas hambatan 300 Ω, inductor 60 mH, dan
kapasitor 0,5 F. Ujung-ujung rangkaian dihubungkan pada tegangan bolak-balik
50 volt dengan frekuensi sudut 10.000 rad/s. hitunglah reaktansi induktif,
reaktansi kapasitif, kuat arus maksimum, sudut fase antara arus dan tegangan, dan
tegangan maksimum yang melalui setiap elemen rangkaian!
Penyelesaian
Dengan R = 300 Ω, L = 0,06 H, C = 0,5 F, V = Vmaks = 50 volt, dan  = 10.000
rad/s, reaktansi induktif XL dan reaktansi kapasitif XC berturut-turut dapat
ditentukan sebagai berikut,
XL = L = (10.000 rad/s) (60 L = (10.000 rad/s) (60 × 10-3 H) = 600 Ω dan
1 1
XC = = = 200 Ω.
𝜔𝐶 ((10.000)(0,5 ×10−6 𝐹)

Impedansi rangkaian seri RLC ini adalah

27
Z = √𝑅2 + (𝑋𝐿 − 𝑋𝐶 )² = √(300 𝛺)² + (600 𝛺 − 200 𝛺)² = 500 Ω
Untuk ketegangan maksimum Vmaks dan impedansi Z, kuat arus maksimumnya
𝑉𝑚𝑎𝑘𝑠 50 𝑉
Imaks = = = 0,10 A
𝑍 500 𝛺

Sudut fase  dapat dihitung sebagai berikut


𝜔𝐿−1/𝜔𝐶 600 𝛺−200 𝛺 4 4
tan  = = =   arctan ( ) = 53°.
𝑅 300 𝛺 3 3

Nilai  positif, berarti tegangan mendahului arus sebesar 53°. tegangan


maksimum yang melalui setiap elemen rangkaian adalah
VR,maks = ImaksR = (0,10 A) (300 Ω) = 30 V
VL,maks = ImaksXL = (0,10 A) (600 Ω) = 60 V, dan
VC,maks = ImaksXL = (0,10 A) (200 Ω) = 20 V.
Perhatikan bahwa tegangan maksimum sumber V maks = 50 V tidak sama dengan
jumlah tegangan maksimum dari setiap elemen rangkaian. Artinya, 50 V ≠ 30 V
+ 60 V + 20 V.

5.Resonansi Dalam Rangkaian Seri RLC


Reaktansi induktif XL dan reaktansi kapasitif XC bergantung pada frekuensi
f. Jika f bertambah XL juga bertambah, tetapi XC berkurang. Sebaliknya, jika
frekuensi f bekurang XL juga berkurang, tetapi XC bertambah. Dengan demikian,
dapat ditentukan suatu nilai frekuensi f dimana XL = XC.
Untuk rangkaian seri RLC, pada frekuensi dimana XL = XC atau (XL - XC) =
0 ini, impedansi bernilai minimum, yaitu Z = R. Hal ini dapat dipahami
berdasarkan rumus umum impedansi rangkaian seri RCL, yaitu : Z =

√𝑅2 + (𝑋𝐿 − 𝑋𝐶 )² dengan (XL - XC) = 0. Jadi, dalam hal ini rangkaiannya seperti
rangkaian hambatan R murni sehingga tegangan dan arus sefase. Keadaan seperti
ini disebut keadaan resonansi dan frekuensi f yang bersesuaian dengan keadaan
resonansi disebut frekuensi resonansi yang memenuhi persamaan.
𝟏 𝟏
f = 𝟐𝝅 √𝑳𝑪

Rumus frekuensi resonansi untuk rangkaian seri RLC sama dengan rumus
frekuensi resonansi pada rangkaian seri LC. Dalam keadaan resonansi tersebut,

28
baik rangkaian seri LC maupun rangkaian seri RLC memiliki impedansi
minimum. Hanya saja pada rangkaian LC, nilai impedansi minimumnya nol,
sedangkan pada rangkaian seri RLC, impedansi minimumnya sama dengan
resistensi resistornya, yaitu R.
Jika rangkaian seri RLC mencapai keadaan resonansi, selain impedansi
minimum ternyata kuat arusnya mencapai nilai maksimum. Jika dibuat grafik
arus I sebagai fungsi dari frekuensi sudut , keadaan resonansi ditunjukkan
dengan puncak kurva (Gambar 2.14).
Frekuensi sudut yang bersesuaian dengan puncak kurva merupakan
frekuensi sudut resonansi. Dari nilai frekuensi sudut resonansi itu kita juga bisa
mendapatkan nilai frekuensi resonansi berdasarkan hubungan f.

Gambar 2.14 Kurva resonansi

Contoh 2.9

Gambar di atas memperlihatkan contoh skema rangkaian seri RLC yang

29
digunakan pada radio. Rangkaian ini dihubungkan dengan sumber listrik AC
dengan tegangan rms konstan, yaitu Vrms = 1 volt. Hitunglah (a) frekuensi
resonansi, (b) reaktansi induktif, reaktansi kapasitif, dan impedansi rangkaian
pada frekuensi resonansi, (c) arus rms pada keadaan resonansi, dan (d) tegangan
rms pada ujung-ujung setiap komponen!
Penyelesaian
(a) Frekuensi resonansi dapat dihitung dengan menggunakan persamaan :
1 1 1 1
f = 2𝜋 √𝐿𝐶 = 2𝜋 √(0,4 ×10−3 𝐻)(100 × 10−12 𝐹) = 8,0 × 105 Hz = 800 kHz.

Nilai ini sesuai dengan batas bawah dari frekuensi radio AM.
(b)Pada frekuensi resonansi ini,
XL = 𝜔𝐿 = 2𝜋𝑓𝐿 = 2𝜋 (8,0 × 105 𝐻𝑧)(0,4 × 10−3 Hz) = 2.000 Ω
1 1 1
XC = 𝜔𝐶 = 2𝜋𝑓𝐶 = 2𝜋 (8,0 × 105 𝐻𝑧)(100 × 10−12 𝐹) = 2.000 𝛺

Pada keadaan resonansi XL = XC sehingga Z = R = 500 Ω.


(c) Arus rms saat terjadi resonansi dihitung dengan rumus
𝑉𝑟𝑚𝑠 𝑉𝑟𝑚𝑠 1,0 𝑉
Irms = = = 500 𝛺 = 0,0020 A = 2,0 Ma.
𝑍 𝑅

(d)Tegangan rms pada ujung-ujung setiap komponen berturut-turut dihitung


dengan rumus
VR,rms = IrmsR = (0,0020 A) (500 Ω) = 1,0 V,
VL,rms = IrmsXL = (0,0020 A) (2.000 Ω) = 4,0 V, dan
VC,rms = IrmsXC = (0,0020 A) (2.000 Ω) = 4,0 V.
Perhatikan bahwa pada keadaan resonansi VL,rms = VC,rms.
Rangkaian seri RLC dapat digunakan sebagai rangkaian penala pada pesawat
penerima radio. Penalaan dilakukan dengan memvariasikan kapitansi
kapasitor. Dalam hal ini yang digunakan adalah kapasitor variable. Kapasitansi
kapasitor diubah-ubah untuk mendapatkan frekuensi yang diinginkan.
Selain menggunakan kapasitas variabel, penalaan dapat juga dilakukan
dengan memvariasi nilai induktansinya. Komponen yang digunakan adalah
induktor atau koil variabel. Perubahan nilai induktansi akan mengubah nilai
frekuensi resonansinya, menyesuaikan dengan frekuensi gelombang radio yang

30
akan diterima.

D. LISTRIK AC DALAM KEHIDUPAN SEHARI-HARI


Listrik ditranmisikan ke berbagai tempat dengan jaringan distribusi dan
pelayanan.
1. Transmisi Daya Listrik
Dengan kapasitas daya tertentu, ada dua pilihan cara mentransmisikan
daya listrik dari pembangkit listrik ke pemukiman penduduk.
Pertama, tramsmisi daya dilakukan dengan arus listrik yang besar (berarti
tegangan listriknya rendah). Cara ini memerlukan kabel berpenampang cukup
besar untuk memeperkecil hambatannya (ingat, makin luas penampang
penghantar, makin kecil hambatannya). Akan tetapi, jarak tempuh yang sangat
jauh mengharuskan digunakannya kabel yang sangat panjang. Dalam hal ini
hambatan listrik pada kabel menjadi sangat besar (ingat, makin panjang
penghantar, makin besar hambatannya). Ini berarti rugi daya (P = I2R) juga
menjadi sangat besar. Pilihan ini menjadi tidak ekonomis, butuh kabel yang besar
dan panjang dengan rugi daya yang besar.
Pilihan kedua, yaitu transmisi daya menggunakan tegangan tinggi.
Dengan tegangan tinggi (berarti arus listriknya kecil), kawat yang diperlukan
tidak perlu terlalu besar meskipun sangat panjang. Jadi, pilihan kedua ini terkait
dengan arus listrik yang kecil dan hambatan yang lebih kecil dibandingkan
penggunaan tegangan yang rendah, dan yang tak kalah pentingnya adalah rugi
daya yang relatif lebih kecil.
Penyaluran pembangkit dari pembangkit listrik dari jarak jauh
memerlukan transformator atau trafo, baik step – up (penaikan tegangan) maupun
step – down (penurun tegangan). Tegangan dari pembangkit listrik sebelum
ditranmisikan ( sekitar 10 kV) biasanya dinaikan dulu menggunakan
transformator step – up (menjadi sekitar 150 kV). Selanjutnya, transmisi daya
dilakukan dengan tegangan sangat tinggi tersebut. Untuk penyaluran daya ke
perumahan penduduk dalam tingkat yang aman, didirikan gardu listrik untuk
menurunkan tegangan dengan nilai tertentu (misal 10 kV). Pada transmisi

31
berikutnya, tegangan diturunkan lagi di tiang-tiang listrik sekitar pemukiman
menjadi 220 V untuk langsung di distribusikan ke pelanggan.
2. Instalasi Listrik AC Untuk Keperluan Rumah Tangga
Ada beberapa jenis bahan dan komponen yang digunakan dalam
pemasangan instalasi listrik di rumah. Misalnya kabel, lampu, isolasi, saklar, stop
kontak (soket), fiting atau dudukan lampu, sekering, dan saklar otomatis atau
MCB (miniature circuit breaker). Untuk menghitung konsumsi daya dipasang
meteran listrik atau kWh – meter.
3. Bahaya Listrik AC
Sengatan (setrum) listrik dapat mengakibatkan kerusakan pada tubuh
manusia atau bahkan kematian. Arus listrik yang mengalir melalui organ penting,
akan sangat berbahaya karena mempengaruhi kerja organ-organ tersebut. Arus
listrik memanaskan jaringan tubuh sehingga menyebabkan luka bakar.
Mengingat besarnya bahaya sengatan listrik, prosedur keselamatan dalam
penggunaan peralatan listrik harus dipatuhi. Misalnya, tidak menekan saklar saat
tangan basah, mencabut stop kontak atau mematikan arus listrik saat
memperbaiki peralatan listrik, memeriksa jika ada kabel listrik bertegangan yang
terkelupas dan mengisolasinya.
Selain berbahaya karena setrumnya, listrik AC juga dapat menjadi pemicu
terjadinya kebakaran jika terjadi korsleting atau hubung pendek. Oleh karenanya
perlu dipatuhi prosedur keamanan secara menyeluruh yang juga meliputi
pemilihan kualitas peralatan, cara memasang peralatan, dan ketelitian dalam
penggunaan.

32
BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN

Aliran listrik berdasarkan sifatnya dibedakan antara arus listrik searah


(Direct Current) dan listrik arus bolak-balik (Alternating Current). Tegangan
dan arus listrik bolak-balik yaitu tegangan dan arus listrik yang arahnya
selalu berubah-ubah secara kontinu/periodik terhadap waktu dan dapat
mengalir dalam dua arah.
Arus bolak-balik (AC) digunakan secara luas untuk penerangan maupun
peralatan elektronik. Dalam zaman modern sekarang ini kebutuhan akan
energi listrik merupakan kebutuhan yang sangat pokok. Pada saat ini hamper
semua perkantoran dan industri menggunakan energi listrik yang jumlahnya
semakin lama semakin besar.
B. SARAN

Penulis menyadari bahwa makalah ini banyak sekali kesalahan dan jauh
dari kesempurnaan. Penulis akan memperbaiki makalah tersebut dengan
berpedoman pada banyak sumber yang dapat dipertanggungjawabkan. Maka
dari itu, penulis mengharapkan kritik dan saran mengenai makalah ini.

33

Anda mungkin juga menyukai