Anda di halaman 1dari 139

DAFTAR ISI

Halaman Judul ......................................................................................................... i


Kata Pengantar ........................................................................................................ ii
Daftar Isi .............................................................................................................. iii
BAB I KOMPONEN RANGKAIAN, HUKUM OHM DAN HUKUM
KIRCHOFF ........................................................................................... 1
1.1 Komponen Rangkaian..................................................................... 1
1.2 Hukum Ohm.................................................................................... 4
1.3 Hukum Kirchoff Arus ..................................................................... 5
1.4 Hukum Kirchoff Tegangan ............................................................. 8
BAB II RANGKAIAN DC SERI, PARAREL DAN KOMBINASINYA ...... 11
2.1 Rangkaian DC Seri........................................................................ 11
2.2 Rangkaian Seri sebagai Pembagi Tegangan ................................. 14
2.3 Rangkaian DC Pararel................................................................... 17
2.4 Rangkaian DC Pararel sebagai Pembagi Arus .............................. 21
2.5 Rangkaian DC Kombinasi Seri dan Pararel .................................. 23
BAB III METODE ANALISIS RANGKAIAN DC ......................................... 26
3.1 Transformasi Sumber .................................................................... 26
3.2 Analisis Loop/Mesh ...................................................................... 27
3.2.1 Cara Biasa ......................................................................... 27
3.2.2 Cara Pendekatan................................................................ 33
3.3 Analisis Nodal/Simpul/Titik ......................................................... 38
3.3.1 Cara Biasa ......................................................................... 38
3.3.2 Cara Pendekatan................................................................ 43
BAB IV TEOREMA ANALISIS RANGKAIAN DC ...................................... 51
4.1 Teorema Superposisi..................................................................... 51
4.2 Teorema Thevenin ........................................................................ 56
4.3 Teorema Norton ............................................................................ 62
4.4 Teorema Millman.......................................................................... 68

iv
BAB V BILANGAN KOMPLEKS DAN FASOR.......................................... 73
5.1 Bilangan Kompleks....................................................................... 73
5.1.1 Operasi Matematis Bilangan Kompleks............................ 74
5.2 Fasor.............................................................................................. 76
5.3 Karakteristik Elemen R, L dan C terhadap Sumber AC ............... 78
5.3.1 Resistor.............................................................................. 78
5.3.2 Induktor ............................................................................. 79
5.3.3 Kapasitor ........................................................................... 80
BAB VI RANGKAIAN AC SERI, PARAREL DAN KOMBINASINYA ...... 82
6.1 Impedansi (Z) dan Reaktansi (X).................................................. 82
6.2 Admitansi (Y) dan Susceptansi (B) .............................................. 84
6.3 Rangkaian AC Seri........................................................................ 87
6.3.1 Rangkaian AC Seri Sebagai Pembagi Tegangan .............. 89
6.4 Rangkaian AC Pararel................................................................... 89
6.4.1 Rangkaian Pararel sebagai Pembagi Arus......................... 94
6.5 Rangkaian AC Kombinasi Seri Pararel......................................... 95
BAB VII METODE ANALISIS RANGKAIAN AC ......................................... 99
7.1 Transformasi Sumber .................................................................... 99
7.2 Analisis Loop/Mesh .................................................................... 100
7.2.1 Cara Biasa ....................................................................... 100
7.2.2 Cara Pendekatan.............................................................. 105
7.3 Analisis Nodal/Simpul/Titik ....................................................... 109
7.3.3 Cara Biasa ....................................................................... 109
7.3.4 Cara Pendekatan.............................................................. 114
BAB VIII TEOREMA ANALISIS RANGKAIAN AC .................................... 114
8.1 Teorema Superposisi................................................................... 114
8.2 Teorema Thevenin .................................................................... 118
8.3 Teoreme Norton ......................................................................... 123
Daftar Pustaka
Lampiran

v
BAB I
KOMPONEN RANGKAIAN, HUKUM OHM
DAN HUKUM KIRCHOFF

1.1 Komponen Rangkaian


Secara umum suatu rangkaian listrik terdiri atas 2 komponen utama yaitu
sumber listrik dan beban. Sumber listrik akan menyuplai energi yang dibutuhkan
oleh beban untuk diubah menjadi energi lainnya seperti menjadi panas, gerak,
cahaya, dan sebagainya. Sumber dan beban listrik dapat dikelompokkan menjadi
beberapa kategori yang berbeda. Masing-masing kategori tersebut, dalam analisis
rangkaian ditunjukkan dengan simbol tersendiri. Klasifikasi sumber dan beban
listrik tersebut ditunjukkan pada tabel 1.
Tabel 1 Klasifikasi sumber dan beban listrik
Komponen rangkaian Simbol
1. Sumber listrik
a. Menurut bentuk gelombang
- Sumber ac (alternating current = bolak-balik)
- Sumber dc (direct current = searah)
b. Menurut jenisnya
- Sumber arus (I) Tanda anak panah (→)
- Sumber tegangan (V) Tanda plus-minus (+, -)
c. Menurut ketergantungan
- Sumber bebas/ideal Tanda lingkaran (Ο)
- Sumber tak bebas Tanda
2. Beban listrik
a. Resistor (R)

b. Induktor (L)

c. Kapasitor (C)
2 Komponen Rangkaian, Hukum Ohm dan Hukum Kirchoff

Biasanya untuk keperluan analisis rangkaian listrik diberlakukan suatu


perjanjian tanda sebagai berikut:
a. Di dalam sumber listrik, arus akan mengalir dari polaritas negatif ke polaritas
positif. Hal ini berarti sumber listrik akan mensuplai energi listrik.
b. Di dalam beban listrik, arus akan mengalir dari polaritas positif ke polaritas
negatif. Hal ini berarti beban listrik akan menyerap energi listrik
Dalam analisis rangkaian listrik, yang hendak dicari adalah besaran-
besaran listrik yang meliputi:
1. Arus listrik (I)
Arus listrik menyatakan banyaknya muatan yang mengalir dalam suatu arah
tertentu pada suatu elemen rangkaian listrik tiap satuan waktu. Secara
matematis dinyatakan dengan:
dQ
I=
dt
dengan,
I : arus listrik (dalam amper)
Q : muatan listrik (dalam coulomb)
t : waktu (dalam detik)
Arus listrik selain mempunyai magnitude juga mempunyai arah (ditunjukkan
dengan arah anak panah) yang menggambarkan arah muatan listrik bergerak.
2. Tegangan (V)
Merupakan kerja yang diperlukan untuk menggerakkan muatan positip
sebesar 1 coulomb dari satu titik ujung ke titik ujung yang lain. Secara
matematis dinyatakan dengan:
W
V =
Q
dengan,
V : tegangan (dalam volt)
Q : muatan listrik (dalam coulomb)
W: energi listrik (dalam joule)
Buku Pegangan Kuliah Dasar Teknik Elektro 3

Tegangan biasa diistilahkan sebagai perbedaan potensial di antara dua buah


titik pada suatu elemen rangkaian. Untuk menyatakan tegangan ditandai
dengan tanda aljabar plus-minus (+,-) yang menyatakan polaritas titik tersebut
dengan titik yang lainnya. Sebagai ilustrasi ditunjukkan pada gambar berikut:

A + A -
V=5V = V = -5 V
B - B+

artinya titik A adalah 5 volt lebih positif dibandingkan dengan titik B atau titik
A adalah –5 volt lebih negatif dibandingkan dengan titik B.
3. Daya (P)
Merupakan laju pengeluaran energi listrik per satuan waktu untuk
memindahkan muatan sebesar 1 coulomb melalui suatu elemen rangkaian.
Energi yang diserap ini sebanding dengan banyaknya muatan yang
dipindahkan tiap detik (atau arus) dan sebanding dengan energi yang
diperlukan untuk memindahkan satu coulomb melalui elemen rangkaian (atau
tegangan). Secara matematis dinyatakan dengan:
P = VI
Dari rumus di atas dapat diturunkan rumus daya yang lain sebagai berikut:
V2
P=I R= 2

R
Perjanjian tanda untuk arus, tegangan, dan daya disimpulkan dalam gambar
berikut.
i i
+ P = VI -
P = VI
V diserap = V diberikan
- +

Gambar tersebut memperlihatkan jika sebuah ujung elemen adalah V volt


lebih positif terhadap titik ujung lainnya, dan jika sebuah arus I memasuki
elemen tersebut melalui ujung positif, maka daya sebesar P = V.I diserap oleh
elemen tersebut dan sebaliknya.
Komponen Rangkaian, Hukum Ohm dan Hukum Kirchoff

4. Energi (W)
Merupakan hasil perkalian daya dengan waktu. Secara matematis dinyatakan
dengan:
V 2t
W = P.t = V .I .t = I Rt =
2

1.2 Hukum Ohm


Menyatakan bahwa “tegangan yang melintasi berbagai jenis bahan adalah
berbanding lurus dengan arus yang mengalir padanya”. Secara matematis
dinyatakan dengan:
V = I .R
Dari hukum Ohm dapat diturunkan rumus lain sebagai berikut:
V V
I= dan R =
R I
dengan V merupakan tegangan (dalam volt), I merupakan arus yang mengalir
(dalam amper) dan R merupakan resistansi atau hambatan (dalam ohm, Ω) yang
mana 1 ohm nilainya sama dengan 1 volt/amper.
Resistansi merupakan ukuran seberapa besar arus akan dihambat oleh
elemen tersebut. Kebalikan dari resistansi (1/Ω, S) dinamakan dengan
konduktansi (G). Konduktansi merupakan ukuran seberapa baik arus akan
diijinkan mengalir di dalam rangkaian. Secara matematis hubungan antara
resistansi dan konduktansi dinyatakan dengan
1
G=
R

Contoh 1.1
Tentukan arus yang mengalir dalam rangkaian bila sebuah baterai 12 volt
dihubungkan dengan resistor sebesar 2 Ω!
Jawab:
V 12V
I= = = 6A
R 2Ω
Buku Pegangan Kuliah Dasar Teknik Elektro 5

Contoh 1.2
Tentukan resistansi dari lampu pijar berdaya 44 W yang mana bila dihubungkan
dengan tegangan sebesar 220 V maka akan mengalir arus sebesar 200 mA!
Jawab:
V 220V
R= = = 1100Ω
I 200mA

Latihan soal Sub bab 1.2 Hukum Ohm


1. Berapakah tegangan di antara terminal resistor 6 Ω jika arus yang mengalir
padanya sebesar 2 A?
2. Pada saat start, berapakah arus yang dialirkan dari akumulator sepeda motor
12 volt jika resistans motornya sebesar 0,5 Ω?
3. Jika sebuah heater menyerap arus sebesar 2 A bila dihubungkan dengan
tegangan sebesar 220 V, berapakah resistans internal dari heater tersebut?

1.3 Hukum Kirchoff Arus


Menyatakan bahwa “jumlah aljabar semua arus yang memasuki sebuah
simpul/titik dalam suatu rangkaian adalah nol” atau “jumlah arus yang memasuki
suatu simpul dalam rangkaian sama dengan jumlah arus yang keluar dari simpul
tersebut”.
Secara matematis dinyatakan dengan
N

∑i
n =1
n =0

Sebagai ilustrasi ditunjukkan pada gambar berikut:

IA IC

ID
IB IE

Maka berdasarkan hukum kirchof arus akan berlaku:


IA + IB - IC - ID - IE = 0 atau
IA + IB = IC + ID + IE
6 Komponen Rangkaian, Hukum Ohm dan Hukum Kirchoff

Contoh 1.3
Tentukan besar arus yang tak diketahui dari gambar berikut!
6A
8A
12A
R4 = 8Ω
a 5A
b
I1
4A I2 R4 = 8Ω

I3 c 2A

Jawab:
Dengan menerapkan hukum kirchoff arus pada titik a, maka akan berlaku
I1 = 12A + 8A + 4A = 24A (berarah keluar titik a)
Dengan menerapkan hukum kirchoff arus pada titik b, maka akan berlaku
I1 + 6A = 5A + I2
24A + 6A = 5A + I2
I2 = 24A + 6A –5A = 25A (berarah keluar titik b)
Dengan menerapkan hukum kirchoff arus pada titik c, maka akan berlaku
I2 = I3 + 2A
25A = I3 + 2A
I3 = 25A – 2A = 23A (berarah keluar titik c)

Contoh 1.4
Dengan menggunakan informasi yang diberikan pada rangkaian berikut, tentukan
nilai VR1, VR2, dan VR3!

12mA 5mA 3mA


a b

E R2= 5kΩ R2= 4kΩ R3 = 2kΩ

Jawab:
Dengan menerapkan hukum ohm pada R3 akan diperoleh
VR3 = IR3 x R3 = 3mA x 2kΩ = 6V
Buku Pegangan Kuliah Dasar Teknik Elektro 7

Dengan menerapkan hukum kirchoff arus pada titik b akan diperoleh


5mA = IR2 + 3mA
IR2 = 5mA – 3mA = 2mA
Dengan menerapkan hukum Ohm pada R2 akan diperoleh
VR2 = IR2 x R2 = 2mA x 4kΩ = 8V
Dengan menerapkan hukum kirchoff arus pada titik a akan diperoleh
12mA = IR1 + 5mA
IR1 = 12mA – 5mA = 7mA
Dengan menerapkan hukum Ohm pada R1 akan diperoleh
VR1 = IR1 x R1 = 7mA x 5kΩ = 35V

Latihan soal sub bab 1.3 Hukum Kirchoff Arus


1. Tentukan nilai dari besaran listrik yang tak diketahui dari rangkaian berikut!
IS = 1 0 0 m A
I 1 =2A
I1 I2= 8 0 m A I3 IS I 2 =1A
+
10V R1 R2
E V 1= 1 0 V 1kΩ R 4kΩ
-

(b)
(a )

I = 6A 2A + I2 3A
E 6Ω V2 9Ω R3
-
P=12W
(c)

2. Dengan menggunakan hukum kirchoff arus, tentukan arus yang tak diketahui
dari rangkaian berikut!

10m A

I3 4m A
I2

I1 10m A

2m A
8 Komponen Rangkaian, Hukum Ohm dan Hukum Kirchoff

1.4 Hukum kirchoff tegangan


Menyatakan bahwa “jumlah aljabar seluruh tegangan yang mengelilingi
sebuah jalan tertutup (loop) dalam sebuah rangkaian listrik adalah nol”. Secara
matematis dinyatakan dengan:
N

∑V
n =0
n =0

Sebagai ilustrasi ditunjukkan pada gambar berikut:

+ V1 -

+ +
VS V2
- -

- V3
+
Maka berdasarkan hukum kirchoff tegangan akan berlaku:
-Vs + V1 + V2 + V3 = 0 atau
Vs = V1 + V2 + V3 = 0

Contoh 1.5
Tentukan besar tegangan yang tak diketahui pada rangkaian berikut!
+ V1 - + 5V -
R1 R2

E 1 =20V E 2 =4V

Jawab:
Dengan menerapkan hukum Kirchoff tegangan akan diperoleh
-E1 + V1 + 5V + E2 = 0
-20V + V1 + 5V + 4V = 0
V1 = 20V – 5V – 4V = 11V
Buku Pegangan Kuliah Dasar Teknik Elektro 9

Contoh 1.6
Dari rangkaian berikut, tentukanlah besar V2 dan arus I!
+ V 1 =8V- + V 2 -
R 1 = 4Ω R 2 = 6Ω

E=20V

Jawab:
Dengan menerapkan hukum kirchoff tegangan akan diperoleh
-E + V1 +V2 = 0
-20V + 8V + V2 =0
V2 = 20V – 8V = 12V
Dengan menerapkan hukum Ohm pada R1 akan diperoleh
V1 8V V 12V
I= = = 2 A atau I = 2 = = 2A
R1 4Ω R2 6Ω

Latihan soal sub bab 1.4 Hukum Kirchoff Tegangan


1. Tentukan Vab pada rangkaian berikut. Setiap kotak dapat berupa sumber atau
beban listrik.

- 60V + + 10V- a
V ab
b

+ 15V - - 5V +
10 Komponen Rangkaian, Hukum Ohm dan Hukum Kirchoff

2. Tentukanlah nilai besaran-besaran listrik yang tak diketahui dari rangkaian


berikut!

+ V1 - + 80V - + V 1 - + V 2-
R 1 = 4Ω R2 R 1 = 2Ω R 2 = 1Ω R3

I I=1A
E=120V E=20V P=21W

(a) (b)

E 1 =20V -12V + E1 R 1 =5k Ω

R2 P=100mW
+
I=5mA R
16V R 1 =2kk Ω E 2 =8V
- E=20V

(c) E 2 =20V (c)


BAB II
RANGKAIAN DC SERI, PARAREL DAN KOMBINASINYA

2.1 Rangkaian DC Seri


Biasanya untuk rangkaian seri lebih disukai untuk menganalisis rangkaian
dengan resistansi daripada konduktansi. Hal itu disebabkan karena resistansi total
(RT) pada rangkaian seri diperoleh dengan menambahkan semua resistansi yang
terdapat dalam rangkaian. Untuk mencari konduktansinya totalnya cukup dengan
1/RT. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar berikut:

R1 R2 R3 RN

GT

RT

RT = R1 + R2 + R3 + … + RN
GT = 1/RT

Contoh 2.1
Tentukan resistansi total dari rangkaian berikut!

R1= 4 Ω R2 = 6 Ω

RT

Jawab :
RT = R1 + R2 = 4Ω + 6Ω = 10 Ω
12 Rangkaian DC Seri, Pararel dan Kombinasinya

Untuk mengilustrasikan analisis besaran listrik pada rangkaian seri


digunakan rangkaian dc seri sederhana seperti ditunjukkan pada gambar berikut:
+ V1 -
R1
I
+
E RT R2 V
- 2

Besarnya resistans total pada rangkaian tersebut adalah


RT = R1 + R2
Arus yang mengalir pada rangkaian seri nilainya akan sama dan ditentukan
dengan Hukum Ohm yaitu:
E
I=
RT
Tegangan diantara terminal pada setiap elemen dapat ditentukan dengan
menerapkan Hukum Ohm, yaitu:
V1 = IR1 dan V2 = IR2
Dengan menerapkan Hukum kirchoff tegangan diperoleh:
-E + V1 + V2 = 0 atau E = V1 + V2
Dayanya dapat ditentukan dengan menggunakan rumus:

2 V2
P = EI = I R =
R

Contoh 2.2
Tentukan besar arus, tegangan dan daya pada rangkaian berikut:

+ V1 -
R1 = 4Ω

I
+
E =10V R2 = 6Ω
RT V
- 2
Buku Pegangan Kuliah Dasar Teknik Elektro 13

Jawab:
RT = R1 + R2 = 4Ω + 6Ω = 10Ω
E 10V
I= = = 1A
RT 10Ω

V1 = I.R1 = (1A)(4Ω) = 4V
V2 = I.R2 = (1A)(6Ω) = 6V
PT = E.I = (10V)(1A) = 10W
P1 = V1.I = (4V)(1A) = 4W
P2 = V2.I (6V)(1A) = 6W

Latihan Soal Sub bab 2.1 Rangkaian DC Seri


1. Dari rangkaian berikut ini, tentukanlah besar resistans total, arus I, tegangan
yang tak diketahui!

+ V1 - + V 2- + V 3-
R 1 =3k Ω R 2 =1k Ω R 3 =2k Ω

I
E=120V

RT

(a)

- V1 + - V 2+
R 1 =20 Ω R 2 =5 Ω

-
I
V3 R 3 =10 Ω
E=6V +
RT
R 3 =5 Ω

+ V 4-
(b)
14 Rangkaian DC Seri, Pararel dan Kombinasinya

2. Empat buah lampu pijar dihubungkan dengan tegangan sumber 220V seperti
rangkaian berikut.
a. Jika setiap lampu mempunyai resistans internal (R) yang sama sebesar
25Ω, tentukanlah arus yang mengalir pada rangkaian tersebut!
b. Tentukan besar daya yang diserap dan tegangan pada setiap lampu!
c. Jika salah satu lampu mati, apa yang terjadi dengan lampu yang lainnya?
R R R R

E = 220 V

2.2 Rangkaian Seri Sebagai Pembagi Tegangan


Rangkaian dc seri merupakan rangkaian pembagi tegangan dimana
tegangan sumber akan dibagi ke setiap elemen yang ada pada rangkaian,
mengikuti persamaan:
Rx E
Vx =
RT
Dimana Vx merupakan tegangan di antara sebuah atau beberapa elemen yang
terhubung seri yang mempunyai resistans sebesar Rx, E merupakan tegangan total
yang terhubung ke semua rangkaian seri dan RT merupakan resistans total dalam
rangkaian seri.

Contoh 2.3
Dengan menggunakan prinsip pembagi tegangan, tentukan tegangan pada setiap
elemen pada rangkaian berikut:

R1 = 2 Ω R2 = 4 Ω

+ V1 - + V2 -

E= 12V
Buku Pegangan Kuliah Dasar Teknik Elektro 15

Jawab :
R1 E (2Ω)(12V ) 24V
V1 = = = = 4V
R1 + R2 2Ω + 4Ω 6

R2 E (4Ω)(12V ) 48V
V2 = = = = 8V
R1 + R2 2Ω + 4Ω 6

Contoh 2.4
Dengan menggunakan prinsip pembagi tegangan, tentukan tegangan pada setiap
elemen pada rangkaian berikut!

R1 = 6Ω R2 = 8Ω R3 = 10Ω

+ V1 - + V2 - + V3 -
E=24V I
V4

Jawab :
R1 E (6Ω)(24V ) 144V
V1 = = = = 6V
R1 + R2 + R3 6Ω + 8Ω + 10Ω 24

R2 E (8Ω)(24V ) 184V
V2 = = = = 8V
R1 + R2 + R3 6Ω + 8Ω + 10Ω 24

R3 E (10Ω)(24V ) 240V
V3 = = = = 10V
R1 + R2 + R3 6Ω + 8Ω + 10Ω 24

( R2 + R3 ) E (8Ω + 10Ω)(24V ) (18Ω)(24V )


V4 = = = = 18V
R1 + R2 + R3 6Ω + 8Ω + 10Ω 24Ω
atau
V4 = V2 + V3 = 8V + 10V = 14V
16 Rangkaian DC Seri, Pararel dan Kombinasinya

Latihan Soal sub bab 2.2 Rangkaian Seri Sebagai Pembagi Tegangan
1. Dengan menggunakan prinsip pembagi tegangan, tentukan Vab dari rangkaian
berikut!
R 1 =20 Ω R 1=4kΩ R 2=1kΩ
a
a R 3=3kΩ
V ab R 3 =10 Ω Vab
E=60V E=10V
b
R =2kΩ
b 4
(a) (b)

R 1 =20 Ω R 2 =10 Ω

a V b
ab R 3 =4 Ω R 1 =20 Ω R 2 =10 Ω R 3 =30 Ω
60V
E=80V
+V 1 - +V 2 - +V 3 -
R 4 =6 Ω (d)

(c)

2. Tentukan nilai R1, R2, R3, dan R4 dari rangkaian pembagi tegangan berikut!
R4
+48V

R1
16mA
+12V
E=100V R2

R3

-20V
Buku Pegangan Kuliah Dasar Teknik Elektro 17

2.3 Rangkaian DC Pararel


Biasanya untuk rangkaian pararel lebih disukai untuk menganalisis
rangkaian dengan konduktansi daripada resistansi. Hal itu disebabkan karena
konduktans total (GT) pada rangkaian pararel diperoleh dengan menambahkan
semua konduktans pada setiap cabang rangkaian. Untuk mencari resistans totalnya
cukup dengan 1/GT. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar berikut:

GT 1 1 1 1
G1 = G2 = Y3 = GN =
R1 R2 R3 RN
RT

GT = G1 + G2 + G3 + … + GN
RT = 1/GT
Bila kita bekerja dengan resistansi untuk rangkaian pararel, maka resistansi total
ditentukan dengan:
1 1 1 1 1
= + + + ... +
RT R1 R2 R3 RN
Khusus untuk dua resistans yang terhubung pararel akan berlaku :
1 1 1 RR
= + atau RT = 1 2
RT R1 R2 R1 + R2
Untuk tiga resistans yang terhubung pararel akan berlaku :
R1 R2 R3
RT =
R1 R2 + R2 R3 + R3 R1

Contoh 2.5
Untuk rangkaian berikut, tentukan konduktansi pada setiap cabang, konduktansi
total dan resistansi totalnya!

GT R 3= 8 Ω
R 1= 4 Ω R 2= 2 Ω
RT
18 Rangkaian DC Seri, Pararel dan Kombinasinya

Jawab :
1 1
a. G1 = = = 0,25S
R1 4Ω
1 1
G2 = = = 0,5S
R2 2Ω
1 1
G3 = = = 0,125S
R3 8Ω
b. GT = G1 + G2 + G3 = 0,25 S + 0,5S + 0,125S = 0,875S
1 1
c. RT = = = 1,143Ω
GT 0,875S

R1 R2 R3 (4Ω)(2Ω)(8Ω)
RT = =
R1 R2 + R2 R3 + R3 R1 (4Ω)(2Ω) + (2Ω)(8Ω) + (8Ω)(4Ω)
(4)(2)(8Ω) 64Ω
= = = 1,143Ω
8 + 16 + 32 56

Untuk mengilustrasikan analisis besaran listrik pada rangkaian pararel


digunakan rangkaian dc pararel sederhana seperti pada rangkaian berikut:

I1 I2
I
E R1 R2
R T ,G T

Besarnya arus I ditentukan dengan hukum Ohm sebesar:


E
I= = EGT
RT
Karena tegangan pada setiap cabang rangkaian pararel adalah sama maka arus
yang melalui setiap cabang dapat ditentukan dengan penerapan hukum Ohm:
E
I1 = = EG1
R1
E
I2 = = EG2
R2
Buku Pegangan Kuliah Dasar Teknik Elektro 19

Penerapan Hukum Kirchoff arus dapat pada rangkaian menghasilkan:


I - I1 - I2 = 0 ⇒ I = I 1 + I2
Daya pada rangkaian dapat ditentukan dengan:
V2
P = EI =I2R =
R

Contoh 2.6
Tentukanlah besar arus dan daya pada rangkaian berikut!

I1 I2
I
E=40V R 1= 4 Ω R 2= 5 Ω
R T ,G T

Jawab:
Menentukan besar arus:
R1 R2 (4Ω)(5Ω) 20
RT = R1 // R2 = = = Ω
R1 + R2 4Ω + 5Ω 9
E 40V (40V )(9)
I= = = = 18 A
RT 20 20Ω

9
E 40V
I1 = = = 10 A
R1 4Ω
E 40V
I2 = = = 8A
R2 5Ω
Menentukan besar daya:
PT = I.E = (18A)(40V) = 720W
P1 = I1.V1 = (10A)(40V) = 400W
P2 = I2.V2 = (8A)(40V) = 320W
20 Rangkaian DC Seri, Pararel dan Kombinasinya

Latihan Soal Sub bab 2.3 Rangkaian DC Pararel


1. Tentukan konduktansi dan resistansi dari rangkaian berikut!

RT RT
R 1 =3k Ω R 2 = 2k Ω R 3 = 6k Ω R 1= 9 Ω R2 = 1 8 Ω
GT GT
(a) (b)

RT
R 1= 4 Ω R2 = 8Ω R3 = 4Ω R4 = 8Ω
GT
(c)

2. Untuk rangkaian berikut:


a. Tentukan Konduktans dan resistans total!
b. Tentukan arus Is dan arus pada setiap cabang rangkaian!
c. Tentukan daya yang didisipasikan oleh setiap resistor!

IS I1 I2 I3

E=90 V R 1 = 30 Ω R 2 = 60 Ω R 3 = 15 Ω

R T, G T
(a)

IS I1 I2

E=48 V R 1 = 8Ω R 2 = 12 Ω

R T, G T
(b)

3. Empat buah lampu pijar dihubungkan secara pararel dengan sumber tegangan
220V seperti rangkaian berikut.
a. Jika keempat lampu tersebut mempunyai resistans internal 1,1kΩ,
tentukan arus yang mengalir pada setiap lampu!
b. Tentukan resistans total lampu tersebut!
c. Tentukan daya yang diserap oleh setiap lampu!
Buku Pegangan Kuliah Dasar Teknik Elektro 21

d. Jika salah satu lampu mati, apa yang terjadi dengan lampu yang lainnya?

E = 220 V L1 L2 L3 L4

4. Beban dalam suatu rumah tinggal digambarkan sebagai berikut.


a. Tentukan besarnya arus yang diserap oleh setiap beban!
b. Apakah sekring yang terpasang akan putus jika semua beban dihidupkan
bersamaan?

Sekring
2A

M esin Pompa
TV Lampu Kulkas
220 V cuci air
50 W 100 W 50 W
350 W 150 W

2.4 Rangkaian DC Pararel Sebagai Pembagi Arus


Rangkaian dc pararel merupakan rangkaian pembagi arus dimana arus
sumber akan dibagi ke setiap cabang yang ada pada rangkaian mengikuti:
 1 ( I )
 R 
Ix =  x 
1
RT
Dimana Ix merupakan arus yang melalui sebuah elemen yang terhubung pararel
yang mempunyai resistans sebesar Rx, RT merupakan resistans total dan I
merupakan arus total.
Khusus untuk rangkaian pararel yang terdiri dari dua resistans seperti rangkaian
berikut akan berlaku:

IT I1 I2

R1 R2

R2 I T RI
I1 = dan I 2 = 1 T
R1 + R2 R1 + R2
22 Rangkaian DC Seri, Pararel dan Kombinasinya

Contoh 2.7
Dengan menggunakan prinsip pembagi arus, tentukan besarnya arus yang melalui
setiap resistans, tegangan dan dayanya!

IT =20A I1 I2

R 1 =3 Ω R 2 =7 Ω

Jawab :
Menentukan besar arus:
R2 I T (7Ω)(20 A) 140 A
I1 = = = = 14 A
R1 + R2 3Ω + 7Ω 10

R1 I T (3Ω)(20 A) 60 A
I2 = = = = 6A
R1 + R2 3Ω + 7Ω 10
Menentukan besar tegangan:
Pada rangkaian pararel, besar tegangan pada setiap cabang rangkaian akan sama.
V = IT.RT = I1.R1 = I2.R2
V =I1.R1 = (14A)(3Ω) = 42 V
Menentukan besar daya:
PT = V.IT = (42V)(20A) = 840 W
P1 = (I1)2R1 = (14A)2(3Ω) = 588 W
P2 = (I2)2R2 = (6A)2(7Ω) = 252 W

Latihan Soal Sub bab 2.4 Rangkaian DC Pararel Sebagai Pembagi Arus
1. Tentukan nilai R2 dan arus pada setiap cabang dari rangkaian berikut!

I=3A V s = 12V R 1 =6 Ω R2
Buku Pegangan Kuliah Dasar Teknik Elektro 23

2. Dengan menggunakan prinsip pembagi arus, tentukan besarnya arus pada


setiap cabang rangkaian berikut!
I1 1Ω

I1 I2 500m A I4
I=15A 2Ω
6Ω 9Ω I2

3Ω
(a)
I3
(b )

I1 4Ω

I2 12Ω
IT = 2 0 A IT = 2 0 A
I3 2Ω

I4 40Ω

(c)

2.5 Rangkaian DC Kombinasi Seri dan Pararel


Biasanya suatu rangkaian listrik yang kompleks tidak hanya merupakan
rangkaian seri atau rangkaian pararel saja, tetapi merupakan kombinasi dari
keduanya. Nilai resistans ekuivalen dicari dengan memperhatikan sudut pandang
dimana resistans tersebut dicari. Penentuan resistans ekuivalen dimulai dari
resistor yang terletak pada cabang terjauh kemudian bergerak mendekat dengan
yang dimaksud soalnya. Sebagai ilustrasi diberikan rangkaian berikut:
R2 b R4
a c

R1 R3 R5

Maka,
Rad = ((((R5 + R4) // R3) + R2)//R1)
Rbd = ((R5 + R4) // (R1 + R2) // R3)
24 Rangkaian DC Seri, Pararel dan Kombinasinya

Rcd = ((((R1 + R2) // R3) + R4) // R5)


Rab = ((((R5 + R4) // R3) + R1) // R2)
Dan seterusnya.

Contoh 2.8
Tentukan resistans total dan arus pada setiap cabang dari rangkaian berikut!
R 1= 2Ω

IS I2 I3

E=54V R 2= 12Ω R 3= 6Ω

RT

Jawab:
RT = ( R2 // R3 ) + R1
R 2R 3 (12Ω)(6Ω) (12Ω)(6Ω)
= = + 2Ω = + 2Ω = 4Ω + 2Ω = 6Ω
R 2 + R 3 (12Ω + 6Ω) 18Ω
Dengan menggunakan hukum Ohm akan diperoleh
E 54V
IS = = = 9A
RT 6Ω
Dengan prinsip pembagi arus akan diperoleh
R3
I2 = IS
R2 + R3

=
6Ω
9A =
(6Ω )(9 A) = 3 A
6Ω + 12Ω 18Ω
R2
I3 = IS
R2 + R3

=
12Ω
9A =
(12Ω )(9 A) = 6 A
6Ω + 12Ω 18Ω
I3 juga dapat ditentukan dengan menerapkan hukum Kirchoff arus
IS = I2 + I3
I3 = IS - I2 = 9A – 3A = 6A
Buku Pegangan Kuliah Dasar Teknik Elektro 25

Latihan Soal Sub bab 2.5 Rangkaian DC Kombinasi Seri dan Pararel
1. Dari rangkaian berikut, tentukanlah arus dan tegangan pada setiap cabang
rangkaian!
R 1 =6 Ω

R 2 =4 Ω

R 3= 6 Ω R 4 = 12 Ω
E = 64V

(a)

R 3= 6Ω R 4 = 12 Ω

E = 64V
R 3= 6Ω R 4 = 12 Ω

(b)

2. Tentukan arus I dan tegangan V dari rangkaian berikut!

V 1 =+9V
I
R 2= 7Ω
+
V R 1 =5 Ω
R 3= 8Ω
-

V 2 = -9V
BAB III
METODE ANALISIS RANGKAIAN DC

3.1 Transformasi Sumber


Saat kita menerapkan suatu metode untuk menganalisis rangkaian DC,
mungkin diperlukan unutk mengubah sumber arus menjadi sumber tegangan atau
sumber tegangan menjadi sumber arus.
Tidak sembarang sumber dapat ditransformasikan. Sebuah sumber
tegangan yang diseri dengan resistans baru dapat ditransformasikan menjadi
sumber arus yang dipararel dengan resistans. Sebaliknya sebuah sumber arus yang
dipararel dengan resistans baru dapat ditransformasi menjadi sumber tegangan
yang diseri dengan dengan resistans. Secara umum, cara untuk mengubah sebuah
sumber listrik menjadi jenis sumber lainnya ditunjukkan pada gambar berikut :
a a

R
I=E/R R
E=IR

a' a'

Contoh 3.1
Ubah sumber tegangan pada gambar berikut menjadi sumber arus !
R=5 Ω

E=100V

Jawab :
E 100 A
I = = = 20A
R 5Ω
Buku Pegangan Kuliah Dasar Teknik Elektro 27

Hasilnya ditunjukkan pada gambar berikut:

R=5Ω
Ι=20Α

Contoh 3.2
Ubah sumber arus pada gambar berikut menjadi sumber tegangan!

Ι= 1 0 Α R 1 =8 Ω R 2 =2 Ω

Jawab:
R1 xR2 (8Ω)(2Ω)
RT = R1 // R2 = = = 1,6Ω
R1 + R2 (8Ω + 2Ω )

V = I.RT = (10A)(1,6Ω) = 16V


Hasil transfomasinya ditunjukkan pada gambar berikut:
R T =1,6 Ω

16V

3.2 Analisis Loop/Mesh


3.2.1 Cara Biasa
Tahap-tahap untuk menerapkan cara biasa ini adalah:
1. Tentukan arah arus pada setiap loop yang ada pada rangkaian. Biasanya
dipilih searah dengan jarum jam.
2. Tentukan polaritas dari setiap elemen yang ada dalam rangkaian.
a. Di dalam sumber : arus mengalir dari polaritas (-) ke polaritas (+)
28 Metode Analisis Rangkaian DC

b. Di dalam beban : arus mengalir dari polaritas (+) ke polaritas (-)


3. Terapkan Hukum Kirchoff Tegangan pada setiap loop yang ada dalam
rangkaian, sehingga diperoleh persamaan sebanyak jumlah loop yang ada.
4. Selesaikan persamaan simultan yang ada.

Contoh 3.3
Tentukanlah arus yang mengalir pada setiap loop yang terdapat pada rangkaian
berikut!

R 1 =2 Ω R 2 =4 Ω R 3 =1 Ω

E 2 = 6V
E 1 = 2V

Jawab:
Kita tentukan terlebih dulu arah arus pada setiap loop. Kita pilih searah dengan
jarum jam sehingga rangkaiannya menjadi:

I1 I2
R 1 =2 Ω R 2 =4 Ω R 3 =1 Ω

E 2 = 6V
E 1 = 2V

Dengan menerapkan hukum Kirchoff tegangan pada masing-masing loop


diperoleh
Loop I1:
-E1 + R1I1 + R2(I1-I2) = 0
-2V + 2ΩI1 + 4Ω (I1-I2) = 0
-2V + 2ΩI1 + 4ΩI1 - 4ΩI2 = 0
(4Ω + 2Ω) I1 - 4ΩI2 = 2V
6ΩI1 - 4ΩI2 = 2V
Buku Pegangan Kuliah Dasar Teknik Elektro 29

Loop I2:
E2 + R2(I2-I1) + R3I2 = 0
6V + 4Ω (I2-I1) + 1ΩI2 = 0
6V + 4ΩI2 - 4ΩI1 + 1ΩI2 = 0
-4ΩI1 + 5Ω I2 = -6V
Dengan substitusi dan eleminasi kedua persamaan loop diperoleh:

6ΩI 1-4ΩI 2 = 2V x 12ΩI 1 - 8ΩI 2 = 4V


2

− 4ΩI 1 + 5ΩI 2 = −6V x 3 − 12ΩI 1 + 15ΩI 2 = −18V


+

7ΩI 2 = -14V
I 2 = -2 A
Dari persamaan loop I1
6ΩI1 - 4ΩI2 = 2V
6ΩI 1 = 2V + 4ΩI 2
2V + (4Ω )(− 2 A) 2V − 8V − 6V
I1 = = = = −1A
6Ω 6Ω 6Ω

Persamaan simultans yang diperoleh juga dapat diselesaikan dengan


menggunakan aljabar matriks dengan terlebih dulu menyatakan persamaan loop
tersebut ke dalam bentuk matriks sebagai berikut:
 6Ω − 4Ω   I 1   2V 
− 4Ω 5Ω   I  = − 6V 
  2   
Maka:
2V − 4Ω
− 6V 5Ω 10V − 24V − 14V
I1 = = = = −1A
6Ω − 4Ω 30Ω − 16Ω 14Ω
− 4Ω 5Ω

6V 2Ω
− 4V − 6Ω − 36V + 8V − 28V
I2 = = = = −2 A
6Ω − 4Ω 30Ω − 16Ω 14Ω
− 4Ω 5Ω
30 Metode Analisis Rangkaian DC

Dengan bantuan orcad, besarnya arus yang mengalir pada setiap loop adalah:

1.000A
R1 2ohm
1.000A R3 1ohm
R2 4ohm 2.000A
1.000A
V1 2Vdc V2 6Vdc
2.000A
0

Contoh 3.4
Dari rangkaian berikut, tentukanlah besarnya arus yang mengalir pada setiap loop!

R 2 =3 Ω
R 1 =24 Ω R 3 =1 Ω

E 1 =20V E 2 =60V E 3 =40V

Jawab:
Kita tentukan arah arus pada setiap loop yaitu searah dengan jarum jam sehingga
rangkaiannya menjadi:

R 2 =3 Ω
R 1 =24 Ω I1 I2 R 3 =1 Ω

E 1 =20V E 2 =60V E 3 =40V

Loop I1:
-E1 + R1I1 + R2(I1 – I2) + E2= 0
-20V + 24ΩI1 + 3ΩI1 + 3Ω(I1-I2) + 60V = 0
-20V + 24ΩI1 + 3ΩI1 + 3ΩI1-3ΩI2 + 60V = 0
27ΩI1 - 3ΩI2 = -40V
Buku Pegangan Kuliah Dasar Teknik Elektro 31

Loop I2:
-E2 + R2(I2-I1) + R3I2 + E3 = 0
-60V + 3Ω(I2-I1) + 1ΩI2 + 40V = 0
-60V + 3ΩI2 - 3ΩI1 + 1ΩI2 + 40V = 0
- 3ΩI1 + 4ΩI2 = 20V
Dinyatakan dalam bentuk matriks menjadi:
 27Ω − 3Ω   I 1  − 40V 
− 3Ω 4Ω   I  =  20V 
  2   
Maka:
− 40V − 3Ω
20V 4Ω − 160V + 60V − 100V
I1 = = = = −1.01A
27Ω − 3Ω 108Ω − 9Ω 99Ω
− 3Ω 4Ω

27V − 40Ω
− 3V 20Ω 540V − 120V 420V
I2 = = = = 4.24 A
27Ω − 3Ω 108Ω − 9Ω 99Ω
− 3Ω 4Ω
Dengan bantuan orcad, besarnya arus yang mengalir pada setiap loop adalah:

1.010A
4.242A
R1 24ohm
R2 3ohm R3 1ohm
5.253A
1.010A 4.242A
V1 20Vdc 60Vdc V2 V3 40Vdc
5.253A
0
32 Metode Analisis Rangkaian DC

Latihan Soal Sub bab 3.2.1 Cara Biasa


1. Tentukan besar arus yang mengalir pada setiap resistor dalam rangkaian
berikut!
R 1 = 4Ω R 2= 2Ω
R 1 =5,6k Ω R 2 =2,2k Ω R 3 =3,3k Ω

E 1 =4V R 3 =8 Ω E 2 =6V
E 1 =10V E 2 =20V E 3 =30V

(a) (c)

E 4 =6V

R 1 =4Ω R 2=3 Ω R 1 =2 Ω R 2 =3 Ω R 3 =5 Ω

R 3 =12 Ω
E 1 =10V E 2 =12V E 1 =25V E 2 =60V E 3 =20V

(b) (d)

2. Tentukan besar arus I yang mengalir pada rangkaian berikut! Kemudian dari
hasilnya tentukan besar tegangan VR3 dan daya PR3!
R 1 = 4Ω R 3= 4Ω R 5 = 3Ω

I
E 1 =10V R 2 =1 Ω R 5 =5 Ω E 2 =6V

3. Cobalah menyelesaikan persoalan (1) dan (2) dengan menggunakan bantuan


software orcad!
Buku Pegangan Kuliah Dasar Teknik Elektro 33

3.2.2 Cara pendekatan


Tahap-tahap untuk menerapkan cara pendekatan ini adalah:
1. Tentukan arah arus pada setiap loop pada rangkaian. Biasanya dipilih searah
dengan jarum jam.
2. Banyaknya persamaan yang diperlukan adalah sama dengan jumlah loop yang
ada dalam rangkaian. Pada ruas sebelah kiri sama dengan ditentukan dengan
jalan sebagai berikut:
a. Suku 1 pada setiap persamaan merupakan penjumlahan semua resistans
yang dilewati oleh arus pada masing-masing loop dikalikan dengan arus
loopnya.
b. Suku 2 dan seterusnya merupakan perkalian antara resistans bersama
dengan arus loop lain yang melewati resistans bersama tersebut.
Perhatikan arah arus masing-masing loop. Jika arahnya berlawanan dengan
arus loop yang ditinjau, maka dinyatakan dengan tanda negatif. Resistans
bersama merupakan resistans yang dilalui oleh dua arus loop atau lebih.
3. Pada ruas sebelah kanan tanda sama dengan merupakan penjumlahan secara
aljabar dari semua sumber tegangan yang terdapat pada masing-masing loop.
Ingat perjanjian tanda bahwa sumber tegangan akan bertanda positif jika dia
mensuplai energi ke beban (di dalam sumber, arus mengalir dari polaritas (-)
ke polaritas (+)) dan bertanda negatif jika dia menyerap energi (di dalam
sumber, arus mengalir dari polaritas (+) ke polaritas (-)).
4. Pecahkan persamaan linear simultans yang ada.

Contoh 3.5
Tentukan arus yang mengalir pada setiap loop pada rangkaian berikut!

R 1= 1 Ω
R 2= 4 Ω R 3= 4 Ω

E 1= 8 V
E 2= 1 0 V
34 Metode Analisis Rangkaian DC

Jawab:
Kita tentukan arah arus pada setiap loop yaitu searah dengan jarum jam sehingga
rangkaiannya menjadi:

R 1= 1 Ω I2
I1
R 2= 4 Ω R 3= 4 Ω

E 1= 8 V
E 2= 1 0 V

Loop I1:
(R1 + R2)I1 – R2I2 = E1 - E2
(1Ω + 4Ω)I1 – 4ΩI2 = 8V – 10V
5ΩI1 - 4ΩI2 = -2V
Loop I2:
(R2 + R3)I2 – R2I1 = E2
(4Ω + 4Ω )I2 –4ΩI1 = 10V
- 4ΩI1 + 8ΩI1 = 10V
Dinyatakan dalam bentuk matriks menjadi:
 5Ω − 4Ω   I 1  − 2V 
− 4Ω 8Ω   I  = 10V 
  2   
Maka
− 2V − 4Ω
10V 8Ω − 16V + 40V 24V
I1 = = = = 1A
5Ω − 4Ω 40Ω − 16Ω 24Ω
− 4Ω 8Ω

5Ω − 2Ω
− 4Ω 10Ω 50V − 8V 42V
I2 = = = = 1,75 A
5Ω − 4Ω 40Ω − 16Ω 24Ω
− 4Ω 8Ω
Buku Pegangan Kuliah Dasar Teknik Elektro 35

Dengan bantuan orcad, besarnya arus yang mengalir pada setiap loop adalah:

R1 1ohm
R2 4ohm
1.750A
1.000A
750.0mA R3 4ohm
V1 8Vdc 10Vdc V2
1.000A 750.0mA
0

Contoh 3.6
Dengan menggunakan cara pendekatan tentukan arus yang mengalir pada setiap
loop pada rangkaian berikut!
R 1 =15 Ω R 3 =15 Ω

E 1 =200V R 2 =10 Ω E 2 =100V

Jawab:
Kita tentukan arah arus pada setiap loop yaitu searah dengan jarum jam sehingga
rangkaiannya menjadi:
R1=15Ω R3=15Ω

I2
E1=200V I1 R2=10Ω E2=100V

Loop 1:
(R1 + R2)I1 – (R2)I2 = E1
(15Ω +10Ω)I1 – 10ΩI2 = 200V
25ΩI1 - 10ΩI2 = 200V
36 Metode Analisis Rangkaian DC

Loop 2:
(R2 + R3)I2 – (R2)I1 = -E2
(10Ω + 15Ω)I2 – 10ΩI1 = -100V
-10ΩI1 + 25ΩI2 = -100V
Dinyatakan dalam bentuk matriks menjadi:
 25Ω − 10Ω  I 1   200V 
− 10Ω 25Ω   I  = − 100V 
  2   
Maka
200Ω − 10Ω
− 100Ω 25Ω 5000V − 1000V 4000V
I1 = = = = 7,62 A
25Ω − 10Ω 625Ω − 100Ω 525Ω
− 10Ω 25Ω

25Ω 200Ω
− 10Ω − 100Ω 2500V − 2000V 500V
I2 = = = = 0,95 A
25Ω − 10Ω 625Ω − 100Ω 525Ω
− 10Ω 25Ω
Dengan bantuan orcad, besarnya arus yang mengalir pada setiap loop adalah:

R1 R3

15ohm 15ohm
8.571A
V1 200Vdc R2 10ohm 100Vdc V2
7.619A 952.4mA

0
Buku Pegangan Kuliah Dasar Teknik Elektro 37

Latihan Soal Sub bab 3.2.2 Cara Pendekatan


1. Tentukan besar arus yang mengalir pada setiap resistor dalam rangkaian
berikut dengan cara pendekatan!
R 1 = 4Ω R 2= 2Ω
R 1 =5,6k Ω R 2 =2,2k Ω R 3 =3,3k Ω

E 1 =4V R 3 =8 Ω E 2 =6V
E 1 =10V E 2 =20V E 3 =30V

(a) (c)

E 4 =6V

R 1 =4 Ω R 2=3 Ω R 1 =2 Ω R 2 =3 Ω R 3 =5 Ω

R 3 =12Ω
E 1=10V E 2=12V E 1 =25V E 2 =60V E 3 =20V

(b) (d)

2. Dari konfigurasi transistor pada rangkaian berikut:


a. Tentukanlah dengan cara pendekatan besarnya arus IB, IC dan IE dengan
menganggap VBE = 0,7V dan VCE = 8V!
b. Tentukan tegangan VB, VC, dan VE terhadap ground!
c. Berapakah ratio antara arus keluaran (IC) terhadap arus masukan (IB)?
R C = 2,2k Ω

IC
R B =270k Ω C
B +
8V
+ -
IB 0 ,7 V - E V C C =20V
IE
V C C =20V
R E =510 Ω

3. Cobalah menyelesaikan persoalan (1) dan (2) dengan menggunakan bantuan


software orcad!
38 Metode Analisis Rangkaian DC

3.3 Analisis Nodal/Simpul/Titik


Dengan menggunakan metode ini maka kita pertama kali akan
memperoleh besarnya tegangan pada setiap simpul yang ada dalam rangkaian
yang nantinya bisa digunakan untuk mencari besaran listrik yang lainnya.
3.3.1 Cara Biasa
Tahap-tahap untuk menerapkan cara ini adalah:
1. Tentukan jumlah simpul yang ada dalam rangkaian.
2. Pilihlan sebuah simpul referensi dan tandai sisanya dengan tegangan tertentu
seperti V1, V2, V3 dan seterusnya.
3. Tentukan arah arus pada setiap simpul. Pada simpul yang tak diketahui
arahnya, biasanya arahnya dipilih keluar/meninggalkan simpul. Namai arus
tersebut dengan I1, I2, I3, dan seterusnya.
4. Terapkan Hukum Kirchoff arus pada setiap simpul kecuali pada simpul
referensi. Anggap bahwa semua arus yang tak diketahui arahnya, akan
meninggalkan setiap simpul.
5. Selesaikan persamaan linear simultans yang ada.
Contoh 3.7
Dari rangkaian berikut, tentukanlah besarnya tegangan pada setiap simpulnya!
R 1 =0,5k Ω R 3 =2k Ω

E=12V R 2 =10k Ω R 4 =5k Ω Ι= 4 m Α

Jawab:
Menentukan jumlah simpul:
R 1 =0,5k Ω V 1 R 3 =2k Ω V2

E=12V R 2 =10k Ω R 4 =5k Ω Ι= 4 m ∠ 0 Α


Buku Pegangan Kuliah Dasar Teknik Elektro 39

Simpul V1:
R 1 =0,5k Ω V 1 R 3 =2k Ω V2

I1 I3
I2
E=12V R 2 =10k Ω

I2 + I3 = I1
V1 V1 − V2 E − V1
+ =
R2 R3 R1

V1 V − V2 12 − V1
+ 1 =
10 kΩ 2 kΩ 0,5kΩ x10 k

1SV1 + 5S(V1 – V2) = 20S(12V – V1)


1SV1 + 5SV1 – 5SV2 = 240A – 20SV1
26SV1 – 5SV2 = 240A
Simpul V2:
V1 R 3 =2k Ω V2

I6
I3
I4 R 4 =5k Ω Ι= 4 m ∠ 0 Α

I4 + I5 + I6 =0
V2 − V1 V2
+ = −I
R3 R4

V2 − V1 V2
+ = −4mA
2kΩ 5kΩ x10 k

5S(V2 – V1) + 2SV2 = -40A


5SV2 – 5SV1 + 2SV2 = -40A
– 5SV1 + 7SV2 = -40A
40 Metode Analisis Rangkaian DC

Dinyatakan dalam bentuk matriks menjadi:


 26S − 5S  V1   240 A 
=
 − 5S
 7 S  V2  − 40 A

Maka:
240 S − 5S
− 40 S 7 S 1680 A − 200 A 1480 A
V1 = = = = 9,43V
26 S − 5S 182 S − 25S 157 S
− 5S 7 S

26S 240S
− 5S − 40S − 1040 A + 1200 A 160 A
V2 = = = = 1,02V
26S − 5S 182 S − 25S 157 S
− 5S 7 S
Dengan bantuan software Orcad, besarnya tegangan pada setiap simpul adalah
R1 R3
9.427V 1.019V
12.00V
0.5kohm 2kohm

V1 12Vdc R2 10kohm 5kohm R4 4mAdc I

0 0V

Contoh 3.8
Dari rangkaian berikut, tentukanlah besarnya tegangan pada setiap simpulnya!
R 2 =5 Ω

I1 =3A R 1 =4 Ω R 3 =2 Ω I2 =5A
Buku Pegangan Kuliah Dasar Teknik Elektro 41

Jawab:
Menentukan jumlah simpul:

V1 R 2 =5 Ω V2

I 1 =3A R 1 =4 Ω R 3 =2 Ω I 2 =5A

Simpul V1:

V1 R 2 =5 Ω V2

I1 I3
I 1 =3A R 1 =4 Ω I2

I2 + I3 = I1
V1 V1 − V2
+ = I1
R1 R2

V1 V1 − V2
+ =3
4Ω 5Ω x 20

5SV1 + 4S(V1 – V2) = 60A


5SV1 + 4SV1 – 4SV2 = 60A
9SV1 - 4S V2 = 60A
Simpul V2:

V1 R 2= 5Ω V2

I3 I6
R 3= 2Ω I5 I2 = 5 A
42 Metode Analisis Rangkaian DC

I4 + I5 + I6 =0
V2 − V1 V2
+ = −I
R2 R3

V2 − V1 V2
+ = −5 A
5Ω 2Ω x10

2S(V2 – V1) + 5SV2 = -50A


2SV2 - 2S V1 + 5SV2 = -50A
-2SV1 + 7SV2 = 50A
Dinyatakan dalam bentuk matriks menjadi:
 9S − 4S  V1   60 A 
=
− 2S
 7 S  V2  − 50 A

Maka:
60 A − 4 S
− 50 A 7 S 420 A − 200 A 220 A
V1 = = = = 4V
9S − 4S 63S − 8S 55S
− 2S 7 S

9A 60 S
− 2 A − 50S − 450 A + 120 A − 330 A
V2 = = = = −6V
9S − 4S 63S − 8S 55S
− 2S 7 S
Dengan bantuan software Orcad, besarnya tegangan pada setiap simpul adalah:
R2
4.000V -6.000V
4.000V
5ohm

I1 3Adc R1 4ohm 2ohm R3 5Adc I2

0 0V
Buku Pegangan Kuliah Dasar Teknik Elektro 43

Latihan Soal 3.3.1 Cara Biasa


1. Dari rangkaian berikut tulislah persamaan simpulnya kemudian tentukan
besarnya tegangan simpulnya!
R 3 =2 Ω

z
I1 =5A R 1 =2 Ω R 2 =5 Ω I2 =3A R 4 =4 Ω

(a)

R 2 =4 Ω

I2 =2A

R 1 =2 Ω R 3 =20 Ω R 4 =5 Ω
I1 =4A

(b)

2. Tentukan besarnya tegangan simpul pada setiap rangkaian berikut! Kemudian


dari hasilnya tegangan arus yang mengalir pada masing-masing resistor!
R 2 =10 Ω E 1 =24V

I1 =2A R 1 =6 Ω R 3 =4 Ω R 4 =12 Ω

3.3.2 Cara Pendekatan


Tahap-tahap untuk menerapkan cara ini adalah:
1. Tentukan jumlah simpul yang ada dalam rangkaian kemudian pilih sebuah
simpul referensi dan tandai sisanya dengan tegangan tertentu seperti V1, V2,
V3 dan seterusnya.
44 Metode Analisis Rangkaian DC

2. Jumlah persamaan yang diperlukan sama dengan (N – 1) simpul yang ada


dalam rangkaian. Pada ruas sebelah kiri sama dengan ditentukan dengan jalan
sebagai berikut:
c. Suku 1 pada setiap persamaan merupakan penjumlahan semua
konduktansi yang terhubung ke simpul yang dikaji dikalikan dengan
tegangan simpulnya.
d. Suku 2 dan seterusnya merupakan perkalian antara konduktansi bersama
dengan tegangan simpul lain dimana konduktansi terhubung. Konduktansi
bersama ini bertanda negatif. Konduktansi bersama merupakan
konduktansi yang terhubung dengan dua tegangan simpul.
3. Pada ruas sebelah kanan tanda sama dengan merupakan penjumlahan secara
aljabar dari semua sumber arus yang terdapat pada masing-masing simpul.
Ingat perjanjian tanda bahwa sumber arus akan bertanda positif jika dia
mensuplai energi ke beban (arah arusnya masuk ke simpul) dan bertanda
negatif jika dia menyerap energi (arah arusnya keluar dari simpul.
4. Pecahkan persamaan linear simultans yang ada.

Contoh 3.9
Dari rangkaian berikut tentukanlah besarnya tegangan pada setiap simpul dengan
menggunakan cara pendekatan!
R2=4Ω

I1=8A R1=2Ω R3=8Ω I2=5A


Buku Pegangan Kuliah Dasar Teknik Elektro 45

Jawab:
Menentukan jumlah simpul
R 2 =4 Ω
V1 V2

I1 =8A R 1 =2 Ω R 3 =8 Ω I2 =5A

Simpul V1:
 1 1  1
 + V1 − V2 = 8 A
 2 Ω 4Ω  4Ω X4

(2 + 1)V1 – V2 = 32
3V1 –1V2 = 32
Simpul V2:
1 1 1
 + V2 − V1 = −5 A
8 4 4 X8

(1 + 2)V2 – 2V1 = -40A


-2V1 + 3V2 = -40A
Dinyatakan dalam bentuk matrik menjadi:
 3S − 1S  V1   32 A 
=
− 2 S
 3S  V2  − 40 A

Maka:
32 A − 1S
− 40 A 3S 96 A − 40 A 56 A
V1 = = = = 8V
3S − 1S 9S − 2S 7S
− 2 S 3S

3S 32 S
− 2 S − 40S − 120 A + 64 A − 56 A
V2 = = = = −8V
3S − 1S 9S − 2S 7S
− 2S 3S
46 Metode Analisis Rangkaian DC

Dengan bantuan software Orcad diperoleh nilai tegangan pada setiap simpul
sebesar:
R2
8.000V -8.000V
8.000V
4ohm

I1 8Adc R1 2ohm 8ohm R3 5Adc I2

0 0V

Contoh 3.10
Tentukanlah tegangan pada setiap simpul dari rangkaian berikut! Kemudian
tentukan besarnya arus yang mengalir pada tiap R!

R 1 =5 Ω R 1 =10 Ω
+

R 2 =5 Ω
R 3 =15 Ω
E=20V
I=4A

Jawab:
Sumber tegangan E ditransformasi menjadi sumber arus sebagai berikut:
R 1= 5 Ω

R 1= 6 Ω

E = 20V I= 4A

Besarnya arus sumber I ditentukan dengan:


E 20V
I= = = 4A
R1 5Ω
Buku Pegangan Kuliah Dasar Teknik Elektro 47

Sehingga rangkaiannya menjadi:


R 3 =10 Ω

+
R =5 Ω
R 1 =5 Ω 2 R 4 =15 Ω
I=4A
I=4A

Menentukan jumlah simpul:

V1
+ R 3 =10 Ω V2

R =5 Ω
R 1 =5 Ω 2 R 4 =15 Ω
I=4A
I=4A

Menentukan persamaan simpul:


Simpul V1:
 1 1 1   1 
 + + V1 −  V2 = I
 R1 R2 R3   R3 
 1 1 1   1 
 + + V1 −  V2 = 4 A
 5Ω 5Ω 10Ω   10Ω  X 10

(2S+2S+S)V1 – SV2 = 40A


5SV1 – SV2 = 40A
Simpul V2:
 1 1   1 
 + V2 −  V1 = I 1
 R3 R4   R3 
 1 1   1 
 + V2 −  V1 = 4 A
 10Ω 15Ω   10Ω  X 30

(3S + 2S)V2 – 3SV1 = 120A


-3SV1 + 5SV2= 120A
48 Metode Analisis Rangkaian DC

Dinyatakan dalam bentuk matriks menjadi:


 5S − 1S  V1   40 A 
=
− 3S
 5S  V2  120 A

Maka:
40S − 1S
120 S 5S 200 A + 120 A 320 A
V1 = = = = 14,54V
5S − 1S 25S − 3S 22 S
− 3S 5S

5S 40 S
− 3S 120S 600 A + 120 A 720 A
V2 = = = = 32,73V
5S − 1S 25S − 3S 22 S
− 3S 5S

Menentukan besar arus:


E − V1 20V − 14,54V 5,46Ω
I R1 = = = = 1,09 A
R1 5Ω 5Ω
V1 14,54V
I R2 = = = 2,91A
R2 5Ω

V2 − V1 32,73V − 14,54V 18,19Ω


I R3 = = = = 1,819 A
R3 10Ω 10Ω

V2 32,73V
I R4 = = = 2,182 A
R4 15Ω
Dengan bantuan software Orcad diperoleh nilai tegangan dan arusnya sebesar:

R3
1.818A
14.55V 10ohm 32.73V
2.909A
R1 5ohm
R2 5ohm
1.091A 2.182A
20.00V R4 15ohm 4Adc I
V 20Vdc
4.000A
0V 0V
1.091A
0V 0
Buku Pegangan Kuliah Dasar Teknik Elektro 49

Latihan Soal Sub bab 3.3.2 Cara Pendekatan


1. Dengan menggunakan cara pendekatan tentukan besar tegangan pada setiap
simpul pada rangkaian berikut!
R 2 =10 Ω E 1 =24V

I1 =2A R 1 =6 Ω R 3 =4 Ω R 4 =12 Ω

2. Tulislah persamaan simpul dari rangkaian berikut dengan cara pendekatan!


Kemudian gunakan hasilnya untuk menentukan tegangan simpul dan arus
yang mengalir pada setiap resistor!
R 2 =3 Ω

I1 =6A R 1 =5 Ω I2 =7A R 3 =4 Ω R 4 =8 Ω

(a)

R 2 =4 Ω E 1 =12V

R 1 =3 Ω I1 =5A R 3 =6 Ω R 4 =8 Ω I2 =4A

(b)
Teorema Analisis Rangkaian DC 51

BAB IV
TEOREMA ANALISIS RANGKAIAN DC

4.1 Teorema Superposisi


Teoerma ini menyatakan bahwa besarnya arus atau tegangan pada suatu
elemen dalam rangkaian listrik dapat ditentukan dengan memperhitungkan
sumbangan dari masing-masing sumber secara independen. Pada saat kita
memperhitungkan sumbangan dari sebuah sumber maka sumber yang lainnya
dinolkan/ditiadakan. Dengan demikian sumber tegangan (V = 0) menjadi
rangkaian hubung singkat. Sedangkan sumber arus (I = 0) menjadi rangkaian
hubung buka. Besar arus atau tegangan pada rangkaian yang hendak dicari
merupakan penjumlahan secara aljabar dari arus atau tegangan akibat sumbangan
dari masing-masing sumber. Dengan teorema ini kita harus memperhatikan arah
arus atau polaritas dari tegangan pada saat menjumlahkan sumbangan dari
masing-masing sumber.

Contoh 4.1
Dengan menggunakan teorema superposisi, tentukan besarnya arus I yang
melalui reaktansi R2 pada rangkaian berikut!

I
R 1 =4 Ω R 3 =3 Ω
R 2 =4 Ω

E 1 =10V E 2 =5V

Jawab :
Dengan memperhitungkan sumbangan sumber tegangan E1, sumber tegangan E2
dinolkan sehingga menjadi rangkaian hubung singkat. Rangkaiannya menjadi:
52 Buku Pegangan Kuliah Dasar Teknik Elektro

I s1 I'
R 1= 4 Ω R 3= 8Ω
R 2= 4 Ω

E 1= 1 0V

R2 R3 (4Ω)(8Ω) 32Ω
R2 // R3 = = = = 2,67Ω
R2 + R3 4Ω + 8Ω 12

E1 10V 10V
I S1 = = =
R1 + R2 // R3 4Ω + 2,67Ω 6,67Ω

Maka:
R3
I'= I S 1 (prinsip pembagi arus)
R2 + R3
8Ω 12 A
= 1,5A = = 1A
4Ω + 8Ω 12
Dengan memperhitungkan sumbangan sumber tegangan E2, sumber tegangan E1
dinolkan sehingga menjadi rangkaian hubung singkat. Rangkaiannya menjadi:

I'' IS2
R 3 =3 Ω
R 1 =4 Ω R 2 =4 Ω

E 2 =5V

R1 R2 (4Ω)(4Ω) 16Ω
R1 // R2 = = = = 2Ω
R1 + R2 4Ω + 4Ω 8
E2 5V 5V
IS2 = = = = 0,5 A
R1 // R2 + R3 2Ω + 8Ω 10Ω
Maka:
R1
I"= I S 2 (prinsip pembagi arus)
R1 + R2
4Ω 2A
= (0,5A) = = 0,25 A
4 Ω + 4Ω 8
Teorema Analisis Rangkaian DC 53

Arus total yang melalui reaktansi R2 merupakan penjumlahan sumbangan


masing-masing sumber yaitu sebesar :
I = I’ + I” = 1A + 0,25A = 1,25 A
Dengan bantuan software Orcad, besarnya arus yang mengalir melalui resistans R2
adalah sebesar:

R1 4ohm R3 3ohm
1.250A
R2 4ohm
V1 10Vdc V2 5Vdc

Contoh 4.2
Dengan menggunakan teorema superposisi, tentukan besarnya arus I yang melalui
resistor 10Ω pada rangkaian berikut!

R1 =5Ω R2 =10Ω

I
E=20V I=2Α

Jawab :
Dengan memperhitungkan sumbangan sumber arus, sumber tegangan dinolkan
(V=0) sehingga menjadi rangkaian hubung singkat. Rangkaiannya menjadi:

R 1 =5Ω R2 =10Ω

I'
I=2Α

Berdasarkan prinsip pembagi arus kita mendapatkan:


R1 5Ω 10 A
I'= I= 2A = = 0,67A
R1 + R2 5Ω + 10Ω 15
54 Buku Pegangan Kuliah Dasar Teknik Elektro

Dengan memperhitungkan sumbangan sumber tegangan, sumber arus dinolkan


(I=0) sehingga menjadi rangkaian hubung buka. Rangkaiannya menjadi:

R1 =5Ω R 2 =10Ω

I''
E=20V

Berdasarkan hukum Ohm kita mendapatkan :


E E 20V
I ''= = = = 1,33 A
RT R1 + R2 5Ω + 10Ω

Arus total yang melalui resistor 10Ω adalah sebesar :


I = I’ + I” = 0,67A + 1,33A = 2A
Dengan bantuan software Orcad, besarnya arus yang mengalir melalui resistans R
10 Ω adalah sebesar:
R4 R5
2.000A
5ohm 10ohm

V 20Vdc I 2Adc

Contoh 4.3
Dengan menggunakan teorema superposisi, tentukan besarnya tegangan diantara
resistor 10Ω pada rangkain dari soal sebelumnya !.
Jawab :
Untuk menjawab soal ini didasarkan jawaban soal sebelumnya
Dengan memperhitungkan sumbangan sumber arus, maka kita mendapatkan
V’10Ω = I’x R = (0,67A)(10Ω) = 6,7V
Dengan memperhitungkan sumbangan sumber tegangan maka kita mendapatkan :
V”10Ω = I”xR = (1,33A)(10Ω) = 13,3V
Teorema Analisis Rangkaian DC 55

Tegangan total diantara resistor 10Ω adalah :


V10Ω = V’10Ω + V”10Ω
= 6,7V +13,3V
= 20V
Kita juga bisa menentukan arus yang mengalir pada resistor tersebut berdasarkan
arus total dari hasil perhitungan pada soal sebelumnya yaitu:
V10Ω = I x R = (2A)(10Ω) = 20V

Latihan Soal Sub bab 4.1 Teorema Superposisi


1. Dengan menggunakan teorema superposisi tentukan arus yang mengalir
melalui Resistor 10Ω pada rangkaian berikut!

I R 2 =8 Ω
I=9A R 1 =10 Ω
E 2 =18V

(a)

E 1 = +42V

R 1 =18 Ω
E 2 =24V

I
R 2 =9 Ω R 3 =15 Ω R 4 =10 Ω

(b)

2. a. Dengan menggunakan teorema superposisi, tentukan arus yang mengalir


pada setiap resistor pada rangkaian berikut!
b. Tentukan besarnya daya yang diberikan oleh setiap sumber pada R1!
c. Ulangi soal b dengan menggunakan jawaban soal a)!
56 Buku Pegangan Kuliah Dasar Teknik Elektro

d. Apakah teorema superposisi bisa diterapkan untuk mencari daya? Jelaskan!


R 1 = 12 Ω R 3= 6Ω

E 1 =10V R 2 =6 Ω E 2 =5V

3. Dengan menggunakan teorema superposisi, tentukan besarnya tegangan V2


pada rangkaian berikut!

E 1 = +36V

R 1 =12k Ω

+
V2 R 2 =6,8k Ω
- I=9mA

4.2 Teorema Thevenin


Teorema ini menyatakan bahwa sembarang dua terminal rangkaian dapat
diubah menjadi sebuah rangkaian ekuivalen yang terdiri atas sebuah sumber
tegangan thevenin (ETH) dan sebuah resistans ekuivalen thevenin (RTH) yang
diseri dengan sumber tegangan thevenin.
Langkah-langkah untuk mencari untai thevenin adalah:
1. Tentukan dua terminal rangkaian yang hendak dicari untai theveninnya.
2. Tentukan besarnya tegangan thevenin (ETH) yaitu tegangan di antara dua
terminal rangkaian yang hendak dicari untai theveninnya.
3. Tentukan besarnya resistans thevenin (RTH) yaitu resistans ekuivalen yang
ditinjau/dihitung dari dua terminal rangkaian yang hendak dicari untai
theveninnya. Pada saat menentukan resistans thevenin ini, semua sumber yang
Teorema Analisis Rangkaian DC 57

ada harus dinolkan/ditiadakan. Sumber tegangan menjadi rangkaian hubung


singkat dan sumber arus menjadi rangkaian hubung buka.
4. Gambarkan untai theveninnya.

Contoh 4.4
Tentukan untai thevenin dari rangkaian yang terhubung ke resistor R3 pada
gambar berikut!
R 1 =12 Ω

E=16V R 2 =4 Ω R3

Jawab:
Kita tentukan rangkaian yang hendak dicari untai theveninnya seperti gambar
berikut:
R 1 =12 Ω

E=16V R 2 =4 Ω
Thevenin

Menentukan ETH:
R 1 =12 Ω

E=16V R 2 =4 Ω
E TH

ETH sama dengan tegangan di antara terminal R2 yaitu


R2 E
ETH = (prinsip pembagi tegangan)
R1 + R2
(4Ω)(16V ) 64V
= =
12Ω + 4Ω 16
= 4V
58 Buku Pegangan Kuliah Dasar Teknik Elektro

Menentukan RTH:
Kita tiadakan dulu semua sumber yang ada dalam rangkaian.Dengan demikian
sumber tegangan menjadi rangkaian hubung singkat (V=0). Rangkaiannya
menjadi:
R 1 =12 Ω

R 2 =4 Ω
Z TH

R1 R2 (12Ω)(4Ω) 48Ω
RTH = R1 // R2 = = = = 3Ω
R1 + R2 12Ω + 4Ω 16
Untai theveninnya ditunjukkan pada gambar berikut:
R TH =3 Ω

E TH =4V

Contoh 4.5
Tentukan untai thevenin di antara titik a-a’ pada gambar berikut!
R 1 =6 Ω R 3 =7 Ω
a

E 1 =18V R 2 =3 Ω E 2 =30V

a'

Jawab:
Kita tentukan rangkaian yang hendak dicari untai theveninnya seperti gambar
berikut:
Teorema Analisis Rangkaian DC 59

R 1 =6 Ω

E 1 =18V R 2 =3 Ω

Thevenin

Menentukan ETH:
R 1 =6 Ω

E 1 =18V R 2 =3 Ω

E TH

ETH merupakan tegangan diantara R2, yaitu :


R2 E
ETH = (prinsip pembagi tegangan)
R1 + R2
(3Ω)(18V ) 54V
= = = 6V
6Ω + 3Ω 9
Menentukan RTH:
Kita tiadakan dulu semua sumber yang ada dalam rangkaian. Dengan demikian
sumber tegangan menjadi rangkaian hubung singkat. Rangkaiannya menjadi:
R 1 =6 Ω

R 2 =3 Ω

Z TH

R1 R2 (6Ω)(3Ω)
RTH = R1 // R2 = = = 2Ω
R1 + R2 6Ω + 3Ω
60 Buku Pegangan Kuliah Dasar Teknik Elektro

Untai theveninnya ditunjukkan pada gambar berikut:

R TH = 2 Ω

E T H = 6V

a
'

Latihan Soal Sub bab 4.2 Teorema Thevenin


1. Dari rangkaian berikut, tentukan untai thevenin dari rangkaian yang terhubung
ke resistor R! Kemudian tentukan daya yang diserap oleh R jika resistansinya
2Ω dan 10Ω!
R 1 =6 Ω

R 1 =5 Ω R 2 =5 Ω
E=20V
R R 2 =12 Ω I=3A
R 2 =5 Ω R

(a) (b)

2. Tentukan untai thevenin dari rangkaian yang terhubung ke resistor R4 pada


gambar berikut! Kemudian tentukan arus yang mengalir pada R4!
R 1= 6Ω R 3= 4Ω

E=18V R 2= 3Ω R 4= 10Ω

(a )

R 4= 1 0 Ω

E 1= 7 2 V R 2= 6 Ω E 2= 1 8 V
R 1= 3 Ω

(b )
Teorema Analisis Rangkaian DC 61

3. Tentukan untai thevenin dari rangkaian yang terhubung ke resistor R pada


gambar berikut!

R 2 =2,2k Ω
R 1 =5,6k Ω R I=8mA
E 2 =16V

(a)

R 1 =20 Ω R 3 =12 Ω R 5 =2 Ω

E=20V R 2 =5 Ω R 4 =16 Ω R

(b)

R2=2,2kΩ

E1= +12V R1=1,1kΩ R3=3,3kΩ

R=4,7kΩ

(c) E2= -4V

+22V

R 1=2,2kΩ
R 3=3,3k Ω R 5=1,2kΩ

R 2=5,6kΩ R 4=6,8kΩ R

-12V +6V
(d)
62 Buku Pegangan Kuliah Dasar Teknik Elektro

4. a. Untuk transistor pada rangkaian berikut, tentukan untai thevenin dari


rangkaian yang terletak di sebelah kiri basis (B)!
b. Bila IC = IE dan VCE = 8V, tentukan magnitude IE!
c. Berdasarkan jawaban soal a) dan b), tentukan IB jika VBE = 0,7V!

+20V +20V
IC

R 3 =2,2k Ω
R 1 =51k Ω
C
+
V CE =8V
B -
IB
R 2 =10k Ω E
IE
R 4 =0,5k Ω

4.3 Teorema Norton


Teorema ini menyatakan bahwa sembarang dua terminal rangkaian dapat
diubah menjadi sebuah rangkaian ekuivalen yang terdiri atas sebuah sumber arus
(IN) dan sebuah resistans ekuivalen norton (RN) yang dipararel dengan sumber
arus norton.
Langkah-langkah untuk mencari untai norton adalah:
1. Tentukan dua terminal rangkaian yang hendak dicari untai nortonnya.
2. Tentukan besarnya arus norton yaitu arus yang mengalir di antara dua terminal
rangkaian yang hendak dicari untai nortonnya. Karena kita hendak mencari
arus maka dua terminal rangkaian harus dihubung singkat dulu agar arus dapat
mengalir.
3. Tentukan besarnya resistans norton yaitu resistans ekuivalen yang
ditinjau/dihitung dari dua terminal rangkaian yang hendak dicari untai
nortonnya. Pada saat menentukan resistans norton ini, semua sumber yang ada
harus dinolkan. Sumber tegangan menjadi rangkaian hubung singkat dan
sumber arus menjadi rangkaian hubung buka.
4. Gambarkan untai nortonnya.
Teorema Analisis Rangkaian DC 63

Contoh 4.6
Tentukan untai norton untuk rangkaian yang terhubung dengan resistor RL= 6Ω
pada gambar berikut!

R 1 =3 Ω

+
E=12V R 2 =9 Ω R L=6 Ω

Jawab :
Kita gambarkan rangkaian yang hendak dicari untai nortonnya seperti gambar
berikut:
R 1 =3 Ω

+
E=12V R 2 =9 Ω

Norton

Menentukan arus norton (IN):


Kita hubung singkat dulu dua terminal rangkaian yang hendak dicari untai
nortonnya, sehingga rangkaiannya menjadi:
R 1 =3 Ω

+
E=12V R 2 =9 Ω IN

Resistans R2 tidak akan dialiri arus karena dihubung singkat. Arus akan mengalir
melalui rangkaian penghubung singkatnya. Arus nortonnya menjadi:
E 12V
IN = = = 4A
R1 3Ω
64 Buku Pegangan Kuliah Dasar Teknik Elektro

Menentukan RN:
Kita tiadakan dulu semua sumber yang ada dalam rangkaian, sehingga sumber
tegangan menjadi rangkaian hubung singkat (V=0). Rangkaiannya menjadi:
R 1 =3 Ω

R 2 =9 Ω
RN

R1 R2 (3Ω)(9Ω) 27Ω
R N = R1 // R2 = = = = 2,25Ω
R1 + R2 3Ω + 9Ω 12
Rangkaian nortonnya ditunjukkan pada gambar berikut:

IN =4A R N =2,5 Ω

Contoh 4.7
Tentukan untai ekuivalen norton dari rangkaian yang terhubung dengan resistor
R4 = 4Ω pada gambar berikut!
R 3 =1 Ω
R 2 =1 Ω

R 4 =4 Ω

I=3A R 1 =2 Ω
Teorema Analisis Rangkaian DC 65

Jawab:
Kita gambarkan rangkaian yang hendak dicari untai nortonnya seperti gambar
berikut:
R 3 =1 Ω
R 2 =1 Ω

R 1 =2 Ω Norton
I=3A

Menentukan besarnya arus norton (IN):


Kita hubung singkat dulu dua terminal rangkaian yang hendak dicari untai
nortonnya, sehingga rangkaiannya menjadi:
R 3 =1 Ω
R 2 =1 Ω

IN
I=3A R 1 =2 Ω

Resistans R3 tidak akan dialiri arus karena dihubung singkat. Arus akan mengalir
melalui rangkaian penghubung singkatnya. Besarnya arus norton ditentukan
dengan prinsip pembagi arus:
R1 I (2Ω)(3 A) 6 A
IN = = = = 2A
R1 + R2 2Ω + 1Ω 3
Menentukan RN:
Kita tiadakan dulu semua sumber yang ada dalam rangkaian, sehingga sumber
arus menjadi rangkaian hubung buka. Rangkaiannya menjadi:
66 Buku Pegangan Kuliah Dasar Teknik Elektro

R 3 =1 Ω
R 2 =1 Ω R 2 =1 Ω

R 3 =1 Ω
R 1 =2 Ω R 1 =2 Ω
RN RN

R1+ R2 = 2 Ω +1 Ω = 3Ω
R3 ( R1 + R2 ) (1Ω)(3Ω)
R N = R3 //( R1 + R2 ) = = = 0,75Ω
R3 + ( R1 + R2 ) 1Ω + 3Ω
Rangkaian ekuivalen nortonnya ditunjukkan pada gambar berikut:

IN =2A R N =0,75 Ω

Latihan Soal Sub bab 4.3 Teorema Norton


1. Tentukan untai norton dari rangkaian yang terhubung ke resistor R pada
gambar berikut!
R 1 =6 Ω

R 1 =5 Ω R 3 =5 Ω
E=20V
R R 2 =12 Ω I=3A
R 2 =5 Ω R

(a) (b)
Teorema Analisis Rangkaian DC 67

2. Tentukan untai norton dari rangkaian yang terhubung ke resistor R pada


gambar berikut!
R

E 1 =72V R 2 =6 Ω E 2 =18V
R 1 =3 Ω

(a)

R 2 =2,2k Ω
R 1 =5,6k Ω R I=8mA
E 2 =16V

(b)

R 1 =20 Ω R 3 =12 Ω R 5 =2 Ω

E=20V R 2 =5 Ω R 4 =16 Ω R

(c)

E 2 =10V R 2 =25 Ω

R 1 =60 Ω
R 2 =30 Ω E 3 =10V
E 1 =15V

(d)
68 Buku Pegangan Kuliah Dasar Teknik Elektro

4.4 Teorema Millman


Teorema ini menyatakan bahwa sejumlah sumber tegangan seri dengan
resistor yang dihubungkan pararel dapat disederhanakan menjadi sebuah sumber
tegangan saja.

R1 R2 RN R eq

E1 E2 EN E eq

Langkah-langkah untuk menerapkan teorema ini adalah sebagai berikut:


1. Ubah semua sumber tegangan menjadi sumber arus dengan menggunakan
prinsip transformasi sumber.

E1 E2 EN
I1 = I2 = IN =
R1 G1 R2 G2 RN GN
= E 1 G1 = E 2G2 = ENGN

2. Tentukan magnitude arus total yaitu penjumlahan aljabar dari semua sumber
arus yang ada sehingga rangkaiannya menjadi:
Dengan,

IT IT = I1 + I2 + I3 + … + IN
GT
GT = G1 + G2 + G3 + … + GN

3. Ubah sumber arus tersebut menjadi sumber tegangan dengan menggunakan


prinsip transformasi sumber.
Secara umum teorema Millman dirumuskan
R eq = (1/G T )
IT ± I ± I ± ..... ± I N
E eq = = 1 2 atau
GT G1 + G1 + ..... + G N
E eq = (IT /G T ) ± E1G1 ± E2G2 ± ..... ± EN GN
Eeq =
G1 + G1 + ..... + GN
1
Req =
1 1 1
+ + ..... +
RN RN RN
Teorema Analisis Rangkaian DC 69

Jika dalam rangkaian listrik terdapat sejumlah sumber arus pararel dengan
resistor yang dihubungkan secara seri, maka teorema millman akan menjadi:

I1 I2 IN Ieq

R1 R2 RN R eq

dengan,
± I1 R1 ± I 2 R2 ± ..... ± I N R N
I eq =
R1 + R2 + ..... + R N

Req = R1 + R2 + ..... + R N

Contoh 4.8
Tentukan untai Millman dari rangkaian berikut!

R 1= 5Ω R 2= 4 Ω R 3= 2Ω

E 1= 1 0 V E 2= 1 6 V E 3= 8 V

Jawab:
+ E1G1 − E 2 G2 + E3G3
E eq =
G1 + G2 + G3

 1   1   1 
+ (10V )  − (16V )  + (8V ) 
Eeq =  5Ω   4Ω   2Ω 
1 1 1
+ +
5Ω 8Ω 2Ω
2A − 4A + 4A 2A
= = = 2,105V
0,2S + 0,25S + 0,5S 0,95S
1 1
Req = = = 1,053Ω
1 1 1 1 1 1
+ + + +
R1 R2 R3 5Ω 4Ω 2Ω
70 Buku Pegangan Kuliah Dasar Teknik Elektro

Sehingga untai millmannya menjadi:

R e q = 1 ,0 5 3 Ω

E e q = 2 ,1 0 5 V

Contoh 4.9
Dengan menggunakan teorema Millman tentukan arus yang mengalir pada R3!

R 1= 1 Ω R 2= 6 Ω

R 3= 2 Ω
E 1= 5 V E 2= 1 0 V

Jawab:
Kita tentukan dulu untai millman yang terhubung dengan resistor R3:
+ E1G1 + E 2 G2
E eq =
G1 + G2

 1   1  30V 10V
+ (5V )  + (10V )  +
 1Ω   6Ω  6 Ω 6Ω = 40 V
E eq = =
1 1 6 1 7
+ +
1Ω 6Ω 6Ω 6Ω
1 1 1 6
Req = = = = Ω
1 1 1 1 7 7
+ +
R1 R2 1Ω 6Ω 6Ω
Sehingga rangkaiannya menjadi:

R eq =(6/7) Ω I

R 3 =2 Ω
E eq =(40/7)V
Teorema Analisis Rangkaian DC 71

Dengan demikian besar arus I bisa ditentukan dengan hukum Ohm:


40 40
Eeq V V
I= = 7 = 7 = 2A
Req + R3 6 20
Ω + 2Ω Ω
7 7
Contoh 4.10
Tentukan untai millman dari rangkaian di antara terminal a-b pada gambar berikut
ini!

I1 =2A I2 =4A I3 =8A

R 1 =2 Ω R 2 =4 Ω R 3 =8 Ω

Jawab:
+ I1 R1 + I 2 R2 − I 3 R3 (2 Ax 2Ω) + (4 Ax 4Ω) − (8 Ax8Ω)
I eq = =
R1 + R2 + R3 2Ω + 4Ω + 8Ω
4 A + 16 A − 64 A − 44 A
= = = −3,14 A
14 14
Req = R1 + R2 + ..... + R3 = 2Ω + 4Ω + 8Ω = 14Ω

Sehingga untai millmannya adalah sebagai berikut:

Ieq =3,14A

R eq =14 Ω
72 Buku Pegangan Kuliah Dasar Teknik Elektro

Latihan Soal Sub bab 4.4 Teorema Millman


1. Dengan menggunakan teorema millman, tentukan besar arus yang mengalir
pada resistor RL dan tegangannya di antara RL!

R 1 =10 Ω R 2 =6 Ω

R L =3 Ω
E 1 =40V E 2 =42V

(a)

R 2 =8,2k Ω
E 1 =5V
R L =5,6k Ω
E 2 =20V
R 1 =2,2k Ω

(b)

R 3 =10k Ω

R 1 =200 Ω
E 2 =20V
R L =200 Ω E 3 =10V
E 1 =400V
R 2 =100 Ω

(c)

2. Dengan menggunakan teorema millman tentukan besarnya arus dan tegangan


pada resistor RL!

I1 =5A I2 =10A I3 =2A

R 1 =2 Ω R 2 =4 Ω R 3 =5 Ω R L =10 Ω

b
BAB V
BILANGAN KOMPLEKS DAN FASOR

5.1 Bilangan Kompleks


Bilangan kompleks adalah bilangan yang terdiri atas bilangan real (nyata)
dan bilangan imajiner (khayal). Bilangan imajiner biasanya dilambangkan dengan
j dimana j = − 1 . Bilangan kompleks dapat dinyatakan dalam bentuk
a. Bentuk Rectangular : Terdiri atas bilangan real dan imajiner.
Bentuk umum : K = A + jB
b. Bentuk Polar (kutub) : terdiri atas magnitude dan sudut.
Bentuk umum : K = C∠θ
Untuk lebih jelasnya dinyatakan dalam salib sumbu seperti gambar berikut:

+j

C
B

θ
A + Real

Dengan melihat gambar di atas maka kita dapat mentranformasikan bentuk


rectangular menjadi bentuk polar dan sebaliknya mengikuti rumusan:
Bentuk Rectangular Bentuk polar
K = A + jB K = C∠θ

A = C cos θ C = A 2 + B2
B
B = C sin θ θ = tan −1
A
74 Buku Pegangan Kuliah Dasar Teknik Elektro

Contoh 5.1
Dari bilangan kompleks berikut :
a. K = 3 + j4 ubah ke dalam bentuk polar
b. K = 10∠300 ubah ke dalam bentuk rectangular
Jawab :
a. K = 3 + j4 diubah ke dalam bentuk polar (K = C∠θ) dengan

C = A 2 + B 2 = 3 2 + 4 2 = 25 = 5
B 4
θ = tan −1 = tan −1 = 53,13 0
A 3
Jadi K = 3 + j4 ⇒ K = 5∠53,130
b. K = 10∠300 diubah ke dalam bentuk rectangular (K = A + jB) dengan
1
A = C cos θ = 10 cos 300 = (10)( 3)= 5 3
2
B = C sin θ = 10 sin 300 = (10)(0,5) = 5

Jadi K = 10∠300 ⇒ 5 3 + j5

5.1.1 Operasi Matematis Bilangan Kompleks


a. Penambahan dan Pengurangan
Dua atau lebih bilangan kompleks dapat ditambahkan atau dikurangkan
dengan cara menjumlahkan/mengurangkan bagian real dengan bagian real dan
bagian imajiner dengan imajiner. Biasanya untuk penambahan dan pengurangan
bilangan kompleks lebih disukai dalam bentuk rectangular karena bisa langsung
dikerjakan. Bila diketahui dalam bentuk polar maka diubah dulu menjadi bentuk
rectangular.
Bentuk umumnya :
K1 = A1 + jB1
K2 = A2 + jB2
Maka :
K1 ± K2 = (A1 ± A1) + j(B1 ± B2)
Bilangan Kompleks dan Fasor 75

b. Perkalian dan Pembagian


Dua atau lebih bilangan kompleks dapat dikalikan atau dibagi. Biasanya
untuk mengalikan dan membagi bilangan kompleks lebih disukai dalam bentuk
polar karena bisa langsung dikerjakan dengan mudah. Untuk mengalikan bilangan
kompleks maka magnitude bilangan kompleks pertama dikalikan dengan
magnitude bilangan kompleks kedua dan sudutnya dijumlahkan. Sedangkan untuk
membagi bilangan kompleks maka magnitude pembilang dibagi dengan
magnitude penyebut dan sudut pembilang dikurangi dengan sudut penyebutnya.
Bila diketahui dalam bentuk rectangular maka lebih dulu diubah ke pola
Bentuk umumnya :
K1 = C1∠θ1
K2 = C2∠θ2
Maka :
K1 x K2 = (C1 x C2)∠(θ1 + θ1)
K 1 C1
= ∠(θ1 − θ 2 )
K 2 C2

Contoh 5.2
Dari dua bilangan kompleks berikut:
K1 = 3 + j4
K2 = 3 + j3
a. Tentukan K1 ± K2 !
b. Tentukan K1 x K2 dan K1 : K2
a. Jawab:
a. K1 + K2 = K1 + K2 = (3 + j4) + (3 + j3) = (3+3) + j(4+3) = 6 + j7
K1 - K2 = K1 - K2 = (3 + j4) - (3 + j3) = (3-3) + j(4-3) = j
b. Soalnya diubah dulu ke dalam bentuk polar
K1 = 3 + j4 ⇒ K1= 5∠53,130
K2 = 3 + j3 ⇒ K2= 3√2∠450
76 Buku Pegangan Kuliah Dasar Teknik Elektro

Sehingga
K1 x K2 = 5∠53,130 x 3√2∠450 = (5 x 3√2) ∠(53,130 + 450)
= 15√2∠98,130

K1 5∠53,130 5 5 2
= 0
= ∠(53,130 − 450 ) = ∠8,130 )
K 2 3 2∠45 3 2 6

Contoh 5.3
Jika diketahui K1 = 5∠200 dan K2 = 10∠300, tentukan K1 x K2 dan K1:K2 !
Jawab :
K1 x K2 = 5∠200 x 10∠300 = (5 x 10) ∠(200 + 300) = 50∠500

Latihan Soal Sub bab 5.1 Bilangan Kompleks


1. Dari dua bilangan kompleks berikut:
K1 = 2 – j8
K2 = 8 + j6
b. Tentukan K1 ± K2 !
c. Tentukan K1 x K2 dan K1 : K2
2. Jika diketahui K1 = 10∠300 dan K2 = 5∠-600, tentukan K1 x K2 dan K1:K2 !
3. Jika diketahui K1 = 2 – j2, K2 = 5∠-300 dan K3 = 1∠1800, tentukan:
a. K1 ± K2 d. K1 ± K3 g. K2 ± K3
b. K1 x K2 e. K1 x K3 h. K2 x K3
c. K1 : K2 f. K1 : K3 i. K2 : K3

5.2 Fasor
Sebelum membicarakan fasor, kita mulai dulu dari sumber AC. Sumber
AC (Alternating Current) merupakan sumber yang nilai sesaatnya berubah
terhadap waktu. Dalam analisis rangkaian listrik biasanya nilai sesaat sumber ac
akan berubah mengikuti suatu fungsi sinusoidal sebagai berikut:
v(t) = Vmsin(ωt ± θ0) (untuk sumber tegangan)
Bilangan Kompleks dan Fasor 77

i(t) = Imsin(ωt ± θ0) (untuk sumber arus)


Grafiknya ditunjukkan pada gambar berikut :

Vm
v(t) = Vmsin( ω t + θ 0 )
Im i(t) = Imsin( ω t + θ 0 )

θ 0 π 2π ωt

Biasanya untuk mempersingkat penulisan maka bentuk sumber AC dalam


fungsi waktu diubah menjadi fasor yang merupakan bentuk polar dari sumber AC
tersebut. Dalam buku ini akan digunakan fungsi cosinusoidal sebagai acuan dalam
pengubahan menjadi fasor. Bila yang diketahui dalam bentuk fungsi sinusoidal
maka diubah dulu dengan menggunakan hubungan sebagai berikut:
sin(ωt ) = cos(ωt − 90 0 )
cos(ωt ) = sin(ωt + 90 0 )

Sebuah sumber cosinusoidal v(t) = Vmcos(ωt ± θ0) diubah dalam bentuk


fasor dengan jalan menuliskan magnitudenya (sebesar Vm) dan sudutnya (sebesar
±θ0) sehingga menjadi V = Vm∠ ±θ0. Diagram fasornya menjadi :

Vm

Contoh 5.3
Dari soal berikut ubahlah :
a. v(t) = 100 sin (ωt + 300) volt menjadi bentuk fasornya !
b. I = 100∠600 A menjadi bentuk dalam fungsi waktu !
c. Gambarkan diagram fasornya
Jawab:
a. v(t) = 100 sin (ωt +300) volt
78 Buku Pegangan Kuliah Dasar Teknik Elektro

Dinyatakan dalam fungsi cos menjadi :


v(t) = 100 cos(ωt +300 - 900) = 100 cos(ωt - 600) volt
Dalam bentuk fasor menjadi : V = 100∠-600 volt
b. I = 100∠600 A
Dalam bentuk fungsi waktu menjadi I = 100 cos(ωt + 600)
c. Diagram fasornya

I =100 ∠ 60 0

600
1200

V =100 ∠ − 60 0

Latihan Soal sub bab 5.2 Fasor


1. Ubahlah menjadi fasor!
a. i(t) = 2sin(ωt - 600) A
b. v(t) = 220cos(ωt +100) V
2. Ubahlah menjadi fungsi dalam kawasan waktu!
a. I = I = 10∠-100 A
b. V = 220∠-53,130
3. Gambarkan diagram fasor dari soal nomor 2!

5.3 Karakteristrik Elemen R, L, dan C terhadap sumber AC


5.3.1 Resistor
Untuk mengetahui karakteristrik resistor terhadap sumber AC digunakan
rangkaian seperti gambar berikut:

+
iR
R vR
-

Bila diketahui tegangan pada resistor sebesar vR = Vmsinωt, maka


Bilangan Kompleks dan Fasor 79

v R Vm sin ω t Vm
i= = = sin ω t = I m sin ω t
R R R
Bila diketahui arus pada resistor sebesar iR = Imsinωt, maka
vR = iR.R = (Imsinωt)(R) = Vmsinωt
Grafik tegangan dan arus pada resistor sebagai fungsi waktu ditunjukkan pada
gambar berikut :

Vm vR
Im iR

0 π 2π ωt

Dari grafik tersebut terlihat bahwa tegangan dan arus pada resistor adalah sefase
(tidak ada perbedaan fase).

5.3.2 Induktor
Pada sebuah induktor akan terjadi induksi tegangan di antara terminalnya
jika dilalui oleh arus yang berubah terhadap waktu (arus bolak-balik) sesuai
di L
dengan Hukum Faraday: v L = L .
dt
Untuk mengetahui karakteristrik induktor terhadap sumber AC digunakan
rangkaian seperti gambar berikut:

iL +
L vL
-

Bila diketahui arus yang mengalir pada induktor sebesar iL = Imsinωt, maka
di L d ( I m sin ω t )
vL = L =L = L(ωI m cos ω t ) = ωLI m cos ω t
dt dt
= Vm sin(ω t + 90 0 )
80 Buku Pegangan Kuliah Dasar Teknik Elektro

Besaran ωL dinamakan reaktansi induktif (XL). Grafik tegangan dan arus


pada induktor sebagai fungsi waktu ditunjukkan pada gambar berikut :

Vm vL
Im iL

- π /2 0 π 2π ωt

Dari grafik tersebut terlihat bahwa tegangan induktor akan mendahului


(leading) arus induktor sebesar 900 atau arus induktor akan ketinggalan (lagging)
terhadap tegangan induktor sebesar 900

5.3.3 Kapasitor
Pada sebuah kapasitor arus akan mengalir padanya jika tegangan diantara
terminalnya adalah berubah terhadap waktu (tegangan bolak-balik). Besarnya arus
yang mengalir akan mengikuti persamaan:
dvC
iC = C
dt
Untuk mengetahui karakteristrik kapasitor terhadap sumber AC digunakan
rangkaian seperti gambar berikut:

iC +
C vC
-

Bila diketahui tegangan di antara terminal kapasitor sebesar vC = Vmsinωt, maka


dvC d (Vm sin ω t )
iC = C =C = C (ωVm cos ω t ) = ωCVm cos ω t
dt dt
= I m sin(ω t + 90 0 )
Bilangan Kompleks dan Fasor 81

Besaran 1/ωC dinamakan reaktansi kapasitif (XC). Grafik tegangan dan arus pada
kapasitor sebagai fungsi waktu ditunjukkan pada gambar berikut :

Vm vC
Im
iC

- π /2 0 π 2π ωt

Dari grafik tersebut terlihat bahwa tegangan kapasitor akan ketinggalan (lagging)
terhadap arus kapasitor sebesar 900 atau arus kapasitor akan mendahului (leading)
tegangan kapasitor sebesar 900.

Latihan soal sub bab 5.3 Karakteristrik Elemen R, L, dan C terhadap


sumber AC
1. Tentukan besaran yang tak diketahui dari rangkaian berikut!
Tentukan nilai dari besaran listrik yang tak diketahui dari rangkaian berikut!

IS
+ IR
I1 I2 + X L =1 Ω V
E = 1 0 0 s in ( ω t-3 0 0 )V R 2 =2 Ω
V1 L
1kΩ 4kΩ
- IS =10sin ω t -
X C=10Ω
(b)
(a )

+ V1 - + V1 -
R 1 = 4Ω X L =10 Ω

E=220cos ω t V

(c)
BAB VI
RANGKAIAN AC SERI, PARAREL DAN KOMBINASINYA

6.1 Impedansi (Z) dan Reaktansi (X)


Pada rangkaian dengan sumber AC, terdapat 3 elemen dasar yaitu resistor,
induktor dan kapasitor. Ketiga elemen ini mempunyai nilai impedansi tertentu.
Impedansi merupakan ukuran seberapa besar elemen akan menghambat aliran
arus listrik. Impedansi besar berarti arus listrik yang mengalir melalui elemen
rangkaian akan mengalami hambatan yang besar. Sedangkan impedansi kecil
berarti arus listrik yang mengalir melalui elemen rangkaian akan mengalami
hambatan yang kecil. Impedansi dapat dinyatakan dalam bentuk rectangular atau
dalam bentuk fasornya. Selengkapnya ditunjukkan pada tabel berikut:
Elemen Impedansi (Z)
rangkaian Simbol Bentuk Rectangular Bentuk Polar

R
Resistor ZR = R ZR = R∠00

ZL = jXL ZL = XL∠900
L
Induktor ZL = jωL ZL = ωL∠900
ZL = j2πfL ZL = 2πfL∠900
ZC = -jXC ZC = XC∠-900
1 1
C ZC = -j ZC = ∠-900
Kapasitor ωC ωC
1 1
ZC = − j ZC = ∠-900
2πfC 2πfC
Keterangan :
R : Resistans ZR : Impedansi resistor f : Frekuensi
L : Induktans ZL : Impedansi induktor XL : Reaktansi induktif
C : Kapasitans ZC : Impedansi kapasitor XC : Reaktansi kapasitif
Buku Pegangan Kuliah Dasar Teknik Elektro 83

Diagram impedansi untuk resistor, induktor dan kapasitor ditunjukkan


pada gambar berikut:
j

X L∠ 9 00

R∠ 00

X C∠ − 9 00

Bila suatu rangkaian tidak terdiri atas sebuah elemen melainkan


merupakan kombinasi dari ketiga elemen tersebut, maka impedansinya ditentukan
dari kombinasi rangkaian tersebut (apakah seri, pararel atau kombinasinya).
Selengkapnya ditunjukkan pada tabel berikut:
Jenis Impedansi total (ZT)
kombinasi Bentuk rectangular Bentuk polar
Seri ZT = ZR + ZL + ZC ZT = ZR + ZL + ZC

ZR ZL ZC = R + jXL -jXC = ZR∠00 + ZL∠900


+ ZC∠-900
ZT

Pararel 1 1 1 1 1
=
1
+
1
= + +
ZT ZR ZL ZC Z T Z R ∠0 0
Z L ∠90 0
1 1 1 1
ZT = + + +
ZR ZL ZC R jX L - jX C Z C ∠ − 90 0
1 1
= ∠0 0 + ∠ − 90 0
R XL
1
+ ∠90 0
XC

Kombinasi seri-pararel Impedans totalnya mengikuti prinsip


penyederhanaan rangkaian.
84 Rangkaian Seri, Pararel dan Kombinasinya AC

6.2 Admitansi (Y) dan Susceptansi (B)


Pembahasan mengenai hal ini sangat mirip dengan pembahasan pada
rangkaian dc. Pada rangkaian dc, kita mendefinisikan konduktansi (G) sebagai
1/R. Konduktansi total (GT) pada rangkaian pararel diperoleh dengan
menambahkan semua konduktansi pada setiap cabang rangkaian. Resistansi total
ditentukan sebagai 1/GT.
Pada rangkaian ac, kita mendefinisikan admitansi (Y) sebagai 1/Z.
Admitansi merupakan ukuran seberapa baik rangkaian akan mengalirkan arus
listrik. Admitansi yang lebih besar akan mengijinkan arus yang lebih besar
mengalir di dalam rangkaian. Admitansi total (YT) pada rangkaian pararel
diperoleh dengan menambahkan semua admintansi pada setiap cabang rangkaian.
Impedansi total ditentukan sebagai 1/YT.
Sebagaimana telah disinggung di awal pembahasan bahwa konduktansi
merupakan kebalikan dari resistansi, maka kita mendapatkan :
1 1
YR = = = G∠0 0
Z R R∠0 0

Kebalikan dari reaktansi (1/X) dinamakan dengan susceptansi yang


dinyatakan dengan huruf B.
Untuk induktor, diperoleh susceptasi induktif sebesar:
1 1
YL = = = BL ∠ − 90 0
Z L X L ∠90 0

Untuk kapasitor, diperoleh susceptasi kapasitif sebesar:


1 1
YC = = = BC ∠90 0
ZC X C ∠ − 90 0
Untuk ketiga elemen dasar rangkaian, admitansinya ditunjukkan dalam tabel
berikut:
Buku Pegangan Kuliah Dasar Teknik Elektro 85

Elemen Admitansi (Y)


Rangkaian Bentuk rectangular Bentuk polar
Resistor 1 1
YR = =G YR = = G∠0 0
R R∠0 0

Induktor 1 1
YL = = − jB L YL = = B L ∠ − 90 0
jX L X L ∠90 0
Kapasitor 1 1
YC = = jB C YC = = B C ∠90 0
- jX C X C ∠ − 90 0

Keterangan :
YR : Admitansi resistif G : Konduktansi
YL : Admitansi induktif BL : Susceptansi induktif
YC : Admitansi kapasitif BC : Susceptansi kapasitif

Diagram admitansi untuk resistor, induktor dan kapasitor ditunjukkan pada


gambar berikut:

B C∠ 9 00

G ∠ 00

B L∠ − 9 00

Bila suatu rangkaian tidak terdiri atas sebuah elemen melainkan


merupakan kombinasi dari ketiga elemen tersebut, maka admitansinya ditentukan
dari kombinasi rangkaian tersebut (apakah seri, pararel atau kombinasinya).
Selengkapnya ditunjukkan pada tabel berikut:
86 Rangkaian Seri, Pararel dan Kombinasinya AC

Jenis Admitans total (ZT)


Kombinasi Bentuk rectangular Bentuk polar
Seri 1 1 1 1 1 1 1 1
= + + = + +
YT YR YL YC YT YR YL YC
YL YC
YR
1 1 1 = G∠0 0 + B L ∠ − 90 0 + B C ∠90 0
= + +
YT G - jB L jB C

Pararel YT = YR + YL + YC YT = YR + YL + YC
= G - jBL + jBC = G∠0 0 + B L ∠ − 90 0
YT + B C ∠90 0
YR YL YC

Kombinasi seri-pararel Admitans totalnya mengikuti prinsip penyederhanaan


rangkaian.

Untuk sembarang konfigurasi rangkaian (seri, pararel, kombinasi seri-


pararel), sudut yang dikaitkan dengan impedansi total dan admitansi total adalah
sudut yang mana arus sumber mendahului tegangan yang diterapkan. Untuk
rangkaian induktif, ϕT akan negatif dan untuk rangkaian kapasitif ϕT akan positif.
Untuk menyederhanakan rangkaian maka kita mulai dari elemen rangkaian yang
terletak paling jauh dari titik dimana hendak dicari impedansi/admitansi totalnya..
Kemudian kita sederhanakan dari elemen-elemen itu berdasarkan kombinasi
rangkaian yang ada. Besarnya impedansi/admitansi total sangat ditentukan oleh
titik tinjauan dimana hendak dicari impedansi/admitansi totalnya. Contoh-contoh
soal mengenai impedansi dan admitansi diberikan pada bahasan selanjutnya.

6.3 Rangkaian AC Seri


Biasanya untuk rangkaian seri lebih disukai untuk bekerja dengan
impedansi daripada admitansi. Hal ini disebabkan karena impedansi total (ZT)
pada rangkaian seri diperoleh dengan menambahkan semua impedansi yang
Buku Pegangan Kuliah Dasar Teknik Elektro 87

terdapat dalam rangkaian. Untuk mencari admitansi totalnya cukup dengan 1/ZT.
Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar berikut.

Z1 Z2 Z3 ZN

YT

ZT = Z1 + Z2 +Z3+ … + ZN
YT = 1/ZT
Bila kita ingin bekerja dengan admitansi, maka akan berlaku:
1 1 1 1 1
= + + + ... +
YT Y1 Y2 Y3 YN
Khusus untuk dua admitansi yang terhubung seri akan berlaku:
1 1 1 Y xY
= + atau YT = 1 2
YT Y1 Y2 Y1 + Y2
Untuk tiga admitansi yang terhubung seri akan berlaku:
Y1Y2Y3
YT =
Y1Y2 + Y2Y3 + Y3Y1
Untuk menganalisis besaran listrik pada rangkaian seri digunakan ilustrasi dengan
rangkaian ac seri sederhana sebagai berikut:
+ V1 -
Z1
I
+
E ZT Z2 V
- 2

Arus yang mengalir akan sama pada setiap elemen rangkaiannya (sebagaimana
pada rangkaian dc seri) dan ditentukan dengan Hukum Ohm yaitu:
E
I=
ZT
dengan ZT = Z1 + Z2
88 Rangkaian Seri, Pararel dan Kombinasinya AC

Tegangan di antara terminal pada setiap elemen dapat ditentukan dengan


menerapkan Hukum Ohm, yaitu:
V1 = IZ1 dan V2 =IZ2
Hukum Kirchoff Tegangan dapat diterapkan sebagaimana pada analisis rangkaian
dc. Meskipun begit, kita harus ingat bahwa sekarang kita berurusan dengan fasor
dari masing-masing besaran yang dianalisis.

Contoh 6.1
Tentukanlah besaran-besaran listrik yang tak diketahui dari rangkaian berikut!

+ VR -
R = 3Ω

I
+
X L= 4 Ω
ZT VL
e=100cos ω t V -

Jawab:
Sumber tegangan dinyatakan dalam fasor:
e = 100cosωt ⇒ E = 100∠00
a. Menentukan impedansi total
ZT = ZR + ZL = 3∠00 Ω + 4∠900 Ω = 3 Ω + j4 Ω
ZT = 5∠53,130
b. Menentukan besarnya arus (I)

E 100∠0 0
I= = 0
= 20∠ − 53,130 A
Z T 5∠53,13

c. Menentukan besarnya tegangan (VR, VL)


VR = IZR = (20∠-53,130)(3∠00) = 60∠-53,130 = 36V – j48V
VL = IZL = (20∠-53,130)(4∠900) = 80∠36,870 = 64V + j48V
Buku Pegangan Kuliah Dasar Teknik Elektro 89

6.3.1 Rangkaian AC Seri Sebagai Pembagi Tegangan


Rangkaian ac seri merupakan rangkaian pembagi tegangan dimana
tegangan sumber akan dibagi ke setiap elemen yang ada pada rangkaian,
mengikuti persamaan:
ZxE
Vx =
ZT
Dengan Vx merupakan tegangan di antara sebuah atau beberapa elemen yang
terhubung seri yang mempunyai resistans sebesar Rx, E merupakan tegangan total
yang terhubung ke semua rangkaian seri dan RT merupakan resistans total dalam
rangkaian seri.

6.4 Rangkaian AC Pararel


Biasanya untuk rangkaian pararel lebih disukai untuk bekerja dengan
admitansi daripada impedansi. Hal itu disebabkan karena admitans total (YT) pada
rangkaian pararel diperoleh dengan menambahkan semua admintans pada setiap
cabang rangkaian. Untuk mencari impedans totalnya cukup dengan 1/YT. Untuk
lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar berikut:

YT 1 1 1 1
Y1 = Y1 = Y1 = YN =
Z1 Z2 Z3 ZN
ZT

YT = Y1 + Y2 + Y3 + … + YN
ZT = 1/YT
Bila kita bekerja dengan impedansi untuk rangkaian pararel, maka impedansi total
ditentukan dengan:
1 1 1 1 1
= + + + ... +
ZT Z1 Z 2 Z 3 ZN
Khusus untuk dua impedans yang terhubung pararel akan berlaku :
1 1 1 Z1 Z 2
= + atau Z T =
ZT Z1 Z 2 Z1 + Z 2
90 Rangkaian Seri, Pararel dan Kombinasinya AC

Untuk tiga impedans yang terhubung pararel akan berlaku :


Z1Z 2 Z 3
ZT =
Z1 Z 2 + Z 2 Z 3 + Z 3 Z1
Untuk menganalisis besaran listrik pada rangkaian pararel digunakan
ilustrasi dengan rangkaian ac pararel sederhana seperti gambar berikut:
I1 I2
+ I
Ε Z1 Z2

Z T ,Y T

Besarnya arus I ditentukan dengan hukum Ohm tegangan sebesar :


E
I= = EYT
ZT
Karena tegangan pada rangkaian pararel adalah sama pada setiap elemen
rangkaiannya, maka arus yang melalui setiap cabang dapat ditentukan dengan
penerapan hukum Ohm :
E E
I1 = = EY1 dan I 2 = = EY2
Z1 Z2
Hukum Kirchoff arus dapat diterapkan pada rangkaian sebagaimana pada
rangkaian dc. Meskipun begitu, sekarang kita berurusan dengan manipulasi
aljabar dari magnitude dan arah.
I - I1 - I2 = 0 ⇒ I = I 1 + I2
Daya pada rangkaian dapat ditentukan dengan:
P = EIcosϕT
Dimana merupakan sudut fase antara tegangan (E) dan arus (I).

Contoh 6.2
Untuk rangkaian pada gambar berikut:
a. Tentukan admitansi pada setiap cabang rangkaian !
b. Tentukan admitansi totalnya!
c. Tentukan besarnya impedansi totalnya!
d. Gambarkan diagram admitansinya !
Buku Pegangan Kuliah Dasar Teknik Elektro 91

YT
R =20Ω X L = 10 Ω

ZT

Jawab :
1 1
a. YR = G∠0 0 = ∠0 0 = ∠0 0 = 0,05∠0 0 S = 0,05S + j 0
R 20Ω
1 1
YL = BL ∠ − 90 0 = ∠ − 90 0 = ∠ − 90 0 = 0,1∠ − 90 0 S = 0 − j 0,1S
XL 10Ω

b. YT = YR + YL = (0,05 S + j0) + (0 – j0,1S) = 0,05 S – j0,1 S = 0,112∠-63,430


1 1 1
c. ZT = = = = 8,93∠63,43 0 Ω
YT 0,05S − j 0,1S 0,112∠ − 63,43 0 S
Atau
ZRZL ( 20∠0 0 Ω)(10∠90 0 Ω) 200∠90 0 Ω
ZT = = =
Z R + Z L (20∠0 0 Ω) + (10∠90 0 )Ω 20 + j10
200∠90 0 Ω
= = 8,93∠63,43 0 Ω
22,36∠26,57 0

d. Diagram admitansinya
Y R = 0 ,0 5 ∠ 0 0 S

6 3 ,4 3 0 +

Y T = 0 ,1 1 2 ∠ - 6 3 ,1 3 0 S

Y L = 0 ,1 ∠ − 9 0 0 S

Contoh 6.3
Tentukan besaran listrik yang tak diketahui dari rangkaian berikut

iR iC
+
i=10cos ω t Α e R = 1 ,6 7 Ω

X C =1,25 Ω

Z T ,Y T
92 Rangkaian Seri, Pararel dan Kombinasinya AC

Jawab:
Sumber tegangan dinyatakan dalam fasor:
i = 10cosωt ⇒ I = 10∠00 A
a. Menentukan admitansi total dan impedansi total
YT = YR + YC = G∠00 + BC∠900
1 1
= ∠0 0 + ∠90 0 = 0,6∠0 0 S +0,8∠90 0 S = 0,6 S + j 0,8S
1,67Ω 1,25Ω
= 1,0∠53,13 0 S
1 1
ZT = = = 1∠53,13 0 Ω
YT 1,0∠53,13 0 S
Diagram admitansinya ditunjukkan pada gambar berikut:

Y T =1 ∠ 5 3 ,1 3 0 S
B C =0,8 ∠ − 9 0 0 S

5 3 ,1 3 0 G ∠ 0 0 = 0,6 ∠ 0 0 S

b. Menentukan besarnya sumber tegangan (E)


E = IZT = (10∠00 A) (1∠-53,130) = 10∠-53,130 V
c. Menentukan besarnya arus IR dan IC
E
IR = = EYR = (10∠ − 53,13 0 V )(0,6∠0 0 S ) = 6∠ − 53,13 0 A
ZR
E
IC = = EYC = (10∠ − 53,13 0 V )(0,8∠90 0 S ) = 8∠36,87 0 A
ZC
Diagram fasornya ditunjukkan pada gambar.
Buku Pegangan Kuliah Dasar Teknik Elektro 93

j IC

3 6 ,8 7 0 I
0
5 3 ,1 3 +

IR

Dari diagram fasor tersebut terlihat bahwa tegangan E adalah sefase dengan
arus IR yang melalui resistor dan ketinggalan terhadap arus IC yang melalui
kapasitor sebesar 900.
d. Menentukan daya total :
Daya total dalam watt yang ditransfer ke rangkaian adalah sebesar :
PT = EIcosϕT = (10 V) (10 A) (cos 53,130) = (100)(0,6) = 60 W
Atau :
PT = I2R = E2G = (10 V)2(0,6S) = 60 W
Atau :
PT = PR + PL = VRIRcosϕR + VLILcosϕL
= (20 V) (6 A) cos 00 + (20 V)(8 A) cos 900
= 120 W + 0
= 120 W
e. Faktor daya :
Faktor daya (FP) dari rangkaian adalah
FP = cos ϕT = cos 53,130 = 0,6 lagging
Atau :
G 0,3
FP = = = 0,6 lagging
YT 0,5
94 Rangkaian Seri, Pararel dan Kombinasinya AC

6.4.1 Rangkaian Pararel Sebagai Pembagi Arus


Rangkaian ac pararel merupakan rangkaian pembagi arus dimana arus
sumber akan dibagi ke setiap elemen yang ada pada rangkaian sebagaimana pada
rangkaian dc mengikuti persamaan:
 1 (I )
 Z 
Ix =  x 
1
ZT
Dengan Ix merupakan arus yang melalui sebuah elemen yang terhubung pararel
yang mempunyai impedans sebesar Zx, ZT merupakan impedans total dan I
merupakan arus total.
Khusus untuk rangkaian pararel yang terdiri dari dua impedans akan berlaku :
Z2 IT Z1 I T
I1 = dan I 2 =
Z1 + Z 2 Z1 + Z 2

IT I1 I2

Z1 Z2

Latihan Sub bab 6.4 Rangkaian AC Pararel


1. Dari rangkaian RL pararel sederhana pada gambar berikut, tentukanlah:
b. Admitansi dan impedansi totalnya
c. Besar arus I, IR dan IL
d. Gambarkan diagram fasor dari jawaban soal (b)
e. Daya total yang diserap rangkaian dan faktor dayanya
i

iR iL
+

e=20cos( ω t+53,13 0 )V R = 3 ,3 3 Ω X L = 2,5 Ω



Buku Pegangan Kuliah Dasar Teknik Elektro 95

2. Dari rangkaian RLC pararel sederhana pada gambar berikut, tentukanlah:


a. Admitansi dan impedansi totalnya
b. Besar arus I, IR dan IL
c. Gambarkan diagram fasor dari jawaban soal (b)

i iR iL iC
+

e=100cos( ω t+53,13 0 )V R = 3 ,3 3 Ω X L = 1,43 Ω X C =3,33 Ω


Z T ,Y T

3. Dengan menggunakan prinsip pembagi arus, tentukan besarnya arus yang


melalui setiap impedans pada gambar berikut!

IR IL
I=20 ∠ 0 0 A

R=3 Ω X L =4 Ω

4. Dengan menggunakan prinsip pembagi arus, tentukan besarnya arus yang


melalui setiap impedans pada gambar berikut!
R=1 Ω X L =8 Ω

I=5 ∠ 3 0 0 A X C =2 Ω

6.5 Rangkaian AC Kombinasi Seri-Pararel


Sebagai ilustrasi digunakan rangkaian sederhana sebagai berikut
X C =2 Ω

R=1 Ω

X L =3 Ω
+
ZT

E=120 ∠ 0 V

96 Rangkaian Seri, Pararel dan Kombinasinya AC

Soal:
a. Tentukan ZT
b. Tentukan IS
c. Hitung VR dan VC
d. Tentukan IC
e. Tentukan daya yang ditransfer ke rangkaian dan faktor dayanya
Jawab :
a. Menentukan besarnya ZT
Rangkaian digambarkan kembali seperti gambar berikut:

Z1

I
+
Z2
E=120 ∠ 0 0 V ZT

Dengan
Z1 = R∠00 = 1∠00
ZC Z L (2∠ − 90 0 Ω)(3∠90 0 Ω) 6∠0 0 Ω 6∠0 0 Ω 6∠0 0 Ω
Z2 = = = = =
Z C + Z L (2∠ − 90 0 Ω) + (3∠90 0 Ω) − j 2 + j 3 j1 1∠90 0
= 6∠ − 90 0 Ω
Dan
ZT = Z1 + Z2 = 1∠00 Ω+ 6∠-900 Ω = 1Ω –j6 Ω = 6,08∠-80,540 Ω
b. Menentukan besar arus IS :
E 120∠0 0 V
IS = = = 19,74∠80,54 0 A
Z T 6,08∠ − 80,54 Ω
0

c. Menentukan besarnya VR dan VC :


VR = ISZ1 = (19,74∠80,540A)(1∠00Ω) = 19,74∠80,540 V
VC = ISZ2 = (19,74∠80,540A)(6∠-900Ω) = 118,44∠-9,460 V
d. Menentukan besarnya arus IC :
VC 118,44∠ − 9,46 0 V
IC = = = 59,22∠80,54 0 A
ZC 2∠ − 90 Ω
0
Buku Pegangan Kuliah Dasar Teknik Elektro 97

e. Menentukan daya yang ditransfer ke rangkaian :


P = (IS)2R = (19,74 A)2(1Ω) = 389,67 W
Faktor daya rangkaiannya :
FP = cos ϕ = cos 80,540 = 0,164 leading

Latihan Sub bab 6.5 Rangkaian AC Kombinasi Seri Pararel


1. Untuk rangkaian pada gambar berikut:

I1 R=3 Ω I
2

Ι X C =8 Ω
X L =4 Ω

a. Jika arus I sebesar 50∠300A, tentukan besarnya I1 dengan menggunakan


prinsip pembagi arus !
b. Ulangi soal a) untuk menentukan besarnya I2 !
c. Cek hasilnya dengan menggunakan Hukum Kirchoff !
2. Untuk rangkaian yang ditunjukkan pada gambar berikut :

I1 I2
R=3 Ω R 2 =8 Ω
+
V ab
E=100 ∠ 0 V

X L =4 Ω X C =6 Ω

(b)

a. Tentukan besarnya arus IS !


b. Tentukan besarnya tegangan Vab !
3. Untuk rangkaian yang ditunjukkan pada gambar berikut :
I
R 2 =10k Ω
+
I 1 =6 ∠ 20 0 mA R 1 =2k Ω I 2 =4 ∠ 0 0 mA R=6,8k Ω V
X C =20k Ω -
98 Rangkaian Seri, Pararel dan Kombinasinya AC

a. Tentukan besarnya arus I !


b. Tentukan besarnya tegangan V !
4. Untuk rangkaian yang ditunjukkan pada gambar berikut :

I
R 3 =8 Ω X L2 =3 Ω

ZT R 2 =3 Ω I3
+ I1 I2
E=200 ∠ 0 0 V R 1 =10 Ω
− X C =5 Ω
X L1 =4 Ω
YT

a. Tentukan besarnya arus I, I1, I2 dan I3 !


b. Tentukan besarnya impedans total rangkaian !
5. Untuk rangkaian yang ditunjukkan pada gambar berikut :
R 1 =4 Ω X L =6 Ω

I I1 I2
+ R 2 =9 Ω
E=100 ∠ 0 0 V R 3 =8 Ω

X C =7 Ω

a. Tentukan besarnya impedans total !


b. Tentukan besarnya arus I, I1 dan I2 !
c. Tentukan besarnya faktor daya !
BAB VII
METODE ANALISIS RANGKAIAN AC

7.1 Transformasi Sumber


Saat kita menerapkan suatu metode untuk menganalisis rangkaian AC,
mungkin diperlukan untuk mengubah sumber arus menjadi sumber tegangan atau
sumber tegangan menjadi sumber arus. Caranya sama dengan transformasi
sumber pada rangkaian dc, bedanya sekarang kita berurusan dengan fasor dan
impedansi.
Tidak sembarang sumber dapat ditransformasikan. Sebuah sumber
tegangan yang diseri dengan sebuah impedans baru dapat ditransformasikan
menjadi sumber arus yang dipararel dengan sebuah impedansi. Dan sebaliknya
sebuah sumber arus yang dipararel dengan sebuah impedans juga dapat
ditransformasikan menjadi sebuah sumber tegangan yang diseri dengan sebuah
impedans. Secara umum, cara untuk mengubah sebuah sumber listrik menjadi
jenis sumber lainnya ditunjukkan pada gambar berikut :
a a

Z
Ι=Ε /Ζ Z
+

E=IZ

a' a'

Contoh 7.1
Ubah sumber tegangan pada rangkaian berikut menjadi sumber arus !
R=3 Ω X L =4 Ω

+
0
E=100 ∠ V

100 Metode Analisis Rangkaian AC

Jawab :
Z= R + jXL = 3 Ω + j4 Ω = 5∠53,130 Ω
VS 100∠0 0 A
IS = = = 20∠ − 53,130 A
Z 5∠53,13 Ω 0

Hasilnya ditunjukkan pada gambar berikut:

R=3 Ω

Ι= 2 0 ∠ − 5 3 ,1 3 0 Α
X L =4 Ω

Contoh 7.2
Ubah sumber arus pada gambar (a) berikut menjadi sumber tegangan !
X C =12 Ω

+
E=120 ∠ − 3 0 0
Ι= 1 0 ∠ 6 0 0 Α X C =4 Ω X L =6 Ω
V −

(a) (b)

Jawab:
Z L xZ C ( X L ∠90 0 )( X C ∠ − 90 0
Z = Z L // Z C = =
Z L + ZC jX L − jX C
(6∠90 0 Ω)(4∠ − 90 0 Ω) 24∠0 0 Ω 24∠90 0 Ω
= = = = 12∠0 0 Ω
j 6Ω − j 4Ω j2 2∠90 0
VS = IS.Z = (12∠-900 A)(10∠600 Ω) = 120∠-300 V
Hasilnya ditunjukkan pada gambar (b) di atas.

7.2 Analisis Loop/Mesh


7.2.1 Cara Biasa
Tahap-tahap untuk menerapkan langkah ini adalah:
1. Tentukan arah arus pada setiap loop yang ada pada rangkaian. Biasanya
dipilih searah dengan jarum jam.
Metode Analisis Rangkaian AC 101

2. Tentukan polaritas dari setiap elemen yang ada dalam rangkaian dengan
mengingat perjanjian tanda bahwa:
Di dalam sumber : arus mengalir dari polaritas (-) ke polaritas (+)
Di dalam beban : arus mengalir dari polaritas (+) ke polaritas (-)
3. Terapkan Hukum Kirchoff Tegangan pada setiap loop yang ada dalam
rangkaian, sehingga diperoleh persamaan sebanyak jumlah loop yang ada.
4. Selesaikan persamaan simultan yang ada.

Contoh 7.3
Dari rangkaian berikut, tentukanlah arus pada setiap loop !

X L =2 Ω X C =1 Ω

R=4 Ω
+ +
E 1 =2 ∠ 0 0 V E 2 =6 ∠ 0 0 V

Jawab:
Rangkaian digambarkan kembali sebagai berikut:

X L =2 Ω X C =1 Ω
I2
I1
R=4 Ω
+ +
E 1 =2V E 2 =6V

Loop I1:
-E1 + jXLI1 + R(I1-I2) = 0
-2 V + j2ΩI1 + 4Ω (I1-I2) = 0
-2 V + j2ΩI1 + 4ΩI1 - 4ΩI2 = 0
(4Ω + j2Ω) I1 - 4ΩI2 = 2V
102 Metode Analisis Rangkaian AC

Loop I2:
E2 – jXCI2 + R(I2-I1) = 0
6 V – j1ΩI1 + 4Ω (I2-I1) = 0
6 V – j1ΩI1 + 4ΩI2 - 4ΩI1) = 0
-4ΩI1 + (4Ω - j1Ω) I2 = -6V
Dinyatakan dalam bentuk matriks menjadi:
 4Ω + j 2Ω − 4Ω   I 1   2V 
=
 − 4Ω
 4Ω − j1Ω  I 2  − 6V 

Maka:
2V − 4Ω
− 6V 4Ω − j1Ω − 16V − j 2V
I1 = = = −2 A + j 3 A = 3,61∠123,70 0 A
4Ω + j 2Ω − 4Ω 2Ω + j 4Ω
− 4Ω 4Ω − j1Ω

4Ω + j 2Ω 2V
− 4Ω − 6V − 16V − j12V
I2 = = = −0,8 A + j 4,4 A = 4,47∠79,70 0 A
4Ω + j 2Ω − 4Ω 2Ω + j 4Ω
− 4Ω 4Ω − j1Ω

Contoh 7.4
Dari rangkaian pada gambar berikut, tentukanlah besarnya arus pada setiap loop !
R 1 =12 Ω

X L =12 Ω R 2 =3 Ω X C =1 Ω

+ + +
0
E 1 =20 ∠ 5 0 V E 2 =60 ∠ 7 0 0 V E=40 ∠ 0 0 V
− − −

Jawab:
Rangkaian digambarkan kembali sebagai berikut:
Metode Analisis Rangkaian AC 103

R 1 =12 Ω

R 2 =3 Ω X C =1 Ω
X L =12 Ω

I1 I2
+ +
+
E 1 =12,85+j15,32 V E 2 =20,52+j56,39V E 3 =40
− − −

Loop I1:
-E1 + jXLI1 + R1I1 + R1(I1 – I2) + E2= 0
-(12,85V + j15,32V) + j12ΩI1 + 12ΩI1 + 3Ω(I1-I2) + 20,52V + j56,38V = 0
-12,85V + j15,32V + j12ΩI1 + 12ΩI1 + 3ΩI1- 3ΩI2) + 20,52V + j56,38V = 0
(j12Ω + 12Ω+3Ω)I1 - 3ΩI2 = 12,85V - 20,52V - j15,32V - j56,38V
(15Ω + j12Ω)I1 - 3ΩI2 = -7,67V –j41,06V
Loop I2:
-E2 + R2(I2-I1) – jXCI2 + E3 = 0
-(20,52V + j56,38V) + 3Ω(I2-I1) – j1ΩI2 + 40V = 0
-20,52V - 56,38V + 40V + 3ΩI2 - 3ΩI1 – j1ΩI2 = 0
19,48V –j56,38V -3ΩI1 + (3Ω - j1Ω)I2 = 0
-3ΩI1 + (3Ω - j1Ω)I2 = -19,48V +j56,38V
Dinyatakan dalam bentuk matriks menjadi:
15Ω + j12Ω − 3Ω   I 1  − 7,67V − j 41,06V 
=
 − 3Ω
 3Ω − j1Ω  I 2   − 19,48V + j 56,38 

Maka:
− 7,67V − j 41,06V − 3Ω
− 19,48V + j 56,38 3Ω − j1Ω − 122,51 + j 53,63
I1 = = = −1,73 A + j1,88 A
15Ω + j12Ω − 3Ω 48 + j 21
− 3Ω 3Ω − j1Ω
= 2,55∠132,73 0 A
104 Metode Analisis Rangkaian AC

15Ω + j12Ω − 7,67V − j 41,06V


− 3Ω − 19,48V + j 56,38V − 991,77V + j 488,76
I2 = =
15Ω + j12Ω − 3Ω 2Ω + j 4Ω
− 3Ω 3Ω − j1Ω
= −13,6 A + j16,13 A = 21,1∠130,14 0 A

Latihan Soal Sub bab 7.2.1 Cara Biasa


1. Tentukan besar arus yang mengalir pada setiap loop dengan cara biasa!
R 1 = 4Ω
X L = 8Ω
R 2 =2k Ω R 3 =3k Ω
X L=3k Ω
E 2 =20 ∠ 0 0 V
E 1 =4 ∠ 0 0 V X C = 3Ω E 3 =30 ∠ 0 0 V
0
E 2 =6 ∠ 0 V E 1 =10 ∠ 0 0 V

(a) (c)

E 4 =6V

R 1 =4 Ω
XC = 8Ω R 1 =2 Ω R 3 =5 Ω
X C =4 Ω
R 3 =12Ω
E 2 =12∠ 300V
0
E 1=10∠ -30 V
E 1 =25 ∠ 30 0 V E 2 =60 ∠ − 30 0 V E 3 =20 ∠ 30 0 V
(b)
(d)

2. Tentukan besar arus I yang mengalir pada rangkaian berikut dengan cara biasa!
Kemudian dari hasilnya tentukan besar tegangan VR3 dan daya PR3!
R 1 = 4Ω R 3= 4Ω R 5 = 3Ω

I
R 2 =1 Ω R 5 =5 Ω
E 1 =10 ∠ 45 0 V E 2 =6 ∠ 60 0 V

3. Cobalah menyelesaikan persoalan (1) dan (2) dengan menggunakan bantuan


software orcad!
Metode Analisis Rangkaian AC 105

7.2.2 Cara pendekatan


Tahap-tahap untuk menerapkan langkah ini adalah:
1. Tentukan arah arus pada setiap loop pada rangkaian. Biasanya dipilih searah
dengan jarum jam.
2. Jumlah persamaan yang diperlukan adalah sama dengan jumlah loop yang ada
dalam rangkaian. Pada ruas sebelah kiri sama dengan ditentukan dengan jalan:
a. Suku 1 pada setiap persamaan merupakan penjumlahan semua impedansi
yang dilewati oleh arus pada masing-masing loop dikalikan dengan arus
loop.
b. Suku 2 dan seterusnya merupakan perkalian antara impedansi bersama
dengan arus loop lain yang melewati impedansi bersama tersebut.
Perhatikan arah arus masing-masing loop. Jika arahnya berlawanan dengan
arus loop yang ditinjau, maka dinyatakan dengan tanda negatif. Impedansi
bersama merupakan impedansi yang dilalui oleh dua arus loop atau lebih.
3. Pada ruas sebelah kanan tanda sama dengan merupakan penjumlahan secara
aljabar dari semua sumber tegangan yang terdapat pada masing-masing loop.
Ingat perjanjian tanda bahwa sumber akan bertanda positif jika dia mensuplai
energi ke beban (di dalam sumber, arus mengalir dari polaritas (-) ke polaritas
(+)) dan bertanda negatif jika dia menyerap energi (di dalam sumber, arus
mengalir dari polaritas (+) ke polaritas (-)).
4. Pecahkan persamaan linear simultans yang ada.

Contoh 7.5
Dengan menggunakan cara pendekatan tentukan arus I2 pada rangkaian berikut !
X L1 =2 Ω

X C =8 Ω
R 1 =1 Ω

+
R 2 =4 Ω X L2 =6 Ω
0
E 1 =8 ∠ 2 0 V −

E 2 =10 ∠ 0 0 V
+
106 Metode Analisis Rangkaian AC

Jawab:
Rangkaian digambarkan kembali sebagai berikut:
X L1 =2 Ω

X C =8 Ω
R 1 =1 Ω

I1
+
R 2 =4 Ω I X L2 =6 Ω
2
E 1 =7,52+j2,74V −

E 2 =10V
+

Loop I1:
(R1 + jXL1 - jXC + R2)I1 – (R2 –jXC)I2 = E1 + E2
(1Ω + j2Ω - j8Ω + 4Ω)I1 – (4Ω – j8Ω)I2 = (7,52V + j2,74V) + 10V
(5Ω - j6Ω)I1 - (4Ω – j8Ω)I2 = 17,52V + j2,74V
Loop 2:
(R2 – jXC + jXL2)I2 – (R2 – jXC)I1 = -E2
(4Ω – j8Ω + j6Ω)I2 – (4Ω – j8Ω)I1 = -10V
– (4Ω – j8Ω)I1 + (4Ω – j2Ω) I2 = -10V
Dinyatakan dalam bentuk matriks menjadi:
 5Ω − j 6Ω − (4Ω − j8Ω)  I 1  17,52V + j 2,74V 
=
− (4Ω − j8Ω)
 4Ω − j 2Ω   I 2   − 10V 

Maka:
17,52V + j 2,74V − (4Ω − j8Ω)
− 10V 4Ω − j 2Ω 35,56V + j 55,92V
I1 = = = 0,909 A + j 0,512 A
5Ω − j 6Ω − (4Ω − j8Ω) 56Ω + j 30Ω
− (4Ω − j8Ω) 4Ω − j 2Ω
= 1,04∠29,37 0 A
5Ω − j 6Ω 17,52V + j 2,74V
− (4Ω − j8Ω) − 10V 42V − j 69,2V
I2 = = = 0,068 A − j1,272 A
5Ω − j 6Ω − (4Ω − j8Ω) 56Ω + j 30Ω
− (4Ω − j8Ω) 4Ω − j 2Ω
= 1,27∠ − 86,92 0 A
Metode Analisis Rangkaian AC 107

Contoh 7.6
Dengan menggunakan cara pendekatan tentukan arus I2 pada rangkaian berikut !
R 1 =15 Ω R 2 =15 Ω

+ +
E 1 =200 ∠ 0 0 V X C =10 Ω E 2 =100 ∠ 9 0 0 V

Jawab:
Rangkaian digambarkan kembali sebagai berikut:
R 1 =15 Ω R 2 =15 Ω

+ +
E 1 =200V X C =10 Ω E 2 =j100V
− I1 I2 −

Loop 1:
(R1 – jXC)I1 – (-jXC)I2 = E1
(15Ω - j10Ω)I1 – (-j10Ω)I2 = 200V
(15Ω - j10Ω)I1 + j10ΩI2 = 200V
Loop 2:
(R2 - jXC)I2 – (-jXC)I1 = -E2
(15Ω - j10Ω)I2 – (-j10Ω)I1 = -j100V
j10ΩI1 + (15Ω - j10Ω)I2 = -j100V
Dinyatakan dalam bentuk matriks menjadi:
15Ω − j10Ω j10Ω   I 1   200V 
=

 j10Ω 15Ω − j10Ω  I 2  − j100V 

Maka:
200V j10Ω
− j100V 15Ω − j10Ω 2000V − j 2000V
I1 = = = 7,47 A − j1,07 A
15Ω − j10Ω j10Ω 225Ω − j 300Ω
j10Ω 15Ω − j10Ω
= 7,54∠8,130 A
108 Metode Analisis Rangkaian AC

15Ω − j10Ω 200V


j10Ω − j100V − 1000V − j 3500V
I2 = = = 5,87 A − j 7,73 A
15Ω − j10Ω j10Ω 225Ω − j 300Ω
j10Ω 15Ω − j10Ω
= 9,71∠ − 52,82 0 A

Latihan Sub bab 7.2.2 Cara Pendekatan


1. Tentukan besar arus yang mengalir pada setiap loop dengan cara pendekatan!
R 1 = 4Ω
X L = 8Ω
R 2 =2k Ω R 3 =3k Ω
X L=3k Ω
E 2 =20 ∠ 0 0 V
E 1 =4 ∠ 0 0 V X C = 3Ω E 3 =30 ∠ 0 0 V
0
0
E 2 =6 ∠ 0 V E 1 =10 ∠ 0 V

(a) (c)

E 4 =6V

R 1 =4 Ω
XC = 8Ω R 1 =2 Ω R 3 =5 Ω
X C =4 Ω
R 3 =12Ω
0
E 2 =12∠ 30 V
E 1=10∠ -30 0V
E 1 =25 ∠ 30 0 V E 2 =60 ∠ − 30 0 V E 3 =20 ∠ 30 0 V
(b)
(d)

2. Tentukan besar arus I yang mengalir pada rangkaian berikut dengan cara
pendekatan! Dari hasilnya tentukan besar tegangan VR3 dan daya PR3!
R 1 = 4Ω R 3= 4Ω R 5 = 3Ω

I
R 2 =1 Ω R 5 =5 Ω
E 1 =10 ∠ 45 V 0 E 2 =6 ∠ 60 0 V

3. Cobalah menyelesaikan persoalan (1) dan (2) dengan menggunakan bantuan


software orcad!
Metode Analisis Rangkaian AC 109

7.3 Analisis Simpul/Titik/Nodal


Dengan menggunakan metode ini maka kita akan memperoleh besarnya
tegangan pada setiap simpul yang ada dalam rangkaian.
7.3.1 Cara Biasa
Tahap-tahap untuk menerapkan langkah ini adalah:
1. Tentukan jumlah simpul yang ada dalam rangkaian.
2. Pilihlan sebuah simpul referensi (V = 0) dan tandai sisanya dengan
tegangan tertentu : V1, V2, V3 dan seterusnya.
3. Tentukan arah arus pada setiap simpul. Pada simpul yang tak diketahui
arahnya, biasanya arahnya dipilih keluar/meninggalkan simpul. Namai
arus tersebut dengan I1, I2, I3, dan seterusnya.
4. Terapkan Hukum Kirchoff arus pada setiap simpul kecuali pada simpul
referensi. Anggap bahwa semua arus yang tak diketahui arahnya, akan
meninggalkan setiap simpul.
5. Selesaikan persamaan linear simultans yang ada.

Contoh 7.7
Dari rangkaian berikut, tentukanlah besarnya tegangan pada setiap simpulnya!
R 1 =0,5k Ω R 2 =2k Ω

+
0
E=12 ∠ 0 V X L =10k Ω X C =5k Ω 4 m ∠ 0 0Α

Jawab:
Menentukan jumlah simpul:
R 1 =0,5k Ω V1 R 2 =2k Ω V2

+
Ε = 1 2 ∠ 0 0V
X L =10k Ω X C =5k Ω
− 4 m Α ∠ 0 0A
110 Metode Analisis Rangkaian AC

Simpul V1:
R 1 =0,5k Ω V1 R 2 =2k Ω V2

+ I1 I3
E=12V X L =10k Ω I2

I2 + I3 = I1
V1 V1 − V2 E − V1
+ =
ZL R2 R1

V1 V − V2 12 − V1
+ 1 =
j10kΩ 2kΩ 0,5kΩ x10 k

-j1SV1 + 5S(V1 – V2) = 20S(12 – V1)


-j1SV1 + 5SV1 – 5SV2) = 240A – 20SV1
(5 + 20 - j)SV1 – 5SV2 = 240A
(25 - j)SV1 – 5SV2 = 240A
Simpul V2
V1 R 2 =2k Ω V2

I6
I4
I5
X C =5k Ω 4 mΑ

I4 + I5 + I6 =0
V2 − V1 V2
+ = −I
R2 Zc

V2 − V1 V2
+ = −4mA
2kΩ − j 5kΩ x10 k

5S(V2 – V1) + j2SV2 = -40A


5SV2 – 5SV1 + j2SV2 = -40A
– 5SV1 + (5 + j2)SV2 = -40A
Metode Analisis Rangkaian AC 111

Dinyatakan dalam bentuk matriks menjadi:


25S − jS − 5S  V1   240 A 
=
 − 5S
 5S + 2 jS  V2  − 40 A

Maka:
240 A − 5S
− 40 A 5S + 2 jS 1000 A + j 480 A
V1 = = = 9,94V + j 0,32V
25S − jS − 5S 102 S + j 45S
− 5S 5S + 2 jS
= 9,95∠1,84 0 V

25S − jS 240 A
− 5S − 40 A 200 A + j 40 A
V2 = = = 1,79V − j 0,4V
25S − jS − 5S 102 S + j 45S
− 5S 5S + 2 jS
= 1,83∠ − 12,5 0 V

Contoh 7.8
Dari rangkaian berikut, tentukanlah besarnya tegangan pada setiap simpulnya!
X L =5 Ω

I 1 =3 ∠ 0 0 A R=4 Ω X C =2 Ω I 2 =5 ∠ 30 0 A

Jawab:
Menentukan jumlah simpul:

V1 X L =5 Ω V2

I 1 =3 ∠ 0 0 A R=4 Ω X C =2 Ω I 2 =5 ∠ 30 0 A
112 Metode Analisis Rangkaian AC

Simpul V1:

V1 X L =5 Ω V2

I3
I1
I2
I 1 =3 ∠ 0 0 A R=4 Ω

I2 + I3 = I1
V1 V1 − V2
+ = I1
R2 ZL

V1 V1 − V2
+ =3
4Ω j 5Ω x 20

5SV1 - j4S(V1 – V2) = 60A


5SV1 - j4SV1 + j4S V2 = 60A
(5S - j4S)V1 + j4S V2 = 60A
Simpul V2

V1 X L =5 Ω V2

I6
I4
I5
X C =2 Ω I 2 =5 ∠ 30 0 A

I4 + I5 + I6 =0
V2 − V1 V2
+ = −I
ZL Zc

V2 − V1 V2
+ = −(4,33 A + j 2,5)
j 5Ω − j 2kΩ x10

-j2S(V2 – V1) + j5SV2 = -43,3A – j25A


-j2SV2 + j2S V1 + j5SV2 = -43,3A – j25A
j2SV1 + j3SV2 = -43,3A – j25A
Metode Analisis Rangkaian AC 113

Dinyatakan dalam bentuk matriks menjadi:


5S − j 4S j 4 S  V1   60 A 
 j 2S   =
 j 3S  V2  − 43,3 A − j 25 A

Maka:
60 A j 4S
− 43,3 A − j 25 A j 3S − 100 A + j 353,2 A
V1 = = = 5,28V + j13,7V
5S − j 4 S j 4 S 20 S + j15S
j 2S j 3S
= 14,68∠68,94 0 V

5S − j 4 S 60 A
j 2S − 43,3 A − j 25 A − 316,5 A − j 71,8 A
V2 = = = −11,85V + j 5,3V
5S − j 4 S j 4 S 20S + j15S
j 2S j 3S
= 12,98∠155,910 V

Latihan Soal Sub bab 7.3.1 Cara Biasa


1. Dari rangkaian berikut tulislah persamaan simpulnya kemudian tentukan
besarnya tegangan simpulnya dengan cara biasa!
R 3 =2Ω

X L= 1 0 Ω R 2 =5Ω
I1 = 5 ∠ 0 0 A I2 = 3 ∠ 3 0 0 A X C=10Ω

(a )

R 2 =4 Ω

I2 =2 ∠ 0 0 A

R 1 =2 Ω R 3 =20 Ω R 4 =5 Ω
I 1 =4 ∠ -60 0 A

(b)
114 Metode Analisis Rangkaian AC

2. Tentukan besarnya tegangan simpul pada setiap rangkaian berikut dengan cara
biasa! Kemudian dari hasilnya tegangan arus yang mengalir pada masing-
masing resistor!

X L1 =10 Ω E 1 =24 ∠ 0 0 V

R 1 =6 Ω X L2 =10 Ω
0
I1 =2 ∠ -30 A X C =10 Ω

3. Selesaikan soal (1) dan (2) dengan bantuan software Orcad!

7.3.2 Cara Pendekatan


Tahap-tahap untuk menerapkan langkah ini adalah:
1. Tentukan jumlah simpul yang ada dalam rangkaian kemudian pilih sebuah
simpul referensi (V = 0) dan tandai sisanya dengan tegangan tertentu : V1, V2,
V3 dan seterusnya.
2. Jumlah persamaan yang diperlukan sama dengan (N – 1) simpul yang ada
dalam rangkaian. Pada ruas sebelah kiri sama dengan ditentukan dengan jalan:
a. Suku 1 pada setiap persamaan merupakan penjumlahan semua admitansi
yang terhubung ke simpul yang dikaji dikalikan dengan tegangan
simpulnya.
b. Suku 2 dan seterusnya merupakan perkalian antara admitansi bersama
dengan tegangan simpul lain dimana admitansi terhubung. Admitansi
bersama ini bertanda negatif. Admitansi bersama merupakan admitansi
yang terhubung dengan dua tegangan simpul.
3. Pada ruas sebelah kanan tanda sama dengan merupakan penjumlahan secara
aljabar dari semua sumber arus yang terdapat pada masing-masing simpul.
Ingat perjanjian tanda bahwa sumber arus akan bertanda positif jika dia
mensuplai energi ke beban (arah arusnya masuk ke simpul) dan bertanda
negatif jika dia menyerap energi (arah arusnya keluar dari simpul.
4. Pecahkan persamaan linear simultans yang ada.
Metode Analisis Rangkaian AC 115

Contoh 7.9
Tentukanlah persamaan simpul dari rangkaian berikut:

Z2

I1 Z1 Z3 I2

Jawab:
Simpul V1:
 1 1  1
 + V1 − V2 = I 1
 Z1 Z 2  Z2

Simpul V2:
 1 1  1
 + V2 − V1 = − I 2
 Z2 Z3  Z2

Dinyatakan dalam bentuk matriks menjadi:


1 1 1 
Z + Z −
Z 2  V1   I 1 
 1 2
 =
 − 1 1 1  V2  − I 2 
+
 Z2 Z 2 Z 3 

Contoh 7.10
Dari rangkaian berikut tentukanlah besarnya tegangan pada setiap simpul dengan
menggunakan cara pendekatan!
X C =4 Ω

I 1 =10 ∠ 0 0 A X L =2 Ω R=8 Ω I 2 =5 ∠ 0 0 A
116 Metode Analisis Rangkaian AC

Jawab:
Menentukan jumlah simpul
X C =4 Ω
V1 V2

I 1 =10A X L =2 Ω R=8 Ω I 2 =5A

Simpul V1:
 1 1  1
 + V1 − V2 = 10
 j2 − j4  − j4
X4

(-j2 +j)V1 –jV2 = 40


-jV1 –jV2 = 40
Simpul V2:
1 1  1
 + V2 − V1 = −5
 8 − j4  − j4
X8

(1 + j2)V2 –j2V1 = -40


–j2V1 + (1 + j2)V2 = -40
Dinyatakan dalam bentuk matrik menjadi:
 − jS − jS  V1   40 A 
− j 2S 1S + j 2S  V  = − 40 A
  2   
Maka:
40 A − jS
− 40 A 1S + j 2 S 40 A + j 40 A
V1 = = = 7,06V + j11,76V = 13,72∠59,04 0 V
− jS − jS 4S − jS
− j 2 S 1S + j 2S

− jS 40 A
− j 2S − 40 A j120 A
V2 = = = −7,06V + j 28,24V = 29,1∠104,04 0 V
− jS − jS 4S − jS
− j 2S 1S + j 2S
Metode Analisis Rangkaian AC 117

Contoh 7.11
Dari rangkaian berikut tentukanlah besarnya tegangan pada setiap simpulnya!
R 2 =6 Ω X L =8 Ω

I 1 =2 ∠ 0 0 A R 1 =2 Ω X C =4 Ω I 2 =4 ∠ 0 0 A

Jawab:
Menentukan jumlah simpul
V1 R 2 =6 Ω X L =8 Ω V2

I 1 =2A R 1 =2 Ω X C =4 Ω I 2 =4A

Simpul V1:
 1 1  1
 + V1 − V2 = I 1
 R1 R2 + jX L  R2 + jX L

 1 1   1 
 + V1 −  V2 = 2 A
 2Ω 6Ω + j8Ω   6Ω + j8Ω  x (6 + j 8 )

(3 + j4 +1)SV1 – 1SV2 = 12 A + j16A


(4+j4)SV1 – 1SV2 = 12 A + j16A
Simpul V2:
 1 1  1
 + V2 − V1 = − I 2
 − jX C R2 + jX L  R2 + jX L

 1 1  1
 + V2 − V1 = −4 A
 − j 4Ω 6Ω + j8Ω  6Ω + j8Ω
x ( 6+ j 8)

(-2S + j1,5S + 1S)V2 –1SV1 = -24A - j32A


–1SV1 + (-1 + j1,5)SV2 = -24A – j32A
118 Metode Analisis Rangkaian AC

Dinyatakan dalam bentuk matrik menjadi:


4S + j 4S − 1S  V1   12 A + j16 A 
=
 − 1S
 − 1S + j1,5S  V2  − 24 A − j 32 A

Maka:
12 A + j16 A − 1S
− 24 A − j 32 A − 1S + j1,5S − 60 A − j 30 A
V1 = = = 4,8 A + j 3,6 A
4S + j 4S − 1S − 11S + j 2 S
− 1S − 1S + j1,5S
= 6∠36,87 0 V

4 S + j 4 S 12 A + j16 A
− 1S − 24 A − j 32 A 44 A − j 208 A
V2 = = = −7,2 A + j17,6 A
4S + j 4S − 1S − 11S + j 2S
− 1S − 1S + j1,5S
= 19,02∠112,25 0 V

Contoh 7.12
Tentukanlah persamaan simpul dari rangkaian berikut:
X C =10 Ω
R 1 =6 Ω X L1 =8 Ω
+

+
R 2 =3 Ω
R 3 =8 Ω
0
E =20 ∠ 0 V
− I 1 =10 ∠ 3 0 0 A
X L2 =4 Ω

Jawab:
Sumber tegangan E ditransformasi menjadi sumber arus sebagai berikut:

R 1 =6 Ω X L1 =8 Ω

R1= 6Ω
+
0
I=2 ∠ − 5 3 1 3 A
E=20 ∠ 0 0 V

X L1 =8 Ω
Metode Analisis Rangkaian AC 119

Besarnya arus sumber I ditentukan dengan:


E 20∠0 0 V 20∠0 0 V
I= = = = 2∠ − 53,130 A
R1 + jX L 6Ω + j8Ω 10∠53,13 Ω 0

Sehingga rangkaiannya menjadi:


X C =10 Ω

+
R 1= 6Ω R 2 =3 Ω
R 3 =8 Ω
I=2 ∠ − 5 3 1 3 0 A
I 1 =10 ∠ 3 0 0 A
X L1 =8 Ω X =4 Ω
L2

Menentukan jumlah simpul:


X C =10 Ω
V1 V2
+

R 1= 6Ω R 2 =3 Ω
0 R 3 =8 Ω
I=2 ∠ − 5 3 1 3 A
I 1 =10 ∠ 3 0 0 A
X L1 =8 Ω X =4 Ω
L2

Menentukan persamaan simpul:


Simpul V1:
 1 1 1   1 
 + + V1 −  V2 = I
 R1 + jX L1 R2 + jX L 2 − jX C   − jX C 
 1 1 1   1 
 + + V1 −  V2 = 2∠ − 53,13 0 A
 6Ω + j 8Ω 4Ω + j 3Ω − j10Ω   − j10Ω 
 1 1 1   1 
 + + V1 −  V2 = 1,2 A − j1,6 A
 6Ω + j8Ω 4Ω + j 3Ω − j10Ω   − j10Ω 
Simpul V2:
 1 1   1 
 + V2 −  V1 = I 1
 − jX C R3   − jX C 
120 Metode Analisis Rangkaian AC

 1 1   1 
 + V2 −  V1 = 10∠30 0 A
 − j10Ω 8Ω   − j10Ω 
 1   1 1 
−  V1 +  + V2 = 8,66 A + j 5 A
 − j10Ω   − j10Ω 8Ω 

Latihan Sub bab 7.3.2


1. Dari rangkaian berikut tulislah persamaan simpulnya kemudian tentukan
besarnya tegangan simpulnya dengan cara pendekatan!
R 3 =2Ω

X L= 1 0 Ω R 2 =5Ω
I1 = 5 ∠ 0 0 A I2 = 3 ∠ 3 0 0 A X C=10Ω

(a )

R 2 =4 Ω

I2 =2 ∠ 0 0 A

R 1 =2 Ω R 3 =20 Ω R 4 =5 Ω
I 1 =4 ∠ -60 0 A

(b)

2. Tentukan besarnya tegangan simpul pada setiap rangkaian berikut dengan cara
pendekatan! Kemudian dari hasilnya tegangan arus yang mengalir pada
masing-masing resistor!

X L1 =10 Ω E 1 =24 ∠ 0 0 V

R 1 =6 Ω X L2 =10 Ω
0
I1 =2 ∠ -30 A X C =10 Ω

3. Selesaikan soal (1) dan (2) dengan bantuan software Orcad!


BAB VIII
TEOREMA ANALISIS RANGKAIAN AC

8.1 Teorema Superposisi


Menyatakan bahwa besarnya arus atau tegangan pada rangkaian dapat
ditentukan dengan memperhitungkan sumbangan dari masing-masing sumber
secara independen. Pada saat kita memperhitungkan sumbangan dari sebuah
sumber maka sumber yang lainnya dinolkan. Dengan demikian sumber tegangan
(V = 0) menjadi rangkaian hubung singkat. Sedangkan sumber arus (I = 0)
menjadi rangkaian hubung buka. Besar arus atau tegangan pada rangkaian yang
hendak dicari merupakan penjumlahan secara aljabar dari arus atau tegangan
akibat sumbangan dari masing-masing sumber. Dengan teorema ini kita harus
memperhatikan arah arus atau polaritas dari tegangan pada saat menjumlahkan
sumbangan dari masing-masing sumber.

Contoh 8.1
Dengan menggunakan teorema superposisi, tentukan besarnya arus I yang melalui
reaktansi XL2 pada gambar berikut!

I
X L1 = 4 Ω X C =3 Ω

X L1 = 4 Ω
+ −

0 E 2 =5 ∠ 0 0 V
E 1 =10 ∠ 0 V
− +

Jawab :
Rangkaian tersebut digambarkan kembali menjadi
Buku Pegangan Kuliah Dasar Teknik Elektro 121

I
Z1 Z3
Z2 −
+
E2
E1
+

Z1 = jXL1 = j4 Ω
Z2 = jXL2 = j4 Ω
Z3 = -jXC = -j3 Ω
Dengan memperhitungkan sumbangan sumber tegangan E1, sumber tegangan E1
dinolkan sehingga menjadi rangkaian hubung singkat. Rangkaiannya menjadi:

I' I
Z1 I S1 Z3 Z1 I S1

Z2 Z 2//3
+
+
E1 E1

Z2Z3 ( j 4Ω)(− j 3Ω) 12Ω


Z 2 // Z 3 = = = = − j12Ω
Z2 + Z3 j 4Ω − j 3Ω j
= 12∠ - 90 0 Ω
E1 10∠0 0 V 10∠0 0 V
I S1 = = =
Z 2 // Z 3 + Z 1 − j12Ω + j 4Ω 8∠ − 90 0 Ω
= 1,25∠90 0 A
Dan
Z3
I'= I S1 (prinsip pembagi arus)
Z2 + Z3
- j3Ω (-j3Ω)( j1,25A) 3,75A
= 1,25∠90 0 A = =
j4Ω - j3Ω j4Ω - j3Ω j1
= 3,75∠ - 90 0 A
122 Teorema Analisis Rangkaian AC

Dengan memperhitungkan sumbangan sumber tegangan E2, sumber tegangan E1


dinolkan sehingga menjadi rangkaian hubung singkat. Rangkaiannya menjadi:

Z1 Z3 Z3
Z2 −
Z 1//2 −
E2 E2
I S2 I S2
I'' + I'' +

Z1Z 2 ( j 4Ω)( j 4Ω) j16Ω


Z 1 // Z 2 = = = = j 2Ω
Z1 + Z 2 j 4Ω + j 4Ω 8
= 2∠90 0 Ω
E2 5∠0 0 V 5∠0 0 V
I S2 = = =
Z 1 // Z 2 + Z 3 j 2Ω − j 3Ω 1∠ − 90 0 Ω
= 5∠90 0 A
Dan
Z1
I "= I S 2 (prinsip pembagi arus)
Z1 + Z 2
j4Ω (j4Ω)( j 5A) j 5A
= 5∠90 0 A = =
j4Ω + j4Ω j8Ω 2
= 2,5∠90 0 A
Arus total yang melalui reaktansi XL2 adalah sebesar :
I = I’ – I” = 3,75∠-900A – 2,5∠900A = -j3,75 A – j2,5 A= -j6,25 A
= 6,25∠-900 A

Contoh 8.2
Dengan menggunakan teorema superposisi, tentukan besarnya arus I yang melalui
resistor 6 Ω pada gambar berikut!
XL = 6Ω R =6Ω

+
I I
E=20∠ 3 0 V 0
I=2∠ 0 0 Α X C =8Ω

Buku Pegangan Kuliah Dasar Teknik Elektro 123

Jawab :
Rangkaian tersebut digambarkan kembali seperti gambar berikut

Z1 Z2
+
E I I

Dengan
Z1 = j6 Ω
Z2 = 6 – j8 Ω
Dengan memperhitungkan sumbangan sumber arus, sumber tegangan dinolkan
sehingga menjadi rangkaian hubung singkat. Rangkaiannya menjadi:

Z1 Z2

I I'

Berdasarkan prinsip pembagi arus kita mendapatkan:


Z1 j 6Ω j12 A 12∠90 0 A
I'= I1 = 2A = =
Z1 + Z 2 j 6Ω + 6Ω − j8Ω 6 − j 2 6,32∠ - 18,43 0
= 1,9∠108,43 0 A
Dengan memperhitungkan sumbangan sumber tegangan, sumber arus dinolkan
sehingga menjadi rangkaian hubung buka. Rangkaiannya menjadi:

Z1 Z2
+
E I''

Berdasarkan hukum Ohm kita mendapatkan :


E1 E1 20∠30 0 V
I'= = =
Z T Z 1 + Z 2 6,32∠ − 18,43 0 Ω
= 3,16∠48,43 0 A
124 Teorema Analisis Rangkaian AC

Arus total yang melalui resistor 6 Ω adalah sebesar :


I = I’ – I” = 1,9∠108,430A +3,16∠48,430A
= (-0,60 A+ j1,80 A) +(2,10 A + j2,36 A)
= 1,50 A + j 4,16 A
I = 4,42∠70,20 A

Contoh 8.3
Dengan menggunakan teorema superposisi, tentukan besarnya tegangan diantara
resistor 6 Ω pada gambar soal sebelumnya !.
Jawab :
Untuk menjawab soal ini didasarkan jawaban soal sebelumnya
Dengan memperhitungkan sumbangan sumber arus, maka kita mendapatkan
V’6Ω = I’(6Ω) = (1,9∠108,430A)(6 Ω) = 11,4∠108,430 V
Dengan memperhitungkan sumbangan sumber tegangan maka kita mendapatkan :
V”6Ω = I”(6Ω) = (3,16∠48,430A)(6 Ω) = 18,96∠48,430 V
Tegangan total diantara resistor 6Ω adalah :
V6Ω = V’6Ω + V”6Ω
= 11,4∠108,430 V + 18,96∠48,430 V
= (-3,60 V + j10,82 V) + (12,58 V + j14,18 V)
= 8,98 V + j25,0 V
= 26,5∠70,20 V
Untuk pengujian hasilnya kita cari berdasarkan arus total hasil perhitungan
sebelumnya :
V6Ω = I(6Ω) = (4,42∠72,20 A)(6Ω) = 26,5∠70,20 V
Buku Pegangan Kuliah Dasar Teknik Elektro 125

Latihan Soal Sub bab 8.1 Teorema Superposisi


1. Dengan menggunakan teorema superposisi tentukan arus yang mengalir
melalui Resistor 10Ω pada rangkaian berikut!

I
X L =10 Ω
R 1 =10 Ω
I=9 ∠ 0 0 A E=18 ∠ 30

2. a. Dengan menggunakan teorema superposisi, tentukan arus yang mengalir


pada setiap beban pada rangkaian berikut!
b. Tentukan besarnya tegangan pada R1!

X L=10 Ω X C =10 Ω

E 1 =10 ∠ 0 0 V R =10 Ω E 2 =5 ∠ 30 0 V

8.2 Teorema Thevenin


Menyatakan bahwa sembarang dua terminal rangkaian dapat diubah
menjadi sebuah rangkaian ekuivalen yang terdiri atas sebuah sumber tegangan
(ETH) dan sebuah impedans ekuivalen yang diseri dengan sumber tegangan (ZTH).
Langkah-langkah untuk mencari untai thevenin adalah:
1. Tentukan dua terminal rangkaian yang hendak dicari untai theveninnya.
2. Tentukan besarnya tegangan thevenin yaitu tegangan di antara dua terminal
rangkaian yang hendak dicari untai theveninnya.
3. Tentukan besarnya impedans ekuivalen yaitu impedans total yang ditinjau dari
dua terminal rangkaian yang hendak dicari untai theveninnya. Pada saat
menentukan impedans ekuivalen ini, semua sumber yang ada harus dinolkan.
Sumber tegangan menjadi rangkaian hubung singkat dan sumber arus menjadi
rangkaian hubung buka.
4. Gambarkan untai theveninnya.
126 Teorema Analisis Rangkaian AC

Contoh 8.4
Tentukan rangkaian ekuivalen Thevenin dari rangkaian yang terhubung ke resistor
pada gambar berikut!
XL = 8Ω

E=10∠ 00 V X C =2Ω R

Jawab:
Kita gambarkan rangkaian yang hendak dicari untai theveninnya seperti gambar
berikut:

Z1
Z2
+
E=10 ∠ 0 0 V

Dengan
Z1 = jXL = j8 Ω
Z2 = -jXC = -j2 Ω
Menentukan ETH:

Z1
Z2
+ E TH
E=10 ∠ 0 0 V

Z2 E
ETH = (prinsip pembagi tegangan)
Z1 + Z 2
(− j 2Ω)(10V ) − j 20V
= =
j8Ω − j 2Ω j6
= 3,33∠ - 180 0 V
Buku Pegangan Kuliah Dasar Teknik Elektro 127

Menentukan ZTH:
Kita tiadakan dulu semua sumber yang ada dalam rangkaian, sehingga sumber
tegangan menjadi rangkaian hubung singkat.

Z1 Z TH
Z2

Z1Z 2 ( j8Ω)(− j 2Ω) − j 2 16Ω 16Ω


Z TH = Z 1 // Z 2 = = = =
Z1 + Z 2 j8Ω − j 2Ω j6 6∠90 0
Rangkaian theveninnya ditunjukkan pada gambar berikut:

Z TH
= 2,67 ∠ -90 0 Ω X C =2,67 Ω

Z TH

+ +

E =3,33 ∠ -18 0 V R E =3,33 ∠ -18 0 V R


TH TH
− −

Contoh 8.5
Tentukan rangkaian Thevenin diantara titik a-a’ pada gambar berikut!
R 1 =6 Ω X L1 =8 Ω X L2 =5 Ω R 3 =7 Ω
a

+ R 2 =3 Ω +
0
0
E 1 =10 ∠ 0 V E 2 =30 ∠ 15 V
− −

X C =4 Ω
a'

Jawab :
Kita gambarkan rangkaian yang hendak dicari untai theveninnya seperti gambar
berikut:
128 Teorema Analisis Rangkaian AC

Z1 Z3 a

+
E 1 =10 ∠ 0 0 V Z2

Thevenin
a'

Dengan
Z1 = R1 + jXL1 = 6 Ω + j8 Ω
Z2 = R2 – jXC = 3 Ω - j4 Ω
Z3 = jXL2 = j5 Ω
Menentukan ETH:
I Z3 =0
Z1 Z3 a

+
+
E 1 =10 ∠ 0 0 V Z2 ETH

-

a'

Karena antara a – a’ merupakan rangkaian terbuka, maka IZ3 = 0. maka ETH


merupakan tegangan diantara Z2, yaitu :
Z2E
ETH = (prinsip pembagi tegangan)
Z1 + Z 2
(5∠53,130 Ω)(10∠0 0 V ) 50∠ − 53,130 V
= 0
= 0
= 5,08∠ - 77,09 0 V
9,85∠23,96 Ω 9,85∠23,96
Menentukan ZTH:
Kita tiadakan dulu semua sumber yang ada dalam rangkaian, sehingga sumber
tegangan menjadi rangkaian hubung singkat.

Z1 Z2 a

Z2
ZTH

a'
Buku Pegangan Kuliah Dasar Teknik Elektro 129

Z1Z 2 (6 + j8Ω)(3 − j 4Ω)


Z TH = Z 3 + = j 5Ω +
Z1 + Z 2 (6 + j8Ω) + (3 − j 4Ω)
(10∠53,13 0 Ω)(5∠ − 53,13 0 Ω) 50∠0 0 Ω
= j 5Ω + = j 5Ω +
9Ω + j 4Ω 9,85∠23,96 0 Ω

= j 5Ω + 5,08∠ − 23,96 0 Ω = j 5Ω + 4,64Ω − j 2,06Ω

Z TH = 4,64Ω + j 2,94Ω = 5,49∠32,36 0 Ω


Rangkaian theveninnya ditunjukkan pada gambar berikut:

Z TH = 5,49 ∠ 32,36 0Ω
R 3 =7 Ω
Z TH
a
+ +

E TH
=5,08 ∠ -77,090V E 2=30 ∠ 15 0V
− −

a'

Latihan Soal Sub bab 8.2 Teorema Thevenin


1. Dari rangkaian berikut, tentukan untai thevenin dari rangkaian yang terhubung
ke resistor R! Kemudian tentukan daya yang diserap oleh R jika resistansinya
2Ω dan 10Ω!
R 1 =6 Ω

R=5 Ω X C =5 Ω
I=3 ∠ 0 0 A E=20 ∠ 30 0 V
R
X C =1 Ω X L =10 Ω R

(a) (b)

2. Tentukan untai thevenin dari rangkaian yang terhubung ke kapasitor pada


gambar berikut! Kemudian tentukan arus yang mengalir padanya!
130 Teorema Analisis Rangkaian AC

R 1= 6Ω X L= 2 Ω

E = 18∠ − 3 00V
R 2= 1 0 Ω
X C=1Ω

(a )

R 1= 10Ω

E 1= 72 ∠ 00V X C=10Ω

E 2= 18∠ 600V
R 2= 3Ω

(b )

8.3 Teorema Norton


Menyatakan bahwa sembarang dua terminal rangkaian dapat diubah
menjadi sebuah rangkaian ekuivalen yang terdiri atas sebuah sumber arus (IN) dan
sebuah impedans ekuivalen yang dipararel dengan sumber arus (ZN).
Langkah-langkah untuk mencari untai thevenin adalah:
1. Tentukan dua terminal rangkaian yang hendak dicari untai theveninnya.
2. Tentukan besarnya arus norton yaitu arus yang mengalir di antara dua terminal
rangkaian yang hendak dicari untai nortonnya. Karena kita hendak mencari
arus maka dua terminal rangkaian harus dihubung singkat dulu agar arus dapat
mengalir.
3. Tentukan besarnya impedans ekuivalen yaitu impedans total yang ditinjau dari
dua terminal rangkaian yang hendak dicari untai nortonnya. Pada saat
menentukan impedans ekuivalen ini, semua sumber yang ada harus dinolkan.
Sumber tegangan menjadi rangkaian hubung singkat dan sumber arus menjadi
rangkaian hubung buka.
4. Gambarkan untai nortonnya.
Buku Pegangan Kuliah Dasar Teknik Elektro 131

Contoh 8.6
Tentukan rangkaian norton untuk rangkaian yang terhubung dengan resistor 6Ω
pada gambar berikut!
R 1 =3 Ω X L =4 Ω

+
0
E=20 ∠ 0 V X C =5 Ω R L =6 Ω

Jawab :
Kita gambarkan rangkaian yang hendak dicari untai nortonnya seperti gambar
berikut:

Z1
Z2
+
E =20∠ 00V
− N o rto n

Dengan
Z1 = R1 + jXL = 3 Ω + j4 Ω = 5∠53,130 Ω
Z2 = – jXC = - j5 Ω
Menentukan arus norton (IN):
Kita hubung singkat dulu dua terminal rangkaian yang hendak dicari untai
nortonnya, sehingga rangkaiannya menjadi:

I1
Z1
Z2 IN
+
E =20∠ 00V

Impedans Z2 tidak akan dialiri arus karena dihubung singkat. Arus akan mengalir
melalui rangkaian penghubung singkatnya.
E 20∠0 0 V
I N = I1 = = = 4∠ − 53,13 0 A
Z 1 5∠53,13 Ω
0
132 Teorema Analisis Rangkaian AC

Menentukan ZN:
Kita tiadakan dulu semua sumber yang ada dalam rangkaian, sehingga sumber
tegangan menjadi rangkaian hubung singkat.

Z1
Z2 ZN

Z1Z 2 (3 + j 4Ω)( − j 5Ω) (5∠53,13 0 )(5∠ − 90 0 )Ω


Z N = Z 1 // Z 2 = = =
Z1 + Z 2 3 + j 4Ω − j 5Ω 3 − j1

25∠ − 36,87 0 Ω
= 0
= 7,91∠ − 18,44 0 Ω = 7,50Ω − j 2,50Ω
3,16∠ − 18,43
Rangkaian nortonnya ditunjukkan pada gambar berikut

ZN=7,5Ω - j2,5Ω
R=7,5Ω
IN=4∠ -53,130A ZN RL=6Ω RL=6Ω

IN=4∠ -53,130A XC=2,5Ω

Contoh 8.7
Tentukan rangkaian ekuivalen norton dari rangkaian yang terhubung dengan
reaktansi kapasitif XL2 = 7 Ω pada gambar berikut!
X L =5 Ω

R 2 =1 Ω

R 1 =2 Ω
X C2 =7 Ω
I=3 ∠ 0 0 A
X C1 =4 Ω
Buku Pegangan Kuliah Dasar Teknik Elektro 133

Jawab:
Kita gambarkan rangkaian yang hendak dicari untai nortonnya seperti gambar
berikut:
Z3

Z2

I=3 ∠ 0 0 A Z1

Dengan
Z1 = R1 – jXC1 = 2 Ω - j4 Ω
Z2 = R2 = 1 Ω
Z3 = + jXL = j5 Ω
Menentukan besarnya arus norton (IN):
Kita hubung singkat dulu dua terminal rangkaian yang hendak dicari untai
nortonnya, sehingga rangkaiannya menjadi:

Z3

Z2 I=0

I1
I=3 ∠ 00 A Z1 IN

Impedans Z3 tidak akan dialiri arus karena dihubung singkat. Arus akan mengalir
melalui rangkaian penghubung singkatnya.
Besarnya arus norton ditentukan dengan prinsip pembagi arus:
Z1 I (2Ω − j 4Ω)3 A (6 − j12) A 13,4∠ − 63,430 A
I N = I1 = = = =
Z 1 + Z 2 2Ω − j 4Ω + 1Ω 3 − j4 5∠ − 53,13 0
I N = 2,68∠ − 10,30 A
134 Teorema Analisis Rangkaian AC

Menentukan ZN:
Kita tiadakan dulu semua sumber yang ada dalam rangkaian, sehingga sumber
arus menjadi rangkaian hubung buka. Rangkaiannya menjadi:
Z3

Z2 Z2

ZN
Z1 Z1 Z3
ZN

Z1+ Z2 = 2 Ω - j4 Ω +1 Ω = 3Ω – j4Ω = 5∠-53,130Ω


Z 3 (Z1 + Z 2 ) (5∠90 0 Ω)(5∠ − 53,13 0 Ω) 25∠36,87 0 Ω 25∠36,87 0 Ω
ZN = = = =
Z 3 + (Z1 + Z 2 ) j 5Ω + 3Ω − j 4Ω 3 + j1 3,16∠18,43 0
= 7,91∠18,44 0 Ω = 7,50Ω + j2,50Ω
Rangkaian ekuivalen nortonnya ditunjukkan pada gambar berikut:

R=7,5 Ω
Z N =7,5 Ω + j2,5 Ω X C =7 Ω
I N =2,68 ∠ − 1 0,3 0 A ZN
X C =7 Ω
I N =2,68 ∠ − 1 0,3 0 A X L =2,5 Ω

Latihan Soal Sub bab 8.3 Teorema Norton


1. Tentukan untai norton dari rangkaian yang terhubung ke resistor R pada
gambar berikut!
R 1 =6 Ω

R=5 Ω X C =5 Ω
I=3 ∠ 0 0 A E=20 ∠ 30 0 V
R
X C =1 Ω X L =10 Ω R

(a) (b)
Buku Pegangan Kuliah Dasar Teknik Elektro 135

2. Tentukan untai norton dari rangkaian yang terhubung ke kapasitor pada


gambar berikut! Kemudian tentukan arus yang mengalir padanya!

R 1= 6Ω X L= 2 Ω

E = 18∠ − 3 00V
R 2= 1 0 Ω
X C=1Ω

(a )

R 1= 10Ω

E 1= 72 ∠ 00V X C=10Ω

E 2= 18∠ 600V
R 2= 3Ω

(b )

Anda mungkin juga menyukai