Anda di halaman 1dari 22

LAPORAN TUGAS BESAR

Analisis Perkembangan Energi Terbarukan di Korea Selatan dan


Perbandingannya dengan Indonesia

Nama/NIM : Khalda Zayyan 12320055


Muhammad Rakha Dizionario 12320087
Achmad Ibnu Alawi 12317016
Adam Putra Pratama Zainuri 12220143
Helmi Ahmad Khaderani 18120067
Dimas Kautaman Andhika Putra 12320068
Imam Fauzan Siregar 12320084
Kelompok : 08
Kelas : K-02

ME4404 PENGENALAN ENERGI ANGIN DAN MATAHARI (LAYANAN)


INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG
2022
A. Sumber energi listrik di Korea Selatan dan perkembangannya
Korea Selatan merupakan negara yang menggunakan energi nuklir sebagai sumber
utama energi listrik. Pada dekade terakhir, perkembangan PLTN mengalami stagnasi di dunia
barat, sedikit meningkat di Eropa Timur, dan meningkat tajam di Asia Timur dan Selatan.
Korea Selatan termasuk negara nomor enam sebagai negara terbanyak di dunia yang
menggunakan PLTN hingga menjadi negara pemasok PLTN ke negara lain.
Kebutuhan listrik di negara Korea Selatan juga terus mengalami peningkatan yang
pesat seiring dengan pertumbuhan ekonominya. Pada tahun 2015 total produksi listrik yang
dibangkitkan sebesar 549 TWh dengan kapasitas terpasang 98,8 GWe, pada tahun 2000
sebanyak 239 TWh dengan kapasitas terpasang 46.978 MWe, dibandingkan dengan 35.5
GWh dan kapasitas terpasang 6.916 MWe pada tahun 1978 saat pengoperasian pertama
PLTN di Korea Sealatan. Listrik per kapita pada tahun 1999 sebesar 5.107 kWh meningkat
35 kali dibandingkan dengan tahun 1968 saat keputusan pemerintah untuk membangun PLTN
pertama. produksi listrik sebesar 549 TWh berasal dari batubara sebesar 236 TWh, 165 TWh
dari PLTN (31%), 118 TWh dari gas, 16,5 TWh dari minyak, 6 TWh dari PLTA, dan 3,8
TWh dari tenaga angin dan solar. Sedangkan, kapasitas pembangkit listrik yang terpasang
adalah 28.55 GWe PLTU, 30.4 GWe PLTG, 21.7 GWe PLTN, 4.1 GWe PLTD, 14.0 dan
PLTA dan pembangkit energi terbarukan lainnya. Kapasitas dari nuklir 22% menghasilkan
suplai daya sebesar 31%. Di samping kebutuhan listrik yang semakin berkembang,
pengembangan industri nuklir juga semakin maju dan berambisi akan menjadi salah satu dari
negara industri nuklir pada tahun 2035.
Korea Selatan akan secara ambisius dan paralel dalam melaksanakan pengembangan
energi nuklir sebagai kebijakan energi nasional untuk mengurangi pengaruh eksternal dan
menjamin ketahanan energi terhadap merosotnya bahan bakar fosil dunia. PLTN sudah
dibangun sebanyak 24 buah, 4 buah sedang dalam pembangunan, dan 2 lagi sedang pada
tahap perbincangan. Namun, dari jumlah pembangkit yang dibangun, Korea Selatan memiliki
daerah lokasi yang terbatas sehingga hanya memiliki 4 lokasi pembangkit.
Gambar 1. Lokasi PLTN Korea Selatan

Di samping perkembangan Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN), Korea Selatan


pada saat ini juga memiliki 58 pembangkit listrik tenaga batubara. Namun, sejak Desember
hingga Februari 2019, Korea Selatan telah menutup hingga seperempat dari pembangkit
listrik tenaga batu bara agar membantu mengurangi polusi udara dan pabrik yang lain harus
cukup untuk memasok listrik selama musim dingin. Menurut data kementrian, pembangkit
listrik tenaga batu bara yang dapat menghasilkan 40% dari listrik negara Korea Selatan itu
sendiri pada tahun 2019, diikuti nuklir sekitar 26%. Banyak ahli mengatakan batu bara hanya
akan memperburuk kualitas udara negara Korea Selatan sehingga upaya-upaya pengurangan
emisi perlu dilakukan oleh pemerintah Korea Selatan.
B. Energi terbarukan yang ada di Korea Selatan dan manfaatnya
Menurut Korea Power Exchange, Korea Selatan telah memproduksi energi
listrik dari energi terbarukan hingga mencapai 27.103 MW pada September 2022. Hal
tersebut membuktikan bahwa pembangkit energi listrik dari energi terbarukan
mencapai 20.1 % dari seluruh total pembangkit energi listrik.
Diperkirakan pencapaian level 20 % tersebut merupakan pertama kalinya pada
Agustus 2022, setelah bulan juli yang hanya mencapai 19.8 % energi terbarukan dari
seluruh total pembangkit energi listrik. Energi terbarukan yang dimanfaatkan sebagai
pembangkit energi listrik di Korea Selatan diantaranya yaitu energi matahari, energi
air, energi angin, tidal dan pembangkit listrik berbasis bio-backed generation.
1) Pemanfaatan energi matahari di Korea Selatan
Energi matahari merupakan sumber energi yang dianggap paling menjanjikan di
antara semua energi terbarukan karena kesesuaiannya untuk wilayah yang luas di
Korea Selatan. Penerapan pembangkit energi listrik tenaga surya memberikan banyak
manfaat bagi lingkungan, ekonomi, dan masyarakat. Manfaat yang paling penting
yaitu ramah lingkungan dengan emisi gas atau polutan berbahaya yang dapat
diabaikan. Emisi sekitar 0,7 kg CO2 dapat dicegah saat menghasilkan tenaga surya
per setiap kWh. Selain itu, sistem energi surya memiliki biaya operasi dan
pemeliharaan yang rendah.
Menurut statistik Badan Energi Korea, Korea Selatan meluncurkan pembangkit
listrik tenaga surya dengan kapasitas hingga 2,82 GW hingga Q3 tahun 2021.
Pemerintah menargetkan mencapai 30,8 GW pada tahun 2030, yang akan memenuhi
target 20% dari total pembangkit energi melalui energi terbarukan. Kapasitas energi
listrik dari tenaga surya yang terpasang Korea Selatan adalah 14.575 MW pada 2020.
Ini melampaui jumlah 2019 yang berhenti di 11.952 MW. Pasar tenaga surya Korea
Selatan juga diperkirakan akan mencapai tingkat pertumbuhan tahunan majemuk lebih
dari 5,5% dalam lima tahun ke depan.
Pada tahun 2019, Korea Selatan telah memasang panel Surya di Seoul sebesar
357 MW untuk 285.000 rumah. Pada tahun 2022, Korea Selatan berencana untuk
meningkatkan jumlah tersebut menjadi 1.000.000 rumah. Proyek tersebut juga
berencana memasang sistem PV surya di setiap lokasi kota dan meningkatkan industri
surya dengan mencapai 1 GW pada kapasitas terpasang PV surya pada tahun ini.
Dengan kebijakan Korea Selatan membangun proyek tersebut berdampak
positif bagi perekonomian Korea Selatan. Munculnya perusahaan photovoltaic (PV)
membantu menciptakan banyak kesempatan kerja, melonjak dari 716 menjadi 13.651
pekerjaan dari tahun 2004 hingga 2010. Penjualan dan ekspor domestik juga
mengalami peningkatan yang signifikan selama jangka waktu yang sama, naik dari 56
menjadi 71 kali. Hal ini karena produksi dalam negeri membantu memenuhi
peningkatan permintaan. Karena Korea Selatan telah menciptakan pasar domestik
untuk itu, Korea Selatan menjadi lebih mampu mengekspor produk PV mulai tahun
2008 dan seterusnya.
2) Pemanfaatan energi arus air dan tidal di Korea Selatan
Meskipun semenanjung Korea memiliki beberapa sungai yang mengalir ke barat
dan selatan, yang tampaknya menguntungkan untuk pembangkit listrik tenaga air,
namun ada tantangan yang signifikan. Tantangannya yaitu ada variasi musim yang
tinggi dalam cuaca dan sebagian besar curah hujan terjadi di musim panas. Kapasitas
pembangkit listrik tenaga air telah terpasang sekitar 6.489 MW dan pembangkit listrik
tenaga air tahunan sekitar 7.273 GWh pada 2018.
Saat ini Korea berfokus pada sumber daya air tambahan, seperti pembangkit
listrik energi pasang surut. Korea Selatan telah membangun pembangkit listrik tenaga
pasang surut terbesar di dunia di Danau Sihwa. Pembangkit listrik danau pasang surut
ini memiliki total kapasitas 254 MW dengan pembangkit listrik tahunan sebesar 543
GWh. Dikelola dan dioperasikan oleh K-water, sebuah lembaga pemerintah yang
mengembangkan dan mengelola sumber daya air dan fasilitas pasokan air di Korea.
Berikut manfaat pembangkit listrik tenaga air yaitu:
a) Tenaga air didorong oleh air, menjadikannya sumber energi yang bersih.
b) Pembangkit listrik tenaga air adalah sumber energi domestik, yang
memungkinkan Korea Selatan untuk menghasilkan energinya sendiri tanpa
bergantung pada sumber bahan bakar internasional.
c) Pembangkit listrik tenaga air menciptakan waduk yang menawarkan
kesempatan rekreasi seperti memancing atau berenang.
d) Pembangkit listrik tenaga air bersifat fleksibel. Beberapa fasilitas pembangkit
listrik tenaga air dapat dengan cepat beralih dari daya nol ke keluaran
maksimum. Karena pembangkit listrik tenaga air dapat segera menghasilkan
listrik dengan menyediakan daya cadangan penting selama pemadaman listrik
besar atau gangguan.
e) Pembangkit listrik tenaga air memberikan manfaat di luar pembangkit listrik
dengan menyediakan pengendalian banjir, dukungan irigasi, dan air minum
bersih.
f) PLTA dapat dibangung dengan harga terjangkau. Tenaga air menyediakan
listrik berbiaya rendah dan daya tahan dari waktu ke waktu dibandingkan
dengan sumber energi lainnya. Biaya konstruksi bahkan dapat dikurangi
dengan menggunakan struktur yang sudah ada sebelumnya seperti jembatan,
terowongan, dan bendungan.
g) Tenaga air menciptakan lapangan kerja di lokasi pedesaan dan meningkatkan
ekonomi lokal.
Berikut daftar pembangkit listrik tenaga air dan tidal yang berada di Korea Selatan.

Pembangkit Listrik Tenaga air di Korea Selatan

Pembangkit Listrik Tidal di Korea Selatan


3) Pemanfaatan energi angin di Korea Selatan
Pada 2015 kapasitas tenaga angin di Korea Selatan sebesar 835 MW dan
energi angin dari total konsumsi listrik jauh di bawah 0,1%. Pada tahun 2019, Korea
Selatan memimpin inisiatif dalam menciptakan kebijakan transisi energi, yang
memasukkan tenaga angin dalam Rencana Energi Terbarukan 2030.
Pembangkit listrik tenaga angin menjadi sumber energi terbarukan dengan
pertumbuhan tercepat di Korea Selatan. Pada bulan April 2020, pemerintah
mengumumkan “Korean Green New Deal” yang mencakup rencana untuk secara
drastis meningkatkan tenaga angin melalui perluasan fasilitas tenaga angin domestik
untuk memasukkan turbin angin lepas pantai 8 MW pada tahun 2022 dan sistem angin
lepas pantai terapung pada tahun 2025.
Pembangkit listrik tenaga angin memiliki banyak pro dan kontra. Pendapat
yang pro memiliki alasan yaitu energi angin merupakan sumber energi terbarukan dan
bersih, biaya operasi yang rendah, dan penggunaan ruang lahan yang efisien.
Pendapat yang kontra memiliki alasan yaitu PLTB bersifat bising, menyebabkan
polusi visual (bayangan), dan beberapa dampak lingkungan yang merugikan.
Berikut daftar pembangkit listrik tenaga angin yang berada di Korea Selatan.

Pembangkit Listrik Tenaga Angin di Korea Selatan

4) Pemanfaatan bioenergi di Korea Selatan


Pembangkit listrik di Dangjin merupakan pembangkit listrik biomassa terbesar
di Asia. Pembangkit tersebut menghasilkan listrik 105 MW dan prosesnya dijalankan
dengan teknologi terbaru valmet yaitu DNA valmet. GS Engineering & Construction
Co., Ltd. (GS E&C) di Korea telah memilih Valmet untuk memasok otomatisasi untuk
Pembangkit Listrik Tenaga Biomassa Dangjin. Pembangkit listrik tersebut dimulai
pada Agustus 2015.
Lokasi pembangkit listrik dioperasikan oleh GS EPS. Lokasi tersebut terdiri
dari tiga pembangkit listrik yang merupakan pembangkit listrik siklus gabungan
berbahan bakar LNG, 1–3. Dengan pembangkit listrik biomassa yang baru dimulai
ini, pemilik GS EPS bertujuan untuk meningkatkan kapasitas listriknya dan
menghasilkan lebih banyak energi terbarukan.
Pembangkit Listrik Energi Biomassa jauh lebih bersih sehingga dapat
mengurangi emisi karbon dan efek gas rumah kaca. Pemanfaatan limbah untuk
pembangkit listrik juga dapat menghindari produksi gas metana jika limbah tersebut
dibuang ke tempat pembuangan akhir.
C. Potensi dan Tantangan Energi Terbarukan di Korea Selatan
Dilansir dari website energyTRACKERASIA saat ini, bahan bakar fosil
mendominasi bauran energi Korea Selatan. Sumber utama adalah minyak (37%),
diikuti oleh batubara (21,8%) dan LNG (23,7%). Tenaga nuklir menyumbang 11%,
sedangkan energi terbarukan hanya menyumbang 6,4% dari energi yang dihasilkan.
Hanya 3,8% (21 TWh) dari listrik yang dihasilkan di Korea Selatan berasal dari angin
dan matahari.

South Korea’s Primary Energy Supply, 2021, a Briefing by the European Parliament

Korea Selatan memiliki potensi energi angin dan matahari yang besar. Hasil
penelitian dari Korea Environment Institute memperkirakan potensi energi angin
negara di 59,4 GW (darat 15,0 GW/34,5 TWh, lepas pantai 44,4 GW/127,7 TWh) dan
potensi solar PV sebesar 102 GW (138,6 TWh). The Institut Ekonomi Energi Korea
telah merilis analisis hasil menemukan potensi pasar untuk solar PV menjadi 318 GW
(411 TWh) atau 90% dari pembangkit listrik saat ini.
Korea Selatan telah menyusun rencana untuk membangun ladang angin lepas
pantai terbesar di dunia pada tahun 2030 dengan perkiraan kapasitas 8,2GW. Pangsa
tenaga surya dalam total pembangkit listrik Korea Selatan diperkirakan akan
meningkat dari 4,1% pada tahun 2021 menjadi 8,4% pada tahun 2035. Pada bulan
Oktober 2020, negara tersebut mengumumkan tujuannya untuk mencapai emisi
net-zero pada tahun 2050. Sejalan dengan tujuan ini, pemerintah bertujuan untuk
membangun kapasitas angin lepas pantai 12GW dan kapasitas PV surya 34GW pada
tahun 2030.

1) Potensi Energi Matahari Korea Selatan


Korea Selatan terletak di antara 35.9° LU dan 127.7° BT memiliki potensi
penggunaan energi matahari yang sangat baik. Rata-rata radiasi matahari harian di
Korea Selatan diperkirakan 4,01 kWh/m2, bervariasi antara 2,56 kWh/m2 pada bulan
Desember dan 5,48 kWh/m2 pada bulan Mei. Variasi bulanan radiasi matahari
sebagian besar disebabkan oleh pergeseran elevasi sudut matahari. Jumlah radiasi
matahari langsung pada musim dingin di Korea Selatan adalah 330–590 MJ
Desember, 390–590 MJ di bulan Januari, dan 370–470 MJ di bulan Februari.

Rata-rata bulanan radiasi matahari harian Korea Selatan

Radiasi matahari bervariasi dari satu kota ke kota lain. Berdasarkan peta
rata-rata radiasi matahari harian, radiasi matahari harian rata-rata yang tinggi, lebih
dari 5 kWh/m2, diperoleh di wilayah pesisir tenggara. Sebaliknya, radiasi matahari
harian rata-rata bulanan yang lebih rendah sekitar 4,7 kWh/m2 berada di wilayah
barat laut sekitar Seoul, sedangkan Gochang, terletak di pantai barat Korea Selatan,
menunjukkan radiasi matahari harian rata-rata bulanan terendah sebesar 4,48
kWh/m2.

Peta rata-rata bulanan radiasi matahari harian Korea Selatan

Radiasi matahari di Korea Selatan dianggap relatif tinggi dibandingkan


dengan negara lain yang terletak pada garis lintang yang sama. Oleh karena itu,
potensi kondisi iklim Korea Selatan ini dapat dimanfaatkan untuk memperluas
penggunaan sistem fotovoltaik (PV) karena tingginya jumlah matahari radiasi yang
diterima sepanjang tahun.

Cumulative solar power capacity in South Korea (2003-2018)


Energi matahari merupakan energi terbarukan yang penting di Korea Selatan.
Kapasitas solar fotovoltaik (PV) terus meningkat pesat setiap tahun. Grafik ini akan
terus meningkat karena pemerintah Korea berupaya untuk meningkatkan kontribusi
tenaga surya menjadi 37 GW pada tahun 2030.

2) Potensi Energi Angin Korea Selatan


Sebagai bagian dari Green New Deal, Korea Selatan bertujuan untuk
menghasilkan 20% energinya dengan energi terbarukan pada tahun 2030. Target
kapasitas angin lepas pantai adalah 12 GW. Menurut data kecepatan angin yang
diperoleh dari KMA dan National Institute of Meteorological Science (NIMS),
kecepatan angin rata-rata tahunan Korea Selatan adalah 4,0 m/s, bervariasi antara 3,5
m/s pada bulan September dan 4,6 m/s pada bulan Maret.

Rata-rata kecepatan angin bulanan Korea Selatan

Di musim panas, kecepatan angin sangat menurun dibandingkan dengan


musim dingin. Variasi angin musiman ini dipengaruhi oleh tekanan atmosfer dan arah
angin di Korea Selatan.

tren angin musim panas tren angin musim dingin


Selama musim panas, tekanan atmosfer Pasifik Utara mengarah ke selatan
Korea Selatan dan mempengaruhi setiap wilayah di Selatan Korea. Kondisi ini
mengarahkan angin di musim panas jauh ke tenggara atau barat daya. Sebaliknya,
arah angin utama di musim dingin adalah barat laut di sebagian besar wilayah, dan
angin timur laut muncul di beberapa wilayah bagian dari pantai barat daya dan selatan
Gyeongnam.

Meteorological map of wind speeds in South Korea

Berdasarkan peta meteorologi kecepatan angin, sebagian besar daerah Korea


Selatan memiliki kecepatan angin rendah kurang dari 5,0 m/s. Namun, kecepatan
angin di atas 7,5 m/s dapat diamati di daerah pegunungan di timur , pantai tenggara,
dan Pulau Jeju yang terletak di bawah semenanjung.

Cumulative wind power capacity in South Korea (2007-2016)


Locations and capacity of wind farms in South Korea (2015)

Peningkatan wind power capacity terus meningkat dari tahun ke tahun. Studi
untuk mencari lokasi baru pengembangan wind farm dalam skala besar terus
dilakukan. Pemerintah Korea berupaya mengembangkan sektor tenaga surya dan
angin sebagai sumber energi alternatif utama, yang akan diperhitungkan menjadi
11,0% dari total produksi energi pada tahun 2035. Tenaga angin akan memainkan
peran penting dalam rencana jangka panjang ini, dimana wind farm akan memasok
hingga 18,2% dari total energi pada tahun 2035.
3) Tantangan Transisi Energi Korea Selatan
Secara geografis, sebagian besar terdiri dari pegunungan dengan lembah kecil
dan dataran pantai yang sempit, Korea Selatan menawarkan sangat sedikit ruang
untuk penyebaran sumber energi terbarukan, seperti tenaga surya dan angin. Selain
itu, ruang yang berpotensi cocok untuk sumber energi terbarukan sudah padat
penduduknya, sehingga sulit bagi negara untuk melakukan transisi energi.
Selain masalah geografis, adanya penolakan dari masyarakat setempat dalam
pengembangan proyek tenaga surya dan angin juga menghambat pengembangan
potensi energi di Korea Selatan. Masyarakat khawatir bahwa pembangunan proyek ini
akan merusak alam maupun lingkungan yang akan berdampak pada
ketidakseimbangan lingkungan hidup. Selain kekhawatiran pada lingkungan, banyak
informasi palsu tentang bahaya pemasangan proyek PV surya, terkait dengan logam
berat, masalah kesehatan akibat PV surya yang beredar yang membuat masyarakat
takut.
Tantangan lain yang dihadapi adalah peraturan yang rumit, proses perizinan
yang panjang dan tidak dapat diandalkan, serta ketidakpastian rantai pasokan dan
jaringan. Selain itu, terdapat profil risiko yang tidak seimbang bagi pengembang, yang
menanggung beban biaya pengembangan tahap awal. Proses izin yang rumit
menyebabkan pengembang perlu menavigasi melalui proses yang kompleks dari
persyaratan izin, yang mengharuskan mereka berkoordinasi dengan banyak otoritas
pemerintah, termasuk Kementerian Perdagangan, Industri dan Energi (MOTIE), KPX,
Korea Electric Power Corporation (KEPCO), pemerintah daerah, Keselamatan Listrik
Korea Corporation, NREC, Kementerian Lingkungan Hidup (KLH), Badan
Pengelolaan Perairan Umum dan Kementerian Kelautan dan Perikanan (MOF).
Ada juga tantangan untuk memastikan produksi energi dengan biaya serendah
mungkin. Pembangunan tenaga angin di Korea Selatan berharga sekitar USD 220 per
megawatt-jam, termasuk yang tertinggi di dunia. Digabungkan dengan meningkatnya
biaya pemasangan dan pengoperasian karena keterlibatan kontraktor yang tidak
berpengalaman, hal ini mungkin menjadi rintangan yang signifikan terhadap transisi
energi angin Korea Selatan.
D. Strategi dan kebijakan yang diambil pemerintah Korea Selatan berkaitan
dengan energi terbarukan
Energi sebagai kebutuhan dasar menjadikan pemerintah Korea Selatan
berfokus pada kebijakan pengamanan energi. Salah satu bentuknya adalah melalui
Plan for Green Growth yang dirancang dalam Strategi Nasional sebagai Pertumbuhan
Hijau 2009-2050. Kebijakan tersebut merupakan bentuk konsentrasi pemerintah
Korea dalam merespon pentingnya energi secara jangka panjang. Pembentukan
Presidential Committee on Green Growth (PCGG) pada tanggal 16 Februari 2009 di
bawah pengawasan langsung Presiden Lee Myung-bak, Korea Selatan telah
membentuk National Energy Naster Plan yang bertahap untuk dijalankan setiap lima
tahun secara jangka panjang yang mencakup Strategi Nasional untuk Pertumbuhan
Hijau (Green Growth).
Pertumbuhan Hijau (Green Growth) Korea tersebut di dalamnya merupakan
bentuk pengembangan energi berkelanjutan yang dilakukan oleh pemerintah Korea
sebagai langkah pengembangan energi terbarukan, serta efisiensi energi terbarukan
oleh pemerintah Korea Selatan. Rencana tersebut menguraikan arah kebijakan energi
masa depan, seperti perwujudan masyarakat yang rendah karbon, peningkatan
keamanan energi secara menyeluruh, penggunaan energi yang produktif, dan
perlindungan lingkungan.
Kebijakan ini memiliki tiga tujuan utama, yaitu terkait dengan masalah
perubahan iklim dan penguatan kemandirian energi negara, menciptakan mesin
pertumbuhan baru bagi Korea, dan meningkatkan kualitas hidup masyarakat Korea
Selatan. Untuk menjalankan ketiga tujuan pemerintah mengeluarkan sepuluh arah
kebijakan. Arah kebijakan tersebut spesifik dijabarkan menjadi sepuluh arah
kebijakan yaitu: (a) mitigasi efektif emisi gas rumah kaca. (b) pengurangan
penggunaan bahan bakar fosil dan peningkatan kemandirian energi. (c) memperkuat
kapasitas untuk beradaptasi terhadap perubahan iklim. (d) pengembangan teknologi
hijau. (e) penghijauan industri yang ada dan promosi industri hijau. (f) kemajuan
struktur industri. (g) rekayasa dasar struktural untuk ekonomi hijau. (h) penghijauan
lahan, air dan pembangunan infrastruktur transportasi hijau. (i) membawa revolusi
hijau ke dalam kehidupan sehari-hari. (j) menjadi teladan bagi masyarakat
internasional sebagai pemimpin pertumbuhan hijau.
Untuk merealisasikan kebijakan Green Growth ini, pemerintah melakukan
beberapa langkah secara bertahap. Langkah-langkah yang dilakukan oleh pemerintah
Korea Selatan tersebut adalah meluncurkan Green New Deal, membentuk komite
khusus kepresidenan terkait Green Growth, Pembentukan Strategi Nasional
Pertumbuhan Hijau dan rencana lima tahun (The Five-Year Plan), pengesahan
Undang-undang Low Carbon, Green Growth. Pemerintah bekerja sama dengan
seluruh kementerian yang ada di Korea Selatan.
E. Strategi dan kebijakan yang diambil pemerintah Indonesia berkaitan dengan
strategi dan kebijakan yang diambil pemerintah Korea Selatan

Program Pertumbuhan Ekonomi Hijau Indonesia dilaksanakan bersama oleh


Pemerintah Indonesia dan Global Green Growth Institute (GGGI) melalui
Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional (BAPPENAS) dengan melibatkan
sejumlah kementerian dan pemerintah daerah. Program Pertumbuhan Hijau terus
melakukan upaya-upaya serius untuk memastikan pertumbuhan yang lebih hijau dan
kemajuan yang lebih hijau. Prioritas ini mencerminkan kebutuhan pembangunan yang
mendesak serta komitmen internasional negara Indonesia untuk mewujudkan
Kontribusi yang Ditetapkan Secara Nasional (Nationally Determined
Contribution/NDC) dan mencapai Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (Sustainable
Development Goals/SDGs).

Melihat beberapa hambatan yang dihadapi maka perlu adanya strategi-strategi


khusus agar dapat meningkatkan peranan energi terbarukan dalam bauran energi di
Indonesia diantaranya adalah :
1. Potensi energi terbarukan (matahari, angin, air, bio energi, panas bumi) yang
dimiliki Indonesia perlu dimanfaatkan secara maksimal untuk menambah
kapasitas terpasang pembangkit listrik, rasio elektrifikasi dan penurunan emisi
gas rumah kaca sesuai dengan yang dicanangkan PP. No.79 tahun 2014,
mengingat daya bangun pembangkit listrik yang harus ditingkatkan dari 4
GW/tahun menjadi 6 GW/tahun dan bertahap menjadi 12 GW/tahun.
2. Menjalankan feed in tariff energi terbarukan yang ada untuk investor dan
dibantu subsidi listrik ET dari pemerintah untuk konsumen sampai biaya
pokok penyediaan listrik ET memungkinkannya untuk dicabutnya subsidi
harga listrik ET.
3. Memberikan pajak emisi C kepada pengelola pembangkit listrik energi fosil,
sebagai bentuk komitmen negara terhadap perjanjian penurunan emisi dengan
dunia serta untuk pembangunan energi ramah lingkungan di Indonesia.
4. Pembebasan pajak impor peralatan energi terbarukan dan mendorong
produsen peralatan energi terbarukan lokal melalui pembebasan pajak dan
dukungan keuangan secara langsung.
5. Menggencarkan studi dan penelitian serta mengidentifikasi setiap jenis potensi
sumber daya energi terbarukan secara lengkap di setiap wilayah, merumuskan
spesifikasi dasar dan standar rekayasa sistem konservasi energinya yang sesuai
dengan kondisi di Indonesia dengan didukung anggaran dana dari pemerintah.
6. Perlu adanya dukungan berupa kebijakan bantuan investasi dari pemerintah
sekitar 20 – 30% untuk menggairahkan pembangunan energi terbarukan
ditengah masih mahalnya harga operasional untuk membangun pembangkitan
energi terbarukan, faktor perizinan, biaya eksplorasi dan pengeboran (panas
bumi), pembelian bahan baku (biomassa), perencanaan dan sebagainya.
7. Pemerintah pusat dan pemerintah daerah, kemudian lembaga lembaganya baik
kementerian ESDM, Kementerian Riset, dan Kementerian Lingkungan Hidup
dan Kehutanan ataupun lembaga lain saling bekerja sama secara nyata untuk
pengembangan di bidang energi terbarukan tanpa mengedepankan ego
sektoral.
8. Mensosialisasikan dan memberi pendidikan kepada masyarakat mengenai
energi terbarukan agar isu-isu negatif yang ada pada benak masyarakat
mengenai pemanfaatan energi terbarukan dapat tertanggulangi.
F. Kesimpulan
Berdasarkan analisis perkembangan energi yang telah dilakukan terhadap Korea
Selatan dan perbandingannya terhadap Indonesia, didapatkan kesimpulan sebagai
berikut.
1. Korea Selatan merupakan negara yang menggunakan energi nuklir sebagai
sumber utama energi listrik.
2. Pembangkit energi listrik dari energi terbarukan di Korea Selatan mencapai 20.1%
dari seluruh total pembangkit energi listrik.
3. Korea Selatan memiliki potensi energi angin dan matahari yang besar.
4. Tantangan dalam transisi energi di Korea Selatan, antara lain:
● Korea Selatan menawarkan sangat sedikit ruang untuk penyebaran sumber
energi terbarukan.
● Adanya penolakan dari masyarakat setempat dalam pengembangan proyek
tenaga surya dan angin.
● Peraturan yang rumit, proses perizinan yang panjang dan tidak dapat
diandalkan, serta ketidakpastian rantai pasokan dan jaringan. Selain itu,
terdapat profil risiko yang tidak seimbang bagi pengembang.
● Memastikan produksi energi dengan biaya serendah mungkin.
5. Plan for Green Growth merupakan kebijakan pemerintah Korea Selatan dalam
mendukung transisi ke energi terbarukan.
6. Program Pertumbuhan Hijau di Indonesia harus dilakukan secara serius untuk
memastikan pertumbuhan yang lebih hijau dan kemajuan yang lebih hijau.
Referensi
Direktorat Jenderal Energi Baru Terbarukan Dan Konservasi Energi (EBTKE) . (2015, 16
Januari). Pembangunan Ekonomi Korea Karena PLTN. Diakses pada 26 November 2022,
dari https://ebtke.esdm.go.id/post/2015/01/16/759/pembangunan.ekonomi.korea.karena.pltn

Suhaemi, T. (2007). Pengembangan Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir di Korea Selatan:


Pembelajaran Bagi Indonesia.

koreaherald.com. (2022, 20 September). Portion of renewables in Korea's power generation


tops 20% for the 1st time. Diakses pada 26 November 2022, dari
https://www.koreaherald.com/view.php?ud=20220920000637

Jayce.(2022, 28 Juli).Solar Energy Outlook in South Korea 2022. Diakses pada 26 November
2022, dari https://www.solarfeeds.com/mag/solar-energy-outlook-in-south-korea-2022/

Andritz. (2022). South Korea - A technological powerhouse. Diakses pada 26 November


2022, dari https://www.andritz.com/hydro-en/hydronews/hydro-news-asia/south-korea

Valmet. (2022). Asia’s largest biomass power plant operates with Valmet DNA. Diakses pada
26 November 2022, dari
https://www.valmet.com/media/articles/all-articles/asias-largest-biomass-power-plant-operate
s-with-valmet-dna/

Global Data HealthCare. (2022). Solar PV and offshore wind power key for South Korea to
achieve clean energy goals. Diakses pada 25 November 2022, dari
https://www.power-technology.com/comment/south-korea-clean-energy/

Tachev. (2022). Wind Energy in South Korea - Opportunities and Challenges. Diakses pada
25 November 2022.
https://energytracker.asia/wind-energy-in-south-korea-opportunities-and-challenges/

Park Jehyee, Yun Jessica, dan Kim Joojin (2020, Maret) Not Yet Renewed: Challenges in
Renewable Energy Transition in South Korea 2020. SFOC.
Alsharif, M.H.; Kim, J.; Kim, J.H. Opportunities and Challenges of Solar and Wind Energy in South
Korea: A Review. Sustainability 2018, 10, 1822.

Kontribusi Anggota :
● Khalda Zayyan 12320055 : mencari data, mengerjakan laporan, dan membuat ppt
● Muhammad Rakha Dizionario 12320087 : mencari data, mengerjakan laporan, dan
membuat ppt
● Achmad Ibnu Alawi 12317016 : mencari data, mengerjakan laporan, dan membuat
ppt
● Adam Putra Pratama Zainuri 12220143 : mencari data, mengerjakan laporan, dan
membuat ppt
● Helmi Ahmad Khaderani 18120067 : mencari data, mengerjakan laporan, dan
membuat ppt
● Dimas Kautaman Andhika Putra 12320068 : mencari data, mengerjakan laporan, dan
membuat ppt
● Imam Fauzan Siregar 12320084 : mencari data, mengerjakan laporan, dan membuat
ppt

Anda mungkin juga menyukai