South Korea’s Primary Energy Supply, 2021, a Briefing by the European Parliament
Korea Selatan memiliki potensi energi angin dan matahari yang besar. Hasil
penelitian dari Korea Environment Institute memperkirakan potensi energi angin
negara di 59,4 GW (darat 15,0 GW/34,5 TWh, lepas pantai 44,4 GW/127,7 TWh) dan
potensi solar PV sebesar 102 GW (138,6 TWh). The Institut Ekonomi Energi Korea
telah merilis analisis hasil menemukan potensi pasar untuk solar PV menjadi 318 GW
(411 TWh) atau 90% dari pembangkit listrik saat ini.
Korea Selatan telah menyusun rencana untuk membangun ladang angin lepas
pantai terbesar di dunia pada tahun 2030 dengan perkiraan kapasitas 8,2GW. Pangsa
tenaga surya dalam total pembangkit listrik Korea Selatan diperkirakan akan
meningkat dari 4,1% pada tahun 2021 menjadi 8,4% pada tahun 2035. Pada bulan
Oktober 2020, negara tersebut mengumumkan tujuannya untuk mencapai emisi
net-zero pada tahun 2050. Sejalan dengan tujuan ini, pemerintah bertujuan untuk
membangun kapasitas angin lepas pantai 12GW dan kapasitas PV surya 34GW pada
tahun 2030.
Radiasi matahari bervariasi dari satu kota ke kota lain. Berdasarkan peta
rata-rata radiasi matahari harian, radiasi matahari harian rata-rata yang tinggi, lebih
dari 5 kWh/m2, diperoleh di wilayah pesisir tenggara. Sebaliknya, radiasi matahari
harian rata-rata bulanan yang lebih rendah sekitar 4,7 kWh/m2 berada di wilayah
barat laut sekitar Seoul, sedangkan Gochang, terletak di pantai barat Korea Selatan,
menunjukkan radiasi matahari harian rata-rata bulanan terendah sebesar 4,48
kWh/m2.
Peningkatan wind power capacity terus meningkat dari tahun ke tahun. Studi
untuk mencari lokasi baru pengembangan wind farm dalam skala besar terus
dilakukan. Pemerintah Korea berupaya mengembangkan sektor tenaga surya dan
angin sebagai sumber energi alternatif utama, yang akan diperhitungkan menjadi
11,0% dari total produksi energi pada tahun 2035. Tenaga angin akan memainkan
peran penting dalam rencana jangka panjang ini, dimana wind farm akan memasok
hingga 18,2% dari total energi pada tahun 2035.
3) Tantangan Transisi Energi Korea Selatan
Secara geografis, sebagian besar terdiri dari pegunungan dengan lembah kecil
dan dataran pantai yang sempit, Korea Selatan menawarkan sangat sedikit ruang
untuk penyebaran sumber energi terbarukan, seperti tenaga surya dan angin. Selain
itu, ruang yang berpotensi cocok untuk sumber energi terbarukan sudah padat
penduduknya, sehingga sulit bagi negara untuk melakukan transisi energi.
Selain masalah geografis, adanya penolakan dari masyarakat setempat dalam
pengembangan proyek tenaga surya dan angin juga menghambat pengembangan
potensi energi di Korea Selatan. Masyarakat khawatir bahwa pembangunan proyek ini
akan merusak alam maupun lingkungan yang akan berdampak pada
ketidakseimbangan lingkungan hidup. Selain kekhawatiran pada lingkungan, banyak
informasi palsu tentang bahaya pemasangan proyek PV surya, terkait dengan logam
berat, masalah kesehatan akibat PV surya yang beredar yang membuat masyarakat
takut.
Tantangan lain yang dihadapi adalah peraturan yang rumit, proses perizinan
yang panjang dan tidak dapat diandalkan, serta ketidakpastian rantai pasokan dan
jaringan. Selain itu, terdapat profil risiko yang tidak seimbang bagi pengembang, yang
menanggung beban biaya pengembangan tahap awal. Proses izin yang rumit
menyebabkan pengembang perlu menavigasi melalui proses yang kompleks dari
persyaratan izin, yang mengharuskan mereka berkoordinasi dengan banyak otoritas
pemerintah, termasuk Kementerian Perdagangan, Industri dan Energi (MOTIE), KPX,
Korea Electric Power Corporation (KEPCO), pemerintah daerah, Keselamatan Listrik
Korea Corporation, NREC, Kementerian Lingkungan Hidup (KLH), Badan
Pengelolaan Perairan Umum dan Kementerian Kelautan dan Perikanan (MOF).
Ada juga tantangan untuk memastikan produksi energi dengan biaya serendah
mungkin. Pembangunan tenaga angin di Korea Selatan berharga sekitar USD 220 per
megawatt-jam, termasuk yang tertinggi di dunia. Digabungkan dengan meningkatnya
biaya pemasangan dan pengoperasian karena keterlibatan kontraktor yang tidak
berpengalaman, hal ini mungkin menjadi rintangan yang signifikan terhadap transisi
energi angin Korea Selatan.
D. Strategi dan kebijakan yang diambil pemerintah Korea Selatan berkaitan
dengan energi terbarukan
Energi sebagai kebutuhan dasar menjadikan pemerintah Korea Selatan
berfokus pada kebijakan pengamanan energi. Salah satu bentuknya adalah melalui
Plan for Green Growth yang dirancang dalam Strategi Nasional sebagai Pertumbuhan
Hijau 2009-2050. Kebijakan tersebut merupakan bentuk konsentrasi pemerintah
Korea dalam merespon pentingnya energi secara jangka panjang. Pembentukan
Presidential Committee on Green Growth (PCGG) pada tanggal 16 Februari 2009 di
bawah pengawasan langsung Presiden Lee Myung-bak, Korea Selatan telah
membentuk National Energy Naster Plan yang bertahap untuk dijalankan setiap lima
tahun secara jangka panjang yang mencakup Strategi Nasional untuk Pertumbuhan
Hijau (Green Growth).
Pertumbuhan Hijau (Green Growth) Korea tersebut di dalamnya merupakan
bentuk pengembangan energi berkelanjutan yang dilakukan oleh pemerintah Korea
sebagai langkah pengembangan energi terbarukan, serta efisiensi energi terbarukan
oleh pemerintah Korea Selatan. Rencana tersebut menguraikan arah kebijakan energi
masa depan, seperti perwujudan masyarakat yang rendah karbon, peningkatan
keamanan energi secara menyeluruh, penggunaan energi yang produktif, dan
perlindungan lingkungan.
Kebijakan ini memiliki tiga tujuan utama, yaitu terkait dengan masalah
perubahan iklim dan penguatan kemandirian energi negara, menciptakan mesin
pertumbuhan baru bagi Korea, dan meningkatkan kualitas hidup masyarakat Korea
Selatan. Untuk menjalankan ketiga tujuan pemerintah mengeluarkan sepuluh arah
kebijakan. Arah kebijakan tersebut spesifik dijabarkan menjadi sepuluh arah
kebijakan yaitu: (a) mitigasi efektif emisi gas rumah kaca. (b) pengurangan
penggunaan bahan bakar fosil dan peningkatan kemandirian energi. (c) memperkuat
kapasitas untuk beradaptasi terhadap perubahan iklim. (d) pengembangan teknologi
hijau. (e) penghijauan industri yang ada dan promosi industri hijau. (f) kemajuan
struktur industri. (g) rekayasa dasar struktural untuk ekonomi hijau. (h) penghijauan
lahan, air dan pembangunan infrastruktur transportasi hijau. (i) membawa revolusi
hijau ke dalam kehidupan sehari-hari. (j) menjadi teladan bagi masyarakat
internasional sebagai pemimpin pertumbuhan hijau.
Untuk merealisasikan kebijakan Green Growth ini, pemerintah melakukan
beberapa langkah secara bertahap. Langkah-langkah yang dilakukan oleh pemerintah
Korea Selatan tersebut adalah meluncurkan Green New Deal, membentuk komite
khusus kepresidenan terkait Green Growth, Pembentukan Strategi Nasional
Pertumbuhan Hijau dan rencana lima tahun (The Five-Year Plan), pengesahan
Undang-undang Low Carbon, Green Growth. Pemerintah bekerja sama dengan
seluruh kementerian yang ada di Korea Selatan.
E. Strategi dan kebijakan yang diambil pemerintah Indonesia berkaitan dengan
strategi dan kebijakan yang diambil pemerintah Korea Selatan
Jayce.(2022, 28 Juli).Solar Energy Outlook in South Korea 2022. Diakses pada 26 November
2022, dari https://www.solarfeeds.com/mag/solar-energy-outlook-in-south-korea-2022/
Valmet. (2022). Asia’s largest biomass power plant operates with Valmet DNA. Diakses pada
26 November 2022, dari
https://www.valmet.com/media/articles/all-articles/asias-largest-biomass-power-plant-operate
s-with-valmet-dna/
Global Data HealthCare. (2022). Solar PV and offshore wind power key for South Korea to
achieve clean energy goals. Diakses pada 25 November 2022, dari
https://www.power-technology.com/comment/south-korea-clean-energy/
Tachev. (2022). Wind Energy in South Korea - Opportunities and Challenges. Diakses pada
25 November 2022.
https://energytracker.asia/wind-energy-in-south-korea-opportunities-and-challenges/
Park Jehyee, Yun Jessica, dan Kim Joojin (2020, Maret) Not Yet Renewed: Challenges in
Renewable Energy Transition in South Korea 2020. SFOC.
Alsharif, M.H.; Kim, J.; Kim, J.H. Opportunities and Challenges of Solar and Wind Energy in South
Korea: A Review. Sustainability 2018, 10, 1822.
Kontribusi Anggota :
● Khalda Zayyan 12320055 : mencari data, mengerjakan laporan, dan membuat ppt
● Muhammad Rakha Dizionario 12320087 : mencari data, mengerjakan laporan, dan
membuat ppt
● Achmad Ibnu Alawi 12317016 : mencari data, mengerjakan laporan, dan membuat
ppt
● Adam Putra Pratama Zainuri 12220143 : mencari data, mengerjakan laporan, dan
membuat ppt
● Helmi Ahmad Khaderani 18120067 : mencari data, mengerjakan laporan, dan
membuat ppt
● Dimas Kautaman Andhika Putra 12320068 : mencari data, mengerjakan laporan, dan
membuat ppt
● Imam Fauzan Siregar 12320084 : mencari data, mengerjakan laporan, dan membuat
ppt