DISUSUN OLEH :
KELOMPOK 3
AIDA NURINA ( 2201051 )
CHELSEA FEBRIANA ( 2201056 )
ENGRASIA RAJNI ( 2201060 )
ENI ANTIKA YANI ( 2201061 )
MELISA RAMONA ( 2201072 )
NURFAIDAH ( 22010
SITI NURFADILLAH ( 2201089 )
YULIA RISKI RAHMADANI ( 2201096 )
DOSEN PENGAMPU :
Apt. Mira Febrina, M. Sc
Tidak lupa kami ucapkan terimakasih kepada dosen pengampu kami ibuk Apt.
Mira Febrina, M.Sc yang telah memberikan arahan kepada kami untuk menyelesaikan
tugas makalah ini.
Dengan selesainya penulisan makalah ini tidak lepas dari bantuan serta
dukungan dari semua pihak baik moril ataupun materil sehingga makalah ini dapat
terselesai dengan baik. Dan semoga makalah ini dapat memberikan manfaat kepada kita
semua terlebih-lebih bagi kami yang mengerjakan makalah ini.
Karena keterbatasan kami, makalah ini masih jauh dari sempurna, maka saran
dan kritik sangat dibutuhkan demi penyempurnaanya. Akhirnya, cukup itu dari kami
kurang lebihnya kami mohon maaf yang sebesar besarnya.
Penyusun
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL....................................................................................i
KATA PENGANTAR..................................................................................ii
DAFTAR ISI.................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN.............................................................................1
A. Latar Belakang.........................................................................................1
B. Rumusan Masalah....................................................................................3
C. Tujuan Penulisan......................................................................................3
BAB II PEMBAHASAN..............................................................................4
A. Defenisi sediaan gel.................................................................................4
B. Jenis – jenis sediaan gel...........................................................................4
C. Bahan – bahan penyusun sediaan gel.......................................................6
D. Cara pembuatan sediaan gel.....................................................................13
E. Evaluasi untuk sediaam gel......................................................................16
BAB III PENUTUP......................................................................................18
A. Kesimpulan...............................................................................................18
B. Saran.........................................................................................................18
DAFTAR PUSTAKA...................................................................................19
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sediaan reaksi-reaksi biokimia dalam metabolisme sel memerlukan bahan+bahan tertentu misalnya nutrisi, O2)
dari luar sel, di samping itu digunakan juga untuk mengeluarkan sisa metabolisme yang tidak berguna (misalnya O2).
Masuknua bahan-bahan ke dalam sel dan keluarnya zat-zat tertentu dari dalam sel diatur oleh membran plasma.
Kegiatan perlindahan atau keluar masuknya zat-zat tertentu melalui membran sel ini disebut transport membran. Sifat
membran sel yang selektif permeabel, mengizinkan terkadinya perpidahan ion dan molekul spesifik dari satu sisi ke sisi
lain membran sel (dari luar ke dalam/ dari dalam ke luar) (Hardin, dkk., 2012). Proses keluar masuknya molekul melalui
membran selektif permeabel dapat disebut dengan transpor trans membran.
Membran plasma ada untuk membatasi bagian dalam sel dengan lingkungan di sekitarnya. membran ini
tersusun atas dua lapis lemak pada bagian dalam dan lapisan protein pada bagian luar atau biasa disebut fosfolipid
bilayer. Membran sel memiliki bagian hidrofobik pada lipid bilayernya yang menyebabkan lipid bilayer pada membran
sel dapat menjadi pembatas masuknya kebanyakan molekul-molekul polar. Barier atau pembatas ini berfungsi untuk
membuat sel mampu menjaga konsentrasi terlarut pada sitosol yang berbeda dari cairan ekstraseluler. Menfaat dari
barrier atau pembatas ini yaitu sel memiliki kemampuan untuk mentransfer molekul terlarut dan ion tententu melalui
membran sel dalam rangka memperoleh nutrien penting, melakukan eksresi produk sisa metabolisme dan regulasi
konsentrasi ion intraseluler (Alberts = Dennis, 2008).
Membran sel atau membran plasma memiliki fungsi untuk membawa dan meregulasi transportasi antara bagian
luar dan dalam sel serta transportasi pada organel sel. nutrient, ion,gas, air dan substansi lain harus diedarkan dan
produk yang sudah tidak digunakan harusdibuang oleh karena itu diperlukan regulasi untuk efisiensi kerja. sebagai
contoh, sel memiliki pengangkut khusus untuk mengangkut glukosa asam amino dan nutrien lain kemudian untuk
mentransmisikan ion na+ dan k+ dari sel saraf maka dapat memerlukan protein channel ion pada membran neuron
( hardin , dkk.,2012)
Kebanyakan jenis substransi yang berpindah melalui membran berupa gas, ion-ion dan molekul organik kecil
yang terlarut. Beberapa ion yang ditransportasi melalui membran adalah ion sodium (Na+), pottasium (K+), calsium
(Ca2+), chloride (Cl-) dan hydrogen (H+). Beberapa jenis molekul organik yang ditrasportasi melalui membran adalah
gula, asam amino, dan nukleoida. Sel menggunakan protein transmembran yang terspesialisasi untuk mentransportasi
ion-ion organik dan molekul organik kecil terlarut melewati membran sel. Sel juga dapat mentransfer makromolekul dan
bahkan partikel yang lebih besar melewati membran sel, dengan mekanisme yang berbeda (Albert &Dennis, 2008).
Kegiatan lalu lintas molekul dan ion secara terus menerus melintasi membran sel memiliki mekanisme yang berbeda,
tergantung ukuran molekul dan juga dibutuhkan atau tidaknya energi dalam mekanisme tersebut.
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian dari transport senyawa melalui membrane sel?
2. Bagaimana mekanisme transport senyawa melalui membrane sel ?
C. Tujuan Penulisan
Adapun tujuan dari makalah ini adalah :
1. Untuk mengetahui pengertian dari transport senyawa melalui membrane sel
2. Untuk mengetahui mekanisme transport senyawa melalui membrane sel
BAB II
PEMBAHASAN
b. Difusi Terfasilitasi
Sel memiliki komponen substansi yang terlalu besar dan terlalu polar untuk diizinkan
melewati membran sel secara difusi sederhana, hal ini tertera pada Gambar 4 (halaman 6). Tipe zat
terlarut macam ini, dapat berpindah masuk ataupun keluar dari dalam sel atau organel hanya dengan
bantuan dari kinerja protein transport, yang memediasi perpindahan molekul zat terlarut melewati
membran sel. Transport zat semacam ini biasa disebut sebagai difusi terfasilitasi. (Hardin, dkk.,
2012). Hal ini dekarenakan proses transport molekul zat terlarut berdifusi menuruni gradien
konsentrasinya dan tanpa membutuhkan energi. Peran dari protein transport, secara sederhana yaitu
untuk memberikan jalan melewati bagian hidrofobik lipid bilayer membran sel, memfasilitasi difusi
zat terlarut polar atau yang bermuatan menuruni gradien konsentrasinya.
Protein transport yang memfasilitasi mekanisme difusi terfasilitasi dibedakan menjadi dua tipe
yaitu protein carrier (pembawa) dan protein channel (penghubung) (Hardin, dkk., 2012).
c. Osmosis
Osmosis merupakan proses difusi khusus yang hanya melibatkan air sehingga biasanya disebut sebagai difusi air, jadi
osmosis adalah perpindahan molekul zat pelarut yang berkonsentrasi tinggi mengandung banyak air ke larutan yang
memiliki konsentrassi zat pelarut yang rendah melalui membran semipermeabel.
cara untuk mengetahui osmosis adalah dengan melalui sebuah bejana yang telah dipisahkan oleh berbagai selaput
semipermeable. selaput ini ditempatkan pada dua larutan glukosa yang telah terdiri dari air yang memiliki fungsi
sebagai bahan pelarut dan juga ada glukosa sebagai zat yang akan terlarut dengan adanya konsentrasi yang berbeda satu
dengan lain. Larutan air yang ada akan bergerak dari larutan dengan konsentrasi yang rendah lalu bergerak menuju ke
unsur glukosa yang mempunyai konsentrasi yang tinggi melewati beberapa selaput permeable.
Pada pola ini mewujudkan proses pergerakan dari air itu sendiri akan mulai berjalan dari satu larutan yang
konsentrasinya cukup tinggi ke pada konsentrasinya yang cukup rendah. Larutan ini dengan konsentrasi zat larut akan
lebih tinggi disini yang disebut juga dengan zat larutan hipertonis sedangkan untuk jenis larutan dengan konsentrasi
yang lebih mulai rendah disebut juga dengan konsentrasi isotonis.
2. Transport Aktif
Transpor aktif adalah pemompaan zat terlarut melintasi membran biologis, melawan
konsentrasinya atau gradien konsentrasi. Kemampuan sel untuk mempertahankan zat kecil terlarut
dalam sitoplasma pada konsentrasi lebih tinggi dari cairan sekitarnya merupakan faktor penting
dalam kelangsungan hidup sel. Banyak sel-sel hewan, misalnya, menjaga konsentrasi natrium dan
kalium yang sangat berbeda dibandingkan dengan lingkungan mereka. Transpor aktif
memungkinkan sel-sel tidak hanya untuk mempertahankan tingkat zat terlarut yang layak, tetapi
juga untuk memompa ion melintasi gradien konsentrasi. Proses ini menciptakan tegangan melintasi
membran yang dapat dimanfaatkan untuk kekuatan kerja seluler (Alberts & Dennis, 2008).
Selama transpor aktif, sel harus bekerja melawan difusi alami zat terlarut. Untuk melakukan
hal ini, protein transportasi khusus yang tertanam dalam membran sel. Didukung oleh adenosin
trifosfat (ATP), protein transpor selektif memindahkan zat terlarut tertentu masuk atau keluar dari
sel. Sebuah cara yang umum kekuatan ATP kerja ini adalah untuk menyumbangkan gugus fosfat
terminal dengan protein transportasi, memicu perubahan bentuk dalam molekul protein. Perubahan
konformasi menyebabkan protein untuk memindahkan zat terlarut yang terikat ke permukaan
ekstraseluler untuk interior sel dan melepaskan mereka.
Transport aktif terbagi atas transport aktif primer dan sekunder. Transport aktif sekunder juga terdiri atas co-
transport dan counter transport.
a. Transport aktif primer
Memakai energi langsung dari ATP, misalnya pada pompa Natrium-Kalium dan dan Calsium. Pada pompa Na-
K , 3 ion Na akan dipompa keluar sel, sedangkan 2 ion K akan dipompa kedalam sel. Pada pompa Ca , Ca akan
dipompa keluar sel agar konsentrasi Ca dalam sel rendah. Karakteristik dari kebanyakan sel hewan adalah tinggi
tingkat intraseluler ion kalium dan intraseluler rendah tingkat ion natrium, sehingga dalam hewan khas sel yang
dihasilkan potensi elektrokimia untuk kalium dan natrium ion sangat penting sebagai pendorong untuk digabungkan
transportasi sebagai transmisi impuls saraf. Keduanya memompa ion kalium masuk kedalam dan memompa ion
natrium keluar karena itu prosesnya membutuhkan energi ketika kedua ion sedang bergerak naik gradien elektrokimia.
Mekanisme transportasi yang sebenarnya melibatkan awal pengikatan tiga natrium ion ke sisi dalam membran,
pojok kanan atas. Pengikatan natrium ion pemicu fosforilasi dari subunit enzim oleh ATP mengakibatkan perubahan
konformasi dari ke. Sebagai Akibatnya, ion natrium terikat dipindahkan melalui membran ke permukaan eksternal, di
mana mereka dilepaskan ke luar. Kemudian, kalium ion dari luar mengikat subunit a, memicu defosforilasi dan kembali
ke konformasi asli. selama ini proses, ion kalium dipindahkan ke dalam permukaan, di mana mereka memisahkan,
meninggalkan carrier siap menerima ion natrium lebih.
ii. Endositosis
Gambar 1
Sebagain besar eukariotik melakukan satu atau lebih mekanisme endositosis untuk menyerap bahan ekstraseluler.
Mekanisme endositosis dapat dilihat pada gambar 1. Segmen kecil membran plasma secara progresif berinvaginasi
membentuk suatu kantung yang mengandung makromolekul atau material lain dari lingkungan eksterior sel (step 1),
kemudian kantong ini terjepit memagari bahan ekstraseluler (step 2), dilanjutkan dengan pembentukan vesikel endositik
(step 3), kemudian vesikel memisah dari membrane plasma, membawa material dari eksterior dalam suatu membran
derivat membran plasma (step 4) (Hardin, et.al., 2012).
Gambar 2
Endositosis penting untuk beberapa proses seluler, termasuk pemasukan nutrisi penting
oleh beberapa organisme uniseluler dan pertahanan terhadap mikroorganisme oleh sel
darah putih. Dalam aliran membran, eksositosis dan endositosis memiliki efek yang
berlawanan. Eksositosis menambahkan lipid dan protein ke membran plasma,
sedangkan endositosis menghilangkannya. Dengan demikian, komposisi steady-state
membran plasma merupakan efek dari keseimbangan antara eksositosis dan
endositosis. Melalui endositosis dan transportasi yang retrograde, sel dapat mendaur
ulang dan menggunakan kembali molekul yang tersimpan dalam membran plasma oleh
vesikula sekretori selama eksositosis (Hardin, et.al., 2012).
Endositosis dibedakan menjadi dua berdasarkan jenis bahan yang masuk ke
dalam sel, yakni fagositosi (zat yang masuk berupa partikel padat) dan pinositosit (zat
yang masuk berupa zat cair). Fagositosis dapat dikatakan sebagai proses konsumsi
partikel besar (diameter 70,5 mm), termasuk agregat makromolekul, bagian sel lain, dan
bahkan seluruh mikroorganisme atau sel lainnya. Bagi banyak eukariota uniseluler,
seperti amoeba dan protozoa bersilia, fagositosis adalah sarana rutin untuk
memperoleh makanan. Fagositosis juga digunakan oleh beberapa hewan primitif,
terutama cacing pipih, coelenterat a, dan spons, sebagai sarana untuk mendapatkan
nutrisi. Namun, pada organisme yang lebih kompleks, fagositosis biasanya terbatas pada
sel khusus yang disebut fagosit. Misalnya, tubuh manusia mengandung dua golongan
sel darah putih yakni neutrofil dan makrofag yang menggunakan fagositosis untuk
pertahanan bukan untuk mendapatkan nutrisi. Sel-sel ini menelan dan
mencerna bahan asing atau mikroorganisme invasif yang ditemukan di aliran darah atau
di jaringan yang terluka. Makrofag memiliki peran tambahan sebagai “pemulung”,
menelan puing-puing seluler dan seluruh sel yang rusak dari jaringan yang terluka.
Dalam kondisi tertentu, sel mamalia lainnya terlibat dalam fagositosis. Misalnya,
fibroblas yang ditemukan di jaringan ikat dapat mengambil kolagen untuk
memungkinkan remodeling jaringan, dan sel dendritik di dalam limpa mamalia dapat
menelan bakteri sebagai bagian dari respon imun(Hardin, et.al., 2012).
Endositosis dibedakan menjadi dua berdasarkan jenis bahan yang masuk ke dalam sel,
yakni fagositosi (zat yang masuk berupa partikel padat) dan pinositosit (zat yang masuk
berupa zat cair). Fagositosis dapat dikatakan sebagai proses konsumsi partikel besar
(diameter 70,5 mm), termasuk agregat makromolekul, bagian sel lain, dan bahkan
seluruh mikroorganisme atau sel lainnya. Bagi banyak eukariota uniseluler, seperti
amoeba dan protozoa bersilia, fagositosis adalah sarana rutin untuk memperoleh
makanan. Fagositosis juga digunakan oleh beberapa hewan primitif, terutama cacing
pipih, coelenterat a, dan spons, sebagai sarana untuk mendapatkan nutrisi. Namun, pada
organisme yang lebih kompleks, fagositosis biasanya terbatas pada sel khusus yang
disebut fagosit. Misalnya, tubuh manusia mengandung dua golongan sel darah putih
yakni neutrofil dan makrofag yang menggunakan fagositosis untuk pertahanan bukan
untuk mendapatkan nutrisi. Sel-sel ini menelan dan mencerna bahan asing atau
mikroorganisme invasif yang ditemukan di aliran darah atau di jaringan yang terluka.
Makrofag memiliki peran tambahan sebagai “pemulung”, menelan puing-puing seluler
dan seluruh sel yang rusak dari jaringan yang terluka. Dalam kondisi tertentu, sel
mamalia lainnya terlibat dalam fagositosis. Misalnya, fibroblas yang ditemukan di
jaringan ikat dapat mengambil kolagen untuk memungkinkan remodeling jaringan, dan
sel dendritik di dalam limpa mamalia dapat menelan bakteri sebagai bagian dari respon
imun (Hardin, et.al., 2012).
a) Fagositosis telah dipelajari secara ekstensif pada amoeba, yang
menggunakannya untuk memperoleh nutrisi. Kontak dengan partikel
makanan atau organisme yang lebih kecil memicu terjadinya fagositosis,
seperti yang ditunjukkan pada Gambar 2. Lapisan membran yang disebut
pseudopoda
secara perlahan mengelilingi objek kemudian bertemu dan menelan partikelnya,
membentuk vakuola fagositik intraseluler. Vesikula endositik atau juga disebut
fagosom, kemudian berfusi dengan endosom, membentuk vesikel besar di mana bahan
yang tertelan dicerna (Campbell, 2014).
b) Pinositosis
Pada pinositosis, sebuah sel terus-menerus "menelan" tetesan cairan ekstraselular ke
dalam vesikula kecil, hasil infolding membran plasma. Dengan cara ini, sel memperoleh
molekul yang dilarutkan dalam tetesan. Pinositosis tidak bersifat spesifik karena semua
zat terlarut dimasukkan ke dalam sel, tanpa mekanisme untuk mengumpulkan atau
mengecualikan molekul tertentu. Konsentrasi bahan yang terperangkap dalam vesikel
mencerminkan konsentrasinya di lingkungan ekstraselular. Contoh jalur endositik
clathrin-independen adalah endositosis fase-cairan, sejenis pinositosis untuk
internalisasi cairan ekstraselular nonspesifik .
Gambar 3
Gambar 4.
Reseptor-mediated Endocytosis. Selama endositosis yang dimediasi reseptor, (1)
molekul yang akan diinternalisasi terikat pada reseptor spesifik pada permukaan
membran plasma. (2) Kompleks reseptor-ligan terakumulasi di lubang berlapis, dimana
(3) invaginasi difasilitasi oleh protein adaptor, clathrin, dan dinamin pada permukaan
sitosolik membran. Hasilnya adalah (4) vesikel dilapisi internal yang dengan cepat (5)
kehilangan mantel clathrinnya. Vesikel yang tidak dilapisi sekarang bebas untuk (6)
menyatu dengan membran
intraselular lainnya, biasanya selaput yang mengelilingi endosom awal, di mana bahan
yang diinternalisasi isortir. Nasib reseptor dan molekul yang tertelan bergantung pada
sifat material. Vesikel transport sering (7a
membawa material ke endosome akhir untuk pencernaan. Jalur alternatif termasuk (7b)
daur ulang ke membran plasma atau (7c) transportasi ke wilayah lain dari membran
plasma dan eksositosis (disebut transitosis). (Sumber : Hardin, et.al., 2012).
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
DAFTAR PUSTAKA
https://katadata.co.id/safrezi/berita/61f76ae099fd1/osmosis-adalah-proses-
pemindahan-larutan-ini-penjelasannya
https://simdos.unud.ac.id/uploads/file_penelitian_1_dir/
a4fa33ff469399aae5e480f21125b156.pdf