Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH ANATOMI FISIOLOGI MANUSIA

TRANSPORTASI SENYAWA MELINTASI MEMBRAN

DISUSUN OLEH :
KELOMPOK 3
AIDA NURINA ( 2201051 )
CHELSEA FEBRIANA ( 2201056 )
ENGRASIA RAJNI ( 2201060 )
ENI ANTIKA YANI ( 2201061 )
MELISA RAMONA ( 2201072 )
NURFAIDAH ( 22010
SITI NURFADILLAH ( 2201089 )
YULIA RISKI RAHMADANI ( 2201096 )

DOSEN PENGAMPU :
Apt. Mira Febrina, M. Sc

SEKOLAH TINGGI ILMU FARMASI RIAU


YAYASAN UNIVERSITAS RIAU
PEKANBARU
2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur alhamdullilah, dengan segenap kerendahan hati dan


ketulusan jiwa, kami ucapkan kepada kehadirat Allah yang senantiasa melimpahkan
rahmat karunia dan hidayah - Nya, sehingga makalah ini dapat terselesaikan dengan
judul Transportasi Senyawa Melalui Membran

Tidak lupa kami ucapkan terimakasih kepada dosen pengampu kami ibuk Apt.
Mira Febrina, M.Sc yang telah memberikan arahan kepada kami untuk menyelesaikan
tugas makalah ini.

Dengan selesainya penulisan makalah ini tidak lepas dari bantuan serta
dukungan dari semua pihak baik moril ataupun materil sehingga makalah ini dapat
terselesai dengan baik. Dan semoga makalah ini dapat memberikan manfaat kepada kita
semua terlebih-lebih bagi kami yang mengerjakan makalah ini.

Karena keterbatasan kami, makalah ini masih jauh dari sempurna, maka saran
dan kritik sangat dibutuhkan demi penyempurnaanya. Akhirnya, cukup itu dari kami
kurang lebihnya kami mohon maaf yang sebesar besarnya.

Pekanbaru, 12 Februari 2023

Penyusun
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL....................................................................................i
KATA PENGANTAR..................................................................................ii
DAFTAR ISI.................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN.............................................................................1
A. Latar Belakang.........................................................................................1
B. Rumusan Masalah....................................................................................3
C. Tujuan Penulisan......................................................................................3
BAB II PEMBAHASAN..............................................................................4
A. Defenisi sediaan gel.................................................................................4
B. Jenis – jenis sediaan gel...........................................................................4
C. Bahan – bahan penyusun sediaan gel.......................................................6
D. Cara pembuatan sediaan gel.....................................................................13
E. Evaluasi untuk sediaam gel......................................................................16
BAB III PENUTUP......................................................................................18
A. Kesimpulan...............................................................................................18
B. Saran.........................................................................................................18
DAFTAR PUSTAKA...................................................................................19
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Sediaan reaksi-reaksi biokimia dalam metabolisme sel memerlukan bahan+bahan tertentu misalnya nutrisi, O2)
dari luar sel, di samping itu digunakan juga untuk mengeluarkan sisa metabolisme yang tidak berguna (misalnya O2).
Masuknua bahan-bahan ke dalam sel dan keluarnya zat-zat tertentu dari dalam sel diatur oleh membran plasma.
Kegiatan perlindahan atau keluar masuknya zat-zat tertentu melalui membran sel ini disebut transport membran. Sifat
membran sel yang selektif permeabel, mengizinkan terkadinya perpidahan ion dan molekul spesifik dari satu sisi ke sisi
lain membran sel (dari luar ke dalam/ dari dalam ke luar) (Hardin, dkk., 2012). Proses keluar masuknya molekul melalui
membran selektif permeabel dapat disebut dengan transpor trans membran.
Membran plasma ada untuk membatasi bagian dalam sel dengan lingkungan di sekitarnya. membran ini
tersusun atas dua lapis lemak pada bagian dalam dan lapisan protein pada bagian luar atau biasa disebut fosfolipid
bilayer. Membran sel memiliki bagian hidrofobik pada lipid bilayernya yang menyebabkan lipid bilayer pada membran
sel dapat menjadi pembatas masuknya kebanyakan molekul-molekul polar. Barier atau pembatas ini berfungsi untuk
membuat sel mampu menjaga konsentrasi terlarut pada sitosol yang berbeda dari cairan ekstraseluler. Menfaat dari
barrier atau pembatas ini yaitu sel memiliki kemampuan untuk mentransfer molekul terlarut dan ion tententu melalui
membran sel dalam rangka memperoleh nutrien penting, melakukan eksresi produk sisa metabolisme dan regulasi
konsentrasi ion intraseluler (Alberts = Dennis, 2008).
Membran sel atau membran plasma memiliki fungsi untuk membawa dan meregulasi transportasi antara bagian
luar dan dalam sel serta transportasi pada organel sel. nutrient, ion,gas, air dan substansi lain harus diedarkan dan
produk yang sudah tidak digunakan harusdibuang oleh karena itu diperlukan regulasi untuk efisiensi kerja. sebagai
contoh, sel memiliki pengangkut khusus untuk mengangkut glukosa asam amino dan nutrien lain kemudian untuk
mentransmisikan ion na+ dan k+ dari sel saraf maka dapat memerlukan protein channel ion pada membran neuron
( hardin , dkk.,2012)
Kebanyakan jenis substransi yang berpindah melalui membran berupa gas, ion-ion dan molekul organik kecil
yang terlarut. Beberapa ion yang ditransportasi melalui membran adalah ion sodium (Na+), pottasium (K+), calsium
(Ca2+), chloride (Cl-) dan hydrogen (H+). Beberapa jenis molekul organik yang ditrasportasi melalui membran adalah
gula, asam amino, dan nukleoida. Sel menggunakan protein transmembran yang terspesialisasi untuk mentransportasi
ion-ion organik dan molekul organik kecil terlarut melewati membran sel. Sel juga dapat mentransfer makromolekul dan
bahkan partikel yang lebih besar melewati membran sel, dengan mekanisme yang berbeda (Albert &Dennis, 2008).
Kegiatan lalu lintas molekul dan ion secara terus menerus melintasi membran sel memiliki mekanisme yang berbeda,
tergantung ukuran molekul dan juga dibutuhkan atau tidaknya energi dalam mekanisme tersebut.

B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian dari transport senyawa melalui membrane sel?
2. Bagaimana mekanisme transport senyawa melalui membrane sel ?

C. Tujuan Penulisan
Adapun tujuan dari makalah ini adalah :
1. Untuk mengetahui pengertian dari transport senyawa melalui membrane sel
2. Untuk mengetahui mekanisme transport senyawa melalui membrane sel
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Transport Senyawa Melalui Membrane Sel


Transport pada membran adalah proses perpindahan atau keluar masuknya ion dan molekul organik melewati
membransel (Hardin,dkk.,2012). Berbagai macam molekul, seperti glukosa, oksigen, dan karbondioksida senantiasa
harus melewati membran sel untuk keluar - masuk sel dalam proses metabolisme. Substansi tertentu misalnya harus
bergerak masuk kedalam seluntuk menyokong agarsel itu hidup, namun sebaliknyazat-zat buangan yang di hasilkan
oleh metabolisme sel harus dikeluarkan dari dalam sel untuk selanjutnya di buang keluartubuh. Membranselmelakukan
semuaitumelaluitranspormembran(Hardin, dkk., 2012).
Berdasarkan ukuran molekulnya, transport membran dibagi menjadi transport mikromolekul
dan transport makromolekul. Transpor mikromolekul melalui membran sendiri masih dibagi
berdasarkan prosesnya yang tanpa atau dengan mengeluarkan energi yaitu, transport pasif dan
transport aktif. Perpindahan zat terlarut pada membran ditentukan oleh gradien konsentrasinya atau
potensial elektrokimianya. Perpindahan melewati membran molekul yang tidak bermuatan
ditentukan oleh gradien konsentrasinya. Pada transpor pasif (difusi sederhana dan terfasilitasi)
sebuah molekul melibatkan perpindahan eksergonik (gerak termal) “menuju equilibrium/ menuruni”
gradien konsentrasinya. Sedangkan pada transpor aktif perpindahan molekul melibatkan
perpindahan endergonik “melawan/menaiki” gradien konsentrasinya, oleh karena itu mengeluarkan
energi dalam prosesnya (Hardin, dkk., 2012). Ringkasan perbedaan transpor pasif diperlihatkan
pada Gambar 3 dibawah ini. Untuk masing- masing mekanisme dan aplikasinya akan dijabarkan
selanjutnya.

B. Macam – macam transport senyawa memalui membrane sel


1. Transport Pasif
Molekul memiliki tipe energi yang disebut gerak termal (panas). Salah satu hasil gerak termal
adalah difusi, yaitu pergerakan molekul zat sehingga tersebar merata ke ruang yang tersedia.
Molekul yang mengalami transport pasif akan berdifusi gradien konsentrasi. Difusi zat melintasi
membran biologis disebut transpor pasif karena sel tidak harus mengeluarkan energi agar hal ini
terjadi. Gradien konsentrasi sendiri mempresentasikan energi potensial dan menggerakkan difusi
(Campbell, 2008). Transpor pasif dibedakan mejadi dua berdasarkan kemampuan transpor mandiri
(tanpa bantuan/fasilitas) atau dengan bantuan/ fasilitas dari protein tertentu, yaitu “Difusi sederhana &
Difusi terfasilitasi”.
a. Difusi Sederhana (Simple Diffussion)
Difusi sederhana atau Simple Diffusion merupakan perpindahan zat terlarut dari satu sisi
membran sel ke sisi lainnnya secara langsung, yaitu tanpa bantuan protein atau apapun. Perpindahan
zat terlarut ini selalu dari lokasi atau wilayah dengan kosentrasi tinggi menuju wilayah yang
mempunyai konsentrasi lebih rendah. Berdasarkan struktur membran sel yang memiliki interior yang
bersifat hidrofobik, difusi sederhana hanya mampu menransport atau memindahkan mikromolekul
berupa gas (O2 & CO2), molekul nonpolar, atau molekul polar yang kecil seperti urea dan ethanol
(Hardin, dkk., 2012).
Gambar 4.
Permeabilitas relatif dari fosfolipid bilayer terhadap bergabai molekul
Gambar 4 dibawah ini mengilustrasikan bahwa membran sel dengan struktur interior yang
hidrofobik akan bersifat permeable terhadap molekul gas, semipermeabel terhadap molekul polar
kecil dan impermeabel terhadap molekul polar besar tak bermuatan, ion (kecuali dengan bantuan
protein spesifik), dan molekul polar bermuatan.

b. Difusi Terfasilitasi
Sel memiliki komponen substansi yang terlalu besar dan terlalu polar untuk diizinkan
melewati membran sel secara difusi sederhana, hal ini tertera pada Gambar 4 (halaman 6). Tipe zat
terlarut macam ini, dapat berpindah masuk ataupun keluar dari dalam sel atau organel hanya dengan
bantuan dari kinerja protein transport, yang memediasi perpindahan molekul zat terlarut melewati
membran sel. Transport zat semacam ini biasa disebut sebagai difusi terfasilitasi. (Hardin, dkk.,
2012). Hal ini dekarenakan proses transport molekul zat terlarut berdifusi menuruni gradien
konsentrasinya dan tanpa membutuhkan energi. Peran dari protein transport, secara sederhana yaitu
untuk memberikan jalan melewati bagian hidrofobik lipid bilayer membran sel, memfasilitasi difusi
zat terlarut polar atau yang bermuatan menuruni gradien konsentrasinya.
Protein transport yang memfasilitasi mekanisme difusi terfasilitasi dibedakan menjadi dua tipe
yaitu protein carrier (pembawa) dan protein channel (penghubung) (Hardin, dkk., 2012).
c. Osmosis
Osmosis merupakan proses difusi khusus yang hanya melibatkan air sehingga biasanya disebut sebagai difusi air, jadi
osmosis adalah perpindahan molekul zat pelarut yang berkonsentrasi tinggi mengandung banyak air ke larutan yang
memiliki konsentrassi zat pelarut yang rendah melalui membran semipermeabel.
cara untuk mengetahui osmosis adalah dengan melalui sebuah bejana yang telah dipisahkan oleh berbagai selaput
semipermeable. selaput ini ditempatkan pada dua larutan glukosa yang telah terdiri dari air yang memiliki fungsi
sebagai bahan pelarut dan juga ada glukosa sebagai zat yang akan terlarut dengan adanya konsentrasi yang berbeda satu
dengan lain. Larutan air yang ada akan bergerak dari larutan dengan konsentrasi yang rendah lalu bergerak menuju ke
unsur glukosa yang mempunyai konsentrasi yang tinggi melewati beberapa selaput permeable.

Pada pola ini mewujudkan proses pergerakan dari air itu sendiri akan mulai berjalan dari satu larutan yang
konsentrasinya cukup tinggi ke pada konsentrasinya yang cukup rendah. Larutan ini dengan konsentrasi zat larut akan
lebih tinggi disini yang disebut juga dengan zat larutan hipertonis sedangkan untuk jenis larutan dengan konsentrasi
yang lebih mulai rendah disebut juga dengan konsentrasi isotonis.

2. Transport Aktif
Transpor aktif adalah pemompaan zat terlarut melintasi membran biologis, melawan
konsentrasinya atau gradien konsentrasi. Kemampuan sel untuk mempertahankan zat kecil terlarut
dalam sitoplasma pada konsentrasi lebih tinggi dari cairan sekitarnya merupakan faktor penting
dalam kelangsungan hidup sel. Banyak sel-sel hewan, misalnya, menjaga konsentrasi natrium dan
kalium yang sangat berbeda dibandingkan dengan lingkungan mereka. Transpor aktif
memungkinkan sel-sel tidak hanya untuk mempertahankan tingkat zat terlarut yang layak, tetapi
juga untuk memompa ion melintasi gradien konsentrasi. Proses ini menciptakan tegangan melintasi
membran yang dapat dimanfaatkan untuk kekuatan kerja seluler (Alberts & Dennis, 2008).

Selama transpor aktif, sel harus bekerja melawan difusi alami zat terlarut. Untuk melakukan
hal ini, protein transportasi khusus yang tertanam dalam membran sel. Didukung oleh adenosin
trifosfat (ATP), protein transpor selektif memindahkan zat terlarut tertentu masuk atau keluar dari
sel. Sebuah cara yang umum kekuatan ATP kerja ini adalah untuk menyumbangkan gugus fosfat
terminal dengan protein transportasi, memicu perubahan bentuk dalam molekul protein. Perubahan
konformasi menyebabkan protein untuk memindahkan zat terlarut yang terikat ke permukaan
ekstraseluler untuk interior sel dan melepaskan mereka.
Transport aktif terbagi atas transport aktif primer dan sekunder. Transport aktif sekunder juga terdiri atas co-
transport dan counter transport.
a. Transport aktif primer
Memakai energi langsung dari ATP, misalnya pada pompa Natrium-Kalium dan dan Calsium. Pada pompa Na-
K , 3 ion Na akan dipompa keluar sel, sedangkan 2 ion K akan dipompa kedalam sel. Pada pompa Ca , Ca akan
dipompa keluar sel agar konsentrasi Ca dalam sel rendah. Karakteristik dari kebanyakan sel hewan adalah tinggi
tingkat intraseluler ion kalium dan intraseluler rendah tingkat ion natrium, sehingga dalam hewan khas sel yang
dihasilkan potensi elektrokimia untuk kalium dan natrium ion sangat penting sebagai pendorong untuk digabungkan
transportasi sebagai transmisi impuls saraf. Keduanya memompa ion kalium masuk kedalam dan memompa ion
natrium keluar karena itu prosesnya membutuhkan energi ketika kedua ion sedang bergerak naik gradien elektrokimia.
Mekanisme transportasi yang sebenarnya melibatkan awal pengikatan tiga natrium ion ke sisi dalam membran,
pojok kanan atas. Pengikatan natrium ion pemicu fosforilasi dari subunit enzim oleh ATP mengakibatkan perubahan
konformasi dari ke. Sebagai Akibatnya, ion natrium terikat dipindahkan melalui membran ke permukaan eksternal, di
mana mereka dilepaskan ke luar. Kemudian, kalium ion dari luar mengikat subunit a, memicu defosforilasi dan kembali
ke konformasi asli. selama ini proses, ion kalium dipindahkan ke dalam permukaan, di mana mereka memisahkan,
meninggalkan carrier siap menerima ion natrium lebih.

b. Transpor Aktif Sekunder


Transpor aktif sekunder dengan co-transpor adalah transpor zat yang mengaktifkan transpor zat lain melewati
membran plasma. Co-transport dibedakan menjadi dua, yaitu simport dan antiport. Disebut simport apabila kedua jenis
zat memiliki arah pergerakan yang sama, dan disebut antiport apabila arah pergerakannya berlawanan.
Contoh mekanisme kotranspor, berupa pompa potasium dan sodium.
Pada proses counter transport/exchange, masuknya ion Na ke dalam sel akan menyebabkan bahan lain
ditransport keluar. Misalnya pada pertukaran Na-Ca dan pertukaran Na-H. Pada pertukaran Na-Ca, 3 ion Na akan
ditransport kedalam sel untuk setiap 1 ion Ca yang ditransport keluar sel, hal ini untuk menjaga kadar Ca intrasel,
khususnya pada otot jantung sehingga berperan pada kontraktiitas jantung. Pertukaran Na-H terutama berperan
mengatur konsentrasi ion Na dan Hidrogen dalam tubulus proksimal ginjal, sehingga turut mengatur pH dalam sel.
Selain transpor aktif, ada juga transport masal molekul besar seperti protein dan polisakarida serta molekul besar
lainnya biasanya melintasi membran plasma dengan mekanisme yang melibatkan pengemasan dalam vesikel, dan
transpor ini juga memerlukan energi. Molekul yang berukuran kecil, air dan ion dapat masuk ke dalam sel melalui
lapisan fosfolipid bilayer atau protein transpor pada membran. Namun, masuknya zat kedalam sel juga dapat dilakukan
secara massal (molekul besar). Proses masuk/keluarnya zat dalam jumlah yang besar dapat dilakukan dengan proses
endositosis dan eksositosis. Molekul besar yang dapat masuk melalui proses ini contohnya antara lain protein maupun
polisakarida. Sama halnya dengan tranpor aktif, proses ini juga membutuh kan energi. Transpor masal terdiri dari
eksositosis dan endositosis.

c. Transport Melalui Membran (Makromolekul)


i. Eksositosis
Eksositosis merupakan proses membebaskan zat dari dalam sel. Sebagai contoh adalah pembebasan hormon dari dalam
sel-sel kelenjar endokrin, pembebasan neurotransmiter dari vesikel ke celah sinap dan pembebasan sisa makanan dari
vakuola makanan. Hormon yang dihasilkan oleh sel-sel kelenjar endokrin, mula-mula ditampung dalam vesikel-
vesikel (disebut vesikel sekretori). Vesikel-vesikel yang penuh dengan hormon kemudian bergeser ke arah membran sel
dan melekat. Membran vesikel yang berlekatan dengan membran plasma melebur, sehingga hormon yang ada dalam
vesikel tertuang ke luar sel menuju ke cairan luar sel.

Gambar. Proses eksositosis (Alberts & Dennis, 2008)

ii. Endositosis
Gambar 1
Sebagain besar eukariotik melakukan satu atau lebih mekanisme endositosis untuk menyerap bahan ekstraseluler.
Mekanisme endositosis dapat dilihat pada gambar 1. Segmen kecil membran plasma secara progresif berinvaginasi
membentuk suatu kantung yang mengandung makromolekul atau material lain dari lingkungan eksterior sel (step 1),
kemudian kantong ini terjepit memagari bahan ekstraseluler (step 2), dilanjutkan dengan pembentukan vesikel endositik
(step 3), kemudian vesikel memisah dari membrane plasma, membawa material dari eksterior dalam suatu membran
derivat membran plasma (step 4) (Hardin, et.al., 2012).
Gambar 2

Endositosis penting untuk beberapa proses seluler, termasuk pemasukan nutrisi penting
oleh beberapa organisme uniseluler dan pertahanan terhadap mikroorganisme oleh sel
darah putih. Dalam aliran membran, eksositosis dan endositosis memiliki efek yang
berlawanan. Eksositosis menambahkan lipid dan protein ke membran plasma,
sedangkan endositosis menghilangkannya. Dengan demikian, komposisi steady-state
membran plasma merupakan efek dari keseimbangan antara eksositosis dan
endositosis. Melalui endositosis dan transportasi yang retrograde, sel dapat mendaur
ulang dan menggunakan kembali molekul yang tersimpan dalam membran plasma oleh
vesikula sekretori selama eksositosis (Hardin, et.al., 2012).
Endositosis dibedakan menjadi dua berdasarkan jenis bahan yang masuk ke
dalam sel, yakni fagositosi (zat yang masuk berupa partikel padat) dan pinositosit (zat
yang masuk berupa zat cair). Fagositosis dapat dikatakan sebagai proses konsumsi
partikel besar (diameter 70,5 mm), termasuk agregat makromolekul, bagian sel lain, dan
bahkan seluruh mikroorganisme atau sel lainnya. Bagi banyak eukariota uniseluler,
seperti amoeba dan protozoa bersilia, fagositosis adalah sarana rutin untuk
memperoleh makanan. Fagositosis juga digunakan oleh beberapa hewan primitif,
terutama cacing pipih, coelenterat a, dan spons, sebagai sarana untuk mendapatkan
nutrisi. Namun, pada organisme yang lebih kompleks, fagositosis biasanya terbatas pada
sel khusus yang disebut fagosit. Misalnya, tubuh manusia mengandung dua golongan
sel darah putih yakni neutrofil dan makrofag yang menggunakan fagositosis untuk
pertahanan bukan untuk mendapatkan nutrisi. Sel-sel ini menelan dan
mencerna bahan asing atau mikroorganisme invasif yang ditemukan di aliran darah atau
di jaringan yang terluka. Makrofag memiliki peran tambahan sebagai “pemulung”,
menelan puing-puing seluler dan seluruh sel yang rusak dari jaringan yang terluka.
Dalam kondisi tertentu, sel mamalia lainnya terlibat dalam fagositosis. Misalnya,
fibroblas yang ditemukan di jaringan ikat dapat mengambil kolagen untuk
memungkinkan remodeling jaringan, dan sel dendritik di dalam limpa mamalia dapat
menelan bakteri sebagai bagian dari respon imun(Hardin, et.al., 2012).
Endositosis dibedakan menjadi dua berdasarkan jenis bahan yang masuk ke dalam sel,
yakni fagositosi (zat yang masuk berupa partikel padat) dan pinositosit (zat yang masuk
berupa zat cair). Fagositosis dapat dikatakan sebagai proses konsumsi partikel besar
(diameter 70,5 mm), termasuk agregat makromolekul, bagian sel lain, dan bahkan
seluruh mikroorganisme atau sel lainnya. Bagi banyak eukariota uniseluler, seperti
amoeba dan protozoa bersilia, fagositosis adalah sarana rutin untuk memperoleh
makanan. Fagositosis juga digunakan oleh beberapa hewan primitif, terutama cacing
pipih, coelenterat a, dan spons, sebagai sarana untuk mendapatkan nutrisi. Namun, pada
organisme yang lebih kompleks, fagositosis biasanya terbatas pada sel khusus yang
disebut fagosit. Misalnya, tubuh manusia mengandung dua golongan sel darah putih
yakni neutrofil dan makrofag yang menggunakan fagositosis untuk pertahanan bukan
untuk mendapatkan nutrisi. Sel-sel ini menelan dan mencerna bahan asing atau
mikroorganisme invasif yang ditemukan di aliran darah atau di jaringan yang terluka.
Makrofag memiliki peran tambahan sebagai “pemulung”, menelan puing-puing seluler
dan seluruh sel yang rusak dari jaringan yang terluka. Dalam kondisi tertentu, sel
mamalia lainnya terlibat dalam fagositosis. Misalnya, fibroblas yang ditemukan di
jaringan ikat dapat mengambil kolagen untuk memungkinkan remodeling jaringan, dan
sel dendritik di dalam limpa mamalia dapat menelan bakteri sebagai bagian dari respon
imun (Hardin, et.al., 2012).
a) Fagositosis telah dipelajari secara ekstensif pada amoeba, yang
menggunakannya untuk memperoleh nutrisi. Kontak dengan partikel
makanan atau organisme yang lebih kecil memicu terjadinya fagositosis,
seperti yang ditunjukkan pada Gambar 2. Lapisan membran yang disebut
pseudopoda
secara perlahan mengelilingi objek kemudian bertemu dan menelan partikelnya,
membentuk vakuola fagositik intraseluler. Vesikula endositik atau juga disebut
fagosom, kemudian berfusi dengan endosom, membentuk vesikel besar di mana bahan
yang tertelan dicerna (Campbell, 2014).

b) Pinositosis
Pada pinositosis, sebuah sel terus-menerus "menelan" tetesan cairan ekstraselular ke
dalam vesikula kecil, hasil infolding membran plasma. Dengan cara ini, sel memperoleh
molekul yang dilarutkan dalam tetesan. Pinositosis tidak bersifat spesifik karena semua
zat terlarut dimasukkan ke dalam sel, tanpa mekanisme untuk mengumpulkan atau
mengecualikan molekul tertentu. Konsentrasi bahan yang terperangkap dalam vesikel
mencerminkan konsentrasinya di lingkungan ekstraselular. Contoh jalur endositik
clathrin-independen adalah endositosis fase-cairan, sejenis pinositosis untuk
internalisasi cairan ekstraselular nonspesifik .
Gambar 3

iii. Reseptor-Mediated Endocytosis


Sel dapat memperoleh bahan larut dan tersuspensi tertentu melalui suatu proses dikenal
sebagai reseptor-mediated endocytosis (juga disebut clathrin-dependent endocytosis).
Untuk proses ini, sel menggunakan reseptor spesifik yang ditemukan pada permukaan
luar membran plasma. Endositosis yang dimediasi reseptor adalah mekanisme utama
untuk internalisasi makromolekul spesifik oleh sel eukariotik. Bergantung pada
jenisnya, sel mamalia dapat menelan hormon, faktor pertumbuhan, enzim, protein
serum, kolesterol, antibodi, zat besi, dan bahkan beberapa virus dan toksin bakteri
dengan mekanisme ini (Hardin, et.al., 2012).
Sel-sel manusia menggunakan reseptor-mediated endocytosis untuk
mengambil kolesterol untuk sintesis membran dan sintesis steroid lainnya. Kolesterol
bergerak dalam darah dalam partikel yang disebut low-density lipoproteins (LDLs).
LDL mengikat reseptor LDL pada membran plasma dan kemudian masuk ke sel oleh
endositosis. (LDLs bertindak sebagai ligan, sebuah istilah untuk setiap molekul yang
mengikat secara khusus ke situs reseptor pada molekul lain.) Pada penyakit bawaan
familial hiperkolesterolemia, ditandai dengan tingkat kolesterol yang sangat tinggi
dalam darah, LDL tidak dapat masuk ke sel karena LDL protein reseptor rusak atau
hilang. Akibatnya, kolesterol terakumulasi dalam darah, di mana ia berkontribusi
terhadap aterosklerosis dini, penumpukan endapan lipid pada dinding pembuluh darah.
Penumpukan ini mempersempit ruang di pembuluh darah dan menghambat aliran darah,
dan bisa mengakibatkan kerusakan jantung dan stroke (Campbell, 2014).
Sel-sel manusia menggunakan reseptor-mediated endocytosis untuk
mengambil kolesterol untuk sintesis membran dan sintesis steroid lainnya. Kolesterol
bergerak dalam darah dalam partikel yang disebut low-density lipoproteins (LDLs).
LDL mengikat reseptor LDL pada membran plasma dan kemudian masuk ke sel oleh
endositosis. (LDLs bertindak sebagai ligan, sebuah istilah untuk setiap molekul yang
mengikat secara khusus ke situs reseptor pada molekul lain.) Pada penyakit bawaan
familial hiperkolesterolemia, ditandai dengan tingkat kolesterol yang sangat tinggi
dalam darah, LDL tidak dapat masuk ke sel karena LDL protein reseptor rusak atau
hilang. Akibatnya, kolesterol terakumulasi dalam darah, di mana ia berkontribusi
terhadap aterosklerosis dini, penumpukan endapan lipid pada dinding pembuluh darah.
Penumpukan ini mempersempit ruang di pembuluh darah dan menghambat aliran darah,
dan bisa mengakibatkan kerusakan jantung dan stroke (Campbell, 2014).
Endositosis yang dimediasi reseptor diilustrasikan pada Gambar 4. Prosesnya dimulai
dengan pengikatan molekul spesifik (disebut ligan) ke protein reseptor pengikat ligan
yang ditemukan pada permukaan luar membran plasma. Kompleks reseptor-ligan
berdifusi lateral di membran, menuju daerah membran khusus yang disebut lubang
berlapis yang berfungsi sebagai tempat pengumpulan dan internalisasi kompleks.
Akumulasi kompleks reseptor-ligan di dalam lubang berlapis memicu akumulasi protein
tambahan pada permukaan dalam (sitosolik) membran plasma. Protein tambahan ini -
termasuk protein adaptor, clathrin, dan
dinamin - diperlukan melakukan invaginasi. Invaginasi berlanjut sampai terbentuk
vesikel terlapis. Mantel clathrin dilepaskan, meninggalkan vesikel yang tidak dilapisi.
Protein mantel dan dinamin kemudian didaur ulang ke membran plasma untuk
membentuk vesikel baru, sedangkan vesikel yang tidak dilapisi bebas untuk digunakan
dengan endosom awal (Hardin, et.al., 2012).

Gambar 4.
Reseptor-mediated Endocytosis. Selama endositosis yang dimediasi reseptor, (1)
molekul yang akan diinternalisasi terikat pada reseptor spesifik pada permukaan
membran plasma. (2) Kompleks reseptor-ligan terakumulasi di lubang berlapis, dimana
(3) invaginasi difasilitasi oleh protein adaptor, clathrin, dan dinamin pada permukaan
sitosolik membran. Hasilnya adalah (4) vesikel dilapisi internal yang dengan cepat (5)
kehilangan mantel clathrinnya. Vesikel yang tidak dilapisi sekarang bebas untuk (6)
menyatu dengan membran

intraselular lainnya, biasanya selaput yang mengelilingi endosom awal, di mana bahan
yang diinternalisasi isortir. Nasib reseptor dan molekul yang tertelan bergantung pada
sifat material. Vesikel transport sering (7a
membawa material ke endosome akhir untuk pencernaan. Jalur alternatif termasuk (7b)
daur ulang ke membran plasma atau (7c) transportasi ke wilayah lain dari membran
plasma dan eksositosis (disebut transitosis). (Sumber : Hardin, et.al., 2012).
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

B. Saran
DAFTAR PUSTAKA
https://katadata.co.id/safrezi/berita/61f76ae099fd1/osmosis-adalah-proses-
pemindahan-larutan-ini-penjelasannya
https://simdos.unud.ac.id/uploads/file_penelitian_1_dir/
a4fa33ff469399aae5e480f21125b156.pdf

Anda mungkin juga menyukai