Anda di halaman 1dari 3

HATI YANG DIUBAHKAN

“Yehezkiel 11:19; 36:26”

Slide
1: judul
2: Kardia dan Leb – jelaskan fungsi-fungsi hati dalam Alkitab
3: Hati yang dicemari dosa (Markus 7:21-23)
4: Hati yang Diubahkan (Yeh. 36:26)
5: introduction
6: pembaharuan dari dalam (quote)
7: akar permasalahan
8: akar masalah: penyembahan berhala + ayat 25
9: highlight
10: Yang Dibutuhkan: Hati dan Roh yang baru
11: ayat 26
12: inisiator: Allah
13: hasil: hati yang menyembah kepada Allah
14: ayat 27
15: “Hati yang menyembah kepada Allah nyata melalui ketaatan kepada-Nya”
16: Hati manusia begitu keras
17: gambar periuk bagus vs periuk jelek
18: maukah hati kita diubahkan?
19: Kintsugi
20: gambar Kintugi
21: Memberikan hati kita dihancurkan oleh Allah supaya disusun kembali

Doa
Pendahuluan
Bahas judul hari ini

Fungsi-fungsi hati (dalam Alkitab)


Alkitab banyak kali menyebut tentang hati
καρδίᾳ dan ‫לֵב‬
- Hati sebagai organ tubuh, lebih tepatnya mengarah kepada jantung (terjemahan Ibrani)
- Kata hati juga digunakan dalam Matius 12:40 ketika Yesus berada di dalam rahim (kardia)
bumi
- Hati dihubungkan dengan perasaan, “segenap orang srael merasa senang dan sukacita
hatiNya…” (1 Raj. 8:66), “Engkau tentu sedih hati” (Neh. 2:2, pertanyaan Raja Artahsasta
kepada Nehemia).
- Hati dihubungkan dengan watak atau sikap, “setiap orang yang tinggi hati adalah kekejian
bagi TUHAN…” (Amsal 16:5), kata Yesus, “Aku lemah lembut dan rendah hati” (Mat. 11:29)
- Hati dihubungkan dengan sifat-sifat moral
- Hati diubungkan sebagai tempat dari motif/niat manusia.
Keluaran 35:21, “Lalu setiap orang yang tergerak hatinya…”
Ibrani 4:12, 13, firman Yehuwa adalah seperti pedang yang tajam, yang dapat
”menyelidik segala ingatan dan niat hati”
- Hati berkaitan dengan iman, “Dengan hai orang percaya dan dibenarkan, dan dengan mulut
ornag mengaku dan diselamatkan” (Rom. 10:10)
- Hati juga dikaitkan dengan kasih dan benci

Hati yang dicemari dosa


Di kitab Markus 7:21-23, Yesus menunjukkan kondisi hati manusia yang telah tercemar dosa:
"sebab dari dalam, dari hati orang, timbul segala pikiran jahat, percabulan, pencurian,
pembunuhan, perzinahan, keserakahan, kejahatan, kelicikan, hawa nafsu, iri hati, hujat,
kesombongan, kebebalan. Semua hal-hal jahat ini timbul dari dalam dan menajiskan orang.”

Hati yang diperbaharui Allah (Eksposisi Yeh. 26:36)


Latar belakang teks ini tidak terlepas dari peristiwa pembuangan bangsa Yehuda ke Babel. Bahwa,
Kekalahan dan pembuangan ke Babel telah menajiskan nama TUHAN di antara bangsa-bangsa lain
(36:22-23 “…najiskan…dinajiskan…najiskan…”). Ungkapan ini hanya bisa dipahami sesuai konteks
kuno pada waktu itu. Bangsa-bangsa kuno cenderung memandang peperangan dua bangsa sebagai
peperangan antar dewa yang disembah oleh bangsa-bangsa tersebut. Bangsa yang menang
dipandang memiliki dewa yang lebih kuat daripada dewa yang disembah oleh bangsa yang kalah.
Dalam perspektif kultural-religius seperti ini, tidak mengherankan apabila bangsa-bangsa lain
memandang rendah TUHAN. Mereka akan memahami pembuangan ke Babel sebagai bukti
ketidakmampuan TUHAN dalam memberikan penjagaan dan kemenangan kepada bangsa Yehuda.
Nama TUHAN menjadi cemoohan di antara segala bangsa. Nama-Nya tidak lagi “kudus” – dalam arti
“terpisah dari” – ilah-ilah yang lain.
Alasan inilah yang mendorong TUHAN untuk melakukan pemulihan. Bangsa Yehuda akan
dikumpulkan dan dibawa kembali ke tanah perjanjian (36:24). Jika nubuat ini benar-benar menjadi
kenyataan, bangsa-bangsa akan melihat bahwa TUHAN tetap berdaulat, bukan hanya atas umat-
Nya, tetapi atas semua bangsa. Bahkan bangsa yang berkuasa atas umat-Nya berada di bawah
kedaulatan-Nya (bdk. Yes. 44:28; 45:1, 13). 
Tetapi, Tuhan tidak sekedar memulangkan bangsa Yehuda ke tanah perjanjian. Melainkan, terlebih
dahulu melakukan pembaharuan atas bangsa itu. Pembaharuan ini tidak sekedar mengembalikan
mereka seperti semula, tetapi Allah menganugerahkan sesuatu yang baru, yaitu hati.
Yehezkiel 36:26, “kamu akan kuberkan hati yang baru dan roh yang baru di dalam batinmu dan Aku
akan mejauhkan daari tubuhmu hati yang keras dan Kuberikan kepadamu hati yang taat.
- Akar masalah: Penyembahan berhala
Ayat. 25 ‫טהֵר‬
ָ muncul sebanyak 3x (jernih, mentahirkan 2x) untuk menggambarkan keadaan
bangsa Yeuda yang najis akibat penyembahan berhala. Bangsa Yehuda melakukan banyak
pelanggaran di hadapan Allah bahkan hingga mereka di buang di Babel. Tetapi, akar dari
segalanya adalah penyembahan berhala. Penyembahan berhala bukan sekedar bersujud di
hadapan patung, pemeberian sesajen ke gunung, pohon, dll; tetapi, kita tidak mengahargai
Allah dengan tidak menaati Dia, kita telah melettakan sesuatu yang lain sebagai pengganti-
Nya. Ada hal yang lebih menarik daripada Allah, Allah tidak lagi cukup bagi kita, dan mencari
kesenangan diri sendiri di luar Allah.
- Yang diperlukan: hati dan roh yang baru
Hati dan roh dalam batin kita menyatakn keseluruhan bagian terdalam dari kehidupan
manusia (whole inner life). Inilah yang menggerakkan pusat kehidupan manusia dan
mendorong manusia untuk melakukan pekerjaan-pekerjaan tertentu. Tindakan ini bukan
berarti Tuhan menggantukan organ tubuh bangsa Yehuda, melainkan melakukan sebuah
transformasi besar-besaran di dalam diri mereka.
- Inisitor: Allah
“…kamu akan Kuberikan…”, “…Aku akan menjauhkan…”, “…dan Kuberikan…”, ayat 27 “Roh-
Ku akan Kuberikan…”
Ini mejadi reminder bahwa perubahan datangnya dari Allah, bukan usaha kita. Melainkan,
melalui Roh-Nya atau kini kita memanggil Roh Kudus.
- Hasil: Hati yang menyembah kepada Allah
Ayat 27, “Roh-Ku akan kuberikan diam di dalam batinmu dan Aku akan membuat kamu
hidup menurut segala ketetapan-Ku dan tetap berpegang kepada peraturan-peraturan-Ku
dan melakukannya.
Hati yang menyembah kepada Allah nyata melaui ketaatan kita kepada Dia, kasih kita
kepada-Nya.
Dalam terang Perjanjian Baru kita menemukan makna yang lebih penuh dari janji ini. Roh
Kudus melahirbarukan seseorang (Yoh. 3:3-8). Dia mencurahkan kasih Kristus ke dalam hati
seseorang (Rm. 5:5). Kasih inilah yang mendorong seseorang untuk memberikan ketaatan
yang benar kepada Allah. Roh Kudus akan tinggal terus-menerus dalam diri seseorang
sebagai meterai kepemilikan dan jaminan pengharapan (Ef. 3:13-14). 

Maukah hati kita diubahkan? (pemain musik sudah mulai naik)


Hati yang diubahkan juga merupakan proses yang berlangsung seumur hidup kita. Ada gambaran
layaknya penjunan atau tukang periuk yang membentuk tanah liat. Tapi, sebuah kesadaran akan
kekerasan hati manusia di hadapan Allah yang seringkali membuat proses pembentukan itu tidak
kita hiraukan. Bagaikan sebuah fase, hati kita layaknya telah menjadi periuk yang keras. Tapi,
bukannya periuk indah atau vas yang mewah. Kekerasan hati kita membuatnya menjadi periuk yang
tua, kotor, dan sudah banyak retaknya.
Lalu, bagaimana Allah dapat hati yang semacam ini kembali?
Kinstugi
Filosofi kintsugi diawali dari seni tradisional asal Jepang bernama kintsugi ( 金 継 ぎ ), yaitu
teknik merangkai kembali keramik yang pecah dengan menggunakan campuran pernis
bubuk emas sehingga menciptakan sebuah karya seni dengan nilai yang baru.
Apa artinya?
Memberikan hati kita dihancurkan oleh Allah untuk di susun kembali

Anda mungkin juga menyukai