#WKNovellet_day
#CintaDiAtasUangGope_bab4
#Semangatberkaryakuy
PJ: Hasra
***
Kepala Sekolah hendak menyampaikan pengumuman pada seisi kelas tapi terpotong dengan
penampakan manusia buncit berminyak yang bernama Sandiago. Dia menengok ke dalam kelas
kemudian tersenyum ketika menemukan orang yang dia cari. "Ada apa Sandiago," tanya Harry yang ada
di dalam kelas.
"Saya sebagai ketua kelas yang baik dan budiman yang rela memikul beban yang sangat berat. Beban
berupa sebuah amanat yang di titipkan dari teman-teman sekelas yang isinya adalah sebuah pertanyaan
berupa, kapan kita mulai belajar?"
"Ehem." Kepala sekolah membuat seisi kelas kembali tertuju padanya. "Pak Harry tolong perintahkan
anak-anak kelas 2 untuk pindah ke sini dan untuk Pak Luis dan murid-murid kelas 3 untuk merelakan
kelas ini dan bertukar tempat dengan anak kelas 2."
"Serius ini Pak! kelas akan kita pindahkan?" tanya Harry dengan segan menatap Kepala sekolah.
"Sandiago kamu dengar sendiri apa yang di perintahkan Pak Kepala sekolah," kata Harry. "Sekarang
bawa teman-temanmu ke sini," titahnya.
Marisol tampak tersenyum karena keinginannya dengan mudah bisa terlaksanakan. Dia berdiri lalu
keluar dari bangku guru melihat murid-murid kelas 3 yang sedang berkemas dengan rasa jengkel dan
marah tapi mereka tidak bisa apa-apa. Bahkan beberapa orang dengan sengaja menatap Marisol dengan
penuh kebencian. Tentu saja Marisol tidak peka dia tidak memikirkan perasaan orang lain terhadapnya.
Sikap cuek malas sudah terlanjur menempel pada dirinya.
"Semoga kamu senang dan betah sekolah di sini ya Marisol," tanya Kepala sekolah yang membuat
perhatian Marisol teralihkan.
"Ya. Di sini menyenangkan," jawab Marisol singkat. Wajahnya tidak bisa menyembunyikan
kebahagiannya dia tidak berhenti tersenyum. "Ini membuatku mengingat sesuatu tapi aku lupa apa itu,"
celetuknya.
Sementara itu murid-murid kelas 3 sudah mulai keluar kelas di waktu yang sama anak kelas 2 sudah tiba
dan mulai berdatangan masuk ke dalam kelas. Sandiago orang yang pertama masuk menyalami semua
guru yang ada di kelas dan duduk di posisi yang sama seperti di kelas sebelumnya. Di luar kelas terjadi
keributan, murid-murid perempuan berjerit histeris dan kegirangan membuat semua orang yang ada di
dalan kelas bertanya-tanya termasuk Marisol. "Ada apa itu?" tanya Marisol.
"Itu Fernando Pak. Seperti biasa para murid perempuan histeris bila bertemu dengannya," jelas Harry.
Dengan semangat Harry menjelaskan siapa itu Fernando dan kenapa banyak perempuan yang menjadi
histeris. "Mungkin nanti kamu juga suka sama dia Marisol."
Satu persatu anak kelas keluar kelas hingga murid yang terakhir begitu juga anak kelas 2 sudah banyak
memadati kelas. Beberapa anak kelas 2 tersisa akhirnya masuk setelah meredakan beberapa keributan
di luar. Anak perempuan berambut ikal berwarna gelap masuk dan duduk di bangku kedua terakhir. Di
susul oleh dua anak laki-laki yang satu bertubuh kecil putih dengan rambut keriting dan yang satu lagi
tinggi putih dengan sekantong siomay di tangannya. "Rendhiano, jangan bawa makanan ke kelas," kata
Harry dan anak itu berbalik sebelum duduk.
"Ini obat Pak, bukan makanan," jawab Rendhiano. Dia kemudian duduk di bangkunya bersama anak laki-
laki bertubuh kecil yang bernama Romio.
Kemudian masuk seorang murid laki-laki tinggi berwarna putih sedikit coklat seperti anak pantai yang
jualan jagung. Rambutnya terpotong rapih seirama dengan pakaian yang ia kenakan. "Nah yang ini baru
murid teladan. Namanya Valero," ucap Harry bangga. Sepersekian detik Valero beradu pandang dengan
Marisol kemduan Marisol dengan cepat buang muka.
Di belakang Valero masuklah seorang pemuda dengan tinggi yang hampir sama dengan Valero tapi lebih
putih. Rambutnya hitam lurus disisir ke samping kiri. Bajunya terlihat berantakan seperti telah di tarik
orang secara paksa. Seperti yang lain dia menyalami setiap guru yang ada. "Ini Fernando Pak, murid
paling populer disini," ucap Harry dengan penuh bangga.
Kepala sekolah tersenyum, "Kamu sangar berkarisma Nak Fernando. Kamu cocok untuk menggantikan
Bapak suatu hari nanti," ujar Kepala sekolah.
"Terima kasih Pak," jawab Fernando. Setelah itu Fernando melangkah ke samping yang artinya
berhadapan dengan Marisol, mereka saling pandang dengan waktu yang cukup lama hingga akhirnya
tubuh Fernando secara mendadak jatuh tersungkur ke bawah membuat semua orang dalam kelas itu
berdiri kaget. "Mfer," teriak teman-temannya yang duduk di belakang. Valero yang baru saja duduk dan
Rendhiano yang diam-diam melahap siomaynya berlari ke arah Fernando.
"Kau pasti seorang penyihir," celetuk Rendhiano yang mencoba mengangkat tubuh Fernando bersama
Valero. Tapi mereka gagal karena pososi mereka terhalang oleh Marisol yang tidak bergerak sedikitpun.
"Kenapa dia?" tanya Marisol. "Gak sopan, melihatku seperti melihat hantu."
"Bisa bergeser sedikit Marisol," pinta Emilano yang mencoba membantu temannya. Keadaan kelas
menjadi ricuh dan semakin banyak orang yang mau menolongnya.
"Tenang-tenang," teriak Romio. "Semua kebagian. Bayar uang pendaftaran dulu sebelum menolong
Fernando.
Plak! Harry menjutak Romio dari belakang. "Tenang semuanya jangan panik. Semuanya duduk, termasuk
kamu Romio."
Sandiago yang duduk di bangku paling depan mengampiri Fernando dan memikulnya dengan mudah,
seperti beras. "Biar saya bawa Fernando ke UKS," ucapnya.
"Jangan," sergah Valero. "Bawa saja ke bangkunya. Fernando gak suka di UKS."
"Kenapa," tanya Harry. "Ini gawat. Fernando pingsan dia harus di bawa ke UKS untuk pengobatan," jelas
Harry.
"Itu benar Nak Valero, Fernando adalah aset kita harus menjaganya," timpal Kepala sekolah.
"Kenapa anak ini di spesialkan?" tanya Marisol yang heran dengan perlakuan semua orang pada
Fernando. "Kenapa gak di lempar aja, nanti dia bangun."
"Biar saya jelaskan Pak," kata Valero. "Saya sudah berteman lama dengan Fernando jadi saya cukup
banyak tahu soal dia. Fernando itu mengidap Balsemophobia atau phobia terhadap balsem atau phobia
terhadap bau balsem,minyak kayu putih dan bau sejenisnya. Dan bau-bau seperti itu sudah menjadi
pengharum di ruang UKS. Jadi itu akan membuat keadaan Fernando menjadi lebih buruk."
"Biarkan dia duduk di bangkunya biar saya yang merawatnya. Saya punya sesuatu yang mampu
menyadarkannya," jelas Valero.
"Baiklah. Sandiago bawa dia kebangkunya," perintah Harry. Sandiago dengan entang membawa
Fernando seorang diri tanpa bantuan orang lain atau bahkan tandu. Dia melangkah dengan bangga dan
keluar dari ruangan. "Mau kemana Sandiago! teriak Harry.
Sandiago berhenti lalu berbalik. "Bukannya Fernando harus di bawa kebangkunya Pak!" jawab Sandiago.
"Saya lagi menujy sana."
"Gendut, kapan kamu minum kapan kamu mabuk?" sergah Valero. "Tuh bawa ke sana ke bangku paling
belakang." Valero menunjuk bangku paling akhir.
Sandiago kembali masuk dan berjalan menuju bangku paling ujung. "Tunggu," teriak seseorang. "Itu
bangku milikku." Semua mata tertuju pada satu arah. Marisol.