Anda di halaman 1dari 6

#WK_N60H

#WKNovellet_day37

#CintaDiAtasUangGope_bab3

#Semangatberkaryakuy

Nama : Nanda M. Aksan

Judul : Cinta Di Atas Uang Gope

Jumlah kata: 1379

PJ: Fajar

MARISOL

***

Marisol menikmati sarapannya tanpa gangguan. Ibu tirinya Esmeralda menghidangkan makanan
kesukaan Marisol di pagi hari agar putri bungsunya itu berangkat ke sekolah barunya dengan semangat.
Namun sayang berbeda dengan harapan Ibunya justru Marisol merasa malas untuk pergi ke sekolah
meski sudah menghabiskan dua piring gado-gado untuk sarapannya.

Marisol baru saja pindah rumah setelah 40 hari kematian Ayahnya. Namun bukan hanya itu saja alasan
Marisol pindah rumah melainkan Marisol gagal dalam ujian kenaikan kelas sehingga dirinya akan tetap
tinggal kelas di sekolah yang lama. Keputusan Marisol pindah sekolah adalah mencegah akan hal itu,
bagaimanapun Marisol ingin naik kelas dan atas usulan Kakeknya sendiri yang bernama Roberto, Marisol
pindah ke sekolah swasta paling elit dan terkenal yang menghasilkan lulusan yang berkualitas. Sekolah
yang banyak di huni oleh anak-anak seorang bangsawan. Sekolah yang bernama Likeformal high school
tersebut merupakan milik Roberto sendiri yang merupakan Kakeknya.

Selain dengan Ibu tirinya yang bernama Esmeralda, Marisol juga tinggal bersama saudari tirinya yang
kembar bernama Maria dan Bellen. Kedua Kakaknya sudah berangkat sekolah sejak tadi dan
meninggalkan Marisol yang memang selalu datang terlambat ke sekolah. Tidak ada satu orang pun di
rumah itu yang berani protes terhadap Marisol bahkan sejak mendiang Ayahnya masih ada. Tidak ada
yang berani menyuruh atau bahkan memberi saran agar tidak terlambat ke sekolah. Mereka cenderung
pasrah dan membiarkan apa saja yang ingin di lakukan Marisol serta berharap suatu saat akan ada azab
yang menimpanya.

Suara deru mesin mobil terdengar jelas di telinga mereka berdua memecahkan keheningan di pagi itu.
Esmeralda menatap Marisol dengan enggan, "sayang mungkin itu mobil jemputan dari Kakek Roberto,"
kata Esmeralda. Marisol tidak bergeming dia melanjutkan makannya dengan lahap. Esmeralda
memutuskan untuk keluar mengecek suara deru mesin mobil yang masih menyala. "Selamat pagi,"
serunya terhadap orang berpakaian rapih lengkap dengan stelan jas dan dasi serba hitam.

Salah satu dari dua orang itu keluar. "Selamat pagi Nyonya Esmeralda. Kami berdua di perintahkan
untuk menjemput dan mengantarkan Nona Marisol ke sekolah atas perintah dari Tuan Roberto," jelas
orang itu.

" Tunggu dulu sebentar. Marisol masih sarapan mungkin tidak lama lagi," jawab Esmeralda.

Orang itu menengok temannya yang di dalam mobil dan sedetik kemudian temannya itu keluar. "Kami
akan menunggu di sini," ucapnya.

Esmeralda mengangguk dan kembali ke dalam menuju ruang makan. Marisol sudah menghabiskan
piring ketiganya menghabiskan semua gado-gado yang di masak Ibu tirinya itu. Marisol meneguk segelas
susu sebelum akhirnya dia berdiri dan berjalan menuju luar. "Aku tahu," sergah Marisol memotong
Esmeralda yang hendak berbicara terhadapnya. Mulut Esmeralda sudah terbuka tetapi belum ada suara
yang dia keluarkan. Esmeralda membawakan tas Marisol yang tertinggal di kursi makan mengikuti
Marisol dari belakang.

"Selamat pagi Nona," sapa dua orang berpakaian rapih itu kepada Marisol yamg melangkah ke luar.

"Ayo pergi." Marisol berjalan melewati kedua orang itu tanpa melihat mereka. Satu di antara mereka
berjalan setengah berlari dan bergegas membukakan pintu. Salah satunya lagi membungkuk pada
Esmeralda dan kemudian bergegas masuk ke dalam mobil untuk menyalakan mesin mobil kembali.
"Hati-hati di jalan sayang," teriak Esmeralda.

Marisol menutup jendela mobil tanpa membalas ucapan Esmeralda. Tatapan Marisol mengisyaratkan
agar mereka segera berangkat. "Siap Nona," ucap Sang Supir dan mereka pun akhirnya berangkat hingga
tidak lagi terlihat oleh Esmeralda.

Matahari sudah cukup tinggi ketika Marisol tiba di sekolah barunya. Pintu mobil telah di bukakan oleh
sang Bodyguard anggap saja mereka Bodyguard. Marisol melenggang keluar dari mobil dengan begitu
santainya.

Beberapa staf dan guru sudah menunggu di depan sebuah gedung yang terletak di sebelah gerbang yang
tertutup. Gedung itu merupakan gedung bagian Tata Usaha dan menjadi salah satu akses masuk
kedalam kawasan sekolah karena kalau sudah siang sesuai peraturan gerbang sudah di tutup dan di
gembok.

"Selamat datang di sekolah kami," sapa seluruh guru dan staf yang ada di depan menyambut
kedatangan Marisol dengan suka cita.

Marisol memandangi mereka satu persatu dengan nada yang pelan dia membalas, "terima kasih."
Marisol berjalan lurus menembus barisan dan masuk ke dalam gedung hingga akhirnya keluar gedung
dan masuk kawasan sekolah.

"Maaf! Mungkin Nona Marisol lagi kurang sehat," ucap salah satu Bodyguard Marisol untuk mengobati
kekecewaan semua orang yang menyambut Marisol. Semua orang kembali tersenyum.

Di depan Marisol terbentang luas lapangan sepak bola, lapangan basket, lapangan voli dan lapangan
tenis meja yang berjejeran seolah menjadi satu dan membentuk taman yang begitu luas. Di sekeliling
lapang berdiri gedung-gedung setinggi tiga lantai.
Marisol melihat ke gedung terdekat lalu berjalan ke arahnya. Di gedung itu berjejeran kelas untuk kelas
3. Marisol dengan enteng masuk ke ruang kelas yang paling dekat dengannya.

Guru yang kala itu sedang menerangkan pelajaran di depan kelas dan seluruh siswa yang hadir nampak
terkejut melihat Marisol yang nampak asing bagi mereka terlebih lagi Marisol duduk di bangku guru.
"Permisi! Ada yang bisa saya bantu?" tanya Luis guru yang sedang mengajar di kelas itu. Luis langsung
menghampiri Marisol ke bangkunya. "Permisi!"

Marisol yang sedang duduk di bangku guru dengan santainya menjawab, "aku duduk di sini sebelum ada
bangku kosong untukku," katanya sembari mengibas-ngibaskan tangannya. "Panas. Aku juga capek
sudah berjalan jauh menuju kelas ini."

Luis heran mendengar jawaban dari Marisol. "Tapi ini bangku khusus untuk guru, saya guru di sini tolong
jangan duduk di sini dan kenapa kamu seenaknya masuk ke dalam kelas tanpa pemirsi?"

Marisol menaruh kepalanya pada kedua tangan yang dilipat di atas meja. Menjawab pertanyaan Pak Luis
tanpa melihat. "Aku murid pindahan baru dan aku capek jadi biarkan aku istirahat dulu."

"Murid baru? Saya tidak tahu ada murid baru di kelas ini," balasnya. Luis menatap murid lainnya yang
juga sama-sama bingung dengannya. "Kalian tahu akan ada murid baru di kelas 3?"

"Tidak Pak," kata beberapa murid serempak dan ada juga yang hanya menggelengkan kepalanya.

Luis yang kala itu sedang mengajar merasa terganggu dengan kehadiran Marisol yang seenaknya.
Untung saja Luis guru yang paling sabar,tenang dan tak pernah marah. Guru yang paling di sukai oleh
kebanyakan murid wanita karena memiliki paras yang tampan masih muda dan suka berbagi jajanan
seperti cireng, bala-bala dan gorengan. Ketika Luis hendak melanjutkan pelajaran tiba-tiba terdengar
suara ketukan pintu yang membuat Luis langsung menengok ke sebelah kiri meskipun pintu ada di
sebelah kanan.
"Permisi Pak Luis apa Marisol ada di dalam?" kata seorang guru berbadan tegap sedikit berotot dan
berpostur tubuh sekitar 180cm namanya Harry. Konon katanya ketika beliau lahir orang tuanya sangat
menyukai film Lord of the rings makanya mereka memberikan nama Harry.

"Silahkan masuk Pak Harry," seru Luis. "Marisol. Marisol siapa yang Bapak maksud?" tanyanya sambil
berjalan menemui Harry.

Harry langsung masuk ke dalam kelas melangga-melonggo melihat seisi kelas. "Pak Luis apa tadi ada
anak baru yang masuk sini?" tanyanya.

"Apa maksud Bapak murid perempuan itu? Katanya yang menunjuk ke arah Marisol.

"Iya itu. Itu Marisol. Tunggu, apa dia tidur?" tanyanya. Harry datang menghampiri Marisol yang
membenamkan kepalanya diantara kedua tangan yang tergeletak di atas meja. Marisol bangun ketika
Harry sudah semakin dekat. "Kebetulan sekali kamu bangun Marisol ayo ikut Bapak ke kelas kita mulai
belajar," katanya.

"Bukannya aku sudah di kelas," jawab Marisol cepat.

"Iya tapi ini bukan kelas kamu. Ini kelas 3 sedangkan kamu kelas 2," jelas Harry

Marisol berdiri dari bangku dibantu kedua tangan yang memegang meja. "Mulai sekarang ini jadi kelas 2.
Kelas 3 pindah saja ke sana. Aku suka kelas ini, kelas ini paling dekat dengan gerbang," sergah Marisol.

"Hah!" jawab semua orang yang ada di sana termasuk Harry, Luis, seluruh siswa bahkan Mang Asep yang
ketika itu sedang berjalan melewati kelas dan juga hendak mengambil tong sampah yang penuh.

"Tidak semudah itu Marisol. Kelas-kelas sudah diatur sedemikian rupa berjejeran agar terlihat rapi dan
juga untuk memudahkan semua orang dalam mencari kelas. Rasanya aneh kalau tiba-tiba ada kelas 2 di
jajaran kelas 3," jelas Harry.
Luis datang menghampiri berdiri di sebelah Harry. "Iya Marisol nanti banyak yang bingung dan juga
harus ada izin dari Bapak Kepala Sekolah dulu," lanjutnya.

"Semudah itu? Hanya perlu izin," tegas Marisol. "Aku mau kelas ini sekarang menjadi kelas 2," lanjutnya.

Tiba-tiba datang sesosok pria setengah baya dengan segala pesonanya yang membuat semua orang
akan menundukkan kepalanya dengan tanpa sadar. "Saya izinkan," katanya.

"Pak Kepala Sekolah," kata Harry dan Luis serentak kemudian menundukkan kepala mereka.

"Selamat pagi Marisol!" sapa Bapak kelapa sekolah yang melangkahkan kakinya agar lebih dekat lagi
dengan Marisol.

"Pagi," jawab Marisol singkat dengan senyum yang terkesan jahat.

Anda mungkin juga menyukai