Anda di halaman 1dari 3

Pernahkah kamu menonton acara lenong di televisi?

Atau ketika salah seorang di acara televisi


berinteraksi dengan penontonnya sambil berteriak: “Oi penontoooon!”

Biasanya, sapaan tersebut akan dilanjutkan kalimat-kalimat berima seperti misalnya,

“Jalan-jalan ke rumah nenek. Pulangnya membeli semangka. Muka boleh keliatan jelek.
Tapi hati siapa yang sangka?”

Sehabis ngomong, para penonton bertepuk tangan riuh.

Pantun adalah salah satu puisi lama yang tersusun dari empat baris, berisi sampiran dan
isi, dan mempunyai rima a-b-a-b. Oke, oke, kita akan bahas satu per satu ya. Dari mulai apa itu
sampiran dan isi, rima, dan bagaimana cara cepat membuat pantun dengan mudah.

Supaya lebih mudah membahas pengertian pantun serta berbagai kata aneh seperti “Sampiran”
dan lainnya itu, lebih baik kita langsung membedah salah satu pantun berikut ya:

Jalan-Jalan ke rumah nenek

Pulangnya membeli semangka

Muka boleh kelihatan jelek

Tapi hati siapa yang sangka?

Jika kita memecah pantun tersebut menjadi dua bagian, maka akan terlihat dua bagian yang
berbeda. Bagian pertama akan seperti ini:

Jalan-jalan ke rumah nenek

Pulangnya membeli semangka

Setelah kita pecah, bagian pertama ini, kalau kita perhatikan, seperti tidak mempunyai makna
apapun. Dua baris awal ini lah yang disebut “sampiran” dalam puisi. Tujuan dari sampiran
adalah memancing pembaca atau pendengar mengetahui “makna sebenarnya” yang akan
disampaikan pada dua kalimat selanjutnya.
Sementara bagian kedua dari pantun tadi:

Muka boleh keliatan jelek

Tapi hati siapa yang sangka?

Kedua baris ini merupakan “isi” dalam pantun. Baris ini lah yang sebetulnya ingin
disampaikan oleh sang pembuat pantun. Jadi, ketika pantun ini dibacakan, orang-orang akan
menyadari “Oh, berarti hati seseorang lebih penting daripada fisiknya.” Bukannya “Oh, kalau
dari rumah nenek kita akan beli semangka.”

Baca juga: Pengertian dan Ciri-Ciri Gurindam

Hal lain yang penting dalam pembuatan pantun adalah bagian rima a-b-a-b. Kalau kamu
perhatikan, dalam pantun “Siapa Sangka” tadi, rima akhir kalimatnya berupa “ek”, “ka”, “ek”,
dan “ka”. Pengulangan ini disebut dengan a-b-a-b.

Lain halnya kalau kamu membuat pantunnya menjadi;

Jalan-jalan ke rumah nenek

Pulangnya membeli cobek

Muka boleh keliatan jelek

Udah jelek, peliharannya bebek

Rima yang ada di atas termasuk ke dalam a-a-a-a. Itu artinya, sesuai dengan ciri-ciri pantun yang
ada, kalimat tersebut BUKAN tergolong ke dalam pantun. Selain tidak termasuk ke dalam
jenis pantun, isinya ngeledekin orang dan tidak nyambung. Jahat! Bisa-bisa orang yang baca
jadi sakit hati.

Gimana, sudah mulai paham struktur dari pantun, ‘kan?

Pertanyaan selanjutnya adalah, bagaimana cara membuat pantun dengan cepat dan mudah?

Untuk bisa membuat pantun dengan kecepatan tinggi seperti artis lenong atau komedian di
televisi, tentu hal yang perlu kamu pikirkan pertama kali adalah: tema!

Tentukan jenis pantun yang mau kamu buat. Kamu bisa saja membuat jenis pantun nasehat,
pantun asmara, atau jenis pantun jenaka seperti pada contoh di atas. Setelahnya, buatlah isi (dua
kalimat akhir) dari pantun kamu.

Contohnya, kalau kamu ingin membuat pantun tentang “Larangan Membuang Sampah”, dua
kalimat akhir (isi) dari pantun kamu bisa saja menjadi:

Siapakah ini yang buang sampah

Apakah dia tidak memikrkan kotornya?


Setelah mendapatkan dua baris ini, langkah selanjutnya adalah membuat sampiran pantunmu.
Untuk membuat sampiran ini, kamu perlu memerhatikan rimanya terlebih dahulu. Carilah kata-
kata yang berakhiran sama dengan “sampah” untuk kalimat pertama dan “kotornya” untuk
kalimat kedua. Sehingga pantun kamu menjadi lengkap seperti ini:

Pohon mangga banyak getah

Di bawahnya ada si nyonya

Siapakah ini yang buang sampah

Apakah dia tidak memikirkan kotornya?

Kalau kita rangkum, urutan membuat pantun dengan cara cepat adalah seperti ini:

Anda mungkin juga menyukai