Anda di halaman 1dari 9

Penebang Kayu

Orientasi
Suatu ketika, seorang pemuda yang sangat kuat meminta pekerjaan pada seorang saudagar kayu, dan dia mendapatkannya. Upah yang
ditawarkan sesuai dengan keinginannya, lokasi pekerjaannya pun dekat dengan rumahnya. Oleh karena itu, sang pemuda bertekad untuk
bekerja dengan sungguh-sungguh.
Akhirnya, saudagar memberinya kapak dan menunjukkan area tempat penebangannya. Hari pertama penebang pohon membawa 21 batang
pohon.
"Wah, hebat kamu kuat sekali, bisa membawa pulang kayu sebanyak ini dalam satu hari," kata saudagar kayu yang merupakan atasannya
sekarang.

Perumitan Peristiwa
Termotivasi oleh perkataan itu, sang pemuda menebang kayu dengan usaha yang lebih keras keesokan harinya. Tetapi, hari itu ia hanya bisa
membawa 17 batang pohon. Hari ketiga dia berusaha lebih keras lagi, tetapi dia hanya bisa membawa 10 pohon. Hari demi hari, pohonnya
makin berkurang.

Komplikasi
"Aku pasti telah kehilangan kekuatanku," pikir penebang kayu itu. Dia menghadap kepada saudagar kayu dan meminta maaf, mengatakan
bahwa dia tidak mengerti apa yang sedang terjadi.

Resolusi
"Kapan terakhir kali kau mengasah kapak yang kau gunakan?" tanya bos itu. "Mempertajam? Saya tidak punya waktu untuk mengasah kapak
saya. Saya sangat sibuk mencoba menebang pohon."

Koda
Terkadang bekerja keras saja tidaklah cukup untuk mencapai kesuksesan. Kita juga harus bekerja dengan cerdas! Pemuda itu sebetulnya
memiliki potensi yang hebat untuk memotong kayu.
Sayangnya, ia tidak memiliki sikap yang tepat untuk dapat berhasil dalam tugas khusus ini. Melalui kerja keras dan sikap yang cerdas, tidak
ada yang mustahil dalam hidup ini.

Gajah yang Diikat Tali

Orientasi
Seorang lelaki berjalan melewati kamp gajah, dia menemukan gajah itu tidak disimpan di dalam kandang atau diikat menggunakan tali.

Perumitan Peristiwa
Semua yang menahan mereka untuk keluar dari kamp, adalah hanya seutas tali yang diikat ke satu di antara kaki mereka.

Komplikasi
Ketika lelaki itu memandangi gajah itu, dia benar-benar bingung mengapa gajah itu tidak hanya menggunakan kekuatannya untuk memutus
tali untuk melarikan diri dari kemah. Mereka dapat melakukan ini dengan mudah, tetapi sebaliknya mereka tidak bekerja keras sama sekali.
Karena penasaran dan ingin tahu jawabannya, ia bertanya kepada pelatih di dekatnya mengapa gajah itu hanya berdiri di sana dan tidak
pernah mencoba melarikan diri.

Resolusi
Kemudian pelatih itu menjawab,
Ketika mereka (gajah) kecil dan kecil, kami mengikat mereka ke masa kini dengan seutas tali berukuran sama. Makin besar gajah, mereka
masih percaya bahwa mereka tidak dapat melarikan diri dari tali dan dapat menangkapnya sehingga mereka tidak pernah mencoba untuk
melarikan diri.
Satu-satunya alasan gajah tidak bisa melarikan diri dari kamp adalah karena mereka pikir itu tidak mungkin terjadi seiring waktu.

Koda
Pesan moral dalam cerita:
Tidak peduli berapa banyak dunia berusaha untuk menghentikan Anda, selalu percaya bahwa apa yang ingin Anda capai adalah mungkin.
Percaya bahwa Anda bisa sukses adalah langkah paling penting untuk mencapai kesuksesan.
Gelandangan Berhasil Masuk Harvard dan dapat Beasiswa

Orientasi
Siapa yang tidak kenal Universitas Harvard? Universitas Amerika yang terkenal ini telah menjadi impian yang dapat dipelajari kebanyakan
orang di sini. Universitas Harvard adalah satu di antara universitas terbaik di dunia. Universitas ini terletak di Cambridge, Massachusetts,
AS, dan didirikan pada 1636.
Selain kekuatan akademis, universitas ini adalah universitas tertua di Amerika Serikat. Tidak heran proses penerimaan di Harvard sangat
ketat.
Tak hanya itu, mereka yang bisa memasuki Ivy League biasanya dari keluarga kaya. Ini tidak berarti bahwa siswa dengan latar belakang
sederhana tidak dapat diterima.
Sama seperti seorang remaja bernama Athena Capo-Battaglia dari New York, AS, ia bahkan dapat memasuki Harvard dari keluarga yang
bukan penduduk. Meski tidak memiliki perumahan dan tempat tinggal, Athena dapat belajar dengan baik sampai dia diterima di Universitas
Harvard.

Perumitan peristiwa
Kisah Athena disebarluaskan oleh Universitas Harvard beberapa waktu lalu. Karena Athena berasal dari keluarga miskin, mereka bahkan
tidak punya rumah.
Ibu Athena hanya dapat membayar sewa jika dia harus tinggal di tempat penampungan. Selain itu, sang ibu mengidap kanker payudara dan
neneknya meninggal. Hal ini yang mendorong Athena untuk belajar dengan giat.

Komplikasi
"Saya merasa harus kuliah karena tempat ini bukan tempat yang saya inginkan. Saya berpikir, "Ya, ini cara saya keluar dan mungkin saya
bisa menemukan pekerjaan yang baik di masa depan," kata Athena.
Sebelum kehilangan rumahnya, Athena memang anak yang cerdas. Dia adalah siswa SMA Musik, Seni, dan Seni Pertunjukan Fiorello H.
LaGuardia, secara konsisten menghasilkan IPK 4,0. Ia juga merupakan kapten tim gimnastik. Sekolah itu adalah sekolah seniman terkenal,
seperti Jennifer Aniston, Al Pacino, dan Ansel Elgort.

Resolusi
"Aku menelepon temanku dan berteriak, 'Oh Tuhan, aku diterima di Harvard!' Itu sangat menggembirakan. Aku terbiasa menantang diriku
sendiri. Itulah yang aku lakukan seluruh hidupku," ungkap Athena, yang mengaku sedang dalam perjalanan dalam kereta ketika mengetahui
kabar baik tersebut.
Tak hanya berprestasi di akademis, Athena mengikuti program NYPD (New York City Police Department) di mana ia mendapat training
untuk membantu menjaga keamanan lingkungan.
Berkat program tersebut, ia berkesempatan belajar bela diri, teknik patroli, penanganan pertama kecelakaan, dan lain-lain. Gadis 18 tahun itu
pun menjadi salah seorang yang menerima beasiswa 1.000 dolar Amerika (Rp14 jutaan) dari kantor wali kota.

Koda
Kini Athena sudah tinggal di lingkungan kampus Harvard. Mahasiswa yang ingin mengambil jurusan Neurosains tersebut berencana untuk
kuliah sekaligus bekerja. Nantinya, ketika waktu liburan, ia akan berkunjung ke penampungan bersama sang ibu, yang juga menjadi relawan
NYPD. Athena bahkan terpikir untuk bergabung dengan kepolisian setelah lulus.

Riska dan Ulangan Fisika

Orientasi:
Riska merupakan siswa kelas XI di MA Al Ikhlas Ujung Bone. Dia merupakan anak pendiam yang jarang bersosialisasi dengan teman-
temannya. Ia merupakan anak tunggal, sementara kedua orang tuanya sibuk bekerja. Bahkan dalam kesehariannya di sekolah, Riska juga
jarang berkumpul dengan temannya.

Rangkaian Peristiwa:
Suatu hari Riska akan menghadapi ulangan yang paling tidak dia sukai, yaitu mata pelajaran Fisika. Urwa adalah teman sekelas yang juara
Fisika. Setiap ulangan dia selalu mencetak nilai terbaik di kelasnya. Riska sebenarnya ingin meminta bantuan Urwa untuk mengajarinya
belajar Fisika, tapi dia tidak berani bertanya.

Komplikasi:
Urwa merupakan anak yang mudah bergaul. Bahkan teman-temannya sering kali meminta bantuan mengajari semua pelajaran termasuk
Matematika. Melihat itu Riska ingin sesekali menyapa dan mengobrol dengan Urwa untuk mengajarinya Fisika.

Resolusi:
Suatu hari Urwa menyadari jika Riska tidak berani menyapanya duluan. Waktu jam istirahat Urwa menghampiri Riska dan mengajaknya
bicara. Setelah beberapa lama akhirnya Riska berani mengungkapkan keinginannya untuk belajar Fisika bersama Urwa.

Setelah pulang sekolah, Riska mengajak teman-temannya untuk belajar bersama untuk persiapan ulangan Matematika besok. Riska juga
diajak untuk bergabung dengan teman-teman lainnya. Selama belajar bersama, mereka semua akhirnya bisa memahami soal-soal Fisika yang
dianggap sulit dikerjakan.

Koda:
Keesokan harinya, semua anak-anak kelas XI sukses mengerjakan ulangan Fisika. Bahkan semuanya mendapatkan nilai yang bagus
termasuk Riska. Setelah kejadian itu, Riska semakin mudah bergaul dengan teman-teman lainnya. Semua siswa akhirnya menyadari jika
setiap masalah akan bisa dicari jalan keluarnya jika mereka berusaha dengan baik.
Antara Kuliah dan Kerja

Orientasi:
Abadi adalah lulusan SMK jurusan Mesin. Ibunya bekerja sebagai pedagang nasi kuning sedangkan ayahnya adalah kuli bangunan.
Rencananya setelah lulus Abadi ingin sekali masuk ke jenjang perkuliahan agar bisa mendapatkan gelar ijazah untuk bekerja nantinya.

Rangkaian Peristiwa:
Namun beberapa waktu lalu, orang tua Abadi memintanya untuk bekerja. Apalagi adiknya masih kelas 6 SD dan membutuhkan biaya besar
karena tahun depan dia masuk ke jenjang SMP. Hal inilah yang membuat pilihan berat karena sebenarnya Abadi ingin kuliah dan belum siap
jika harus bekerja.

Komplikasi:
Setelah itu Abadi melamar ke sejumlah pabrik yang ada di dekat rumahnya. Bahkan juga mengirimkan lamaran pekerjaan di luar kota namun
belum juga mendapatkan panggilan. Akhirnya saat sedang galau, Abadi memutuskan untuk bermain ke beberapa teman sekolah dulu untuk
menanyakan lowongan pekerjaan.
Tibalah di rumah Isman, salah satu teman sekelasnya dulu. Isman kini bekerja bersama ayahnya, salah satu orang pemilik pabrik besar.
Kebetulan sedang membutuhkan karyawan untuk mengisi beberapa lowongan yang kosong.

Resolusi:
Keesokan harinya Abadi diminta datang ke pabrik milik ayah Isman. Setelah ada interview singkat akhirnya Abadi diterima bekerja di
pabriknya. Ayah Isman juga sangat baik dan sangat memahami kondisi keluarga Abadi.

Koda:
Beberapa bulan setelah bekerja, akhirnya Abadi bisa menabung dari gaji yang sudah ia kumpulkan. Biaya sekolah adiknya bisa ditanggung,
dan bisa menyisihkan uang untuk membayar biaya pendaftaran kuliah. Akhirnya pada tahun berikutnya, Abadi bisa bekerja sambil kuliah
setelah memiliki penghasilan sendiri.

Tabungan Ainun

Orientasi:
Sejak SD, Ainun telah mengenal tentang istilah menabung pangkal kaya. Sejak saat itu, Ainun menjadi gemar menabung. Ia menyimpan
uangnya di celengan ayam, plastik, dan berbagai celengan lainnya.

Rangkaian Peristiwa:
Tidak ada kesulitan bagi Ainun untuk menyisihkan sebagian uangnya agar dapat menabung setiap harinya. Namun sejak keluarganya
mengalami kesulitan, Ainun terpaksa membuka tabungannya. Ada saja yang dialami di keluarganya, baik kakaknya sakit lalu ibu dan juga
ayahnya.

Komplikasi:
Ada rasa kekesalan pada diri Ainun saat uang yang selama ini dia sisihkan untuk ditabung harus habis begitu saja. Ia juga kesal, kenapa
kakaknya tidak menabung seperti dirinya. Dia juga menyayangkan kenapa kedua orang tuanya juga tidak memiliki tabungan sama sekali.

Resolusi:
Pikiran-pikiran tersebut terus menghantui Ainun. Namun, Ainun sadar bahwa lebih baik jika lebih rajin menabung. Sejak saat itu, Ainun
memisahkan tabungannya. Satu tabungan untuk keluarganya dan satunya lagi untuk dirinya.

Koda:
Ainun akhirnya berhasil membeli sesuatu yang dia inginkan dengan tabungannya. Ainun tetap percaya bahwa menabung pangkal kaya. Ia
telah berhasil membantu orang tuanya di saat kesulitan. Hal itu membuat Ainun semakin semangat untuk menabung.
Persahabatan Agil dan Umar

Orientasi:
Agil dan Umar adalah dua orang yang telah menjalin hubungan persahabatan sangat lama. Agil adalah orang yang pendiam dan selalu
mengerti bagaimana karakter Umar. Sementara, Umar memiliki sifat yang berbanding terbalik dari Agil, ia sangat blak-blakan dan apa
adanya.

Rangkaian Peristiwa:
Walaupun ikatan persahabatan yang terjalin sudah lama, sifat Umar yang blak-blakan sering kali menyakiti orang lain. Agil sering berpikir
bahwa kenapa sifat sahabatnya ini tidak kunjung berubah sejak dulu?

Komplikasi:
Di suatu hari, Agil pernah menasihati Umar supaya ia harus berubah sifatnya dengan berkata "Umar, cobalah untuk merubah sifatmu. Jika
kelakuan terus seperti ini, banyak orang yang di sekitar akan menjauh, termasuk juga aku!"
Umar pun menjawabnya dan berkata "Kamu itu sahabatku. Pastilah sudah sejak dulu memahami sifatku seperti ini. Tapi kalau kamu sudah
tidak tahan dengan karakterku, tidak apa-apa jika ingin menyudahi pertemanan ini".

Resolusi:
Agil memang memiliki sifat yang baik sebagai sahabat. Ia memberikan nasehat untuk Umar agar berubah dengan alasan kesal dengan
karakternya yang terlalu blak-blakan dan tidak memahami situasi. Meskipun kesal, jika mengingat kebaikan Umar selama ini akan
meredakan rasa kesalnya itu.
Di hari-hari selanjutnya, bahkan hingga mereka lulus kuliah, Agil tidak meminta Umar untuk merubah sikapnya lagi. Ia yakin meskipun
tanpa diminta, Umar pasti akan sadar bahwa sifatnya yang terlalu blak-blakan dan tidak melihat perasaan orang lain kurang baik.

Koda:
Dalam sebuah hubungan persahabatan, memang sesekali harus memberikan nasehat untuk sahabat. Ini untuk kebaikannya sendiri. Namun,
saat dia mengatakan dengan mudah ingin memutuskan ikatan persahabatan, pikirkan kembali.
Alasannya, bisa jadi sahabat tersebut memang sudah memberikan begitu banyak kebaikan untuk kita. Seiring berjalannya waktu dan tumbuh
dewasa, pasti sifatnya akan berubah menjadi lebih baik lagi.

Gajah yang Diikat Tali

Orientasi:
Seorang lelaki berjalan melewati tenda gajah, dia menemukan gajah itu tidak disimpan di dalam kandang atau diikat menggunakan tali.

Rangkaian Peristiwa:
Adapun yang menahan si gajah untuk keluar dari tenda hanya seutas tali yang diikat ke salah satu kaki mereka.

Komplikasi:
Ketika lelaki itu memandangi gajah itu, dia benar-benar bingung mengapa gajah itu tidak menggunakan kekuatannya untuk memutus tali
agar bisa melarikan diri dari kemah. Mereka dapat melakukan ini dengan mudah, tetapi sebaliknya mereka tidak bekerja keras sama sekali.
Karena penasaran dan ingin tahu jawabannya, ia bertanya kepada pelatih di dekatnya mengapa gajah itu hanya berdiri di sana dan tidak
pernah mencoba melarikan diri.

Resolusi:
Kemudian pelatih itu menjawab, "Ketika mereka (gajah) kecil, kami mengikat mereka dengan seutas tali berukuran sama. Meskipun gajah
tumbuh besar, mereka masih percaya bahwa mereka tidak dapat melarikan diri dari tali tersebut dan dapat menangkapnya sehingga mereka
tidak pernah mencoba untuk melarikan diri".
Satu-satunya alasan gajah tidak bisa melarikan diri dari tenda adalah karena mereka pikir itu tidak mungkin terjadi seiring waktu.

Koda:
Tidak peduli berapa banyak dunia berusaha untuk menghentikan, selalu percaya bahwa apa yang ingin dicapai adalah mungkin. Percaya
bahwa bisa sukses adalah langkah paling penting untuk mencapai kesuksesan.
Penebang Kayu

Orientasi:
Suatu ketika, seorang pemuda yang sangat kuat meminta pekerjaan pada seorang saudagar kayu, dan dia mendapatkannya. Upah yang
ditawarkan sesuai dengan keinginannya, lokasi pekerjaannya pun dekat dengan rumahnya. Oleh karena itu, sang pemuda bertekad untuk
bekerja dengan sungguh-sungguh.
Akhirnya, saudagar memberinya kapak dan menunjukkan area tempat penebangannya. Hari pertama penebang pohon membawa 21 batang
pohon.
"Wah, hebat kamu kuat sekali, bisa membawa pulang kayu sebanyak ini dalam satu hari," kata saudagar kayu yang merupakan atasannya
sekarang.

Rangkaian Peristiwa:
Termotivasi oleh perkataan itu, sang pemuda menebang kayu dengan usaha yang lebih keras keesokan harinya. Tetapi, hari itu ia hanya bisa
membawa 17 batang pohon. Hari ketiga dia berusaha lebih keras lagi, tetapi dia hanya bisa membawa 10 pohon. Hari demi hari, pohonnya
makin berkurang.

Komplikasi:
"Aku pasti telah kehilangan kekuatanku," pikir penebang kayu itu. Dia menghadap kepada saudagar kayu dan meminta maaf, mengatakan
bahwa dia tidak mengerti apa yang sedang terjadi.

Resolusi:
"Kapan terakhir kali kau mengasah kapak yang kau gunakan?" tanya bos itu. "Mempertajam? Saya tidak punya waktu untuk mengasah kapak
saya. Saya sangat sibuk mencoba menebang pohon."

Koda:
Terkadang bekerja keras saja tidaklah cukup untuk mencapai kesuksesan. Kita juga harus bekerja dengan cerdas! Pemuda itu sebetulnya
memiliki potensi yang hebat untuk memotong kayu.
Sayangnya, ia tidak memiliki sikap yang tepat untuk dapat berhasil dalam tugas khusus ini. Melalui kerja keras dan sikap yang cerdas, tidak
ada yang mustahil dalam hidup ini.

Perjuangan Seorang Ayah

Orientasi:
Orang tua pasti akan melakukan apa saja dan selalu berjuang demi anaknya, begitu juga dengan kisah ayah yang satu ini. Ayah tersebut
bernama Jalandhar Nayak yang mempunyai 3 orang anak. Jalandhar bersama keluarganya tinggal di desa terpencil bagian timur India.

Rangkaian Peristiwa:
Ia dan keluarganya bahkan menjadi satu-satunya keluarga yang masih tinggal di desa Gumsahi, negara bagian Orissa, bagian timur India
karena orang lain sudah pindah ke desa lain yang memiliki akses jalan dan fasilitas yang lebih layak.
Ketiga anak Jalandhar bersekolah di kota yang berjarak sekitar 10 km dari tempat tinggalnya. Anak-anaknya harus melewati medan yang
terjal dengan mendaki 5 bukit dan butuh waktu 3 jam untuk sampai ke sekolahnya. Sehingga anaknya sulit untuk pulang setiap akhir pekan
apalagi untuk pulang-pergi setiap hari.

Komplikasi:
Jalandhar sangat ingin untuk hidup bersama dengan ketiga anaknya itu setiap hari. Namun karena keadaannya yang serba sulit, Jalandhar
harus rela membiarkan anak anaknya untuk menuntut ilmu di tempat yang jauh dan bertemu dengannya setiap akhir pekan.

Resolusi:
Karena keinginannya tersebut akhirnya ayah tiga orang anak ini memutuskan untuk membuka jalan baru. Dengan peralatan sederhana seperti
linggis dan kapak, Ia membuka jalan dengan rute yang lebih mudah. Ia memotong batu dan menyingkirkan batu-batu besar.
Kegiatan membuka jalan ini telah dilakukannya selama 2 tahun terakhir, ia memulai pekerjaan setiap pukul 6 pagi dan bekerja selama kurang
lebih 8 jam setiap harinya. Hingga saat ini, Jalandhar sudah berhasil membuat jalan sepanjang 8 km yang menurut laporan reporter media
lokal yang dilansir dari BBC India, jalan tersebut bahkan bisa dilewati kendaraan. Jalandhar berharap jika jalan yang dibuatnya sudah jadi,
ketiga anaknya bisa pulang lebih sering di akhir pekan atau saat liburan sekolah tiba.

Koda:
Aksi perjuangan ayah yang satu ini menarik perhatian masyarakat dan pemerintah India. Jalandhar sangat peduli terhadap kelestarian
lingkungan. Selama pembangunan jalan tersebut, ia selalu berusaha agar tidak ada pohon yang ditebang. Kerja kerasnya membuahkan hasil,
ia diberikan upah oleh pemerintah dan untuk 7 km rute yang belum diselesaikan untuk mencapai sekolah sang anak, akan dilanjutkan oleh
pemerintah.
Dari perjuangan Jalandhar, kita bisa mengambil pelajaran bahwa keluarga adalah harta yang paling berharga dan ayah merupakan pahlawan
tanpa tanda jasa yang rela berjuang dan berkorban demi kesuksesan anak-anaknya.
Relawan Difable

Orientasi:
Di tengah pandemik virus Corona, banyak hal yang bisa dilakukan agar tetap produktif entah dengan bekerja dari rumah, membuka donasi
melalui berbagai platform, menjadi relawan, bahkan melakukan aksi sosial untuk membantu memenuhi kebutuhan sesama terutama kepada
mereka yang terpaksa berhenti bekerja akibat pandemik ini.
Kasus bertambahnya orang yang terjangkit virus Corona, membuat masyarakat tergerak hatinya untuk membantu para tenaga medis berjuang
melawan virus corona dengan membuat APD (Alat Pelindung Diri).

Rangkaian peristiwa:
Kisah relawan difabel bernama Norfarrah Syahirah Shaari tengah menjadi perbincangan media Malaysia usai videonya yang sedang menjahit
Alat Pelindung Diri menggunakan mesin jahit diunggah ke laman media sosial. Yang membuat netizen terharu, ia menjahitnya tidak
menggunakan tangan melainkan dengan kaki. Nofarrah merupakan penjahit yang berkebutuhan khusus karena tidak memiliki tangan.
Menurutnya, menjadi relawan membuatnya gembira. Ia menjadi bagian dari proyek #CommunityToComunity, sebuah pogram Charity and
Social Responsibility yang melibatkan 10 anggota dari Community College Teluk Intan, Malaysia. Kegiatan menjahit APD diadakan oleh
sekelompok relawan yang terdiri dari 20 penjahit komunitas. Tujuan pembuatan APD adalah untuk membantu para tenaga medis di Rumah
Sakit Teluk dan Klinik Kesehatan Teluk Intan.

Komplikasi:
Nofarrah dan relawan lainnya menjahit kain sepanjang 400 meter yang sebelumnya sudah dibentuk pola oleh salah satu pihak perguruan
tinggi setempat yang kemudian dijahit dengan menggunakan mesin jahit untuk menghasilkan hazmat sebagai alat pelindung diri para tenaga
medis.

Resolusi:
Banyak warga net yang penasaran, bagaimana Noffarah yang mempunyai keterbatasan fisik dapat menjahit APD. Videonya yang sedang
menjahit diunggah diberbagai laman media sosial dan media lainnya. Dalam video tersebut, ia memperlihatkan kepiawaiannya dalam
menggunakan mesin jahit mulai dari menjahit, menggunting, sampai Alat Pelindung Diri (APD). Ia selalu semangat untuk menjalani
hidupnya dengan segala keterbatasan yang ada.

Koda:
Baginya, hidup di dunia harus bermanfaat bagi orang lain. Saat menjadi relawan covid-19, ia merasa hidupnya semakin berharga dan
membuatnya bahagia.

Pagar yang Berlubang

Orientasi:
Seorang anak kecil yang pemarah tinggal bersama ayahnya yang mulai muak dengan sikapnya. Ingin memberi pelajaran, sang ayah akhirnya
memberinya sekantong paku. Setiap anak itu marah, ia harus menancapkan satu paku ke pagar.

Rangkaian Peristiwa:
Di hari pertama, anak itu menancapkan 37 paku. Beberapa hari kemudian ia mulai sadar bahwa lebih mudah untuk mengendalikan
amarahnya daripada menancapkan banyak paku ke pagar. Maka ia mulai bisa mengendalikan amarahnya, terlebih lagi beberapa minggu ke
depannya.

Komplikasi:
Akhirnya, tibalah saatnya anak itu tidak marah sama sekali. Ia pun memberitahu ayahnya. Kemudian sang ayah menyarankannya untuk
melepaskan paku-paku yang telah tertancap itu agar amarahnya semakin terkendali lagi.

Resolusi:
Hari-hari pun berlalu, akhirnya anak itu bisa memberitahu ayahnya bahwa semua paku telah terlepas. Sang ayah mengajaknya ke pagar itu.
Saat sampai di depan pagar, sang ayah berkata, "Kamu berhasil melakukannya, Nak, tetapi lihat lubang-lubangnya. Kini pagar itu berbekas
dan tak akan menjadi sama lagi. Begitu pula ketika kamu menancapkan amarah kepada orang lain."

Koda:
Tak peduli berapa kali Anda minta maaf, hati orang yang Anda marahi akan tetap terluka. Jadi, kendalikan emosimu, jangan sampai Anda
menyesal karena sesuatu yang Anda katakan ketika sedang marah dan tak bisa berpikir jernih. Jadi, ketika Anda ingin marah, tenangkan dulu
dirimu agar bisa berpikir jernih dan menemukan solusi terbaik.
Anak Kecil dan Pelayan

Orientasi:
Beberapa tahun lalu ketika harga es krim di Amerika masih jauh lebih murah, seorang anak kecil memasuki kedai es krim. Setelah ia
menduduki salah satu kursi, seorang pelayan menanyakan pesanannya.

Rangkaian Peristiwa:
Tidak langsung memesan, anak terlebih dahulu bertanya, "Berapa harga es krim Sundae?". Pelayan menjawab datar, "Harganya 50 sen."
Anak itu menghitung uangnya, kemudian bertanya lagi, "Berapa sen untuk es krim biasa?"

Komplikasi:
Melihat para pelanggan lainnya yang sedang menunggu, si pelayan jadi tak sabar dan menjawabnya dengan ketus, "35 sen." Anak itu
kembali menghitung uangnya lalu berkata, "Baiklah, aku pesan es krim biasa." Setelah mengantarkannya beserta tagihan, si pelayan pergi
melayani yang lain.

Resolusi:
Saat ia kembali ke meja itu untuk membersihkannya, anak itu sudah pulang usai menghabiskan es krimnya. Namun ia menemukan sesuatu di
samping piring kosong. Betapa kaget dirinya ketika mendapati bahwa itu adalah tip untuknya sejumlah 15 sen.

Koda:
Jangan pernah menghakimi, apalagi menghina seseorang dari penampilan atau bahkan hartanya. Mungkin saja ia yang kau hakimi dan hina
itu menjadi penolongmu di masa depan, sehingga Anda akan merasa tak enak.

Petani dan Tukang Roti

Orientasi:
Ada seorang petani yang sering menjual mentega ke seorang tukang roti. Si petani juga rutin membeli satu pon roti dari tukang roti itu.

Rangkaian Peristiwa:
Suatu hari, tukang roti menimbang mentega untuk mengetahui apakah ia mendapatkan jumlah yang sesuai dengan permintaannya. Ia
mendapati bahwa jumlahnya kurang. Jadi, ia membawa petani itu ke pengadilan.

Komplikasi:
Hakim menanyakan takaran apa yang digunakan untuk menimbang mentega kepada si petani. Petani itu mengatakan bahwa ia adalah
seorang primitif, sehingga ia tidak memiliki takaran untuk menimbang menteganya. Hakim pun bertanya, "Lalu bagaimana Anda
menimbangnya?"

Resolusi:
Petani itu menjawab, Yang Mulia, jauh sebelum tukang roti itu mulai membeli mentega saya, saya telah membeli satu pon rotinya. Setiap
saat ia membawakan roti, saya menimbangkannya dan memberikan mentega dengan berat yang sama. Jadi, jika memang ada yang harus
disalahkan, itu adalah si tukang roti."

Koda:
Di dalam kehidupan, Anda akan mendapatkan apa yang Anda berikan. Jadi, jangan pernah coba menipu orang lain.

Orang Bijak

Orientasi:
Seorang bijak dikunjungi beberapa orang yang mengeluh tentang masalah yang sama berulang-ulang kali. Suatu hari ia menceritakan lelucon
kepada mereka, hingga mereka tertawa terbahak-bahak.

Rangkaian Peristiwa:
Setelah diam beberapa menit, ia menceritakan lelucon yang sama lagi dan hanya sedikit yang tersenyum. Beberapa dari mereka bahkan mulai
memasang wajah masam.

Komplikasi:
Setelah beberapa detik, ia kembali menceritakan lelucon yang sama. Kali ini tidak ada satu pun yang tersenyum maupun tertawa.

Resolusi:
Akhirnya orang bijak itu memandang mereka semua sambil tersenyum. Kemudian ia berkata, "Kalau kalian tidak bisa menertawakan lelucon
yang sama berulang kali, kenapa kalian selalu mengeluhkan masalah yang sama?"

Koda:
Merasakan kesenangan akan hal yang sama berulang kali saja terasa sulit. Maka jangan pula mengeluhkan hal yang sama berulang kali,
karena itu pasti menyulitkan dirimu dengan lebih parah. Berhenti membuang waktumu dengan mengeluh, karena itu tidak berguna.
Belajar dari Sebuah Kepompong

Orientasi:
Seorang anak sedang bermain dan menemukan kepompong kupu-kupu di sebuah dahan yang rendah. Diambilnya kepompong tersebut dan
tampak ada lubang kecil di sana.

Rangkaian Peristiwa:
Anak itu tertegun mengamati lubang kecil tersebut karena terlihat ada seekor kupu-kupu yang sedang berjuang untuk keluar membebaskan
diri melalui lubang tersebut. Lalu tampaklah kupu-kupu itu berhenti mencoba, dia kelihatan sudah berusaha semampunya dan nampaknya
sia-sia untuk keluar melalui lubang kecil di ujung kepompongnya.
Melihat fenomena itu, si anak menjadi iba dan mengambil keputusan untuk membantu si kupu-kupu keluar dari kepompongnya. Dia pun
mengambil gunting lalu mulai membuka badan kepompong dengan guntingnya agar kupu-kupu bisa keluar dan terbang dengan leluasa.

Komplikasi:
Begitu kepompong terbuka, kupu-kupu pun keluar dengan mudahnya. Akan tetapi, ia masih memiliki tubuh gembung dan kecil. Sayap-
sayapnya nampak masih berkerut. Anak itu pun mulai mengamatinya lagi dengan seksama sambil berharap agar sayap kupu-kupu tersebut
berkembang sehingga bisa membawa si kupu-kupu mungil terbang menuju bunga-bunga yang ada di taman.

Rasolusi:
Harapan tinggal harapan, apa yang ditunggu-tunggu si anak tidak kunjung tiba. Kupu-kupu tersebut terpaksa menghabiskan sisa hidupnya
dengan merangkak di sekitarnya dengan tubuh gembung dan sayap yang masih berkerut serta tidak berkembang dengan sempurna. Kupu-
kupu itu akhirnya tidak mampu terbang seumur hidupnya.

Koda:
Si anak rupanya tidak mengerti bahwa kupu-kupu perlu berjuang dengan usahanya sendiri untuk membebaskan diri dari kepompongnya.
Lubang kecil yang perlu dilalui akan memaksa cairan dari tubuh kupu-kupu masuk ke dalam sayap-sayapnya sehingga dia akan siap terbang
dan memperoleh kebebasan.

Bunga untuk Ibu

Orientasi:
Gerai bunga milik Pak Mulham tengah ramai dikunjungi oleh pembeli. Ia pun sibuk memindahkan ratusan karangan bunga ke atas mobil
pikap miliknya. Di tengah kesibukannya, seorang bocah laki-menghampirinya, dan berkata, "Maaf, Pak, kalau harga karangan bunga yang
kecil itu berapa?"
Pak Mulham menghiraukannya untuk beberapa saat, kemudian menjawab "lima puluh ribu, dik", jawabnya.
"Maaf, Pak, apakah ada yang tiga puluh ribu saja?" balas bocah itu.
Kali ini pak Mulham menatap wajah bocah itu dan tersadar tampaknya bocah itu masih duduk di bangku SD. Pak Muham kemudian
melanjutkan percakapan,
"Untuk siapa bunganya, Dik? Bunganya boleh diambil dengan tiga puluh ribu saja," jawabnya sambil tersenyum.
"Terima kasih, Pak, untuk Ibu saya".

Rangkaian Peristiwa:
"Adik ke sini jalan kaki? Pulangnya ke mana?"
"Ke arah Samata, Pak", jawab gadis itu.
"Saya juga kebetulan menuju ke arah sana, kalau mau sekalian bapak antar saja".
Awalnya, bocah itu tampak ragu, namun akhirnya menerima tawaran Pak Mulham.
Pak Mulham lantas berangkat bersama dengan bocah yang membeli satu karangan bunga tersebut.
"Adik nanti bilang aja berhentinya di mana ya".
"Iya, Pak, sebentar lagi juga sampai". jawab si bocah.
Tak lama, dari kejauhan Pak Mulham melihat kerumunan di dekat gapura pemakaman umum.
"Inalillahi, sepertinya ada yang sedang dimakamkan, Dik", ucap Pak Mulham sambil memelankan laju kendaraannya.

Komplikasi:
Bocah itu tidak menggubrisnya dan malah meminta pak Mulham untuk menghentikan mobilnya.
"Saya turun di depan, Pak".
Pak Mulham kemudian menepikan mobilnya tepat di depan gapura pemakaman umum yang telah ia lihat dari kejauhan. Bocah lelaki itu lalu
turun dan mengucapkan terima kasih kepada Pak Mulham dengan senyum yang menutupi air matanya.
Pak Mulham terdiam sejenak sambil melihat bocah itu memasuki gerbang pemakaman.

Resolusi:
Ia lantas memutarbalikkan mobilnya dan menancap gas sekencang-kencangnya. Ia sudah tidak memedulikan pesanan bunga yang harus
diantarkannya. Pikirannya hanya tertuju pada rumah orang tuanya yang berjarak cukup jauh dari kota itu.

Koda:
Sudah dua tahun lebih Pak Mulham belum sempat pulang untuk menjenguk ibunya. Melihat peristiwa tadi, ia sadar betapa beruntungnya
bahwa ibunya masih diberi kesehatan sehingga masih mampu menginjakkan kakinya di dunia ini. Padahal, perempuan tadi tampak masih
sangat muda dan kemungkinan besar ibunya pun meninggal di usia yang jauh lebih belia dibandingkan dengan orangtua Pak Mulham.
Terkadang apa yang kita miliki baru terasa ketika cerminan pahitnya berdiri di depan kita.
Diri Sendiri

Orientasi:
Tak perlu menjadi siapa-siapa, tetaplah jadi diri sendiri karena setiap orang itu unik dengan kehidupan yang mereka masing-masing jalani.
Begitulah kiranya kisah perjalanan seorang manusia untuk menemukan dirinya sendiri.

Rangkaian Peristiwa:
Namun tak demikian kenyataannya, menemukan diri sendiri atau bahkan mencintai diri sendiri bukanlah perkara mudah.
Aku selalu merasa takut menjadi diri sendiri karena aku tahu betul seberapa buruk diriku ini.

Komplikasi:
Sering aku mengecewakan orang-orang yang berharap kepadaku, sebab aku tak sanggup mengizinkan mereka masuk ke duniaku.
Setiap ada yang berusaha mendekat, detik itu pula aku menghapus keberadaanku dari kehidupan mereka.

Resolusi:
Namun tidak demikian di hadapan orang yang baru aku kenal ini. Ia menyadarkanku bahwa menjadi diri sendiri bukanlah sebuah kesalahan.
"Tetaplah jadi dirimu sendiri, tapi kamu harus tahu bagaimana cara mengendalikannya," begitu katanya.

Koda:
Tak perlu takut menjadi diri sendiri, sebab ketika kamu melakukannya, kamu bisa menembus batas-batas dirimu dan menjadi lebih baik.
Selain itu, pada saatnya kamu juga akan menemukan bagaimana cara mencintai diri sendiri.

Anda mungkin juga menyukai