Anda di halaman 1dari 22

PEDOMAN PENGENDALIAN DOKUMEN

Nomor :
Terbit :
No.Revisi :0

Mulai berlaku :

PEDOMAN PROGRAM KIA

PENYUSUN
PROGRAM KIA

PUSKESMAS PADANGAN
KABUPATEN BOJONEGORO
2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang telah memberikan rahmat dan
karunia-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan Pedoman Bagi program KIA Puskesmas Padangan di
Era Pandemi COVID-19 Revisi 1 ini . Di saat Indonesia tengah menghadapi wabah bencana non alam
COVID-19, diperlukan suatu Pedoman Program KIA selama pandemi COVID-19.
Pedoman ini merupakan acuan bagi ibu dan keluarga serta tenaga kesehatan Puskesmas
PADANGAN dalam memberikan pelayanan ANC, persalinan dan PNC di masa pandemi COVID-19.
Diharapkan ibu dan bayi tetap mendapatkan pelayanan esensial, faktor risiko dapat dikenali secara dini
serta mendapatkan akses pertolongan kegawatdaruratan dan tenaga kesehatan mendapatkan
perlindungan dari tertular COVID-19.
Pedoman Program KIA ini juga merupakan sebuah persyaratan yang sangat penting bagi
pelaksanaan Akreditasi Puskesmas PADANGAN sebagai sebuah puskesmas dengan menjalankan
sistem puskesmas akreditasi. Secara umum ruang lingkup Pedoman Program KIA ini meliputi seluruh
penataan program KIA Manajemen Mutu di Puskesmas PADANGAN mulai dari perencanaan,
pelaksanaan sampai terhadap evaluasinya.
Penyusunan Pedoman Program KIA ini tentu masih memerlukan perbaikan karena memang
Pedoman Program KIA adalah bersifat dinamis dan bahkan harus selalu diperbaiki secara terus
menerus seiring dengan perkembangan di Puskesmas PADANGAN Kabupaten Bojonegoro Harapannya
Pedoman Program KIA yang dimiliki Puskesmas PADANGAN ini benar-benar diimplementasikan oleh
seluruh penanggung jawab dan unit/program serta pelaksana terkait pada Puskesmas PADANGAN
Kabupaten Bojonegoro.
Bojonegoro, JANUARI 2022
TIM PROGRAM KIA PUSKESMAS
KETUA

NURUL HIDAYATI

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR........................................................................................... 2

DAFTAR ISI........................................................................................................ 3

BAB I

PENDAHULUAN................................................................................................ 4

BAB II

PRINSIP UMUM PENCEGAHAN ….................................................................. 8


BAB III

STANDART KETENAGAAN………………………………………………………... 10

BAB IV

STANDAR KETENAGAAN STANDAR FASILITA…………............................... 12


BAB V

TATA LAKSANA PELAYANAN…….……......................................................... 14


BAB VI

LOGISTIK……………………………………………….......................................... 16
BAB VII

KESELAMATAN KERJA………………………………......................................... 18
BAB VIII

PENGENDALIAN MUTU…................................................................................ 20
BAB IX

PENUTUP………………………............................................................................21

3
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Bencana non alam yang disebabkan oleh Corona Virus atau COVID-19 telah
berdampak meningkatnya jumlah korban dan kerugian harta benda, meluasnya cakupan wilayah
yang terkena bencana, serta menimbulkan implikasi pada aspek sosial ekonomi yang luas di
Indonesia. Pemerintah telah menetapkan bencana non alam ini sebagai bencana nasional melalui
Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 12 Tahun 2020 tentang Penetapan Bencana
Nonalam Penyebaran Corona Virus Disease 2019 (COVID-19) sebagai Bencana Nasional. Dalam
situasi normal, kematian ibu dan kematian neonatal di Indonesia masih menjadi tantangan besar,
apalagi pada saat situasi bencana. Saat ini, Indonesia sedang menghadapi bencana nasional non
alam COVID-19 sehingga pelayanan kesehatan maternal dan neonatal menjadi salah satu
layanan yang terkena dampak baik secara akses maupun kualitas. Dikhawatirkan, hal ini
menyebabkan adanya peningkatan morbiditas dan mortalitas ibu dan bayi baru lahir. Dalam
situasi pandemi COVID-19 ini, banyak pembatasan hampir ke semua layanan rutin termasuk
pelayanan kesehatan maternal dan neonatal. Seperti ibu hamil menjadi enggan ke puskesmas
atau fasiltas pelayanan kesehatan lainnya karena takut tertular, adanya anjuran menunda
pemeriksaan kehamilan dan kelas ibu hamil, serta adanya ketidaksiapan layanan dari segi tenaga
dan sarana prasarana termasuk Alat Pelindung Diri. Pedoman ini merupakan acuan bagi ibu dan
keluarga serta tenaga kesehatan dalam memberikan pelayanan ANC, persalinan dan PNC di
masa pandemi COVID-19. Diharapkan ibu dan bayi tetap mendapatkan pelayanan esensial,
faktor risiko dapat dikenali secara dini, serta mendapatkan akses pertolongan kegawatdaruratan
dan tenaga kesehatan mendapatkan perlindungan dari tertular COVID-1
Berdasarkan hal tersebut diatas, maka pelayanan KIA di Puskesmas PADANGAN
perlu dibuat standar pelayanan yang merupakan pedoman bagi semua pihak dalam tata cara
pelaksanaan pelayanan yang diberikan ke pasien pada umumnya .
Berkaitan dengan hal tersebut diatas maka, dalam melakukan pelayanan kebidanan di
Puskesmas PADANGAN harus berdasarkan standar pelayanan Kebidanan Dasar.

B. Tujuan Pedoman
Tujuan Pedoman Pelayanan Kebidanan Dasar ditujukan agar para pelaksana
pelayanan kesehatan ibu dan anak dalam memberikan pelayanan sesuai dengan standart
pelayanan kebidanan dasar,juga menekankan pentingnya pemberdayaan ibu dan keluarganya
dengan bantuan bidan untuk mengatasi masalah yang mungkin dijumpai selama masa
kehamilan,persalinan dan nifas.

C. Sasaran Pedoman

4
Bidan dan para pelaksana pelayanan kesehatan ibu dan anak

D. Ruang Lingkup Pelayanan.


Ruang Lingkup pelayanan Kebidanan Dasar meliputi:
1.Pelayanan pada ibu hamil,ibu nifas
2.Pelayanan pada BBL,neonatus,bayi,balita

E. Batasan Operasional
Dalam memberikan pelayanan Kebidanan Dasar,harus dapat memberikan pelayanan
antenatal terpadu,tenaga kesehatan harus dapat memastikan bahwa kehamilan berlangsung
normal,mampu mendeteksi dini masalah dan penyakit yang dialami ibu hamil,melakukan
intervensi secara adekuat sehingga ibu hamil siap untuk menjalani persalinan normal.
Dalam melakukan pemeriksaan antenatal,tenaga kesehatan harus memberikan
pelayanan yang berkwalitas sesuai standart terdiri dari:
1. Timbang Berat Badan dan Ukur Tinggi Badan
Penimbangan berat badan pada setiap kali kunjungan antenatal dilakukan untuk mendeteksi
adanya gangguan pertumbuhan janin.Penambahan berat badan kurang dari 9 kg selama
kehamilan atau kurang dari 1 kg setiap bulannya menunjukkan adanya gangguan
pertumbuhan janin.
Pengukuran tinggi badan pada pertama kali kunjungan dilakukan untuk menapis adanya
faktor resiko pada bumil.Tinggi badan bumil kurang dari 145 cm meningkatkan resiko untuk
terjadinya CPD ( Cepalo Pelvic Disproportion)
2. Ukur Tekanan Darah
Pengukuran tekanan darah pada setiap kali kunjungan antenatal dilakukan untuk mendeteksi
adanya hipertensi ( tekanan darah > 140/90 mmHg ) pada kehamilan dan preeklamsia
( hipertensi disertai edema wajah dan atau tungkai bawah;dan atau proteinuria) .
3. Nilai status Gizi ( Ukur lingkar lengan atas / LILA)
Pengukuran LILA hanya dilakukan pada kontak pertama oleh tenaga kesehatan di Trimester
I untuk skrining ibu hamil beresiko kurang energi kronis (KEK),disini maksudnya ibu hamil
yang mengalami kekurangan gizi dan telah berlangsung lama ( beberapa bulan/tahun)
dimana LILA kurang dari 23,5 cm.Ibu hamil dengan KEK akan dapat melahirkan bayi berat
lahir rendah ( BBLR )
4. Ukur Tinggi Fundus Uteri
Pengukuran tinggi fundus uteri pada setiap kali kunjungan antenatal dilakukan untuk
mendeteksi pertumbuhan janin sesuai atau tidak dengan umur kehamilan.Jika tinggi fundus
uteri tidak sesuai dengan umur kehamilan,kemungkinan ada gangguan pertumbuhan
janin.Standart pengukuran menggunakan pita pengukur setelah kehamilan 24 minggu.

5. Tentukan Presentasi Janin dan Denyut Jantung Janin


Menentukan presentasi janin dilakukan pada akhir trimester II dan selanjutnya setiap kali
kunjungan antenatal.Pemeriksaan ini dimaksudkan untuk mengetahui letak janin .Jika pada

5
Trimester III bagian bawah janin bukan kepala atau kepala janin belum masuk ke panggul
berarti ada kelainan letak,panggul sempit atau ada masalah lain.
Penilaian DJJ dilakukan pada akhir trimester I dan selanjutnya setiap kali kunjungan
antenatal.DJJ lambat kurang dari 120 kali/menit atau DJJ cepat lebih dari 160 kali / menit
menunjukkan adanya gawat janin.
6. Skrening Status Imunisasi Tetanus dan berika imunisasi Tetanus Toxoid ( TT ) bila
diperlukan Untuk mencegah terjadinya tetanus neonaturum ,ibu hamill harus mendapat
imunisasi TT.Pada saat kontak pertama,ibu hamil diskrining status imunisasi T-
nya.Pemberian imunisasi TT pada ibu hamil,disesuaikan dengan status imunisasi T ibu saat
ini.Ibu hamil minimal memiliki status imunisasi T2 agar mendapatkan perlindungan terhadap
infeksi tetanus.Ibu hamil dengan status imunisasi T5 ( TT Long Life ) tidak perlu diberikan
imunisasi TT lagi.
7. Beri Tablet Tambah Darah
Untuk mencegah anemia gizi besi,setiap ibu hamil harus mendapatkan tablet tambah darah
(tablet zat besi) dan Asam folat minimal 90 tablet selama kehamilan yang diberikan sejak
kontak pertama.
8. Periksa Laboratorium ( rutin dan khusus )
Pemeriksaan laboratorium yang dilakukan pada ibu hamil adalah pemeriksaan laboratorium
rutin dan khusus.Pemeriksaan laboratorium rutin adalah pemeriksaan laboratorium yang
harus dilakukan pada setiap ibu hamil yaitu golongan darah,hemoglobin dan pemeriksaan
(HIV,dll).Sementara pemeriksaan laboratorium khusus adalah pemeriksaan laboratorium lain
yang dilakukan atas indikasi pada ibu hamil yang melakukan kunjungan antenatal.
Pemeriksaan laboratorim dilakukan pada saat antenatal tersebut meliputi:
a.Pemeriksaan Golongan darah
b.Pemeriksaan kadar Hb
c.Pemeriksaan protein dalam urin
d.Pemeriksaan kadar gula darah
g.Pemeriksaan HIV
h.Pemeriksaan BTA

9. Tatalaksana / penanganan kasus


Berdasarkan hasil pemeriksaan antenatal diatas dan hasil pemeriksaan
laboratorium,setiap kelainan yang ditemukan pada ibu hamil harus ditangani sesuai dengan
standart dan kewenangan tenaga kesehatan.Kasus kasus yang tidak dapat ditangani dirujuk
sesuai dengan sistem rujukan.

10. Temu Wicara (konseling)


Temu wicara (konseling) dilakukan pada setiap kunjungan antenatal yang meliputi:
a. Kesehatan ibu
b. Perilaku hidup bersih dan sehat
c. Peran suami dan keluarga dalam kehamilan dan perencanaan persalinan

6
d. Tanda bahaya pada kehamilan,persalinan dan nifas serta kesiapan menghadapi
komplikasi
e. Asupan gizi seimbang
f. Gejala penyakit menular dan tidak menular
g. Penawaran untuk melakukan testing dan konseling HIV di daerah terkonsentrasi HIV /
bumil resiko tinggi terinfeksi HIV
h. Inisiasi menyusui dini (IMD) dan pemberian ASI eksklusif
i. KB paska salin
j. Imunisasi

11. Landasan Hukum


a. Undang – undang No 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan
b. Undang – undang No 29 Tahun 2004 tentang Praktek Kedokteran
c. Undang – undang No 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen

7
BAB II
Prinsip Umum Pencegahan

Prinsip-prinsip pencegahan COVID-19 pada ibu hamil, bersalin, nifas dan bayi baru lahir
di masyarakat meliputi universal precaution dengan selalu cuci tangan memakai sabun selama
20 detik atau hand sanitizer, pemakaian alat pelindung diri, menjaga kondisi tubuh dengan rajin
olah raga dan istirahat cukup, makan dengan gizi yang seimbang, dan mempraktikan etika
batuk-bersin.
Sedangkan prinsip-prinsip manajemen COVID-19 di fasilitas kesehatan adalah isolasi
awal, prosedur pencegahan infeksi sesuai standar, terapi oksigen, hindari kelebihan cairan,
pemberian antibiotik empiris (mempertimbangkan risiko sekunder akibat infeksi bakteri),
pemeriksaan SARS-CoV-2 dan pemeriksaan infeksi penyerta yang lain, pemantauan janin dan
kontraksi uterus, ventilasi mekanis lebih dini apabila terjadi gangguan pernapasan yang
progresif, perencanaan persalinan berdasarkan pendekatan individual / indikasi obstetri, dan
pendekatan berbasis tim dengan multidisipin.

A. UPAYA PENCEGAHAN UMUM YANG DAPAT DILAKUKAN OLEH IBU HAMIL, BERSALIN
DAN NIFAS
1. Cuci tangan dengan sabun dan air mengalir sedikitnya selama 20 detik (cara cuci tangan
yang benar pada buku KIA). Gunakan hand sanitizer berbasis alkohol yang setidaknya
mengandung alkohol 70%, jika air dan sabun tidak tersedia. Cuci tangan terutama setelah
Buang Air Besar (BAB) dan Buang Air Kecil (BAK), dan sebelum makan (baca Buku KIA).
Pedoman Bagi Ibu Hamil, Nifas, Bersalin, dan Bayi Baru Lahir di Era Pandemi COVID-19 - 4
Gambar 1.1 Cara Cuci Tangan yang Benar
2. Hindari menyentuh mata, hidung dan mulut dengan tangan yang belum dicuci.
3. Sebisa mungkin hindari kontak dengan orang yang sedang sakit.
4. Saat sakit tetap gunakan masker, tetap tinggal di rumah atau segera ke fasilitas kesehatan
yang sesuai, jangan banyak beraktivitas di luar.
5. Tutupi mulut dan hidung saat batuk atau bersin dengan tissue. Buang tissue pada tempat
yang telah ditentukan. Bila tidak ada tissue, lakukan batuk sesuai etika batuk.
6. Bersihkan dan lakukan disinfeksi secara rutin permukaan dan benda yang sering disentuh.
7. Menggunakan masker adalah salah satu cara pencegahan penularan penyakit saluran napas,
termasuk infeksi COVID-19. Akan tetapi penggunaan masker saja masih kurang cukup untuk
melindungi seseorang dari infeksi ini, karenanya harus disertai dengan usaha pencegahan lain.
Pengunaan masker Pedoman Bagi Ibu Hamil, Nifas, Bersalin, dan Bayi Baru Lahir di Era
Pandemi COVID-19 - 5 harus dikombinasikan dengan hand hygiene dan usaha-usaha
pencegahan lainnya.

8
8. Penggunaan masker yang salah dapat mengurangi keefektivitasannya dan dapat membuat
orang awam mengabaikan pentingnya usaha pencegahan lain yang sama pentingnya seperti
hand hygiene dan perilaku hidup sehat.
9. Masker medis digunakan untuk ibu yang sakit dan ibu saat persalinan. Sedangkan masker
kain dapat digunakan bagi ibu yang sehat dan keluarganya.
10. Cara penggunaan masker yang efektif :
 Pakai masker secara seksama untuk menutupi mulut dan hidung, kemudian eratkan
dengan baik untuk meminimalisasi celah antara masker dan wajah.
 Saat digunakan, hindari menyentuh masker.
 Lepas masker dengan teknik yang benar (misalnya: jangan menyentuh bagian depan
masker, tapi lepas dari belakang dan bagian dalam).
 Setelah dilepas jika tidak sengaja menyentuh masker yang telah digunakan, segera
cuci tangan.
 Gunakan masker baru yang bersih dan kering, segera ganti masker jika masker yang
digunakan terasa mulai lembab.
 Jangan pakai ulang masker yang telah dipakai.
 Buang segera masker sekali pakai dan lakukan pengolahan sampah medis sesuai
SOP.
11. Gunakan masker kain apabila dalam kondisi sehat. Masker kain yang direkomendasikan
oleh Gugus Tugas COVID-19 adalah masker kain 3 lapis. Menurut hasil penelitian, masker kain
dapat menangkal virus hingga 70%. Disarankan penggunaan masker kain tidak lebih dari 4 jam.
Setelahnya, masker harus dicuci menggunakan sabun dan air, dan dipastikan bersih sebelum
dipakai kembali.
12. Keluarga yang menemani ibu hamil, bersalin dan nifas harus menggunakan masker dan
menjaga jarak.
13. Menghindari kontak dengan hewan seperti: kelelawar, tikus, musang atau hewan lain
pembawa COVID-19 serta tidak pergi ke pasar hewan. Pedoman Bagi Ibu Hamil, Nifas,
Bersalin, dan Bayi Baru Lahir di Era Pandemi COVID-19 - 6
14. Bila terdapat gejala COVID-19, diharapkan untuk menghubungi telepon layanan darurat
yang tersedia (Hotline COVID-19 : 119 ext 9) untuk dilakukan penjemputan di tempat sesuai
SOP, atau langsung ke RS rujukan untuk mengatasi penyakit ini.
15. Hindari pergi ke negara/daerah terjangkit COVID-19, bila sangat mendesak untuk pergi
diharapkan konsultasi dahulu dengan spesialis obstetri atau praktisi kesehatan terkait.
16. Rajin mencari informasi yang tepat dan benar mengenai COVID-19 di media sosial
terpercaya.

9
BAB III
STANDAR KETENAGAAN

A. Kualifikasi SDM
Pola ketenagaan dan kualifikasi SDM Poli KIA adalah :
Kualifikasi
Nomor Nama Jabatan Keterangan
Formal
1 Bidan Koordinator D III Kebidanan Bersertifikat APN/
CTU/PPGDON/Kelas Bumil
2 Pengelola Program Imunisasi D IV Kebidanan Bersertifikat APN / CTU
/PPGDON

B. Distribusi Ketenagaan
Pola pengaturan ketenagaan di Poli KIA yaitu :
a. Untuk pelayanan :
yang bertugas sejumlah 2 ( dua ) orang dengan standar minimal berijasah D3 Kategori :

1 orang Bikor
1 orang Pelaksana
b. Untuk administrasi :
yang bertugas sejumlah 2 ( dua ) orang dengan standar minimal berijasah D3 kebidanan

Kategori :
2 orang Penanggung jawab administrasi

C. Pengaturan Pelayanan
I. Pengaturan Pelayanan di KIA
 Pengaturan jadwal pelayanan di Poli KIA dibuat dan di pertanggung jawabkan oleh
Bikor dan disetujui oleh Kepala Puskesmas
 Jadwal pelayanan dibuat untuk jangka waktu satu bulan dan direalisasikan ke bidan
pelaksana pelayanan di Poli KIA setiap satu bulan.
 Untuk tenaga bidan yang memiliki keperluan penting pada hari tertentu, maka bidan
tersebut dapat mengajukan permintaan dinas pada buku permintaan. Permintaan akan
disesuaikan dengan kebutuhan tenaga yang ada (apa bila tenaga cukup dan berimbang
serta tidak mengganggu pelayanan, maka permintaan disetujui).

10
 Setiap pemberi layanan kebidanan harus dengan syarat pendidikan minimal D III
Kebidanan.
 Apabila ada tenaga bidan karena sesuatu hal sehingga tidak dapat melaksanakan
pelayanan sesuai jadwal yang telah ditetapkan ( terencana ), maka bidan yang
bersangkutan harus memberitahu Bikor : 2 jam sebelum dinas.
 Apabila ada tenaga bidan tiba – tiba tidak dapat jaga sesuai jadwal yang telah
ditetapkan ( tidak terencana ), maka Bikor akan mencari bidan pengganti yang hari itu
berdinas di Puskesmas.
II. Pengaturan Jadwal Dokter Konsulen
 Pengaturan jadwal jaga dokter konsulen menjadi tanggung jawab Manager Pelayanan.
 Jadwal jaga dokter konsulen dibuat untuk jangka waktu 3 bulan serta sudah diedarkan ke
unit terkait dan dokter konsulen yang bersangkutan 1 minggu sebelum jaga di mulai.
 Apabila dokter konsulen jaga karena sesuatu hal sehingga tidak dapat jaga sesuai
dengan jadwal yang telah di tetapkan maka :
o Untuk yang terencana, dokter yang bersangkutan harus menginformasikan ke
Manager Pelayanan atau ke petugas sekretariat paling lambat 3 hari sebelum
tanggal jaga, serta dokter tersebut wajib menunjuk dokter jaga konsulen pengganti.
o Untuk yang tidak terencana, dokter yang bersangkutan harus menginformasikan ke
Manager Pelayanan atau ke petugas sekretariat dan di harapkan dokter tersebut
sudah menunjuk dokter jaga konsulen pengganti, apabila dokter jaga pengganti
tidak didapatkan, maka Manager Pelayanan wajib untuk mencarikan dokter jaga
konsulen pengganti.( Prosedur pengaturan jadwal jaga dokter konsulen sesuai
SOP terlampir).

11
BAB IV
STANDAR FASILITAS

A. Denah Ruangan

B. Standar Fasilitas
I. Fasilitas & Sarana
Ruang pelayanan unit KIA berlokasi di ruang tengah Puskesmas PADANGAN yang terdiri dari
ruangan pelayanan dan ruangan konseling.
Ruangan pelayanan terdiri dari 1 ( satu ) tempat tidur , 1 (satu) meja kerja,2 ( dua) tempat duduk.

II. Peralatan
Peralatan yang tersedia di ruang pelayanan mengacu kepada buku pedoman
pelayanan ANC Terpadu dan Manajemen MTBS Departermen Kesehatan RI untuk menunjang
kegiatan pelayanan terhadap pasien .
a. Alat – alat untuk ruang pelayanan KIA
1. Stetoskop ( 1 buah )
2. Tensi meter ( 1 buah )
3. Thermometer ( 1 buah )
4. Reflek patela ( 1 buah )
5. Metlin 1 ( buah)
6. Timbangan dewasa 1 (buah)
7. Pengukur Tinggi Badan 1 (buah)
8. Dopller 1 (buah)

12
b. Alat – alat untuk ruang pelayanan MTBS
1. Stetoskop ( 1 buah )
2. Tensimeter ( 1 buah )
3. Thermometer ( 1 buah )
4. Aritmeter 1 ( buah)
5. Timbangan bayi 1 ( buah )
6. Timbangan dewasa 1 (buah)

c. Alat – alat untuk ruang konseling


1. Lembar balik (leaflet)
Ambulance

Untuk menunjang pelayanan terhadap pasien , saat ini memiliki 1 ( satu ) unit ambulance
yang kegiatannya berada dalam koordinasi dengan Puskesmas.
e. Laboratorium
Untuk menunjang pelayanan terhadap pasien , saat ini memiliki 1 ( satu ) unit
laboratorium yang kegiatannya berada dalam koordinasi dengan Puskesmas.

13
BAB V
TATA LAKSANA PELAYANAN

A. TATA LAKSANA PENDAFTARAN PASIEN


I. Petugas Penanggung Jawab
- Petugas Administrasi
II. Perangkat Kerja
-Status Medis
III. Tata Laksana Pendaftaran Pasien
1. Pendaftaran pasien yang datang ke Puskesmas dilakukan oleh pasien / keluarga
dibagian pendaftaran
B. TATA LAKSANA PELAYANAN KIA
I. Petugas Penanggung Jawab
- Bidan Koordinator
II. Perangkat Kerja
- Stetoscope
- Tensimeter
- Status medis
III. Tata Laksana Pelayanan KIA
1. Pasien / keluarga pasien mendaftar ke bagian pendaftaran
2. Bidan/Dokter melakukan pemeriksaan pada pasien secara lengkap dan menentukan
diagnosa.
3. Bidan /Dokter memberikan terapie/konseling sesuai diagnosa
D. TATA LAKSANA PENGISIAN INFORMED CONSENT
I. Petugas Penangung Jawab
- Bidan Koordinator
II. Perangkat Kerja
- Formulir Persetujuan Tindakan
III. Tata Laksana Informed Consent
1. Bidan/Dokter yang sedang bertugas menjelaskan tujuan dari pengisian informed
consent pada pasien / keluarga pasien
2. pasien menyetujui, informed consent diisi dengan lengkap disaksikan oleh petugas.
1. TATA LAKSANA PELAYANAN RUJUKAN
I. Petugas Penanggung Jawab
- Bidan koordinator
- Dokter jaga

II. Perangkat Kerja


- Stetoscope
- Tensi meter
- Alat Tulis

14
III. Tata Laksana PelayananRujukan
1. Pasien dilakukan pemeriksaan fisik oleh bidan/dokter
2. Bidan/Dokter jaga menjelaskan kondisi pasien pada keluarga / penanggung jawab
3. Pasien diberikan surat rujukan untuk dilakukan rujukan sesuai dengan diagnosa bidan/
dokter

2. TATA LAKSANA I. TATA LAKSANA SISTIM RUJUKAN


I. Petugas Penanggung Jawab
- Bidan koordinator
- Dokter
II. Perangkat Kerja
- Ambulan
- Formulir persetujuan tindakan
- Formulir rujukan
III. Tata Laksana Sistim Rujukan
1. Pemeriksaan Diagnostik
- Pasien / keluarga pasien dijelaskan oleh bidan/dokter jaga mengenai tujuan
pemeriksaan diagnostik, bila setuju maka keluarga pasien harus mengisi informed
consent
- Bidan menghubungi rumah sakit rujukan
- Bidan menghubungi petugas ambulan Puskesmas

15
BAB VI
LOGISTIK

Standar Obat KIA


I. OBAT LIVE SAVING
a. Injeksi
KONDISI SARANA
1.0 Bahan dan Obat JUMLAH
Ada Tidak Ada

1.1. Tablet Tambah Darah 1 V

1.2. Asam Folat 1 V

1.3. Tablet kalsium 1 V

1.4. Kapsul vitamin A merah (200.000 IU) dan biru 1 V


(100.000 IU)

1.5. Vitamin (B kompleks, B1, B6, B12, C) 1 V

1.6. Kotrimoksazol Tablet (80 mg trimetropin + 1 V


400 mg sulfametoksazol), kotrimoksazol sirup
(40 mg trimetropin + 200 mg
sulfametoksazol/5 ml)

1.7. Tablet Zinc (20 mg) 1 V

1.8. Amoksilin tablet 500 mg atau Amoksilin sirup 1 V


125 mg/ 5 ml

1.9. Ampisillin kaplet 500 mg 1 V

1.10. Parasetamol tablet 500 mg atau parasetamol 1 V


sirup 125 mg / 5 ml

1.11. Tetrasiklin atau Kloramfenikol salep mata 1 V

1.12. Gentian Violet 1% (sebelum digunakan, harus 1 V


diencerkan menjadi 0.25% atau 0.5% sesuai
kebutuhan)

1.13. Spuit disp 1 cc dan 2.5 cc 1 V

1.14. Alkohol 70% 1 V

1.15. Glicerin 1 V

16
KONDISI SARANA
1.0 Bahan dan Obat JUMLAH
Ada Tidak Ada

1.16. Povidone Iodine 1 V

1.17. Sabun cuci tangan 1 V

1.18. Sabun deterjen 1 V

1.19. Kasa dan Kapas 1 V

17
Penyediaan obat dan bahan habis pakai dilakukan melalui gudang obat. Kebutuhan obat, alat
medis dan bahan habis pakai dihitung tiap satubulan berdasarkan analisis kebutuhan obat dan
bahan habis pakai satu bulan yang lalu dengan cadangan 10 %, diajukan kepada petugas
pengadaan obat untuk mendapat persetujuan. Pengadaan obat dilakukan oleh bidan setelah
mendapat persetujuan dari kepala puskesmas.

18
BAB VII
KESELAMATAN KERJA

I. Pendahuluan
HIV / AIDS telah menjadi ancaman global.Ancaman penyebaran HIV menjadi lebih tinggi
karena pengidap HIV tidak menampakkan gejal.Setiap hari ribuan anak berusia kurang dari 15
tahun dan 14.000 penduduk berusia 15 - 49 tahun terinfeksi HIV.Dari keseluruhan kasus baru
25% terjadi di Negara - negara berkembang yang belum mampu menyelenggarakan kegiatan
penanggulangan yang memadai.
Angka pengidap HIV di Indonesia terus meningkat, dengan peningkatan kasus yang sangat
bermakna. Ledakan kasus HIV / AIDS terjadi akibat masuknya kasus secara langsung ke
masyarakat melalui penduduk migran, sementara potensi penularan dimasyarakat cukup tinggi
(misalnya melalui perilaku seks bebas tanpa pelingdung, pelayanan kesehatan yang belum aman
karena belum ditetapkannya kewaspadaan umum dengan baik, penggunaan bersama peralatan
menembus kulit : tato, tindik, dll).
Penyakit Hepatitis B dan C, yang keduanya potensial untuk menular melalui tindakan pada
pelayanan kesehatan. Sebagai ilustrasi dikemukakan bahwa menurut data PMI angka kesakitan
hepatitis B di Indonesia pada pendonor sebesar 2,08% pada tahun 1998 dan angka kesakitan
hepatitis C dimasyarakat menurut perkiraan WHO adalah 2,10%. Kedua penyakit ini sering tidak
dapat dikenali secara klinis karena tidak memberikan gejala.
Dengan munculnya penyebaran penyakit tersebut diatas memperkuat keinginan untuk
mengembangkan dan menjalankan prosedur yang bisa melindungi semua pihak dari penyebaran
infeksi. Upaya pencegahan penyebaran infeksi dikenal melalui “ Kewaspadaan Umum “ atau
“Universal Precaution” yaitu dimulai sejak dikenalnya infeksi nosokomial yang terus menjadi
ancaman bagi “Petugas Kesehatan”.
Tenaga kesehatan sebagai ujung tombak yang melayani dan melakukan kontak langsung
dengan pasien dalam waktu 24 jam secara terus menerus tentunya mempunyai resiko terpajan
infeksi, oleh sebab itu tenaga kesehatan wajib menjaga kesehatan dan keselamatan darinya dari
resiko tertular penyakit agar dapat bekerja maksimal.

II. Tujuan
a. Petugas kesehatan didalam menjalankan tugas dan kewajibannya dapat melindungi diri
sendiri, pasien dan masyarakat dari penyebaran infeksi.

b. Petugas kesehatan didalam menjalankan tugas dan kewajibannya mempunyai resiko tinggi
terinfeksi penyakit menular dilingkungan tempat kerjanya, untuk menghindarkan paparan
tersebut, setiap petugas harus menerapkan prinsip “Universal Precaution”.

III. Tindakan yang beresiko terpajan


a. Cuci tangan yang kurang benar.
b. Penggunaan sarung tangan yang kurang tepat.
c. Penutupan kembali jarum suntik secara tidak aman.

19
d. Pembuangan peralatan tajam secara tidak aman.
e. Tehnik dekontaminasi dan sterilisasi peralatan kurang tepat.
f. Praktek kebersihan ruangan yang belum memadai.

IV. Prinsip Keselamatan Kerja


Prinsip utama prosedur Universal Precaution dalam kaitan keselamatan kerja adalah menjaga
higiene sanitasi individu, higiene sanitasi ruangan dan sterilisasi peralatan. Ketiga prinsip tesebut
dijabarkan menjadi 5 (lima) kegiatan pokok yaitu :
a. Cuci tangan guna mencegah infeksi silang
b. Pemakaian alat pelindung diantaranya pemakaian sarung tangan guna mencegah kontak
dengan darah serta cairan infeksi yang lain.
c. Pengelolaan alat kesehatan bekas pakai
d. Pengelolaan jarum dan alat tajam untuk mencegah perlukaan
e. Pengelolaan limbah dan sanitasi ruangan.

20
BAB VIII
PENGENDALIAN MUTU

Indikator mutu yang digunakan di puskesmas PADANGAN dalam memberikan pelayanan


adalah setiap ibu hamil yang datang pertamakali ke puskesmas mendapatkan pelayanan 10 T.
Dalam pelaksanaan indikator mutu menggunakan kunjungan harian dalam format tersendiri dan
dievaluasi serta dilaporkan setiap tiga pada petugas pengendali mutu dan kepala puskesmas.

21
BAB IX

PENUTUP

Pelayanan kesehatan ibu hamil, bersalin, nifas dan bayi baru lahir di masa pandemi COVID-19
diselenggarakan dengan mempertimbangkan pencegahan penularan virus corona baik bagi ibu, bayi
maupun tenaga kesehatan. Pembatasan kunjungan pemeriksaan ANC dan PNC diimbangi dengan tele
komunikasi antara tenaga kesehatan dan ibu secara perorangan maupun dengan menyelenggarakan
Kelas Ibu secara online. Tenaga kesehatan harus memperkuat kemampuan ibu dan keluarga untuk
memahami Buku KIA untuk mengenali tanda bahaya dan menerapkan perawatan selama kehamilan dan
pasca persalinan dalam kehidupan sehari-hari.
Pelayanan kesehatan ibu dan bayi tetap harus berkualitas. Pelayanan ANC terpadu, Asuhan
Persalinan Normal, Penanganan Kegawatdaruatan di FKTP maupun di FKRTL harus sesuai standar
ditambah dengan standar pencegahan penularan COVID-19. Mungkin tidak semua FKTP dan FKRTL
saat ini siap dalam memenuhi standar sarana, prasarana, SDM dan Alat Pelindung Diri. Oleh karena itu
Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota yang difasilitasi Dinas Kesehatan Provinsi harus membuat pemetaan
fasyankes yang siap dalam pelayanan ibu dan bayi baru lahir. Beberapa FKTP (Puskesmas, Praktik
Mandiri Bidan dan Klinik) yang selama ini memberikan pelayanan ANC, persalinan dan PNC dapat
berkolaborasi dan menyatukan sumber daya di fasyankes yang ditunjuk. Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota diharapkan dapat melakukan pencatatan, monitoring dan pelaporan cakupan pelayanan
KIA esensial termasuk jumlah ibu dan bayi yang memiliki status ODP, PDP dan terkonfirmasi COVID-19
positif. Diharapkan dengan menerapkan pedoman ini, maka kesehatan ibu, bayi dan tenaga kesehatan
tetap dapat terjaga.

22

Anda mungkin juga menyukai