Selamat Siang
Kami dari Unit Peradilan Semu ‘17 Nawasena Justicia akan menampilkan simulasi
persidangan perkara pidana. sebelumnya izinkan kami memperkenalkan diri
PERCAKAPAN SIDANG
Sidang Pertama
Pada hari sidang yang telah ditetapkan oleh Majelis Hakim, sidang pemeriksaan Perkara
Pidana nomor 112/Pid.Sus/2017/PN.SMG dalam Kasus Pembunuhan berencana dengan
Terdakwa Muhammad Iqbal, Arlanda Ghazali Langitan, Dipa Nandasytra Hasibuan, Erick
Nindyoastomo yang melakukan pembunuhan terhadap saudara Mochammad Tria Ramadhani
dibuka dan dinyatakan tertutup untuk umum, adapun tata tertib adalah sebagai berikut :
(Jeda singkat)
Hakim Ketua : Baik, penuntut umum silahkan hadirkan terdakwa ke dalam ruang
persidangan
Penuntut Umum: (Berdiri) Petugas, tolong hadirkan terdakwa ke dalam ruang persidangan!
Petugas : Baik
Hakim Ketua : Baik. Apakah terdakwa dalam keadaan sehat dan siap untuk mengikuti
persidangan ini?
Terdakwa : Sehat dan siap, Yang Mulia
Hakim Ketua : Baik. Saya akan membacakan identitas dari saudara Terdakwa.
Nama lengkap, Muhammad Iqbal (Qibil) bin Hasanudin .
Alamat Jl. Menoreh, Kecamatan Bendan Duwur, Kota Semarang .
Pekerjaan Pengusaha,Agama Islam, Kewarganegaraan, Indonesia.
Apakah benar?
Terdakwa : Benar, Yang Mulia
Hakim Ketua : Kepada saudara Terdakwa agar memperhatikan persidangan.
Menurut Pasal 340 Jo 55 Jo 56 Kitab Undang-Undang Hukum Pidana
Terdakwa wajib didampingi penasehat hukum. (Menunjuk ke arah Penasehat
Hukum) Apakah benar, ini Penasehat Hukum Terdakwa?
Terdakwa : Benar, Yang Mulia. Ini adalah Penasehat Hukum saya.
Hakim Ketua : (Melihat ke arah Penasehat Hukum) Apakah benar, Anda bertindak sebagai
Penasehat Hukum?
Penasehat Hukum: Benar, Yang Mulia
Hakim Ketua : Penasehat Hukum dipersilahkan untuk menyerahkan Surat Kuasanya
Penasehat Hukum: Izin yang mulia, agar Penuntut Umum juga menunjukkan Surat P16A
Hakim Ketua : Baik. Kepada Penuntut Umum dan Penasehat Hukum bisa maju ke depan
(Penuntut Umum (PU) dan Penasehat Hukum (PH) maju ke depan persidangan dan
menunjukan surat-suratnya)
Hakim Ketua : Baik, Penuntut Umum dan Penasehat Hukum, Silahkan duduk kembali
(Jeda, Singkat)
Hakim Ketua : Saudara Terdakwa, Apakah paham tentang dakwaan yang telah dibacakan
oleh Penuntut Umum? Jika tidak paham silahkan ajukan alasannya
Terdakwa : Paham, Yang Mulia
Hakim Ketua : Apakah saudara Terdakwa atau Penasehat Hukum akan mengajukan
Nota Keberatan atau tidak?
Terdakwa : Iya, Yang Mulia. Sudah saya serahkan kepada Penasehat Hukum saya
Hakim Ketua : Bagaimana Penasehat Hukum? Sudah siap dengan Nota Keberatannya?
PH : Kami membutuhkan waktu 14 hari, Yang Mulia.
Hakim Ketua : Bagaimana Penuntut Umum, 14 hari dari hari ini keberatan atau tidak?
PU : Keberatan, Yang Mulia. Berdasarkan asas peradilan cepat dan biaya ringan
kami hanya membutuhkan waktu selama 7 hari yang mulia.
Hakim Ketua : Bagaimana penasehat hukum 7 hari dari hari ini apakah sanggup?
(Ketika Hakim Ketua melakukan ketok palu, pada ketukan terakhir seluruh anggota
pengadilan dimohon untuk menundukan kepalanya dan mengangkat kembali apabila Hakim
Agung melakukan ketukan palu pada sidang berikutnya. ini bertujuan untuk memberitahu
bahwa adanya pergantian waktu/hari dalam persidangan)
Sidang Kedua
Hakim Ketua : Panitera, 7 hari dari hari ini hari dan tanggal berapa?
Panitera : (Mengecek)
Hari Kamis, Tanggal … November 2017, Yang Mulia
Hakim Ketua : Baik. Agenda berikutnya pembacaan Putusan Sela yang akan dilaksanakan
pada Hari Kamis tanggal … November 2017.
Namun, apabila Putusan Sela tidak diterima, maka akan dilanjutkan dengan
Pembuktian.
Bagaimana, Penuntut Umum dan Penasehat Hukum sanggup?
(melihat ke Penuntut Umum dan Penasehat Hukum)
PU PH : Sanggup, Yang Mulia.
Hakim Ketua : Baik.
Dengan ini sidang ditunda selama 7 hari dan akan dilanjutkan pada hari
Kamis Tanggal ... November 2017 dan dengan ini sidang ditutup
(ketok palu 2 kali)
Sidang Ketiga
Sidang Pengadilan Negeri Semarang, yang memeriksa dan mengadili Perkara Pidana nomor
112/Pid.Sus/2017/PN.SMG atas nama Terdakwa Muhammad Iqbal pada hari Selasa tanggal
… November 2017 dinyatakan dibuka dan tertutup untuk umum. (ketukan palu sekali)
(Petugas Pengadilan membawa Saksi pertama (Eva Eva) ke dalam ruang persidangan)
Hakim Ketua : Mengingatkan kepada saudara saksi menurut pasal 242 ayat 2 tentang
sumpah palsu dan keterangan palsu Kitab Undang-Undang Hukum Pidana, jika keterangan
palsu diatas sumpah, diberikan dalam perkara pidana dan merugikan terdakwa atau tersangka,
yang bersalah dikenakan pidana penjara paling lama 9 tahun. Apa saudara paham? (Baik
saudara saksi,
Saksi : Paham, Yang Mulia
Hakim Anggota : Apa yang sedang saudara lakukan di Jalan Tol Ungaran-Bawen tersebut?
Saksi : Dalam perjalanan menuju Bawen, Yang Mulia.
Hakim Anggota : Seperti apa kondisi jasad pada saat ditemukan?
Saksi : Jasad ditemukan dalam keadaan terbungkus plastik sampah ukuran besar dan
dalam kondisi tangan yang keluar dari kantong plastik.
Hakim Ketua : Baik, Silahkan dari Penuntut Umum Apa ada yang mau ditanyakan?
PU : Ada, Yang Mulia.
PU : Apa yang anda lakukan setelah anda melihat jasad yang terbungkus kantong
plastik tersebut?
Saksi : Saya dan rekan saya langsung menghubungi terhadap pihak yang berwajib
dan melaporkan penemuan jasad tersebut.
Hakim Ketua :Baik, saudara saksi. Penuntut umum, Apakah masih ada yang ingin
ditanyakan?
PU : Cukup yang mulia, Terima Kasih.
Hakim Ketua : Baik. Silahkan dari Penasihat Hukum kalau ada yang mau ditanyakan.
(Saksi berdiri dan mengambil kartu identitas yang tadi diberikan kepada Hakim)
Hakim Ketua : Penuntut umum silahkan panggil Saksi atau Ahli berikutnya!
Hakim Ketua : Saudara saksi, Apa saudara mempunyai hubungan darah dengan Terdakwa?
Saksi : Tidak, Yang Mulia.
Hakim Ketua : Apa saudara mengenal Terdakwa?
Saksi : Tidak, Yang Mulia.
Hakim Ketua : Apakah saudara mengenal korban?
Saksi : Tidak, Yang Mulia.
Hakim Ketua : Apakah saudara saksi mengetahui kenapa dihadirkan dalam persidangan?
Saksi : Mengetahui, Yang Mulia. Terkait dengan Pembunuhan berencana yang
dilakukan Terdakwa Muhammad Iqbal kepada Korban Mochammad Tria
Ramadhani.
Hakim Ketua : Baik.
Sebelum saudara saksi memberi keterangan lebih lanjut, Saudara wajib
diambil sumpahnya.
Apakah saudara saksi bersedia?
Saksi (Kakak) : Bersedia, Yang Mulia.
Hakim Ketua : Mengingatkan kepada saudara saksi menurut pasal 242 ayat 2 tentang
sumpah palsu dan keterangan palsu Kitab Undang-Undang Hukum Pidana, jika keterangan
palsu diatas sumpah, diberikan dalam perkara pidana dan merugikan terdakwa atau tersangka,
yang bersalah dikenakan pidana penjara paling lama 9 tahun. Apa saudara paham? (Baik
saudara saksi,
Saksi : Paham, Yang Mulia
Hakim Anggota : Apa yang sedang saudara lakukan di Jalan Tol Ungaran-Bawen tersebut?
Saksi : Dalam perjalanan menuju Bawen, Yang Mulia.
Hakim Anggota : Seperti apa kondisi jasad pada saat ditemukan?
Saksi : Jasad ditemukan dalam keadaan terbungkus plastik sampah ukuran besar dan
dalam kondisi tangan yang keluar dari kantong plastik.
Hakim Ketua : Baik, Silahkan dari Penuntut Umum Apa ada yang mau ditanyakan?
PU : Ada, Yang Mulia.
Hakim Anggota : Apa yang sedang saudara lakukan di Jalan Tol Ungaran-Bawen tersebut?
Saksi : Dalam perjalanan menuju Bawen, Yang Mulia.
Hakim Anggota : Seperti apa kondisi jasad pada saat ditemukan?
Saksi : Jasad ditemukan dalam keadaan terbungkus plastik sampah ukuran besar dan
dalam kondisi tangan yang keluar dari kantong plastik, Yang Mulia.
Hakim Ketua : Baik, Silahkan dari Penuntut Umum Apa ada yang mau ditanyakan?
PU : Ada, Yang Mulia.
PU : Apa yang anda lakukan setelah anda melihat jasad yang terbungkus kantong
plastik tersebut?
Saksi : Saya dan rekan saya langsung menghubungi terhadap pihak yang berwajib
dan melaporkan penemuan jasad tersebut.
Hakim Ketua :Baik, saudara saksi. Penuntut umum, Apakah masih ada yang ingin
ditanyakan?
PU : Cukup yang mulia, Terima Kasih.
Hakim Ketua : Baik. Silahkan dari Penasihat Hukum kalau ada yang mau ditanyakan.
Pertanyaan Penasehat Hukum dengan Saksi Kedua (Dhatu)
Saksi : Benar, sedari dulu saya memang mempunyai kebiasaan mabuk perjalanan,
dan memang kediaman saya dengan titik kami menemukan jasad korban
masih terhitung dekat, namun pagi itu saya lupa sarapan sehingga
mempengaruhi rasa mual semakin tidak bisa ditahan.
(Saksi berdiri dan mengambil kartu identitas yang tadi diberikan kepada Hakim)
Hakim Ketua : Penuntut umum silahkan panggil Saksi atau Ahli berikutnya!
Hakim Ketua : Saudara saksi, Apa saudara mempunyai hubungan darah dengan Terdakwa?
Saksi (Chitra Tita) : Tidak, Yang Mulia.
Hakim Ketua : Apa saudara mengenal Terdakwa?
Saksi (Chitra Tita) : Tidak, Yang Mulia.
Hakim Ketua : Apakah saudara mengenal korban?
Saksi (Chitra Tita) : Tidak, Yang Mulia.
Hakim Ketua : Apakah saudara saksi mengetahui kenapa dihadirkan dalam persidangan?
Saksi (Chitra Tita) : Mengetahui, Yang Mulia.
Terkait dengan pembunuhan terhadap korban Muhammad tria
Hakim Ketua : Baik.
Sebelum saudara saksi memberi keterangan lebih lanjut, Saudara wajib
diambil sumpahnya.
Apakah saudara saksi bersedia?
Saksi (Chitra Tita): Bersedia, Yang Mulia.
Hakim Ketua : Mengingatkan menurut pasal 242 ayat 2 tentang sumpah palsu dan
keterangan palsu kitab undang-undang hukum pidana, jika keterangan palsu
diatas sumpah, diberikan dalam perkara pidana dan merugikan terdakwa atau
Saksi (Chitra Tita): Saya dan Rekan rekan saya sedang melakukan perjalanan menuju bawen
tiba tiba teman saya yang bernama dhatu merasa mual dan meminta untuk berhenti di pinggir
jalan. Lalu, ketika teman saya sedang muntah dan dua teman saya lainnya yang bernama eva
dan indri juga keluar kearah dhatu memastikan bahwa dhatu baik baik saja atau tidak. Saya
hanya didalam mobil sedang bermain handphone. Tiba tiba teman saya berteriak dengan
menyebut ada mayat. Saya terkejut dan ikut keluar dari mobil.
(Saksi (Tetangga) berdiri dan mengambil kartu identitas yang tadi diberikan kepada Hakim)
Hakim Ketua : Penuntut umum silahkan panggil Saksi atau Ahli berikutnya!
Hakim Ketua : Saudara saksi, Apa saudara mempunyai hubungan darah dengan Terdakwa?
Saksi (Indri) : Tidak, Yang Mulia.
Hakim Ketua : Apa saudara mengenal Terdakwa?
Saksi Indri) : Tidak, Yang Mulia.
Hakim Ketua : Apakah saudara mengenal korban?
Saksi (Indri) : Tidak, Yang Mulia.
Hakim Ketua : Apakah saudara saksi mengetahui kenapa dihadirkan dalam persidangan?
Saksi (Indri) : Mengetahui, Yang Mulia.
Terkait dengan pembunuhan terhadap korban Muhammad tria
Hakim Ketua : Baik.
Sebelum saudara saksi memberi keterangan lebih lanjut, Saudara wajib
diambil sumpahnya.
Apakah saudara saksi bersedia?
Saksi (Indri): Bersedia, Yang Mulia.
Hakim Ketua : Mengingatkan menurut pasal 242 ayat 2 tentang sumpah palsu dan
keterangan palsu kitab undang-undang hukum pidana, jika keterangan palsu
diatas sumpah, diberikan dalam perkara pidana dan merugikan terdakwa atau
Saksi (Chitra Tita): Saya sedang melakukan perjalanan ke Semarang bersama teman-teman
saya, tiba-tiba teman saya merasakan sakit perut dan meminta berhenti sejenak di KM9,
karena perutnya terasa mual dan ingin muntah.
PH : Bagaimana kondisi anda setelah melihat sebuah tangan yang mucul dalam plastik?
Indri: Saya sangat syok dan kaget lalu saya berteriak sangat kencang dan teman saya yang
bernama Eva menghampiri saya dan lalu melaporkan kejadian tersebut ke Polres Semarang
(Saksi (Indri) berdiri dan mengambil kartu identitas yang tadi diberikan kepada Hakim)
Hakim Ketua : Penuntut umum silahkan panggil Saksi atau Ahli berikutnya!
Hakim Ketua : Saudara saksi, Apa saudara mempunyai hubungan darah dengan Terdakwa?
Saksi (Satpam) : Tidak, Yang Mulia.
Hakim Ketua : Apa saudara mengenal Terdakwa?
Saksi Satpam) : Tidak, Yang Mulia.
Hakim Ketua : Apakah saudara mengenal korban?
Saksi (Satpam) : Tidak, Yang Mulia.
Hakim Ketua : Apakah saudara saksi mengetahui kenapa dihadirkan dalam persidangan?
Saksi (Satpam) : Mengetahui, Yang Mulia.
Terkait dengan pembunuhan terhadap korban Muhammad Tria Ramadhani
Hakim Ketua : Baik.
Sebelum saudara saksi memberi keterangan lebih lanjut, Saudara wajib
diambil sumpahnya.
Apakah saudara saksi bersedia?
Saksi (Satpam): Bersedia, Yang Mulia.
Hakim Ketua : Mengingatkan menurut pasal 242 ayat 2 tentang sumpah palsu dan
keterangan palsu kitab undang-undang hukum pidana, jika keterangan palsu
diatas sumpah, diberikan dalam perkara pidana dan merugikan terdakwa atau
Hakim Anggota : Apa yang anda lakukan setelah mendengar suara kegaduhan tersebut?
Saksi (Satpam) ; yang saya lakukan ketika itu saya keluar dari pos satpam lalu mengecek
keadaan sekitar dan melihat bayangan mobil berwarna putih namun tidak melihat plat nomer
mobil tersebut, Yang Mulia.
PU : Apakah anda tau merk mobil berwarna putih itu dan plat nomernya?
Saksi (Satpam): dugaan saya merk mobil putih yang saya lihat adalah Suzuki Ertiga dan
mohon maaf untuk plat nomer ketika itu saya kurang mencermati.
PU : Untuk memastikan ulang, apakah benar saudara saksi ketika kejadian benar-
benar ada di tempat kejadian? Atau hanya mengada-ada?
Saksi (Satpam): Benar, Saya bisa menjamin 100% karena saya memang betul satpam Rusun
Griya Indah tempat tinggal korban.
(Saksi (Satpami) berdiri dan mengambil kartu identitas yang tadi diberikan kepada Hakim)
Hakim Ketua : Penuntut umum silahkan panggil Saksi atau Ahli berikutnya!
Hakim Ketua : Saudara saksi, Apa saudara mempunyai hubungan darah dengan Terdakwa?
Saksi (Warga) : Tidak, Yang Mulia.
Hakim Ketua : Apa saudara mengenal Terdakwa?
Saksi Warga) : Tidak, Yang Mulia.
Hakim Ketua : Apakah saudara mengenal korban?
Saksi (Warga) : Tidak, Yang Mulia.
Hakim Ketua : Apakah saudara saksi mengetahui kenapa dihadirkan dalam persidangan?
Saksi (Warga) : Mengetahui, Yang Mulia.
Terkait dengan pembunuhan terhadap korban Muhammad Tria Ramadhani
Hakim Ketua : Baik.
Sebelum saudara saksi memberi keterangan lebih lanjut, Saudara wajib
diambil sumpahnya.
Apakah saudara saksi bersedia?
Saksi (Warga): Bersedia, Yang Mulia.
Hakim Ketua : Mengingatkan menurut pasal 242 ayat 2 tentang sumpah palsu dan
keterangan palsu kitab undang-undang hukum pidana, jika keterangan palsu
diatas sumpah, diberikan dalam perkara pidana dan merugikan terdakwa atau
tersangka, yang bersalah dikenakan pidana penjara paling lama 9 tahun.
Apa saudara paham?
Saksi (Warga): Paham, Yang Mulia.
Hakim Anggota : Apa yang saudara lakukan setelah mendengar suara kegaduhan?
Saksi (Warga) ; setelah saya mendengar suara kegaduhan, saya langsung keluar rumah dan
mengecek sumber suara melalui jendela, akan tetapi saya tidak berani menuju ke tempat
kegaduhan tersebut dikarenakan jalanan sedang sepi, dan kebetulan juga saya sedang sendiri,
Yang Mulia.
Hakim Anggota : lalu, seperti apa suara kegaduhan yang saudara dengar?
Saksi (Warga) : Yang saya dengar, hanya suara teriakan dan kegaduhan seperti orang
berkelahi.
Saksi (Warga): perkiraan saya suara tersebut berasal dari arah barat Rusun
PU : Apakah saudara tahu dimanakah satpam rusun ketika terjadi suara gaduh
tersebut?
Saksi (Warga): Saya tidak tahu ada dimana satpam waktu itu.
PU : Untuk memastikan ulang, apakah benar saudara saksi ketika kejadian benar-
benar ada di tempat kejadian? Atau hanya mengada-ada?
Saksi (Warga): Benar, Saya bisa menjamin 100% karena saya memang betul satpam Rusun
Griya Indah tempat tinggal korban.
(Saksi (Warga) berdiri dan mengambil kartu identitas yang tadi diberikan kepada Hakim)
Hakim Ketua : Penuntut umum silahkan panggil Saksi atau Ahli berikutnya!
Hakim Anggota: Baik. Jadi benar Ahli ini salah satu Psikiater di Rumah Sakit …
Dr. Forensik : Betul, Yang Mulia.
Hakim Anggota: Saudari Ahli berkewarganegaraan Indonesia dan beragama Islam, betul?
Dr. Forensik : Betul, Yang Mulia.
Hakim Anggota: Cukup, Terima Kasih.
Hakim Ketua : Baik. Ahli, Apa Ahli Punya hubungan darah dengan Terdakwa?
Dr. Forensik : Tidak, Yang Mulia.
Hakim Ketua : Apakah Ahli kenal dengan Terdakwa?
Dr. Forensik : Tidak, Yang Mulia
Hakim Ketua : Apa Ahli mengenal Korban?
Dr. Forensik : Tidak, Hanya sebatas Saksi dan pasien saja.
Hakim Ketua : Apakah saudara saksi mengetahui kenapa dihadirkan dalam persidangan?
Dr. Forensik : Untuk menjelaskan kondisi jasad korban, Mochammad Tria Ramadhani
akibat pembunuhan berencana yang dilakukan oleh Terdakwa Muhammad
Iqbal
Hakim Ketua : Baik. Sebelum saudara Ahli memberi keterangan lebih lanjut, saudara wajib
diambil sumpahnya.
Apakah saudara Ahli bersedia?
Dr. Forensik : Bersedia, Yang Mulia.
Hakim Ketua : Baik. Ahli Ikuti arahan hakim Anggota
Hakim Anggota: Ahli, ikuti kata-kata saya. “Demi Allah, Saya bersumpah saya sebagai
Ahli akan memberikan keterangan sesuai dengan keahlian saya”
Hakim Anggota: Baik, silahkan duduk kembali.
Panitera, Terima Kasih.
Hakim Ketua : Mengingatkan menurut pasal 242 ayat 2 tentang sumpah palsu dan
keterangan palsu kitab undang-undang hukum pidana, jika keterangan palsu
diatas sumpah, diberikan dalam perkara pidana dan merugikan terdakwa atau
PU : Mohon izin, Yang Mulia. Kami telah menyerahkan barang bukti berupa
laporan kondisi kejiwaan korban kepada Panitera, Yang Mulia
Hakim Ketua : Panitera, tolong hadirkan barang bukti
(Hakim Ketua meminta Penuntut Umum dan Penasehat Hukum untuk mengecek barang
bukti, lalu menyuruh mereka kembali lagi)
Dr. Forensik : Benar, Yang Mulia. Pada Tanggal ………….. kepolisian membawa korban
untuk diperiksakan kepada saya guna pemenuhan bukti visum.
Hakim Anggota: Apakah benar hasil pemeriksaan visum itu benar milik korban?
Dr. Forensik : Benar, Yang Mulia. Hasil pemeriksaan visum itu memang milik
korban atas nama Mochammad Tria Ramadhani.
Hakim Anggota: Dari hasil kondisi laporan ini, Seperti apa kondisi korban ketika diotopsi?
Dr. Forensik : Sesuai dengan hasil laporan yang saya buat atas dasar pemeriksaan tersebut,
Ada bekas pukulan benda tumpul di bagian kepala atau leher dengan kedua
pupil mata membesar serta mulut berbusa. Ditemukan juga bekas pukulan di
bagian dada dan perut. Hal tersebut mengakibatkan penggumpalan darah di
otak karena bekas pukulan. Yang dapat disimpulkan bahwa korban dianiaya
oleh lebih dari 1 orang.
Hakim Anggota: Cukup, Yang Mulia.
PU : Untuk memastikan lagi, Apakah benar hasil pemeriksaan Visum itu milik
korban dan tidak tertukar dengan yang lain?
Dr. Forensik: Benar hasil itu memang milik korban. Saya berani jamin 100% dan tidak ada
kekeliruan atau tertukar.
PU : Cukup. Yang Mulia.
PH : Lalu apakah ada kemungkinan dari luka tersebut berasal dari benda tajam?
Dr. Forensik: Tentu tidak, Karena yang ditemukan hanyalah luka lebam, sedangkan luka hasil
benda tajam umumnya meninggalkan luka robekan.
PH : Pada hari korban diperiksakan, Apakah ada pasien lain yg melakukan
pemeriksaan?
Dr. Forensik : Tidak. Korban satu-satunya pasien saya pada hari itu.
PH : Cukup yang mulia.
(Ahli (Forensik) berdiri dan mengambil kartu identitas yang tadi diberikan kepada Hakim)
Hakim Ketua : Penuntut umum silahkan panggil Saksi atau Ahli berikutnya!
Hakim Anggota: Baik. Jadi benar Ahli ini salah satu Psikiater di Rumah Sakit …
Psikiater : Betul, Yang Mulia.
Hakim Anggota: Saudari Ahli berkewarganegaraan Indonesia dan beragama Islam, betul?
Psikiater : Betul, Yang Mulia.
Hakim Anggota: Cukup, Terima Kasih.
Hakim Ketua : Baik. Ahli, Apa Ahli Punya hubungan darah dengan Terdakwa?
Psikiater : Tidak, Yang Mulia.
Hakim Ketua : Apakah Ahli kenal dengan Terdakwa?
Psikiater : Tidak, Yang Mulia
Hakim Ketua : Apa Ahli mengenal Korban?
Psikiater : Tidak, Hanya sebatas Saksi dan pasien saja.
Hakim Ketua : Apakah saudara saksi mengetahui kenapa dihadirkan dalam persidangan?
Psikiater : Untuk menjelaskan kondisi kejiwaan Muhammad Iqbal sebagai pelaku
pembunuhan berencana yang dilakukan kepada korban Mochammad Tria
Ramadhani.
Hakim Ketua : Baik. Sebelum saudara Ahli memberi keterangan lebih lanjut, saudara wajib
diambil sumpahnya.
Apakah saudara Ahli bersedia?
Psikiater : Bersedia, Yang Mulia.
Hakim Ketua : Baik. Ahli Ikuti arahan hakim Anggota
Hakim Anggota: Ahli, ikuti kata-kata saya. “Demi Allah, Saya bersumpah saya sebagai
Ahli akan memberikan keterangan sesuai dengan keahlian saya”
Hakim Anggota: Baik, silahkan duduk kembali.
Panitera, Terima Kasih.
Hakim Ketua : Mengingatkan menurut pasal 242 ayat 2 tentang sumpah palsu dan
keterangan palsu kitab undang-undang hukum pidana, jika keterangan palsu
diatas sumpah, diberikan dalam perkara pidana dan merugikan terdakwa atau
PU : Mohon izin, Yang Mulia. Kami telah menyerahkan barang bukti berupa
laporan kondisi kejiwaan korban kepada Panitera, Yang Mulia
Hakim Ketua : Panitera, tolong hadirkan barang bukti
(Hakim Ketua meminta Penuntut Umum dan Penasehat Hukum untuk mengecek barang
bukti, lalu menyuruh mereka kembali lagi)
Psikiater : Benar, Yang Mulia. Pada Tanggal ………….. kepolisian membawa korban
untuk diperiksakan kepada saya guna menjelaskan kondisi kejiwaan
terdakwa Muhammad Iqbal.
Hakim Anggota: Dari hasil kondisi laporan ini, seperti apa kondisi terdakwa ketika diperiksa?
Psikiater : Sesuai dengan hasil laporan yang saya buat atas dasar pemeriksaan tersebut,
kejiwaan terdakwa dinyatakan sehat dan tidak ada gangguan kejiwaan sama
sekali, Yang Mulia.
Hakim Anggota : menurut pemeriksaan ahli, apakah terdakwa melakukan pembunuhan ada
salah satu faktor pengaruh obat-obatan?
PU : Apakah ada alasan yang mendasari Ahli yakin bahwa terdakwa melakukan
pembunuhan berencana tersebut secara sadar?
Psikiater : Ada, Terdakwa Muhammad Iqbal ketika saya analisis kejiwaannya melalui
metode wawancara dapat menyimpulkan dan mengakui kesalahan secara
gampang dan tidak bertele-tele, sehingga memang benar rencananya dalam
membunuh ini dilakukannya secara sadar.
PH : kepada saudara Ahli apakah benar laporan hasil pemeriksaan kejiwaan ini
memang benar milik terdakwa?
Psikiater : Benar, laporan hasil pemeriksaan kejiwaan itu memang milik terdakwa
Muhammad Iqbal
PH : Apakah saudara Ahli yakin tidak ada kekeliruan dalam hasil laporan
tersebut?
Psikiater : Saya yakin atas nama Tuhan dan Profesi saya, laporan tersebut saya buat
dengan benar tanpa kekeliruan. Dan apabila ada kekeliruan saya siap
mempertanggung-jawabkan kesalahan saya.
(Ahli (Forensik) berdiri dan mengambil kartu identitas yang tadi diberikan kepada Hakim)
PEMERIKSAAN TERDAKWA
Terdakwa: Sebelum kejadian tersebut saya tidak mengalami mabuk ataupun dalam keadaan
di alam bawah sadar saya.
PU : Apa alasan anda melakukan hal tersebut?
Terdakwa : Karena rasa khawatir rahasia saya yang hanya diketahui oleh korban terdengar
sampai telinga istri saya (Qurro Tuayun), padahal Mochammad Tria Ramadhani sudah setuju
membuat perjanjian agar tidak membocorkan informasi rahasia tersebut dengan memberinya
imbalan gaji tambahan 50% dari gaji utama.
PU : Apa anda memiliki semacam penyakit kejiwaan?
Terdakwa : Saya tidak tahu
PU : Setelah melakukan hal tersebut apakah ada penyesalan di dalam diri anda?
Terdakwa: Ya, saya menyesal dan meminta maaf kepada keluarga korban, dan saya berani
mempertanggungjawabkan kesalahan saya, serta saya berjanji tidak akan mengulangi
perbuatan keji saya.
PU : Sudah cukup, Yang Mulia. Terima Kasih.
Hakim Ketua: Baik. Penasehat Hukum ada yang ingin ditanyakan?
PH : Ada, Yang Mulia. Terima Kasih.
SIDANG KE-4
Sidang Pengadilan Negeri Semarang, yang memeriksa dan mengadili perkara pidana nomor
112/Pid.Sus/2017/PN.SMG atas nama terdakwa Muhammad Iqbal pada hari Kamis tanggal
…………… dinyatakan dibuka dan tertutup untuk umum. (ketukan palu sekali)
Hakim Ketua : Bagaimana Jaksa Penuntut Umum, 7 hari dari hari ini keberatan?
Hakim Ketua : Baik, sidang ditunda selama 7 hari dan akan dilanjutkan kembali pada Hari
Kamis, Tanggal ………… dengan agenda Pembacaan Putusan oleh
Majelis Hakim. Dengan ini sidang dinyatakan ditutup (ketok palu dua kali )
SIDANG KE-5
Sidang Pengadilan Negeri Semarang, yang memeriksa dan mengadili perkara pidana nomor
112/Pid.Sus/2017/PN.Smg atas nama terdakwa Muhammad Iqbal pada hari Kamis tanggal
………. dinyatakan dibuka dan tertutup untuk umum. (ketukan palu sekali)