Anda di halaman 1dari 36

(Salam)

Selamat Siang
Kami dari Unit Peradilan Semu ‘17 Nawasena Justicia akan menampilkan simulasi
persidangan perkara pidana. sebelumnya izinkan kami memperkenalkan diri

PERCAKAPAN SIDANG

Sidang Pertama

Pada hari sidang yang telah ditetapkan oleh Majelis Hakim, sidang pemeriksaan Perkara
Pidana nomor 112/Pid.Sus/2017/PN.SMG dalam Kasus Pembunuhan berencana dengan
Terdakwa Muhammad Iqbal, Arlanda Ghazali Langitan, Dipa Nandasytra Hasibuan, Erick
Nindyoastomo yang melakukan pembunuhan terhadap saudara Mochammad Tria Ramadhani
dibuka dan dinyatakan tertutup untuk umum, adapun tata tertib adalah sebagai berikut :

A. TATA TERTIB UMUM


1. Persidangan terbuka untuk umum bagi orang dewasa, kecuali dalam perkara tindak
pidana kesusilaan, tindak pidana yang pelakunya anak-anak dan sidang perceraian
yang berlaku tertutup untuk umum.
2. Selama sidang berlangsung, pengunjung sidang harus duduk dengan sopan dan
tertib di tempat masing-masing dan memelihara ketertiban dalam sidang.
3. Pengambilan foto, rekaman suara, rekaman TV harus seizin Ketua Pengadilan Negeri
yang bersangkutan.
4. Siapapun dilarang membawa senjata api, senjata tajam, bahan peledak atau alat
maupun benda yang dapat membahayakan keamanan sidang.
5. Petugas keamanan sidang karena tugas jabatannya dapat mengadakan penggeledahan
badan tanpa surat perintah untuk memastikan dan menjamin bahwa kehadiran setiap
orang di Pengadilan tidak membawa senjata api, senjata tajam , bahan peledak atau
alat maupun benda yang dapat membahayakan keamanan sidang.
6. Pengunjung sidang dilarang merokok, makan, minum, membaca koran, berbicara
satu sama lain atau melakukan tindakan yang dapat mengganggu jalannya
persidangan.
7. Seluruh orang yang hadir dalam ruang sidang dilarang mengaktifkan telepon
seluler di dalam ruang sidang selama persidangan berlangsung.
8. Dilarang membuat kegaduhan baik di dalam maupun diluar ruangan sidang.
9. Dilarang berbicara, memberikan dukungan atau mengajukan keberatan atas
keterangan yang diberikan oleh saksi selama persidangan.
10. Dilarang keluar masuk ruang sidang untuk alasan-alasan yang tidak perlu karena
mengganggu jalannya persidangan.
11. Dilarang menempelkan pengumuman/spanduk/tulisan atau brosur dalam bentuk
apapun di lingkungan pengadilan tanpa ada izin tertulis dari Ketua Pengadilan
Negeri.
12. Semua orang yang hadir di ruang sidang harus mengenakan pakaian yang sopan dan
sepantasnya, serta menggunakan sepatu.
Berbagai benda berikut ini tidak diperkenankan untuk dibawa ke ruang sidang:
● Senjata api
● Benda tajam
● Bahan peledak
● Peralatan atau berbagai benda yang dapat membahayakan keamanan ruang sidang.

B. TATA TERTIB PERSIDANGAN


1. Sebelum sidang dimulai, Panitera, Penuntut Umum, Penasehat Hukum, Para Pihak
dan Pengunjung Sidang duduk di tempatnya masing-masing dalam ruangan sidang.
2. Pada saat Hakim memasuki dan meninggalkan ruang sidang, pejabat yang bertugas
sebagai protokol mempersilahkan yang hadir dalam ruang sidang untuk berdiri
menghormati Hakim.
3. Setiap orang di dalam ruang sidang wajib menunjukkan sikap sopan dan tertib.
4. Ketua Majelis Hakim memimpin pemeriksaan dan memelihara tata tertib di
persidangan.
5. Ketua Majelis Hakim dapat menentukan bahwa anak yang belum mencapai umur
delapan belas tahun tidak diperkenankan menghadiri sidang.
6. Kehadiran anak-anak di dalam persidangan hanya dimungkinkan sepanjang sesuai
dengan Undang-Undang tentang Sistem Peradilan Pidana Anak (SPPA).
7. Segala sesuatu yang diperintahkan oleh Hakim Ketua Majelis untuk memelihara tata
tertib di persidangan wajib dilaksanakan dengan segera dan cermat.
8. Pengunjung sidang yang bersikap tidak sesuai dengan martabat pengadilan dan tidak
mematuhi tata tertib, setelah mendapat peringatan dari Ketua Majelis Hakim maka
atas perintahnya, yang bersangkutan dikeluarkan dari ruang sidang.
9. Dalam hal pelanggaran tata tertib sebagaimana dimaksud pada angka 7 bersifat suatu
tindakan pidana, akan dilakukan penuntutan terhadap pelakunya.
10. Selama sidang berlangsung setiap orang yang keluar masuk ruang sidang diwajibkan
memberi hormat kepada Majelis dengan menganggukkan kepala.
Panitera : Majelis Hakim memasuki ruangan sidang, hadirin dimohon untuk berdiri.
(Menunggu Majelis Hakim duduk) Hadirin dimohon untuk duduk kembali

Hakim Ketua : Sidang segera dimulai.


Mengingatkan kembali kepada hadirin sidang agar tidak membawa senjata
tajam dan senjata api serta apapun yang mengganggu jalannya persidangan.

(Jeda singkat)

Hakim Ketua : Hakim anggota siap?


Panitera siap?
Penuntut umum siap?
Penasihat hukum siap?

(Hakim Ketua Mulai membuka persidangan)

Sidang pada Pengadilan Negeri Semarang dengan nomor perkara 112/Pid.Sus/2017/PN.SMG


atas nama terdakwa Muhammad Iqbal dinyatakan dibuka dan tertutup untuk umum
(Ketok palu 3 kali)

Hakim Ketua : Baik, penuntut umum silahkan hadirkan terdakwa ke dalam ruang
persidangan
Penuntut Umum: (Berdiri) Petugas, tolong hadirkan terdakwa ke dalam ruang persidangan!
Petugas : Baik

(Petugas Pengadilan membawa Terdakwa ke dalam ruang persidangan)

Petugas : Terdakwa telah hadir, Yang Mulia


Hakim Ketua : Baik, petugas silahkan kembali ke tempat, terdakwa silahkan duduk

(Terdakwa duduk pada kursi yang sudah disediakan)

Hakim Ketua : Baik. Apakah terdakwa dalam keadaan sehat dan siap untuk mengikuti
persidangan ini?
Terdakwa : Sehat dan siap, Yang Mulia

Hakim Ketua : Baik. Saya akan membacakan identitas dari saudara Terdakwa.
Nama lengkap, Muhammad Iqbal (Qibil) bin Hasanudin .
Alamat Jl. Menoreh, Kecamatan Bendan Duwur, Kota Semarang .
Pekerjaan Pengusaha,Agama Islam, Kewarganegaraan, Indonesia.
Apakah benar?
Terdakwa : Benar, Yang Mulia
Hakim Ketua : Kepada saudara Terdakwa agar memperhatikan persidangan.
Menurut Pasal 340 Jo 55 Jo 56 Kitab Undang-Undang Hukum Pidana
Terdakwa wajib didampingi penasehat hukum. (Menunjuk ke arah Penasehat
Hukum) Apakah benar, ini Penasehat Hukum Terdakwa?
Terdakwa : Benar, Yang Mulia. Ini adalah Penasehat Hukum saya.

Hakim Ketua : (Melihat ke arah Penasehat Hukum) Apakah benar, Anda bertindak sebagai
Penasehat Hukum?
Penasehat Hukum: Benar, Yang Mulia
Hakim Ketua : Penasehat Hukum dipersilahkan untuk menyerahkan Surat Kuasanya
Penasehat Hukum: Izin yang mulia, agar Penuntut Umum juga menunjukkan Surat P16A
Hakim Ketua : Baik. Kepada Penuntut Umum dan Penasehat Hukum bisa maju ke depan

(Penuntut Umum (PU) dan Penasehat Hukum (PH) maju ke depan persidangan dan
menunjukan surat-suratnya)

Hakim Ketua : Baik, Penuntut Umum dan Penasehat Hukum, Silahkan duduk kembali

(Jeda, Singkat)

Hakim Ketua : Untuk Penuntut Umum, silahkan membacakan dakwaannya.


PU : (Berdiri)
Yang terhormat Majelis Hakim dan yang saya hormati Penasehat Hukum
Izinkan saya untuk membacakan surat Dakwaan
(Penuntut Umum membacakan Surat Dakwaan)
Cukup,Yang Mulia
Hakim Ketua : Baik. Silahkan duduk kembali.

Hakim Ketua : Saudara Terdakwa, Apakah paham tentang dakwaan yang telah dibacakan
oleh Penuntut Umum? Jika tidak paham silahkan ajukan alasannya
Terdakwa : Paham, Yang Mulia
Hakim Ketua : Apakah saudara Terdakwa atau Penasehat Hukum akan mengajukan
Nota Keberatan atau tidak?
Terdakwa : Iya, Yang Mulia. Sudah saya serahkan kepada Penasehat Hukum saya
Hakim Ketua : Bagaimana Penasehat Hukum? Sudah siap dengan Nota Keberatannya?
PH : Kami membutuhkan waktu 14 hari, Yang Mulia.
Hakim Ketua : Bagaimana Penuntut Umum, 14 hari dari hari ini keberatan atau tidak?
PU : Keberatan, Yang Mulia. Berdasarkan asas peradilan cepat dan biaya ringan
kami hanya membutuhkan waktu selama 7 hari yang mulia.
Hakim Ketua : Bagaimana penasehat hukum 7 hari dari hari ini apakah sanggup?

PH : Sanggup yang mulia


Hakim Ketua : (Melihat ke Panitera) Panitera, 7 hari dari hari ini hari dan tanggal berapa?
Panitera : (Mengecek) Hari Kamis, … November 2017. Yang Mulia
Hakim Ketua : Baik. Sidang diundur selama 7 hari dan akan dilanjutkan kembali pada
Hari Kamis, Tanggal … November 2017. Dengan agenda pembacaan Nota
Keberatan oleh Penasehat Hukum.
Dengan ini sidang ditutup. (Ketok palu 2 kali)

(Ketika Hakim Ketua melakukan ketok palu, pada ketukan terakhir seluruh anggota
pengadilan dimohon untuk menundukan kepalanya dan mengangkat kembali apabila Hakim
Agung melakukan ketukan palu pada sidang berikutnya. ini bertujuan untuk memberitahu
bahwa adanya pergantian waktu/hari dalam persidangan)

Sidang Kedua

(Hakim Ketua Memulai membuka Persidangan)

Sidang pada Pengadilan Negeri Semarang dengan nomor perkara 112/Pid.Sus/2017/PN.SMG


atas nama Terdakwa Muhammad Iqbal dinyatakan dibuka dan tertutup untuk umum.
(Ketok palu sekali)

Hakim Ketua : Terdakwa dalam keadaan sehat?


Penasehat Hukum dalam keadaan sehat?
Penuntut Umum dalam Keadaan sehat?
Hakim Ketua : Baik. Sesuai agenda pada hari ini yaitu pembacaan Nota Keberatan dari
Penasehat Hukum.
Penasehat Hukum apakah sudah siap?
PH : Siap, Yang Mulia.
Hakim Ketua : Silahkan dibacakan.
PH : Baik yang mulia.
(Berdiri) Yang terhormat Majelis Hakim dan yang saya hormati Penuntut
Umum, Izinkan saya untuk membacakan Nota Keberatan
(Penasehat Hukum membacakan Nota Keberatan)
Cukup, Yang Mulia.
Hakim Ketua : Baik. Silahkan duduk.
Terkait Nota Keberatan dari Penasehat Hukum.
Apakah Penuntut Umum akan mengajukan pendapat?
PU : Tidak yang mulia. Kami tetap pada Dakwaan kami, Yang Mulia.
Hakim Ketua : Baik. Karena Penuntut Umum tetap pada Dakwaannya
Agenda sidang pada hari ini kami cukupkan dan dilanjutkan dengan agenda
berikutnya yaitu Pembacaan Putusan Sela.

(Hakim Ketua dan Hakim Anggota berdiskusi jumlah hari)

Hakim Ketua : Penuntut Umum, 7 hari dari hari ini keberatan?


PU : Tidak, Yang Mulia
Hakim Ketua : Penasehat Hukum, 7 hari dari hari ini keberatan?
PH : Tidak, Yang Mulia
Hakim Ketua : Baik.

(Hakim Ketua melihat ke arah Panitera)

Hakim Ketua : Panitera, 7 hari dari hari ini hari dan tanggal berapa?
Panitera : (Mengecek)
Hari Kamis, Tanggal … November 2017, Yang Mulia
Hakim Ketua : Baik. Agenda berikutnya pembacaan Putusan Sela yang akan dilaksanakan
pada Hari Kamis tanggal … November 2017.
Namun, apabila Putusan Sela tidak diterima, maka akan dilanjutkan dengan
Pembuktian.
Bagaimana, Penuntut Umum dan Penasehat Hukum sanggup?
(melihat ke Penuntut Umum dan Penasehat Hukum)
PU PH : Sanggup, Yang Mulia.
Hakim Ketua : Baik.
Dengan ini sidang ditunda selama 7 hari dan akan dilanjutkan pada hari
Kamis Tanggal ... November 2017 dan dengan ini sidang ditutup
(ketok palu 2 kali)

Sidang Ketiga

(Hakim Ketua memulai sidang ketiga)

Sidang Pengadilan Negeri Semarang, yang memeriksa dan mengadili Perkara Pidana nomor
112/Pid.Sus/2017/PN.SMG atas nama Terdakwa Muhammad Iqbal pada hari Selasa tanggal
… November 2017 dinyatakan dibuka dan tertutup untuk umum. (ketukan palu sekali)

Hakim Ketua : Terdakwa, silakan duduk di kursi yang telah disediakan

(Terdakwa duduk di kursi yang disediakan)

Hakim Ketua : Terdakwa Sehat?


Terdakwa : Sehat, Yang Mulia
Hakim Ketua : Saudara Penasehat Hukum sehat?
PH : Sehat, Yang Mulia
Hakim Ketua : Saudara penuntut Umum sehat?
PU : Sehat, Yang Mulia
Hakim Ketua : Baik. Sesuai agenda kita hari ini yaitu pembacaan Putusan Sela
oleh Majelis Hakim.
Kepada Penasehat Hukum, Terdakwa dan Penuntut Umum.
Silahkan menyimak

(Hakim Ketua dan Hakim Anggota membacakan Putusan Sela)


Hakim Ketua : Baik, Kita lanjutkan dengan agenda berikutnya yaitu Pembuktian.
Terdakwa silahkan duduk di sebelah Penasihat Hukum.

(Terdakwa duduk di samping Penasehat Hukum)

Hakim Ketua : Penuntut umum, akan menghadirkan saksi atau ahli?


PU : Kami akan menghadirkan 6 saksi dan 2 ahli, Yang Mulia
Hakim Ketua : Baik. Silahkan dipanggil untuk saksi atau ahli pertama
PU : Terima Kasih, Yang Mulia.
Petugas, tolong hadirkan saksi pertama ke dalam ruang persidangan!
Petugas : Baik

(Petugas Pengadilan membawa Saksi pertama (Eva Eva) ke dalam ruang persidangan)

Petugas : Saksi telah hadir, Yang Mulia.


Hakim Ketua : Baik. Saksi, silahkan duduk.

(Saksi pertama duduk di kursi yang disediakan)

KESAKSIAN SAKSI PERTAMA (EVA EVA)

Hakim Ketua : Saudara saksi sehat?


Saksi : Sehat, Yang Mulia.
Hakim Ketua : Apa saudara saksi membawa Kartu Identitas?
Saksi : Iya, Yang Mulia. Saya membawanya
Hakim Ketua : Baik. Silahkan ditunjukkan ke depan

(Saksi memberikan Kartu Identitas kepada Majelis Hakim)

Hakim Ketua : Baik, silahkan duduk kembali

(Saksi duduk kembali)

Hakim Anggota: Saudara saksi, tolong jawab pertanyaan saya.


Saksi : Baik, Yang Mulia
Hakim Anggota : Nama?
Saksi :Eva Eva
Hakim Anggota : Tempat, Tanggal Lahir?
Saksi : 14 Mei 1990 Semarang,
Hakim Anggota : Alamat?
Saksi : Jl Papandayan, RT 06, Kota Semarang
Hakim Anggota : Pekerjaan?
Saksi : Sekretaris PT. Mandiri Group
Hakim Anggota : Agama, Islam. Kewarganegaraan, Indonesia. Benar?
Saksi : Benar, Yang Mulia
Hakim Anggota : Cukup.
Hakim Ketua : Saudara saksi, Apa saudara mempunyai hubungan darah dengan Terdakwa?
Saksi : Tidak, Yang Mulia.
Hakim Ketua : Apa saudara mengenal Terdakwa?
Saksi : Tidak, Yang Mulia.
Hakim Ketua : Apakah saudara mengenal korban?
Saksi : Tidak, Yang Mulia.
Hakim Ketua : Apakah saudara saksi mengetahui kenapa dihadirkan dalam persidangan?
Saksi : Mengetahui, Yang Mulia. Terkait dengan Pembunuhan berencana yang
dilakukan Terdakwa Muhammad Iqbal kepada Korban Mochammad Tria
Ramadhani.
Hakim Ketua : Baik.
Sebelum saudara saksi memberi keterangan lebih lanjut, Saudara wajib
diambil sumpahnya.
Apakah saudara saksi bersedia?
Saksi (Kakak) : Bersedia, Yang Mulia.

(Hakim Ketua memberikan arahan kepada Hakim Anggota)

Hakim Anggota: Baik.


Saksi silakan berdiri dan maju satu langkah.
(melihat ke arah Panitera) Panitera tolong dibantu.

(Saksi mengikuti arahan Hakim Anggota)

Hakim Anggota: Saksi tolong ikuti kata-kata saya.


“Demi Allah, Saya bersumpah saya sebagai saksi akan memberikan
keterangan yang sebenar-benarnya tidak lain dari yang sebenarnya”

Hakim Anggota: Baik, silahkan duduk kembali.


Panitera, Terima kasih.

Hakim Ketua : Mengingatkan kepada saudara saksi menurut pasal 242 ayat 2 tentang
sumpah palsu dan keterangan palsu Kitab Undang-Undang Hukum Pidana, jika keterangan
palsu diatas sumpah, diberikan dalam perkara pidana dan merugikan terdakwa atau tersangka,
yang bersalah dikenakan pidana penjara paling lama 9 tahun. Apa saudara paham? (Baik
saudara saksi,
Saksi : Paham, Yang Mulia

Pertanyaan Majelis Hakim dengan Saksi Pertama (Eva Eva)


Hakim Ketua : Apakah saudara melihat kejadian pembunuhan tersebut?

Saksi : Tidak, Yang Mulia.

Hakim Ketua : Lalu apa kesaksian dari saudara? Coba jelaskan!


Saksi : Begini Yang Mulia.
Pada tanggal 23 Desember 2017 sekitar pukul 08.00 saya dan 3 rekan tim
saya sedang dalam perjalanan menuju Bawen yang kebetulan melewati tempat
ditemukannya korban. Di tengah perjalanan, rekan saya Dhatu Rembulan merasa
mual dan meminta berhenti di pinggir jalan sebentar untuk muntah. Lalu Indri
Andriztina yang mengikuti Dhatu Rembulan tiba-tiba berteriak karena
menemukan sebuah plastik sampah besar yang berisi sesuatu dan nampak sebuah
tangan yang keluar. Saya yang kaget pun segera keluar dan melihat plastik
sampah besar itu kemudian melapor pada Polres Semarang.

Hakim Anggota : Apa yang sedang saudara lakukan di Jalan Tol Ungaran-Bawen tersebut?
Saksi : Dalam perjalanan menuju Bawen, Yang Mulia.
Hakim Anggota : Seperti apa kondisi jasad pada saat ditemukan?

Saksi : Jasad ditemukan dalam keadaan terbungkus plastik sampah ukuran besar dan
dalam kondisi tangan yang keluar dari kantong plastik.

Hakim Anggota: Saya rasa cukup, Yang Mulia.

Hakim Ketua : Baik, Silahkan dari Penuntut Umum Apa ada yang mau ditanyakan?
PU : Ada, Yang Mulia.

Pertanyaan Penuntut Umum dengan Saksi Pertama (Eva Eva)

PU : Apakah saudara mengenal korban?

Saksi : Tidak sama sekali.

PU : Apa yang anda lakukan setelah anda melihat jasad yang terbungkus kantong
plastik tersebut?

Saksi : Saya dan rekan saya langsung menghubungi terhadap pihak yang berwajib
dan melaporkan penemuan jasad tersebut.
Hakim Ketua :Baik, saudara saksi. Penuntut umum, Apakah masih ada yang ingin
ditanyakan?
PU : Cukup yang mulia, Terima Kasih.
Hakim Ketua : Baik. Silahkan dari Penasihat Hukum kalau ada yang mau ditanyakan.

Pertanyaan Penasehat Hukum dengan Saksi Pertama (Eva)


PH : Baik, Terima Kasih yang mulia.
Apakah sebelum saudara menemukan jasad korban sudah ada yang
menemukan jasad tersebut?

Saksi : Sepengetahuan kami belum, dikarenakan jalan tol Ungaran-Bawen pada


pukul 08.00 dan di hari itu memang masih sepi dan apabila sudah ada yang
menemukan sudah pasti akan lebih dulu melapor sebelum kami. Jadi dapat
disimpulkan bahwa memang belum ada yang menemukan jasad sebelum kami.

PH : Baik, Cukup yang mulia.


Hakim Ketua : Sudah cukup?

(melihat Penuntut Umum dan Penasehat hukum)


PH : Cukup, Yang Mulia

Hakim Ketua : Baik, Terima kasih.


Saksi silahkan kedepan untuk mengambil Kartu Identitasnya.

(Saksi berdiri dan mengambil kartu identitas yang tadi diberikan kepada Hakim)

Hakim Ketua : Saksi dipersilahkan kembali ke tempatnya.Terima Kasih.

Hakim Ketua : Penuntut umum silahkan panggil Saksi atau Ahli berikutnya!

PU : Baik, Yang Mulia.


Petugas tolong panggilkan Saksi kedua ke dalam ruang persidangan!
Petugas : Baik

KESAKSIAN SAKSI KEDUA (DHATU)

(Petugas Pengadilan membawa saksi kedua ke dalam ruang persidangan)

Petugas : saksi kedua sudah hadir, Yang Mulia.


Hakim Ketua : Baik. Saksi silahkan duduk.

(Saksi kedua duduk di kursi yang disediakan)

Hakim Ketua : Saudara saksi sehat?


Saksi : Sehat, Yang Mulia.
Hakim Ketua : Apa saudara saksi membawa Kartu Identitas?
Saksi : Iya, Yang Mulia. Saya membawanya
Hakim Ketua : Baik. Silahkan ditunjukkan ke depan
(Saksi memberikan Kartu Identitas kepada Majelis Hakim)

Hakim Ketua : Baik, silahkan duduk kembali

(Saksi duduk kembali)

Hakim Anggota: Saudara saksi, tolong jawab pertanyaan saya.


Saksi : Baik, Yang Mulia
Hakim Anggota : Nama?
Saksi :Dhatu Rembulan
Hakim Anggota : Tempat, Tanggal Lahir?
Saksi : 14 Mei 1990 Semarang,
Hakim Anggota : Alamat?
Saksi : Jl Papandayan, RT 06, Kota Semarang
Hakim Anggota : Pekerjaan?
Saksi : Sekretaris PT. Mandiri Group
Hakim Anggota : Agama, Islam. Kewarganegaraan, Indonesia. Benar?
Saksi : Benar, Yang Mulia
Hakim Anggota : Cukup.

Hakim Ketua : Saudara saksi, Apa saudara mempunyai hubungan darah dengan Terdakwa?
Saksi : Tidak, Yang Mulia.
Hakim Ketua : Apa saudara mengenal Terdakwa?
Saksi : Tidak, Yang Mulia.
Hakim Ketua : Apakah saudara mengenal korban?
Saksi : Tidak, Yang Mulia.
Hakim Ketua : Apakah saudara saksi mengetahui kenapa dihadirkan dalam persidangan?
Saksi : Mengetahui, Yang Mulia. Terkait dengan Pembunuhan berencana yang
dilakukan Terdakwa Muhammad Iqbal kepada Korban Mochammad Tria
Ramadhani.
Hakim Ketua : Baik.
Sebelum saudara saksi memberi keterangan lebih lanjut, Saudara wajib
diambil sumpahnya.
Apakah saudara saksi bersedia?
Saksi (Kakak) : Bersedia, Yang Mulia.

(Hakim Ketua memberikan arahan kepada Hakim Anggota)

Hakim Anggota: Baik.


Saksi silakan berdiri dan maju satu langkah.
(melihat ke arah Panitera) Panitera tolong dibantu.

(Saksi mengikuti arahan Hakim Anggota)


Hakim Anggota: Saksi tolong ikuti kata-kata saya.
“Demi Allah, Saya bersumpah saya sebagai saksi akan memberikan
keterangan yang sebenar-benarnya tidak lain dari yang sebenarnya”

Hakim Anggota: Baik, silahkan duduk kembali.


Panitera, Terima kasih.

Hakim Ketua : Mengingatkan kepada saudara saksi menurut pasal 242 ayat 2 tentang
sumpah palsu dan keterangan palsu Kitab Undang-Undang Hukum Pidana, jika keterangan
palsu diatas sumpah, diberikan dalam perkara pidana dan merugikan terdakwa atau tersangka,
yang bersalah dikenakan pidana penjara paling lama 9 tahun. Apa saudara paham? (Baik
saudara saksi,
Saksi : Paham, Yang Mulia

Hakim Ketua : Apakah saudara melihat kejadian pembunuhan tersebut?

Saksi : Tidak, Yang Mulia.

Hakim Ketua : Lalu apa kesaksian dari saudara? Coba jelaskan!


Saksi : Begini Yang Mulia.
Pada tanggal 23 Desember 2017 sekitar pukul 08.00 saya dan 3 rekan tim saya
sedang dalam perjalanan menuju Bawen yang kebetulan melewati tempat
ditemukannya korban. Di tengah perjalanan, rekan saya Dhatu Rembulan merasa
mual dan meminta berhenti di pinggir jalan sebentar untuk muntah. Lalu Indri
Andriztina yang mengikuti Dhatu Rembulan tiba-tiba berteriak karena
menemukan sebuah plastik sampah besar yang berisi sesuatu dan nampak sebuah
tangan yang keluar. Saya yang kaget pun segera keluar dan melihat plastik
sampah besar itu kemudian melapor pada Polres Semarang.

Hakim Anggota : Apa yang sedang saudara lakukan di Jalan Tol Ungaran-Bawen tersebut?
Saksi : Dalam perjalanan menuju Bawen, Yang Mulia.
Hakim Anggota : Seperti apa kondisi jasad pada saat ditemukan?

Saksi : Jasad ditemukan dalam keadaan terbungkus plastik sampah ukuran besar dan
dalam kondisi tangan yang keluar dari kantong plastik.

Hakim Anggota: Saya rasa cukup, Yang Mulia.

Hakim Ketua : Baik, Silahkan dari Penuntut Umum Apa ada yang mau ditanyakan?
PU : Ada, Yang Mulia.

Pertanyaan Majelis Hakim dengan Saksi Kedua (Dhatu)

Hakim Ketua : Apakah saudara melihat kejadian pembunuhan tersebut?


Saksi : Tidak, Yang Mulia.

Hakim Ketua : Lalu apa kesaksian dari saudara? Coba jelaskan!


Saksi : Begini Yang Mulia.
Pada tanggal 23 Desember 2017 sekitar pukul 08.00 saya dan 3 rekan tim saya
sedang dalam perjalanan menuju Bawen yang kebetulan melewati tempat
ditemukannya korban. Di tengah perjalanan, saya merasa mual dan meminta
berhenti di pinggir jalan sebentar untuk muntah. Lalu Indri Andriztina yang
mengikuti saya tiba-tiba berteriak karena menemukan sebuah plastik sampah
besar yang berisi sesuatu dan nampak sebuah tangan yang keluar. Eva Eva yang
kaget pun segera keluar dan melihat plastik sampah besar itu kemudian melapor
pada Polres Semarang.

Hakim Anggota : Apa yang sedang saudara lakukan di Jalan Tol Ungaran-Bawen tersebut?
Saksi : Dalam perjalanan menuju Bawen, Yang Mulia.
Hakim Anggota : Seperti apa kondisi jasad pada saat ditemukan?

Saksi : Jasad ditemukan dalam keadaan terbungkus plastik sampah ukuran besar dan
dalam kondisi tangan yang keluar dari kantong plastik, Yang Mulia.

Hakim Anggota: Saya rasa cukup, Yang Mulia.

Hakim Ketua : Baik, Silahkan dari Penuntut Umum Apa ada yang mau ditanyakan?
PU : Ada, Yang Mulia.

Pertanyaan Penuntut Umum dengan Saksi Pertama (Dhatu)

PU : Apakah saudara mengenal korban?

Saksi : Tidak sama sekali.

PU : Apa yang anda lakukan setelah anda melihat jasad yang terbungkus kantong
plastik tersebut?

Saksi : Saya dan rekan saya langsung menghubungi terhadap pihak yang berwajib
dan melaporkan penemuan jasad tersebut.
Hakim Ketua :Baik, saudara saksi. Penuntut umum, Apakah masih ada yang ingin
ditanyakan?
PU : Cukup yang mulia, Terima Kasih.
Hakim Ketua : Baik. Silahkan dari Penasihat Hukum kalau ada yang mau ditanyakan.
Pertanyaan Penasehat Hukum dengan Saksi Kedua (Dhatu)

PH : Baik, Terima Kasih yang mulia.


Apakah saudara memiliki mabuk perjalanan sehingga meminta untuk berhenti
di pinggir jalan tol dan muntah? Padahal kediaman saudara dengan Jalan Tol
yang dilalui masih terhitung dekat.

Saksi : Benar, sedari dulu saya memang mempunyai kebiasaan mabuk perjalanan,
dan memang kediaman saya dengan titik kami menemukan jasad korban
masih terhitung dekat, namun pagi itu saya lupa sarapan sehingga
mempengaruhi rasa mual semakin tidak bisa ditahan.

PH : Baik, Cukup yang mulia.


Hakim Ketua : Sudah cukup?

(melihat Penuntut Umum dan Penasehat hukum)


PH : Cukup, Yang Mulia

Hakim Ketua : Baik, Terima kasih.


Saksi silahkan kedepan untuk mengambil Kartu Identitasnya.

(Saksi berdiri dan mengambil kartu identitas yang tadi diberikan kepada Hakim)

Hakim Ketua : Saksi dipersilahkan kembali ke tempatnya.Terima Kasih.

Hakim Ketua : Penuntut umum silahkan panggil Saksi atau Ahli berikutnya!

PU : Baik, Yang Mulia.


Petugas tolong panggilkan Saksi ketiga ke dalam ruang persidangan!
Petugas : Baik

(Petugas Pengadilan membawa Saksi Ketiga ke dalam ruang persidangan)

KESAKSIAN SAKSI KETIGA (CHITRA TITA)

Petugas membawa saksi masuk ke ruangan persidangan

Petugas : Saksi kedua sudah hadir, Yang Mulia.


Hakim Ketua : Baik, Saksi silahkan duduk.

(Saksi ketiga (Chitra Tita) duduk di kursi yang disediakan

Hakim Ketua : Saudara saksi sehat?


Saksi (Chitra Tita): Sehat, Yang Mulia.
Hakim Ketua : Apa saudara saksi membawa Kartu Identitas?
Saksi (Chitra Tita): Iya, Yang Mulia. Saya membawanya
Hakim Ketua : Baik. Silahkan ditunjukkan ke depan

(Saksi memberikan Kartu Identitas kepada Majelis Hakim)

Hakim Ketua : Baik, silahkan duduk kembali

(Saksi duduk kembali)

Hakim Anggota : Saudara saksi, tolong jawab pertanyaan saya.


Saksi (Chitra Tita) : Baik, Yang Mulia
Hakim Anggota : Nama?
Saksi (Chitra Tita) : Chitra Tita
Hakim Anggota : Tempat, Tanggal Lahir?
Saksi (Chitra Tita) : Semarang, 04 Mei 1989
Hakim Anggota : Alamat?
Saksi (Chitra Tita) : Jln. Papandayan RT.02, Kab. Semarang
Hakim Anggota : Pekerjaan?
Saksi (Chitra Tita) : Direktur PT. Mandiri Group
Hakim Anggota : Agama, Islam. Kewarganegaraan, Indonesia. Benar?
Saksi (Chitra Tita) : Benar, Yang Mulia
Hakim Anggota : Cukup.

Hakim Ketua : Saudara saksi, Apa saudara mempunyai hubungan darah dengan Terdakwa?
Saksi (Chitra Tita) : Tidak, Yang Mulia.
Hakim Ketua : Apa saudara mengenal Terdakwa?
Saksi (Chitra Tita) : Tidak, Yang Mulia.
Hakim Ketua : Apakah saudara mengenal korban?
Saksi (Chitra Tita) : Tidak, Yang Mulia.
Hakim Ketua : Apakah saudara saksi mengetahui kenapa dihadirkan dalam persidangan?
Saksi (Chitra Tita) : Mengetahui, Yang Mulia.
Terkait dengan pembunuhan terhadap korban Muhammad tria
Hakim Ketua : Baik.
Sebelum saudara saksi memberi keterangan lebih lanjut, Saudara wajib
diambil sumpahnya.
Apakah saudara saksi bersedia?
Saksi (Chitra Tita): Bersedia, Yang Mulia.

(Hakim Ketua memberikan arahan kepada Hakim Anggota)

Hakim Anggota: Baik.


Saksi silakan berdiri dan maju satu langkah.
(melihat ke arah Petugas) Petugas tolong dibantu.

(Saksi mengikuti arahan Hakim Anggota)


Hakim Anggota: Saksi tolong ikuti kata-kata saya.
“Demi Allah, Saya bersumpah saya sebagai saksi akan memberikan
keterangan yang sebenar-benarnya tidak lain dari yang sebenarnya”

Hakim Anggota: Baik, silahkan duduk kembali.


Petugas, Terima kasih.

Hakim Ketua : Mengingatkan menurut pasal 242 ayat 2 tentang sumpah palsu dan
keterangan palsu kitab undang-undang hukum pidana, jika keterangan palsu
diatas sumpah, diberikan dalam perkara pidana dan merugikan terdakwa atau

tersangka, yang bersalah dikenakan pidana penjara paling lama 9 tahun.


Apa saudara paham?
Saksi (Chitra Tita): Paham, Yang Mulia.

Pertanyaan Hakim dengan Saksi Ketiga (Chitra Tita)

Hakim Ketua : Apa yang anda lakukan di jalan tol ungaran-bawen?

Saksi (Chitra Tita): Saya dan Rekan rekan saya sedang melakukan perjalanan menuju bawen
tiba tiba teman saya yang bernama dhatu merasa mual dan meminta untuk berhenti di pinggir
jalan. Lalu, ketika teman saya sedang muntah dan dua teman saya lainnya yang bernama eva
dan indri juga keluar kearah dhatu memastikan bahwa dhatu baik baik saja atau tidak. Saya
hanya didalam mobil sedang bermain handphone. Tiba tiba teman saya berteriak dengan
menyebut ada mayat. Saya terkejut dan ikut keluar dari mobil.

Hakim Anggota : Cukup, Yang Mulia


Hakim Ketua : Baik. Penuntut Umum apa ada pertanyaan?
PU : Ada. Terima kasih, Yang Mulia.

Pertanyaan Penuntut Umum dengan Saksi Ketiga Chitra Tita

PU : Dimanakah posisi anda disaat teman anda menghubungi polisi?


Saksi Chitra Tita : Saat setelah menemukan jasad tersebut saya keluar mobil dan ikut melihat
kantong plastik tersebut saya terkejut dan merasa lemas di samping mobil. Saat teman saya
menghubungi polisi saya juga masih di samping mobil

PU : Cukup, Yang Mulia.

Hakim Ketua : Baik. Penasehat Hukum apa ada pertanyaan?


PH : Ada, Yang Mulia.

Pertanyaan Penasehat Hukum dengan Saksi Ketiga (Chitra Tita)


PH : Seperti apa kondisi saat jasad ditemukan?
Chitra Tita: Saya tidak begitu melihat jelas, karena saya ketika keluar dari mobil hanya
melihat sekilas saja dan langsung memalingkan muka karena saya merasa terkejut yang jelas
jasad tersebut dibungkus plastik hitam besar.

PH : cukup yang mulia.

Hakim Ketua : Baik, Terima kasih.


Saksi silahkan kedepan untuk mengambil Kartu Identitasnya.

(Saksi (Tetangga) berdiri dan mengambil kartu identitas yang tadi diberikan kepada Hakim)

Hakim Ketua : Saksi dipersilahkan kembali ke tempatnya.Terima Kasih.

Hakim Ketua : Penuntut umum silahkan panggil Saksi atau Ahli berikutnya!

PU : Baik, Yang Mulia.


Petugas tolong panggilkan saksi keempat ke dalam ruang persidangan!
Petugas : Baik

KESAKSIAN SAKSI KEEMPAT (INDRI)

Petugas membawa saksi masuk ke ruangan persidangan

Petugas : Saksi kedua sudah hadir, Yang Mulia.


Hakim Ketua : Baik, Saksi silahkan duduk.

(Saksi keempat (Indri) duduk di kursi yang disediakan)

Hakim Ketua : Saudara saksi sehat?


Saksi (Indri) : Sehat, Yang Mulia.
Hakim Ketua : Apa saudara saksi membawa Kartu Identitas?
Saksi (Indri): Iya, Yang Mulia. Saya membawanya
Hakim Ketua : Baik. Silahkan ditunjukkan ke depan

(Saksi memberikan Kartu Identitas kepada Majelis Hakim)

Hakim Ketua : Baik, silahkan duduk kembali

(Saksi duduk kembali)

Hakim Anggota : Saudara saksi, tolong jawab pertanyaan saya.


Saksi (Indri) : Baik, Yang Mulia
Hakim Anggota : Nama?
Saksi (Indri) : Indri Andriztina
Hakim Anggota : Tempat, Tanggal Lahir?
Saksi (Indri) : Semarang, 23 April 1982
Hakim Anggota : Alamat?
Saksi (Indri) : Jln. Papandayan RT.02, Kab. Semarang
Hakim Anggota : Pekerjaan?
Saksi (Indri) : Direktur PT. Mandiri Group
Hakim Anggota : Agama, Islam. Kewarganegaraan, Indonesia. Benar?
Saksi (Indri) : Benar, Yang Mulia
Hakim Anggota : Cukup.

Hakim Ketua : Saudara saksi, Apa saudara mempunyai hubungan darah dengan Terdakwa?
Saksi (Indri) : Tidak, Yang Mulia.
Hakim Ketua : Apa saudara mengenal Terdakwa?
Saksi Indri) : Tidak, Yang Mulia.
Hakim Ketua : Apakah saudara mengenal korban?
Saksi (Indri) : Tidak, Yang Mulia.
Hakim Ketua : Apakah saudara saksi mengetahui kenapa dihadirkan dalam persidangan?
Saksi (Indri) : Mengetahui, Yang Mulia.
Terkait dengan pembunuhan terhadap korban Muhammad tria
Hakim Ketua : Baik.
Sebelum saudara saksi memberi keterangan lebih lanjut, Saudara wajib
diambil sumpahnya.
Apakah saudara saksi bersedia?
Saksi (Indri): Bersedia, Yang Mulia.

(Hakim Ketua memberikan arahan kepada Hakim Anggota)

Hakim Anggota: Baik.


Saksi silakan berdiri dan maju satu langkah.
(melihat ke arah Petugas) Petugas tolong dibantu.

(Saksi mengikuti arahan Hakim Anggota)

Hakim Anggota: Saksi tolong ikuti kata-kata saya.


“Demi Allah, Saya bersumpah saya sebagai saksi akan memberikan
keterangan yang sebenar-benarnya tidak lain dari yang sebenarnya”

Hakim Anggota: Baik, silahkan duduk kembali.


Petugas, Terima kasih.

Hakim Ketua : Mengingatkan menurut pasal 242 ayat 2 tentang sumpah palsu dan
keterangan palsu kitab undang-undang hukum pidana, jika keterangan palsu
diatas sumpah, diberikan dalam perkara pidana dan merugikan terdakwa atau

tersangka, yang bersalah dikenakan pidana penjara paling lama 9 tahun.


Apa saudara paham?
Saksi (Indri): Paham, Yang Mulia.
Pertanyaan Hakim dengan Saksi Keempat Indri

Hakim Ketua : Apa yang anda lakukan di jalan tol ungaran-bawen?

Saksi (Chitra Tita): Saya sedang melakukan perjalanan ke Semarang bersama teman-teman
saya, tiba-tiba teman saya merasakan sakit perut dan meminta berhenti sejenak di KM9,
karena perutnya terasa mual dan ingin muntah.

Hakim Anggota : Cukup, Yang Mulia


Hakim Ketua : Baik. Penuntut Umum apa ada pertanyaan?
PU : Ada. Terima kasih, Yang Mulia.

Pertanyaan Penuntut Umum dengan Saksi Ketiga Chitra Tita

PU :seperti apa tangan yang berada dalam plastik itu?


Saksi Chitra Tita : Saya melihat ada plastik besar berwarna hitam dan saya melihat ada
tangan yang berlumuran darah dan berwarna pucat keluar dari plastik tersebut

PU : Cukup, Yang Mulia.

Hakim Ketua : Baik. Penasehat Hukum apa ada pertanyaan?


PH : Ada, Yang Mulia.

Pertanyaan Penasehat Hukum dengan Saksi Kedua (Tetangga)

PH : Bagaimana kondisi anda setelah melihat sebuah tangan yang mucul dalam plastik?
Indri: Saya sangat syok dan kaget lalu saya berteriak sangat kencang dan teman saya yang
bernama Eva menghampiri saya dan lalu melaporkan kejadian tersebut ke Polres Semarang

PH : cukup yang mulia.

Hakim Ketua : Baik, Terima kasih.


Saksi silahkan kedepan untuk mengambil Kartu Identitasnya.

(Saksi (Indri) berdiri dan mengambil kartu identitas yang tadi diberikan kepada Hakim)

Hakim Ketua : Saksi dipersilahkan kembali ke tempatnya.Terima Kasih.

Hakim Ketua : Penuntut umum silahkan panggil Saksi atau Ahli berikutnya!

PU : Baik, Yang Mulia.


Petugas tolong panggilkan saksi kelima ke dalam ruang persidangan!
Petugas : Baik

KESAKSIAN SAKSI KELIMA (SATPAM)


Petugas membawa saksi masuk ke ruangan persidangan

Petugas : Saksi kedua sudah hadir, Yang Mulia.


Hakim Ketua : Baik, Saksi silahkan duduk.

(Saksi kelima (Satpam) duduk di kursi yang disediakan

Hakim Ketua : Saudara saksi sehat?


Saksi (Satpam) : Sehat, Yang Mulia.
Hakim Ketua : Apa saudara saksi membawa Kartu Identitas?
Saksi (Satpam) : Iya, Yang Mulia. Saya membawanya
Hakim Ketua : Baik. Silahkan ditunjukkan ke depan

(Saksi memberikan Kartu Identitas kepada Majelis Hakim)

Hakim Ketua : Baik, silahkan duduk kembali

(Saksi duduk kembali)

Hakim Anggota : Saudara saksi, tolong jawab pertanyaan saya.


Saksi (Satpam) : Baik, Yang Mulia
Hakim Anggota : Nama?
Saksi (Satpam) : Wahyu Utomo
Hakim Anggota : Tempat, Tanggal Lahir?
Saksi (Satpam) : Semarang, 20 Maret 1980
Hakim Anggota : Alamat?
Saksi (Satpam) : Jln. Abdurrahman Saleh, Semarang
Hakim Anggota : Pekerjaan?
Saksi (Satpam) : Satpam Rumah Susun Griya Indah
Hakim Anggota : Agama, Islam. Kewarganegaraan, Indonesia. Benar?
Saksi (Satpam) : Benar, Yang Mulia
Hakim Anggota : Cukup.

Hakim Ketua : Saudara saksi, Apa saudara mempunyai hubungan darah dengan Terdakwa?
Saksi (Satpam) : Tidak, Yang Mulia.
Hakim Ketua : Apa saudara mengenal Terdakwa?
Saksi Satpam) : Tidak, Yang Mulia.
Hakim Ketua : Apakah saudara mengenal korban?
Saksi (Satpam) : Tidak, Yang Mulia.
Hakim Ketua : Apakah saudara saksi mengetahui kenapa dihadirkan dalam persidangan?
Saksi (Satpam) : Mengetahui, Yang Mulia.
Terkait dengan pembunuhan terhadap korban Muhammad Tria Ramadhani
Hakim Ketua : Baik.
Sebelum saudara saksi memberi keterangan lebih lanjut, Saudara wajib
diambil sumpahnya.
Apakah saudara saksi bersedia?
Saksi (Satpam): Bersedia, Yang Mulia.

(Hakim Ketua memberikan arahan kepada Hakim Anggota)

Hakim Anggota: Baik.


Saksi silakan berdiri dan maju satu langkah.
(melihat ke arah Petugas) Petugas tolong dibantu.

(Saksi mengikuti arahan Hakim Anggota)

Hakim Anggota: Saksi tolong ikuti kata-kata saya.


“Demi Allah, Saya bersumpah saya sebagai saksi akan memberikan
keterangan yang sebenar-benarnya tidak lain dari yang sebenarnya”

Hakim Anggota: Baik, silahkan duduk kembali.


Petugas, Terima kasih.

Hakim Ketua : Mengingatkan menurut pasal 242 ayat 2 tentang sumpah palsu dan
keterangan palsu kitab undang-undang hukum pidana, jika keterangan palsu
diatas sumpah, diberikan dalam perkara pidana dan merugikan terdakwa atau

tersangka, yang bersalah dikenakan pidana penjara paling lama 9 tahun.


Apa saudara paham?
Saksi (Satpam): Paham, Yang Mulia.

Pertanyaan Hakim dengan Saksi Kelima Satpam

Hakim Anggota : Apa yang anda lakukan setelah mendengar suara kegaduhan tersebut?

Saksi (Satpam) ; yang saya lakukan ketika itu saya keluar dari pos satpam lalu mengecek
keadaan sekitar dan melihat bayangan mobil berwarna putih namun tidak melihat plat nomer
mobil tersebut, Yang Mulia.

Hakim Anggota : Baik, Cukup Yang Mulia.

Hakim Ketua : Baik, Penuntut Umum apakah ada pertanyaan?

PU : Ada Yang Mulia.

Pertanyaan Penuntut Umum dengan Saksi Kelima Satpam

PU : Apakah anda tau merk mobil berwarna putih itu dan plat nomernya?

Saksi (Satpam): dugaan saya merk mobil putih yang saya lihat adalah Suzuki Ertiga dan
mohon maaf untuk plat nomer ketika itu saya kurang mencermati.

PU : Cukup Yang Mulia


Hakim Ketua : Baik, Penasehat Hukum apakah ada pertanyaan?

PH : Ada Yang Mulia.

Pertanyaan Penasehat Hukum dengan Saksi Kelima Satpam

PU : Untuk memastikan ulang, apakah benar saudara saksi ketika kejadian benar-
benar ada di tempat kejadian? Atau hanya mengada-ada?

Saksi (Satpam): Benar, Saya bisa menjamin 100% karena saya memang betul satpam Rusun
Griya Indah tempat tinggal korban.

PU : Cukup Yang Mulia.

Hakim Ketua : Baik, Terima kasih.


Saksi silahkan kedepan untuk mengambil Kartu Identitasnya.

(Saksi (Satpami) berdiri dan mengambil kartu identitas yang tadi diberikan kepada Hakim)

Hakim Ketua : Saksi dipersilahkan kembali ke tempatnya.Terima Kasih.

Hakim Ketua : Penuntut umum silahkan panggil Saksi atau Ahli berikutnya!

PU : Baik, Yang Mulia.


Petugas tolong panggilkan saksi keenam ke dalam ruang persidangan!
Petugas : Baik

KESAKSIAN SAKSI KEENAM (WARGA)

Petugas : Saksi kedua sudah hadir, Yang Mulia.


Hakim Ketua : Baik, Saksi silahkan duduk.

(Saksi keenam (Warga) duduk di kursi yang disediakan)

Hakim Ketua : Saudara saksi sehat?


Saksi (Warga) : Sehat, Yang Mulia.
Hakim Ketua : Apa saudara saksi membawa Kartu Identitas?
Saksi (Warga) : Iya, Yang Mulia. Saya membawanya
Hakim Ketua : Baik. Silahkan ditunjukkan ke depan

(Saksi memberikan Kartu Identitas kepada Majelis Hakim)

Hakim Ketua : Baik, silahkan duduk kembali

(Saksi duduk kembali)

Hakim Anggota : Saudara saksi, tolong jawab pertanyaan saya.


Saksi (Warga) : Baik, Yang Mulia
Hakim Anggota : Nama?
Saksi (Warga) : Rahmat Wijayanto
Hakim Anggota : Tempat, Tanggal Lahir?
Saksi (Warga) : Semarang, 18 Juli 1979
Hakim Anggota : Alamat?
Saksi (Warga) : Jln. Abdurrahman Saleh, Semarang
Hakim Anggota : Pekerjaan?
Saksi (Warga) : Usaha Bengkel Otomotif
Hakim Anggota : Agama, Islam. Kewarganegaraan, Indonesia. Benar?
Saksi (Warga) : Benar, Yang Mulia
Hakim Anggota : Cukup.

Hakim Ketua : Saudara saksi, Apa saudara mempunyai hubungan darah dengan Terdakwa?
Saksi (Warga) : Tidak, Yang Mulia.
Hakim Ketua : Apa saudara mengenal Terdakwa?
Saksi Warga) : Tidak, Yang Mulia.
Hakim Ketua : Apakah saudara mengenal korban?
Saksi (Warga) : Tidak, Yang Mulia.
Hakim Ketua : Apakah saudara saksi mengetahui kenapa dihadirkan dalam persidangan?
Saksi (Warga) : Mengetahui, Yang Mulia.
Terkait dengan pembunuhan terhadap korban Muhammad Tria Ramadhani
Hakim Ketua : Baik.
Sebelum saudara saksi memberi keterangan lebih lanjut, Saudara wajib
diambil sumpahnya.
Apakah saudara saksi bersedia?
Saksi (Warga): Bersedia, Yang Mulia.

(Hakim Ketua memberikan arahan kepada Hakim Anggota)

Hakim Anggota: Baik.


Saksi silakan berdiri dan maju satu langkah.
(melihat ke arah Petugas) Petugas tolong dibantu.

(Saksi mengikuti arahan Hakim Anggota)

Hakim Anggota: Saksi tolong ikuti kata-kata saya.


“Demi Allah, Saya bersumpah saya sebagai saksi akan memberikan
keterangan yang sebenar-benarnya tidak lain dari yang sebenarnya”

Hakim Anggota: Baik, silahkan duduk kembali.


Petugas, Terima kasih.

Hakim Ketua : Mengingatkan menurut pasal 242 ayat 2 tentang sumpah palsu dan
keterangan palsu kitab undang-undang hukum pidana, jika keterangan palsu
diatas sumpah, diberikan dalam perkara pidana dan merugikan terdakwa atau
tersangka, yang bersalah dikenakan pidana penjara paling lama 9 tahun.
Apa saudara paham?
Saksi (Warga): Paham, Yang Mulia.

Pertanyaan Hakim dengan Saksi Keenam Warga

Hakim Anggota : Apa yang saudara lakukan setelah mendengar suara kegaduhan?

Saksi (Warga) ; setelah saya mendengar suara kegaduhan, saya langsung keluar rumah dan
mengecek sumber suara melalui jendela, akan tetapi saya tidak berani menuju ke tempat
kegaduhan tersebut dikarenakan jalanan sedang sepi, dan kebetulan juga saya sedang sendiri,
Yang Mulia.

Hakim Anggota : lalu, seperti apa suara kegaduhan yang saudara dengar?

Saksi (Warga) : Yang saya dengar, hanya suara teriakan dan kegaduhan seperti orang
berkelahi.

Hakim Anggota : Baik, Cukup Yang Mulia.

Hakim Ketua : Baik, Penuntut Umum apakah ada pertanyaan?

PU : Ada Yang Mulia.

Pertanyaan Penuntut Umum dengan Saksi Keenam Warga

PU : Darimana suara tersebut berasal?

Saksi (Warga): perkiraan saya suara tersebut berasal dari arah barat Rusun

PU : Cukup Yang Mulia

Hakim Ketua : Baik, Penasehat Hukum apakah ada pertanyaan?

PH : Ada Yang Mulia.

Pertanyaan Penasehat Hukum dengan Saksi Keenam Warga

PU : Apakah saudara tahu dimanakah satpam rusun ketika terjadi suara gaduh
tersebut?

Saksi (Warga): Saya tidak tahu ada dimana satpam waktu itu.

PU : Untuk memastikan ulang, apakah benar saudara saksi ketika kejadian benar-
benar ada di tempat kejadian? Atau hanya mengada-ada?
Saksi (Warga): Benar, Saya bisa menjamin 100% karena saya memang betul satpam Rusun
Griya Indah tempat tinggal korban.

PU : Cukup Yang Mulia.

Hakim Ketua : Baik, Terima kasih.


Saksi silahkan kedepan untuk mengambil Kartu Identitasnya.

(Saksi (Warga) berdiri dan mengambil kartu identitas yang tadi diberikan kepada Hakim)

Hakim Ketua : Saksi dipersilahkan kembali ke tempatnya.Terima Kasih.

Hakim Ketua : Penuntut umum silahkan panggil Saksi atau Ahli berikutnya!

PU : Baik, Yang Mulia.


Petugas tolong panggilkan ahli pertama ke dalam ruang persidangan!
Petugas : Baik

KESAKSIAN AHLI PERTAMA (FORENSIK)

(Petugas Pengadilan membawa Ahli Kedua ke dalam ruang persidangan)

Petugas : Ahli kedua sudah hadir, Yang Mulia.


Hakim Ketua : Baik. Ahli silahkan duduk.

(Ahli kedua duduk di kursi yang disediakan)

Hakim Ketua : Saudara ahli sehat?


Dr. Forensik : Sehat, Yang Mulia.
Hakim ketua : Apa saudara ahli membawa kartu identitas?
Dr. Forensik : Saya membawa, yang Mulia
Hakim ketua : Baik. Silahkan ditujukan ke depan

(Ahli berdiri dan menyerahkan kartu Identitasnya kepada Majelis Hakim)

Hakim Ketua : Silahkan duduk kembali.

(Ahli Duduk Kembali)

Hakim Anggota: Saudari Ahli, tolong jawab pertanyaan saya


Dr. Forensik : Baik, Yang Mulia.
Hakim Anggota: Nama?
Dr. Forensik : Qiara Qiessandra Tantri
Hakim Anggota: Tempat, Tanggal Lahir?
Dr. Forensik :
Hakim Anggota: Alamat?
Dr. Forensik :
Hakim Anggota: Pekerjaan?
Dr. Forensik : Dokkter Forensik
Hakim Anggota: Alamat Pekerjaan?
Dr. Forensik :
Hakim Anggota: Boleh saya lihat surat izin prakteknya?

(Psikiater memberikan surat izin praktek kepada Majelis Hakim)

Hakim Anggota: Baik. Jadi benar Ahli ini salah satu Psikiater di Rumah Sakit …
Dr. Forensik : Betul, Yang Mulia.
Hakim Anggota: Saudari Ahli berkewarganegaraan Indonesia dan beragama Islam, betul?
Dr. Forensik : Betul, Yang Mulia.
Hakim Anggota: Cukup, Terima Kasih.

Hakim Ketua : Baik. Ahli, Apa Ahli Punya hubungan darah dengan Terdakwa?
Dr. Forensik : Tidak, Yang Mulia.
Hakim Ketua : Apakah Ahli kenal dengan Terdakwa?
Dr. Forensik : Tidak, Yang Mulia
Hakim Ketua : Apa Ahli mengenal Korban?
Dr. Forensik : Tidak, Hanya sebatas Saksi dan pasien saja.
Hakim Ketua : Apakah saudara saksi mengetahui kenapa dihadirkan dalam persidangan?
Dr. Forensik : Untuk menjelaskan kondisi jasad korban, Mochammad Tria Ramadhani
akibat pembunuhan berencana yang dilakukan oleh Terdakwa Muhammad
Iqbal
Hakim Ketua : Baik. Sebelum saudara Ahli memberi keterangan lebih lanjut, saudara wajib
diambil sumpahnya.
Apakah saudara Ahli bersedia?
Dr. Forensik : Bersedia, Yang Mulia.
Hakim Ketua : Baik. Ahli Ikuti arahan hakim Anggota

Hakim Anggota: Ahli, Silakan berdiri dan maju satu langkah.


(Melirik ke Panitera) Panitera tolong dibantu.

(Panitera membantu sumpah dan berada di samping Ahli)

Hakim Anggota: Ahli, ikuti kata-kata saya. “Demi Allah, Saya bersumpah saya sebagai
Ahli akan memberikan keterangan sesuai dengan keahlian saya”
Hakim Anggota: Baik, silahkan duduk kembali.
Panitera, Terima Kasih.
Hakim Ketua : Mengingatkan menurut pasal 242 ayat 2 tentang sumpah palsu dan
keterangan palsu kitab undang-undang hukum pidana, jika keterangan palsu
diatas sumpah, diberikan dalam perkara pidana dan merugikan terdakwa atau

tersangka, yang bersalah dikenakan pidana penjara paling lama 9 tahun.


Apa saudara paham?

PU : Mohon izin, Yang Mulia. Kami telah menyerahkan barang bukti berupa
laporan kondisi kejiwaan korban kepada Panitera, Yang Mulia
Hakim Ketua : Panitera, tolong hadirkan barang bukti

(Panitera memberikan barang bukti yang dimaksud (laporan kondisi kejiwaan))

Hakim Ketua : Baik. Terima kasih.


Silahkan kembali.

(Hakim Ketua meminta Penuntut Umum dan Penasehat Hukum untuk mengecek barang
bukti, lalu menyuruh mereka kembali lagi)

Pertanyaan Hakim dengan Ahli Pertama (Forensik)

Hakim Ketua : Ahli, Apakah benar anda yang memeriksa korban ?

Dr. Forensik : Benar, Yang Mulia. Pada Tanggal ………….. kepolisian membawa korban
untuk diperiksakan kepada saya guna pemenuhan bukti visum.

Hakim Anggota: Apakah benar hasil pemeriksaan visum itu benar milik korban?
Dr. Forensik : Benar, Yang Mulia. Hasil pemeriksaan visum itu memang milik
korban atas nama Mochammad Tria Ramadhani.
Hakim Anggota: Dari hasil kondisi laporan ini, Seperti apa kondisi korban ketika diotopsi?
Dr. Forensik : Sesuai dengan hasil laporan yang saya buat atas dasar pemeriksaan tersebut,

Ada bekas pukulan benda tumpul di bagian kepala atau leher dengan kedua
pupil mata membesar serta mulut berbusa. Ditemukan juga bekas pukulan di
bagian dada dan perut. Hal tersebut mengakibatkan penggumpalan darah di
otak karena bekas pukulan. Yang dapat disimpulkan bahwa korban dianiaya
oleh lebih dari 1 orang.
Hakim Anggota: Cukup, Yang Mulia.

Hakim Ketua: Baik. Penuntut umum apa ada pertanyaan?


PU : Ada, Yang Mulia. Terima Kasih.

Pertanyaan Penuntut Umum dengan Ahli Pertama (Forensik)


PU : Mernurut anda apa yang membuat korban kehilangan nyawa ?
Dr. Forensik: Menurut pengetahuan saya sebagai dokter forensic, Korban mengalami
penggumpalan darah di otak dan kelainan pada paru-paru serta jantung
akibat pukulan, Pak.

PU : Untuk memastikan lagi, Apakah benar hasil pemeriksaan Visum itu milik
korban dan tidak tertukar dengan yang lain?
Dr. Forensik: Benar hasil itu memang milik korban. Saya berani jamin 100% dan tidak ada
kekeliruan atau tertukar.
PU : Cukup. Yang Mulia.

Hakim ketua: Baik. Penasehat Hukum apa ada pertanyaan?


PH : Ada, Yang Mulia. Terima kasih.

Pertanyaan Penasehat Hukum dengan Ahli Pertama (Forensik)

PH : Lalu apakah ada kemungkinan dari luka tersebut berasal dari benda tajam?
Dr. Forensik: Tentu tidak, Karena yang ditemukan hanyalah luka lebam, sedangkan luka hasil
benda tajam umumnya meninggalkan luka robekan.
PH : Pada hari korban diperiksakan, Apakah ada pasien lain yg melakukan
pemeriksaan?
Dr. Forensik : Tidak. Korban satu-satunya pasien saya pada hari itu.
PH : Cukup yang mulia.

Hakim Ketua : Baik, Terima kasih.


Ahli silahkan kedepan untuk mengambil Kartu Identitasnya.

(Ahli (Forensik) berdiri dan mengambil kartu identitas yang tadi diberikan kepada Hakim)

Hakim Ketua : Ahli dipersilahkan kembali ke tempatnya.Terima Kasih.

Hakim Ketua : Saksi dipersilahkan kembali ke tempatnya.Terima Kasih.

(Ahli duduk kembali di kursi persidangan)

Hakim Ketua : Penuntut umum silahkan panggil Saksi atau Ahli berikutnya!

PU : Baik, Yang Mulia.


Petugas tolong panggilkan ahli kedua ke dalam ruang persidangan!
Petugas : Baik

KESAKSIAN AHLI KEDUA (PSIKEATER)

(Petugas Pengadilan membawa Ahli Kedua ke dalam ruang persidangan)


Petugas : Ahli kedua sudah hadir, Yang Mulia.
Hakim Ketua : Baik. Ahli silahkan duduk.

(Ahli kedua duduk di kursi yang disediakan)

Hakim Ketua : Saudara ahli sehat?


Psikiater : Sehat, Yang Mulia.
Hakim ketua : Apa saudara ahli membawa kartu identitas?
Psikiater : Saya membawa, yang Mulia
Hakim ketua : Baik. Silahkan ditujukan ke depan

(Ahli berdiri dan menyerahkan kartu Identitasnya kepada Majelis Hakim)

Hakim Ketua : Silahkan duduk kembali.

(Ahli Duduk Kembali)

Hakim Anggota: Saudari Ahli, tolong jawab pertanyaan saya


Psikiater : Baik, Yang Mulia.
Hakim Anggota: Nama?
Psikiater : Lintang Maylani
Hakim Anggota: Tempat, Tanggal Lahir?
Psikiater :
Hakim Anggota: Alamat?
Psikiater :
Hakim Anggota: Pekerjaan?
Psikiater : Psikiater
Hakim Anggota: Alamat Pekerjaan?
Psikiater :
Hakim Anggota: Boleh saya lihat surat izin prakteknya?

(Psikiater memberikan surat izin praktek kepada Majelis Hakim)

Hakim Anggota: Baik. Jadi benar Ahli ini salah satu Psikiater di Rumah Sakit …
Psikiater : Betul, Yang Mulia.
Hakim Anggota: Saudari Ahli berkewarganegaraan Indonesia dan beragama Islam, betul?
Psikiater : Betul, Yang Mulia.
Hakim Anggota: Cukup, Terima Kasih.

Hakim Ketua : Baik. Ahli, Apa Ahli Punya hubungan darah dengan Terdakwa?
Psikiater : Tidak, Yang Mulia.
Hakim Ketua : Apakah Ahli kenal dengan Terdakwa?
Psikiater : Tidak, Yang Mulia
Hakim Ketua : Apa Ahli mengenal Korban?
Psikiater : Tidak, Hanya sebatas Saksi dan pasien saja.
Hakim Ketua : Apakah saudara saksi mengetahui kenapa dihadirkan dalam persidangan?
Psikiater : Untuk menjelaskan kondisi kejiwaan Muhammad Iqbal sebagai pelaku
pembunuhan berencana yang dilakukan kepada korban Mochammad Tria
Ramadhani.
Hakim Ketua : Baik. Sebelum saudara Ahli memberi keterangan lebih lanjut, saudara wajib
diambil sumpahnya.
Apakah saudara Ahli bersedia?
Psikiater : Bersedia, Yang Mulia.
Hakim Ketua : Baik. Ahli Ikuti arahan hakim Anggota

Hakim Anggota: Ahli, Silakan berdiri dan maju satu langkah.


(Melirik ke Panitera) Panitera tolong dibantu.

(Panitera membantu sumpah dan berada di samping Ahli)

Hakim Anggota: Ahli, ikuti kata-kata saya. “Demi Allah, Saya bersumpah saya sebagai
Ahli akan memberikan keterangan sesuai dengan keahlian saya”
Hakim Anggota: Baik, silahkan duduk kembali.
Panitera, Terima Kasih.

Hakim Ketua : Mengingatkan menurut pasal 242 ayat 2 tentang sumpah palsu dan
keterangan palsu kitab undang-undang hukum pidana, jika keterangan palsu
diatas sumpah, diberikan dalam perkara pidana dan merugikan terdakwa atau

tersangka, yang bersalah dikenakan pidana penjara paling lama 9 tahun.


Apa saudara paham?

PU : Mohon izin, Yang Mulia. Kami telah menyerahkan barang bukti berupa
laporan kondisi kejiwaan korban kepada Panitera, Yang Mulia
Hakim Ketua : Panitera, tolong hadirkan barang bukti

(Panitera memberikan barang bukti yang dimaksud (laporan kondisi kejiwaan))

Hakim Ketua : Baik. Terima kasih.


Silahkan kembali.

(Hakim Ketua meminta Penuntut Umum dan Penasehat Hukum untuk mengecek barang
bukti, lalu menyuruh mereka kembali lagi)

Pertanyaan Hakim dengan Ahli Kedua (Psikiater)


Hakim Ketua : Ahli, Apakah benar anda yang memeriksa korban ?

Psikiater : Benar, Yang Mulia. Pada Tanggal ………….. kepolisian membawa korban
untuk diperiksakan kepada saya guna menjelaskan kondisi kejiwaan
terdakwa Muhammad Iqbal.

Hakim Anggota: Dari hasil kondisi laporan ini, seperti apa kondisi terdakwa ketika diperiksa?

Psikiater : Sesuai dengan hasil laporan yang saya buat atas dasar pemeriksaan tersebut,
kejiwaan terdakwa dinyatakan sehat dan tidak ada gangguan kejiwaan sama
sekali, Yang Mulia.

Hakim Anggota : menurut pemeriksaan ahli, apakah terdakwa melakukan pembunuhan ada
salah satu faktor pengaruh obat-obatan?

Psikiater : Menurut pemeriksaan saya, Terdakwa melakukan pembunuhan tidak didasari


faktor obat-obatan. namun pembunuhan terhadap Mochammad Tria
Ramadhani oleh terdakwa ini dilakukan secara sadar sepenuhnya, Yang Mulia.

Hakim Anggota: Cukup Yang Mulia.

Hakim Ketua: Baik, dari Penuntut Umum apakah ada pertanyaan?

PU : Ada, Yang Mulia.

Pertanyaan Penuntut Umum dengan Ahli Kedua (Psikiater)

PU : Apakah ada alasan yang mendasari Ahli yakin bahwa terdakwa melakukan
pembunuhan berencana tersebut secara sadar?

Psikiater : Ada, Terdakwa Muhammad Iqbal ketika saya analisis kejiwaannya melalui
metode wawancara dapat menyimpulkan dan mengakui kesalahan secara
gampang dan tidak bertele-tele, sehingga memang benar rencananya dalam
membunuh ini dilakukannya secara sadar.

PU : Lalu, menurut Ahli apakah terdakwa terlihat menyesal dalam melakukan


kesalahannya?

Psikiater : Benar, Terdakwa terlihat menyesal, karena menurut saya terdakwa


memutuskan untuk melakukan pembunuhan tersebut secara gelap mata dan
tidak dipikirkannya 2x terlebih dahulu.

PU : Cukup, Yang Mulia.

Hakim Ketua : Baik, Penasehat Hukum apakah ada pertanyaan?

PH : Ada, Yang Mulia.


Pertanyaan Penasehat Hukum dengan Ahli Kedua (Psikiater)

PH : kepada saudara Ahli apakah benar laporan hasil pemeriksaan kejiwaan ini
memang benar milik terdakwa?

Psikiater : Benar, laporan hasil pemeriksaan kejiwaan itu memang milik terdakwa
Muhammad Iqbal

PH : Apakah saudara Ahli yakin tidak ada kekeliruan dalam hasil laporan
tersebut?

Psikiater : Saya yakin atas nama Tuhan dan Profesi saya, laporan tersebut saya buat
dengan benar tanpa kekeliruan. Dan apabila ada kekeliruan saya siap
mempertanggung-jawabkan kesalahan saya.

PH : Cukup yang mulia.

Hakim Ketua : Baik, Terima kasih.


Ahli silahkan kedepan untuk mengambil Kartu Identitasnya.

(Ahli (Forensik) berdiri dan mengambil kartu identitas yang tadi diberikan kepada Hakim)

Hakim Ketua : Ahli dipersilahkan kembali ke tempatnya.Terima Kasih.

(Ahli kembali ke tempat duduknya)

Hakim Ketua : Selanjutnya, Mendengarkan kesaksian Terdakwa.


Terdakwa, Silahkan duduk di depan kembali.

(Terdakwa duduk kembali di kursi persidangan)

PEMERIKSAAN TERDAKWA

Hakim Ketua : Baik. Terdakwa siap melanjutkan persidangan?


Terdakwa : Siap, Yang Mulia.

Pertanyaan Majelis Hakim untuk Terdakwa

Hakim Ketua : Baik.


Setelah mendengarkan kesaksian dari 6 Saksi dan 2 Ahli. Apakah Terdakwa
ada tanggapan?
Terdakwa : (Terdakwa hanya diam)
Hakim Ketua : Saya ulangi, Apakah saudara Muhammad Iqbal ingin memberikan
tanggapan?
Terdakwa : Ya, semua yang diterangkan para saksi memang benar, Yang Mulia.
Pertanyaan Penuntut Umum untuk Terdakwa

PU : Sebelum melakukan pembunuhan berencana tersebut apakah anda sempat


mengalami mabuk atau dalam keadaan bawah sadar?

Terdakwa: Sebelum kejadian tersebut saya tidak mengalami mabuk ataupun dalam keadaan
di alam bawah sadar saya.
PU : Apa alasan anda melakukan hal tersebut?
Terdakwa : Karena rasa khawatir rahasia saya yang hanya diketahui oleh korban terdengar
sampai telinga istri saya (Qurro Tuayun), padahal Mochammad Tria Ramadhani sudah setuju
membuat perjanjian agar tidak membocorkan informasi rahasia tersebut dengan memberinya
imbalan gaji tambahan 50% dari gaji utama.
PU : Apa anda memiliki semacam penyakit kejiwaan?
Terdakwa : Saya tidak tahu
PU : Setelah melakukan hal tersebut apakah ada penyesalan di dalam diri anda?
Terdakwa: Ya, saya menyesal dan meminta maaf kepada keluarga korban, dan saya berani
mempertanggungjawabkan kesalahan saya, serta saya berjanji tidak akan mengulangi
perbuatan keji saya.
PU : Sudah cukup, Yang Mulia. Terima Kasih.
Hakim Ketua: Baik. Penasehat Hukum ada yang ingin ditanyakan?
PH : Ada, Yang Mulia. Terima Kasih.

Pertanyaan Penasehat Hukum untuk Terdakwa

PH : Tadi anda menerangkan bahwa sebelum melakukan tindak pembunuhan


berncana, anda tidak dalam pengaruh alkohol atau dalam kondisi mabuk. Lalu apakah
keputusan anda untuk melakukan tindak pembunuhan berencana itu sudah bulat? Atau anda
sempat berpikir dua kali?
Terdakwa : Saya sempat berpikir dua kali, namun setelah saya pikirkan lagi hanya itulah
cara saya untuk melindungi informasi berharga saya.
PH : Apakah anda tidak terpikir cara negosiasi atau cara baik lainnya?
Terdakwa : Tentu saja saya sudah berpikiran demikian. Namun rasa khawatir saya lebih
besar daripada rasa percaya saya.
PH : Cukup, Yang Mulia,

Hakim Ketua : Baik.


Karena agenda pembuktian pada hari ini sudah selesai, kita lanjutkan dengan

agenda Pembacaan Tuntutan oleh Penuntut Umum.


Hakim Ketua : Penuntut Umum, sudah siap dengan Tuntutannya?
PU : Belum, Yang Mulia.
Kami membutuhkan waktu 7 hari
Hakim Ketua : Baik.
Penasehat Hukum, 7 hari dari hari ini keberatan?
PH : Tidak, Yang Mulia.

Hakim Ketua : Baik.


(Melihat ke Panitera)
Panitera, 7 hari dari hari ini hari dan tanggal berapa?
Panitera : Hari Kamis, Tanggal …………., Yang Mulia

Hakim Ketua : Baik.


Sidang ditunda selama 7 hari dan akan dilanjutkan kembali pada hari Kamis
Tanggal …………. dengan agenda Pembacaan Tuntutan oleh Penuntut
Umum dengan ini sidang dinyatakan ditutup (ketok dua kali)

SIDANG KE-4

(Hakim Ketua memulai persidangan)

Sidang Pengadilan Negeri Semarang, yang memeriksa dan mengadili perkara pidana nomor
112/Pid.Sus/2017/PN.SMG atas nama terdakwa Muhammad Iqbal pada hari Kamis tanggal
…………… dinyatakan dibuka dan tertutup untuk umum. (ketukan palu sekali)

Hakim Ketua : Terdakwa Sehat?


Terdakwa : Sehat, Yang Mulia
Hakim Ketua : Saudara Penasehat Hukum sehat?
PH : Sehat, Yang Mulia
Hakim Ketua : Saudara penuntut Umum sehat?
PU : Sehat, Yang Mulia

Hakim Ketua : Baik.


Sesuai agenda kita hari ini yaitu Pembacaan Tuntutan oleh Penuntut Umum.
Kepada penasehat hukum dan terdakwa silahkan menyimak.

(Penuntut Umum membacakan tuntutan)

Hakim Ketua : Penasehat Hukum, Apakah ingin mengajukan Nota Pembelaan?


PH : Iya, Yang Mulia
Hakim Ketua : Sudah siap dengan Nota Pembelaannya?
PH : Sudah, Yang Mulia
Hakim Ketua : Silahkan dibacakan

(Penasehat Hukum membacakan Nota Pembelaan)

Hakim Ketua : Bagaimana Penuntut Umum?


PU : Kami tetap pada Tuntutan Kami, Yang Mulia.
Hakim Ketua : Karena Penuntut Umum tetap pada Tuntutannya maka agenda pada hari ini
cukup dan akan kita lanjutkan dengan agenda Pembacaan Putusan .

(Majelis Hakim berdiskusi jumlah hari)

(Hari telah ditentukan)

Hakim Ketua : Bagaimana Jaksa Penuntut Umum, 7 hari dari hari ini keberatan?

PU : Tidak, Yang Mulia


Hakim Ketua : Bagaimana Penasehat Hukum, 7 hari dari hari ini keberatan?
PH : Tidak, Yang Mulia
Hakim Ketua : Baik.
(Melihat ke Panitera)
Panitera, 7 hari dari hari ini hari dan tanggal berapa?
Panitera : Hari Kamis, Tanggal ……… Yang Mulia

Hakim Ketua : Baik, sidang ditunda selama 7 hari dan akan dilanjutkan kembali pada Hari
Kamis, Tanggal ………… dengan agenda Pembacaan Putusan oleh
Majelis Hakim. Dengan ini sidang dinyatakan ditutup (ketok palu dua kali )

SIDANG KE-5

(Hakim Ketua memulai persidangan)

Sidang Pengadilan Negeri Semarang, yang memeriksa dan mengadili perkara pidana nomor
112/Pid.Sus/2017/PN.Smg atas nama terdakwa Muhammad Iqbal pada hari Kamis tanggal
………. dinyatakan dibuka dan tertutup untuk umum. (ketukan palu sekali)

Hakim Ketua : Terdakwa Sehat?


Terdakwa : Sehat, Yang Mulia
Hakim Ketua : Saudara Penasehat Hukum sehat?
PH : Sehat, Yang Mulia
Hakim Ketua : Saudara penuntut Umum sehat?
PU : Sehat, Yang Mulia

Hakim Ketua : Baik.


Sesuai agenda kita hari ini yaitu Pembacaan Putusan oleh Majelis Hakim.
Kepada Penuntut Umum, Terdakwa, dan Penasehat hukum silahkan
diperhatikan..

(Majelis Hakim membacakan Putusan)

Hakim Ketua : Bagaimana Terdakwa apakah ingin mengajukan banding?


Terdakwa : Saya serahkan kepada penasehat hukum saya
Hakim Ketua : Bagaimana Penasehat Hukum?
PH : Baik. Akan Kami pertimbangkan, Yang Mulia
Hakim Ketua : Baik.
Demikian putusan ini, saudara Apif Harjian Bin Ade Yunari dipidana selama
5 tahun dan denda sebesar Rp. 50.000.000,00 (Lima Puluh Juta Rupiah)
apabila para pihak tidak puas dapat mengajukan Banding.
Dengan ini sidang kami nyatakan selesai. (ketok palu 3 kali)

Anda mungkin juga menyukai