Anda di halaman 1dari 157

T

AF
R
D

PETUNJUK TEKNIS
PENYELENGGARAAN PEMBERIAN MAKANAN TAMBAHAN
BERBASIS PANGAN LOKAL UNTUK IBU HAMIL KEK DAN BALITA GIZI KURANG 1
KATA PENGANTAR
Puji Syukur kehadirat Allah SWT yang telah
memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga kami
dapat menyelesaikan Petunjuk Teknis
Penyelenggaraan Pemberian Makanan Tambahan
Berbasis Pangan Lokal untuk Ibu Hamil Kurang
Energi Kronis dan Balita Gizi Kurang. Petunjuk teknis
ini sebagai bagian dari upaya mewujudkan sinergi
langkah-langkah kebijakan dan program dalam
mengatasi masalah gizi untuk ibu hamil dan balita.

T
Salah satu sasaran dari 4 sasaran pembangunan
kesehatan dalam Rencana Pembangunan Jangka
Menengah Nasional (RPJMN) 2020-2024 adalah
pembangunan sumber daya manusia yang berkualitas.
AF
Salah satu upaya yang dapat dilakukan adalah dengan
penambahan makanan tinggi protein hewani pada ibu
hamil dengan kurang energi kronis (KEK) dan balita gizi
kurang untuk mencegah janin gagal tumbuh dan agar
balita dapat tumbuh dan berkembang secara optimal.
Intervensi yang dilakukan pada ibu hamil KEK dan balita
gizi kurang berupa 1). pemberian pangan lokal siap
santap tinggi protein hewani, 2). edukasi dan konseling
R
pada keluarga, ibu hamil dan orang tua balita dalam
praktik penyiapan makanan bergizi bagi ibu hamil dan
balita dan memastikan mereka mengkonsumsi sesuai
dengan kebutuhan, 3). Tatalaksana penyebab masalah
gizi pada bumil KEK dan balita gizi kurang serta 4).
D

stimulasi perkembangan sesuai usia anak. Melalui


pendekatan tersebut, diharapkan membentuk
kemandirian keluarga dalam pemberian makanan yang
berkualitas bagi ibu hamil, balita dan anggota keluarga
lainnya.

PETUNJUK TEKNIS
PENYELENGGARAAN PEMBERIAN MAKANAN TAMBAHAN
BERBASIS PANGAN LOKAL UNTUK IBU HAMIL KEK DAN BALITA GIZI KURANG 2
Buku panduan ini disusun sebagai acuan bagi para
penyelenggara Pemberian Makanan Tambahan (PMT)
berbasis pangan lokal untuk ibu hamil kurang energi
kronis dan balita gizi kurang. Ucapan terima kasih kami
sampaikan kepada semua pihak yang telah berkontribusi
dalam penyusunan buku ini, saran dan kritik kami
nantikan guna penyempurnaan buku petunjuk teknis ini.

Jakarta, 1 April 2022


Direktur Jenderal Kesehatan

T
Masyarakat

AF dr Maria Endang Sumiwi, MPH


R
D

PETUNJUK TEKNIS
PENYELENGGARAAN PEMBERIAN MAKANAN TAMBAHAN
BERBASIS PANGAN LOKAL UNTUK IBU HAMIL KEK DAN BALITA GIZI KURANG 3
DAFTAR ISI

Contents
KATA PENGANTAR .................................................... 1
DAFTAR ISI .................................................................. 4
DAFTAR LAMPIRAN ................................................... 6
DAFTAR TABEL .......................................................... 8
DAFTAR GAMBAR ...................................................... 9
BAB I .......................................................................... 10

T
PENDAHULUAN ........................................................ 10
A. Latar Belakang .............................................. 10
B. Tujuan ........................................................... 16
C.
D.
AF
Sasaran ......................................................... 17
Definisi Operasional ...................................... 17
E. Dasar Hukum ................................................ 19
BAB II ......................................................................... 21
PENANGGULANGAN IBU HAMIL KEK DAN BALITA
GIZI KURANG ............................................................ 21
A. Deteksi Dini, Penemuan Kasus, Intervensi, dan
R
Rujukan ......................................................... 21
B. Edukasi Gizi .................................................. 40
BAB III ........................................................................ 45
POTENSI DAN KETERSEDIAAN PANGAN LOKAL . 45
D

A. Potensi Pangan Lokal ................................... 45


B. Potensi Sumber Protein Hewani dan Pola
Konsumsi ...................................................... 49
BAB IV ....................................................................... 52

PETUNJUK TEKNIS
PENYELENGGARAAN PEMBERIAN MAKANAN TAMBAHAN
BERBASIS PANGAN LOKAL UNTUK IBU HAMIL KEK DAN BALITA GIZI KURANG 4
PRINSIP DASAR PEMBERIAN MAKANAN
TAMBAHAN ............................................................... 52
A. Prinsip ........................................................... 52
B. Standar Kebutuhan Zat Gizi dan Standar Menu
Makanan Tambahan ..................................... 54
C. Standar Makanan Tambahan Berbasis Pangan
Lokal ............................................................. 57
D. Persyaratan Jenis dan Bentuk Makanan ............ 68
E. Komponen Biaya ............................................... 69

T
BAB V ........................................................................ 71
PENYELENGGARAAN PEMBERIAN MAKANAN
TAMBAHAN BERBASIS PANGAN LOKAL BAGI IBU
HAMIL KEK DAN BALITA GIZI KURANG ................. 71
AF
BAB VI ....................................................................... 92
PENUTUP ................................................................... 92
DAFTAR PUSTAKA ................................................... 94
R
D

PETUNJUK TEKNIS
PENYELENGGARAAN PEMBERIAN MAKANAN TAMBAHAN
BERBASIS PANGAN LOKAL UNTUK IBU HAMIL KEK DAN BALITA GIZI KURANG 5
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Angka Kecukupan Gizi yang


dianjurkan untuk Penduduk
Indonesia berdasarkan PMK no 28
Tahun 2019 ................................. 97
Lampiran 2. Daftar Bahan Makanan Penukar 100
Lampiran 3. Contoh Menu .............................. 113
Lampiran 4. Potensi Pangan Lokal berdasarkan
Rata-Rata Nilai Komposit
Ketahanan Pangan .................... 120

T
Lampiran 5. Kuesioner Pre dan Post Test untuk
Ibu Hamil KEK ........................... 120
Lampiran 6. Kuesioner Pre dan Post Test untuk
Balita Gizi Kurang ...................... 131
AF
Lampiran 7. Formulir Pemantauan Bulanan
Pemberian PMT, Pendidikan Gizi,
dan Demo Masak ...................... 138
Lampiran 8. Formulir Evaluasi ........................ 141
Lampiran 9. Formulir Pemantauan Bulanan
kepada Sasaran Penerima MT
Lokal bagi Ibu Hamil .................. 142
Lampiran 10. Formulir Pemantauan Bulanan
PMT berbasis Pangan Loka bagi
Balita ......................................... 145
R
Lampiran 11. Kartu Kontrol Konsumsi MT
berbasis Pangan Lokal pada Ibu
Hamil KEK ................................. 147
Lampiran 12. Kartu Kontrol Konsumsi MT
berbasis Pangan Lokal pada Balita
D

Gizi Kurang................................ 148


Lampiran 13. Formulir Catatan Pemberian
Makanan dan Pemantauan Berat
Badan Ibu Hamil KEK ................ 149
Lampiran 14. Formulir Catatan Pemberian
Makanan dan Pemantauan Berat
Badan Balita Gizi Kurang........... 150

PETUNJUK TEKNIS
PENYELENGGARAAN PEMBERIAN MAKANAN TAMBAHAN
BERBASIS PANGAN LOKAL UNTUK IBU HAMIL KEK DAN BALITA GIZI KURANG 6
Lampiran 15. Formulir Pelaporan Bulanan
Tingkat Kecamatan.................... 151
Lampiran 16. Formulir Pelaporan Bulanan
Tingkat Kabupaten .................... 152
Lampiran 17. Formulir Pelaporan Bulanan
Tingkat Provinsi ......................... 154

T
AF
R
D

PETUNJUK TEKNIS
PENYELENGGARAAN PEMBERIAN MAKANAN TAMBAHAN
BERBASIS PANGAN LOKAL UNTUK IBU HAMIL KEK DAN BALITA GIZI KURANG 7
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Angka Kecukupan Gizi yang dianjurkan untuk
Wanita Usia Subur, Ibu Hamil dan Menyusui usia 19-49
Tahun di Indonesia (Permenkes RI No. 28 tahun 2019)
................................................................................... 24
Tabel 2. Pertambahan Berat Badan selama Kehamilan
yang direkomendasikan sesuai IMT Sebelum Hamil ... 29
Tabel 3. Angka Kecukupan Gizi yang dianjurkan untuk
Balita di Indonesia (Permenkes RI No. 28 tahun 2019)

T
(Kementerian Kesehatan RI, 2019) ............................. 33
Tabel 4. Jumlah Jenis Pangan yang Dikonsumsi
menurut Kelompok Pangan ......................................... 47
AF
Tabel 5. Komposisi Kandungan Makanan Tambahan
berbasis Pangan Lokal yang diperuntukkan bagi Ibu
Hamil KEK .................................................................. 57
Tabel 6. Standar Bahan Makanan Tambahan Bagi Ibu
Hamil KEK untuk disiapkan sebanyak 1 kali makan
(dalam bentuk Kudapan atau Makanan lengkap) ........ 57
Tabel 7. Komposisi Kandungan Makanan Tambahan
berbasis Pangan Lokal yang diperuntukkan bagi Balita
R
(6-59 bulan) di Indonesia ............................................ 62
Tabel 8. Standar Bahan Makanan Tambahan bagi
Baduta (6-23 bulan) MP ASI berbasis Pangan Lokal dari
bahan Makanan Mentah ............................................. 63
D

Tabel 9. Standar Bahan Makanan Tambahan Bagi


Balita (24-59 bulan) untuk disiapkan sebanyak 1 kali
makan (dalam bentuk Kudapan atau Makanan lengkap)
................................................................................... 65
Tabel 10. Pola Pemberian Makanan Bayi dan Anak
Balita ........................................................................... 69

PETUNJUK TEKNIS
PENYELENGGARAAN PEMBERIAN MAKANAN TAMBAHAN
BERBASIS PANGAN LOKAL UNTUK IBU HAMIL KEK DAN BALITA GIZI KURANG 8
Tabel 11. Teknik Pengolahan Makanan ...................... 82

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Alur Deteksi Ibu Hamil Kurang Energi Kronik


(KEK) .......................................................................... 26
Gambar 2. Peta Ketahanan dan Kerentanan Pangan

T
2021............................................................................ 45
Gambar 3. Jumlah Jenis Pangan yang Dikonsumsi di
setiap Provinsi............................................................. 48
AF
R
D

PETUNJUK TEKNIS
PENYELENGGARAAN PEMBERIAN MAKANAN TAMBAHAN
BERBASIS PANGAN LOKAL UNTUK IBU HAMIL KEK DAN BALITA GIZI KURANG 9
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Salah satu sasaran prioritas dalam Rencana


Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN)
2020-2024 adalah pembangunan sumber daya manusia

T
yang berkualitas. Status gizi yang baik pada ibu hamil
dan balita merupakan salah satu faktor penentu untuk
keberhasilan pembangunan sumberdaya manusia.
AF
Pencegahan terjadinya masalah gizi pada ibu hamil dan
anak, merupakan hal penting dilaksanakan mulai dari
menjaga kesehatan dan status gizinya saat sebelum dan
selama kehamilan, dilanjutkan pada masa menyusui,
semua bayi mendapat ASI eksklusif, semua baduta
(bawah dua tahun) mendapat Makanan Pendamping ASI
R
tinggi protein hewani serta memastikan setiap anak balita
mengkonsumsi makanan keluarga dengan nilai gizi yang
sesuai kebutuhan untuk pertumbuhan dan
perkembangannya.
D

Pertumbuhan dan perkembangan pada periode balita


terutama 1000 Hari Pertama Kehidupan sangat pesat
demikian pula perkembangan kognitifnya. Ibu hamil dan
balita merupakan kelompok rawan gizi yang perlu

PETUNJUK TEKNIS
PENYELENGGARAAN PEMBERIAN MAKANAN TAMBAHAN
BERBASIS PANGAN LOKAL UNTUK IBU HAMIL KEK DAN BALITA GIZI KURANG 10
mendapat perhatian khusus dikarenakan dampak jangka
panjang yang ditimbulkan apabila mereka menderita
kekurangan gizi. Ibu hamil yang mengalami kekurangan
gizi akan mempengaruhi proses tumbuh kembang janin,
berisiko melahirkan bayi dengan berat lahir rendah
(BBLR). Bayi berat lahir rendah bilamana tidak
mendapatkan penanganan yang sesuai standar seperti
halnya balita dengan kekurangan gizi akan berisiko

T
stunting.

Prevalensi ibu hamil dengan Kurang Energi Kronis 17,3%


AF
(Riskesdas 2018) dan target RPJMN 2024 turun menjadi
10% dilain pihak prevalensi anemia ibu hamil dari sumber
yang sama 48,3%. Berdasarkan Survey Status Gizi
Indonesia (SSGI) 2021 prevalensi balita kurus 7,1% dan
stunting 24,4%. Perlu penanganan yang komprehensif
dan terintegrasi untuk menangani masalah kekurangan
R
gizi baik pada ibu hamil maupun balita.
Berdasarkan Studi Diet Total tahun 2014, lebih dari
separuh ibu hamil asupan energi sangat kurang (<70%
angka kecukupan energi) dan sekitar separuh ibu hamil
D

mengalami kekurangan asupan protein (<80% angka


kecukupan protein) (Kementerian Kesehatan RI, 2014).
Hal ini sejalan dengan studi konsumsi pada ibu hamil di
Kabupaten Bogor tahun 2016 yang dipublikasikan pada
menyatakan bahwa 49% Ibu Hamil mengalami

PETUNJUK TEKNIS
PENYELENGGARAAN PEMBERIAN MAKANAN TAMBAHAN
BERBASIS PANGAN LOKAL UNTUK IBU HAMIL KEK DAN BALITA GIZI KURANG 11
kekurangan asupan energi dan hingga 85% kekurangan
zat besi (Madanijah et al., 2016). Penyebab kurang
energi kronis pada ibu hamil bisa terjadi sebelum hamil
(sejak remaja puteri atau pra konsepsi) atau pada saat
hamil yang disebabkan karena asupan pangan yang
tidak adekuat, penyakit yang diderita, tidak
memadainya akses ke fasilitas pelayanan kesehatan,
kerja fisik yang berlebih, air bersih dan higiene

T
sanitasi yang buruk atau kombinasi diantaranya.
Berdasarkan SSGI 2021, proporsi makan beragam pada
baduta sebesar 52,5% dengan mulai konsumsi MPASI
AF
<6 bulan sebesar 55,3%, balita menderita diare sebesar
9,8% dan ISPA sebesar 24,1% (SSGI, 2021). Faktor lain
yang turut berkontribusi masalah gizi kurang pada balita
adalah pola asuh yang tidak baik, kurangnya
pengetahuan, penyakit infeksi berulang, rendahnya
akses ke fasilitas pelayanan kesehatan, serta kondisi
R
sosial ekonomi yang secara tidak langsung
berpengaruh terhadap akses terhadap makan makanan
bergizi cukup.
D

Pelayanan pemeriksaan kehamilan (Antenatal


Care/ANC) terpadu terutama pada kunjungan pertama di
trimester pertama dan dilakukan oleh dokter akan
mendeteksi sedini mungkin faktor risiko kehamilan.
Bilamana ditemukan ibu hamil dengan kurang energi

PETUNJUK TEKNIS
PENYELENGGARAAN PEMBERIAN MAKANAN TAMBAHAN
BERBASIS PANGAN LOKAL UNTUK IBU HAMIL KEK DAN BALITA GIZI KURANG 12
kronis (Lingkar Lengan Atas <23,5 cm) maka harus
diidentifikasi penyebabnya dan ditangani sesuai dengan
kondisi ibu hamil disamping pemberian makanan
tambahan dan edukasi ibu hamil mengkonsumsi
makanan bergizi sesuai kebutuhannya selama
kehamilan dan saat menyusui. Demikian pula bilamana
ditemukan balita dengan gizi kurang (BB/PB atau
BB/TB dengan nilai z-score <-2 SD sampai dengan -3

T
SD) baik di Posyandu ataupun difasilitas kesehatan maka
perlu dilakukan tatalaksana dengan pendekatan
Manajemen Terpadu Balita Sakit untuk mengidentifikasi
AF
dan mengatasi penyebab yang mendasarinya serta
kondisi yang memperberat.

Dalam upaya memastikan dan mengatasi masalah gizi


selama kehamilan pada masyarakat kurang mampu,
WHO merekomendasikan pendidikan gizi dan
R
mendorong ibu hamil mendapatkan makanan bergizi
seimbang dan pemenuhan kebutuhan protein, bersama
dengan pemberian tablet tambah darah dan penguatan
melalui konseling (WHO, 2013). Rekomendasi WHO ini
D

telah menjadi kebijakan Kementerian Kesehatan dimana


sejak tahun 2016 memberi makan tambahan pabrikan
baik pada ibu hamil KEK dan balita gizi kurang.
Pemberian Makanan Tambahan (PMT) menurut
Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 51 Tahun 2016

PETUNJUK TEKNIS
PENYELENGGARAAN PEMBERIAN MAKANAN TAMBAHAN
BERBASIS PANGAN LOKAL UNTUK IBU HAMIL KEK DAN BALITA GIZI KURANG 13
tentang Standar Produk Suplementasi Gizi adalah Biskuit
yang mengandung protein, asam linoleate, karbohidrat
dan diperkaya dengan 11 vitamin dan 7 mineral. Adapun
pemberian tablet tambah darah (minimal 90 tablet
selama kehamilan sudah dimulai sejak tahun 1990-an)
(Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 2020).
Kemandirian keluarga dalam penyediaan pangan bergizi
dengan memanfaatkan potensi pangan lokal dan edukasi

T
pola konsumsi makanan bergizi diharapkan akan
memperbaiki keluarga dan masyarakat agar
mengkonsumsi makanan dengan gizi seimbang dan
AF
berlangsung secara berkelanjutan. Indonesia merupakan
negara terbesar ketiga di dunia dalam keragaman hayati.
Setidaknya terdapat 77 jenis sumber karbohidrat, 26 jenis
kacang-kacangan, 389 jenis buah-buahan, 228 jenis
sayuran, dan 110 jenis rempah dan bumbu-bumbuan
(Badan Ketahanan Pangan, 2020). Hal tersebut
R
menunjukkan bahwa potensi pemanfaatan pangan lokal
sangat terbuka luas untuk penyediaan pangan keluarga,
termasuk untuk perbaikan gizi balita dan ibu hamil. Dari
hasil study, PMT berbasis kearifan lokal lebih efektif
D

(Amalia, 2021), disertai dengan konseling gizi dan


pendampingan. Makanan tambahan berbasis pangan
lokal selain lebih efektif akan menstimulasi
kesinambungan pemberian makanan bergizi di
masyarakat, kedua hal inilah menjadi acuan

PETUNJUK TEKNIS
PENYELENGGARAAN PEMBERIAN MAKANAN TAMBAHAN
BERBASIS PANGAN LOKAL UNTUK IBU HAMIL KEK DAN BALITA GIZI KURANG 14
pemanfaatan anggaran Pemberian Makanan Tambahan
(PMT) berbasis pangan lokal untuk ibu hamil KEK dan
balita gizi kurang melalui dana DAK.

T
AF
R
D

PETUNJUK TEKNIS
PENYELENGGARAAN PEMBERIAN MAKANAN TAMBAHAN
BERBASIS PANGAN LOKAL UNTUK IBU HAMIL KEK DAN BALITA GIZI KURANG 15
B. Tujuan
Tujuan umum:
Meningkatnya status gizi ibu hamil KEK dan balita
gizi kurang melalui pemberian makanan tambahan
berbasis pangan lokal sesuai dengan standar yang
telah ditetapkan.

Tujuan khusus:

T
1. Tersedianya petunjuk teknis penyelenggaraan
Pemberian Makanan Tambahan (PMT) berbasis
pangan lokal dan edukasi perbaikan pola
AF
konsumsi untuk ibu hamil KEK dan balita gizi
kurang usia 6-59 bulan.
2. Dimanfaatkannya petunjuk teknis Pemberian
Makanan Tambahan (PMT) berbasis pangan
lokal sebagai acuan dalam penyelenggaraan
kegiatan penanganan ibu hamil KEK dan balita
R
gizi kurang.
3. Terlaksananya kegiatan pemberian makanan
tambahan berbasis pangan lokal bagi ibu hamil
KEK dan balita gizi kurang sesuai dengan
D

standar.
4. Terlaksananya monitoring dan evaluasi kegiatan
pemberian makanan tambahan berbasis
pangan lokal bagi ibu hamil KEK dan balita gizi
kurang.

PETUNJUK TEKNIS
PENYELENGGARAAN PEMBERIAN MAKANAN TAMBAHAN
BERBASIS PANGAN LOKAL UNTUK IBU HAMIL KEK DAN BALITA GIZI KURANG 16
C. Sasaran
Sasaran buku Petunjuk Teknis Pemberian
Makanan Tambahan Berbasis Pangan Lokal bagi
Ibu Hamil KEK dan Balita Gizi Kurang adalah
pengelola program gizi dan KIA di tingkat:
1. Dinas Kesehatan Provinsi/Kabupaten-Kota
dan Puskesmas serta Desa
2. Semua pihak yang terlibat dalam

T
penyelenggaraan pemberian makanan
tambahan berbasis pangan lokal bagi ibu
hamil KEK dan balita gizi kurang.
AF
Sasaran penerima makanan tambahan berbasis
pangan lokal
1. Ibu Hamil KEK
2. Balita Gizi Kurang usia 6-59 bulan

D. Definisi Operasional
R
1. Balita sasaran adalah anak usia 6-59 bulan.
2. Balita gizi kurang adalah balita dengan status
gizi kurang yang berdasarkan indikator BB/PB
atau BB/TB dengan nilai z-score < -2 SD sampai
D

dengan -3 SD atau LiLA berada di antara 11,5


cm sampai kurang dari 12,5 cm.
3. Ibu hamil yang berisiko KEK adalah ibu hamil
yang mempunyai ukuran Lingkar Lengan Atas
(LiLA) < 23,5 cm.

PETUNJUK TEKNIS
PENYELENGGARAAN PEMBERIAN MAKANAN TAMBAHAN
BERBASIS PANGAN LOKAL UNTUK IBU HAMIL KEK DAN BALITA GIZI KURANG 17
4. Indeks Massa Tubuh (IMT) adalah
perbandingan antara berat badan (dalam kg)
dengan tinggi badan (dalam meter) kuadrat
(kg/m2).
5. Makanan tambahan berbasis pangan lokal
adalah makanan bergizi sebagai tambahan
selain makanan utama bagi kelompok sasaran
guna memenuhi kebutuhan gizi dan diberikan

T
dalam bentuk makanan kudapan atau makanan
lengkap siap santap yang berbasis pangan lokal
dan tidak diberikan dalam bentuk uang atau
AF
bahan pangan.
6. Pangan Lokal adalah makanan yang
dikonsumsi oleh masyarakat setempat sesuai
dengan potensi sumberdaya dan kearifan lokal
yang menjadi alternatif sumber karbohidrat,
protein, lemak, vitamin dan mineral
R
7. Hari Makan Anak (HMA) adalah jumlah hari
makan balita gizi kurang usia 6-59 bulan yang
mendapat makanan tambahan pemulihan
berbasis makanan lokal yakni sekali sehari
D

selama sekurang-kurangnya 90 hari.


8. Hari Makan Bumil (HMB) adalah jumlah hari
makan ibu hamil yang mendapat makanan
tambahan pemulihan berbasis makanan lokal

PETUNJUK TEKNIS
PENYELENGGARAAN PEMBERIAN MAKANAN TAMBAHAN
BERBASIS PANGAN LOKAL UNTUK IBU HAMIL KEK DAN BALITA GIZI KURANG 18
yakni sekali sehari selama sekurang-
kurangnya 90 hari.
9. Pemberian Makanan Tambahan (PMT)
berbasis pangan lokal adalah makanan
tambahan pangan lokal yang diberikan untuk
meningkatkan status gizi pada sasaran (ibu
hamil KEK dan balita gizi kurang).
10. Red Flag adalah tanda bahaya yang disertai

T
dengan kelainan struktural, neurodevelopmental
serta tanda dan gejala yang mengindikasikan
masalah medis
AF
11. Fasilitas Pelayanan Kesehatan adalah suatu
tempat yang digunakan untuk
menyelenggarakan upaya pelayanan
kesehatan, baik promotif, preventif, kuratif
maupun rehabilitatif yang dilakukan oleh
pemerintah, pemerintah daerah dan/atau
R
masyarakat.

E. Dasar Hukum
1. Undang-undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang
D

Kesehatan
2. Peraturan Presiden Nomor 83 Tahun 2017
tentang Kebijakan Strategi Pangan dan Gizi
3. Peraturan Presiden Nomor 18 Tahun 2020
tentang Rencana Pembangunan Jangka

PETUNJUK TEKNIS
PENYELENGGARAAN PEMBERIAN MAKANAN TAMBAHAN
BERBASIS PANGAN LOKAL UNTUK IBU HAMIL KEK DAN BALITA GIZI KURANG 19
Panjang Menengah Nasional (RPJMN) tahun
2020 – 2024
4. Peraturan Presiden Nomor 72 Tahun 2021
tentang Percepatan Penurunan Stunting
5. Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 23
tahun 2014 tentang Upaya Perbaikan Gizi
6. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 41 tahun
2014 tentang Pedoman Gizi Seimbang

T
7. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 43 tahun
2019 tentang Pusat Kesehatan Masyarakat.
8. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 2 tahun
AF
2020 tentang Standar Antropometri Anak
9. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 21 tahun
2021 tentang Pelayanan Kesehatan Masa
Sebelum Hamil, Masa Hamil, Persalinan, dan
Masa Sesudah Melahirkan, Penyelenggaraan
Pelayanan Kontrasepsi, serta Pelayanan
R
Kesehatan Seksual
10. Peraturan Lembaga Pengadaan Barang /Jasa
Pemerintah RI Nomor 3 Tahun 2021 Tentang
Pedoman Swakelola
D

PETUNJUK TEKNIS
PENYELENGGARAAN PEMBERIAN MAKANAN TAMBAHAN
BERBASIS PANGAN LOKAL UNTUK IBU HAMIL KEK DAN BALITA GIZI KURANG 20
BAB II
PENANGGULANGAN IBU HAMIL KEK DAN BALITA
GIZI KURANG

A. Deteksi Dini, Penemuan Kasus, Intervensi, dan


Rujukan

T
Pencegahan terjadinya masalah gizi pada ibu hamil dan
anak, merupakan hal penting dilaksanakan mulai dari
menjaga kesehatan dan status gizinya saat sebelum
AF
dan selama kehamilan, dilanjutkan dengan setelah
melahirkan dan masa menyusui.

1. Ibu hamil
Pencegahan ibu hamil Kurang Energi Kronis (Lingkar
Lengan Atas <23,5 cm) dilaksanakan sebelum hamil
R
dan selama hamil, akan lebih baik lagi jika diawali sejak
remaja. Dengan memahami dan memenuhi kebutuhan
gizi sebagaimana tertera pada Angka Kecukupan Gizi
tahun 2019 (AKG 2019) dan bila tidak didapat faktor
D

risiko lainnya kecil kemungkinan terjadi kurang energi


kronis pada ibu hamil. Faktor risiko tersebut antara lain
rawan pangan, penyakit infeksi berulang,
kecacingan, perawatan kesehatan yang buruk, kerja
berat dan tidak adanya kesetaraan gender.

PETUNJUK TEKNIS
PENYELENGGARAAN PEMBERIAN MAKANAN TAMBAHAN
BERBASIS PANGAN LOKAL UNTUK IBU HAMIL KEK DAN BALITA GIZI KURANG 21
Untuk memperluas temuan dan penanganan kasus Ibu
Hamil KEK, puskesmas melalui jejaring dan jaringannya
memfasilitasi agar masyarakat dan kader melaporkan
jika ada Ibu hamil baru dan memfasilitasi mereka
mendapatkan pelayanan kehamilan (ANC terpadu).
Dalam upaya deteksi Ibu Hamil KEK, alat ukur

T
antropometri yang dipergunakan adalah alat yang
sesuai dengan standar.
AF
Dokter di Fasilitas Pelayanan Kesehatan Primer
melaksanakan tatalaksana ANC terpadu dan
identifikasi faktor risiko, komplikasi dan kondisi
yang memperberat ibu hamil KEK. Pemeriksaan
dokter di fasilitas pelayanan kesehatan dilanjutkan
dengan rujukan atau konsultasi ke dokter spesialis
R
untuk mendapatkan pemeriksaan yang lebih
komprehensif. Pada saat intervensi melibatkan
berbagai pihak terutama suami dan anggota keluarga
lain agar dapat memastikan makanan tambahan
D

berbasis pangan lokal siap santap dimakan habis,


Tablet Tambah Darah diminum setiap hari demikian
juga terapi obat (jika ada) serta edukasi ibu hamil KEK
dan keluarga agar menerapkan edukasi yang
disampaikan oleh tenaga kesehatan termasuk

PETUNJUK TEKNIS
PENYELENGGARAAN PEMBERIAN MAKANAN TAMBAHAN
BERBASIS PANGAN LOKAL UNTUK IBU HAMIL KEK DAN BALITA GIZI KURANG 22
nasehat mengurangi kerja berat atau
memperhatikan waktu istirahat yang cukup.
Berkaitan dengan hal ini, dibutuhkan pula komunikasi
dan edukasi kepada suami dan pihak keluarga untuk
memberikan dukungan pada ibu hamil KEK, termasuk
membantu meringankan beban pekerjaan ibu hamil.

T
Pasien dapat ditatalaksana kembali di FKTP oleh
Dokter (tidak hanya Dokter Puskesmas) bersama tim
AF
FKTP (bidan, perawat, ahli gizi). Dalam menjalankan hal
ini, diperlukan tim pendamping ibu hamil (kader
kesehatan/ PKK) yang sudah mendapatkan arahan
khusus dari Dokter untuk tatalaksana penyakit penyerta
yang ditemukan serta tatalaksana gizinya.
R
Berikut Tabel Angka Kecukupan Gizi 2019 yang
dianjurkan untuk Wanita Usia Subur, Ibu Hamil dan
Ibu Menyusui usia 19-49 tahun di Indonesia yang
harus diketahui oleh penanggung jawab program dan
D

pengelola gizi di berbagai tingkatan serta masyarakat.

PETUNJUK TEKNIS
PENYELENGGARAAN PEMBERIAN MAKANAN TAMBAHAN
BERBASIS PANGAN LOKAL UNTUK IBU HAMIL KEK DAN BALITA GIZI KURANG 23
Tabel 1. Angka Kecukupan Gizi yang dianjurkan untuk
Wanita Usia Subur, Ibu Hamil dan Menyusui usia 19-49
Tahun di Indonesia (Permenkes RI No. 28 tahun 2019)

Zat Gizi WUS Ibu Hamil Ibu Menyusui


(tahun) (trimester)
19- 30- I II III 0-6 7-12

T
29 49 bulan bulan
Energi (kkal) 2250 2150 +18 +30 +30 +330 +400
0 0 0
Protein (g) 60 60 +1 +10 +30 +20 +15
Lemak (g)
Karbohidrat
(g)
Serat (g)
65

32
AF
360
60
340

30
+2,3
+25

+3
+2,3
+40

+4
+2,3
+40

+4
+2,2
+45

+5
+2,2
+55

+5
Air (mL) 2350 2350 +30 +30 +30 +800 +800
0 0 0
Vitamin A (RE) 600 600 +30 +30 +30 +350 +350
0 0 0
Vitamin D (µg) 15 15 +0 +0 +0 +0 +0
Vitamin E (mg) 15 15 +0 +0 +0 +4 +4
R
Vitamin K (µg) 55 55 +0 +0 +0 +0 +0
Vitamin B1 1,1 1,1 +0,3 +0,3 +0,3 +0,4 +0,4
(mg)
Vitamin B2 1,1 1,1 +0,3 +0,3 +0,3 +0,5 +0,5
(mg)
D

Vitamin B3 1,4 1,4 +4 +4 +4 +3 +3


(mg)
Vitamin B5 5,0 5,0 +1 +1 +1 +2 +2
(mg)
Vitamin B6 1,3 1,3 +0,6 +0,6 +0,6 +0,6 +0,6
(mg)

PETUNJUK TEKNIS
PENYELENGGARAAN PEMBERIAN MAKANAN TAMBAHAN
BERBASIS PANGAN LOKAL UNTUK IBU HAMIL KEK DAN BALITA GIZI KURANG 24
Asam Folat 400 400 +20 +20 +20 +100 +100
(µg) 0 0 0
Vitamin B12 4,0 4,0 +0,5 +0,5 +0,5 +1,0 +1,0
(µg)
Biotin (µg) 30 30 +0 +0 +0 +5 +5
Kolin (mg) 425 425 +25 +25 +25 +125 +125
Vitamin C (mg) 75 75 +10 +10 +10 +45 +45
Kalsium (mg) 1000 1000 +20 +20 +20 +200 +200

T
0 0 0
Fosfor (mg) 700 700 +0 +0 +0 +0 +0
Magnesium 330 330 +0 +0 +0 +0 +0
(mg)
Besi (mg) 18 18 +0 +9 +9 +0 +9
Yodium (µg)
Seng (mg)
Selenium (µg)
8
24
AF
150 150
8
25
+70
+2
+5
+70
+4
+5
+70
+4
+5
+140
+5
+10
+140
+5
+10
Mangan (mg) 1,8 1,8 +0,2 +0,2 +0,2 +0,8 +0,8
Fluor (mg) 3,0 3,0 +0 +0 +0 +0 +0
Kromium (µg) 30 29 +5 +5 +5 +20 +20
Kalium (mg) 4700 4700 +0 +0 +0 +400 +400
Natrium (mg) 1500 1500 +0 +0 +0 +0 +0
Klor (mg) 2250 2250 +0 +0 +0 +0 +0
R
Tembaga (µg) 900 900 +10 +10 +10 +400 +400
0 0 0
D

PETUNJUK TEKNIS
PENYELENGGARAAN PEMBERIAN MAKANAN TAMBAHAN
BERBASIS PANGAN LOKAL UNTUK IBU HAMIL KEK DAN BALITA GIZI KURANG 25
IBU HAMIL

T
ANC TERPADU

AF
NORMAL ANEMIA KEK KEK + KEK +
ANEMIA PENYAKIT

 ANC Rutin  ANC Rutin  ANC Rutin


 ANC Rutin  ANC Rutin
 Tatalaksana  Tatalaksana  Tatalaksana
 Konseling Gizi  Konseling Gizi
Anemia Anemia Penyakit
 Konseling Gizi  Konseling Gizi  Konseling Gizi
R PEMBERIAN MAKANAN TAMBAHAN

Dirujuk bila Hb < 10g/dl, kenaikan BB < 1 kg/bln (T1) dan < 2kg (T2 dan T3)
D
Gambar 1. Alur Deteksi Ibu Hamil Kurang Energi Kronik (KEK)

PETUNJUK TEKNIS

26
PENYELENGGARAAN PEMBERIAN MAKANAN TAMBAHAN
BERBASIS PANGAN LOKAL UNTUK IBU HAMIL KEK DAN BALITA GIZI KURANG
Berdasarkan Gambar 1, melalui penapisan dalam kegiatan
pelayanan ANC dapat terdeteksi apakah ibu hamil
mengalami permasalahan gizi (Kurang Energi Kronis,
Anemia) atau menderita penyakit. Selanjutnya ibu hamil
KEK selain mendapatkan pelayanan ANC rutin diberikan
pula pelayanan sesuai dengan hasil penapisan sebagai

T
berikut:
1. Ibu hamil KEK juga mendapatkan makanan
tambahan disertai edukasi/konseling gizi dan
AF
tatalaksana anemia/penyakit/penyulit lainnya bila
ada.
2. Ibu hamil KEK dan anemia: pemberian makanan
tambahan sesuai dengan usia kehamilannya disertai
edukasi/konseling gizi dan tatalaksana anemia.
Makanan tambahan ini tidak menggantikan
R
kebutuhan dasar ibu hamil akan makanan yang
bergizi seimbang.
3. Ibu hamil KEK yang disertai penyakit: pemberian
makanan tambahan sesuai dengan usia
D

kehamilannya disertai edukasi/konseling gizi dan


tatalaksana penyakit penyerta
4. Dipantau progress dampak pemberian makanan
tambahan pangan lokal siap santap.

PETUNJUK TEKNIS
PENYELENGGARAAN PEMBERIAN MAKANAN TAMBAHAN
BERBASIS PANGAN LOKAL UNTUK IBU HAMIL KEK DAN BALITA GIZI KURANG 27
Apabila kadar Hb ibu hamil <10 gr/dl, kenaikan Berat
badan Trimester 1 <1 kg/bulan dan trimester 2 dan 3 <2
kg/bulan), maka ibu hamil harus dirujuk ke RS untuk
ditangani lebih lanjut.
Makanan tambahan berbasis pangan lokal siap santap
diberikan selama sekurang-kurangnya 90 hari dan intervensi

T
lainnya disesuaikan dengan permasalahan pada ibu hamil
KEK. Untuk mengetahui dampak positif dari intervensi
dengan melihat kenaikan berat badan disesuaikan
AF
dengan status gizi ibu (Indeks Massa Tubuh/IMT)
sebelum hamil sebagaimana pada Tabel 2 dan kondisi
fisik lainnya. Hal ini mengingat penambahan ukuran
Lingkar Lengan Atas membutuhkan waktu yang lama. Berat
badan ibu hamil dicatat di Buku KIA dan dilakukan analisis
apakah terjadi kenaikan atau tetap untuk ditinjaklanjuti.
R
Kondisi ibu hamil KEK ditindaklanjuti melalui pelayanan
kehamilan secara terpadu (ANC terpadu) yang frekuensinya
bisa lebih bilamana ditemukan penyulit yang membutuhkan
pemantauan lebih intensif.
D

Setelah intervensi pemberian makanan tambahan berbasis


pangan lokal siap pangan pada ibu hamil KEK dan dokter
memberi pengobatan penyakit lain yang diderita (bila ada)
maka berikut ini Kenaikan Berat Badan pada Ibu Hamil
sebagai rujukan keberhasilan.

PETUNJUK TEKNIS
PENYELENGGARAAN PEMBERIAN MAKANAN TAMBAHAN
BERBASIS PANGAN LOKAL UNTUK IBU HAMIL KEK DAN BALITA GIZI KURANG 28
Tabel 2. Pertambahan Berat Badan selama
Kehamilan yang direkomendasikan sesuai IMT
Sebelum Hamil

IMT Pertambahan Pertambahan Pertambahan Pertambahan


sebelum BB per BB per BB Total BB per
Hamil minggu pada minggu pada (Kehamilan minggu pada

T
Trimester 1 Trimester 2 Tunggal) Trimester 2
dan 3 dan 3
(Kehamilan
Ganda)

Kurus
(<18.5
kg/m²)
AF
1-3 kg 0.5 kg 12.5 – 18 kg

Normal 1-3 kg 0.4 kg 11.5 – 16 kg 17-24 kg


(18.5 –
24.9
kg/m²)
Gemuk 1-3 kg 0.3 kg 7 – 11.5 kg 14-23 kg
R
(25.0 –
29.9
kg/m²)
Obesitas 0.2-2 kg 0.2 kg 5 – 9 kg 11-19 kg
D

(>30.0
kg/m²)
Sumber: Modifikasi Buku KIA Tahun 2021 Edisi 3 dan
Institute of Medicine (IOM) Tahun 2022

PETUNJUK TEKNIS
PENYELENGGARAAN PEMBERIAN MAKANAN TAMBAHAN
BERBASIS PANGAN LOKAL UNTUK IBU HAMIL KEK DAN BALITA GIZI KURANG 29
2. Balita
Penemuan balita gizi kurang dilaksanakan melalui
pemantauan pertumbuhan dan perkembangan rutin di
Posyandu/PAUD/FKTP jejaring puskesmas. Untuk
memperluas cakupan balita gizi kurang yang
ditemukan maka ada beberapa hal yang dilakukan;

T
1) Fasilitasi/mendorong agar semua balita dilakukan
pemantauan Berat Badan dan Panjang Badan setiap
bulan, 2). Ketersediaan alat antropometri sesuai standar
AF
disetiap Posyandu dan Puskesmas, 3). Peningkatan
jumlah kader Posyandu dan kader/guru PAUD/TK/RA
ditingkatkan pengetahuan dan ketrampilan dalam
melaksanakan pemantauan pertumbuhan dan
perkembangan balita dan 4). Segera merujuk ke
Puskesmas jika tidak terjadi kenaikan berat
R
badan/tetap/turun untuk dilakukan tindaklanjutnya.

Upaya pencegahan balita gizi kurang dilaksanakan


sejak 1000 Hari Pertama Kehidupan hingga balita
D

dengan cara mengidentifikasi dan mengatasi faktor


risiko penyakit (misalnya dengan pemeriksaan
kehamilan terpadu, pemantauan pertumbuhan dan
perkembangan bayi – balita) dan pemenuhan konsumsi

PETUNJUK TEKNIS
PENYELENGGARAAN PEMBERIAN MAKANAN TAMBAHAN
BERBASIS PANGAN LOKAL UNTUK IBU HAMIL KEK DAN BALITA GIZI KURANG 30
makanan yang bergizi pada kehamilan, persalinan,
menyusui, bayi dan balita. Pada periode kehamilan,
persalinan, dan menyusui, upaya di atas perlu disertai
dengan edukasi pemenuhan gizi, akses terhadap air
bersih, serta pemberian makanan tambahan berbasis
pangan lokal pada ibu hamil KEK. Hal ini bertujuan

T
untuk mengurangi dilahirkannya bayi dengan berat lahir
rendah. Demikian pula halnya pada balita, pemberian
pola asuh yang tepat (termasuk stimulasi sesuai usia)
AF
serta pemberian makanan tambahan berbasis pangan
lokal pada balita gizi kurang diharapkan dapat
memenuhi kebutuhan gizi balita. Dengan memahami
dan memenuhi kebutuhan balita sesuai Angka
Kecukupan Gizi tahun 2019 (Tabel 3) dan bila tidak ada
faktor risiko, kecil kemungkinan terjadi gizi kurang
R
maupun gizi buruk pada balita. Faktor risiko tersebut
antara lain penyakit infeksi berulang (seperti
kecacingan), rawan pangan, pola asuh yang tidak
tepat, dan terbatasnya akses terhadap fasilitas
D

pelayanan kesehatan atau kombinasi diantaranya.

Tim Asuhan Gizi Puskesmas (Dokter, Perawat/Bidan,


Tenaga Gizi) menatalaksana kasus balita gizi kurang
sesuai prosedur pelayanan yang berlaku dan

PETUNJUK TEKNIS
PENYELENGGARAAN PEMBERIAN MAKANAN TAMBAHAN
BERBASIS PANGAN LOKAL UNTUK IBU HAMIL KEK DAN BALITA GIZI KURANG 31
mengidentifikasi ada/tidaknya penyakit penyerta/ red
flag/ risiko stunting yang memperberat kondisi balita gizi
kurang. Pada saat intervensi makanan tambahan
berbasis pangan lokal, dibutuhkan keterlibatan berbagai
pihak agar dapat memastikan bahwa makanan
tambahan berbasis pangan lokal siap santap habis

T
dikonsumsi, mendapatkan edukasi/konseling gizi balita
serta mendapatkan stimulasi tumbuh kembang,
pelayanan kesehatan dan gizi lainnya sesuai kondisi
AF
sasaran (seperti imunisasi, obat cacing, vitamin A
sesuai jadwal, pengobatan sesuai penyakit).

Berikut Tabel Angka Kecukupan Gizi 2019 yang


dianjurkan untuk Balita di Indonesia yang harus
diketahui oleh penanggung jawab program dan
R
pengelola gizi di berbagai tingkatan serta masyarakat.
D

PETUNJUK TEKNIS
PENYELENGGARAAN PEMBERIAN MAKANAN TAMBAHAN
BERBASIS PANGAN LOKAL UNTUK IBU HAMIL KEK DAN BALITA GIZI KURANG 32
Tabel 3. Angka Kecukupan Gizi yang dianjurkan untuk
Balita di Indonesia (Permenkes RI No. 28 tahun 2019)
(Kementerian Kesehatan RI, 2019)

T
AF
R
D

PETUNJUK TEKNIS
PENYELENGGARAAN PEMBERIAN MAKANAN TAMBAHAN
BERBASIS PANGAN LOKAL UNTUK IBU HAMIL KEK DAN BALITA GIZI KURANG 33
Zat Gizi Bayi dan Anak
0-5 6-11 1-3 4-6
bulan bulan tahun tahun
Energi (kkal) 550 800 1350 1400
Protein (g) 9 15 20 25
Lemak (g) 31 35 45 50
Karbohidrat (g) 59 105 215 220
Serat (g) 0 11 19 20

T
Air (mL) 700 900 1150 1450
Vitamin A (RE) 375 400 400 450
Vitamin D (µg) 10 10 15 15
Vitamin E (mg) 4 5 6 7
Vitamin K (µg)
Vitamin B1 (mg)
Vitamin B2 (mg)
Vitamin B3 (mg)
AF 5
0.2
0.3
2
10
0.3
0.4
4
15
0.5
0.5
6
20
0.6
0.6
8
Vitamin B5 (mg) 1.7 1.8 2.0 3.0
Vitamin B6 (mg) 0.1 0.3 0.5 0.6
Asam Folat (µg) 80 80 160 200
Vitamin B12 (µg) 0.4 1.5 1.5 1.5
Biotin (µg) 5 6 8 12
R
Kolin (mg) 125 150 200 250
Vitamin C (mg) 40 50 40 45
Kalsium (mg) 200 270 650 1000
Fosfor (mg) 100 275 460 500
Magnesium 30 55 65 95
D

(mg)
Besi (mg) 0.3 11 7 10
Yodium (µg) 90 120 90 120
Seng (mg) 1.1 3 3 5
Selenium (µg) 7 10 18 21
Mangan (mg) 0.003 0.7 1.2 1.5
Fluor (mg) 0.01 0.5 0.7 1

PETUNJUK TEKNIS
PENYELENGGARAAN PEMBERIAN MAKANAN TAMBAHAN
BERBASIS PANGAN LOKAL UNTUK IBU HAMIL KEK DAN BALITA GIZI KURANG 34
Kromium (µg) 0.2 6 14 16
Kalium (mg) 400 700 2600 2700
Natrium (mg) 120 370 800 900
Klor (mg) 180 570 1200 1300
Tembaga (µg) 200 220 340 440

T
AF
R
D

PETUNJUK TEKNIS
PENYELENGGARAAN PEMBERIAN MAKANAN TAMBAHAN
BERBASIS PANGAN LOKAL UNTUK IBU HAMIL KEK DAN BALITA GIZI KURANG 35
Berat Badan Kurang

T
AF
R
D
PETUNJUK TEKNIS

36
PENYELENGGARAAN PEMBERIAN MAKANAN TAMBAHAN
BERBASIS PANGAN LOKAL UNTUK IBU HAMIL KEK DAN BALITA GIZI KURANG
Gambar 2 menunjukkan Alur Penanganan Kasus Balita
mulai dari posyandu, bilamana ditemukan balita dengan
Berat Badan kurang maka perlu mendapat pelayanan
kesehatan lebih lanjut, sepertijuga Balita berisikoGagal
Tumbuh, Gizi Kurang, Gizi Buruk, dan Stunting di
Puskesmas. Untuk balita gizi buruk, penanganan mengacu

T
pada Pedoman Pencegahan dan Tata Laksana Gizi Buruk
pada Balita dan Buku Saku Pencegahan dan Tata Laksana
Gizi Buruk pada Balita bagi Tenaga Kesehatan oleh

Pada
AF
Kementerian Kesehatan Tahun 2019 dan 2020.

Balita Gagal Tumbuh dan Gizi Kurang,


penanganannya di Puskemas meliputi Pengobatan atau
Tata Laksana sesuai etiologi penyakit dan masalah gizi yang
ditemukan. Pemberian
konseling, pemberian
R
Indikator Keberhasilan dinilai berdasarkan:

makan yang sesuai 1. Indeks BB/PB atau BB/TB ≥ - 2 SD


2. Peningkatan BB sesuai usia, yaitu:
dengan umur dan a. 0 – 3 bln : 25-30 g/hari
b. 4 – 6 bln : 20 g/hari
kondisi medis pada c. 7 – 9 bln : 15 g/hari
d. 10 – 12 bln : 12 g/hari
D

anak di bawah usia 2 e. 1 – 3 thn : 8 g/hari


f. 4 – 6 thn : 6 g/hari
tahun mengacu pada Dapat dilanjutkan pemberian makanan
tambahan dan tata laksana penyakit
Pemberian Makan Bayi penyerta sampai masalah teratasi. Bila
dalam 4 minggu tidak terjadi kenaikan
dan Anak (PMBA), berat badan sesuai target, maka perlu
segera dirujuk.
edukasi gizi ibu balita,

PETUNJUK TEKNIS
PENYELENGGARAAN PEMBERIAN MAKANAN TAMBAHAN
BERBASIS PANGAN LOKAL UNTUK IBU HAMIL KEK DAN BALITA GIZI KURANG 37
stimulasi tumbuh kembang, imunisasi, pencegahan infeksi
melalui PBHS, dan suplementasi gizi (Vitamin A dosis tinggi
dan Pemberian Makanan Tambahan).
Makanan Tambahan berbasis Pangan Lokal diprioritaskan
untuk diberikan kepada Balita Gizi Kurang, bilamana
sasaran balita gizi kurang sudah terpenuhi maka pemberian

T
makanan tambahan pangan lokal dapat juga diberikan
kepada Balita Berat Badan Kurang. Anggaran untuk PMT
berbasis pangan lokal dapat bersumber dari APBN, APBD,
AF
dan sumber dana lain yang tidak mengikat.
Makanan Tambahan berbasis Pangan Lokal diberikan
selama setidaknya 90 hari dengan disertai penimbangan
dan pencatatan berat badan setiap 2 minggu serta
membandingkan dengan target kenaikan berat badan yang
seharusnya.
R
Bila terdapat kecurigaan adanya kondisi atau masalah gizi,
bayi dan balita dirujuk ke Puskesmas untuk dikonfirmasi oleh
dokter. Namun, bila di Puskesmas tidak ada dokter, maka
tatalaksana balita secara komprehensif dapat dilakukan oleh
D

bidan/perawat/tenaga kesehatan terlatih lainnya melalui


pendekatan MTBS. Bila ditemukan adanya red flag/risiko
stunting/penyakit penyerta yang tidak dapat ditangani oleh
dokter Puskesmas, dilakukan rujukan ke RS untuk

PETUNJUK TEKNIS
PENYELENGGARAAN PEMBERIAN MAKANAN TAMBAHAN
BERBASIS PANGAN LOKAL UNTUK IBU HAMIL KEK DAN BALITA GIZI KURANG 38
penanganan dan tatalaksana selanjutnya. Dalam hal ini,
tenaga kesehatan dapat melibatkan masyarakat untuk:
- Melakukan pemantauan pertumbuhan dan deteksi
dini gangguan tumbuh kembang anak di Posyandu/
PAUD. Kader dan masyarakat dilatih mengenali tanda-
tanda risiko: berisiko gagal tumbuh, kasus gizi kurang

T
dan gizi buruk serta oerawakan pendek pada anak
- Upaya penjaringan balita berisiko gagal tumbuh,
gizi kurang dan gizi buruk serta perawakan pendek.
Masyarakat
AF dapat melaporkan
kesehatan jika menemukan anak dengan tanda-tanda
kepada petugas

hambatan pertumbuhan dan perkembangan de


desanya.
- Membantu dan memantau keluarga yang
mempunyai balita sakit dan mengingatkan waktu
R
berkunjung ke pelayanan kesehatan
- Melakukan koordinasi dengan lintas sektor dan
pemangku kepentingan terkait dalam intervensi gizi
- Melaporkan hasil kegiatan pemantauan pertumbuhan
D

dan merujuk ke Puskesmas bila ditemukan balita


dengan masalah kesehatan dan atau masalah gizi.

Untuk dapat meningkatkan keberhasilan kegiatan


Pemberian MT Berbasis Pangan Lokal bagi anak gizi kurang

PETUNJUK TEKNIS
PENYELENGGARAAN PEMBERIAN MAKANAN TAMBAHAN
BERBASIS PANGAN LOKAL UNTUK IBU HAMIL KEK DAN BALITA GIZI KURANG 39
dan gagal tumbuh, dibutuhkan peningkatan pengetahuan
dan kesadaran masyarakat yang dapat dilakukan
terintegrasi dengan kelas ibu hamil atau kelas ibu balita.
Pemahaman serta fasilitasi dari orang tua dan keluarga
dibutuhkan dalam:
1. penyediaan dan memastikan kecukupan konsumsi

T
makanan bergizi bagi anak
2. memastikan makanan tambahan berbasis pangan
lokal tinggi protein habis dikonsumsi
AF
3. memberikan stimulasi perkembangan anak sesuai
dengan yang tertera pada Buku KIA
Ketiga hal di atas perlu disertai dengan adanya
konseling gizi dan pendampingan oleh tenaga
kesehatan (Masri et.al, 2020).
R
B. Edukasi Gizi
Edukasi gizi bertujuan meningkatkan pengetahuan
dan kemampuan ibu hamil serta orang tua/pengasuh
balita sasaran dalam penerapan gizi seimbang/isi
D

piringku, pemanfaatan dan pengolahan bahan


pangan lokal dalam konsumsi makanan sehari hari.
Kegiatan edukasi gizi dapat dilakukan dengan
beberapa cara, antara lain:
a. Konseling Gizi

PETUNJUK TEKNIS
PENYELENGGARAAN PEMBERIAN MAKANAN TAMBAHAN
BERBASIS PANGAN LOKAL UNTUK IBU HAMIL KEK DAN BALITA GIZI KURANG 40
Konseling gizi merupakan bagian integral dari
pelayanan gizi untuk memastikan terjadinya
peningkatan pengetahuan, sikap dan perilaku
pada ibu hamil dan ibu balita serta pengasuh agar
dapat menerapkan pola makan sesuai prinsip gizi
seimbang sesuai kondisi dan kebutuhannya.

T
Konseling gizi dilakukan secara individual dengan
mengutamakan komunikasi interpersonal.
b. Penyuluhan gizi
AF
Kegiatan penyuluhan kepada ibu hamil dan ibu
balita sasaran yang dilakukan dengan kelompok
kecil, bersamaan dengan pelaksanaan pemberian
makan tambahan. Kegiatan ini dapat dilakukan
bersamaan dengan jadwal posyandu, atau
kegiatan masyarakat lainnya (contoh kelas ibu
R
hamil dan ibu balita). Pelaksanaan penyuluhan
dilakukan antara 15 – 30 menit bertempat di
Posyandu atau tempat lain yang disepakati
bersama. Materi penyuluhan terkait dengan
D

kebutuhan gizi, pemilihan pangan dan aspek


kesehatan ibu hamil dan balita dengan
memanfaatkan media yang sudah tersedia di
Puskesmas.
c. Demonstrasi masak

PETUNJUK TEKNIS
PENYELENGGARAAN PEMBERIAN MAKANAN TAMBAHAN
BERBASIS PANGAN LOKAL UNTUK IBU HAMIL KEK DAN BALITA GIZI KURANG 41
Kegiatan demonstrasi masak ini bertujuan agar
ibu hamil dan orang tua/pengasuh balita sasaran
memperoleh keterampilan yang cukup dalam
pemilihan, penyiapan, dan pengolahan makanan
untuk ibu hamil dan anak balita. Kegiatan demo
masak ini dilakukan setelah penyuluhan gizi

T
setiap 1 bulan sekali agar sasaran memperoleh
pengetahuan tentang aspek gizi dan kesehatan
pada anak balita dan ibu hamil. Peralatan
AF
memasak dan bahan makanan berbasis pangan
lokal disiapkan oleh tim pelaksana tingkat desa.
Adapun beberapa contoh menu untuk demo ini
dapat merujuk pada pada Lampiran 3. Berikut
informasi kunci yang penting untuk diketahui oleh
ibu hamil dan ibu balita untuk dapat memenuhi
R
kebutuhan gizinya:
D

PETUNJUK TEKNIS
PENYELENGGARAAN PEMBERIAN MAKANAN TAMBAHAN
BERBASIS PANGAN LOKAL UNTUK IBU HAMIL KEK DAN BALITA GIZI KURANG 42
T
AF
R
D

PETUNJUK TEKNIS
PENYELENGGARAAN PEMBERIAN MAKANAN TAMBAHAN
BERBASIS PANGAN LOKAL UNTUK IBU HAMIL KEK DAN BALITA GIZI KURANG 43
Pesan Kunci untuk Ibu Balita:
 Mulai berikan protein hewani sedini mungkin saat mulai
pemberian MP ASI (usia anak 6 bulan)
 Konsumsi sesuai dengan kebutuhan gizi berdasarkan
usia secara jumlah, frekuensi makan, konsistensi dan

T
variasi makanan. Pada baduta, pemberian makan
harus sesuai Pedoman Pemberian Makan Bayi dan
Anak (PMBA)
 Balita mengonsumsi makanan yang mengandung zat
gizi lengkap yaitu karbohidrat, protein hewani, protein


AF
nabati, lemak, vitamin dan mineral
Utamakan pemberian protein hewani pada asupan
makanan balita. Anak membutuhkan asupan protein
dan lemak lebih banyak sedangkan serat lebih sedikit
dibandingkan orang dewasa.
 Disiplin dalam menjalankan prinsip keamanan
pangan,kebersihan, dan sanitasi lingkungan
R
D

PETUNJUK TEKNIS
PENYELENGGARAAN PEMBERIAN MAKANAN TAMBAHAN
BERBASIS PANGAN LOKAL UNTUK IBU HAMIL KEK DAN BALITA GIZI KURANG 44
BAB III
POTENSI DAN KETERSEDIAAN PANGAN LOKAL

A. Potensi Pangan Lokal


Pangan lokal adalah pangan yang tersedia di wilayah
dan biasa dikonsumsi oleh masyarakat setempat.
Potensi sumber daya pangan lokal pada dasarnya

T
tinggi, namun belum semua komoditas pangan lokal
tersedia data produksi dan distribusinya di setiap
daerah. Indeks ketahanan pangan (Food Security)
digunakan untuk mengetahui ketahanan pangan suatu

pangan,
AF
daerah. Indeks ini terdiri dari dimensi ketersediaan
keterjangkauan/akses pangan
pemanfaatan pangan termasuk didalamnya sumber air
(minum) yang bersih dan aman.
dan
R
D

Gambar 2. Peta Ketahanan dan Kerentanan Pangan


2021

PETUNJUK TEKNIS
PENYELENGGARAAN PEMBERIAN MAKANAN TAMBAHAN
BERBASIS PANGAN LOKAL UNTUK IBU HAMIL KEK DAN BALITA GIZI KURANG 45
Peta di atas memperlihatkan bahwa secara umum
kabupaten di provinsi di wilayah timur Indonesia
memiliki tingkat ketahanan pangan yang lebih rendah
dibandingkan wilayah barat Indonesia. Selain itu,
kabupaten yang terletak di kepulauan juga memiliki
tingkat kerentanan terhadap kerawanan pangan yang
lebih tinggi dibandingkan daerah bukan kepulauan
dengan penyebab/karakterisik yang sama. Berdasarkan

T
provinsi, data ketahanan pangan dapat dilihat pada
Lampiran 4. Namun demikian, meskipun pada tingkat
provinsi, suatu wilayah dapat dikategorikan sebagai
wilayah tahan pangan, namun pada tingkat
kabupaten/kota masih terdapat disparitas. Di bawah ini

pangan:
AF
adalah sebaran kabupaten yang dikategorikan rentan

1. Kabupaten Prioritas 1 di Provinsi Papua, Papua


Barat, Sumatera Barat, Maluku dan Riau
2. Kabupaten Prioritas 2 di Provinsi Papua, Papua
Barat, Maluku Utara, Maluku, Aceh, DKI Jakarta,
Kepulauan Riau, Nusa Tenggara Timur, dan
Sulawesi Tengah.
3. Kabupaten Prioritas 3 di Provinsi Kepulauan Riau,
R
Maluku, Kalimantan Timur, Nusa Tenggara Timur,
Sulawesi Utara, Maluku Utara, Papua Barat, Aceh,
Sumatera Utara, Riau, Kepulauan Bangka Belitung,
Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah, Kalimantan
Utara, dan Papua Barat.
D

Berdasarkan hasil analisis data Survei Diet Total tahun


2014, ditemukan bahwa pangan yang dikonsumsi
sangat beragam. Secara nasional ditemukan sebanyak
2.104 jenis pangan dari 17 kelompok bahan pangan.
Pengelompokkan 2.104 jenis pangan berdasarkan
kelompok pangan disajikan pada Tabel 4.

PETUNJUK TEKNIS
PENYELENGGARAAN PEMBERIAN MAKANAN TAMBAHAN
BERBASIS PANGAN LOKAL UNTUK IBU HAMIL KEK DAN BALITA GIZI KURANG 46
Tabel 4. Jumlah Jenis Pangan yang Dikonsumsi
menurut Kelompok Pangan

No. Kelompok Pangan Jumlah Jenis Pangan


1. Serealia 198
2. Umbi-umbian 102
3. Kacang-kacangan 95
4. Sayuran 309

T
5. Buah-buahan 190
6. Daging 75
7. Jeroan 67
8. Ikan 468
9.
10.
11.
Telur
Susu
AF
Minyak dan lemak
17
31
24
12. Gula dan konfeksionari 74
13. Bumbu 164
14. Minuman 127
15. Makanan komposit 51
16. Air 5
R
17. Suplemen 107
Total 2104

Tabel 4 menunjukkan setiap kelompok pangan memiliki


D

beraneka ragam jenis pangan. Lima kelompok pangan


yang memiliki variasi terbanyak adalah: ikan (468),
sayuran (309), serealia (198), buah-buahan (190) dan
bumbu (164).
Konsumsi pangan pada setiap provinsi pun
beranekaragam. Gambar 5 menunjukkan jumlah jenis

PETUNJUK TEKNIS
PENYELENGGARAAN PEMBERIAN MAKANAN TAMBAHAN
BERBASIS PANGAN LOKAL UNTUK IBU HAMIL KEK DAN BALITA GIZI KURANG 47
pangan yang dikonsumsi penduduk di setiap provinsi
dan sebarannya.

T
AF
Gambar 3. Jumlah Jenis Pangan yang Dikonsumsi di
setiap Provinsi
Provinsi yang mengonsumsi berbagai jenis pangan
yang paling banyak dan beraneka ragam adalah
Provinsi Jawa Tengah (1.022 jenis pangan), Jawa Timur
R
(1.020 jenis pangan), dan Jawa Barat (958 jenis
pangan). Provinsi dengan konsumsi jenis pangan yang
paling sedikit adalah Gorontalo (301 jenis pangan),
Sulawesi Barat (351 jenis pangan) dan Maluku Utara
(387 jenis pangan).
Secara nasional, berdasarkan data Susenas Maret
D

2020, konsumsi energi dan protein masyarakat


Indonesia sudah mencapai Angka Kecukupan Gizi
sebesar 2.112 kkal dan 62 gram per hari (dari 2.100 kkal
dan 57 gram protein yang dianjurkan) (Badan Pusat
Statistik, 2020). Namun, distribusi asupan protein
hewani seperti daging dan telur/susu pada penduduk
dengan kelompok pengeluaran kuintil 1 dan 2 berkisar

PETUNJUK TEKNIS
PENYELENGGARAAN PEMBERIAN MAKANAN TAMBAHAN
BERBASIS PANGAN LOKAL UNTUK IBU HAMIL KEK DAN BALITA GIZI KURANG 48
3 - 4.5 kali lebih rendah dibandingkan pendukuk kuintil
4 dan 5. Di sisi lain, asupan protein nabati penduduk
kuintil 1 dan 2 adalah 2 kali lebih besar dari asupan
protein hewaninya.
Berbagai studi menyebutkan bahwa asupan protein dan
energi yang seimbang (protein kurang dari 25% dari
kandungan energi dalam makanan) berkontribusi
terhadap 31% penurunan risiko bayi lahir kecil. Hasil ini

T
bahkan lebih jelas terlihat pada ibu hamil dengan gizi
kurang atau kurus (Imdad & Bhutta, 2012), memperbaiki
pertumbuhan janin, meningkatkan berat (mencapai 95-
324 gram) dan panjang lahir (4,6 – 6,1 mm), serta
mengurangi risiko BBLR sebesar 6-32% (Liberato et al.,
AF
2013). Oleh karena itu, dirasa penting untuk
memperhatikan asupan protein, khususnya protein
hewani yang lebih mudah dicerna oleh tubuh salah
satunya berkaitan dengan minimnya zat anti gizi untuk
memenuhi kebutuhan gizi ibu hamil, khususnya ibu
hamil KEK (Berrazaga et al., 2019; Gilani et al., 2012).

B. Potensi Sumber Protein Hewani dan Pola Konsumsi


Pada periode 5 tahun terakhir (tahun 2015-2019), angka
R
konsumsi ikan nasional mengalami peningkatan sebesar
6,39% sedangkan pada periode 8 tahun terakhir (tahun
2012-2019) mengalami peningkatan sebesar 6,51%.
Peningkatan angka konsumsi ikan nasional dari tahun ke
D

tahun didukung oleh kampanye nasional Gerakan


Memasyarakatkan Makan Ikan (Gemarikan) yang
dilaksanakan di seluruh provinsi.

Sebagai negara maritim dengan luas laut sekitar


3.544.743.9 km2 setara dengan 64,97 persen dari luas
total negara Indonesia, potensi sumber daya laut yang

PETUNJUK TEKNIS
PENYELENGGARAAN PEMBERIAN MAKANAN TAMBAHAN
BERBASIS PANGAN LOKAL UNTUK IBU HAMIL KEK DAN BALITA GIZI KURANG 49
dimiliki Indonesia sangat luas, sehingga potensi hasil ikan
nya pun melimpah. Ikan merupakan makanan yang
tergolong menyehatkan karena banyak mengandung
asam lemak tak jenuh omega 3. Konsumsi kalori berasal
dari ikan tertinggi adalah Kalimantan Utara, yaitu sebesar
101,24 kkal sementara yang terendah adalah di provinsi
DI Yogyakarta (24,76 kkal). Konsumsi daging di

T
Indonesia masih tergolong sedikit, bahkan bila
dibandingkan dengan negara-negara di Asia Tenggara.
Selain harganya yang mahal, rendahnya konsumsi
daging penduduk Indonesia juga disebabkan oleh daya
AF
beli penduduk yang rendah. Penduduk yang
mengkonsumsi kalori berasal dari daging paling tinggi
terdapat di Kepulauan Riau yaitu sebesar 116,68 kkal
sedangkan yang terendah di Maluku Utara sebesar 17,47
kkal.

Selain ikan dan daging, telur juga merupakan sumber


protein, asam amino, dan lemak yang sehat, sedangkan
susu mengandung asam lemak, protein dan kalsium.
R
Penduduk di provinsi DKI Jakarta paling tinggi
mendapatkan kalori yang berasal dari telur dan susu.
Konsumsi kalori per kapita penduduk Provinsi DKI
Jakarta sebesar 101,08 kkal, sedangkan penduduk di
D

Provinsi Maluku Utara mengkonsumsi kalori yang berasal


dari telur dan susu hanya sebesar 28,83 kkal.

Tingkat partisipasi konsumsi pangan hewani yang tinggi


adalah ikan dan telur, diikuti daging unggas terutama dari
ayam ras. Konsumsi ikan dalam rumah tangga (KIDRT)
berdasarkan raw data Susenas tahun 2019 sebesar

PETUNJUK TEKNIS
PENYELENGGARAAN PEMBERIAN MAKANAN TAMBAHAN
BERBASIS PANGAN LOKAL UNTUK IBU HAMIL KEK DAN BALITA GIZI KURANG 50
35,43 kg/kapita atau naik 2,99% dibandingkan KIDRT
tahun 2018 sebesar 34,40 kg/kapita. KIDRT tahun 2019
sebesar 34,43 kg/kapita/tahun setara ikan utuh segar
terdiri atas konsumsi ikan dan udang segar (KIDS)
sebesar 28,80 kg/kapita, konsumsi ikan dan udang
awetan (KIDA) sebesar 4,72 kg/kapita, serta konsumsi
ikan dan udang dalam makanan/minuman jadi (KIMJ)

T
sebesar 1,91 kg/kapita.

Berdasarkan wilayah provinsi, KIDRT tahun 2019


tertinggi terdapat di Provinsi Sulawesi Utara sebesar

segar,
AF
49,42 kg/kapita setara dengan 127.568 ton ikan utuh
dilanjutkan oleh Provinsi
Tenggara sebesar 48,28 kg/kapita setara dengan
Sulawesi

129.675 ton ikan utuh segar dan Provinsi Kepulauan


Bangka Belitung sebesar 47,78 kg/kapita setara dengan
71.117 ton ikan utuh segar. KIDRT tahun 2019 terendah
terdapat di Provinsi Jawa Tengah sebesar 18,88
kg/kapita setara dengan 646.174 ton ikan utuh segar,
dilanjutkan oleh Provinsi DI. Yogyakarta sebesar 19,52
R
kg/kapita setara dengan 76.597 ton ikan utuh segar dan
Provinsi Jawa Barat sebesar 21,19 kg/kapita setara
dengan 1.079.019 ton ikan utuh segar.
D

PETUNJUK TEKNIS
PENYELENGGARAAN PEMBERIAN MAKANAN TAMBAHAN
BERBASIS PANGAN LOKAL UNTUK IBU HAMIL KEK DAN BALITA GIZI KURANG 51
BAB IV
PRINSIP DASAR PEMBERIAN MAKANAN TAMBAHAN

A. Prinsip
1. Makanan tambahan diberikan dalam bentuk makanan
lengkap siap santap atau kudapan yang berbasis

T
pangan lokal dan tidak diberikan dalam bentuk uang
atau bahan makanan mentah.
2. Makanan AF tambahan hanya sebagai tambahan
terhadap makanan yang dikonsumsi oleh ibu hamil
KEK dan balita gizi kurang sasaran sehari-hari, bukan
sebagai pengganti makanan utama. Ibu hamil KEK
dan balita gizi kurang harus tetap mengkonsumsi
makanan sesuai prinsip gizi seimbang setiap hari.
3. Pemberian makanan tambahan dilakukan setiap hari
dengan komposisi dalam satu minggu sedikitnya 1
R
(satu) kali makanan lengkap sebagai sarana edukasi
implementasi ISI PIRINGKU atau sesuai dengan
Pedoman Gizi Seimbang pada waktu makan siang dan
D

sisanya berupa kudapan. Kudapan diberikan di luar


waktu makan utama untuk memastikan MT sebagai
tambahan di luar makan utama sehari-hari.
4. Pemberian Makanan Tambahan (PMT) dimaksudkan
untuk memenuhi kebutuhan gizi ibu hamil KEK dan

PETUNJUK TEKNIS
PENYELENGGARAAN PEMBERIAN MAKANAN TAMBAHAN
BERBASIS PANGAN LOKAL UNTUK IBU HAMIL KEK DAN BALITA GIZI KURANG 52
balita gizi kurang sasaran sekaligus sebagai proses
pembelajaran dan sarana komunikasi antar ibu.
5. Pemberian Makanan Tambahan dilakukan (PMT)
setiap hari sekurang-kurangnya selama 90 hari
dengan pendekatan pemberdayaan masyarakat yang
pelaksanaannya dapat disertai dengan edukasi gizi

T
yang diintegrasikan dengan kegiatan lintas program
dan sektor terkait lainnya, contohnya melalui kelas ibu
hamil dan ibu balita, safari Gemarikan, rumah pangan

Harapan
AF
kita, pekarangan pangan lestari, Program Keluarga
(PKH), dan program lainnya. Lokasi
pemberian MT sesuai dengan kesepakatan daerah di
luar penyelenggaraan rutin program tersebut di atas.
6. Pemberian Makanan Tambahan dibiayai dari dana
DAK. Selain itu dapat juga dibiayai dari bantuan
R
lainnya seperti partisipasi masyarakat, organisasi
sosial kemasyarakatan, dunia usaha (CSR) dan
Pemerintah Daerah.
D

PETUNJUK TEKNIS
PENYELENGGARAAN PEMBERIAN MAKANAN TAMBAHAN
BERBASIS PANGAN LOKAL UNTUK IBU HAMIL KEK DAN BALITA GIZI KURANG 53
B. Standar Kebutuhan Zat Gizi dan Standar Menu
Makanan Tambahan
1. Ibu Hamil KEK
Standar kebutuhan zat gizi berdasarkan AKG 2019
pada kelompok perempuan usia 19-49 tahun berkisar
2150 - 2250 kkal dan protein 60 gram per hari. Pada ibu

T
hamil normal diperlukan tambahan energi sebesar 180
– 300 kkal dan protein mencapai 30 gram per hari
(secara rinci dapat dilihat pada Tabel 1). Berdasarkan
AF
Escott (2015), untuk memperoleh penambahan berat
badan sebesar 0.5 kg/minggu, termasuk untuk ibu hamil
KEK, dibutuhkan tambahan asupan energi sebesar 500
kkal/hari dari asupan energi hariannya dimana kurang
dari 25% kandungan energi dalam makanan tambahan
berasal dari protein (Imdad & Bhutta, 2012).
R
Dengan demikian, pemberian makanan tambahan
berbasis pangan lokal bagi ibu hamil KEK setidaknya
menyediakan energi sebesar 500 kkal, dengan proporsi
D

protein sebesar <25% (balanced energy protein/BEP)


dari kandungan energi makanan tambahan dan
mengutamakan sumber protein hewani.

PETUNJUK TEKNIS
PENYELENGGARAAN PEMBERIAN MAKANAN TAMBAHAN
BERBASIS PANGAN LOKAL UNTUK IBU HAMIL KEK DAN BALITA GIZI KURANG 54
Perlu ditekankan betul bahwa makanan tambahan
berbasis pangan lokal siap santap bukan
menggantikan kebutuhan makan ibu hamil KEK
melainkan minimal makanan yang harus ditambahkan
pada ibu hamil KEK setelah kebutuhan dasar makannya
terpenuhi untuk mengatasi masalah gizi ibu hamil

T
2. Balita Gizi Kurang
Standar kebutuhan zat gizi berdasarkan AKG 2019
pada kelompok usia 6-59 bulan berkisar 800-1400 kkal
AF
dan protein 15-25 gram per hari (secara rinci dapat
dilihat pada Tabel 3). Berdasarkan rekomendasi WHO
tahun 2012, balita dengan gizi kurang membutuhkan
tambahan asupan energi sebesar 25 kkal/kg BB
Ideal/hari untuk mencapai penambahan berat badan
sebanyak 5 gram/kg BB/hari (WHO, 2012). Dijelaskan
R
pula bahwa dalam setiap 1000 kkal makanan yang
ditambahkan yang diberikan, harus mengandung
protein sebanyak 20-43 gram (8-16%) dan lemak 25-65
gram (22.5 – 58.5%). Lebih lanjut, CMAM Forum tahun
D

2014 merekomendasikan bahwa untuk proses


pemulihan balita dengan gizi kurang, dibutuhkan
setidaknya 30% dari energi terdiri dari lemak dan 10-
15% dari protein (Annan R.A., Webb P., 2014).

PETUNJUK TEKNIS
PENYELENGGARAAN PEMBERIAN MAKANAN TAMBAHAN
BERBASIS PANGAN LOKAL UNTUK IBU HAMIL KEK DAN BALITA GIZI KURANG 55
Pemberian makanan tambahan bagi baduta, khususnya
di bawah usia 1 tahun sangat penting untuk disertai
edukasi perubahan perilaku mencakup:
1. Tetap melanjutkan pemberian ASI sampai usia 2
tahun atau lebih dengan memperhatikan
pertumbuhan dan perkembangan anak. Hal ini

T
mengingat melanjutkan menyusui sampai 2 tahun
atau lebih dapat meningkatkan ikatan antara ibu
dan anak serta meningkatkan daya tahan tubuh
AF
anak untuk mencegah infeksi berulang.
2. Pemberian MP ASI sesuai rekomendasi (merujuk
pada Pedoman PMBA). Pemberian MP ASI yang
adekuat penting untuk memenuhi kebutuhan gizi
baduta dan kondisi gizi kurang pada baduta harus
segera ditangani agar dapat mencapai kejar
R
tumbuh.
3. Selain itu perlu dikaji apakah anak mengalami sakit
berulang, penyebab sakitnya, juga terkait
kebersihan/kesehatan lingkungan tempat
D

tinggalnya.

PETUNJUK TEKNIS
PENYELENGGARAAN PEMBERIAN MAKANAN TAMBAHAN
BERBASIS PANGAN LOKAL UNTUK IBU HAMIL KEK DAN BALITA GIZI KURANG 56
C. Standar Makanan Tambahan Berbasis Pangan Lokal
1. BAGI IBU HAMIL KEK
Berikut adalah standar kandungan zat gizi pada
makanan tambahan berbasis pangan lokal yang
diperuntukan bagi ibu hamil KEK.

T
Tabel 5. Komposisi Kandungan Makanan Tambahan
berbasis Pangan Lokal yang diperuntukkan bagi Ibu
Hamil KEK

Zat Makanan Lengkap Makanan Kudapan


Gizi
Energi
Protein
AF 500 – 700kkal
18-23% 29 – 34
510-530 kkal
18-23% 23 – 27
gram gram
Lemak 20-30% 14 – 24 30-40% 19 – 23
gram gram

Tabel 6. Standar Bahan Makanan Tambahan Bagi Ibu


R
Hamil KEK untuk disiapkan sebanyak 1 kali makan
(dalam bentuk Kudapan atau Makanan lengkap)

Bahan Makanan Kudapan Makanan Lengkap


Makanan Berat Ukuran Berat Ukuran
(gram Rumah (gram) Rumah
D

) Tangga Tangga
(URT) (URT)
Makanan 40 1/2 gelas 75 3/4 gelas
Pokok
(beras)

PETUNJUK TEKNIS
PENYELENGGARAAN PEMBERIAN MAKANAN TAMBAHAN
BERBASIS PANGAN LOKAL UNTUK IBU HAMIL KEK DAN BALITA GIZI KURANG 57
Bahan Makanan Kudapan Makanan Lengkap
Makanan Berat Ukuran Berat Ukuran
(gram Rumah (gram) Rumah
) Tangga Tangga
(URT) (URT)
Lauk 60 1 butir besar Ikan 75g/ 1 ekor/
hewani 1 ayam 60 1 potong
(telur) g/ besar/

T
Lauk 30 - ½ -1 potong telur 60 1 butir besar/
hewani 2 50 sedang g/ 1 potong
(ayam/ika daging besar
n/daging) AF 60 g
Lauk 25 3 sdm/ 50 2 potong
Nabati ½ potong sedang
(kacang2a sedang
n/ tempe/
tahu)
Sayur 50 ½ gelas 100 1 gelas
ukuran 250
ml
Buah 60 1 buah 100 1 buah
ukuran ukuran
R
sedang besar/
2 potong
sedang
Minyak 5 1 sdt 5 1 sdt
Sumber: panganku.org
D

Keterangan:
1. Makanan tambahan bagi ibu hamil KEK baik berupa
makanan kudapan maupun makanan lengkap
sebaiknya terdiri dari zat gizi yang lengkap yang berasal
dari makanan pokok, sumber lauk pauk hewani dan
nabati serta sayur dan buah.

PETUNJUK TEKNIS
PENYELENGGARAAN PEMBERIAN MAKANAN TAMBAHAN
BERBASIS PANGAN LOKAL UNTUK IBU HAMIL KEK DAN BALITA GIZI KURANG 58
2. Standar menu makanan tambahan bagi ibu hamil KEK
di atas mengandung:
a. Kudapan
Rata-rata mengandung Energi sebesar 540 kalori
(520-580 kalori)
Protein 24 gram (23-27 gram) atau 18-23%
Lemak 21 gram (19-23 gram) atau 30-40%
Karbohidrat 61 gram (50-70 gram) atau 45%

T
AF
R
D

PETUNJUK TEKNIS
PENYELENGGARAAN PEMBERIAN MAKANAN TAMBAHAN
BERBASIS PANGAN LOKAL UNTUK IBU HAMIL KEK DAN BALITA GIZI KURANG 59
b. Makanan Lengkap
Rata-rata mengandung Energi sebesar 700
kalori (600 - 700 kalori)
Protein 32,3 gram (29 – 34 gram) atau 18-
23%
Lemak 20 gram (14-24 gram) atau 20-30%
Karbohidrat 80 gram (79 – 81 gram) atau
50%

T
3. Bahan makanan yang digunakan untuk membuat
makanan tambahan bagi ibu hamil KEK
disesuaikan dengan sumber daya lokal
setempat.
AF
a) Makanan pokok dapat berupa jagung,
singkong, ubi, kentang, talas dan tepung-
tepungan
b) Lauk hewani dapat berupa telur, berbagai
jenis ikan dan produk laut, ayam, dan daging
maupun sumber lauk hewani yang terdapat
disekitar wilayah sasaran
c) Lauk nabati dapat berupa tempe, tahu,
maupun kacang-kacangan seperti kacang
R
merah, kacang hijau, kacang polong, kacang
kedelai, dll
d) Sayuran dan buah sebaiknya menggunakan
yang berwarna hijau atau
orange/merah/kuning karena mengandung
D

lebih banyak vitamin dan mineral


dibandingkan yang tidak berwarna.
4. Jumlah bahan makanan (kuantitas) yang
digunakan dalam satu kelompok bahan makanan
disesuaikan dengan Panduan Bahan Makanan
Penukar.

PETUNJUK TEKNIS
PENYELENGGARAAN PEMBERIAN MAKANAN TAMBAHAN
BERBASIS PANGAN LOKAL UNTUK IBU HAMIL KEK DAN BALITA GIZI KURANG 60
Misalnya: beras 60 gram (nasi 120 gram) dapat
digantikan dengan kentang 210 gram (2 buah
sedang)
5. Buah sebaiknya menggunakan buah utuh. Selain
karena lebih aman juga waktu mengonsumsinya
dapat disesuaikan sesuai kemampuan ibu.
6. Jika lauk hewani yang digunakan pada makanan
lengkap berupa telur maka untuk mencapai

T
pemenuhan kebutuhan protein untuk ibu hamil
maka dapat dikombinasikan denga sumber
protein lain yang berbeda jenisnya seperti ayam
dan sebaliknya.
7.
AF
Makanan tambahan baik berupa kudapan dan
makanan lengkap bagi ibu hamil dapat
dikreasikan sesuai dengan lokal spesifik
setempat. Prinsipnya berupa makanan padat gizi
dan memenuhi standar yang telah ditentukan.
8. Untuk menghitung kebutuhan bahan pangan
yang akan dibeli perlu mempertimbangkan berat
kotor dan berat bersih bahan pangan. Misalnya
ayam yang diinginkan untuk dapat dikonsumsi
R
ibu hamil sebesar 60 gram, maka daging ayam
yang harus dibeli sebesar 90 gram (1.5 kali lebih
besar dari berat bahan bersih yang diinginkan).
Perhitungan lebih lanjut dapat dilihat pada
penjelasan poin 8 pada halaman 36.
D

2. BAGI BALITA GIZI KURANG/KURUS


Dengan demikian, berkaitan dengan besarnya variasi
berat badan ideal anak usia 6-59 bulan, berikut adalah

PETUNJUK TEKNIS
PENYELENGGARAAN PEMBERIAN MAKANAN TAMBAHAN
BERBASIS PANGAN LOKAL UNTUK IBU HAMIL KEK DAN BALITA GIZI KURANG 61
perhitungan pertambahan kebutuhan asupan gizi balita
Indonesia, khususnya kalori, protein, dan lemak:

Tabel 7. Komposisi Kandungan Makanan Tambahan


berbasis Pangan Lokal yang diperuntukkan bagi Balita
(6-59 bulan) di Indonesia

Zat Gizi Usia Balita

T
6 – 11 12-23 24-59
bulan bulan bulan

Kalori (kkal) 175 – 200 225 – 275 300-450


AF
Protein (gr)

Lemak (gr)
3.5 – 8*

4.4 – 13
4.5 – 11*

5.6 – 17.9
6 – 18*

7.5 – 29.3
*perhitungan jumlah protein ini telah
mempertimbangkan prinsip kecukupan Protein
Energy Ratio (PER) sebesar 8-16%
Sebagai contoh, balita usia 24-59 bulan yang
R
mengalami gizi kurang diperkirakan membutuhkan
tambahan asupan energi sebesar:

25 kkal x berat badan ideal = 25 kkal x 16 kg = 400


kkal/hari
D

Dengan tambahan asupan energi sebesar 400 kkal per


hari, dapat diketahui kebutuhan tambahan protein dan
lemak sebesar 8-16 gram dan 10-26 gram. Kebutuhan
ini dihasilkan dari perhitungan sebagai berikut:

PETUNJUK TEKNIS
PENYELENGGARAAN PEMBERIAN MAKANAN TAMBAHAN
BERBASIS PANGAN LOKAL UNTUK IBU HAMIL KEK DAN BALITA GIZI KURANG 62
Protein = (8-16% x 400 kkal) : 4 kal/gram = 8-16 gram
Lemak = (22.5 – 58.5% x 400 kkal) : 9 kal/gram = 10-26
gram

Tabel 8. Standar Bahan Makanan Tambahan bagi


Baduta (6-23 bulan) MP ASI berbasis Pangan Lokal dari
bahan Makanan Mentah

T
Contoh Bahan BDD URT BDD URT
Standar Makanan (gr) (gr)
Bahan 6-11 bulan 12-23 bulan
Makanan
Contoh 1
AF Makanan
Pokok
(beras)
25 gr 2,5
sdm
35 3,5
sdm

Lauk 25 ½ ptg 30 ¾ ptg


Hewani
(Ikan
Kembung)
Sayuran 10 1 sdm 20 2 sdm
R
(Bayam)
Minyak 7,5 1,5 sdt 7,5 1,5 sdt
Contoh 2 Makanan 25 gr 2,5 35 3,5
Pokok sdm sdm
(beras)
D

Lauk 25 ½ ptg 30 ¾ ptg


Hewani
(Ikan
Kembung)
Sayuran 10 1 sdm 20 2 sdm
(Wortel)

PETUNJUK TEKNIS
PENYELENGGARAAN PEMBERIAN MAKANAN TAMBAHAN
BERBASIS PANGAN LOKAL UNTUK IBU HAMIL KEK DAN BALITA GIZI KURANG 63
Contoh Bahan BDD URT BDD URT
Standar Makanan (gr) (gr)
Bahan 6-11 bulan 12-23 bulan
Makanan
Santan 5 1 sdt 5 1 sdt

Contoh 3 Makanan 25 gr 2,5 35 3,5


Pokok sdm sdm

T
(Beras)
Lauk 30 ½ butir 50 1 butir
Hewani kecil
(Telur
AF Ayam)
Sayuran
(Brokoli)
Minyak
10

5
1 sdm

1 sdt
20

5
2 sdm

1 sdt
Total 175-200 kkal 225-275 kkal
Energi

Keterangan:
1. Standar menu makanan tambahan bagi baduta baik
R
berupa kudapan maupun makanan lengkap dalam
sekali makan rata-rata mengandung:
 Energi 175 – 200 kalori untuk usia 6-11 bulan dan
225 – 275 kalori untuk usia 12-23 bulan
 Protein 9 gram (15%)
D

 Lemak 11 gram (40%)


 Karbohidrat 28 gram (45%)
2. Pemberian makanan tambahan bagi baduta harus terus
diiringi dengan pemberian ASI

PETUNJUK TEKNIS
PENYELENGGARAAN PEMBERIAN MAKANAN TAMBAHAN
BERBASIS PANGAN LOKAL UNTUK IBU HAMIL KEK DAN BALITA GIZI KURANG 64
3. Pemberian makanan tambahan dilakukan secara
responsive feeding untuk menstimulasi kemampuan
makan anak.

Tabel 9. Standar Bahan Makanan Tambahan Bagi Balita


(24-59 bulan) untuk disiapkan sebanyak 1 kali makan
(dalam bentuk Kudapan atau Makanan lengkap)

T
Bahan Makanan Berat Ukuran Rumah Tangga
(gram) (URT)
Makanan Pokok 50 ½ gelas
(beras)
Lauk hewani 1
(telur)
Lauk hewani 2
(ayam/ikan/daging)
AF 30

30
1 butir telur ayam ukuran
kecil
½ potong sedang/1/2 ekor

Lauk Nabati 25 ½ potong sedang


(kacang2an/
tempe/tahu)
Sayur 30 1/3 gelas ukuran 250 ml
Buah 50 1 buah
R
Minyak/lemak 5 1 sdt
Sumber: panganku.org

Keterangan
1. Makanan tambahan bagi balita yang berupa makanan
kudapan maupun makanan lengkap sebaiknya terdiri dari
D

zat gizi yang lengkap yang berasal dari makanan pokok,


sumber lauk pauk hewani dan nabati serta sayur dan
buah
2. Standar menu makanan tambahan bagi balita usia 24-
59 bulan baik berupa kudapan maupun makanan
lengkap dalam sekali makan rata-rata mengandung:

PETUNJUK TEKNIS
PENYELENGGARAAN PEMBERIAN MAKANAN TAMBAHAN
BERBASIS PANGAN LOKAL UNTUK IBU HAMIL KEK DAN BALITA GIZI KURANG 65
 Energi 393,35 kalori
 Protein 16,5 gram (17%)
 Lemak 15 gram (33%)
 Karbohidrat 51 gram (50%)
3. Bahan makanan yang digunakan untuk membuat
makanan tambahan bagi balita disesuaikan dengan
sumber daya lokal setempat
1) Makanan pokok dapat berupa jagung, singkong,

T
ubi, kentang, talas dan tepung-tepungan
2) Lauk hewani dapat berupa telur, berbagai ikan,
ayam, dan daging maupun sumber lauk hewani
yang terdapat disekitar wilayah sasaran
AF
3) Lauk nabati dapat berupa tempe, tahu, maupun
kacang-kacangan seperti kacang merah, kacang
hijau, kacang polong, kacang kedelai, dll
4) Sayuran dan buah sebaiknya menggunakan
yang berwarna hijau atau orange/merah/kuning
karena mengandung lebih banyak vitamin dan
mineral dibandingkan yang tidak berwarna.

4. Jumlah bahan makanan (kuantitas) yang digunakan


R
dalam satu kelompok bahan makanan disesuaikan
dengan Panduan Bahan Makanan Penukar.
Misalnya: beras 60 gram (nasi 120 gram) dapat
digantikan dengan kentang 210 gram (2 buah
sedang)
D

5. Lauk hewani diharapkan dapat bersumber dari 2


(dua) macam sumber protein yang berbeda.
Misalnya telur dan ikan, telur dan ayam, telur dan
daging. Hal ini bertujuan untuk mendapatkan

PETUNJUK TEKNIS
PENYELENGGARAAN PEMBERIAN MAKANAN TAMBAHAN
BERBASIS PANGAN LOKAL UNTUK IBU HAMIL KEK DAN BALITA GIZI KURANG 66
kandungan protein yang tinggi dan asam amino
esensial yang lengkap.
6. Buah sebaiknya menggunakan buah utuh. Selain
karena lebih aman juga waktu mengonsumsinya
dapat disesuaikan.
7. Makanan tambahan baik berupa kudapan dan
makanan lengkap bagi ibu hamil bagi balita dapat
dikreasikan sesuai dengan kearifan setempat.

T
Prinsipnya berupa makanan padat gizi dan
memenuhi standar yang telah ditentukan.
8. Untuk menghitung kebutuhan bahan pangan yang
akan dibeli perlu mempertimbangkan berat kotor dan
AF
berat bersih.
R
D

PETUNJUK TEKNIS
PENYELENGGARAAN PEMBERIAN MAKANAN TAMBAHAN
BERBASIS PANGAN LOKAL UNTUK IBU HAMIL KEK DAN BALITA GIZI KURANG 67
D. Persyaratan Jenis dan Bentuk Makanan
1. Makanan tambahan diutamakan berbasis bahan
makanan lokal yang tersedia di wilayah setempat.
2. Makanan tambahan berbasis pangan lokal untuk ibu
hamil KEK dan balita gizi kurang dapat diberikan
berupa makanan lengkap atau makanan kudapan.

T
3. Makanan tambahan balita gizi kurang diutamakan
berupa sumber protein hewani (misalnya
ikan/telur/daging/ayam), namun tetap
AF
memperhatikan keseimbangan kebutuhan zat gizi
yang lain.
4. Makanan tambahan untuk ibu hamil KEK
diutamakan untuk pemenuhan kebutuhan energi
dan protein, diutamakan berupa sumber protein
hewani (misalnya ikan/telur/daging/ayam),
R
namun tetap memperhatikan keseimbangan
kebutuhan zat gizi yang lain.
5. Makanan tambahan diberikan sekali sehari selama
sekurang-kurangnya 90 hari.
D

6. Bentuk makanan tambahan yang diberikan kepada


balita dapat disesuaikan dengan pola makanan
sebagaimana Tabel 10.

PETUNJUK TEKNIS
PENYELENGGARAAN PEMBERIAN MAKANAN TAMBAHAN
BERBASIS PANGAN LOKAL UNTUK IBU HAMIL KEK DAN BALITA GIZI KURANG 68
Tabel 10. Pola Pemberian Makanan Bayi dan Anak
Balita

Usia ASI Bentuk Makanan


(Bulan) Makanan Makanan Makanan
Lumat Lembik Keluarga
0-6*

T
6-8
9-11
12-23
24-59
AF
Ket: 6* = 5 bulan 29 hari

E. Komponen Biaya
Dana dipergunakan untuk paket kegiatan Pemberian
Makanan Tambahan Lokal bagi Balita usia 6-59 bulan
gizi kurang dan ibu hamil KEK, meliputi pembelian
bahan makanan, biaya operasional dan jasa
R
pengolahan makanan dengan rincian sebagai berikut:
1. Biaya bahan makanan dan operasional digunakan
untuk pembelian bahan makanan, transport, dan
D

bahan bakar memasak minimal 80% dari alokasi


dana.
2. Biaya jasa penyelenggaraan makan sebesar
maksimal 15% dari alokasi dana.

PETUNJUK TEKNIS
PENYELENGGARAAN PEMBERIAN MAKANAN TAMBAHAN
BERBASIS PANGAN LOKAL UNTUK IBU HAMIL KEK DAN BALITA GIZI KURANG 69
3. Biaya operasional untuk dukungan administrasi
maksimal sebanyak 5% dari alokasi dana.

Anggaran unit cost setiap kali


pemberian makan tambahan ibu
hamil KEK dan Balita gizi kurang

T
disesuaikan dengan harga yang
berlaku di daerah masing-masing
dengan mengacu pada standar menu
AF yang ditetapkan.
R
D

PETUNJUK TEKNIS
PENYELENGGARAAN PEMBERIAN MAKANAN TAMBAHAN
BERBASIS PANGAN LOKAL UNTUK IBU HAMIL KEK DAN BALITA GIZI KURANG 70
BAB V
PENYELENGGARAAN PEMBERIAN MAKANAN
TAMBAHAN BERBASIS PANGAN LOKAL BAGI IBU
HAMIL KEK DAN BALITA GIZI KURANG

Kegiatan penyelenggaraan Pemberian Makanan

T
Tambahan berbasis pangan lokal siap santap bagi ibu
hamil KEK dan balita usia 6-59 bulan gizi kurang
dilaksanakan melalui proses bantuan pemerintah Pusat,
AF
kepada penerima bantuan Dinas Kabupaten/Kota, dan
selanjutnya pada pelaksanaan di tingkat Kecamatan
sampai Desa dengan pembagian peran berdasarkan
tahapan pelaksanaan kegiatan sebagai berikut:

Kecamatan
Pusa Kabupaten Des
Kegiatan /
t / Kota a
R
Puskesmas
Menyusun dan
menetapkan
petunjuk teknis

kegiatan dan
D

media
pendidikan gizi;
Melakukan
sosialisasi,
koordinasi, √ √ √ √
integrasi dan
advokasi
71
Kecamatan
Pusa Kabupaten Des
Kegiatan /
t / Kota a
Puskesmas
dengan lintas
program dan
lintas sektor
pelaksanaan
kegiatan di

T
lapangan
secara
berjenjang;
Menetapkan tim

dalam
AF
persiapan dan
tim pengawas

pelaksanaan
√ √

kegiatan
Menetapkan
mitra pelaksana
kegiatan dan

membuat
R
perjanjian kerja
sama
Menetapkan
lokasi
kabupaten/kota
hingga desa √ √ √
D

untuk
pelaksanaan
kegiatan
Menyusun
proposal √
rencana
72
Kecamatan
Pusa Kabupaten Des
Kegiatan /
t / Kota a
Puskesmas
kegiatan dan
kebutuhan
anggaran
Membentuk tim
√ √ √
pelaksana

T
Membentuk tim
√ √ √ √
pendamping
Mendata dan
merekap
sasaran
program
Melakukan
AF √

sosialisasi
kegiatan (teknis √ √
dan
administrasi)
Melakukan
orientasi
R
kegiatan √
kepada
kader/PKK
Melaksanakan
pemberian
D

Makanan
Tambahan √
berbasis
pangan lokal
siap santap

73
Kecamatan
Pusa Kabupaten Des
Kegiatan /
t / Kota a
Puskesmas
(persiapan dan
pelaksanaan)
Melakukan
promosi dan √ √ √ √
edukasi gizi

T
Melakukan
pendampingan
secara
berjenjang dan
berkala
tingkat
AFdari
pusat
sampai tingkat
desa serta
√ √ √ √

pendampingan
ke sasaran
Membina, √ √ √ √
memantau,
mengevaluasi,
R
mengawasi,
mengendalikan
, dan
melaporkan
kegiatan
melalui
D

pertemuan
secara berkala.
Melakukan √ √
pemantauan
pengolahan,
penyajian dan
74
Kecamatan
Pusa Kabupaten Des
Kegiatan /
t / Kota a
Puskesmas
keamanan
pangan
Menyusunan √ √ √ √
laporan
substansi dan

T
keuangan
Melakukan √ √ √ √
tindakan
perbaikan bila
ada
dalam
AF
masalah

penyelenggara
n PMT

Dalam rangka implementasi dan perluasan cakupan


Pemberian Makanan Tambahan Berbasis Pangan Lokal
bagi Ibu Hamil KEK dan Balita Gizi Kurang yang
R
bertujuan untuk meningkatkan status gizi, diperlukan
dukungan dan peran K/L terkait sesuai dengan tugas
masing-masing berdasarkan Perpres No 72 Tahun 2021
tentang Percepatan Penurunan Stunting dan Rencana
D

Aksi Nasional Pangan dan Gizi (RAN-PG). Mitra non


pemerintah seperti dunia usaha, lembaga swadaya
masyarakat, perguruan tingi, organisasi profesi, mitra
pembangunan, media massa, dan berbagai kelompok

75
masyarakat madani lainnya dapat terlibat dalam
pelaksanaan kegiatan ini sesuai dengan peraturan
perundangan yang berlaku.

Dalam pengelolaan kegiatan pemberian makanan


tambahan untuk ibu hamil KEK dan balita gizi kurang

T
mengikuti Mekanisme Dana Bantuan Pemerintah
kegiatan PMT berbasis pangan Lokal Tahun 2022
mengacu pada peraturan Menteri Keuangan Republik
AF
Indonesia Nomor 173/PMK.05/2016 tentang Mekanisme
Pelaksanaan Anggaran Bantuan Pemerintah pada
Kementerian Negara/Lembaga dan Peraturan Menteri
Kesehatan Nomor 24 Tahun 2021 tentang Pedoman
Umum Penyaluran Bantuan Pemerintah di Lingkungan
Kementerian Kesehatan
R
Lebih lanjut, tahapan penyelenggaraan pemberian
makanan tambahan berbasis pangan lokal meliputi:
persiapan, perencanaan,pelaksanaan, pengendalian dan
pementauan sebagaimana berikut:
D

1. Tahap Persiapan
a) Penetapan Kabupaten/Kota penerima
b) Penyusunan Petunjuk Teknis Kegiatan

76
c) Pemberitahuan Kegiatan
d) Sosialisasi
e) Pembekalan/Orientasi Tim Pelaksana di Desa
f) Pemerintah di Lingkungan Kementerian
Kesehatan

T
2. Tahap Perencanaan
a) Penyusunan proposal kegiatan
b) Penetapan Tim Pelaksana Kegiatan
AF
3. Tahap Pelaksanaan
a) Menyusun Menu sesuai Standar
b) Pembelian Bahan Makanan
c) Pemberian Makanan Tambahan Berbasis
Pangan Lokal
R
Kegiatan pemberian makanan tambahan
berbasis pangan lokal sebaiknya disertai
pendampingan, edukasi/konseling gizi,
D

tatalaksana penyakit apabila sasaran ada


penyakit penyerta dan meminimalisir faktor
risiko lainnya.

77
a. Pemberian Makanan Tambahan
berbasis pangan lokal siap santap
Setiap sasaran menerima makanan
tambahan sekurang-kurangnya 90 hari
makan (disesuaikan dengan status gizi dan
kesehatan anak dan ibu hamil). Kegiatan ini

T
sebaiknya dintegrasikan dengan program
yang ada di desa seperti antara lain: kelas
ibu balita dan didahului dengan edukasi gizi
AF
yang dapat berupa demonstrasi masak atau
penyuluhan gizi dan makan bersama-sama.
Selain melalui kelas ibu hamil/ibu balita,
penyiapan makanan tambahan dapat
dilakukan dengan:
1) Tim pelaksana langsung menyiapkan
R
makanan tambahan siap santap:
dimakan bersama kelompok sasaran di
suatu tempat, atau
2) Menunjuk penyelenggara makanan
D

(contoh: warung lokal) untuk mengolah


sesuai dengan menu yang telah
disusun dan dibawah pengawasan tim
pelaksana.

78
b. Pendampingan, Pelaksanaan Edukasi
Gizi dan Demo Masak Secara Berkala
Kegiatan ini bertujuan meningkatkan
pengetahuan dan kemampuan orang tua
balita dan ibu hamil sasaran dalam

T
penerapan gizi seimbang/isi piringku dan
pemanfaatan bahan pangan lokal dalam
konsumsi makanan sehari hari. Kegiatan
AFedukasi gizi dapat dilakukan dengan cara
memberikan penyuluhan kelompok maupun
perorangan secara langsung kepada orang
tua balita atau ibu hamil selama
pendampingan. Materi yang diberikan
terkait dengan kebutuhan gizi, pemilihan
R
pangan dan aspek kesehatan balita dan ibu
hamil dengan memanfaatkan media yang
sudah tersedia di Puskesmas. Penyuluhan
kelompok dapat disertai dengan
D

demonstrasi masak yang dilakukan di


lakukan di kelas ibu balita/ibu hamil.

79
Edukasi ini juga dapat diperluas di tingkat
masyarakat kepada penyelenggara atau
penyedia makanan untuk memahami
pentingnya pemenuhan gizi pada ibu hamil
dan mendorong partisipasi untuk
penyediaan paket menu sesuai kebutuhan

T
ibu hamil sesuai standar kebutuhannya
selama kehamilan dengan mengacu pada
pedoman gizi seimbang.
AF
c. Cara Pengolahan
Pengolahan makanan dilakukan sesuai dengan
cara pengolahan yang biasa dilakukan sehari-
hari dengan memperhatikan aspek higiene dan
sanitasi. Dalam hal ini, bahan makanan harus
R
dicuci sampai bersih, air yang digunakan juga air
bersih yang layak minum. Selain itu, peralatan
yang digunakan harus bersih dan orang yang
mengolah makanan juga harus menjaga
D

kebersihan diri.

Prinsip-prinsip dalam pengolahan bahan


makanan perlu diperhatikan untuk

80
mempertahankan zat gizi yang terkandung
dalam bahan makanan serta meningkatkan
daya cerna makanan. Teknis pengolahan
makanan tersebut dapat dilihat dalam Tabel 10
berikut:

T
AF
R
D

81
Tabel 11. Teknik Pengolahan Makanan

Cara
No. Prinsip pengolahan
Pengolahan
● Gunakan air bersih secukupnya
● Semua bahan terendam
● Air mendidih (suhu sekitar 100º C)
1. Merebus
● Lama perebusan sampai tingkat

T
kematangan yang dikehendaki termasuk
bagian dalam bahan makanan
● Gunakan air bersih secukupnya
● Lama pengukusan sampai tingkat
2. Mengukus
kematangan yang dikehendaki termasuk
AF ●
bagian dalam bahan makanan
Panaskan alat pemanggang (oven)
sampai panas yang dikehendaki
sebelum bahan dimasukkan
● Lama pemanggangan sampai tingkat
3. Memanggang kematangan yang dikehendaki termasuk
bagian dalam bahan makanan
● Untuk memanggang daging atau pangan
tinggi protein, hindari sampai terbakar
R
(arang)
● Siapkan bahan pembakar (arang/kayu)
sampai terbentuk bara api sebelum
bahan makanan dibakar
● Lama pembakaran sampai tingkat
4. Membakar kematangan yang dikehendaki termasuk
D

bagian dalam bahan makanan


● Untuk membakar daging atau pangan
tinggi protein, hindari sampai terbakar
(arang)
5. Menggoreng ● Gunakan minyak goreng secukupnya

82
Cara
No. Prinsip pengolahan
Pengolahan
● Panaskan minyak goreng sampai suhu
yang dikehendaki sebelum bahan
dimasukkan
● Lama penggorengan sampai tingkat
kematangan yang dikehendaki termasuk
bagian dalam bahan makanan

T
● Dianjurkan menggunakan minyak goreng
yang sama tidak lebih dari dua kali
penggorengan
● Memasak makanan dengan minyak
sedikit
6. Menumis
AF ● Panaskan minyak goreng sampai suhu
yang dikehendaki sebelum bahan
dimasukkan
● Lama memasak dengan waktu singkat
Sumber: Fellows, 2009
d. Persyaratan penjamah makanan
1) Surat pernyataan berbadan sehat
2) Dimasa pandemi COVID 19, sudah
R
divaksinasi minimal 2 kali
3) Bersedia menjalankan prinsip higiene dan
sanitasi selama proses penyelenggaraan
D

makanan tambahan pangan lokal (seperti


menjaga kebersihan diri dan bahan pangan,
serta peralatan yang dipergunakan)
e. Pemberian makanan tambahan bagi ibu hamil
KEK dan balita gizi kurang menerapkan
83
protokol kesehatan dengan memperhatikan hal-
hal lainnya sebagaimana berikut:
1) Jadwal pemberian makan disesuaikan
dengan kondisi setempat (contoh: dibuat
jadwal/pembagian kupon)
2) Pengambilan makanan dilakukan dengan

T
tertib sesuai jadwal yang telah disepakati,
menjaga jarak dan menggunakan masker
3) Menyediakan tempat cuci tangan (dengan air
AF
mengalir dan menggunakan sabun) atau
hand sanitizer di lokasi pembagian makanan

4. Pengendalian dan Pemantauan


a) Pengendalian
Pengendalian kegiatan di lapangan menjadi
R
sangat penting demi keberhasilan program,
secara umum tujuan pengendalian kegiatan
adalah:
1) Memastikan bahwa sasaran penerima MT
D

sesuai dengan ketentuan yang ada;


2) Memastikan bahwa kegiatan berjalan
sesuai dengan tahapan kegiatan;

84
3) Memastikan bahwa pengalokasian dan
pemanfaatan dana bantuan pemerintah
sesuai dengan pedoman;
4) Memastikan bahwa kualitas Pemberian
Makanan Tambahan (PMT) Berbasis
Pangan Lokal untuk Ibu Hamil Kurang

T
Energi Kronis (KEK) dan Balita Gizi Kurang
sesuai standar yang telah ditetapkan dan
diterima oleh sasaran;
AF
5) Memastikan agar setiap pelaksana kegiatan
dapat menjalankan tugas dan tanggung
jawabnya dengan baik sesuai dengan
fungsinya masing-masing; dan
6) Menjamin ketepatan waktu pelaksanaan
dengan jadwal pelaksanaan yang telah
R
ditentukan.

b) Pemantauan
Pemantauan merupakan bagian dari
pengendalian kegiatan di lapangan yang
D

dilakukan oleh Tim secara berjenjang. Kegiatan


ini dilakukan untuk mendapatkan informasi serta
data pelaksanaan kegiatan untuk bahan
pengambilan keputusan dalam proses menjaga
dan perbaikan pelaksanaan kegiatan. Kegiatan

85
pemantauan akan dilakukan baik secara
langsung maupun tidak langsung.
Mekanisme Pemantauan dan Pendampingan:
a. Pemantauan dan pendampingan dilakukan
secara berjenjang mulai dari pusat, provinsi,
kabupaten, kecamatan/puskesmas dan

T
desa.
b. Tim Kabupaten dan tim Kecamatan Kepala
AFPuskesmas, TPG atau tenaga kesehatan
atau Bidan Desa melakukan pendampingan
dan pembinaan kegiatan pemberian
makanan tambahan lokal bagi ibu hamil dan
balita setiap bulan, dan bila ada masalah
segera melakukan koordinasi dan tindakan
perbaikan.
c. Kegiatan pemantauan penyelenggaraan
R
kegiatan pemberian makanan tambahan
lokal bagi ibu hamil KEK dan balita gizi
kurang secara berkala.
D

d. Formulir pemantauan yang harus diisi


terdapat pada Lampiran 5-17 dengan
periode pengisian saat awal dan akhir
Pemberian Makanan Tambahan berbasis

86
Pangan Lokal (Lampiran 5 dan 6) serta
periode bulanan.
Beberapa hal yang perlu menjadi perhatian dalam
melakukan pemantauan kepada sasaran sebagai
berikut:

T
1) Bagi Sasaran
Penambahan BB ibu hamil KEK dan balita gizi
kurang yang menjadi sasaran:
AF
a. Bagi ibu hamil KEK,
peningkatan BB sesuai dengan kurva
terjadi

penambahan BB pada Buku KIA


mencapai 12.5-18 kg selama
kehamilan atau 2-3 kg/bulan pada
trimester kedua dan ketiga atau LiLA
R
mencapai ≥23.5 cm
b. Bagi balita gizi kurang, terjadi
peningkatan berat badan sebesar
5gr/kg BB/hari. Contoh: Anak usia 1
D

tahun dengan berat badan 6 kg harus


mengalami kenaikan berat badan
sebesar: 5 gr x 6 per hari = 30

87
gram/hari atau 210 gram/minggu atau
840 gram/bulan
2) Penyelenggara
a. Kepatuhan terhadap konsumsi PMT
lokal yang diberikan (jumlah makanan
yang diberikan dan dihabiskan)

T
b. Frekuensi dan lamanya pemberian
c. Mekanisme pelaksana pemberian
PMT
AF d. Kepatuhan terhadap standar menu
yang ditetapkan
e. Perubahan status gizi sasaran
f. Distribusi dan konsumsi tablet tambah
darah
g. Perubahan pengetahuan, sikap dan
R
perilaku sasaran
h. Berat Badan dan Panjang Badan Bayi
yang lahir dari Ibu Hamil KEK (jika
melahirkan)
D

c) Evaluasi
Evaluasi dilakukan untuk mengukur tingkat
keberhasilan kegiatan Pemberian Makanan
Tambahan Berbasis Pangan Lokal untuk Ibu
88
Hamil KEK dan Balita Gizi Kurang yang bisa
dilihat dari aspek input, proses, dan output dari
pelaksanaan kegiatan ini.
Program ini secara spesifik ditujukan untuk
perbaikan status gizi dan perubahan perilaku
makan/pola asuh penerima sasaran dan
keluarga. Perubahan berat badan anak dicatat

T
sebelum dan setelah kegiatan mengikuti jadwal
kegiatan di Posyandu. Penilaian terhadap
perubahan pengetahuan, sikap, dan praktik
AF
(PSP) dilakukan dengan membandingkan
perubahan skor sebelum dan setelah kegiatan
dengan kuesioner terlampir. Sasaran PSP ini
adalah ibu hamil KEK dan orang tua/pengasuh
balita gizi kurang.
R
5. Pencatatan dan Pelaporan
Pencatatan dan pelaporan pelaksanaan kegiatan
pemberian makanan tambahan lokal untuk ibu hamil
D

KEK dan balita gizi kurang dilakukan secara


berjenjang dari tingkat desa sampai tingkat Pusat
dengan mekanisme pencatatan dan pelaporan
sebagai berikut:

89
a) Pencatatan hasil pengukuran BB, TB, Lila, dan
konsumsi tablet tambah darah serta makanan
tambahan pada ibu hamil dan balita dapat
menggunakan buku KIA dan catatan lainnya yang
dapat dicatat secara elektronik melalui Sigizi
Terpadu.

T
b) Tim Pelaksana mencatat hasil kegiatan melalui
pencatatan di puskesmas dan juga mencatat di
kartu pemantauan ibu hamil dan balita sebagai
AF
self-monitoring agar ibu anak balita dapat ikut
memantau setiap kali mendapat makanan
tambahan lokal.
c) Ketua Tim Pelaksana melaporkan pelaksanaan
kegiatan penyelenggaraan kepada Dinas
Kesehatan Kabupaten/Kota secara berkala setiap
R
bulan yang terdiri dari jumlah penerima, hari
makan, besar anggaran yang dipergunakan, dan
sumber pendanaan.
d) Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota atau Mitra
D

Pelaksana melaporkan pelaksanaan kegiatan


kepada Dinas Kesehatan Provinsi secara berkala
setiap bulan.

90
e) Dinas Kesehatan Provinsi melaporkan
pelaksanaan kegiatan kepada Kementerian
Kesehatan secara berkala setiap bulan.

Berkaitan dengan penyelenggaraan administrasi dan


keuangan lebih lanjut dapat merujuk pada Petunjuk

T
Teknis Penyaluran Dana Bantuan Pemerintah (Banper)
dalam rangka Pemberian Makanan Tambahan (PMT)
Berbasis Pangan Lokal untuk Ibu Hamil Kurang Energi
AF
Kronis (KEK) dan Balita Gizi Kurang Tahun 2022.
R
D

91
BAB VI
PENUTUP

Pemberian makanan tambahan pangan lokal untuk ibu


hamil KEK dan balita gizi kurang pada dasarnya
bertujuan untuk meningkatkan status gizi ibu hamil

T
maupun balita dan mengatasi penyebabnya serta
meningkatkan pengetahuan, sikap dan perilaku sasaran
dalam mempersiapkan dan menyediakan makanan lokal
AF
sesuai prinsip gizi seimbang sesuai dengan kebutuhan
kelompok usia dan kondisinya. Peran pemerintah
daerah, tenaga kesehatan, kader, dan keluarga, serta
berbagai pihak yang memberi perhatian pada kesehatan
ibu hamil dan balita sangat diharapkan dalam
mendukung keberhasilan kegiatan ini.
R
Edukasi kesehatan dan gizi serta pendampingan
penerima manfaat oleh tenaga kesehatan dan kader
merupakan pendukung keberhasilan dalam kegiatan
D

pemberian makanan tambahan berbasis pangan lokal.


Pemahaman tentang manfaat pangan lokal dan
pentingnya pemenuhan gizi bagi kesehatan,
pertumbuhan dan perkembangan diharapkan dapat

92
meningkatkan kesadaran dan komitmen keluarga dalam
pencegahan dan penanggulangan masalah gizi secara
dini.

Buku petunjuk teknis ini disiapkan sebagai acuan bagi


semua pihak terkait dalam pelaksanaan pemberian

T
makanan tambahan berbasis pangan lokal bagi ibu hamil
KEK dan balita gizi kurang dalam upaya mencapai tujuan
yang diharapkan secara efektif dan efisien.
AF
R
D

93
DAFTAR PUSTAKA
Annan R.A., Webb P., B. R. (2014). Management of
Moderate Acute Malnutrition ( MAM ): Current
Knowledge and Practice. September, 37.
Badan Pusat Statistik. (2020). Konsumsi Kalori dan
Protein Penduduk Indonesia dan Provinsi
berdasarkan Hasil Susenas Maret 2020 (Amiek
Chamami & I. Sahara (eds.)). Badan Pusat

T
Statistik.
Berrazaga, I., Micard, V., Gueugneau, M., & Walrand, S.
(2019). The role of the anabolic properties of plant-
versus animal-based protein sources in supporting
AF
muscle mass maintenance: a critical review.
Nutrients, 11(8).
https://doi.org/10.3390/nu11081825
Fellows, P. J. (2009). Food processing technology:
Principles and practice: Third edition. Food
Processing Technology: Principles and Practice:
Third Edition, 1–913.
https://doi.org/10.1533/9781845696344
Gilani, G. S., Xiao, C. W., & Cockell, K. A. (2012).
Impact of antinutritional factors in food proteins on
R
the digestibility of protein and the bioavailability of
amino acids and on protein quality. British Journal
of Nutrition, 108(SUPPL. 2).
https://doi.org/10.1017/S0007114512002371
Imdad, A., & Bhutta, Z. A. (2012). Maternal nutrition and
D

birth outcomes: Effect of balanced protein-energy


supplementation. Paediatric and Perinatal
Epidemiology, 26(SUPPL. 1), 178–190.
https://doi.org/10.1111/j.1365-3016.2012.01308.x
Kemenkes RI. (2021). Panduan Pembuatan Menu
Makanan Balita TBC Berbahan Pangan Lokal.
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. (2020).
94
Pedoman Pemberian Tablet Tambah Darah (TTD)
Bagi Ibu Hamil. 24.
Kementerian Kesehatan RI. (2014). Buku Studi Diet
Total: Survei Konsumsi Makanan Individu
Indonesia. Badan Penelitian dan Pengembangan
Kesehatan, Kementerian Kesehatan Republik
Indonesia.
Kementerian Kesehatan RI. (2019). PERATURAN

T
MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 28 TAHUN 2019 TENTANG ANGKA
KECUKUPAN GIZI YANG DIANJURKAN UNTUK
MASYARAKAT INDONESIA. In Kementerian
Kesehatan RI.
AF
Kementerian Kesehatan RI. (2021). Buku Resep
Makanan Lokal Balita dan Ibu Hamil. Direktorat
Gizi Masyarakat, Kementerian Kesehatan
Kementerian Kesehatan RI. (2021). Panduan
Pembuatan Menu Makanan Balita TBC Berbahan
Pangan Lokal., Direktorat Gizi Masyarakat,
Kementerian Kesehatan
Kementerian Pertanian RI. (2021). Peta Ketahanan dan
Kerentanan Pangan Indonesia 2021. Badan
Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian.
R
Kominiarek, M. A., & Rajan, P. (2016). Nutrition
Recommendations in Pregnancy and Lactation.
Med Clin North Am, 100(6), 1199–1215.
https://doi.org/10.1016/j.mcna.2016.06.004.Nutritio
n
D

Liberato, S. C., Singh, G., & Mulholland, K. (2013).


Effects of protein energy supplementation during
pregnancy on fetal growth: A review of the literature
focusing on contextual factors. Food and Nutrition
Research, 57.
https://doi.org/10.3402/fnr.v57i0.20499
Madanijah, S., Briawan, D., Rimbawan, R., Zulaikhah,
95
Z., Andarwulan, N., Nuraida, L., Sundjaya, T.,
Murti, L., Shah, P., & Bindels, J. (2016). Nutritional
status of pre-pregnant and pregnant women
residing in Bogor district, Indonesia: A cross-
sectional dietary and nutrient intake study. British
Journal of Nutrition, 116, S57–S66.
https://doi.org/10.1017/S000711451600057X
Rasmussen, K. M., & Yaktine, A. L. (2011). Healthy

T
Weight Gain During Pregnancy: Reexamining the
Guidelines (C. to R. I. P. W. Guidelines, I. of
Medicine, & N. R. Council (eds.); Issue May).
Institute of Medicine of the National Academies.
Fahmida,U.M.,Pramesti,I,L.,Kusuma,S. (2020).
AF
Pedoman Gizi Seimbang Berbasis Pangan Lokal
Bagi 50 Kabupaten Prioritas Stunting di Indonesia.
SEAMEO RECFON.
Siega-Riz, A. M., Bodnar, L. M., Stotland, N. E., &
Stang, J. (2020). The Current Understanding of
Gestational Weight Gain Among Women with
Obesity and the Need for Future Research. NAM
Perspectives, 1–12.
https://doi.org/10.31478/202001a
SSGI. (2021). Buku Saku Hasil Studi Status Gizi
R
Indonesia (SSGI) Tingkat Nasional, Provinsi, dan
Kabupaten/Kota Tahun 2021.
WHO. (2012). Technical note: Supplementary foods for
the management of moderate acute malnutrition in
infants and children 6–59 months of age. In
D

International Journal of Heat and Mass Transfer.


https://doi.org/10.1016/0017-9310(85)90220-0
WHO. (2013). Essential Nutrition Actions: Improving
Maternal, Newborn, Infant and Young Child Health
and Nutrition.

96
Lampiran 1. Angka Kecukupan Gizi yang dianjurkan
untuk Penduduk Indonesia berdasarkan PMK no 28
Tahun 2019
Angka Kecukupan Energi, Protein, Lemak,
Karbohidrat, Serat, dan Air yang dianjurkan untuk
Penduduk Indonesia (per orang per hari)

T
AF
R
D

97
Angka Kecukupan Vitamin yang dianjurkan untuk
Penduduk Indonesia (per orang per hari)

T
AF
R
D

98
Angka Kecukupan Mineral yang dianjurkan untuk
Penduduk Indonesia (per orang per hari)

T
AF
R
D

99
Lampiran 2. Daftar Bahan Makanan Penukar
A. Golongan 1: Bahan Makanan Sumber Karbohidrat
Kandungan zat gizi per porsi nasi kurang lebih
seberat 100 gram, yang setara dengan ¾ gelas
adalah: 175 Kalori, 4 gram Protein dan 40 gram
Karbohidrat. Daftar pangan sumber karbohidrat
sebagai penukar 1 (satu) porsi nasi:

T
Ukuran Rumah
Nama Pangan Berat
Tangga (URT)
dalam
Gram
Beras
Bihun
AF
Biskuit
½ Gelas
½ Gelas
4 Buah Besar
50
50
40
Havermut 5 ½ Sendok Besar 45
Jagung Segar 3 Buah Sedang 125
Kentang 2 Buah Sedang 210
Kentang Hitam 12 Biji 125
Maizena 10 Sendok Makan 50
R
Makaroni ½ Gelas 50
Mie Basah 2 Gelas 200
Mie Kering 1 Gelas 50
Nasi Beras Giling putih ¾ Gelas 100
D

Nasi Beras Giling Merah ¾ Gelas 100


Nasi Beras Giling Hitam ¾ Gelas 100
Nasi Beras ½ Giling ¾ Gelas 100
Nasi Ketan Putih ¾ Gelas 100
Roti Putih 3 Iris 70
Roti Warna Coklat 3 Iris 70
100
Ukuran Rumah
Nama Pangan Berat
Tangga (URT)
dalam
Gram
Singkong 1 ½ Potong 120
Sukun 3 Potong Sedang 150
Talas ½ Biji Sedang 125
Tape Beras Ketan 5 Sendok Makan 100

T
Tape Singkong 1 Potong Sedang 100
Tepung Tapioca 8 Sendok Makan 50
Tepung Beras 8 Sendok Makan 50
Tepung Hunkwe 10 Sendok Makan 50
AF
Tepung Sagu
Tepung Singkong
Tepung Terigu
8 Sendok Makan
5 Sendok Makan
5 Sendok Makan
50
50
50
Ubi Jalar Kuning 1 Biji Sedang 135
Kerupuk Udang/Ikan 3 Biji Sedang 30

B. Golongan 2: Bahan Makanan Sumber Protein


R
Hewani
Kandungan zat gizi satu (1) porsi terdiri dari satu (1)
potong sedang Ikan segar seberat 40 gram adalah
50 Kalori, 7 gram Protein dan 2 gram lemak. Daftar
lauk pauk sumber protein hewani sebagai penukar
D

1 porsi Ikan segar adalah:

101
Bahan makanan Ukuran RumahTangga Berat dalam
(URT) gram

Daging sapi 1 potong sedang 35


Daging ayam 1 potong sedang 40
Hati Sapi 1 potong sedang 50
Ikan Asin 1 potong kecil 15
Ikan Teri Kering 1 sendok makan 20

T
Telur Ayam 1 butir 55
Udang Basah 5 ekor sedang 35

Daftar pangan lain sumber Protein hewani sebagai


AF
penukar 1 porsi Ikan segar:
Bahan makanan Ukuran Rumah
Tangga (URT)
Berat dalam
gram
Susu sapi 1 gelas 200
Susu kerbau ½ gelas 100
Susu kambing ¾ gelas 185
Tepung sari kedele 3 sendok makan 20
Tepung susu whole 4 sendok makan 20
R
Tepung susu krim 4 sendok makan 20

Menurut kandungan Lemak, Kelompok Lauk Pauk


dibagi menjadi 3 golongan
D

Golongan A: Rendah Lemak


Daftar pangan sumber protein hewani dengan 1
(satu) satuan penukar yang mengandung: 7 gram
Protein, 2 gram Lemak dan 50 Kalori:

102
Bahan Makanan Ukuran Rumah Berat dalam
Tangga (URT) gram
Ayam Tanpa Kulit 1 potong sedang 40
Babat 1 potong sedang 40
Cumi-cumi 1 ekor kecil 45
Daging asap 1 lembar 20
Daging ayam 1 potong sedang 40

T
Daging kerbau 1 potong sedang 35
Dendeng sapi 1 potong sedang 15
Gabus kering 1 ekor kecil 10
Hati sapi 1 potong sedang 50
AF
Ikan asin kering
Ikan kakap
Ikan kembung
1 potong sedang
1/3 ekor besar
1/3 ekor sedang
15
35
30
Ikan lele 1/3 ekor sedang 40
Ikan mas 1/3 ekor sedang 45
Ikan mujair 1/3 ekor sedang 30
Ikan peda 1 ekor kecil 35
Ikan pindang ½ ekor sedang 25
R
Ikan segar 1 potong sedang 40
Ikan teri kering 1 sendok makan 20
Ikan cakalang asin 1 potong sedang 20
Kerang ½ gelas 90
Ikan lemuru 1 potong sedang 35
D

Putih telur ayam 2 ½ butir 65


Rebon kering 2 sendok makan 10
Rebon basah 2 sendok makan 45
Selar kering 1 ekor 20
Sepat kering 1 potong sedang 20

103
Bahan Makanan Ukuran Rumah Berat dalam
Tangga (URT) gram
Teri nasi 1/3 gelas 20
Udang segar 5 ekor sedang 35

T
AF
R
D

104
Golongan B: Lemak sedang
Daftar pangan sumber Protein hewani dengan 1
(satu) satuan penukar yang mengandung: 7 gram
Protein, 5 gram lemak dan 75 Kalori:
Bahan Makanan Ukuran Rumah Berat dalam
Tangga (URT) gram

Bakso 10 biji sedang 170

T
Daging kambing 1 potong sedang 40
Daging sapi 1 potong sedang 35
Ginjal sapi 1 potong besar 45
Hati ayam 1 buah sedang 30
AF
Hati sapi
Otak
Telur ayam
1 potong sedang
1 potong besar
1 butir
35
60
55
Telur bebek asin 1 butir 50
Telur puyuh 5 butir 55
Usus sapi 1 potong besar 50
Telur bebek 1 butir 50
R
Golongan C: Tinggi Lemak
Daftar pangan sumber Protein hewani dengan 1 (satu)
satuan penukar yang mengandung: 7 gram Protein, 13
gram Lemak dan 150 Kalori:
D

Bahan Makanan Ukuran Rumah Berat dalam


Tangga (URT) gram
Bebek 1 potong sedang 45
Belut 3 ekor 45
Kornet daging sapi 3 sendok makan 45
Ayam dengan kulit 1 potong sedang 35

105
Bahan Makanan Ukuran Rumah Berat dalam
Tangga (URT) gram
Daging babi 1 potong sedang 50
Ham 1 ½ potong kecil 40
Sardencis ½ potong sedang 35
Sosis 1 potong kecil 50
Kuning telur ayam 4 butir 45

T
C. Golongan 3: Bahan Makanan Sumber Protein
Nabati
Kandungan zat gizi satu (1) porsi Tempe sebanyak 2
potong sedang atau 50 gram adalah 75 Kalori, 5 gram
AF
Protein, 3 gram lemak dan 7 gram karbohidrat. Daftar
pangan sumber protein nabati sebagai penukar 1 porsi
tempe adalah:
Bahan Makanan Ukuran Rumah Berat dalam
Tangga (URT) Gram

Kacang Hijau 2 Sendok Makan 20


Kacang Kedelai 2 ½ Sendok Makan 25
R
Kacang Merah 2 Sendok Makan 20
Kacang Mete 1 ½ Sendok Makan 15
Kacang Tanah Kupas 2 Sendok Makan 15
Kacang Tolo 2 Sendok Makan 20
Keju Kacang Tanah 2 Sendok Makan 15
D

Kembang Tahu 1 Lembar 20


Oncom 2 Potong Kecil 40
Petai Segar ½ gelas 55
Tahu 2 Potong Sedang 110
Sari Kedelai 2 ½ Gelas 185

106
D. Golongan 4: Sayuran
Berdasarkan kandungan zat gizinya kelompok
sayuran dibagi menjadi 3 golongan, yaitu:
a. Golongan A, kandungan kalorinya sangat rendah
sehingga dapat diabaikan:
Gambas/Oyong Jamur kuping
Ketimun Labu air
Selada Lobak

T
Tomat sayur Selada air
Daun bawang Baligo

b. Golongan B, kandungan zat gizi per porsi (100


AF
gram) adalah: 25 Kal, 5 gram karbohidrat, dan 1
gram protein. Satu (1) porsi sayuran adalah
kurang lebih 1 (satu) gelas sayuran
setelahdimasakdan ditiriskan. Jenis sayuran
termasuk golongan ini:

Bayam Kapri muda


Bit Kol
R
Daun kecipir Labu waluh
Daunt talas Pepaya muda
Jagung muda Sawi
Kangkung Terong
Brokoli Kembang kol
D

Buncis Labu Siam


Daun kacang panjang Pare
Genjer Rebung
Kemangi Taoge
Kacang panjang Wortel

107
c. Golongan C, kandungan zt gizi per porsi (100
gram) adalah: 50 Kal, 10 gram karbohidrat, dan 3
gram protein. Satu (1) porsi sayuran adalah
kurang lebih 1 (satu) gelas sayuran setelah
dimasak dan ditiriskan. Jenis sayuran termasuk
golongan ini:
Bayam Daun katuk Daun Mangkokan

T
merah mlinjo
Daun Daun Kacang Dauntalas
singkong papaya kapri
Mlinjo Kluwih Taoge Nangka
AF
E. Golongan 5: Buah dan Gula
kedelai

Kandungan zat gizi perporsi buah (setara dengan 1


muda

buah Pisang Ambon ukuran sedang) atau 50 gram,


mengandung 25 Kalori dan 5 gram Karbohidrat. Daftar
buah-buahan sebagai penukar 1 (satu) porsi buah:
R
D

108
*) Berat tanpa kulit dan biji (berat bersih)

F. Golongan 6: Susu
Susu Tanpa Lemak
1 Satuan Penukar = 75 Kalori. 7 gram Protein, dan 10
gram Karbohidrat

T
Bahan Makanan Ukuran Rumah Berat dalam
Tangga (URT) gram
Susu skim cair 1 gelas 200
Tepung susu skim 4 sdm 20
AF
Yoghurt non fat

Susu Rendah Lemak


2/3 gelas 120

1 Satuan Penukar = 125 Kalori. 7 gram Protein, 6 gram


Lemak dan 10 gram Karbohidrat
Bahan Makanan Ukuran Rumah Berat dalam gram
Tangga (URT)

Keju 1 ptg kecil 35


R
Susu kambing ¾ gelas 165
Susu sapi 1 gelas 200
Susu kental manis ½ gelas 100
Yoghurt susu penuh 1 gelas 200
D

Susu Tinggi Lemak


1 Satuan Penukar = 150 Kalori. 7 gram Protein, 10
gram Lemak dan 10 gram Karbohidrat

109
Bahan Makanan Ukuran Rumah Berat dalam gram
Tangga (URT)

Susu kerbau ½ gelas 100


Tepung susu penuh 6 sdm 30

G. Golongan 7: Minyak dan Lemak

T
Menurut kandungan asam lemaknya, minyak dibagi
menjadi 2 kelompok yaitu lemak tak jenuh dan lemak
jenuh:
Lemak Tak Jenuh
AF
Satu satuan penukar mengandung 50 Kalori dan 9
gram lemak. Daftar pangan penukar satu (1) porsi
minyak:

Bahan Makanan Ukuran Rumah Berat dalam


Tangga (URT) gram

Alpokat ½ buah besar 60


Margarin jagung ¼ sendok teh 5
R
Mayonaise 2 sendok makan 20
Minyak biji kapas 1 sendok teh 5
Minyak matahari 1 sendok teh 5
Minyak jagung 1 sendok teh 5
D

Minyak kedelai 1 sendok teh 5


Minyak kacang tanah 1 sendok teh 5
Minyak safflower 1 sendok teh 5
Minyak zaitun 1 sendok teh 5
Kacang almond 7 biji 10

110
Lemak Jenuh
Daftar pangan penukar yang mengandung asam
lemak 9 gram dan 50 Kalori:
Bahan Makanan Ukuran Rumah Berat dalam
Tangga (URT) gram

Kelapa 1 potong kecil 15

T
Lemak babi/sapi 1 potong kecil 5
Mentega 1 sendok teh 5
Minyak kelapa 1 sendok teh 5
Minyak kelapa sawit 1 sendok teh 5
AF
Santan (peras)
Keju krim
1/3 gelas
1 potong kecil
40
15

H. Golongan 8: Makanan Tanpa Kalori


Bahan Makanan Bahan Makanan

Agar-agar Gelatin
Air Kaldu Kecap
R
Air Mineral Kopi
Cuka Teh
Gula Alternatif Aspartam Gula Alternatif Sakarin
D

Sumber:
Persatuan Ahli Gizi Indonesia Asosiasi Dietisien
Indonesia. Penuntun Diet dan Terapi Gizi Edisi 4.
Penerbit Buku Kedokteran. Jakarta 2019
FKUI, Daftar Bahanan Makan Penukar Balai Penerbit
FKUI Jakarta 1997

111
Almatsier, Editor, Penuntun Diet Instalasi Gizi RS Cipto
Mangunkusumo dan Asosiasi Dietisien Indonesia
PT. Gramedia Pustaka Utama Jakarta 2007

T
AF
R
D

112
Lampiran 3. Contoh Menu

T
Contoh Menu Makanan Kudapan untuk Ibu Hamil (sekitar 500 kkal)

AF
R
D
113
D
R
AF
T
114
D
R
AF
T
115
D
R
AF
T
116
D
R
AF
T
117
D
R
AF
T
118
D
R
AF
T
119
Lampiran 4. Potensi Pangan Lokal berdasarkan Rata-Rata Nilai
Komposit Ketahanan Pangan
N Kabupat Komp N Kabupat Komp N Kabupat Komp
Aceh
o. en/ Kota osit 45. Pesisir
o. en/ Kota 6
osit Be
o. en/ Kota osit
1. Simeulue 5 46. Solok
Selatan 6 88.
ng Bengkulu 5
2. Aceh 3 47. Sijunjung 6 89. Rejang
Selatan 4
3. Aceh
Singkil 5 48. Tanah 6 kul Bengkulu
90. Lebong 5
4. Aceh
Selatan 6 49. Padang
Datar 6 91.
u Kaur
Utara 5
5. Aceh
Tenggar 6 50. Agam
Pariama 6 92. Seluma 4

T
6. Aceh
Timur 4 51. Limapulu 6 93. Mukomu 6
7. a
Aceh
Tengah 6 n
52. Pasama
h Koto 6 94. Lebong
ko 5
8. Aceh
Barat 6 53. Solok 6 95. Kepahia 5
9. Pidie
Besar 5 54. nDharmas
Selatan 6 96. Bengkulu
ng 5
10. Bireuen 6 55. Pasama
Raya 6 Lampung
Tengah
11. Aceh 6 Riau n Barat 97. Lampung 5
12. Aceh 6 56. Kuantan 5 98. Tangga 5
13. Utara
Gayo
Barat
14. Aceh
Lues
Daya
15. Nagan
Tamiang
16. Aceh
17. Raya
Bener
Jaya
5
6
6
6
2
AF
57. Indragiri

60.
61. n
Sengingi
58. Indragiri
Hulu
59. Pelalawa
Hilir
Siak
Kampar
4
5
4
6
4
0.
10
1.
10
2.
Barat
99. Lampung
mus
10 Lampung
10 Selatan
Lampung
Timur
Lampung
Tengah
Way
Utara
6
6
6
5
5
18. Pidie
Meriah 6 62. Rokan 3 10
3. Tulang
Kanan 6
19. Nias
Jaya 4 63. Bengkali
Hulu 4 10
4. Pesawar
Bawang 6
20. Mandaili 4 64. Rokan
s 4 10
5. Pringsew
an 6
21. Tapanuli
ng Natal 5 65. Kepulau
Hilir 1 10
6. Mesuji
u 6
22. Tapanuli
Selatan 5 Ja an 10
7. Tulang 6
23. Tapanuli 6 66.
mb Kerinci 6 10 Pesisir 5
24. Tengah
Toba 6 67. Meranti
Merangin 6 8.
Kep. Bawang
Bangka Belitung
25. Utara
Labuhan
Samosir 5 i
68. Sarolang 5 9.
11 Barat
Barat
Bangka 6
26. Asahan 5 69. Batang 5 11 Belitung 4
R
Batu
27. Simalung 6 un
70. Muaro 5 0.
11 Bangka 6
28. Dairi 6 Hari
71. Tanjung 5 1.
11 Bangka 3
un
29. Karo 6 Jambi
72. Tanjung 5 2.
11 Barat
Bangka 6
30. Deli 6 Jabung
73. Tebo 5 3.
11 Tengah
Belitung 4
31. Langkat 6 Jabung
Timur
74. Bungo 5 4. Selatan
Kepulauan Riau
Serdang
32. Nias 4 BaratSelatan
Sumatera 5. Timur
11 Karimun 3
33. Humban 5 75. Ogan 5 11 Bintan 3
34. Selatan
Pakpak
g 5 76. Ogan
Komerin 6 6.
11
7. Natuna 3
D

35. Samosir
Bharat 6 77. Muara
Komerin 5 11
8. Lingga 2
Hasundu
36. Serdang 6 g Ulu
78. Lahat
Enim 5 12
9. Kepulau 3
37. Batu
tan
Bedagai 6 g Ilir
79. Musi 5 DKI
0. Jakarta
an
38. Padang
Bara 5 80. Musi
Rawas 6 12 Kep. 2
39. Padang
Lawas 5 81. Banyuasi
Banyuasi 6 Jawa
1. Anamba
Barat
Seribu
40. Labuhan 3 82. Ogan 5 12 Bogor
sSukabu 5
41. Lawas
Utara
Labuhan
Batu 5 83. nn
Ogan
Komerin 6 12
2. 6
42. Nias
Batu 4 84. Ogan
KomerinIlir 5 12
3. Cianjur
mi 6
Selatan
43. Nias
Utara 4 g Ulu
85. Empat 4 12
4. Bandung 6
Su Utara
Barat g Ulu
86. Penukal
Selatan
Lawang 5 12
5. Garut 6
44.
ma Kepulau 1 87. Musi
Timur
Abab 4 12
6. Tasikmal 5
an Rawas 7. aya 120
ter Lematan
a Mentawa Utara
g Ilir
Ba i
rat
N Kabupat Komp N Kabupat Komp N Kabupat Komp
12 Ciamis
o. en/ Kota 6
osit 17 Kediri
o. en/ Kota 6
osit 22 Belu
o. en/ Kota 5
osit
12
8. Kuninga 6 17
8. Malang 6 22
7. Alor 4
13
9. Cirebon
n 6 18
9. Lumajan 6 22
8. Lembata 5
13
0. Majaleng 6 18
0. Jember
g 6 23
9. Flores 5
13
1. Sumeda
ka 6 18
1. Banyuwa 6 23
0. Sikka
Timur 5
13
2. Indramay
ng 6 18
2. Bondowo
ngi 5 23
1. Ende 5
13
3. Subang
u 6 18
3. Situbond
so 6 23
2. Ngada 6
13
4. Purwaka 6 18
4. Probolin
o 5 23
3. Manggar 5
13
5. Karawan
rta 6 18
5. Pasurua
ggo 6 23
4. Rote
ai 4
13
6. Bekasi
g 6 18
6. Sidoarjo
n 6 23
5. Manggar
Ndao 5
13
7. Bandung 5 18
7. Mojokert 6 23
6. Sumba
ai Barat 4
13
8. Pangand
Barat 6 18
8. Jombang
o 6 23
7. Sumba
Tengah 3
Jawa
9. Tengah
aran 19
9. Nganjuk 6 23
8. Nagekeo
Barat 5
14 Cilacap 6 19 Madiun 6 24 Manggar 4

T
14 Banyum 6 0.
19 Magetan 6 9.
24 Daya
Sabu 2
0.
14 Purbalin 6 1.
19 Ngawi 6 0.
24 ai Timur
Malaka 4
1.
14 as
Banjarne 6 2.
19 Bojoneg 6 1. Raijua
Kalimantan Barat
2.
14 gga
Kebume 6 3.
19 Tuban 6 2.
24 Sambas 5
3.
14 gara
Purworej 6 4.
19 oro
Lamonga 6 24 Bengkay 6
4.
14 n
Wonoso 6 5.
19 Gresik 6 3.
24 Landak 5
5. o 6. n 4. ang
14
6.
14
7.
14
8.
15
9.
15
0.
15
Magelan
bo
Boyolali
g
Klaten
Sukoharj
Wonogiri
o
Karanga
AF6
6
6
6
6
6
19
7.
19
8.
20
9.
20
0.
1.
20 p
Bangkala
Sampan
n
Pamekas
g
Sumene
an
Banten
Pandegl
5
5
6
6
5
24
5.
24
6.
24
7.
24
8.
25
9.
25
Mempaw
Sanggau
ah
Ketapan
Sintang
g
Kapuas
Sekadau
5
6
5
5
5
5
1.
15 Sragen 6 20 Lebak 5 0.
25 Hulu
Melawi 3
2.
15 nyar
Groboga 6 2.
20 ang
Tangera 6 1.
25 Kayong 5
3.
15 Blora 6 3.
20 Serang 6 2.
25 Kubu 5
4.
15 n
Remban 6 4.
Bali ng 3. Utara
Kalimantan Tengah
5.
15 Pati 6 5.
20 Jembran 6 4. Raya
25 Kotawari 4
6.
15 g
Kudus 6 20 Tabanan 6 25 Kotawari 6
7.
15 Jepara 6 6.
20 a
Badung 6 5.
25 ngin
Kapuas 6
8.
16 Demak 6 7.
20 Gianyar 6 6.
25 ngin
Barat
Barito 6
9. 8. 7. Timur
R
16
0. Semaran 6 21
9. Klungkun 6 25
8. Barito
Selatan 6
16
1. Temang
g 6 21
0. Bangli
g 5 26
9. Sukamar
Utara 5
16
2. Kendal
gung 6 21
1. Karanga 6 26
0. Lamanda
a 6
16
3. Batang 6 21
2. Buleleng
sem 6 26
1. Seruyan
u 5
16
4. Pekalong 6 Nusa
3. Tenggara Barat 26
2. Katingan 6
16
5. Pemalan
an 6 21 Lombok 5 26
3. Pulang 6
16
6. Tegal
g 6 21
4. Lombok
Barat 6 26
4. Gunung
Pisau 3
16
7. Brebes 6 21
5. Lombok
Tengah 5 26
5. Barito
Mas 6
DI Yogyakarta 21 Sumbaw 6 26 Murung 4
D

8.
16 Kulon 6 6.
21 Timur
Dompu 6 6. Timur
Kalimantan Selatan
17 Bantul 6 7.
21 a
Bima 6 7. Raya
26 Tanah 6
9.
17 Progo
Gunung 6 8.
22 Sumbaw 6 26 Kota 6
0.
17 Sleman 6 9.
22 Lombok 5 8.
27 Laut
Banjar 6
1.
Jawa Kidul
Timur 0.
Nu a Barat 9.
27 Baru
Barito 6
2.
17 Pacitan 6 1.
22 Utara
Sumba 4 0.
27 Tapin 6
17 Ponorog 6 sa
22 Sumba 4 1.
27 Kuala
Hulu 6
3.
17 Trenggal 6 2.
Te
22 Barat
Kupang 4 2.
27 Hulu 6
4.
17 o
Tulungag 6 3.
22 Timur
Timor 3 3.
27 Sungai
Hulu 6
5.
17 ek
Blitar 6 ng
4.
22 Timor 4 4.
27 Sungai
Selatan
Tabalong 6
6. ung 5.
gar Tengah 5. Sungai
Tengah
7. 6. Tengah
Selatan 6. Utara 121
a Utara
Ti
mu
r
N Kabupat Komp N Kabupat Komp N Kabupat Komp
27 Tanah
o. en/ Kota 6
osit 32 Wajo
o. en/ Kota 6
osit 37 Halmahe
o. en/ Kota 4
osit
27
7. Balanga
Bumbu 6 32
5. Sidenren 6 37
3. Halmahe
ra Utara 5
Kalimantan
8. n Timur 32
6. Pinrang
g 6 37
4. Pulau
ra Timur 4
27 Paser 6 32
7. Enrekan 6 37
5. Pulau
Morotai 2
28
9. Kutai 3 32
8. Rappang
Luwu
g 6 Papua
6. Barat
Taliabu
28
0. Kutai
Barat 6 33
9. Tana 5 37 Fak-Fak 2
28
1. Kutai
Kertaneg 4 33
0. Luwu
Toraja 6 37
7. Kaimana 2
28
2. Berau
Timur 6 33
1. Luwu
Utara 6 37
8. Teluk 1
28
3. ara
Penajam 6 33
2. Toraja
Timur 6 38
9. Teluk
Wondam 1
28
4. Mahaka
Paser 3 Sulawesi
3. Tenggara
Utara 38
0. Manokw
Bintuni 5
Kalimantan
5. m Ulu Utara 33 Buton 5 38
1. a
Sorong
ari 1
Utara
28 Malinau 5 33
4. Muna 6 38
2. Sorong
Selatan 3
28
6. Bulunga 6 33
5. Konawe 6 38
3. Raja 2
28 Tana 3 33 Kolaka 6 38 Tambrau 1

T
7.
28 n
Nunukan 6 6.
33 Konawe 6 4.
38 Ampat
Maybrat 1
8. Tidung
Sulawesi Utara 7.
33 Bomban 6 5.
38 w
Manokw 4
9.
29 Bolaang 6 8.
34 Selatan
Wakatobi 4 6.
38 Pegunun 1
29 Minahas 6 9.
34 a
Kolaka 6 7.
Papuaari
0.
29 Mongond
Kepulau 3 0.
34 Buton 5 8. gan
Selatan
38 Merauke 6
1.
29 a
ow
Kepulau 6 1.
34 Utara
Konawe 5 39 Arfak
Jayawija 1
2. an 2. Utara 9.
29
3.
29
4.
29
5.
29
6.
29
7.
29
Minahas
an
Sangihe
Minahas
a
Talaud
Bolaang
a Utara
Selatan
Kep.
Mongond
Minahas
Siau
ow Utara
Bolaang
AF6
6
6
3
6
6
34
3.
34
4.
34
5.
34
6.
34
7.
Kolaka
Utara
Konawe
Timur
Muna
Kepulau
Buton
Barat
an
Buton
Tengah
Gorontalo
6
5
6
5
5
39
0.
39
1.
39
2.
39
3.
39
4.
39
Jayapura
ya
Nabire
Kepulau
Biak
an
Paniai
Namfor
Yapen
Puncak
3
4
2
2
1
1
8.
30 a
Taguland
Bolaang 6 8. Selatan
34 Boalemo 6 5.
39 Mimika 3
9. Mongond
Tenggar
Sulawesi Tengah 35 Gorontal 6 6.
39 Jaya
Boven 1
0. ang
Mongond
ow
30 Banggai 4 9.
35 Pohuwat 6 7.
39 Mappi 1
30 a
Biaro
ow Timur
Banggai 6 0.
35 o
Bone 6 8.
40 Digoel
Asmat 1
1.
30 Selatan
Kepulau
Morowali 6 1.
35 o
Gorontal 6 9.
40 Yahukim 1
2.
30 an
Poso 6 2. Bolango
Sulawesi Barat 0.
40 Pegunun 1
3.
30 Donggal 5 3. o Utara
35 Majene 5 1.
40 o
Tolikara 1
4.
30 Toli-Toli 6 35 Polewali 5 2.
40 gan
Sarmi 2
5. a 4. 3. Bintang
R
30
6. Buol 6 35
5. Mamasa
Mandar 5 40
4. Keerom 4
30
7. Parigi 5 35
6. Mamuju 6 40
5. Waropen 2
30
8. Tojo
Moutong 6 35
7. Mamuju 6 40
6. Supiori 1
31
9. Sigi
Una-Una 5 35
8. Mamuju
Utara 6 40
7. Mamber 1
31
0. Banggai 2 Maluku
9. Tengah 40
8. Nduga
amo 1
31
1. Morowali
Laut 6 36 Maluku 2 41
9. Lanny 1
Sulawesi
2. Selatan 36 Maluku 2 41 Raya
Mamber 1
31 Utara
Selayar 5 0.
36
1.
Tenggar
Maluku
Tenggar 5 0.
41
1.
Jaya
Yalimo
amo 1
31 Bulukum 6 36 a Barat
Buru 6 41 Puncak 1
D

3.
31 Bantaen 6 2.
36 Tengah
a
Kepulau 1 2.
41 Tengah
Dogiyai 1
4.
31 ba
Jenepont 6 3.
36 Seram 3 3.
41 Intan 1
5.
31 g
Takalar 6 4.
36 an Aru
Seram 3 4.
41 Deiyai 1
6.
31 o
Gowa 6 5.
36 Bagian
Maluku 4 5. Jaya
Sumber:
7.
31 Sinjai 6 6.
36 Bagian
Barat
Buru 3 6.
8.
32 Maros 6 7. Barat
Timur
Maluku Utara Kementerian
9.
32 Pangkaje 6 8.
36 Selatan
Daya
Halmahe 3 Pertanian RI,
0.
32 Barru 6 37 Halmahe 2
1.
32 ne dan
Bone 6 9.
37 ra Barat
Kepulau 3 2021)
2.
32 Kepulau
Soppeng 6 0.
37 ra
Halmahe 2
3. 1. an Sula
Tengah
4. an 2. ra 122
Selatan
Keterangan
Warna:

T
AF
R
D

123
Lampiran 5. Kuesioner Pre dan Post Test untuk Ibu
Hamil KEK

Kuesioner Pre Test dan Post Test


Perubahan Pengetahuan, Sikap dan Perilaku Melalui
Pemberian Makanan Berbasis Pangan Lokal pada
Ibu Hamil KEK

T
(Diisi oleh Ibu Hamil Penerima Makanan Tambahan)

Nama Lengkap Ibu : ……………………………………….


Usia Ibu
AF
Usia Kehamilan Ibu
(dalam minggu)
Berat Badan
:
:
:
……………………………………….
……………………………………….
……………………………………….

Tinggi Badan
LiLA
RT/RW/Dusun : ……………………………………….
Nama Posyandu : ……………………………………….
Desa/Kecamatan : ……………………………………….
Kabupaten/Kota : ……………………………………….
R
Provinsi : ……………………………………….
Nama Tenaga : ……………………………………….
Pelaksana
(TPG/Petugas lain)
Instansi : ……………………………………….
D

Nomor Telepon : ……………………………………….


Tanggal Pengambilan : ……………………………………….
Data
Pre/Post Test : Pre/Post Test*

Ket:
*Coret salah satu
124
D
R
AF

125
T
A. Pengetahuan Ibu Hamil

Berilah tanda centang (√) pada pernyataan


yang dianggap benar!
No. Pernyataan Benar Salah
1 Selama hamil, kebutuhan gizi ibu
meningkat dibandingkan sebelum hamil

T
2 Ibu hamil harus mengkonsumsi
tambahan 1 porsi makan sehari untuk
memenuhi kebutuhan gizinya
3 Ibu hamil tetap harus mengkonsumsi
makanan sesuai dengan prinsip gizi

4
AF
seimbang
Ibu hamil harus memilliki Lingkar Lengan
Atas (LiLA) lebih dari atau sama dengan
23.5 cm untuk mencegah terjadinya
gangguan pertumbuhan janin
5 Asupan makanan bergizi seimbang yang
perlu dikonsumsi setiap hari misalnya
terdiri dari nasi, tempe, sayur, dan buah
6 Ibu hamil dengan berat badan kurang
harus meningkat berat badannya
R
sebanyak 11.5-16 kg selama kehamilan
7 Ibu hamil yang memiliki Lingkar Lengan
Atas (LiLA) kurang dari 23.5 cm berisiko
melahirkan bayi dengan berat badan
yang kurang
8 Ibu hamil sebaiknya menimbang berat
D

badan setidaknya sekali dalam 3 (tiga)


bulan
9 Ibu hamil harus mengkonsumsi Tablet
Tambah Darah (TTD) minimal 90 tablet
selama kehamilan
10 Sumber protein hewani, seperti ayam,
ikan, telur, daging, dan lainnya baik

126
untuk kehamilan dan perkembangan
janin

B. Sikap Ibu
Berilah tanda centang (√) pada pernyataan yang
dianggap benar!

T
Sikap
No. Pernyataan Setuju Tidak
Setuju
1. Meskipun hamil, menurut saya,
kebutuhan gizi ibu tidak bertambah
2.

3.
AF
Menurut saya, asupan makan selama
hamil sama saja dengan sebelum
hamil
Bagi saya, karena ibu hamil sering
mual, muntah atau ngidam, boleh
untuk makan tidak sesuai dengan
prinsip gizi seimbang
Menurut saya, penting untuk
4. memastikan ukuran Lingkar Lengan
Atas (LiLA) saya lebih dari atau sama
dengan 23.5 cm agar pertumbuhan
R
janin baik
Bagi saya, gizi seimbang cukup hanya
5. dengan makan nasi, lauk-pauk dan
sayur.
6. Penting bagi saya untuk memastikan
penambahan berat badan saya selama
D

hamil sebesar 12.5-18 kg


7 Menurut saya, berbahaya jika ibu hamil
memiliki Lingkar Lengan Atas (LiLA)
<23.5 cm
8 Bagi saya, penting untuk ibu hamil
menimbang berat badannya
setidaknya 1 bulan sekali

127
9 Bagi saya, tidak masalah jika Tablet
Tambah Darah (TTD) dikonsumsi
kurang dari 90 tablet selama hamil
10 Bagi saya, konsumsi protein nabati
seperti tahu, tempe, atau kacang-
kacangan lebih penting dari protein
hewani

T
AF
R
D

128
C. Perilaku Ibu Hamil (Apakah Ibu melakukan hal-
hal ini/tidak?)
Jawablah pernyataan dengan memberikan tanda
checklist (√) pada pernyataan yang sesuai dengan
keadaan Anda. Semua pernyataan diisi dengan satu
jawaban Ya atau Tidak.
Pernyataan Ya Tidak
1 Selama hamil, saya mengkonsumsi

T
makanan lebih banyak dibandingkan
sebelum hamil
2 Selama hamil, saya mengkonsumsi
makanan pokok, lauk-pauk, sayur

3
AF
dan buah setiap hari
Saya memeriksakan ukuran Lingkar
Lengan Atas (LiLA) sebelum dan
selama kehamilan
4 Saya rutin menimbang berat badan
tiap bulan
5 Saya telah/akan mengkonsumsi
Tablet Tambah Darah paling sedikit
90 tablet selama hamil
R
6 Saya lebih banyak mengkonsumsi
lauk nabati dibandingkan hewani
selama hamil
7 Saya selalu melakukan upaya agar
penambahan berat badan saya
selama hamil mencapai 2-3 kg/bulan
D

8 Saya menghindari/tidak
mengkonsumsi makanan yang saya
anggap berlemak (gorengan,
daging/ayam dengan kulit, semua
makanan yang digoreng, dll)

129
SEMI-QUANTITATIVE FOOD FREQUENCY
QUESTIONNAIRE (SFFQ)
Pola Makan Ibu Hamil KEK

T
AF
R
D

130
Lampiran 6. Kuesioner Pre dan Post Test untuk Balita
Gizi Kurang

Kuesioner Pre Test dan Post Test


Perubahan Pengetahuan, Sikap dan Perilaku Melalui
Pemberian Makanan Berbasis Pangan Lokal pada
Balita Gizi Kurang
(Diisi oleh Ibu Balita)

T
Nama Lengkap Ibu : ……………………………………….
Usia Ibu : ……………………………………….
Nama Lengkap Anak : ……………………………………….
Usia Anak
Berat Badan
Tinggi Badan
RT/RW/Dusun
AF :
:
:
:
……………………………………….
……………………………………….
……………………………………….
……………………………………….
Nama Posyandu : ……………………………………….
Desa/Kecamatan : ……………………………………….
Kabupaten/Kota : ……………………………………….
Provinsi : ……………………………………….
Nama Tenaga : ……………………………………….
Pelaksana
R
(TPG/Petugas lain)
Instansi : ……………………………………….
Nomor Telepon : ……………………………………….
Tanggal Pengambilan : ……………………………………….
Data
D

Pre/Post Test : Pre/Post Test*


Ket: * Coret salah satu

131
A. Pengetahuan Ibu
Berilah tanda centang (√) pada pernyataan
yang dianggap benar!
No Pernyataan Benar Salah
1. Stunting adalah kondisi dimana tinggi
badan anak lebih pendek dari teman
sebaya.

T
Anak stunting (pendek) disebabkan
2. kekurangan asupan makanan sejak
masa kehamilan.
Pemberian ASI eksklusif adalah
AF
3. pemberian ASI saja sejak usia 0-6 bulan
kecuali vitamin, mineral, dan obat-obatan
dalam bentuk sirup.
4. Untuk mencegah stunting anak cukup
ditimbang 3 bulan sekali
5. Makanan beragam dan bergizi
seimbang akan terpenuhi jika terdapat
nasi, bakwan, kuah bakso, dan pisang
R
Balita harus mengalami kenaikan berat
6. badan tiap bulan sesuai dengan grafik di
KMS
Umbi, mie, bihun termasuk pangan
7. sumber karbohidrat yang membuat anak
D

menjadi kuat berenergi.


8. Hati ayam, daging, dan ikan adalah
makanan yang mengandung tinggi zat
besi.
9. Stunting dapat terjadi jika balita tidak naik
berat badannya dalam waktu beberapa
bulan
132
Dalam pemberian MPASI diutamakan
10. menggunakan protein hewani untuk
pertumbuhan anak.

T
AF
R
D

133
B. Sikap Ibu
Berilah tanda centang (√) pada pernyataan
yang dianggap benar!
Sikap
No. Pernyataan Setuju Tidak
Setuju
Anak yang lebih pendek atau kurus
1. dibandingkan dengan teman seusianya,

T
bagi saya merupakan masalah yang
serius.
Bagi saya, anak bisa menjadi stunting
2. (pendek) meskipun ibu dan bapaknya
tinggi.

3.
AF
Bagi saya, anak yang kurus akan
menjadi masalah karena nanti akan
berpengaruh terhadap kesehatannya saat
dewasa.
4. Bagi saya, gizi seimbang cukup dengan
makan nasi, kuah sayur, dan ayam
Tidak masalah jika menimbang berat
5. badan balita 2-3 bulan sekali
Bagi saya, makan nasi dan lauk lebih
6. penting dibandingkan makan sayur dan
R
buah.
Penting bagi saya memastikan berat
7. badan anak bertambah sesuai kurva di
KMS
Bagi saya, mengkonsumsi sayur dan
8. buah tidak harus setiap hari
D

9. Saya perlu memberikan pangan pokok


yang beragam seperti kentang/ubi/bihun
yang cukup untuk sumber tenaga bagi
anak.
10. Menurut saya, untuk memenuhi gizi
seimbang, porsi lauk-pauk kurang lebih

134
sama dengan porsi buah-buahan.

T
AF
R
D

135
C. Perilaku Ibu Balita (Apakah Ibu melakukan hal-
hal ini/tidak?)
Jawablah pernyataan dengan memberikan tanda
checklist (√) pada pernyataan yang sesuai dengan
keadaan Anda. Semua pernyataan diisi dengan satu
jawaban Ya atau Tidak.
Pernyataan Ya Tidak
1 Saya rutin menimbang berat badan

T
anak setiap bulan
2 Setiap hari, anak saya mengkonsumsi
makanan pokok, lauk hewani, lauk
nabati, sayur dan buah
3
AF
Jika anak mengalami sakit, biasanya
saya rawat di rumah sendiri, tanpa
berkonsultasi dengan tenaga
kesehatan
4 Jika anak tidak mengalami kenaikan
berat badan sesuai kurva di KMS,
saya berkonsultasi dengan tenaga
kesehatan
5 Anak saya lebih banyak makan lauk
nabati dibanding hewani
R
6 Saya mulai memberi anak makan
sejak usia di bawah 6 bulan
7 Saya memberi makan balita cukup 2
kali sehari
8 Saya tidak pernah/tidak rutin
D

membawa balita ke fasilitas


kesehatan untuk mendapatkan
imunisasi

136
SEMI-QUANTITATIVE FOOD FREQUENCY
QUESTIONNAIRE (SFFQ)
Pola Makan Balita Gizi Kurang

T
AF
R
D

137
Lampiran 7. Formulir Pemantauan Bulanan Pemberian
PMT, Pendidikan Gizi, dan Demo Masak

FORMULIR PEMANTAUAN BULANAN PEMBERIAN


PMT, PENDIDIKAN GIZI, DAN DEMO MASAK
(diisi oleh Tim Pelaksana: Ibu PKK, Kader, TPG)

T
Provinsi : ………................
Kabupaten : ………................
Kecamatan AF: ………................
Puskesmas : ………................
Desa : ………................
Posyandu : ………................

No. Pertanyaan Ya Tidak Keterangan


A. PEMBERIAN MT
1 Apakah tenaga pelaksana
R
penyelenggara makanan
tambahan mendapatkan
pembekalan dari tenaga
kesehatan Puskesmas?
2. Apakah tenaga pelaksana
penyelenggaraan makanan
D

tambahan sehat dan tidak


menderita penyakit menular
serta berperilaku hidup sehat
serta PHBS
3. Apakah bahan makanan yang
tersedia sesuai menu dan

138
No. Pertanyaan Ya Tidak Keterangan
memenuhi syarat higiene
sanitasi makanan
4. Apakah tersedia peralatan
masak yang cukup
5. Apakah tersedia daftar menu
6. Apakah tersedia data sasaran
penerima makanan tambahan

T
7. Apakah tenaga pengolahan
makanan menggunakan alat
higiene sanitasi (penutup
kepala, celemek, masker dan
sarung tangan)
8.
AF
Apakah porsi penyajian
makanan sesuai dengan
kebutuhan gizi sasaran
9. Apakah alat masak dan
penyajian sesuai dengan
persyaratan kesehatan
10. Bila ada sasaran yang tidak
hadir, apakah makanan
didistribusikan ke tempat
R
sasaran tersebut
11. Apakah ada hambatan dalam
pelaksanaan pemberian
makanan tambahan
B. Pendidikan Gizi dan Demo Masak
D

Apakah dilakukan Jika YA, Pihak


1 pendidikan gizi pada awal yang melakukan:
kegiatan? Sebutkan siapa
yang melakukan!

139
No. Pertanyaan Ya Tidak Keterangan
Apakah ada media dan alat Jika YA, Sebutkan:
2 bantu (leaflet, lembar balik,
buku menu) yang digunakan
dalam pendidikan gizi dan TIDAK ada,
kesehatan? Sebutkan! jelaskan alasannya:

3 Apakah materi yang Jika TIDAK,

T
disampaikan sesuai dengan jelaskan alasannya:
tujuan kegiatan?

4 Apakah ada kendala yang Jika ada kendala,


AF
ditemukan dalam
pelaksanaan pendidikan gizi
dan kesehatan?
Sebutkan!
sebutkan:

Apakah ada praktik demo Jika YA, Sebutkan


5 masak? Sebutkan berapa berapa kali dan
kali dan siapa yang siapa yang
melakukan! melakukan:
R
Jika TIDAK,
jelaskan
alasannya

dan lanjut ke no 9
D

6 Apakah ada media buku Sebutkan menu


resep yang digunakan yang dipraktikkan
dalam demo masak? dalam demo masak
Sebutkan menu yang
dipraktikkan dalam demo Jika TIDAK,
masak! jelaskan alasannya:

140
No. Pertanyaan Ya Tidak Keterangan
7 Apakah pendidikan gizi Jika TIDAK,
atau kesehatan dilakukan jelaskan alasannya:
setiap ada demo masak
atau kunjungan?
8 Apakah ada hambatan Sebutkan
dalam pelaksanaan demo hambatan yang ada
masak? Sebutkan!

T
9 Apakah ada permasalahan Jika YA, jelaskan
yang ditemukan pada saat alasannya:
kunjungan ke rumah tangga
sasaran? AF
Lampiran 8. Formulir Evaluasi

FORMULIR EVALUASI
(diisi oleh Pihak Puskesmas)

Provinsi :
Kabupaten :
R
Puskesmas :

No Uraian Ya Tidak Ket.


1. Indikator Input
 Adanya keterlibatan lintas program
D

dan lintas sektor, jika iya


sebutkan! Jika tidak jelaskan!
 Adanya sumber dana lain selain
APBN seperti BOK atau swadaya
 Adanya juknis, buku resep, lembar
balik, dan leaflet.
 Adanya partisipasi masyarakat

141
(seperti: penyediaan tempat,
sarana/prasana masak, atau
kehadiran saat sosialisasi)
2. Indikator Proses
 Dilaksanakannya kegiatan
pendidikan gizi (penyuluhan dan
demo masak) sekurangnya 3 kali
3. Indikator Output

T
 Adanya peningkatan
pengetahuan, jika iya berapa %?
jika tidak, jelaskan!
 Adanya peningkatan sikap, jika
iya berapa %? jika tidak, jelaskan!
AF
 Adanya peningkatan perilaku, jika
iya berapa %? jika tidak, jelaskan!

Lampiran 9. Formulir Pemantauan Bulanan kepada


Sasaran Penerima MT Lokal bagi Ibu Hamil

FORMULIR PEMANTAUAN BULANAN KEPADA


R
SASARAN PENERIMA
MT LOKAL BAGI IBU HAMIL
(diisi oleh Petugas Kesehatan)
D

142
T
NO PERTANYAAN JAWABAN
1. Apakah ibu mendapat MT? Ya/Tidak
2. Sejak kapan ibu menerima MT?
AF Sebutkan
3. Jenis MT apa yang ibu terima? Sebutkan
● Makanan lengkap
● Makanan selingan (snack)
4. Dimana tempat ibu diberi MT? Sebutkan
5. Berapa kali MT diberikan dalam Sebutkan
satu hari
6. Apakah ibu menyukai MT yang Dinilai dari habis atau
diberikan? tidaknya makanan
dimakan
Alasan jika tidak menyukai MT:
R
7. Apakah ada keluhan ibu pada Ada/Tidak
saat dan setelah mengonsumsi Jika ada sebutkan
MT dan misalnya: muntah,
Bagaimana cara mengatasinya? diare, sembelit, dll.
D

8. Apakah ibu mendapat


penyuluhan gizi seimbang pada
saat pemberian MT
9 Pesan penyuluhan gizi apa yang
saja yang diberikan
petugas/kader

143
10. Apakah ibu mengerti tentang
pesan penyuluhan gizi yang
disampaikan?
11. Apakah ibu dapat
mempraktekkan pesan
penyuluhan gizi tersebut di
rumah?

T
Pengukuran Antropometri:
Berat Badan (kg)
Aw Bulan 1 Bulan 2 Bulan 3
al 2

u
AF
mingg

perta
2
ming
gu
kedu
2
mingg
u
perta
2
ming
gu
kedu
2
mingg
u
perta
2
ming
gu
kedu
ma a ma a ma a

Indeks Massa Tubuh (IMT) (kg/m2)


R
Aw Bulan 1 Bulan 2 Bulan 3
al 2 2 2 2 2 2
mingg ming mingg ming mingg ming
u gu u gu u gu
perta kedu perta kedu perta kedu
D

ma a ma a ma a

Lingkar Lengan Atas (LiLA) (cm)

144
Awal Bulan 1 Bulan 2 Bulan 3

Kondisi Bayi yang dilahirkan: (diisi jika Ibu Hamil


melahirkan selama intervensi)
1 Berat Badan Bayi: ………… kg

T
2 Usia Kandungan ………… minggu
saat bayi lahir:
3 Panjang Badan Bayi ………… cm
AF ……….,…………..,
2022
Petugas Pemantau
R
(……………………
…….)
D

Lampiran 10. Formulir Pemantauan Bulanan PMT


berbasis Pangan Loka bagi Balita

145
Pengukuran Antropometri:
Berat Badan (kg)
Aw Bulan 1 Bulan 2 Bulan 3
al 2 2 2 2 2 2
mingg ming mingg ming mingg ming

T
u gu u gu u gu
perta kedu perta kedu perta kedu
ma a ma a ma a

Aw
AF Indeks BB/TB (z-score)
Bulan 1 Bulan 2 Bulan 3
al 2 2 2 2 2 2
mingg ming mingg ming mingg ming
u gu u gu u gu
perta kedu perta kedu perta kedu
ma a ma a ma a
R
……….,…………..,
2022
D

Petugas Pemantau

(……………………
…….)
146
Lampiran 11. Kartu Kontrol Konsumsi MT berbasis
Pangan Lokal pada Ibu Hamil KEK

T
AF
R
D

147
Lampiran 12. Kartu Kontrol Konsumsi MT berbasis
Pangan Lokal pada Balita Gizi Kurang

T
AF
R
D

148
T
Lampiran 13. Formulir Catatan Pemberian Makanan dan Pemantauan Berat Badan Ibu
Hamil KEK

CATATAN PEMBERIAN MAKANAN DAN PEMANTAUAN BERAT BADAN

AF
IBU HAMIL KEK

R
D
149
Lampiran 14. Formulir Catatan Pemberian Makanan dan Pemantauan Berat Badan Balita

T
Gizi Kurang

AF
R
D
150
Lampiran 15. Formulir Pelaporan Bulanan Tingkat Kecamatan

T
FORM PELAPORAN BULANAN TINGKAT KECAMATAN
JUMLAH
JUMLAH SASARAN MENDAPAT PMT VOLUME/PAKET PMT

AF
NAMA YANG DIBERIKAN
NO
DESA IBU BALITA IBU BALITA
BALITA GIZI IBU HAMIL
HAMIL GIZI HAMIL GIZI
KURANG KEK
KEK KURANG KEK KURANG

R
D
151
T
Lampiran 16. Formulir Pelaporan Bulanan Tingkat Kabupaten

AF
FORM PELAPORAN BULANAN TINGKAT KABUPATEN
JUMLAH REALISA
ALOKASI SUMB
JUMLAH MENDAPAT VOLUME/PAKET SI
ANGGAR ER
SASARAN PMT PMT YANG ANGGAR
AN DANA
KECAMA DIBERIKAN AN
NO
TAN BALIT IBU BALIT IBU BALIT
IBU
A GIZI HAMI A GIZI HAMI A GIZI
HAMIL
KURA L KURA L KURA
NG
R KEK NG KEK NG
KEK
D
152
D
R
AF
T
153
Lampiran 17. Formulir Pelaporan Bulanan Tingkat Provinsi

T
FORM PELAPORAN BULANAN TINGKAT PROVINSI
JUMLAH REALISA
ALOKASI SUMB
JUMLAH MENDAPAT VOLUME/PAKE SI

AF
ANGGAR ER
SASARAN PMT T PMT YANG ANGGAR
AN DANA
KABUPAT DIBERIKAN AN
NO
EN BALIT IBU BALIT IBU BALIT IBU
A GIZI HAMI A GIZI HAMI A GIZI HAMI
KURA L KURA L KURA L
NG KEK NG KEK NG KEK
R
D
154
D
R
AF
T
155
Tim Penyusun
Pelindung :
Menteri Kesehatan
Pengarah:
Direktur Jenderal Kesehatan Masyarakat
Ketua :
Direktur Gizi dan Kesehatan Ibu dan Anak

T
Kontributor :
Prof. Dr. dr. Dwiana Ocviyanti, SpOG; Dr. dr. Titis
Prawitasari, Sp.A(K); Dr. dr. Ahmad Suryawan, Sp.A(K);
Dr. dr. Meta, Sp.A; Dr. Puspo Edi Giriwono; Prof. dr.
Endang L. Achadi, MPH. Dr.PH; Dr. Umi Fahmida; Dr.
AF
Helda Khusun; Prof. Dr. Muhayatun, MT; Dr. Erry Yudhya
Mulyani, S.Gz, M.Sc.

Tim Penyusun :
Eko Prihastono, SKM, MA; Ir. Mursalim, MPH;
Muhammad Adil, SP, MPH; Tiska Yumeida, SKM, MA,
MSE; Siti Masruroh, S.Gz, MKM; Dewi Astuti, S.Gz,
MKM; Kartika Wahyu Dwi Putra, SKM, M.Kes; Zahrotus
Sholuhiyah, S.Gz; Devvi Widyaningrum, S.Gz; Nyimas
Septiani Wulandari, S.Gz; Dyah Yuniar Setiawati, SKM,
R
MPS; dr.Yunita Rina Sari, MKM; dr. Widyawati, MKM; dr.
Yetty Mindo Parulian Silitonga; Marlina Rully
Wahyuningrum, S.Gz;

Tim Editor:
D

Mahmud Fauzi, SKM, MKes; Nurul Dina Rahmawati,


S.Gz., M.Sc; Dr. Agus Triwinarno; Dr.Hera Nurlita,
MKes

156
D
R
AF

157
T

Anda mungkin juga menyukai