MATERI : SOP
Disusun Oleh:
NIM : P1337420422018
Kelas/Absen : 1B/03
Puji syukur diucapkan atas kehadirat Allah SWT dengan segala rahmatNya
sehingga makalah ini dapat tersusun sampai dengan selesai. Tidak lupa
kami mengucapkan terimakasih terhadap bantuan dari pihak yang telah
berkontribusi dengan memberikan sumbangan baik pikiran maupun
materinya.Tidak lupa juga kami ucapkan terima kasih kepada dosen
pengampu mata Kuliah Manajement Patient Bapak .
Suhardono,Skep.,Ns.,Mkes, yang telah membimbing kami dalam mata
kuliah ini. Karena atas bimbingannya pembuatan makalah ini dapat berjalan
dengan lancar. Bagi kami sebagai penyusun merasa masih banyak
kekurangan dalam penyusunan makalah ini karena keterbatasan
pengetahuan dan pengalaman kami. Untuk itu kami sangat mengharapkan
kritik dan saran yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan
makalah ini.
i
DAFTAR ISI
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1
1.3 Tujuan
Dapat mengetahui dan memahami prosedur SOP cuci tangan, penggunaan dan
pelepasan APD, cara bekerja diruang isolasi, etika batuk, identifikasi pasien,
cara melakukan sterilisasi, cara melakukan desinfektan, pengawasan
pemberian obat "High Allert”, penentuan dan lokasi operasi, pencegahan resiko
jatuh, komunikasi efektif.
2
BAB II
PENJELASAN
4
2.3 Cara Bekerja Diruang Isolasi
A. Pengertian
Ruang Isolasi adalah dilakukan terhadap penderita penyakit menular, isolasi
menggambarkan pemisahan penderita atau pemisahan orang atau binatang
yang terinfeksi selama masa inkubasi dengan kondisi tertentu untuk
mencegah atau mengurangi terjadinya penularan baik langsung maupun
tidak langsung dari orang atau binatang yang rentan.
B. Prosedur
Syarat-Syarat Ruang Isolasi :
1. Ruangan dan alat-alat kesehatan yang akan digunakan harus steril
2. Ruangan tertutup atau terpisah dari ruangan pasien-pasien yang
lainnya
3. Pengaturan Pencahayaan
Menurut KepMenkes 1204/Menkes/SK/X/2004, intensitas cahaya untuk
ruang isolasi adalah 0,1 ± 0,5 lux dengan warna cahaya biru.Selain itu
ruang isolasi harus mendapat paparan sinar matahari yang cukup.
4. Pengaturan sirkulasi udara
Pengaturan sirkulasi udara ruang isolasi pada dasarnya menggunakan
prinsip tekanan yaitu tekanan bergerak dari tekanan tinggi ke tekanan
rendah.
Syarat Petugas Yang Bekeja Di Kamar Isolasi :
1. Cuci tangan sebelum meninggalkan kamar isolasi.
2. Lepaskan barrier nursing sebelum keluar kamar isolasi.
3. Berbicara seperlunya.
4. Cuci tangan sebelum dan sesudah kontak dengan pasien.
5. Pergunakan barrier nursing seperti pakaian khusus, topi, masker,
sarung tangan, dan sandal khusus.
6. Cuci tangan sebelum masuk kamar isolasi.
7. Kuku harus pendek.
8. Tidak memakai perhiasan.
9. Pakaian rapi dan bersih.
10. Mengetahui prinsip aseptic/ antiseptic.
11. Harus sehat.
5
2.4 Etika Batuk
A. Pengertian
Batuk efektif merupakan suatu metode batuk dengan benar dimana energi
dapat dihemat sehingga tidak mudah lelah dan dapat mengeluarkan dahak
secara maksimal.
B. Tujuan
1. Mengeluarkan semua udara dari dalam paru-paru dan saluran nafas
sehingga menurunkan frekuensi sesak nafas
2. Menghemat energi sehingga tidak mudah lelah dan dapat mengeluarkan
dahak secara maksimal
3. Melatih otot-otot pernafasan agar dapat melakukan fungsinya dengan
baik
4. Melatih klien agar terbiasa melakukan cara pernafasan dengan baik
C. Prosedur
1. Tutup hidung dan mulut anda dengan menggunakan tissue / sapu
tangan atau lengan dalam yang tertututp baju.
2. Segera buang tissue yang sudah di pakai ke dalam tempat sampah.
3. Cuci tangan dengan menggunakan air bersih dan sabun atau pencuci
tangan berbasis alkohol sesuai prosedur.
4. Gunakan selalu masker bedah bila anda sedang batuk.
5. Tindakan penting ini harus selalu dilakukan untuk mengendalikan
sumber infeksi potensi.
6
2.5 Identifikasi Pasien
A. Pengertian
Identifikasi pasien adalah suatu sistem identifikasi kepada pasien untuk
membedakan antara pasien satu dengan yang lain sehingga memperlancar
atau mempermudah dalam pemberian pelayanan kepada pasien.
B. Tujuan
Sebagai acuan identifikasi pasien
C. Prosedur
Di bagian pendaftaran
1. Sapa pasien ( oleh petugas pendaftaran).
2. Menanyakan data pasien, nama, tanggal lahir ( umur), alamat, nama
kepala keluarga.
3. Dicatat di form identittas pasien.
Di bagian rawat jalan / IGD
1. Petugas menyapa dan menanyakan kartu identitas pasien.
2. Petugas mengkonfirmasi identittas pasien dengan berkas rekam medis
yang ada di bagian rawat jalan.
3. Petugas menanyakan riwayat alergi obat pada pasien.
4. Petugas memanggil pasien untuk mendapat pemeriksaan dokter
dengan menyebutkan nama lengkap sesuai urutan antrian pasien.
5. Dokter mengkonfirmasi identitas pasien.
6. Dokter memberikan pelayanan medis dan resep.
Di Bagian Farmasi
1. Petugas farmasi menerima resep.
2. Petugas mengkonfirmasi identitas pasien dengan identitas yangada
tertulis pada resep.
3. Sebelum obat diberikan petugas menanyakan dan memastikanbahwa
nama obat telah sesuai dengan kondisi pasien.
7
2.6 Cara Melakukan Sterilisasi
A. Pengertian
Suatu tindakan untuk membunuh kuman pathogen dan
apatogen beserta sporanya pada peralatan perawatan dan kedokteran
dengan
cara merebus, stoom, panas tinggi atau menggunakan bahan kimia.
B. Prosedur
Pencucian dan Pembilasan
1. Dekatkan alat ke kran air.
2. Mengambil peralatan bekas pakai yang sudah didekontaminasi agar
tidak merusak benda-benda yang terbuat dari plastik atau karet, jangan
dicuci secara bersamaan dengan peralatan dari logam atau kaca.
3. Bila memungkinkan gunakan bak perendaman yang berbeda caranya
dengan mengambil satu persatu alkes atau peralatan laboratoriam yang
sudah didekontaminasi dengan korentang
4. Mencuci dengan hati-hati semua benda tajam atau yang terbuat dari
kaca.
5. Menggunakan sikat dengan air dan sabun untuk menghilangkan sisa
darah dan kotoran dengan cara menyikat dengan perlahan, searah dan
berulang-ulang di bawah air mengalir sampai sisa darah dan kotoran
bersih di semua permukaan.
6. Membuka engsel gating dan klem dengan cara memutar skrup secara
perlahan ke kiri sampai terlepas. Menyikat dengan seksama terutama
pada bagian sambungan dan sudut peralatan dengan cara : menyikat
dengan perlahan, searah dan berulang ulang di bawah air mengalir
sampai tidak tampak noda darah atau kotoran.
7. Memastikan sudah tidak ada sisa darah dan kotoran yang tertinggal
pada peralatan dengan cara melihat dengan membolak balik di bawah
penerangan yang cukup terang.
8. Peralatan yang akan di desinfeksi tingkat tinggi dengan cara dikukus
rebus, atau di sterilisasi di dalam autoclave /oven paras kering, tidak
perlu dikeringkan dulu sebelum proses sterilisasi dinilai.
9. Selagi masih menggunakan sarung tangan, cuci sarung tangan dengan
air dan sabun, kemudian bilas dengan seksama menggunakan air.
10. Melepas sarung tangan.
11. Menggantung sarung tangan dan biarkan kering dengan cara diangin.
12. Meletakan jemuran di tempat yang tidak terkena sinar matahari secara
langsung.
13. Mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir.
8
Metode alternatif rebus atau kukus
1. Mengambil panci dengan penutup yang rapat dengan dan Menaruh
panci di tempat yang datar berdekatan dengan alat pemanas.
2. Merendam peralatan di dalam air sehingga semuanya terendam air
dengan cara :
Mengisi panci dengan alat yang akan disterikan.
Menambahkan air setinggi kurang lebih 2,5 cm di atas alat yang
akan direbus.
Pastikan semua alat yang akan di rebus telah di penuhi air.
Menutup rapat panci Memulai memuruskan air.
Menghitung waktu saat air mai mendidih dengan cara:
Menghitung waktu saat air mulai mendidih dengan timer
selama 20 menit.
Jangan tambahkan benda apapun ke dalam air
mendidih setelah penghitungan waktu mulai.
3. Rebus selama 20 menit, catat lama wakta perebusan di dalam buku
khusus. Biarkan peralatan kering dengan cara diangin-anginkan
sebehan digakan atau disimpan. Pada saat peralatan kering pakan
segera atau simpan dalam wadah disinfeksi tingkat tinggi bertutup.
Peralatan bisa disimpan sampai satu minggu asalkan penutup tidak
dibuka.
4. Mengganti air setiap kali mendisinfeksi peralatan dengan cara:
Membuang sisa air Mengulangi kembali prosedur di atas.
9
2.7 Cara Melakukan Desinfeksi
A. Pengertian
Cara melakukan desinfeksi adalah proses menghilangkan sebagian
besar atau semua mikroorganisme patogen kecuali spora bakteri yang
terdapat di permukaan benda mati.
B. Tujuan
Meningkatkan perlindungan diri dan keluarga dari virus yang bisa
dilakukan semua orang.
C. Prosedur
1. Gunakan APD seperti sarung tangan dan masker sekali pakai saat
melakukan desinfeksi.
2. Sarung tangan harus dibuang setelah setiap selesai pembersihan.
3. Siapkan tisu, kain mikrofiber (MOP) dan botol sprayer.
4. Siapkan cairan sesuai dengan takaran yang telah ditetapkan.
5. Rendam kain MOP kedalam air yang telah berisi cairan desinfektan.
6. Lakukan pengelapan pada lingkungan permukaan datar dan biarkan
tetap basah selama 10 menit.
7. Bagi pengguna sproyer, isi botol dengan cairan desinfektan yang telah
diencerkan.
8. Ambil 2 lembar tisu dan dilipat 2 atau 4, semprotkan cairan desinfektan
pada tisu dan lakukan secara memutar dari tengah keluar.
9. Lepaskan APD dan lanjutkan dengan cuci tangan pakai sabun dan air
mengalir.
10. Frekuensi desinfeksi ini dilaksanakan minimal sebelum jam kerja, saat
jam istirahat, dan setelah jam kerja. Dengan maksimal desinfeksi setiap
2 jam sekali.
10
2.8 Pengawasan Pemberian Obat “High Allert”
A. Pengertian
Melaksanakan pembinaan, pengawasan, pengendalian, pengamanan, dan
evaluasi terhadap produksi, jalur distribusi, peredaran dan operasional
sediaan farmasi.
B. Tujuan
Melindungi masyarakat dari penggunaan sediaan farmasi dan perbekalan
kesehatan yang tidak memenuhi persyaratan mutu, keamanan dan atau
kemanfaatan.
C. Prosedur
1. Disiapkan Surat Tugas dan Dokumen Pengawasan.
2. Pada Surat Tugas harus ditandatangani oleh pemilik sarana yang telah
diperiksa dilengkapi nama sarana, pemilik dan alamat.
3. Jumlah hari pengawasan sesuai dengan POA.
4. Dokumen pengawasan merupakan satu kesatuan yang tidak boleh
dipisahkan satu dengan yang lainnya.
5. Apabila ditemukan pelanggaran, pengamanan produk yang dilakukan
harus jelas. Ada 4 pilihan yaitu:
a. Dimusnahkan oleh pemilik barang yang disaksikan oleh petugas.
b. Diamankan di tempat untuk dikembalikan ke Distributor/Pabrik.
c. Diserahkan kepada petugas dengan ikhlas untuk ditindaklanjuti.
d. Dititipkan kepada pemilik barang sebagai barang bukti.
6. Jika dalam melakukan pengawasan pemilik sarana menolak untuk
diperiksa sarananya maka petugas membuat laporan Kejadian.
7. Semua hasil temuan pelanggaran ditindaklanjuti dengan tindakan
administratif oleh Kepala Puskesmas.
8. Membuat Laporan Perjalanan Dinas yang dilampiri ringkasan
pengawasan.
9. Format pengawasan yang telah diisi, akan diserahkan ke seksi
kefarmasian untuk di analisis lebih lanjut.
11
2.9 Penentuan Dan Lokasi Operasi
A. Pengertian
Suatu tindakan penandaan area operasi sebelum prosedur operasi
dilakukan.
B. Tujuan
Untuk mencegah terjadinya kesalahan lokasi pembedahan.
C. Prosedur
1. Orang yang bertanggung jawab untuk membuat tada pada pasien
adalah dokter bedah yang akan melakukan prosedur operasi.
2. Jika penandaan area operasi diwakilkan wali harus hadir pada saat
prosedur operasi dilakukan.
3. Penandaan area operan dilakukan sebelum panien dibawa ke ruang
operasi.
4. Penandaan area operan dilaksanakan saat pasien terjaga dan sadar jika
memungkinkan.
5. Penandaan lokasi operasi dilakukan pada semua kasus termasuk sisi
(laterality), multipel struktur (jari tangan, jari kaki), multipel leyel (tulang
belakang), mata dan wajah.
6. Untuk luka atas lesi yang jelas terlihat penandaan tidak berlaku.
7. Tanda harus menunjuk ke lokasi area operasi (tanda tergantung
kebijakan dan setiap rumah sakit).
8. Tanda harus dibuat oleh spidol permanen dan harus tetap terlihat
setelah dilakukan draping dan insisi di ruang operasi.
12
2.10 Pencegahan Resiko Jatuh
A. Pengertian
Pasien resiko jatuh adalah pasien yang memiliki keterbatasan atau
gangguan fungsi organ dan fisik tertentu sehingga mempengaruhi
fungsi tubuh normal dan memerlukan perhatian bantuan orang lain
untuk memenuhi kebutuhannya.
B. Tujuan
1. Mencegah terjadinya cidera berulang atau cidera baru selama
dirawat dirumah sakit.
2. Mencegah pasien jatuh .
3. Memberikan rasa aman pada semua pasien yang dirawat di rumah
sakit.
4. Terciptanya budaya keselamatan pasien dirumah sakit, menurunkan
insiden keselamatan pasien.
C. Prosedur
1. Petugas melakukan serining awal di UGD (Unit Gawat Darurat)
mengenai kondisi fisik, mental, riwayat penyakit, riwayat
pengobatan serta tingkat ketergantungan pasien sehingga kondisi
tersebut bila tidak dicegah memungkinkan timbulnya resiko cidera.
2. Petugas ruang rawat inap melakukan Re-assesment ulang terhadap
pasien yang memiliki resiko jatuh.
3. Petugas menentukan Scoring berdasarkan : Usia, riwayat jatuh,
aktivitas, defisit sensoris, riwayat pengobatan dan penyakit yang
diderita.
4. Jumlahkan total scoring setelah dilakukan assesmen dan
reassessmen.
a. Bila Scoring 05 dengan kategori resiko rendah petugas wajib:
1) Memposisikan tempat tidur pada posisi terendah.
2) Roda tempat tidur pada posisi terkunci (OFF).
3) Memasang pagar tempat tidur pasien.
b. Bila scoring 6 - 13 dengan kategori resiko sedang petugas
wajib:
1) Lakukan semua pedoman pencegahan untuk resiko
rendah.
2) Lakukan pemasangan gelang pita berwama kuning
pada lengan tangan pasien tanda resiko jatuh.
3) Tempatkan tanda resiko jatuh pada daftar nama atau
status pasien ( warna kuning ).
13
c. Bila scoring lebih dari 14 dengan kategori resiko tinggi
1) Lakukan semua pedoman pencegahan untuk resiko
rendah dan sedang.
2) Observasi ketat dan monitor tiap 1 jam..
3) Tempatkan pasien dikamar yang paling dekat dan
mudah dipantau oleh perawat
d. Komunikasikan dengan pasien/keluarga maksud dan tujuan
pemasangan gelang pita wama kunig untuk mempermudah
petugas dalam mengawasi dan memonitor pasien yang memiliki
resiko jatuh.
e. Pemasangan gelang/pita dilakukan di UGD, ruang perawatan
rawat inap setelah dilakukan penilaian/ scoring pasien memiliki
resiko jatuh.
f. Pemasangan gelang/pita pada lengan tangan yang bebas yan
disatukan dengan gelang identitas pasie.
g. Gelang pita tidak boleh dilepaskan dipindahkan tanpa
sepengetahuan petugas.
14
2.11 Komunikasi Efektif
A. Pengertian
Komunikasi efektif adalah komunikasi yang dilakukan secara tepat
waktu akurat, jelas, dan mudah dipahami oleh penerima, sehingga
dapat mengurangi tingkat kesalahan (kesalahpahaman).
B. Tujuan
Sebagai acuan penerapan langkah-langkah melakukan komunikasi
lisan secara efektif sehingga meminimalkan salah pengertian /salah
peresepsi.
C. Prosedur
1. Prosedur komunikasi antar petugas medis dengan mengunakan
SBAR:
a. Ucapkan salum sesuai waktu komunikasi
b. Bila komunikasi dilakukan melalui telefon, pastikan orang yang
dihubungi adalah yang benar dengn mengkonfirmasi namanya
c. Jelaskan situasi atau kondisi yang dilihat pada pasien yang
terjadi
Sebutkan identitas
Sebutkan identitas pasien yang diapokan
Jelaskan perubahan kondisi pasien yang diamati
berdasarkan pengamatan petugas, keluhan subyektif
pasien, atau perubahan tanda-tanda obyektif yang
ditemukan pada pasien
d. Jelaskan hatar belakang medis yang berkaitan dengan situasi
tersebut:
Tanggal mula dirawat
Diagnosa awal dan diagnosa kerja saat ini
Hasil pemeriksaan sebelumnya : pemeriksaan
fisik,laboratorium,dll
Terapi obat-obatan atau tindakan yang diberikan sebelumnya
Riwayat alergi obat (Bila ada)
e. Sebutkan penilaian atas kondisi terkat dengan situasi tersebut: .
Kemungkinan yang terjadi pada pasien terkait perubahan
kondisi yang ditemukan pada saat ini
Tindakan yang sudah diambil terkait kondisi saat itu
15
f. Sebutkan rekomendasi tindak lanjut yang dianjurkan saat itu
rekomendasi yang dianjurkan bisa antara lain:
Permintaan untuk melihat pasien segera mungkin merujuk
atau mentransfer pasien, konsultasi kedokter lain atau
menjelaskan pada pasien atau keluarga tentang perubahan
kondisi yang terjadi
Permintaan advis pemeriksaan pemanjang lain yang
diperlukan.
Permintaan advis perubahan terapi atau tindakan lain yang
diperlukan.
g. Setelah diberikan advis untuk melakukan tinda lanjut, lakukan
prosedur Write Read-Repeat back/Reconfirm
h. Ucapkan terima kasih dan salam penutup
16
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Standar Operasional Prosedur (SOP) merupakan panduan yang digunakan
untuk memastikan kegiatan operasional organisasi atau perusahaan
berjalan dengan lancar. Salah satu SOP yang baik adalah dengan
memberikan individu segala informasi kesehatan, keselamatan,
lingkungan, dan operasional yang dibutuhkannya guna melaksanakan
pekerjaan dengan baik dan benar. Standar Operasional Prosedur juga
akan memastikan bahwa operasi produksi dilaksanakannya tersebut harus
secara konsisten. Hal itu dikarenakan guna menjaga pengelolaan kualitas
proses dan produk. Oleh sebab itu, konsumen menginginkan individu dari
perusahaan tetap memberikan produk dengan spesifikasi, dan kualitasnya
secara konsisten. SOP menentukan tahapan-tahapan pekerjaan yang
dapat dipakai guna membantu menstandarkan kualitas produk
3.2 Saran
Dengan adanya SOP ynag sudah dimutakhirkan, diharapkan
perusahaan dapat menggunakan SOP tersebut sebagai dasar dalam
menjalankan proses bisnisnya sehingga dapat meningkatkan kualitas
kinerjanya.
17
DAFTAR PUSTAKA
https://lib.ui.ac.id/file?file=digital/126992-6552-
Desain%20standard-Kesimpulan.pdf
https://www.scribd.com/document/538851105/7-1-1-7-SOP-
IDENTIFIKASI-PASIEN-fix
https://rsud.purworejokab.go.id/ppid/wp-
content/uploads/2020/09/SPO-ETIKA-BATUK.pdf
https://snars.web.id/rs/sop-cuci-
tangan/#:~:text=Bilas%20tangan%20dengan%20air%20mengalir,ses
udah%20melakukan%20tindakan%20pada%20pasien
https://rsud.purworejokab.go.id/ppid/wp-
content/uploads/2020/09/SPO-PEMAKAIAN-DAN-PELEPASAN-
APD-COVID-19.pdf
https://rsud-
dsr.lampungtengahkab.go.id/upload/dokumen/STANDAR%20PELAY
ANAN%20RUANG%20ISOLASI%20RSUD%20DEMANG%20SEPUL
AU%20RAYA.pdf
https://www.slideshare.net/YadiSupriyadi20/sop-sterilisasi-alat-medis
https://dinkes.mubakab.go.id/upload/regulasi/c2cb491840acbc6d211
8dc92754203b5_SOP%20PROTOKOL%20DIENFEKSI%20PERMU
KAAN%20DI%20TEMPAT%20KERJA.pdf
https://www.scribd.com/document/362166032/Sop-Pengawasan-
Minum-Obat
https://www.scribd.com/document/538030847/340782417-Sop-
Penandaan-Lokasi-Operasi-Docx
https://www.scribd.com/document/362459224/Spo-Pencegahan-
Risiko-Jatuh
https://www.slideshare.net/IinUnique/sop-komunikasi-efektifdocx
18