Anda di halaman 1dari 53

MAKALAH KEPERAWATAN MATERNITAS

KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN PADA IBU HAMIL

Dosen Pengampu :
Ni Nyoman Hartati., S.Kep., Ns., M.Biomed
Nama Kelompok :
Ni Kadek Intan Ade Mausady (P07120221003)
Ni Putu Lohita Intan Pramesti Dewi (P07120221016)
Ni Made Putri Lisa Handayani (P07120221019)
I Gusti Ngurah Oka Danantara (P07120221023)
Ni Kadek Putri Rukmini (P07120221032)
I Gede Eka Setiawan (P07120221042)
I Made Andre Pinartayana (P07120221047)

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN DENPASAR
JURUSAN KEPERAWATAN
2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa. Atas rahmat dan hidayah-Nya, penulis
dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul “Konsep Asuhan Keperawatan Pada Ibu
Hamil” dengan tepat waktu. Makalah disusun untuk memenuhi tugas Mata Kuliah
Keperawatan Maternitas. Selain itu, makalah ini bertujuan untuk menambah wawasan tentang
Konsep Asuhan Keperawatan Pada Ibu Hamil bagi para pembaca dan juga bagi penulis. Penulis
mengucapkan terima kasih kepada Ni Nyoman Hartati., S.Kep., Ns., M.Biomed selaku Dosen
Mata Kuliah Keperawatan Maternitas. Ucapan terima kasih juga disampaikan kepada semua
pihak yang telah membantu menyelesaikannya makalah ini. Penulis menyadari makalah ini
masih jauh dari sempurna. Oleh sebab itu, saran dan kritik yang membangun diharapkan demi
kesempurnaan makalah ini.

Denpasar, 9 Januari 2023

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................................................ i


DAFTAR ISI.......................................................................................................................................... ii
BAB I ...................................................................................................................................................... 1
PENDAHULUAN ................................................................................................................................. 1
1.1 Latar Belakang ............................................................................................................................ 1
1.2 Rumusan Masalah ...................................................................................................................... 1
1.3 Tujuan Penulisan ........................................................................................................................ 1
Manfaat Penulisan ............................................................................................................................ 1
BAB II .................................................................................................................................................... 2
PEMBAHASAN .................................................................................................................................... 2
2.1 Pengkajian Pada Ibu Hamil ....................................................................................................... 2
2.2 Masalah Perawatan pada Ibu Hamil Fisiologis dan Patologis (Hyperemesis, Abortus,
Anemia, Hyperemesis Gravidarum) ............................................................................................. 12
2.3 Rencana Keperawatan pada Ibu Hamil.................................................................................. 22
2.4 Implementasi Asuhan Keperawatan pada Ibu Hamil ........................................................... 36
2.5 Evaluasi Asuhan Keperawatan pada Ibu Hamil .................................................................... 43
2.6 Dokumentasi Keperawatan pada Ibu Hamil .......................................................................... 47
BAB III................................................................................................................................................. 49
PENUTUP............................................................................................................................................ 49
3.1 Kesimpulan ................................................................................................................................ 49
3.2 Saran .......................................................................................................................................... 49
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................................................... 50

ii
BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kehamilan merupakan keadaan fisiologis yang menjadi harapan setiap pasangan suami
istri. Namun, tidak semua kehamilan bebas dari masalah. Masalah yang terjadi pada ibu hamil
selama kehamilan diantaranya kehamilan ektopik atau tuba, perdarahan vagina, keguguran,
hiperemesis gravidarum, demam, plasenta previa, fibroid (mioma), abrupsio plasenta, infeksi,
diabetes mellitus gestasional, preeklampsia, PIH, dan anemia salah satu yang menjadi masalah
besar pada ibu hamil adalah anemia.
Anemia merupakan penyebab kematian non obstetri yang secara tidak langsung terjadi
pada ibu hamil.World Health Organization (WHO) memperkirakan bahwa 38% ibu hamil
berusia 15-49 tahun mengalami anemia. World Health Organization (WHO) juga menjelaskan
bahwa penyebab anemia kehamilan itu bervariasi, namun 40% kematian ibu di negara
berkembang berkaitan dengan anemia besi. Indonesia frekuensi ibu hamil dengan anemia
relatif tinggi (63.5%). Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Barat menjelaskan bahwa selama
tahun 2016, di Sumatera Barat terdapat 16.206 orang ibu hamil yang mengalami anemia
(13,2%). Sedangkan di Kota Padang terdapat 1.357 orang ibu hamil yang mengalami anemia
(7,4%).
Anemia merupakan masalah gizi yang mempengaruhi jutaan orang di negara-negara
berkembang dan tetap menjadi tantangan besar bagi kesehatan, anemia dalam kehamilan
merupakan perubahan fisiologis yang terjadi selama kehamilan.
Asuhan keperawatan yang dilakukan untuk mengaplikasi peran sebagai pemberi
pelayanan keperawatan, sebagai kolaborator, komunikator dan koordinator pada saat
bekerjasama dengan tim kesehatan lainnya.
1.2 Rumusan Masalah
Bagaimana Pengkajian pada Ibu Hamil?
1.2.1 Bagaimana Masalah Perawatan pada Ibu Hamil Fisiologis dan Patologis?
1.2.2 Bagaimana Rencana Keperawatan pada Ibu Hamil
1.2.3 Bagaimana Implementasi Asuhan Keperawatan pada Ibu Hamil
1.2.4 Bagaimana Evaluasi Asuhan Keperawatan pada Ibu Hamil
1.2.5 Bagaimana Dokumentasi Asuhan Keperawatan pada Ibu Hamil
1.3 Tujuan Penulisan
1.3.1 Untuk Mengetahui Pengkajian pada Ibu Hamil
1.3.2 Untuk Mengetahui Masalah Perawatan pada Ibu Hamil Fisiologis dan Patologis
1.3.3 Untuk Mengetahui Rencana Keperawatan pada Ibu Hamil
1.3.4 Untuk Mengetahui Implementasi Asuhan Keperawatan pada Ibu Hamil
1.3.5 Untuk Mengetahui Evaluasi Asuhan Keperawatan pada Ibu Hamil
1.3.6 Untuk Mengetahui Dokumentasi Asuhan Kepeawatan pada Ibu Hamil
1.4 Manfaat Penulisan
Berdasarkan latar belakang, rumusan masalah, dan tujuan penulisan diharapkan
makalah ini dapat memberikan ilmu bagi pembaca, penulis dan masyarakat luas.

1
BAB II

PEMBAHASAN
2.1 Pengkajian Pada Ibu Hamil
a. Anamnesa pada ibu hamil
Pengkajian dilakukan agar dapat menganalisa kemungkinan adanya
masalah yang bisa menjadi faktor resiko selama kehamilan,yang dapat
berpengaruh pada Kesehatan ibu dan perkembangan janin. Pengkajian pada
kehamiklan terdiri atas pengkajian Riwayat kehamilan secara menyeluruh,
pemeriksaan fisik dan pemeriksaan laboratorium.
a) Riwayat Kehamilan
Kaji riwayat klien meliputi:
1) Identitas pasien dan suami termasuk nama, Pendidikan,
pekerjaan, nama suami, agama, suku/bangsa, alamat, usia,
pekerjaan, anggota keluarga di rumah, Berat badan, tinggi badan.
2) Keluhan keluhan yang muncul pada pemeriksaan
Anamnesa keluhan utama yang dirasakan saat ini dan keluhan
tambahan ditanyakan jenis dan sifat gangguan yang dirasakan
serta lamanya mengalami gangguan tersebut, kemudian ditelaah
anamnesa utama tersebut lebih rinci. Juga dianamnesa mengenai
riwayat hamil muda, apakah ada pusing, mual, muntah,
hipersalivasi, dan hyperemesis gravidarum
3) Riwayat menstruasi
 Teratur/tidak, siklus, lamanya, banyaknya darah, adanya
nyeri atau tidak, apakah ada dismenoria, usia kehamilan
 Hari pertama haid terakhir (HPHT). Penentuan taksiran
partus dengan hukum naegele: (tanggal +7) (bulan -3) (tahun
+1)
4) Riwayat penyakit keluarga yang dapat mempengaruhi
kehamilan
Penyakit keturunan, riwayat bayi embar, penyakit penular.
Anamnesa mengenai penyakit penyakit yang pernah diderita
sebelumnya dan selama hamil ini. apakah pernah DM, tifus,
hepatitis, HIV, sifilis, herpes genetalia rubella, sakit jantung,

2
sakit paru, sakit ginjal, sakit tiroid, anemia, apakah ibu perokok,
alcoholism dan obat obatan terutama narkoba, dan lain lain
5) Riwayat kehamilan sebelumnya termasuk komplikasi
kehamilan, persalinan, neonatal, dan post partum/nifas, adanya
pendarahan atau tidak, adanya hyperemesis gravidarum atau
tidak.
6) Riwayat persalinan sebelumnya
Persalinan spontan/buatan, apakah pernah abortus atau tidak,
adanya pendarahan atau tidak, apakah pernah melahirkan anak
kembar, kelainan kongential (bawaan).
7) Riwayat nifas sebelumnya
Apakah ada demam atau tidak, pendarahan atau tidak, adanya
laktasi atau tidak
8) Riwayat kehamilan saat ini
Kapan merasakan gerakan janin, hamil muda (mual, muntah,
sakit kepala, hipersalivasi, pendarahan), hamil tua (edema
kaki/muka, sakit kepala, pendarahan, sakit pinggang), apakah
ada penyakit sejak awal kehamilan, nafsu makan apakah baik
atau tidak, dekefasi dan miksi apakah normal atau tidak.
9) Rencana persalinan.
b) Observasi status kesehatan klien Untuk menemukan masalah
keperawatan berdasarkan self care defisit, maka perawat perlu
melakukan pengkajian kepada klien melalui observasi berdasarkan
klasifikasi tingkat ketergantungan klien yang terdiri dari Minimal Care,
Partial Care, Total Care.

b. Pemeriksaan fisik pada ibu hamil


Pemeriksaan fisik pada ibu hamil yang dilakukan meliputi:
a) Pemeriksaan keadaan umum dan kesadaran pasien: keadaan umum
baik/sakit, kesadaran compos mentis/penuh/penurunan kesadaran
b) Pemeriksaan tanda-tanda vital: tekanan darah, frekuensi pernapasa,
frekuensi nadi dan suhu tubuh, berat badan ibu hamil, tinggi badan ibu
hamil.

3
c) Kaji kesimetrisan Kepala dan rambut: Lihat apakah ada benjolan pada
kepala ibu, apakah rambut ibu mudah dicabut atau tidak
d) Kaji konjungtiva, sklera: Lihat apakah konjungtiva ibu anemis (pucat) atau
tidak, sklera apakah ikterik/kuning/tidak
e) Kaji hidung, penciuman: apakah hidung ibu ada massa, benjolan, apakah
fungsi penciuman baik atau tidak
f) Kaji bibir, gigi: apakah membrane mukosa bibir lembab atau kering, gigi
apakah utuh atau ada karie/bolong.
g) Kaja telinga, mastoid: apakah ada massa pada telinga, tulang mastoid
ditekan apakah mengalami nyeri tekan
h) Kaji adanya pembesaran KGB, thyroid: apakah ibu hamil engalami
pembesaran kelenjar getah bening (KGB) atau kelnjar thyroid.
i) Auskultasi jantung paru: auskultasi jantung dengan menggunakan stetoskop
pada ICS II kanan. II kiri, IV kiri. Auskultasi suara paru dengan
menggunakan stetoskop pada paru kiri dan kanan mulai ICS II kanan dan
kiri, bandingkan apakah ada perbedaan suara antara paru kanan dan paru
kiri.
j) Inspeksi kesimetrisan Payudara, areola mamae dan penonjolan putting
susu: kaji apakah payudara kiri dan kanan simetris atau tidak, areola
mammae apakah hitam atau tidak, apakah putting susu menonjol keluar
atau tidak. Jika puting susu ibu hamil menonjol ke dalam atau datar
(inverted) maka dianjurkan untuk mengajarkan ibu teknik hoffman yaitu
teknik menckan areola mamae ke arah luar pada seluruh lingkaran puting
susu. Hal ini dimaksudkan agar puting susu ibu hamil dapat keluar
k) Palpasi seluruh area mamae & kaji pengeluaran kolostrum: area mamae
diraba dengan menekan seluruh kuadran/ sisi. Payudara kiri dan kanan
harus dikaji. Kaji adanya pengeluaran ASI/ kolostrum. Namun sebelum
mengkaji pengeluaran kolostrum/ ASI harus menanyakan pada klien
apakah ibu pernah mengalami keguguran atau tidak, apakah ibu pernah
mengalami persalinan prematur atau tidak. Jika ibu pernah mengalami
keguguran atau persalinan prematur, mak tidak dianjurkan untuk banyak
memanipusi/melakukan pemeriksaan pada puting susu ibu. Hal ini dapat
menyebabkan ibu mengeluarkan hormon oksitosin sehingga dapat
merangsang kontraksi uterus dan keguguran atau persalinan prematur.

4
l) Inspeksi abdomen: inspeksi adanya linea nigra, striae gravidarum.
Gambar 2.1 Linea nigra dan Striae gravidum

Jika ibu hamil sudah masuk ke trimester II atau III, maka dapat melanjutkan
pemeriksaan leopold
1) Manuver leopold I
Sebelum melakukan pemeriksaan Leopold, anjurkan ibu untuk
BAK, agar ibu merasa nyaman saat dilakukan pemeriksaan.
Kemudian posisikan ibu supine/ terlentang dengan satu bantal di
bawah kepala & dengan posisi lutut fleksi/ menekuk. Tempatkan
gulungan handuk kecil di bawah pinggang kanan atau kiri klien untuk
memindahkan uterus jauh dari pembuluh darah mayor (untuk
mencegah terjadinya sindrom hipotensi akibat supine/ terlentang).
Jika menggunakan tangan kanan, berdiri di sebelah kanan klien, lihat
wajah klien.
Leopold I bertujuan untuk mengetahui bagian janin yang
terdapat pada fundus uterus ibu hamil. Jika pada saat mempalpasi
merasakan bulat, keras, mudah digerakkan, maka bagian itu adalah
kepala janin. Jika merasakan lembut, agak melenting, maka bagian
itu adalah bokong janin. Jika bagian fundus itu teraba memanjang dan
keras maka bagian itu adalah punggung janin. Jika bagian fundus itu
teraba bagian- bagian kecil, maka bagian itu adalah extremitas janin.
2) Lakukan manuver leopold 2
Leopold II bertujuan untuk mengetahui bagian janin yang
terdapat pada bagian kanan dan kiri uterus ibu hamil. Jika pada saat
mempalpasi merasakan bulat, keras, mudah digerakkan, maka bagian

5
itu adalah kepala janin. Jika merasakan lembut, agak melenting, maka
bagian itu adalah bokong janin. Jika bagian kanan atau kiri uterus itu
teraba memanjang dan keras maka bagian itu adalah punggung janin.
Jika bagian kanan atau kiri itu teraba bagian- bagian kecil, maka
bagian itu adalah extremitas janin.
3) Lakukan manuver leopold 3
Leopold Ill bertujuan untuk mengetahui bagian janin yang terdapat
pada bagian presentasi/ bawah uterus ibu hamil Jika pada saat
mempalpasi merasakan bulat, keras, mudah digerakkan, maka bagian
itu adalah kepala janin. Jika merasakan lembut, agak melenting, maka
bagian itu adalah bokong janin. Jika bagian kanan atau kiri uterus itu
teraba memanjang dan keras maka bagian itu adalah punggung janin.
Jika bagian kanan atau kiri itu teraba bagian- bagian kecil. maka
bagian itu adalah extremitas janin. Jika saat palpasi hasilnya adalah
kepala, maka goyangkan bagian kepala janin tersebut, apakah kepala
masih dapat digoyangkan dengan tangan maka tidak perlu melakukan
pemeriksaan Leopold IV. Namun jika saat melakukan palpasi
merasakan bahwa kepala tidak dapat digoyangkan maka anda
lanjutkan pemeriksaan ke Leopold IV.
4) Lakukan manuver leopold 4
Leopold IV bertujuan untuk mengetahui sejauh mana kepala masuk
ke dalam pintu atas panggul (PAP). Cara pemeriksaannya adalah
Tempatkan jari-jari tangan anda dengan tertutup di sebelah kiri dan
kanan pada segmen bawah rahim kemudian tentukan letak dari bagian
presentasi tersebut (konvergen/divergen)
m) Auskultasi DJJ (Denyut Jantung Janin)
Anda dapat menggunakan dopler atau monoaural untuk mengauskultasi
Denyut Jantung Janin (DJJ). Jika anda menggunakan monoaural maka
pastikan bagian yang menempel telinga anda adalah bagian yang datar, dan
yang menempel pada bagian perut ibu adalah yang berlubang. Jika anda
menggunakan dopler, maka anda harus mengoleskan jelli pada permukaan
area yang akan diauskultasi. Cara menentukan punctum maksimum (pusat
terdengarnya DJJ) maka pastikan dimana posisi punggung dan kepala janin.
Tentukan pusar/ pusat ibu. Jika punggung janin berada pada uterus kiri ibu

6
dan kepala janin berada di fundus maka tarik garis lurus dari pusat ke arah
ketiak kiri ibu, hitung 3 jari dari arah pusar ke arah ketiak kiri, kemudian
tempelkan monoaural atau dopler. Hitung DJJ selama 1 menit penuh. Jika
punggung janin berada pada uterus kanan ibu dan kepala janin berada di
fundus maka tarik garis lurus dari pusat ke arah ketiak kanan ibu, hitung 3
jari dari arah pusar ke arah ketiak kanan, kemudian tempelkan monoaural
atau dopler. Hitung DJJ selamal menit penuh. Jika punggung janin berada
pada uterus kanan ibu dan kepala janin berada di simfisis pubis maka tarik
garis lurus dari pusat ke arah selangkangan/ SIAS (Supra lliaka Anterior
Posterior) kanan ibu, hitung 3 jari dari arah pusar ke arah selangkangan/
SIAS (Supra Tliaka Anterior Posterior) kanan, kemudian tempelkan
monoaural atau dopler. Hitung DJJ selama 1 menit penuh. Jika punggung
janin berada pada uterus kiri ibu dan kepala janin berada di simfisispubis
maka tarik garis lurus dari pusat ke arah selangkangan/ SIAS (Supra Iliaka
Anterior Posterior) kiri ibu, hitung 3 jari dari arah pusar ke arah
selangkangan/ SIAS (Supra Iliaka Anterior Posterior) kiri, kemudian
tempelkan monoaural atau dopler. Hitung DJJ selama 1 menit penuh.
n) Kaji adanya varises: kaji apakah ada varieses didaerah kaki atau belakang
lutut ibu
o) Ektremitas
Lakukan pemeriksaan reflex patella pada kedua lutut ibu
Gambar 2.2 Reflek patella

p) Abdomen
Lakukan pengukuran tinggi fundus uterus (TFU), lakukan palpasi
abdomen, auskultasi denyut jantung janin. Denyut jantung janin yang
diauskultasi dengan USG Doppler dalam trimester pertama, biasanya antara

7
kehamilan sekitar 10 dan 12 minggu. Denyut jantung janin normal berada
antara 120 x/menit sampai 160 x/menit.
q) Vagina vulva
Lakukan pemeriksaan area vulva apakah tampak warna kebiruan pada
mukosa vagina, terjadi peningkatan leukorhea/ keputihan.
r) Panggul
Pemeriksaan panggul memungkinkan pemeriksa untuk meraba dimensi
pembesaran rahim internal. Informasi ini membantu memperkirakan usia
kehamilan, baik mengkonfirmasikan taksiran persalinan (TP) berdasar
HPHT atau menyediakan informasi dalam HPHT tertentu. Hal ini penting
untuk menentukan TP akurat sedini mungkin dalam kehamilan karena
banyak keputusan intervensi yang berkaitan dengan waktu dan pengelolaan
kehamilan didasarkan pada usia kehamilan yang ditentukan oleh TP
tersebut.

C. PEMERIKSAAN PENUNJANG (PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK)

1. Pemeriksaan Darah Lengkap


Pemeriksaan hematologik dapat untuk semua tujuan praktis, terbatas pada
penentuan konsentrasi hemoglobin atau hematokrit. Hitung sel darah putih dan
diferensial dapat mengenali kasus jarang leukemia yang terjadi selama kehamilan jika
terdapat kecurigaan klinik.
2. Urinalisis
Pemeriksaan urin midstream dan dilakukan pemeriksaan berikut :
a. Analisis adanya glukosa, keton, protein
b. Pemeriksaan mikroskopik atas sedimen
c. Biakan kuantitatif atau penyaringan biokimia untuk adanya basiluria
3. Golongan Darah, Faktor Rhesus, dan Penyaringan Antibodi
Setiap wanita hamil harus menjalani pemeriksaan golongan darah, faktor
rhesus, dan penyaringan antibodi yang dilakukan pada kunjungan prenatal yang
pertama. Kalau ditemukan pada suatu penyaringan positif, antibodi yang ada dapat
dikenali dan pasien ditangani dengan tepat.
4. Penyaringan glukosa

8
Penyaringan glukosa untuk diabetes gestasional terbaik dilakukan antara 24 dan
28 minggu kehamilan, bila kebutuhan insulin maksimal. Setiap pasien dengan satu
faktor risiko atau lebih, harus menjalani penyaringan pada kunjungan pertama kalau
kunjungannya sebelum 24 minggu.
5. Uji alfa-fetoprotein serum
Pada setiap Wanita hamil sebaiknya diperiksa ketersediaan uji alfa-fetoprotein
serum jika ada indikasi. Pemeriksaan ini, yang dapat meramalkan cacat tabung saraf
terbuka, terbaik dilakukan antara 16 dan 20 minggu.
6. Pemeriksaan HIV-AIDS dan antigen permukaan Hepatitis B (HbsAg)
HIV sangat mematikan bagi ibu dan janin, bahkan membahayakan pemeriksa.
Ibu dengan antigen (HbsAg+) maka bayinya mempunyai 70-90% risiko terkena
hepatitis B dan 85-90% risiko untuk menjadi pembawa HBV yang kronis.
7. Ultrasonografi
Ultrasonografi kini merupakan bagian terintegrasi dari perawatan antenatal di
dunia barat dan di banyak negara berkembang. Metode ini telah mengubah perawatan
antenatal yang semula hanya bersifat menerka-nerka usia gestasi menjadi pengetahuan
yang akurat tentang usia kehamilan sejak usia 7 hari, serta mampu mencatat
perkembangan janin, khususnya bila dicurigai terdapat retardasi pertumbuhan janin.
Ukuran-ukuran utama yang digunakan untuk memantau pertumbuhan adalah diameter
biparietal, lingkar perut, rasio lingkar kepala: lingkar perut dan Panjang femur.
Selain itu, ultrasonografi juga merupakan alat penting dalam mendiagnosis
abnormalitas janin. Ultrasonografi juga telah memudahkan diagnosis kehamilan
multiple pada awal kehamilan. Perkembangan komplikasi dalam masa kehamilan dini
juga dapat dikenali dengan bantuan ultrasonografi.
8. Amniosentesis
Amniosentesis adalah tindakan pengambilan sampel cairan ketuban (likuor
amnii) untuk diagnosis antenatal abnormalitas kromosom dan abnormalitas biokimia
lewat pemeriksaan sel-sel janin yang terlepas serta cairan ketuban itu sendiri.
Amniosentesis biasanya dikerjakan setelah kehamilan 16 minggu sehingga kehilangan
cairan yang diaspirasi tidak akan mengubah volume rongga uterus secara bermakna,
yang dapat menimbulkan kontraksi uterus.
Pelaksanaan amniosentesis pada trimester kedua kehamilan akan memperkecil
kemungkinan pencederaan janin karena banyaknya cairan ketuban pada stadium ini.
Meskipun demikian, para penyelidik tengah berusaha menilai keuntungan dari

9
dilakukannya prosedur ini pada waktu yang lebih dini, seperti setelah kehamilan 12
minggu. Penelitian yang lebih luas masih diperlukan untuk menilai keuntungan dan
keamanan komperatif tindakan ini.
9. Chorionic villus sampling (CVS)
Pengambilan sampel vilus korion (CVS, chorionic villus sampling)
memungkinkan pembiakan sel yang sedang membelah secara aktif, berbeda dari sel
lepasan pada amniosentesis, dan seandainya didapatkan abnormalitas, pengakhiran
kehamilan dapat dilakukan pada tahap yang relatif dini. Meskipun demikian, CVS
membawa 2-3% risiko kematian janin sehubungan dengan prosedur, suatu angka yang
lebih tinggi daripada risiko amniosentesis.
Potensi pertumbuhan vili korion memfasilitasi penentuan kariotipe secara relatif
cepat, yaitu dalam 3-4 hari. Kemungkinan untuk memperoleh populasi sel yang lebih
besar (lebih besar pada CVS daripada amniosentesis) juga memperbesar kemungkinan
teknik-teknik biokimia mampu mendeteksi kelainan metabolisme bawaan dan
gangguan herediter seri lain.
Dahulu, CVS dilakukan melalui rute transervikal. Namun, tingginya angka
komplikasi serta kesulitan relatif teknik ini membuka jalan bagi teknik transabdominal:
jarum 19-20 G tidak diarahkan pada pool cairan ketuban, melainkan pada plasenta
dengan bimbingan ultrasonografi real-time. Dengan demikian, pada dasarnya operasi
ini serupa dengan amniosentesis.
Risiko lain CVS jika dilakukan pada kehamilan kurang dari 10 minggu adalah
insiden defek ekstremitas yang lebih besar, tetapi mekanisme pasti untuk hal ini tidak
diketahui. Masalah lain dalam menginterpretasikan hasil biakan vili korion adalah
insiden tinggi bentuk moasik, yang dapat disalah artikan sebagai abnormalitas kariotipe
janin. Dalam hal ini, diperlukan konfirmasi dengan amniosentesis. Oleh karena itu, ahli
kebidanan banyak yang bergerak ke arah amniosentesis dini, pada 12-14 minggu, jika
penentuan kariotipe janin merupakan satu-satunya uji yang diperlukan.
10. Fetoskopi
Teknik ini telah digunakan untuk mendiagnosis malformasi-malformasi kecil
pada janin, seperti sumbing wajah atau cacat jari pada keluarga yang memiliki risiko
menderita sindrom genetik spesifik dan sebagai penuntun visual pada pengambilan
contoh darah janin, biopsi hati, dan kulit.
11. Kordosintesis

10
Teknik ini kini telah mengungguli fetoskopi dalam pengambilan sampel darah
janin dan transfuse darah janin. Selain digunakan untuk diagnosis prenatal gangguan
darah herediter seperti hemofilia, kordosintesis juga digunakan untuk diagnosis infeksi
janin akibat prosedur ini kurang dari 1%.

PEMERIKSAAN TAMBAHAN SESUAI INDIKASI


1. Pemeriksaan Chlamydia Trachomatis
Pemeriksaan universal untuk mendeteksi infeksi klamidia terhadap semua wanita
hamil tidak dianjurkan (American Academy of Pediatrics dan American College of
Obstetricians and Gynecologists, 1997). Pada wanita berisiko tinggi dari status
sosioekonomi lemah, infeksi pada usia gestasi 24 minggu berkaitan dengan
peningkatan insiden persalinan prematur sebanyak dua sampai tiga kali lipat.
2. Pemeriksaan Vaginosis Bakterialis
Pemeriksaan penapis rutin untuk vaginosis bakterialis tidak dianjurkan (American
College of Obstetricians and Gynecologists, 1998). Dalam sebuah studi yang disponsori
oleh National Institute of Child Health and Human Development, mengambil 1953
wanita secara acak dari populasi obstetri umum dengan vaginosis bakterialis
asimtomatik untuk mendapat metronidazol dosis 2gram atau placebo pada gestasi 16
sampai 24 minggu. Tetapi tidak mengurangi persalinan prematur. Pada uji klinis yang
sama, terapi metronidazole meningkatkan risiko persalinan prematur pada wanita
dengan infeksi trikomonas asimtomatik. Penapisan untuk vaginosis bakterialis dapat
dipertimbangkan pada wanita yang berisiko tinggi mengalami persalinan prematur.
3. Pemeriksaan Fibronektin Janin
Pengukuran protein ini dalam cairan vagina pernah digunakan untuk
memperkirakan persalinan prematur pada wanita dengan kontraksi. Cunmitteeon L
Obstetric Practice dari American College of Obstetricians and Gynecologists (1997)
tidak merekomendasikan penipisan rutin pada populasi obstetrik umum.
4. Pemeriksaan Streptokokus Grup B
Eradikasi organisme ini selama persalinan secara substansial mengurangi sepsis
neonatorum awitan dini. Namun, saat ini belum ada consensus yang jelas mengenai
penapisan biakan untuk kolonisasi streptokokus. American College of Obstetricians
and Gynecologists Committee on Obstetrics (1996) dan Centers for Disease Control
and Prevention (1996) menganjurkan salah satu dari dua strategi. Yang pertama adalah
mengobati wanita dengan kemoprofilaksis semata-mata berdasarkan faktor risiko tanpa

11
melakukan penipisan pembiakan. Yang kedua adalah melakukan penipisan biakan pada
minggu ke-35 sampai 37, dan menawarkan terapi intrapartum dengan penisilin apabila
biakan positif.
5. Pemeriksaan antibodi rubella
Penyaringan antibodi rubella harus dilakukan pada tiap pasien prenatal yang rentan
atau yang statusnya tak dikenal.

2.2 Masalah Perawatan pada Ibu Hamil Fisiologis dan Patologis (Hyperemesis, Abortus,
Anemia, Hyperemesis Gravidarum)
1. Hyperemesis Gravidarum
a. Pengertian
Hiperemesis gravidarum merupakan mual dan muntah yang berlebihan selama masa hamil.
Mual dan muntah yang membahayakan ini dibedakan dari morning sickness normal yang
umum dialami wanita hamil karena intensitasnya melebihi normal mual muntah dan
berlangsung selama trimester pertama pada kehamilan.
Perasaan mual muntah ini diakibatkan karena peningkatan kadar hormon estrogen dan hCG
(human chorionic gonadotrophin) dalam serum. Pengaruh fisiologi kehamilan hormon ini
belum jelas, mungkin karena sistem saraf pusat atau pengosongan lambung yang berkurang.
Pada umumnya wanita dapat menyesuaikan dengan keadaan ini, meskipun demikian gejala
mual dan muntah dapat berlangsung sampai 4 bulan. Aktifitas sehari-hari menjadi terganggu
dan keadaan umum menjadi buruk.
Mual dan muntah yang berlebihan dapat menyebabkan pecahnya pembuluh darah kapiler
pada lambung dan esofagus, sehingga muntah bercampur dengan darah. Keadaan ini dapat
menimbulkan kekhawatiran ibu hamil, sekalipun kejadian muntah dalam bentuk hiperemesis
gravidarum tidak banyak dijumpai, penanganannya memerlukan perhatian yang serius.
b. Penyebab Hyperemesis Gravidarum
Mual dan muntah merupakan hal yang dikendalikan oleh keseimbangan antara hormone
dopamin, serotonin, histamin dan asetilkolin. Penurunannya serotonin dalam darah dapat
meningkatkan terjadinya mual dan muntah. Kejadian hiperemesis gravidarum berlangsung
sejak usia kehamilan 9-10 minggu atau trimester pertama. Kejadian ini berkurang dan
selanjutnya diharapkan berakhir pada usia kehamilan 12-14 minggu minggu. Sebagian kecil
sampai usia kehamilan 20-24 minggu. Penyebab dari hiperemesis gravidarum belum diketahui
namun diperkirakan berhubungan dengan kehamilan pertama peningkatan hormonal pada
kehamilan terutama pada kehamilan gemeli dan hamil molahidatidosa usia dibawah 24 tahun
perubahan metabolik dalam kehamilan alergi dan faktor psikososial.
Faktor risiko terjadinya hiperemesis gravidarum antara lain adalah:
1. Level hormon β-hCG yang tinggi. Hormon ini meningkat dengan cepat pada trimester
pertama pada kehamilan dan dapat menjadi pemicu bagian dari otak yang mengontrol
terjadinya mual dan muntah.
2. Peningkatan level hormon estrogen. Mempengaruhi bagian dari otak yang mengontrol
terjadinya mual dan muntah.

12
3. Perubahan saluran pencernaan. Selama kehamilan, saluran cerna terdesak karena
memberikan ruang untuk perkembangan janin. Hal ini dapat mengakibatkan refluks asam
(keluarnya asam dari lambung ketenggorokan) dan lambung bekerja lebih lambat menyerap
makanan sehingga dapat menyebabkan mual dan muntah.
4. Faktor psikologis. Stress dan kecemasan yang berlebihan dapat memicu terjadinya morning
sickness.
5. Diet tinggi lemak. Risiko hiperemesis gravidarum meningkat sebanyak 5 kali untuk setiap
penambahan 15 g lemak jenuh setiap harinya.
6. Helicobacter Pylori. Penelitian melaporkan bahwa 90% kasus kehamilan dengan kejadian
Hiperemesi Gravidarum juga terinfeksi dengan bakteri ini, yang dapat menyebabkan luka pada
lambung
7. Faktor predisposisi yang sering dikemukakan adalah primigravida, molahidatidosa dan
kehamilan gemeli menimbulkan dugaan bahwa faktor hormon memegang peranan penting
karena pada kedua keadaan tersebut hormon chorionik gonadotropin dibentuk berlebihan.
8. Alergi sebagai salah satu respon dari jaringan ibu terhadap anak, juga disebut sebagai salah
satu faktor organik.
9. Masuknya vili khorialis dalam sirkulasi maternal dan perubahan metabolik akibat hamil serta
resistensi yang menurun dari pihak ibu 14 terhadap anak, juga disebut sebagai salah satu faktor
organik
10. Umur, frekuensi hiperemesis gravidarum lebih tinggi pada primigravida terutama
primigravida pada wanita yang berusia muda yang umumnya kurang dari 20 tahun, dan lebih
dari 35 tahun.
11. Paritas, Banyaknya paritas berpengaruh terhadap terjadinya hiperemesis gravidarum.
Hiperemesis gravidarum terjadi pada 60%-80% wanita dengan kehamilan pertama, dan 40-
60% wanita yang pernah hamil sebelumnya.
12. Pekerjaan, Ibu yang bekerja lebih besar resiko terhadap kejadian hiperemesis gravidarum
dibandingkan dengan ibu yang tidak bekerja. (Sulistyo, 2011).
Menurut Manjoer, 2005, penyebab hiperemesisi gravidarum belum diketahui secara
pasti. Tidak ada bukti bahwa penyakit ini disebabkan oleh faktor toksik, juga tidak ditemukan
kelainan biokimia, sebagai berikut:
a. Faktor Predisposisi
1) Primigravida
Gravida adalah seseorang wanita yang hamil (Oxorn, 2010), se- dangkan primigravida
adalah seorang wanita yang hamil untuk pertama kalinya. Mual muntah pada primigravida
dipengaruhi oleh kadar hormon kehamilan. Ketika seorang wanita hamil anak pertama, kadar
hormonal akan mengalami peningkatan le- bih dibandingkan pada wanita multigravida.
2) Molahidatidosa
Kehamilan molahidatidosa ialah suatu kehamilan yang berkembang tidak wajar karena
tidak ditemukan janin dan hampir seluruh villi korialis mengalami perubahan hidropik.

13
3) Kehamilan gemelli
b. Faktor organik
1) Masuknya villi korealis dalam sirkulasi maternal
2) Perubahan metabolic karena hamil
3) Alergi sebagai salah satu respons jaringan ibu terhadap anak
c. Faktor psikologis
1) Rumah tangga yang retak
2) Kehilangan pekerjaan
3) Takut terhadap kehamilan dan persalinan
4) Takut terhadap tanggung jawab sebagai ibu dapat menyebabkan konflik mental yang dapat
memperberat mual dan muntah sebagai ekspresi tidak sadar terhadap keengganan menjadi
hamil atau sebagai pelarian kesukaran hidup.
c. Patologis
Menurut Rukiyah (2010), bedahan mayat pada mayat wanita yang meninggal karena
hiperemesis gravidarum menunjukkan kelainan- pada berbagai alat dalam tubuh, yang juga
dapat ditemukan pada malnutrisi oleh beberapa macam sebab. Sebab-sebab tersebut sebagai
berikut.
a. Pada hati tampak degenerasi lemak tanpa nekrosis yang ter- letak sentrilober. Kelainan ini
tampaknya tidak menyebabkan kematian dan dianggap sebagai akibat muntah yang terus-
menerus. Namun, separuh penderita yang meninggal karena hiperemesis gravidarum
menunjukkan gambar mikroskopis hati yang normal.
b. Pada jantung menjadi tampak lebih kecil daripada biasanya dan beratnya atrofi. Sejalan
dengan lamanya penyakit, kadang- kadang ditemukan perdarahan subendokardial.
c. Pada otak dapat ditemukan ensefalopati werniche yang meru- pakan dilatasi kapiler dan
perdarahan kecil-kecil di daerah kor- pora mamilaria ventrikel ketiga dan keempat.
d. Ginjal tampak pucat dan degenerasi lemak dapat ditemukan pada tubuli kontorti.
Secara umum, hiperemesis gravidarum dapat dibagi ke dalam tiga tingkatan menurut
berat ringannya gejala sebagai berikut.
Hiperemesis Gravidarum Grade I
Muntah terus-menerus yang memengaruhi keadaan umum. Pada tingkatan ini, ibu
hamil merasa lemah, nafsu makan tidak ada, berat badan menurun, dan merasa nyeri pada
epigastrium. Nadi meningkat sekitar 100 kali per menit, tekanan darah sis- tolik menurun, dapat
disertai peningkatan suhu tubuh, turgor kulit berkurang, lidah kering, dan mata cekung.
b. Hiperemesis Gravidarum Grade II
Ibu hamil tampak lebih lemas dan apatis, turgor kulit lebih me- nurun, lidah kering dan
tampak kotor, nadi kecil dan cepat, te- kanan darah turun, suhu kadang-kadang naik, mata

14
cekung dan sedikit ikterus, berat badan turun, hemokonsentrasi, oligouria, dan konstipasi.
Aseton dapat tercium dari hawa pernapasan ka- rena mempunyai aroma yang khas dan dapat
pula ditemukan dalam urine.
c. Hiperemesis Gravidarum Grade III
Keadaan umum lebih parah, muntah berhenti, kesadaran menu- run dari somnolen
sampai koma, nadi kecil dan cepat, tekanan darah menurun, serta suhu meningkat. Komplikasi
fatal terjadi pada susunan saraf yang dikenal sebagai wenickle ensefalopati. Gejala yang dapat
timbul, seperti nistagmus, diplopia, dan peru- bahan mental. Keadaan ini adalah akibat sangat
kekurangan zat makanan, termasuk vitamin B kompleks. Timbulnya ikterus me- nunjukkan
terjadinya payah hati. Pada tingkatan ini juga terjadi perdarahan dari esofagus, lambung, dan
retina (Manuaba, 2008).
2. Abortus
a. Pengertian
Abortus atau keguguran adalah terhentinya kehamilan sebelum janin dapat bertahan hidup,
yaitu sebelum kehamilan berusia 22 minggu atau berat janin belum mencapai 500 gram.
Abortus biasanya ditandai dengan terjadinya perdarahan pada wanita yang sedang hamil,
dengan adanya peralatan USG, sekarang dapat diketahui bahwa abortus dapat dibedakan
menjadi 2 jenis, yang pertama adalah abortus karena kegagalan perkembangan janin dimana
gambaran USG menunjukkan kantong kehamilan yang kosong, sedangkan yang kedua adalah
abortus karena kematian janin, dimana janin tidak menunjukkantanda-tanda kehidupan seperti
denyut jantung atau pergerakan yang sesuai dengan usia kehamilan.
b. Penyebab Abortus
Penyebab abortus bervariasi dan sering diperdebatkan, pada kehamilan muda abortus tidak
jarang didahului oleh kematian mudigah, sebaliknya pada kehamilan lebih lanjut biasanya janin
dikeluarkan dalam keadaan masih hidup. Adapun beberapa faktor yang dapat menyebabkan
abortus, antara lain:
1) Faktor Janin
Faktor janin penyebab keguguran adalah kelainan genetik dan ini terjadi pada 50%-
60% kasus keguguran, faktor kelainan yang paling sering dijumpai pada abortus adalah
gangguan pertumbuhan zigot, emmbrio, janin atau plasenta.
2) Faktor Ibu
Faktor ibu penyebab keguguran diantaranya kelainan endokrin (hormonal), faktor
kekebalan (imunologi), kelemahan otot leher rahim, kelainan bentuk Rahim.
3) Faktor Genetik
Sekitar 5% abortus terjadi karena faktor genetik. Paling sering ditemukannya
kromosom trisomi dengan trisomi 16, penyebab yang paling sering menimbulkan
abortus spotan adalah abnormalitas kromosom pada janin. Lebih dari 60% abortus
spontan yang terjadi pada trimester pertama menunjukkan beberapa tipe abnormalitas
genetik. Sekitar 3-5% pasangan yang memiliki riwayat abortus spontan yang berulang
salah satu dari pasangan tersebut membawa sifat kromosom yang abnormal.
4) Faktor Endrokin
Faktor endrokin penyebab keguguran diantaranya faktor endrokin berpotensi
menyebabkan aborsi pada sekitar 10-20% kasus, insufisiensi fase luteal (fungsi corpus
luteum yang abnormal dengan tidak cukupnya produksi progesteron),

15
hipoprolaktinemia, diabetes dan sindrom polikistik ovarium merupakan faktor
kontribusi pada keguguran.
5) Faktor Infeksi
Infeksi termasuk infeksi yang diakibatkan oleh TORC (Toksoplasma, Rubella,
Cytomegalovirus) dan malaria. Infeksi intrauterin sering dihubungkan dengan abortus
spontan berulang. Organisme-organisme yang sering diduga sebagai penyebab antara
lain Chlamydia, Ureaplasma, Mycoplasma, Cytomegalovirus, Listeria monocytogenes
dan Toxoplasma gondii. Infeksi aktif yang menyebabkan abortus spontan berulang
masih belum dapat dibuktikan. Namun untuk lebih memastikan penyebab, dapat
dilakukan pemeriksaan kultur yang bahannya diambil dari cairan pada servikal dan
endometrial.
6) Faktor Imunologi
Faktor imunologis yang telah terbukti signifikan dapat menyebabkan abortus spontan
yang berulang antara lain: antibodi antinuiclear, antikoagulan lupus dan antibodi
cardiolipm
7) Faktor Nutrisi
Malnutrisi umum yang sangat berat memiliki kemungkinan paling besar menjadi
presdiposisi abortus. Meskipun demikian, belum ditemukan bukti yang menyatakan
bahwa defisiensi salah satu/ semua nutrien dalam makanan merupakan suatu penyebab
abortus yang penting
8) Obat-obatan Rekreasional dan Toksin Lingkungan
Peranan penggunaan obat-obatan rekreasional tertentu yang dianggap teratogenik harus
dicari seperti tembakau dan alkohol yang berperan karena jika ada mungkin hal ini
merupakan salah satu yang berperan.
9) Faktor Psikologis
Dibuktikan bahwa ada hubungan antara abortus yang berulang dengan keadaan mental
akan tetapi belum dapat dijelaskan sebabnya. Yang peka terhadap terjadinya abortus
adalah wanita yang belum matang secara emosional dan sangat penting dalam
menyelamatkan kehamilan. Usaha-usaha dokter untuk mendapat kepercayaan pasien
dan menerangkan segala sesuatu kepadanya, sangat membantu.
10) Faktor Lingkungan
Diperkirakan 1-10% malformasi janin akibat dari paparan obat, bahan kimia, atau
radiasi dan umunya berakhir dengan abortus, misalnya paparan terhadap buangan gas
anestesi dan tembakau. Sigret rokok diketahuimengandung ratusan unsur toksik, antara
lain nikotin yang telah diketahui mempunyai efek vasoaktif sehingga menghambat
sirkulasi uteroplasenta. Karbondioksida juga menurunkan pasokan oksigen ibu dan
janin serta memacu neurotoksin. Dengan adanya gangguan pada sistem sirkulasi
fetoplasenta dapat terjadi gangguan pertumbuhan janin yang berakibat terjadinya
abortus
c. Patologi
Pada awal abortus terjadilah perdarahan dalam desidua basalis kemudian diikuti oleh
nekrosis jaringan di sekitarnya. Hal tersebut menyebabkan hasil konsepsi terlepas sebagian
atau seluruhnya, sehingga menjadi benda asing dalam uterus. Keadaan ini menyebabkan uterus
berkontraksi untuk mengeluarkan isinya.
Pada kehamilan kurang dari 8 minggu, hasil konsepsi biasanya dikeluarkan seluruhnya
karena villi korialis belum menembus desidua secara mendalam. Pada kehamilan antara 8

16
sampai 14 minggu villi korialis menembus desidua lebih dalam, sehingga umumnya plasenta
tidak terlepas sempurna yang dapat menyebabkan banyak perdarahan. Pada kehamilan 14
minggu keatas umumnya dikeluarkan setelah ketuban pecah ialah janin, disusul beberapa
waktu kemudian plasenta. Hasil konsepsi keluar dalam berbagai bentuk, seperti kantong
kosong amnion atau benda kecil yang tidak jelas bentuknya (blighted ovum), janin lahir mati,
janin masih hidup, mola kruenta, fetus kompresus, maserasi, atau fetus papiraseus.
d. Klasifikasi
Abortus dapat digolongkan atas dasar:
a. Abortus Spontan
Abortus spontan adalah abortus yang terjadi dengan tidak didahului faktor-faktor mekanis
ataupun medisinalis, semata-mata disebabkan oleh faktorfaktor alamiah.
a. Abortus Imminens
Merupakan peristiwa terjadinya perdarahan pervaginam pada kehamilan kurang dari 20
minggu, dimana hasil konsepsi masih dalam uterus dan tanpa adanya dilatasi serviks.
Adanya abortus imminens terlihat pada gambar 2.
Diagnosis abortus imminens ditentukan dari:
 Terjadinya perdarahan melalui ostium uteri eksternum dalam jumlah sedikit;
 Disertai sedikit nyeri perut bawah atau tidak sama sekali;
 Uterus membesar, sesuai masa kehamilannya;
 Serviks belum membuka, ostium uteri masih tertutup;
 Tes kehamilan (+).

b. Abortus Insipiens
Merupakan peristiwa perdarahan uterus pada kehamilan kurang dari 20 minggu
dengan adanya dilatasi serviks yang meningkat dan ostium uteri telah membuka, tetapi
hasil konsepsi masih dalam uterus. Dalam hal ini rasa mules menjadi lebih sering dan
kuat, perdarahan bertambah. Adanya abortus insipiens terlihat pada gambar 3.
Ciri dari jenis abortus ini yaitu perdarahan pervaginam dengan kontraksi makin
lama makin kuat dan sering, serviks terbuka, besar uterus masih sesuai dengan umur
kehamilan dan tes urin kehamilan masih positif.

17
c. Abortus Inkomplet
Merupakan pengeluaran sebagian hasil konsepsi pada kehamilan sebelum 20
minggu dengan masih ada sisa tertinggal dalam uterus. Perdarahan abortus ini dapat
banyak sekali dan tidak berhenti sebelum hasil konsepsi dikeluarkan. Adanya abortus
inkomplit terlihat pada gambar 4.
Ciri dari jenis abortus ini yaitu perdarahan yang banyak disertai kontraksi,
kanalis servikalis masih terbuka, dan sebagian jaringan keluar.

d. Abortus Komplet
Abortus kompletus terjadi dimana semua hasil konsepsi sudah dikeluarkan.
Pada penderita ditemukan perdarahan sedikit, ostium uteri sebagian besar telah
menutup, dan uterus sudah banyak mengecil.Adanya abortus komplet terlihat pada
gambar 5.
Ciri dari abortus ini yaitu perdarahan pervaginam, kontraksi uterus, ostium
serviks menutup, dan tidak ada sisa konsepsi dalam uterus.

18
e. Missed Abortion
Tertahannya hasil konsepsi yang telah mati didalam rahim selama ≥8 minggu.
Ditandai dengan tinggi fundus uteri yang menetap bahkan mengecil, biasanya tidak
diikuti tanda–tanda abortus seperti perdarahan, pembukaan serviks, dan kontraksi.
Adanya missed abortion terlihat pada gambar 6.

f. Abortus Habitualis
Merupakan abortus spontan yang terjadi 3x atau lebih secara berturut-turut.
Pada umumnya penderita tidak sulit untuk menjadi hamil, tetapi kehamilan berakhir
sebelum mencapai usia 28 minggu. Etiologi abortus habitualis yaitu :
 Kelainan dari ovum atau spermatozoa, dimana kalau terjadi pembuahan hasilnya
adalah pembuahan patologis.
 Kesalahan-kesalahan pada ibu yaitu disfungsi tiroid, kesalahan korpus luteum,
kesalahan plasenta, yaitu tidak sanggupnya plasenta menghasilkan progesteron sesudah
korpus luteum atrofi. Ini dapat dibuktikan dengan mengukur kadar pregnadiol dalam
urin. Selain itu juga bergantung pada gizi ibu (malnutrisi), kelainan anatomis dalam
rahim, hipertensi oleh karena kelainan pembuluh darah sirkulasi pada plasenta/vili
terganggu dan fetus menjadi mati. Dapat juga gangguan psikis, serviks inkompeten,
atau rhesus antagonisme.
 Kelainan kromosom. Diketahui bahwa adanya trisomi pada kromosom ke 9, 12, 15,
16, 21, 22 dan X akan menyebabkan anomali genetik pada kejadian abortus habitualis.1
Akhir-akhir ini teknik analisis molekuler membantu dalam mengidentifikasi banyak
polimorfisme genetik bertanggung jawab akan terjadinya abortus habitualis

g. Abortus Infeksius & Abortus Septik


Abortus infeksius adalah abortus yang disertai infeksi pada genitalia bagian atas
termasuk endometritis atau parametritis. Abortus septik juga merupakan komplikasi
yang jarang terjadi akibat prosedur abortus yang aman. Abortus septik adalah abortus
infeksius berat disertai penyebaran kuman atau toksin ke dalam peredaran darah atau
peritonium.
Infeksi dalam uterus/sekitarnya dapat terjadi pada tiap abortus, tetapi biasanya
ditemukan pada abortus inkomplet dan lebih sering pada abortus buatan yang
dikerjakan tanpa memperhatikan asepsis dan antisepsis.
Diagnosis abortus infeksius ditentukan dengan adanya abortus yang disertai
gejala dan tanda infeksi alat genital seperti panas, takikardi, perdarahan pervaginam
yang lama atau bercak perdarahan, discharge vagina atau serviks yang berbau busuk,
uterus lembek, serta nyeri perut dan pelvis serta leukositosis. Apabila terdapat sepsis,

19
penderita tampak sakit berat atau kadang menggigil, demam tinggi, dan penurunan
tekanan darah.
Abortus Provokatus
Abortus provokatus adalah abortus yang disengaja, baik dengan memakai obat-
obatan maupun alat-alat. Abortus ini terbagi lagi menjadi :
a. Abortus Medisinalis (abortus therapeutica)
Abortus medisinalis adalah abortus karena tindakan kita sendiri, dengan
alasan bila kehamilan dilanjutkan, dapat membahayakan jiwa ibu
(berdasarkan indikasi medis).
b. Abortus Kriminalis
Abortus kriminalis adalah abortus yang terjadi oleh karena tindakantindakan
yang tidak legal atau tidak berdasarkan indikasi medis.
3. Anemia
a. Pengertian
Anemia adalah keadaan saat jumlah sel darah merah atau jumlah hemoglobin
(protein pembawa oksigen) dalam sel darah merah berada di bawah normal. Anemia
adalah sel darah merah (eritrosit) berkurang hingga di bawah nilai normal, kuantitas
hemoglobin, dan penurunan volume packed red blood cell (hematokrit) per 100 mL
darah.
Anemia adalah suatu keadaan penurunan cadangan besi dalam hati, sehingga
jumlah hemoglobin darah menurun di bawah normal. Sebelum terjadi anemia gizi besi,
diawali lebih dahulu dengan keadaan kurang gizi besi (KGB). Apabila cadangan besi
dalam hati menurun tetapi belum parah dan jumlah hemoglobin masih normal, maka
seseorang dikatakan mengalami kurang gizi beis saja (tidak disertai anemia gizi besi).
Keadaan kurang gizi besi yang berlanjut dan semakin parah akan mengakibatkan
anemia gizi besi, tubuh tidak akan lagi mempunyai cukup zat besi untuk membentuk
hemoglobin yang diperlukan dalam sel-sel darah yang baru.

b. Patologi
Kehamilan dapat meningkatkan kebutuhan zat besi sebanyak dua sampai tiga kali lipat.
Zat besi diperlukan untuk produksi sel darah merah ekstra, untuk enzim tertentu yang
dibutuhkan untuk jaringan, janin, plasenta dan untuk mengganti peningkatan kehilangan
harian yang normal. Zat besi yang terkandung dalam makanan hanya diasorbsi kurang dari
10% dan diet bisa tidak dapat mencukupi kebutuhan zat besi ibu hamil. Kebutuhan zat besi
yang tidak terpenuhi selama kehamilan dapat menimbulkan konsekuensi anemia defiensi

20
besi sehingga dapat membawa pengaruh buruk pada ibu maupun janin, hal ini dapat
menyebabkan terjadinya komplikasi kehamilan dan persalinan.
Selain itu paritas juga mempengaruhi terjadinya anemia karena pada kehamilan
memerlukan tambahan zat besi untuk meningkatkan jumlah sel darah merah ibu dan
membentuk sel darah merah janin, pada ibu primigravida terjadi faktor adaptasi dan
pengaruh hormonal karena pada ibu primigravida cenderung belum mampu beradaptasi
terhadap hormon esterogen dan gonadotropin korionik sehingga terjadi mual muntah yang
meyebabkan ibu kekurangan asupan nutrisi yang dapat menyebabkan anemia pada ibu
hamil. Jika persediaan cadangan zat besi minimal maka setiap kehamilan akan menguras
persediaan zat besi tubuh dan akhirnya menimbulkan anemia pada kehamilan berikutnya,
makin sering seseorang wanita mengalami kehamilan dan persalinan akan semakin banyak
kehilangan zat besi dan menyebabkan anemia.
c. Klasifikasi anemia dalam kehamilan
Menurut Proverawati (2011) klasifikasi anemia dalam kehamilan adalah sebagai berikut:
a. Anemia defisiensi besi Adalah anemia yang terjadi akibat kekurangan zat besi dalam
darah. Pengobatannya yaitu asupan zat besi dan tablet besi. Untuk menegakkan diagnosa
anemia defisiensi besi dapat dilakukan dengan anamnesa dan pemeriksaan. Kebutuhan zat besi
pada wanita hamil yaitu rata-rata mendekati 800 mg.
b. Anemia megaloblastik Adalah anemia yang disebabkan oleh karena kekurangan asam
folik, jarang sekali karena kekurangan vitamin B 12.
c. Anemia Hipoplastik Adalah anemia yang disebabkan oleh hipofungsi sumsum tulang,
membentuk sel darah merah baru. Untuk diagnostic diperlukan pemeriksaan diantaranya darah
lengkap, pemeriksaan fungsi ekternal dan pemeriksaan retikulasi.
d. Anemia hemolitik Adalah anemia yang disebabkan oleh penghancuran atau pemecahan
sel darah merah yang lebih cepat pembuatannya. Gejala utama dengan kelainan gambaran
darah, kelelahan, kelemahan serta gejala komplikasi bila terjadi kelainan pada organ-organ
vital.
d. Tanda-Tanda Anemia
Tanda- tanda anemia menurut Mansjoer dapat dibedakan menjadi tanda umum dan
khusus.
a. Tanda Umum
Meliputi kepucatan, letih, lemah, lesu, tidak bersemangat, berkunang-kunang dan
sering mengantuk apabila membran mukosa yang timbul dengankadar hemoglobin
kurang dari 9-10g/dL. Sebaliknya, warna kulit bukan tanda yang dapat diandalkan.
b. Tanda Spesifik
Tanda yang spesifik biasanya dikaitkan dengan jenis anemia tertentu, misalnya
koilonika dengan defisiensi besi, ikterus dengan anemia hemolitik atau
megaloblastik, ulkus tungkai dengan anemia sel sabit dan anemia hemolitik lain,
deformitas tulang dengan talasemia mayor dan anemia hemolitik kongenital lain
yang berat.
e. Pencegahan anemia
Sejauh ini ada empat pendekatan dasar pencegahan anemia defisiensi besi, yaitu:

21
a. Meningkatkan konsumsi zat besi dari makanan
Memakan yang beraneka ragam memiliki zat gizi saling melengkapi termasuk vitamin
yang dapat meningkatkan penyerapan zat besi, seperti vitamin C.
b. Suplemen zat besi
Pemberian suplemen tablet besi dapat memperbaiki status hemoglobin dalam waktu
yang relatif singkat. Di Indonesia tablet besi yang umum digunakan dalam suplementasi
zat besi adalah ferrosus sulfatt minimal 90 tablet selama hamil.
c. Fortifikasi zat besi
Fortifikasi adalah penambahan suatu jenis zat gizi ke dalam bahan pangan untuk
meningkatkan kualitas pangan.
d. Penanggulangan penyakit infeksi dan paraasit
Infeksi dan parasit merupakan salah satu penyebab anemia gizi besi. Dengan
menanggulangi penyakit infeksi dan memberantas parasit, diharapkan bisa
meningkatkan status besi tubuh.

2.3 Rencana Keperawatan pada Ibu Hamil


A. Hyperemesis Gravidarum
Diagnose Keperawatan Yang Mungkin Muncul
1) Hipovolemia (D.0023)
Hipovolemia b.d kehilangan cairan aktif d.d Frekuensi nadi meningkat, tekanan
darah menurun, turgor kulit menurun, membrane mukosa kering, volume urin
menurun, merasa lemah, mengeluh haus, berat badan turun tiba-tiba.
2) Defisit Nutrisi (D.0019)
Defisit Nutrisi b.d Faktor psikologis d.d berat badan menurun minilam 10%
dibawah rentang ideal, nafsu makan menurun.
3) Intoleransi Aktivitas (D.0056)
Intoleransi Aktivitas b.d kelemahan d.d mengeluh lelah, frekuensi jantung
meningkat 20% dari kondisi istirahat, merasa tidak nyaman setelah beraktivitas,
merasa lemah.
Rencana Asuhan Keperawatan
Rencana Keperawatan
Tgl/ Diagnosis
Tujuan dan Kriteria
Jam Keperawatan Intervensi Rasional TTD
Hasil
SDKI (D.0023) SLKI (L.03020) SIKI (I.03116) 1) Untuk memeriksa
Hipovolemia b.d Manajemen Status tanda dan gejala
kehilangan cairan Setelah dilakukan hypovolemia (mis.
aktif d.d intervensi keperawatan Hipovolemia Frekuensi nadi
selama …x… jam maka 1) Periksa tanda dan
Frekuensi nadi gejala meningkat, nadi
meningkat, keseimbangan cairan teraba lemah,
diharapkan meningkat hypovolemia
tekanan darah (mis. Frekuensi tekanan darah
menurun, turgor dengan kriteria hasil : menurun, tekanan
nadi meningkat,

22
kulit menurun, 1) Asupan cairan nadi teraba nadi menyempit,
membrane meningkat lemah, tekanan turgor kulit
mukosa kering, 2) Output urin darah menurun, menurun,
volume urin meningkat tekanan nadi membrane mukosa
menurun, merasa 3) Membrane menyempit, kering, volume
lemah, mengeluh mukosa lembab turgor kulit urine menurun,
haus, berat badan meningkat menurun, hematokrit
turun tiba-tiba. 4) Dehidrasi membrane meningkat, haus,
menurun mukosa kering, lemah.)
5) Tekanan darah volume urine 2) Untuk memonitor
membaik menurun, intake dan output
6) Frekuensi nadi hematokrit cairan
membaik meningkat, haus, 3) Untuk menghitung
7) Mata cekung lemah.) kebutuhan cairan
memmbaik 2) Monitor intake 4) Untuk memberikan
8) Turgor kulit dan output cairan posisi modified
membaik Terapeutik Trendelenburg
9) Berat badan 1) Hitung 5) Untuk memberikan
membaik kebutuhan cairan asupan cairan oral
2) berikan posisi 6) Untuk
modified menganjurkan
Trendelenburg memperbanyak
3) berikan asupan asupan cairan oral
cairan oral 7) Untuk
menganjurkan
Edukasi menghindari
1) anjurkan perubahan posisi
memperbanyak mendadak
asupan cairan 8) Untuk
oral mengkolaborasikan
2) anjurkan pemberian cairan
menghindari IV istonis (mis.
perubahan posisi NaCl, RL)
mendadak 9) Untuk
Kolaborasi mengkolaborasikan
1) kolaborasi pemberian cairan
pemberian cairan IV hipotonis (mis.
IV istonis (mis. Glukosa 2,5%,
NaCl, RL) NaCl 0,4%)
2) Kolaborasi 10) Untuk
pemberian cairan mengkolaborasikan
IV hipotonis pemberian cairan
(mis. Glukosa koloid (mis.
2,5%, NaCl Albumin,
0,4%) plasmantae)
3) Kolaborasi 11) Untuk
pemberian cairan mengkolaborasikan
koloid (mis. pemberian produk
Albumin, darah
plasmantae)

23
4) Kolaborasi
pemberian
produk darah
SDKI (D.0019) SLKI (L.03030) SIKI (I.03119) 1) untuk
Defisit Nutrisi Manajemen Status mengidentifikasi
Setelah dilakukan Status Nutrisi
b.d Faktor intervensi keperawatan Nutrisi
psikologis d.d 1) Identifikasi 2) untuk
selama …x… jam maka mengidentifikasi
berat badan Status Nutrisi diharapkan Status Nutrisi
menurun minilam 2) Identifikasi alergi dan
membaik dengan kriteria intoleransi
10% dibawah hasil : alergi dan
rentang ideal, intoleransi makanan
1) Berat badan 3) untuk
nafsu makan membaik makanan
menurun. 3) Identifikasi mengidentifikasi
2) Indeks Massa makanan yang
Tubuh (IMT) makanan yang
tidak disukai tidak disukai
membaik 4) untuk
3) Frekuensi makan 4) Identifikasi
kebutuhan kalori mengidentifikasi
membaik kebutuhan kalori
4) Nafsu makan dan jenis nutrient
5) Identifikasi dan jenis nutrient
membaik 5) untuk
perlunya
penggunaan mengidentifikasi
selang perlunya
nasogastrik penggunaan selang
6) monitor asupan nasogastrik
makanan 6) untuk memonitor
7) monitor berat asupan makanan
badan 7) untuk memonitor
8) monitor hasil berat badan
pemeriksaan 8) untuk memonitor
laboratorium hasil pemeriksaan
laboratorium
Terapeutik 9) untuk melakukan
1) Lakukan oral oral hygine
hygine sebelum sebelum makan,
makan, jika perlu jika perlu
2) Fasilitasi 10) untuk memfasilitasi
menentukan menentukan
pedoman diet pedoman diet (mis.
(mis. Piramida Piramida makanan)
makanan) 11) untuk menyajikan
3) Sajikan makanan makanan secara
secara menarik menarik dan suhu
dan suhu yang yang sesuai
sesuai 12) untuk memberikan
4) Berikan makanan makanan tinggi
tinggi serat untuk serat untuk
mencegah mencegah
konstipasi konstipasi
5) Berikan makanan 13) untuk memberikan
tinggi kalori dan makanan tinggi

24
tinggi protein kalori dan tinggi
6) berikan protein
suplemen 14) untuk memberikan
makanan, jika suplemen makanan,
perlu jika perlu
7) hentikan 15) untuk
pemberian menghentikan
makanan melalui pemberian
selang nasogatrik makanan melalui
jika asupan oral selang nasogatrik
dapat di toleransi jika asupan oral
Edukasi dapat di toleransi
1) anjurkan posisi 16) untuk
duduk, jika menganjurkan
mampu posisi duduk, jika
2) anjurkan diet mampu
yang 17) untuk
diprogramkan menganjurkan diet
yang diprogramkan
Kolaborasi 18) untuk
1) kolaborasi mengkolaborasikan
pemberian pemberian
medikasi medikasi sebelum
sebelum makan makan (mis. Pereda
(mis. Pereda nyeri, antimetik),
nyeri, antimetik), jika perlu
jika perlu 19) untuk
2) kolaborasi mengkolaborasikan
dengan ahli gizi dengan ahli gizi
untuk untuk menentukan
menentukan jumlah kalori dan
jumlah kalori dan jenis nutrient yang
jenis nutrient dibutuhkan, jika
yang dibutuhkan, perlu
jika perlu

SDKI (D.0056) SLKI (L.05047) SIKI (I.05178) 1) untuk


Intoleransi Manajemen Energi mengidentifikasi
Setelah dilakukan gangguan fungsi
Aktivitas b.d intervensi keperawatan 1) Identifikasi
kelemahan d.d gangguan fungsi tubuh yang
selama …x… jam maka mengakibatkan
mengeluh lelah, toleransi aktivitas tubuh yang
frekuensi jantung mengakibatkan kelelahan
diharapkan meningkat 2) untuk memonitor
meningkat 20% dengan kriteria hasil : kelelahan
dari kondisi 2) Monitor kelelahan fisik dan
1) Kemudahan emosional
istirahat, merasa melakukan kelelahan fisik
tidak nyaman dan emosional 3) untuk memonitor
aktivitas sehari pola dan jam tidur
setelah hari meningkat 3) Monitor pola dan
beraktivitas, jam tidur 4) untuk memonitor
2) Keluhan lelah lokasi dan
merasa lemah. menurun 4) Monitor lokasi
dan ketidaknyamanan
3) Perasaan lemah selama melakukan

25
menurun ketidaknyamanan aktivitas
4) Frekuensi nadi selama 5) untuk menyediakan
membaik melakukan lingkungan nyaman
5) Tekanan darah aktivitas dan rendah
membaik Terapeutik stimulus (mis.
1) Sediakan Cahaya, suara,
lingkungan kunjungan)
nyaman dan 6) untuk melakukan
rendah stimulus latihan rentang
(mis. Cahaya, gerak pasif
suara, dan/atau aktif
kunjungan) 7) untuk memberikan
2) Lakukan latihan aktivitas dikstrasi
rentang gerak yang menenangkan
pasif dan/atau 8) untuk memfasilitasi
aktif duduk disisi tempat
3) Berikan aktivitas tidur, jika tidak
dikstrasi yang dapat berpindah
menenangkan atau berjalan
4) Fasilitasi duduk 9) untuk
disisi tempat menganjurkan tirah
tidur, jika tidak baring
dapat berpindah 10) untuk
atau berjalan menganjurkan
melakukan
Edukasi aktivitas secara
1) anjurkan tirah bertahap
baring 11) untuk
2) anjurkan menganjurkan
melakukan menghubungi
aktivitas secara perawat bila tanda
bertahap dan gejala
3) anjurkan kelelahan tidak
menghubungi berkurang
perawat bila 12) untuk mengajarkan
tanda dan gejala strategi koping
kelelahan tidak untuk mengurangi
berkurang kelelahan
4) ajarkan strategi 13) untuk
koping untuk mengkolaborasikan
mengurangi dengan ahli gizi
kelelahan tentang cara
Kolaborasi meningkatkan
1) kolaborasi asupan makan
dengan ahli gizi
tentang cara
meningkatkan
asupan makan

26
SDKI (D.0137) SLKI (L.14136) SIKI (I. 14537) 1) Untuk mengetahui
Resiko Cedera Pencegahan Cedera obat yang
Setelah dilakukan menyebabkan
Pada Ibu d.d intervensi keperawatan Observasi
Perubahan cedera
selama …x… jam maka 1) Identifikasi obat 2) Untuk mengetahui
hormonal tingkat cedera yang kesesuaian alas
diharapkan menurun menyebabkan kaki atau stoking
dengan kriteria hasil : cedera elastis pada
1) toleransi aktivitas 2) Identifikasi ekstrimitas bawah
meningkat kesesuaian alas 3) Untuk
2) toleransi kaki atau stoking mensosialisasikan
makanan elastis pada pasien dan keluarga
meningkat ekstrimitas dengan lingkungan
3) tekanan darah bawah rawat inap
membaik Terapeutik 4) Agar mobilisasi
4) frekuensi nadi 1) Sosialisasikan pasien aman
membaik pasien dan 5) Untuk antisipasi
5) pola istirahat keluarga dengan eliminasi di dekat
tidur membaik lingkungan rawat tempat tidur, jika
6) nafsu makan inap perlu
membaik 2) Sediakkakn alas 6) Untuk memastikan
kaki antislip barang barang
3) Sediakan urinal pribadi mudah
untuk eliminasi dijangkau
di dekat tempat 7) Untuk
tidur, jika perlu meningkatkan
4) Pastikan barang frekuensi observasi
barang pribadi dan pengawasan
mudah dijangkau pasien, sesuai
5) Tingkatkan kebutuhan
frekuensi 8) Untuk menjelaskan
observasi dan alasan intervensi
pengawasan pencegahan jatuh
pasien, sesuai ke pasien dan
kebutuhan keluarga
Edukasi
1) Jelaskan alasan
intervensi
pencegahan jatuh
ke pasien dan
keluarga

B. Abortus
Diagnose Keperawatan Yang Mungkin Muncul

1) Nyeri Akut (D.0077)

27
Nyeri Akut b.d agen pencedera fisiologis, agen pencedera fisik d.d mengeluh
nyeri, gelisah, tampak meringis, frekuensi nadi meningkat, sulit tidur, tekanan
darah meningkat, nafsu makan berubah, menarik diri
2) Ansietas (D.0080)
Ansietas b.d Krisis situasional, ancaman terhadap konsep diri d.d merasa
khawatir dengan akibat kondisi yang dihadapi, sulit berkonsentrasi tampak
gelisah, tampak tegang, sulit tidur, muka tampak pucat, merasa tidak berdaya
Rencana Asuhan Keperawatan

Rencana Keperawatan
Tgl/ Diagnosis
Tujuan dan Kriteria
Jam Keperawatan Intervensi Rasional
Hasil
Nyeri Akut b.d SLKI (L.08066) SIKI (I.08238) 1) Untuk
agen pencedera Setelah dilakukan Manajemen Nyeri mengidentifikasi
fisiologis, agen intervensi keperawatan Observasi lokasi,
pencedera fisik selama …x… jam maka 1) identifikasi karakteristik,
d.d mengeluh Nyeri Akut diharapkan lokasi, durasi, frekuensi,
nyeri, gelisah, menurun dengan kriteria karakteristik, kualitas, intensitas
tampak meringis, hasil : durasi, frekuensi, nyeri.
frekuensi nadi 1) Keluhan nyeri kualitas, 2) Untuk
meningkat, sulit menurun intensitas nyeri. mengidentifikasi
tidur, tekanan 2) Gelisah menurun 2) Identifikasi skala skala nyeri
darah meningkat, 3) Meringis nyeri 3) Untuk
nafsu makan menurun 3) Identifikasi nyeri mengidentifikasi
berubah, menarik 4) Sulit tidur non verbal nyeri non verbal
diri menurun 4) Identifikasi 4) Untuk
5) Menarik diri faktor yang mengidentifikasi
menurunn memperberat dan faktor yang
6) Frekuensi nadi memperingan memperberat dan
membaik nyeri memperingan nyeri
7) Nafsu makan Terapeutik 5) Untuk memberikan
membaik 1) Berikan Teknik Teknik
nonfarmakologik nonfarmakologik
untuk

28
mengurangi rasa untuk mengurangi
nyeri rasa nyeri
2) Control 6) Untuk mengkontrol
lingkungan yang lingkungan yang
memperberat memperberat rasa
rasa nyeri nyeri
3) Fasilitasi istirahat 7) Untuk
dan tidur memfasilitasi
4) Pertimbangkan istirahat dan tidur
jenis dan sumber 8) Untuk
nyeri dalam mempertimbangkan
pemilihan jenis dan sumber
strategi nyeri dalam
meredakan nyeri pemilihan strategi
Edukasi meredakan nyeri
1) Jelaskan 9) Untuk menjelaskan
penyebab, penyebab, periode,
periode, dan dan pemicu nyeri
pemicu nyeri 10) Untuk menjelaskan
2) Jelaskan strategi strategi meredakan
meredakan nyeri nyeri
3) Anjurkan 11) Untuk
memonitor nyeri menganjurkan
secara mandiri memonitor nyeri
4) Anjurkan secara mandiri
menggunakan 12) Untuk
analgetic secara menganjurkan
mandiri menggunakan
Kolaborasi analgetic secara
1) Kolaborasi mandiri
pemberian 13) Untuk
analgetic jika mengkolaborasi
perlu

29
pemberian
analgetic jika perlu
Ansietas b.d SLKI (L.09093) SIKI (I.09314) 1) untuk
Krisis situasional, Setelah dilakukan Reduksi Ansietas mengidentifikasi
ancaman terhadap intervensi keperawatan Observasi saat tingkat ansietas
konsep diri d.d selama …x… jam maka 1) Identifikasi saat berubah
merasa khawatir diharapkan tingkat tingkat ansietas 2) Untuk
dengan akibat ansietas menurun dengan berubah mengidentifikasi
kondisi yang kriteria hasil : 2) Identifikasi kemampuan
dihadapi, sulit 1) Verbalisasi kemampuan mengambil
berkonsentrasi kebingungan mengambil keputusan
tampak gelisah, menurun keputusan 3) Untuk memonitor
tampak tegang, 2) Verbalisasi 3) Monitor tanda- tanda-tanda
sulit tidur, muka khawatir akibat tanda ansietas ansietas
tampak pucat, kondisi yang Terapeutik 4) Untuk menciptakan
merasa tidak dihadapi 1) ciptakan suasana suasana terapeutik
berdaya menurun terapeutik untuk untuk
3) Perilaku gelisah menumbuhkan menumbuhkan
menurun kepercayaan kepercayaan
4) Perilaku tegang 2) temani pasien 5) untuk menemani
menurun untuk pasien untuk
5) Konsentrasi mengurangi rasas mengurangi rasas
membaik kecemasan jika kecemasan jika
6) Pola tidur memungkinkan memungkinkan
membaik 3) pahami situasi 6) puntuk memahami
yang membuat situasi yang
ansietas membuat ansietas
4) gunakan 7) untuk
pendekatan yang menggunakan
tenang dan pendekatan yang
meyakinkan tenang dan
5) motivasi meyakinkan
mengidentifikasi

30
situasi yang 8) untuk memotivasi
memicu mengidentifikasi
kecemasan situasi yang
Edukasi memicu kecemasan
1) jelaskan prosedur 9) untuk menjelaskan
termasuk sensasi prosedur termasuk
yang mungkin sensasi yang
dialami mungkin dialami
2) informasikan 10) untuk
secara factual menginformasikan
mengenai secara factual
diagnosis, mengenai
pengobatan, dan diagnosis,
prognosis pengobatan, dan
3) anjurkan prognosis
keluargaa untuk 11) untuk
tetap bersama menganjurkan
4) anjurkan untuk keluargaa untuk
tidak melakukan tetap bersama
kegiatan yang 12) untuk
kompetitif menganjurkan
5) latih kegiatan untuk tidak
pengelihatan melakukan kegiatan
untuk yang kompetitif
mengurangi 13) untuk melatih
ketegangan kegiatan
6) latih Teknik pengelihatan untuk
relaksasi mengurangi
Kolaborasi ketegangan
1) kolaborasi 14) untuk melatih
pemberian obat Teknik relaksasi
ansietas jika 15) untuk
perlu mengkolaborasi

31
pemberian obat
ansietas jika perlu

C. Anemia
Diagnose Keperawatan Yang Mungkin Muncul
1) Perfusi Perifer Tidak Efektif (D.0009)
Perfusi perifer tidak efektif b.d penurunan konsentrasi Hb dan penurunan
suplay oksigen d.d nadi perifer menurun atau tidak teraba, warna kulit pucat,
turgor kulit menurun.
2) Intoleransi Aktivitas (D.0056)
Intoleransi Aktivitas b.d kelemahan d.d mengeluh lelah, frekuensi jantung
meningkat 20% dari kondisi istirahat, merasa tidak nyaman setelah beraktivitas,
merasa lemah.
Rencana Asuhan Keperawatan

Rencana Keperawatan
Tgl/ Diagnosis
Tujuan dan Kriteria
Jam Keperawatan Intervensi Rasional
Hasil
SDKI (D.0009) SLKI (L.02011) SIKI (I.02079) 1) Untuk periksa
Perfusi perifer Setelah dilakukan Perawatan Sirkulasi sirkulasi perifer
tidak efektif b.d intervensi keperawatan Observasi 2) Untuk
penurunan selama …x… jam maka 5) periksa sirkulasi mengidentifikasi
konsentrasi Hb Perfusi Perifer perifer faktor resiko
dan penurunan diharapkan meningkat 6) Identifikasi gangguan sirkulasi
suplay oksigen dengan kriteria hasil : faktor resiko 3) Untuk memonitor
d.d nadi perifer 8) Kekuatan nadi gangguan panas, kemerahan,
menurun atau perifer meningkat sirkulasi nyeri, atau bengkak
tidak teraba, 9) Tekanan darah 7) monitor panas, pada ekstrimitas
warna kulit pucat, sistolik membaik kemerahan, 4) Untuk menghindari
turgor kulit 10) Tekanan darah nyeri, atau pemasangan infus
menurun. diastolic bengkak pada atau pengambilan
membaik ekstrimitas darah di daerah
11) turgor kulit Terapeutik keterbatasan
membaik perfusi

32
5) hindari 5) Untuk menghindari
pemasangan pengukuran
infus atau tekanan darah pada
pengambilan ekstrimitas dengan
darah di daerah keterbatasan
keterbatasan perfusi
perfusi 6) Untuk menghindari
6) Hindari penekanan dan
pengukuran pemasangan
tekanan darah tourniquet pada
pada ekstrimitas area cedera
dengan 7) Untuk melakukan
keterbatasan pencegahan infeksi
perfusi 8) Untuk
7) Hindari menganjurkan
penekanan dan berolahraga rutin
pemasangan 9) Untuk
tourniquet pada menganjurkan
area cedera menggunakan obat
8) Lakukan penurun tekanan
pencegahan darah,
infeksi antikoagulan, dan
Edukasi penurun kolesterol
5) Anjurkan jika perlu
berolahraga rutin 10) Untuk
6) Anjurkan menganjurkan
menggunakan minum obat
obat penurun pengontrol tekanan
tekanan darah, darah secara teratur
antikoagulan, dan 11) Untuk
penurun menganjurkan
kolesterol jika melakukan
perlu

33
7) Anjurkan minum perawatan kulit
obat pengontrol yang tepat
tekanan darah
secara teratur
8) Anjurkan
melakukan
perawatan kulit
yang tepat
SDKI (D.0056) SLKI (L.05047) SIKI (I.05178) 14) untuk
Intoleransi Setelah dilakukan Manajemen Energi mengidentifikasi
Aktivitas b.d intervensi keperawatan 16) Identifikasi gangguan fungsi
kelemahan d.d selama …x… jam maka gangguan fungsi tubuh yang
mengeluh lelah, toleransi aktivitas tubuh yang mengakibatkan
frekuensi jantung diharapkan meningkat mengakibatkan kelelahan
meningkat 20% dengan kriteria hasil : kelelahan 15) untuk memonitor
dari kondisi 7) Kemudahan 17) Monitor kelelahan fisik dan
istirahat, merasa melakukan kelelahan fisik emosional
tidak nyaman aktivitas sehari dan emosional 16) untuk memonitor
setelah hari meningkat 18) Monitor pola dan pola dan jam tidur
beraktivitas, 8) Keluhan lelah jam tidur 17) untuk memonitor
merasa lemah. menurun 19) Monitor lokasi lokasi dan
9) Perasaan lemah dan ketidaknyamanan
menurun ketidaknyamanan selama melakukan
10) Frekuensi nadi selama aktivitas
membaik melakukan 18) untuk menyediakan
11) Tekanan darah aktivitas lingkungan nyaman
membaik Terapeutik dan rendah stimulus
6) Sediakan (mis. Cahaya,
lingkungan suara, kunjungan)
nyaman dan 19) untuk melakukan
rendah stimulus latihan rentang
(mis. Cahaya, gerak pasif dan/atau
aktif

34
suara, 20) untuk memberikan
kunjungan) aktivitas dikstrasi
7) Lakukan latihan yang menenangkan
rentang gerak 21) untuk memfasilitasi
pasif dan/atau duduk disisi tempat
aktif tidur, jika tidak
8) Berikan aktivitas dapat berpindah
dikstrasi yang atau berjalan
menenangkan 22) untuk
9) Fasilitasi duduk menganjurkan tirah
disisi tempat baring
tidur, jika tidak 23) untuk
dapat berpindah menganjurkan
atau berjalan melakukan
Edukasi aktivitas secara
7) anjurkan tirah bertahap
baring 24) untuk
8) anjurkan menganjurkan
melakukan menghubungi
aktivitas secara perawat bila tanda
bertahap dan gejala
9) anjurkan kelelahan tidak
menghubungi berkurang
perawat bila 25) untuk mengajarkan
tanda dan gejala strategi koping
kelelahan tidak untuk mengurangi
berkurang kelelahan
10) ajarkan strategi 26) untuk
koping untuk mengkolaborasikan
mengurangi dengan ahli gizi
kelelahan tentang cara
Kolaborasi meningkatkan
asupan makan

35
20) kolaborasi
dengan ahli gizi
tentang cara
meningkatkan
asupan makan

2.4 Implementasi Asuhan Keperawatan pada Ibu Hamil


A. Hyperemesis Gravidarum

Tgl/Jam Diagnosis Keperawatan Implementasi TTD

Resiko Cedera Pada Ibu d.d 1. Mengidentifikasi obat yang


Perubahan hormonal menyebabkan cedera
2. Mengidentifikasi kesesuaian
alas kaki atau stoking elastis
pada ekstrimitas bawah
3. Mensosialisasikan pasien dan
keluarga dengan lingkungan
rawat inap
4. Menyediakan alas kaki antislip
5. Menyediakan urinal untuk
eliminasi di dekat tempat tidur,
jika perlu
6. Memastikan barang barang
pribadi mudah dijangkau
7. Meningkatkan frekuensi
observasi dan pengawasan
pasien, sesuai kebutuhan
8. Menjelaskan alasan intervensi
pencegahan jatuh ke pasien dan
keluarga
Hipovolemia b.d kehilangan 1. Melakukan pemeriksa tanda dan
cairan aktif d.d Frekuensi nadi gejala hypovolemia

36
meningkat, tekanan darah 2. Memonitor intake dan output
menurun, turgor kulit menurun, cairan
membrane mukosa kering, 3. Memperbanyak asupan cairan
volume urin menurun, merasa oral
lemah, mengeluh haus, berat 4. Menghindari perubahan posisi
badan turun tiba-tiba. mendadak
5. Berkolaborasi pemberian cairan
IV istonis
6. Berkolaborasi pemberian cairan
IV hipotonis
7. Berkolaborasi pemberian cairan
koloid
8. Berkolaborasi pemberian
produk darah
Defisit Nutrisi b.d Faktor 9) Mengidentifikasi Status Nutrisi
psikologis d.d berat badan 10) Mengidentifikasi alergi dan
menurun minilam 10% dibawah intoleransi makanan
rentang ideal, nafsu makan 11) Mengidentifikasi makanan yang
menurun. tidak disukai
12) Mengidentifikasi kebutuhan
kalori dan jenis nutrient
13) Mengidentifikasi perlunya
penggunaan selang nasogastric
14) Memonitor asupan makanan
15) Memonitor berat badan monitor
hasil pemeriksaan laboratorium
16) Melakukan oral hygine sebelum
makan, jika perlu
17) Memfasilitasi menentukan
pedoman diet (mis. Piramida
makanan)
18) Menyajikan makanan secara
menarik dan suhu yang sesuai

37
19) Memberikan makanan tinggi
serat untuk mencegah konstipasi
20) Memberikan makanan tinggi
kalori dan tinggi protein
21) Memberikan suplemen
makanan, jika perlu
22) Menghentikan pemberian
makanan melalui selang
nasogatrik jika asupan oral
dapat di toleransi
23) Menganjurkan posisi duduk,
jika mampu
24) Menganjurkan diet yang
diprogramkan
25) Mengkolaborasi pemberian
medikasi sebelum makan
26) Mengkolaborasi dengan ahli gizi
untuk menentukan jumlah kalori
dan jenis nutrient yang
dibutuhkan

Intoleransi Aktivitas b.d 5) Mengidentifikasi gangguan


kelemahan d.d mengeluh lelah, fungsi tubuh yang
frekuensi jantung meningkat mengakibatkan kelelahan
20% dari kondisi istirahat, 6) Memonitor kelelahan fisik dan
merasa tidak nyaman setelah emosional
beraktivitas, merasa lemah. 7) Memonitor pola dan jam tidur
8) Memonitor lokasi dan
ketidaknyamanan selama
melakukan aktivitas
9) Menyediakan lingkungan
nyaman dan rendah stimulus
10) Melakukan latihan rentang

38
gerak pasif dan/atau aktif
11) Memberikan aktivitas dikstrasi
yang menenangkan
12) Memfasilitasi duduk disisi
tempat tidur, jika tidak dapat
berpindah atau berjalan
13) Menganjurkan tirah baring
14) Menganjurkan melakukan
aktivitas secara bertahap
15) Menganjurkan menghubungi
perawat bila tanda dan gejala
kelelahan tidak berkurang
16) Mengajarkan strategi koping
untuk mengurangi kelelahan
17) Mengkolaborasi dengan ahli gizi
tentang cara meningkatkan
asupan makan

B. Abortus

Tgl/Jam Diagnosis Keperawatan Implementasi TTD


Nyeri Akut b.d agen pencedera 1. identifikasi lokasi, karakteristik,
fisiologis, agen pencedera fisik durasi, frekuensi, kualitas,
d.d mengeluh nyeri, gelisah, intensitas nyeri.
tampak meringis, frekuensi nadi 2. Identifikasi skala nyeri
meningkat, sulit tidur, tekanan 3. Identifikasi nyeri non verbal
darah meningkat, nafsu makan 4. Identifikasi faktor yang
berubah, menarik diri memperberat dan memperingan
nyeri
5. Berikan Teknik
nonfarmakologik untuk
mengurangi rasa nyeri

39
6. Control lingkungan yang
memperberat rasa nyeri
7. Fasilitasi istirahat dan tidur
8. Pertimbangkan jenis dan sumber
nyeri dalam pemilihan strategi
meredakan nyeri
9. Jelaskan penyebab, periode, dan
pemicu nyeri
10. Jelaskan strategi meredakan
nyeri
11. Anjurkan memonitor nyeri
secara mandiri
12. Anjurkan menggunakan
analgetic secara mandiri
13. Kolaborasi pemberian analgetic
jika perlu

Ansietas b.d Krisis situasional, 1. Mengidentifikasi saat tingkat


ancaman terhadap konsep diri ansietas berubah
d.d merasa khawatir dengan 2. Mengidentifikasi kemampuan
akibat kondisi yang dihadapi, mengambil keputusan
sulit berkonsentrasi tampak 3. Memonitor tanda-tanda ansietas
gelisah, tampak tegang, sulit 4. Menciptakan suasana terapeutik
tidur, muka tampak pucat, untuk menumbuhkan
merasa tidak berdaya kepercayaan
5. Menemani pasien untuk
mengurangi rasas kecemasan
jika memungkinkan
6. Memahami situasi yang
membuat ansietas
7. Menggunakan pendekatan yang
tenang dan meyakinkan

40
8. Memotivasi mengidentifikasi
situasi yang memicu kecemasan
9. Menjelaskan prosedur termasuk
sensasi yang mungkin dialami
10. Menginformasikan secara
factual mengenai diagnosis,
pengobatan, dan prognosis
11. Menganjurkan keluargaa untuk
tetap bersama
12. Menganjurkan untuk tidak
melakukan kegiatan yang
kompetitif
13. Melatih kegiatan pengelihatan
untuk mengurangi ketegangan
14. Melatih Teknik relaksasi
15. Mengkolaborasi pemberian obat
ansietas jika perlu

C. Anemia
Tgl/Jam Diagnosis Keperawatan Implementasi TTD
Perfusi perifer tidak efektif 1. Meperiksa sirkulasi perifer
b.d penurunan konsentrasi Hb 2. Mengidentifikasi faktor resiko
dan penurunan suplay oksigen gangguan sirkulasi
d.d nadi perifer menurun atau 3. Memonitor panas, kemerahan,
tidak teraba, warna kulit pucat, nyeri, atau bengkak pada
turgor kulit menurun. ekstrimitas
4. Menghindari pemasangan
infus atau pengambilan darah
di daerah keterbatasan perfusi
5. Menghindari pengukuran
tekanan darah pada ekstrimitas
dengan keterbatasan perfusi

41
6. Menghindari penekanan dan
pemasangan tourniquet pada
area cedera
7. Melakukan pencegahan
infeksi
8. Menganjurkan berolahraga
rutin
9. Menganjurkan menggunakan
obat penurun tekanan darah,
antikoagulan, dan penurun
kolesterol jika perlu
10. Menganjurkan minum obat
pengontrol tekanan darah
secara teratur
11. Menganjurkan melakukan
perawatan kulit yang tepat
Intoleransi Aktivitas b.d 1. Mengidentifikasi gangguan
kelemahan d.d mengeluh fungsi tubuh yang
lelah, frekuensi jantung mengakibatkan kelelahan
meningkat 20% dari kondisi 2. Memonitor kelelahan fisik dan
istirahat, merasa tidak nyaman emosional
setelah beraktivitas, merasa 3. Memonitor pola dan jam tidur
lemah. 4. Memonitor lokasi dan
ketidaknyamanan selama
melakukan aktivitas
5. Menyediakan lingkungan
nyaman dan rendah stimulus
(mis. Cahaya, suara,
kunjungan)
6. Melakukan latihan rentang
gerak pasif dan/atau aktif
7. Memberikan aktivitas
dikstrasi yang menenangkan

42
8. Memfasilitasi duduk disisi
tempat tidur, jika tidak dapat
berpindah atau berjalan
9. Menganjurkan tirah baring
10. Menganjurkan melakukan
aktivitas secara bertahap
11. Menganjurkan menghubungi
perawat bila tanda dan gejala
kelelahan tidak berkurang
12. Mengajarkan strategi koping
untuk mengurangi kelelahan
13. Mengkolaborasi dengan ahli
gizi tentang cara
meningkatkan asupan makan

2.5 Evaluasi Asuhan Keperawatan pada Ibu Hamil


A. Hyperemesis Gravidarum

No Tgl/Jam Diagnosis Keperawatan Catatan Perkembangan Paraf


Dx
1 Resiko Cedera Pada Ibu S:
Pasien mengatakan keluhan
d.d Perubahan hormonal
yang dialami sudah membaik
atau belum.
O:
Pasien tampak sudah bisa
mobilisasi atau belum bisa
mobilisasi
A:
Masalah teratasi atau belum
teratasi
P:
Lanjutkan Intervensi atau
hentikan intervensi dan
pertahankan kondisi pasien
2 Hipovolemia b.d S :
Pasien mengatakan keluhan
kehilangan cairan aktif
yang dialami sudah membaik
d.d Frekuensi nadi atau belum.
O:

43
meningkat, tekanan darah Pasien tampak sudah bisa
mobilisasi atau belum bisa
menurun, turgor kulit
mobilisasi
menurun, membrane A :
Masalah teratasi atau belum
mukosa kering, volume
teratasi
urin menurun, merasa P :
Lanjutkan Intervensi atau
lemah, mengeluh haus,
hentikan intervensi dan
berat badan turun tiba- pertahankan kondisi pasien
I :
tiba.
Pelaksanaan rencana tindakan
yang disetujui bersama oleh
pasien
E:
Respon pasien terhadap
tindakan
R:
Perubahan rencana tindakan
untuk mengatasi masalah

3 Defisit Nutrisi b.d Faktor S :


Pasien mengatakan keluhan
psikologis d.d berat badan
yang dialami sudah membaik
menurun minilam 10% atau belum.
O:
dibawah rentang ideal,
Pasien tampak sudah bisa
nafsu makan menurun. mobilisasi atau belum bisa
mobilisasi
A:
Masalah teratasi atau belum
teratasi
P:
Lanjutkan Intervensi atau
hentikan intervensi dan
pertahankan kondisi pasien
4 Intoleransi Aktivitas b.d S :
Pasien mengatakan keluhan
kelemahan d.d mengeluh
yang dialami sudah membaik
lelah, frekuensi jantung atau belum.
O:
meningkat 20% dari
Pasien tampak sudah bisa
kondisi istirahat, merasa mobilisasi atau belum bisa
mobilisasi
tidak nyaman setelah
A:
beraktivitas, merasa Masalah teratasi atau belum
teratasi
lemah.
P:

44
Lanjutkan Intervensi atau
hentikan intervensi dan
pertahankan kondisi pasien
I :
Pelaksanaan rencana tindakan
yang disetujui bersama oleh
pasien
E:
Respon pasien terhadap
tindakan
R:
Perubahan rencana tindakan
untuk mengatasi masalah

B. Abortus

No Tgl/Jam Diagnosis Keperawatan Catatan Perkembangan Paraf


Dx
1 Nyeri Akut b.d agen S :
Pasien mengatakan keluhan
pencedera fisiologis, agen
yang dialami sudah membaik
pencedera fisik d.d atau belum.
O:
mengeluh nyeri, gelisah,
Pasien tampak sudah bisa
tampak meringis, mobilisasi atau belum bisa
mobilisasi
frekuensi nadi meningkat,
A:
sulit tidur, tekanan darah Masalah teratasi atau belum
teratasi
meningkat, nafsu makan
P:
berubah, menarik diri Lanjutkan Intervensi atau
hentikan intervensi dan
pertahankan kondisi pasien
2 Ansietas b.d Krisis S :
Pasien mengatakan keluhan
situasional, ancaman
yang dialami sudah membaik
terhadap konsep diri d.d atau belum.
O:
merasa khawatir dengan
Pasien tampak sudah bisa
akibat kondisi yang mobilisasi atau belum bisa
mobilisasi

45
dihadapi, sulit A :
Masalah teratasi atau belum
berkonsentrasi tampak
teratasi
gelisah, tampak tegang, P :
Lanjutkan Intervensi atau
sulit tidur, muka tampak
hentikan intervensi dan
pucat, merasa tidak pertahankan kondisi pasien
I :
berdaya
Pelaksanaan rencana tindakan
yang disetujui bersama oleh
pasien
E:
Respon pasien terhadap
tindakan
R:
Perubahan rencana tindakan
untuk mengatasi masalah

C. Anemia

No Tgl/Jam Diagnosis Keperawatan Catatan Perkembangan Paraf


Dx
1 Perfusi perifer tidak efektif S :
Pasien mengatakan keluhan yang
b.d penurunan konsentrasi
dialami sudah membaik atau
Hb dan penurunan suplay belum.
O:
oksigen d.d nadi perifer
Pasien tampak sudah bisa
menurun atau tidak teraba, mobilisasi atau belum bisa
mobilisasi
warna kulit pucat, turgor
A:
kulit menurun. Masalah teratasi atau belum
teratasi
P:
Lanjutkan Intervensi atau hentikan
intervensi dan pertahankan kondisi
pasien
2 Intoleransi Aktivitas b.d S :
Pasien mengatakan keluhan yang
kelemahan d.d mengeluh
dialami sudah membaik atau
lelah, frekuensi jantung belum.
O:
meningkat 20% dari kondisi
Pasien tampak sudah bisa
istirahat, merasa tidak mobilisasi atau belum bisa
mobilisasi
nyaman setelah beraktivitas,
A:
merasa lemah. Masalah teratasi atau belum
teratasi

46
P:
Lanjutkan Intervensi atau hentikan
intervensi dan pertahankan kondisi
pasien
I :
Pelaksanaan rencana tindakan
yang disetujui bersama oleh pasien
E:
Respon pasien terhadap tindakan
R:
Perubahan rencana tindakan untuk
mengatasi masalah

2.6 Dokumentasi Keperawatan pada Ibu Hamil


Tanggal Waktu Sumber Catatan Perkembangan
Tgl/Bln/Thn Waktu Bidan Catatan ini meliputi: Pengkajian, identifikasi
masalah, tindakan segera, rencana tindakan,
penyelesaian masalah, evaluasi, hasil.

Bidan

Nama dan tanda tangan.


Dokter Catatan meliputi: observasi keadaan pasien,
evaluasi kemajuan pasien, identifikas masalah
baru dan penyelesaiannya, rencana tindakan dan
pengobatan terbaru.

Dokter

Nama dan tanda tangan


Perawat Catatan meliputi: pengkajian, identifikasi
masalah, perlunya rencana tindakan atan
menentukan kebutuhan segera, intervensi,
penyelesaian masalah, evaluasi tindakan dan
hasil.

47
Perawat

Nama dan tanda tangan

48
BAB III

PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Asuhan keperawatan yang dilakukan untuk mengaplikasi peran sebagai pemberi
pelayanan keperawatan, sebagai kolaborator, komunikator dan koordinator pada saat
bekerjasama dengan tim kesehatan lainnya.

Kehamilan merupakan keadaan fisiologis yang menjadi harapan setiap pasangan suami
istri. Namun, tidak semua kehamilan bebas dari masalah. Masalah yang terjadi pada ibu hamil
selama kehamilan diantaranya kehamilan ektopik atau tuba, perdarahan vagina, keguguran,
hiperemesis gravidarum, demam, plasenta previa, fibroid (mioma), abrupsio plasenta, infeksi,
diabetes mellitus gestasional, preeklampsia, PIH, dan anemia Anemia merupakan penyebab
kematian non obstetri yang secara tidak langsung terjadi pada ibu hamil.World Health
Organization (WHO) memperkirakan bahwa 38% ibu hamil berusia 15-49 tahun mengalami
anemia. World Health Organization (WHO) juga menjelaskan bahwa penyebab anemia
kehamilan itu bervariasi, namun 40% kematian ibu di negara berkembang berkaitan dengan
anemia besi.

3.2 Saran
Kami sebagai penyusun berharap makalah ini bisa menjadi pertimbangan dan acuan
dalam menambah pengetahuan di bidang pembelajaran Keperawatan Maternitas serta kami
mengharapkan makalah ini bisa membantu pembaca khususnya mahasiswa keperawatan dalam
memenuhi nilai penugasan mata kuliah Keperawatan Maternitas.

49
DAFTAR PUSTAKA
Syaiful, Y., & Fatmawati, L. (2019). ASUHAN KEPERAWATAN KEHAMILAN. Surabaya:
CV. Jakad Publishing Surabaya.
Aryani, P.H. Puspita, S. Sholikhah, D.U. 2021. Keperawatan maternitas. Surabaya: Cipta
Media Nusantara
Rahmawati, Eka, S. Tr Keb, and M. Tr Keb. "BAB 2 HIPEREMESIS GRAVIDARUM."
Komplikasi Kehamilan dan Penatalaksanaannya (2022): 22.
https://books.google.co.id/books?hl=id&lr=&id=TmRhEAAAQBAJ&oi=fnd&pg=PA
22&dq=fisiologis+hyperemesis+gravidarum&ots=Hre7M-
mZAD&sig=hrlZjG4Y5ljrEUyzxsWH0pOTdwk&redir_esc=y#v=onepage&q=fisiolo
gis%20hyperemesis%20gravidarum&f=false
Atiqoh, Rasida Ning, and S. Tr Keb. Kupas Tuntas Hiperemesis Gravidarum (Mual Muntah
Berlebih Dalam Kehamilan). One Peach Media, 2020.
https://books.google.co.id/books?hl=id&lr=&id=eczzDwAAQBAJ&oi=fnd&pg=PR5
&dq=masalah+perawatan+pada+ibu+hamil+fisiologis+dan+patologis+hyperemesis,+
abortus,+anemia,+hyperemesis+gravidarum&ots=kowLxyG37o&sig=lzR3SNcc_2h_
dLHl21IGQlL10Sg&redir_esc=y#v=onepage&q&f=false
Universitas Muhammadiyah Semarang
http://repository.unimus.ac.id/1015/2/5.%20BAB%202%20Tinjauan%20Teori.pdf
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTERFAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
http://repository.lppm.unila.ac.id/10413/1/dr%20Ratna%20DPS%20%28Buku%20Aj
ar%20Kehamilan%20dg%20dr%20Arif%29.pdf
Nurherliyany, Metty. "Ibu Hamil Sehat Tanpa Anemia." (2022).
https://repository.penerbiteureka.com/publications/558592/ibu-hamil-sehat-tanpa-
anemia
Sari, Septi Indah Permata, Juraida Roito Harahap, and Siska Helina. "ANEMIA
KEHAMILAN." (2022). http://repository.pkr.ac.id/3316/1/ANEMIA%202022.pdf

50

Anda mungkin juga menyukai