Anda di halaman 1dari 11

BAB VI

Gaya dan Medan Magnet

VI.1 Medan Magnet

Pada tahun 1820, Hans Christian Oersted mengamati bahwa jarum kompas akan
menyimpang bila berada di dekat kawat berarus listrik. Selanjutnya Michael Faraday
menemukan bahwa akan timbul arus sejenak dalam sebuah rangkaian apabila arus
dalam rangkaian lain yang ditempatkan di tempatkan di dekatnya dihubungkan atau
diputuskan. Dengan demikian, Oersted menunjukkan bahwa muatan yang bergerak
dapat menimbulkan efek kemagnetan, sedangkan Faraday menunjukkan bahwa gerak
magnet dapat menimbulkan arus listrik.
Medan magnet adalah medan vektor, artinya besaran yang dilukiskan medan
tersebut adalah besaran vektor. Besaran vektor medan magnet ini biasanya disebut

induksi magnet dan dinyatakan dengan vektor B . Seperti halnya medan listrik, medan
magnet dapat dilukiskan dengan garis-garis yang dinamakan garis induksi magnet, yaitu

garis yang arah garis singgung pada setiap titiknya menyatakan arah induksi magnet B

di titik tersebut. Besar vektor induksi magnet B menyatakan rapat garis induksi, yaitu
banyaknya garis induksi magnet yang melalui satu satuan luas bidang dan tegak lurus
arah medan di titik itu.

Bila d A adalah vektor elemen luas pada S, dan B adalah vektor induksi pada
elemen luas tersebut, maka jumlah garis gaya atau fluks  yang keluar dari permukaan
S adalah :

   B  d A …………………….…………(1)
s

Integral B  dA menyatakan produk skalar antara vektor B dan d A . Persamaan (1) juga
dapat ditulis sebagai :
  BA cos  …………… ……………(2)

 adalah sudut antara ktor B dan d A , sedang Bn  B cos  tidak lain adalah

komponen B pada arah normal. Dalam SI satuan jumlah garis gaya adalah weber. Satu
weber (1 W) menyatakan satu buah garis gaya. Jadi, satuan untuk rapat fluks atau
induksi magnet B adalah weber/m2. Untuk 1 Wm-3 = 1 T = 104 Gauss.
VI.2 Gaya Magnet pada Muatan Bergerak

Muatan yang bergerak dalam medan magnet mengalami gaya yang disebut gaya magnet
atau gaya Lorentz. Hasil pengamatan menunjukkan bahwa gaya magnet mempunyai
sifat-sifat :
a. Besar gaya magnet sebanding dengan muatan (q), kecepatan(v), induksi magnet

yang dilewati muatan (B), dan sinus sudut antara v.dan.B(sin  ) .


b. Arah gaya magnet ditentukan oleh jenis muatan, arah v dan arah B.
Secara matematik, gaya magnet tersebut dapat dinyatakan dengan :

F  qv  B …… ……………………………..(3)
Jika sudut antara v dan B dinyatakan dengan  , maka besar gaya magnet adalah :

F  qvB. sin  ……………………………………… (4)


Dari bentuk gaya ini, nyata akan adanya sifat berikut :
a. Gaya magnet hanya bekerja bila muatan q bergerak terhadap medan magnet,
untuk muatan yang diam tidak merasana gaya magnet.

b. Bila v mempunyai arah yang sama dengan B , maka gaya sama dengan nol.

c. Bila v  B , maka besar gaya adalah : F = q v B.
Contoh 1 :

Sebuah elektron bergerak dengan kecepatan v  2  10 2 i ms 1 , melintasi medan magnet

serba sama dengan B  0,5 j .Tesla , hitunglah :
a. Gaya magnet yang bekerja pada elektron tersebut.
b. Gaya magnet yang bekerja pada proton jika bergerak melalui medan magnet
 
tersebut dengan kecepatan (3i  4 j )  105 ms 1 .
Penyelesaian :
a. Gaya magnet pada elektron :

F  qv  B
 1

19 4 i ms ) x(0,5 j T )
= (-1,6 x 10 C)(2 x 10
= -1,6 x 10-15 N
b. Gaya magnet pada proton :

F  qv  B
  
= (1,6 x 10-19C)( 3i  4 j )  105 ms 1 )  0,5 j T )
= 2,4  10-14 N
VI.3 Orbit Siklotron
Siklotron adalah alat untuk mempercepat partikel bermuatan, agar mempunyai energi
kinetik yang sangat tinggi. Alat ini digunakan dalam penelitian fisika nuklir. Siklotron
menggunakan medan magnet yang tegak lurus bidang partikel bermuatan. Orbit partikel
bermuatan dalam medan magnet ini berupa lingkaran. (Gbr 1)

x x x vc x x x
c
Fc
x x x x
Fb vb

x x Fa b x x

a va
x x x x x x x

Gambar 1 Orbit Siklotron

Pada gambar ini dilukiskan suatu partikel bermuatan +q, bermassa m, bergerak dalam

bidang halaman ini dengan kecepatan v . Arah rapat fluks B masuk halaman. Arah gaya

haruslah tegak lurus vdan B . Jadi F pada bidang halaman, dan tegak lurus v . Karena

F selalu tegak lurus orbit lingkaran gaya F tidak lain adalah gaya sentripital yang
membuat partikel terus membelok, membentuk lintasan lingkaran, maka dapat
dituliskan :
mv 2
F  qvB  ……………………………..(5)
R
Dari persamaan (5) diperoleh jejari lintasan :
mv
R …………………………….........(6)
qB
Contoh 2 :
Sebuah mesin siklotron mempunyai frekuensi 12 MHz dengan jejari perputaran 50 cm,

mempercepat deutron dengan massa 3,4 x 10-27 kg dalam medan magnet B . Deutron
adalah inti zarrah yang terdiri atas 1 proton dan 1 neutron dengan qproton = 1,6 x 10-19 C.
Hitunglah :
a. Gaya sentripetal yang memutar deutron
b. Kuat medan magnet yang mempercepat deutron
c. Energi kinetik deutron
Penyelesaian :
mv 2
a. Fs   m 2 R  m(2f ) 2 R  m(4 2 f 2 ) R
R
Fs = (3,4 x 10-27 )(4)(3,14)2(12 x 106)2(0,5) = 9,655 x 10-12 N
b. FL  qvB
F F F 9,655 x10 12
B  =   1,6T
qB qwR q 2fR (1,6 x10 19 )(6,28)(12 x10 6 )(0,5)
c. Ek  12 mv 2  12 m 2 R 2  12 m(2f ) 2 R 2
Ek  12 (3,4 x10 27 )(2 x3,14 x10 6 )(0,5) 2  2,414 x10 12 joule

VI.4 Selektor Kecepatan


Sering dijumpai partikel bermuatan yang bergerak dalam pengaruh medan magnet
maupun medan listrik. Dalam hal ini gaya yang bekerja pada partikel terdiri atas gaya
listrik dan gaya magnet. Dalam berbagai eksperimen sering diperlukan partikel-partikel
yang mempunyai kecepatan tertentu. Hal ini dapat dilakukan dengan melewatkan
partikel-partikel bermuatan ke dalam suatu daerah yang mempunyai medan listrik dan
medan magnet saling tegak lurus, seperti pada alat selektor kecepatan pada Gambar 2.

x x B x x x
● P +
● x x x x x
+q ● v
● x x x E x
● Q -
x x x x x

Gambar 2 Selektor Kecepatan

Dalam ruang antara pelat P dan Q partikel bermuatan q yang bergerak ke kanan dengan

kecepatan v mendapat dua gaya, yaitu gaya magnet F B ke atas dan gaya listrik F E ke

bawah. Bila jarak antara pelat P dan Q kecil, dan kuat medan E dan rapat fluks B
diatur,hanya partikel dengan kecepatan tertentu sajalah yang diteruskan oleh selektor.

Ini terjadi bila besar gaya F B sama dengan gaya F E . Karena


FB = q v B dan FE = q E,
Syarat di atas dipenuhi bila
qvB=qE
E
Jadi hanya partikel dengan kecepatan v  yang diteruskan oleh selektor.
B
VI.5 Hukum Biot-Savart

Setelah penemuan Oersted, kemudian Biot dan Savart merumuskan induksi magnet B
di suatu titik yang ditimbulkan oleh arus listrik. Perumusan Biot –Savart yang disebut

Hukum Biot-Savart menyatakan bahwa induksi magnet d B yang dihasilkan di titik P

oleh elemen kawat d l yang berarus listrik I(lihat Gambar 3). adalah :

0 i.d l  r
dB  ………………………………………….(7)
4 r 2

 0 adalah tetapan permeabilitas ruang hampa dan r adalah vektor satuan pada arah r .

b
i.d l 
r
 P

i
a

Gambar 3. Kawat ab dialiri arus i

Arah medan induksi selalu tegak lurus ( id l ) dan tegak lurus r. Jika sudut antara elemen

id l dan r adalah  maka besar medan induksi adalah :

0 i.d l.sin
dB  …………………………(8)
4 r2
Untuk menghitung B pada seluruh panjang kawat, maka besar induksinya :

 i.d l  r
dB  0  ……………………(9)
4 C r 2
Bila menggunakan sistem koordinat dengan titik asal 0 di tempat lain, maka:

0 i.d l  ( r  r ' ')


dB 
4 r  r'
2

 0 i.d l.sin
atau dB  …………………………(10)
4 r  r ' 2

Berikut ini akan diuraikan beberapa contoh penggunaan hokum Biot-Savart untuk

menghitung induksi magnet B yang dihasilkan oleh beberapa kawat berarus dengan
bentuk geometri tertentu.
VI.6 Medan Magnet oleh Kawat Lurus Berarus
Andaikan suatu kawat lurus panjang , dialiri arus listrik i di dalamnya. Maka

dapat ditentukan rapat fluks B pada titik P yang berjarak a dari kawat.

Medan di titik P oleh elemen i.d l mempunyai besar :

 0 i.d l. sin(180   )
dB  .................................(11)
4 r2

karena di titik P oleh elemen i.d l dan r adalah (1800-  ). Akan tetapi

( 180 0   )  sin  . Maka persamaan (11) dapat ditulis :

 0 i.d l. sin 
dB  .................................(12)
4 r2
Besar rapat fluks B oleh seluruh kawat adalah :

0 i.d l sin 
B   dB   .................................(13)
4 kawat r2

r.d
dl  dan sin   cos  , sehingga persamaan (12) menjadi
cos 
 0 i(rd ). cos   0 i.d
dB   ................................(14)
4 (cos  )r 2 4 r
a
selanjutnya, r  sehingga persamaan (14) menjadi :
cos 
0 i
dB  (cos  .d ) ........................................(15)
4 a
Untuk melakukan integral pada persamaan (15) guna memperoleh rapat fluks B oleh
kawat,kita ganti variabel integrasi. Perhatikan bahwa   90 0   , sehingga d  d
dan cos   sin  . Dari persamaan (15) diperoleh

 0i 
B   dB 
4a 
( sin  )d

0 i  i
cos    0 (cos   cos  ) ........... .....................(16)
4 a 4 a

Bila panjang kawat tak hingga,   180 0 dan  0 0 sehingga persamaan (16) menjadi
0 i  i
B (cos 0 0  cos 180 0 )  0 ................................(17)
4 a 2 a
Contoh 3 :
P● Dari data –data pada gambar, hitunglah :
8 cm a. Besar induksi magnet di titik P

6 cm b. Besar dan arah induksi magnet di titik Q


5 cm 5 cm

i1 = 2A Q i2 = 6A

Penyelesaian :
 0 i1 (2) 2
a. B1   (2  10 7 )   10 5 T
2 r1 6  10 2
3

 0 i2 6 3
B2   (2  10 7 )   10 5 T
2 r2 8  10 2
2

dan B1  B2

B p  B12  B22  ( 23  10 5 ) 2  ( 32  10 5 ) 2  1,64  10 5 T

 0 i1 (2) 4
b. B1   (2  10 7 )   10 5 T
2 r1 5  10 2
5

 0 i2 (6) 12
B2   (2  10 7 )   10 5 T
2 r2 5  10 2
5

dan B1 searahB2
4 12
BQ  B1  B2   10 5 T   10 5 T  3,2  10 5 T
5 5
VI.7 Hukum Ampere

Dengan hukum Biot-Savart kita dapat menghitung induksi magnet B yang dihasilkan
oleh arus listrik. Perhitungan dengan hokum ini seringkali sulit dilakukan. Untuk

bentuk-bentuk tertentu induksi magnet B dapat lebih mudah dihitung dengan


menggunakan hukum lain, yaitu hukum Ampere. Misalkan suatu lengkungan tertutup C
yang mengelilingi suatu kawat berarus i. Hukum Ampere menyatakan bahwa dalam
vakum, integral garis

 B  dl   i
C
0 …………………………(18)

Hukum Ampere mengingatkan kita pada hukum Gauss dalam membahas medan listrik ,

Hukum Ampere mempermudah perhitungan medan B untuk bentuk arus tertentu,


seperti pada kumparan berbentuk toroida.
Contoh 4
Sebuah kawat lurus panjang berjari-jari a dilalui arus total i0 yang terdistribusi secara
merata pada penampang kawat. Tentukan induksi magnet pada titik-titik yang berjarak
r dari sumbu kawat, baik di dalam kawat (r < a) maupun di luar kawat (r > a).
Penyelesaian:
Rapat arus dalam kawat :
i i
J  02
A a
Mengikuti simetri distribusi arus dalam kawat, buatlah “lintasan Ampere” yang berupa
lingkaran berjari-jari r dengan pusat pada sumbu kawat. Melihat simerti persoalan yang
dibahas, B sepanjang lintasan tersebut konstan.
Untuk r  a :

 B  dl   i
0 in B dl  0  j.dA

i0
B(2 )  0 (r 2 )
a 2

 0i0 r
B (untuk r  a )
2a 2
Untuk r > a :

 B  dl   i
0 in

B  dl  0i0

B(2 r )  0i0
 0 i0
B (untuk r > a)
2r

Contoh 5 :
Toroida adalah kumparan kawat berarus berbentuk selubung dengan bangun geometri
seperti kue donat dimana lilitan berbentuk lingkaran yang terletak pada bidang tegak
lurus garis tengah (sumbu) toroida. Tentukan induksi magnet yang dihasilkan oleh
toroida dengan jumlah lilitan N, dialiri arus, jari-jari dalam Rd dan jari-jari luar Rl.
Penyelesaian :
Dengan pengertian toroida di atas, maka dapat dianggap arah induksi magnet di dalam
toroida merupakan arah garis singgung lingkaran-lingkaran yang konsentris dengan
lingkaran sumbu toroida.
 
a. Untuk r < Rd berlaku   dl  0iin maka B dl  0  B  0
B

b. Untuk Rd < r < Rl


  0 N .i
 B  dl  0iin maka B  dl  0 N .i maka B.2r  0 N .i  B 
2r
c. Untuk r > Rl
 
  dl  0iin
B maka B  dl  0  B  0

VI.8 Sifat Magnet Bahan


Sifat magnet bahan disebabkan oleh elektron dalam atom. Gerak orbital elektron
mengelilingi inti atom memberikan sifat diamagnetik. Jadi semua bahan mempunyai
sifat diamagnetik karena mempunyai elektron orbital.
Induksi magnet dalam bahan akan menghasilkan momen dipol magnetik. Momen
magnet persatuan volum disebut magnetisasi M. Pada bahan magnetik sering digunakan
intensitas magnetik dengan simbol H. hubungan antara induksi magnetik B dengan
insentitas magnetik H adalah :
B = μ H …………………………………(19)
Dengan μ adalah permeabilitas bahan yakni
μ = μ0 Km = μ0 (1 + Xm)
Hubungan antara magnetisasi dengan intensitas magnet adalah :
M = Xm H …………………………………(20)
Permeabilitas relatif : Km = μ / μ0 = 1 + Xm
Dengan Xm disebut sebagai suseptibilitas magnetik. Harga suseptibilitas magnetik inilah
yang menentukan apakah bahan bersifat diamagnetik, paramagnetik, atau feromagnetik.
Telah berhasil ditemukan bahwa dipol magnet dilukiskan sebagai batang magnet
berkutub dua yaitu kutub utara dan kutub selatan. Akan tetapi monopol magnet yaitu
hanya ada satu kutub saja, apakah itu hanya kutub utara atau kutub selatan saja, belum
berhasil ditemukan. Kenyataan tidak adanya monopol magnet berarti garis induksi
magnet tidak mempunyai ujung. Dengan demikian jika diambil garis induksi total yang
keluar dari satu permukaan tertutup akan selalu sama dengan nol. Hal ini dinyatakan
dengan hukum Gauss yaitu :
 
  dA  0
B
Contoh 6 :
Suatu toroida dengan 300 lilitan/m dialiri arus 5 A. jika ruang di dalam kumparan
toroida diisi dengan besi yang mempunyai permeabilitas magnetik sebesar 5000 μ 0,
hitunglah : H, B, M di dalam besi tersebut.
Penyelesaian :
Bila di dalam kumparan tidak terdapat besi, maka induksi magnet B di dalam kumparan
adalah B = μ0 n i. Dengan adanya besi, permeabilitas (μ0) berubah menjadi μ, sehingga
B = μ n I = (500) (4π x 10-7) (300) (5) = 9,43 T
Dari hasil tersebut terlihat bahwa dengan adanya besi dengan μ = 5000 μ0, B menjadi
5000 kali semula.
B
H=  n.i  1500. A / m

B  
M=  H    1.H = 5000.H = 5000 x 1500 A/m = 7,5 x 106 A/m.
0  0 

Soal-soal Latihan
1. Sebuah elektron (m = 9,1 x 10-31 kg), q = -1,6 x 10-19 C ) bergerak dalam medan
magnet serba sama dengan laju tetap v = 107 m/s melintasi setengah lingkaran
dengan jari-jari 10 cm dari A ke B.
a. Tentukanlah besar dan arah rapat fluks magnet
b. Hitunglah waktu yang diperlukan elektron untuk menempuh lintasan setengah
lingkaran tersebut.

Kunci : a. B = -1,14 x 10-3 iT. B. tAB = 1,57 x 10-8 s
2. Rangka kawat berbentuk 4 persegi panjang dialiri arus i. Dari data-data pada
gambar, tentukanlah :
a. Besar dan arah gaya yang bekerja pada kawat ab dan bc.
b. Besar dan arah momen gaya yang bekerja pada rangka kawat tersebut, Dengan :

ab = cd = 8 cm, bc = da = 6 cm, I = 10 A, θ =300, B = 0,2 iT, B = Homogen.
Y
 
b Kunci : a. Fab  0,16.kˆ.T , Fab  0,06. ˆj.T


i c b.  abcd  18,3x103 ˆjN .m.

a θ X

Z d
3. Sebuah mesin siklotron mempunyai frekuensi 10 MHz dengan jejari perputaran 1 m,

mempercepat deutron dengan massa 3,4 x 10-27 kg dalam medan magnet B . Deutron
adalah inti zarrah yang terdiri atas 1 proton dan 1 neutron dengan qproton = 1,6 x 10-19
C. Hitunglah :
a. Gaya sentripetal yang memutar deutron
b. Kuat medan magnet yang mempercepat deutron
c. Energi kinetik deuteron

4. Suatu loop kawat berbentuk lingkaran dengan jari-jari 10 cm dialiri arus sebesar 1 A.
Tentukan rapat fluks pada titik yang berjarak 1 m dari pusat lingkaran tegak lurus
dengan loop.
5.Suatu toroida dengan 500 lilitan/m dialiri arus 5 A. Jika ruang di dalam kumparan
toroida diisi dengan besi dengan permeabilitas magnetik sebesar 5000 μ0, tentukan
H, B, M di dalam besi tersebut.

Anda mungkin juga menyukai