Anda di halaman 1dari 19

MODEL PENYELESAIAN PERKARA PIDANA

KECELAKAAN LALU LINTAS

Hambali Yusuf
Fakultas Hukum Universitas Muhammadiyah Palembang
E-mail: hambaliyusuf@ymail.com

Abstrak

Peradilan progresif adalah sebuah model penyelesaian perkara pidana


yang berbasis hukum yang berkeadilan.Permasalahan yang hendak
dibahas adalah Model menyelesaikan apa yang tepat dalam perkara
pidana lalu lintas yang sesuai dengan rasa kedilan dalam masyarakat
Indonesia. Pada perkembangan nya, pelaku tindak pidana lalu
lintas jalan ini banyak yang memberikan santunan kepada
korbannya sebagai bentuk perdamaian.Model penyelesaian perkara
pidana kelalai lalu lintas, polisi masih melakukan penegakan hukum
dengan pendekatan hukum positif, namun demikian masyarakat sudah
ada kesadaran utuk menyelsaikan perkara ini dengan peyelesaian diluar
peradilan pidana dengan melakukan perdamaian yaitu memberikan
santunan kepada korban, dalam bentuk menanggung segala biaya
pengobatan bagi korban luka-luka dan biaya kematian bagi korban yang
mati.
Kata kunci: model, penyelesaian perkara pidana, lalu lintas

Pendahuluan yang menangani perkaranya.


Kerisis keadilan dalam Seterusnya tidak puas dengan
penyelenggaran peradilan di putusan hakim banding dapat
Indonesia khususnya dalam melakukan perlawan kasasi,
penyelasaian perkara pidana sampaila pada upaya hukum
menimbulkan banyak reaksi. Reaksi Peninjauan Ulang (PK) atau
itu berbagai macam bentuknya, herzining. Tidak puas dengan PK
ada yang secara hukum dibenarkan pertama dapat meminta PK kedua.
misalnya melakukan perlawanan Tanpa adanya pembatasan perkara
meminta banding bagi pelaku yang dapat diajukan PK menumpuk
pidana yang tidak puas dengan sisa perkara setiap tahunnya.
putusan hakim tingkat pertama Penomena ini dapat dipahami

1
bahwa pencari keadilan merasa berkembang sebagai hukum adat1
1
tidak puas dengan model .
penegakan hukum. Ketidak puas Berdasarkan penelitian yang
lainnya dapat berupa protes dalam dilakukan oleh berbagai kalangan
bentuk unjuk rasa, pengrusakan akademisi terhadap penyelesaian
kantor pengadilan, teror terhadap konflik dalam masyarakat di
hakim, dsb. Indonesia, pada dasarnya budaya
Peradilan progresif adalah untuk penyelesaian secara
sebuah model penyelesaian musyawarah atau konsiliasi
perkara pidana yang berbasis merupakan nilai yang banyak
hukum yang berkeadilan. Hukum dianut oleh masyarakat di
yang hidup dalam masyarakat Indonesia. Berbagai suku bangsa di
sejatinya hukum yang terpelihara Indonesia mempunyai budaya
seperti hukum adat adalah hukum penyelesaian konflik secara
yang progresif. Penyelesaian kasus- damai, misalnya masyarakat Jawa,
kasus yang tidak merugikan negera Lampung, Bali, Sumatra Selatan,
dan tidak mengganggu ketertiban Lombok, Papua, Sulawesi Barat,
umum seperti kecelakaan lalu dan masyarakat Sulawesi Selatan2.
lintas yang menyebabkan korban Tindak pidana kecelakaan
jiwa ataupun harta benda akan lalu lintas diatur dalam undang-
lebih baik dan solutif bagi undang no.UU No. 22 Tahun 2009
perlindungan korban dan pelaku tentang Lalu Lintas dan Angkutan
jika diterapkan penyelesaian Jalan. Hal ini berarti model
model peradilan alternatif. penyelesaiannya menggunanakan
Masyarakat indonesia sudah hukum positif dengan penyelesaian
terbiasa menyelesaikan konplik peradilan pidana bukan
hukum dengan penyelesaian hukum
adat yaitu dengan musyawarah.
1
Penyelesaian konflik secara Trisno Raharjo, “Mediasi Pidana
dalam Ketentuan Hukum Pidana Adat”,
musyawarah untuk secepat jurnal Hukum, no.3 vol 17, juli 210, hlm.
492
mungkin diadakan perdamaian 2
Ibid.

2
penyelesaian dengan cara damai di peradilan pidana oleh penegak
luar peradialan. hukum. Polisi melakukan
Tingginya angka kecelakaan penyidikan dan seterusnya
lalu lintas yang bannyak menelan dilakukan penuntutan dan
korban jiwa yang paling banyak pengadilan, sementara penyelesai
terjadi yang disebabkan oleh yang telah dilakukan oleh pihak-
kecelakaan lalu lintas perlu pihak terkait dianggap bukan
penyelesain secara arif dan bijak penyelesaian oleh sistem hukum
sana. Tindak pidana kecelakaan positif dalam KUHP. Permasalahan
lalulintas adalah jenis tindak dalam penelitian ini adalah
pidana kealpaan, bukan bagaimana model menyelesaikan
kesengajaan. Ia bukan kejahatan apa yang tepat dalam perkara
tetapi tindak pidana pelanggaran. pidana lalu lintas yang sesuai
Model penegakan hukum dengan rasa kedilan dalam
dengan menggunakan sistem masyarakat Indonesia.
peradilan pidana menggunakan
pendekan penyelesaian perkara. Pembahasan
Yang seharusnya model Paham Hukum Positivis
pendekatan penyelesaian konplik Model penyelesaian menurut
hukum antara pelaku dengan hukum positif dipengaruhi oleh
korban, negara dan masyarakat. falsafah barat, yaitu cara pandang
Pendekatan penyelesaian perkara libral, individual, kapital, dan
terikat pada ketentuan hukum skuler. KUHP adalah salah satu
formal keacaraan. Penyelesaian produk pemikiran barat yang masih
konplik hukum melakuan berlaku sebagai hukum positif
pendekatan negosiasi antara Indonesia. Positivisme adalah
pelaku dengan korban, negara dan aliran filsafat ilmu yang lahir sejak
masyarakat. abad ke 20 sebagai refleksi dari
Permasalahan yang muncul perkembangan ilmu alam dan
dalam penyelesaian perkara pidana dampaknya terhadap kehidupan
lalu lintas adalah dilakukannya manusia, perubahan sosial yang

3
fundamental dan meluas begitu membedakan dengan nilai-nilai
3
cepat. berasal dari Tuhan dan moral yang
Positivisme hukum atau abstrak dan tidak nyata.
disebut juga Mazhab Formalistik, Sebagai pemahaman
mencoba menjawab masalah- (verstehen), positivisme hukum
masalah hukum melalui sistem- atau aliran hukum positif ini pada
sistem norma, aturan-aturan, bagi dasarnya sangat memandang perlu
aliran ini alam berpikir hukum untuk memisahkan secara tegas
adalah berfikir normatif bahkan antara hukum dan moral atau
cenderung legisme.4 antara hukum yang berlaku
Apa yang dimaksud dengan (dassain) dengan hukum yang
aliran positivisme ?. Positivisme seharusnya (dassolen). Hukum yang
disini jangan diartikan sebagai seharusnya adalah hukum yang
lawan negatif. Positivisme dibentuk oleh pemegang
maksudnya poenere yang artinya kekuasaan yang berupa aturan
ditetapkan.5 Kata positivisme tertulis.
digunakan untuk menggambarkan Dalam kacamata aliran
suatu maksud dari sebuah hukum positif analitis, tiada hukum
pemikiran yang menyatakan bahwa lain kecuali perintah penguasa
hukum adalah suatu yang pasti, atau inti aliran hukum positif ini
tegas dan nyata, yang jelas adalah menyatakan bahwa norma
hukum adalah sah apabila ia
3
.Bernard Arief Sidartha, 2000, ditetapkan oleh lembaga atau
Refleksi Tentang Struktur Ilmu Hukum:
sebuah penelitian tentang fundasi otoritas yang berwenang dan
kefilasafatan dan sifat keilmuan Hukum
sbagai Lnadasan Pengembangan Ilmu didasarkan pada aturan yang lebih
Hukum nasional Indonesia:Jakarta.
Mandar Maju, hlm.84 tinggi, bukan digantungkan pada
4
. HR.Otje Salman, 2009. Filsafat
Hukum (perkembangan dan Dinamika
nilai moral. Norma hukum yang
Masalah): Bandung Reflika Aditama, hlm ditetapkan itu tidak lain adalah
37
5
Muhammad Erwin, Amrullah undang-undang. Undang-undang
Arpan: 2007. Filsafat Hukum: Renungan
untuk Mencerahkan Kehidupan Manusia di adalah sumber hukum, di luar
bawah Sinar Keadilan. Bukit Besar
Palembang.Penerbit Unsri, hlm. 23 undang-undang bukan hukum.

4
Teori hukum positif mengakui dalam masyarakat diatur dalam
adanya norma hukum yang hukum tertulis. Pandangan yang
bertentang dengan nilai moral, mengagungkan hukum tertulis pada
tetapi hal itu tidak mengurai positivisme hukum ini pada
keabsahan norma hukum tersebut. hakekatnya merupakan perhargaan
Bagi kaum positivisme, tak berlebihan terhadap kekuasaan
ada hukum selain hukum positif, yang menciptakan hukum tertulis
yaitu hukum yang didasarkan pada itu, sehingga kekuasaan ini adalah
otoritas yang berdaulat. Bagi kaum sumber hukum dan kekuasaan
positivisme, hukum positif berbeda adalah hukum.
jika dibandingkan dengan asas-asas Menurt W. Friedmann,
lain yang didasarkan pada secara umum, tesis-tesis pokok
moralitas, religi, kebiasaan dari aliran positivisme ini dapat
masyarakat. Secara mendasarnya dirumuskan sebagai berikut:
perbedaan antara hukum alam dan 1. Hanya ilmu yang dapat
hukum positif apabila dilihat dari memberikan pengetahuan yang
ladasannya dapat dibedakan sah,
seperti gambar berikut ini: 2. Hanya fakta yang dapat

Aliran hukum alam


menjadikan objek
pengetahuan;
Keabsahan norm hukum
3. Metode filasafat tidak berbeda
tergantung nilai moral

landasan dari metode ilmu


norma hukum Norma hk adalah sah apabila
ditetapkan oleh otoritas yg
4. Tugas filsafat adalah
berwng
menemukan asas umum yang

Aliran hukum positif


berlaku bagi semua ilmu dan
menggunakan asas-asas ini
Aliran positivisme ini sangat
sebagai pedoman bagi perilaku
mengagungkan hukum tertulis
manusia dan menjadi landasan
sehingga aliran ini beranggapan
bagi organisasi sosial;
tidak ada norma hukum diluar
5. Semua interpretasi tenatng
hukumpositif, senua persoalan
dunia harus didasarkan

5
semata-mata atas pengalaman lebih rendah. Ridwan Syahrani
(empirik-verifikatif); dalam Muhammad Erwim Sumber
6. Bertitik tolak pada ilmu-ilmu hukum itu adalah pembuatnya
alam; langsung, yang berdaulat atau
7. Berusaha memperoleh sautu badan perundang-undangan yang
pandangan tunggal tentang tinggi, dan semua hukum dialirkan
dunia fenomena, baik dunia dari sumber yang sama itu. Hukum
fisik maupun dunia manusia, yang bersumber dari situ harus
melalui aplikasi metode- ditaati tanpa syarat, sekalipun
metode dan perluasan terang dirasakan tidak
7
jangkawan hasil-hasil ilmu adil. Sumbangan terbesar dari
alam. Austin terhadap teori hukum
Dalam bidang hukum, aliran adalah satu-satunya pendapat
positivisme ini memunculkan teori mengenai perintah dari penguasa,
positivisme hukum (legal untuk mencapai keadilan dalam
positivisme) yang meliputi definisi hukum.8Jonh Austin dalam
analyticallegal positivisme, Muhammad Erwin.:
Kelsen’s Pure Theory, of Law dan “ the matter of
jurisprudence is positive
analytcal jurisprudence.6
law: law, simply and
stricklyso called: or law
set by political supriors
Aliran Hukum Positif Analitis
to political inferiors...a
Toko aliran hukum positif law, in the most general
and comprehensive
analitis yang terutama adalah Jonh
acception in which the
Austin, seorang ahli hukum Inggris, term in its literal
meaning, is employed,
menyatakan bahwa satu-satunya
may be said to be a rule
sumber hukum adalah kekuasaan laid down for the
guidence of an intelligen
yang tertinggi dalam suatu negara.
being having power of
Sedangkan sumber-sumber lain him....
hanyalah sebagai sumber yang

7
ibid
6 8
. Ibid. Hlm 25 Ibid. Hlm 25

6
Pernyataan di atas oleh manusia untuk manusia, yang
menunjukkan pemahaman John dapat dibagai lagi:
Austine tentang hukum, yaitu 1. Hukum positif, yaitu hukum
suatu yang jelas dan tegas yang dibentuk oleh manusia
keberadaannya, yang merupakan dengan political superior yang
suatu produk dari kekuatan politik ada padanya, contohnya
yang lebih kuat untuk suatu peraturan perudang-undangan
kekeuatan politik yang lebih 2. Bukan hukum positif, yaitu
lemah. Selanjutnya hukum dalam hukum yang dibentuk oleh
pengertiannya, adalah juga aturan manusia dengan tidak adanya
yang diberlakukan untuk memberi political superior padanya,
arahan (guidence) bagi manusia contohnya perintah majikan
(intelligen being) yang pada buruh.
mempunyai kekuasaan (having Kategori yang kedua dari
power over him). hukum yang pada bagian atas
Jonh Austin kemudian membagi disebut dengan Laws improperly so
dua kategori dari hukum yaitu: called, dicontohkan olehnya
1. Laws properly so called, dan dengan menganologikan hukum
2. Laws improperly so called. dengan suatu aturan-aturan
Lili Rasyadi kebiasaan yang tidak tertulis pada
menterjemahkan kedua kategori situasi atau lingkungan tertentu,
hukum di atas dengan istilah seperti Laws of fashion, dan laws
masing-masing, adalah hukum of honours9.
dalam arti yang sebenarnya dan Menurut Jonh Austin, hukum
hukum dalamarti yang tidak tidak lain adalah perintah yang
sebenarnya. bersumber dari otoritas yang
Hukum yang dibuat oleh berdaulat di dalam masyarakat.
Tuhan, dapat disebut juga dengan Suatu perintah yang merupakan
Hukum Alam atau hukum Almiah, ungkapan dari keinginan yang
dan kemudian hukum yang dibuat
9
Ibid, hlm. 27

7
diarahkan oleh otoritas yang strickly so called, is set by a
sovereign person , or
berdaulat, yang mengharuskan
sovereing body of persons,
orang atau orang-orang untuk to a members. Of the
independent political
berbuat atau tidak berbuat sesuatu
society wherein that person
hal. Perintah itu bersandar karena or body is sovereign or
supreme. Or it is set by
adanya ancaman keburukan, yang
monarch, or sovereign
akan dipaksakan berlakunya jika member, to a person or
persons in a state of state
perintah itu tidak ditaati.
of subjection to its
Keburukan yang mengancam author.10
Jadi, menurut John Austin,
mereka yang tidak taat adalah
pemberi perintah
berwujud sanksi yag berada di
(commander)atau pembentuk
belakang perintah itu. Jadi hukum
hukum tersebut dapat digolongkan
dipisahkan secara tegas dari
sebagai orang maupun suatu badan
keadilan dan hukum tidak
atau institusi dengan kedaulatan
didasarkan atas cita yang baik dan
dimilikinya dari suatu masyarakat
buruk melainkan atas kekuasaan
politik yang bebas.
dari penguasa yang lebih tiggi.
Pada akhirnya Lili Rasyadi
Sejak dikatakan bahwa
merumuskan inti dari ajaran
hukum adalah suatu perintah maka
positivisme hukum yang analitis
otomatis harus ada subjek yang
dari John Austin itu sebagai
memerintahkannya (commander).
berikut11:
Subyek pemerintah tersebut
tenteng mempunyai kekuatan atau 1. Ajarannya tidak berkaitan
kekuasaan yang ada padanya untuk dengan soal atau penilaian baik
mengeluarkan perintah tersebut. dan buruk, sebab penilaian itu
Inilah yang dsebut dengan berada di luar hukum;
kedaulatan (soevereign). Lebih 2. Walau diakui adanya hukum
jelas, John Austin mengatakan moral yang berpengaruh
bahwa: terhadapa masyarakat namun
“every positive law,
10
or every law simply and 11
Ibid, hal. 27
. Ibid hlm. 29

8
secara yuridis tidak penting Tatanan hukum yang
bagi hukum. Austin memisahkan beroperasi dalam suatu masyarakat
secara tegas antara moral di pada dasarnya merupakan
satu pihak dan hukum di lain pengejawantahan cita-hukum yang
pihak; dianut dalam masyarakat yang
3. Pandangannya bertolak bersangkutan ke dalam berbagai
belakang dengan,baik penganut perangkat aturan hukum positif,
hukum alam maupun mazhab lembaga hukum dan proses (prilaku
sejarah; birokrasi pemerintahan dan warga
4. Hakekat dari hukum adalah masyarakat). Yang dimaksud
perintah. Semua hukum positif dengan cita hukum adalah
adalah perintah dari yang gagasan, karca, cipta dan pikiran
berkuasa; berkenaan dengan hukum atau
5. Kedaulatan adalah merupakan persepsi tentang makna hukum
hal di luar hukum yaitu berada yang dalam intinya terdiri atas tiga
pada dunia politik atau unsur: keadilan, kehasil gunaan
sosiologi karenanya tidak perlu dan kepastian hukum. Cita hukum
dipersoalkan sebab dianggap itu terbentuk dalam pikiran dan
sebagai suatu yang telah ada sanubari manusia sebagai produk
dalam kenyataan; berpadunya pandangan hidup,
6. Ajaran Austin kurang/tidak keyakinan keagamaan dan
memberikan tempat bagi kenyataan kemasyarakatan yang
hukum yang hidup dalam diproyeksikan pada proses
masyarakat . pengkaidahan perilaku warga
masyarakat yang mewujudkan tiga
Cita Hukum Pancasila.12
unsur cita hukum tersebut tadi.
Dalam dinamikan kehidupan

12 kemasyarakatan, cita hukum itu


. Bernard Arief Sidharta. 2013.
Ilmu Hukum Indonesia : upaya akan mempengaruhi dan berfungsi
Pengembangan Ilmu Hukum Sistematik
yang Responsif Terhadap Perubahan sebagai asas umum yang
Masyarakat. Genta Publishing.
Yogyakarta.hlm.96 mempedomani, norma kritik

9
(kaidah evaluasi)dan faktor yang kefilsafatan dalam menata
memotivasi dalam kerangka dan strukur dasar
penyelenggaraan hukum organisasi negara sebagaimana
(pembentukan, penemuan dan dirumuskan dalam Undang Undang
penerapan hukum) dan perilaku Dasar 1945. Pancasila adalah
hukum. Dirumuskan dan pandangan hidup bangsa Indonesia
dipahaminya cita-hukum akan yang mengungkapkan pandangan
memudahkan penjabarannya ke bangsa Indonesia tentangan antara
dalam berbagai perangkat aturan manusia dan Tuhan, manusia dan
kewenangan dan aturan perilaku, sesama manusia, serta manusia
dan memudahkan terjaganya dan alam semesta, yang berintikan
konsistensi dalam penyelenggaraan keyakinan tentang tempat manusia
hukum. Dengan demikian, individual di dalam masyarat dan
seyogianya tata hukum itu alamsemesta. Dalam dinamika
merupakan sebuah eksemplar kehidupan, pandangan hidup yang
ramifikasi cita-hukum ke dalam dianut akan memberikan koherensi
berbagai asas dan kaidah hukum dan direksi (arahan) pada pikiran
yang tertata (tersusun) dalam dan tindakan. Cita hukum
sebuah sistem. Sejalan dengan itu, Pancasila yang berakar dalam
Ilmu Hukum yang mempelajari pandangan hidup Pancasila dengan
tatanan hukum sebagai sarana sendirinya akan mencerminkan
intelektual untuk memahami dan tujuan menegara dan nilai-
menyelenggarakan tatanan hukum nilaidasar yang tercantum dalam
tersebut, dalam pengembanannya Pembukaan, Batang Tubuh serta
seyogianya pula bertumpu dan Penjelasan Undang Undang Dasar
mengacu pada cita-hukum itu. 1945.
Cita-hukum bangsa Pandangan hidup Pancasila
Indonesia berakar dalam Pancasila bertolak dari keyakinan bahwa
yang oleh para Bapak Pendiri alam semesta dengan segala
Negara Republik Indonesia isinya, termasuk manusia, yang
ditetapkan sebagai landasan sebagian suatu keseluruhan

10
terjalin secara harmonis, didahulukan dari masyarakat.
diciptakan oleh Tuhan. Kehadiran Sebab, terbawa oleh kodrat
manusia di dunia dikodratkan kebersamaan dengan sesamanya
dalam kebersamaan dengan itu, tiap manusia individual hanya
sesamanya, namun tiap manusia dapat mewujudkan
mempunyai keperibadian yang unik kemanusiaannya di dalam
yang membedakan yang satu dari masyarakat , dalam kebersmaan
yang lainnya. Keseluruhan peribadi dengan sesama manusia. Jadi,
manusia dengan keunikannya dalam kehadiran dan
masing-masing mewujudkan kehidupannya, manusia iu tidak
kesatuan , kemanusiaan. Jadi, lepas dari ketergantungan pada
“Kesatuan dalam Perbedaan”. kebersmaan dengan sesamanya
Sebaliknya dalam kebersamaan dalam masyarakat. Kebahagiaan
(kesatuan) itu tiap manusia dan upaya untuk mewujudkannya
individual warga negara itu tidak terisolasi dari kebahagiaan
memperlihatkan kodrat masyarakat sebagai keseluruhan.
keperibadian yang unik, yang Selain itu, manusia juga tidak
berarti terdapatnya perbedaan di lepas dari ketergantungan pada
dalam kesatuan kemanusiaan. lingkungan alam dan Tuhan.
Jadi, “Perbedaan dalam Kebersmaan dengan sesamanya
Kesatuan”. Kodrat keperibadian serta ketergantungan pada alam
ini tidak dapat disangkal tanpa dan Tuhan adalh struktur dasr yang
meniadakan kodrat hakiki dri keberadaan manusia.
kmanusiaannya. Tiap manusia dan Sruktur dasar kebersamaan dengan
masyarakat harus mengakui, sesamanya dan keterikatan pada
menerima, memelihara dan alam dan Tuhan ini dirumuskan
melindungi, keperibadian tiap dalam bentu sila-sala dari
manusia warga masyarakat. Namun Pancasila.
hal itu tidak berarti bahwa Pandangan hidup Pancasila
kepentingan tiap manusia dirumuskan dalam kestuan lima
individual secara bersendiri harus sila yang msing-masing

11
mengungkapkan nilai fundamental atau diwujudkan. Sebagai sistem
dansekaligus menjadi lima asas nilai, Pancasila merupakan “base
operasional dalam menjalani values” dan sekaligus juga
kehidupan, termasuk dalam merupakan “goal values”.
penyelenggaraan kegiatan Keseluruhan nilai-nilai dalam
menegara dan pengembanan sistem nilai Pancasila itu
hukum praktis. Kestuan lima nilai dipersatukan oleh asas “Kesatuan
fundamental itu bersama-sama dalam Perbedaan” dan “Perbedaan
dengan berbagai nilai yag dalam Kesatuan” yang menjiwai
dijabarkan atau diderivasi struktur dasar keberadaan manusia
berdasarkannya, mewujudkan dalam kebersmaan itu. Asas yang
sebuah sistem nilai, dan mempersatukan itu dalam lambang
dielaborasi (diejawantahkan) ke negara Republik Indonesia
dalam berbagai asas hukum dan dirumuskan dalam ungkapan
kaidah hukum yang keseluruhannya “Bhenneka Tugal Ika” (yang
mewujudkan sebuah sistem hukum beragam itu satu). Jadi , Benneka
(tata-hukum). Tiap kaidah hukum Tunggal Ika mengungkapkan titik
mencerminkan atau dijiwai sebuah tolak cara pandang bangsa
nilai, dan tata-hukum Indonesia tentang temapat
mencerminkan atau bermuatan manusia individual di dalam
sistem nilai. Berkaitan dengan masyarakat dan dalam alam
sistem nilai ini , Mochtar semestademikian kata Soediman
Kesumaatmadja mengemukakan, Kartohadiprodjo dalam Bernard
13
bahwa dalam esensinya, sistem ilai Arief Sidharta . Dalam ungkapan
itu dapat dibedakan ke dalam tersbut terkandung pengakuan
nilai-dasar (base values)sebagai serta penghormatan terhadap
landasan dan acuan untuk martabat manusia individual,
mencapai atau memperjuangkan kekhasan kelompok-kelompok etnis
sesuatu, dan nilai tujuan (goal- kedaerahan yang adan dan
values)sebagai sesuatu yang harus
dan layak untuk diperjuangkan 13
. ibid hlm. 99

12
keyakinan keagamaan dalam mencakup alam semesta dengan
keastuan berbangsa dan segala isinya, termasuk sesama
bernegara. manusia dan kulturnya yang
Dalam kerangka pandangan dialaminya. Struktur keberadaan
tentang cara keberadaan manusia yang demikian itu menyebabkan
yang dikemukakan tadi, maka dengan sendirinya kehidupan
cita-cita hukum Pancasila manusia selalu menghadirkan
berintikan: hukum di dalamnya. Dengan kata
(a) Ketuhanan Yang Maha Esa; lain, keberadaan hukum itu
(b) Penghormatan atas martabat inheren dalam keberadaan
manusia manusia, karena struktur
(c) (Wawasan Kebangsaan dan keberadaaannya yang ada bersama
Wawasan Nusantara; dengan sesamanya di dunia, dan
(d) Persmaan dan kelayakan; manusia itu berakal budi, serta
(e) Keadilan Sosial; berhati nurani. Pemahaman akal
(f) Moral dan Budi Pekerti yang budi dan penghayatan hati nurani
Luhur; terhadap struktur dan kenyataan
(g) Partisipasi dan transparansi keberadaannya memunculkan
dalam proses pengambilan penghayatan tentang apa yang adil
putusan publik dan yang tidak adil (kesadaran
hukum). Pada hakikatnya, hukum
Konsepsi Hukum adalaha produk penilaian akal budi
Struktur keberadaan yang berakal dalam hati nurani
manusia (eksistensi) dalam manusia tentang keadilan
pandangan hidup Pancasila adalah berkenaan dengan perilaku
kebersamaan dengan sesamanya di manusia dan situasi kehidupan
dunia. Lingkungan hidup manusia manusia. Penghayatan tentang
atau dunia kehidupan konkret keadilan memunculkan penilaian
manusia (Lebenswelt), yakni dunia bahwa dalam situasi
yang di dalamnya manusia kemasyarakatan tertentu orang
menjalani kehidupannya, seyogyanya berperilaku dengan

13
cara tertentu, artinya seharusnya maka kesogyaan atau keharusan itu
melakukan atau tidak melakukan menjadi kaidah hukum, yang
perbuatan tertentu, karena hal bentuknya dapat tertulis atau
adil atau tidak memenuhi rasa tidak tertulis. Sebagai demikian,
keadilan. Penilaia demikian itu kaidah hukum menyandang
disebut penilaian hukum kekuatan berlaku obyektif
(rechtsoordeel). Penilaian hukum (mengikat umum) yang
ini terbentuk sebagai produk mengkaidahan perilaku orang.
proses pemaknaan akal-budi dan Karena situasi kemasyarakat itu
hati nurani tertutup hasil persepsi menjalani perkembagan, maka
manusia tentang situasi kaidah hukum (penilaian hukum)
kemasyarakatan tertentu dalam itu pada dasarnya merupaka
rangka pandangan hidup, merupakan produk sejarah yang
keyakinan keagamaan dan sekali terbentuk akan menjalani
keyakinan etis dengan berbagai kehidupan menyejarah dan
nilai yang dianut. Jika keseyogyaan menyandang sifat kemasyarakatan
ini atau keharusan di dalam dari masyarakat yang
kesadaran manusia mengalami bersangkutan.
transpormasi lewat proses dialetik Kaidah hukum menetapkan
interaksi sosial yang bahwa jika terjadi peristiwa atau
mengoyektifkannya menjadi situasi tertentu, maka
pedoman dalam menetapkan subyektertentu dalam hubungan
keharusan berprilaku dengan cara dengan subyek yang lain tertentu
tertentu di masa depan dan atau masyarakat sebagai
kepatuhannya tidak sepenuhnya keseluruhan harus berprilaku
diserahkan kepada keyakinan dan dengan cara tertentu, karena hal
kemauan suyektif orang itu adil dan langsung berkaitan
perorangan, melainkan dapat dengan terwujudnya ketertiban
dipaksakan oleh masyarakat (yang dalam masyarakat yang diperlukan
diwakilkan kepada kekuasaan tiap orang untuk dapat mejalani
publik) melalui prosedur tertentu, kehidupannya secara wajar sesuai

14
dengan martabat dan haratnya Undang-undang no. 22 tahun 2009
sebagai manusia, tanpa harus lalu lintas sebagai hukum yang
mengandalkan kekuatan. diterapkan dalam menyelesaikan
perkara tindak pidana kecelakaan
Model Penyelesaian Tindak
lalu lintas. Dalam Pasal 310 ayat 1-
Pidana Kecelakaan Lalu Lintas
4 penyelesaian tindak pidana
Menurut Hukum Positif
diselesaikan dengan proses hukum
Kecelakaan lalu lintas sering
yang ancamannya sangat ringan.
menyebabkan pengendara dan
Keadaan sperti ini sanagt
pengguna jalan mengalami luka
merugikan korban dan masyarakat.
ringan atau kematian.
Sebagaimana diatur dalam Pasal Paham hukum positif
310 Undang -Undang No. 22 bersifat individual, libral, dan
Tahun 2009 tentang Lalu Lintas material. Ukurannya adalah
dan Angkutan Jalan, Menekankan rasional. Aspek keadilan adalah
penyelesaian kasus pelanggaran rana rasa (perasaan) yang dibangun
lalu lintas melalui jalur hukum. dari nurani yang sangat dalam.
Namun dalam realitanya, ada Makanya keadilan tidak bisa
perdamaian terhadap semata dianalisis dengan cipta
pelanggaran lalu lintas di tingkat atau pikiran. Paham posotivisme
kepolisian, yang dilakukan oleh sangat bertolak belakang dengan
pelaku dengan memberikan paham hukum hukum alam. Hukum
sejumlah ganti kerugian materil alam atau dalam lain hukum
maupun immateril (santunan) kodrati, hukum Tuhan, atau
kepada korban. Penyel pesaian sunnatullah. Adalah hukum yang
dengan jalur perdamaian tidak sarat akan nilai-nilai moral, nilai-
diakui dalam hukum pidana nilai yang berasal dari Tuhan.
tetapi telah berkembang dan Hukum yang bermoral sangat
hidup di tengah masyarakat. memperhatikan nilai-nilai
Paham positivis bahwa tidak kemanusiaan, hukum yang
ada hukum di luar undang-undang. dibanguan dengan perinsip

15
kemanusiaan tidak saja hanya bertentangan dengan yang di
melindungi daader atau pelaku atasnya.
tetapi juga aspek keadilan korban, Penyelesaian perkara tindak
dan masyarakat juga perlu pidana kecelakaan lalu lintas yang
mendapat perlindungan yang menggunakan undang-undang no.
sama. 22 tahun 2009 tentang Lalu lintas
Penyelesaian tindak pidana dan Angkutan adalah mengikuti
kecelakaan lalu lintas standar pola pikir paham positivis jalan
penyelesaian nya mengacu pada pikiran paham positivis
Pasal 329 ayat 1-4. Pola sebagaimana yang telah kita
penyelesaiannya sangat formal, bicarakan di atas. Adalah
sederhana pendekatan normatif bertengan dengan pola berfikirnya
seharusnya yang berlaku. cita hukum Pancasila. Hukum
Kepentingan korban dan dalam cita hukum Pancasila sarat
masyarakat tidak dilindungi. akan nilai moral, nilai Ketuhanan.
Penyelesaian menurut hukum yang Yang dimaksud dengan cita hukum
seharusnya (dassolen) standar adalah gagasan, karsa, cipta dan
penguasalah yang diterapkan. pikiran berkenaan dengan hukum
Hukum (dalam hal ini Udang- atau persepsi tentang makna
undang No.22 tahun 2099 tentang hukum yang dalam intinya terdiri
Lalu lintas dan Angkutan Jalan) atas tiga unsur: keadilan, kehasil
sebagai hukum positif dalam gunaan dan kepastian hukum.
menyelesaikan perkara pidana Dalam paham positivis hukum
kecelakaan lalu lintas dapat berintikan ketertiban dan
dipaksakan keberlakuannya, secara kepastian.
yuridis formal keberlakuannya Dalam konsep hukum
telah sesuai dengan ketentuan masyarakat Indonesia istilah tindak
yang berlaku. Teori keberlakuan pidana (Barat KUHP Strafbarfeit)
hukum Hans Kelsen bahwa hukum tidak dikenal, yang dikenal adalah
berlaku sesuai struktur stupenbau telah terjadi ketidak” seimbangan”
yang lebih rendah tidak boleh dalam masyarakat, maka

16
diperlukan pemulihan, bukan vonis belah pihak, sama halnya
pidana atau hukuman pidana, seperti dalam kasus perdata.
tetapi pelaku dituntut bertanggung Perdamaian ini secara
jawab atas korban dan masyarakat yuridis formal tidak diakui
yang telah terganggu dalam peraturan perundang -
keseimbangannya. Jadi model undangan hukum pidana,
penyelesaian tindak pidana sehingga pelaksanaannya
kelalaian lalau lintas adalah dipandang liar dan illegal
bagaiana pelaku melindungi karena tidak mempunyai
korban. Polanya penyelesaian di landasan dalam hukum pidana
luar sistem peradilan pidana atau positif.
dikenal dengan penyelesian : Di era modern sekarang
Mekanisme Alternatif Penyelesaian ini, lalu lintas jalan dapat
Sengketa (Alternative Dispute menjadi masalah bagi manusia,
Resolution/ADR). Alternative karena semakin banyaknya
Dispute Resolution (ADR) yang manusia yang bergerak atau
dalam bahasa Indonesia berpindah -pindah dari satu
diterjemahkan dengan tempat ke tempat lain.
alternatif penyelesaian Besarnya masyarakat yang
sengketa merupakan lembaga menggunakan sarana
penyelesaian sengketa melalui transportasi angkutan jalan ini
prosedur yang disepakati para berakibat pada tingginya angka
pihak, yakni penyelesaian di luar kecelakaan lalu lintas. Kecelakaan
pengadilan dengan cara itu bisa terjadi karena faktor
konsultasi, negosiasi, mediasi. kesalahan manusia maupun
Perdamaian dalam hukum pidana karena buruknya sarana
artinya adalah penyelesaian kasus transportasi, baik pada sarana
kejahatan dilakukan di luar jalan maupun kendaraan
acara peradilan, yaitu dengan bermotor sebagai alat
cara perdamaian antara kedua transportasinya.

17
Pada perkembangan nya, Penutup
pelaku tindak pidana lalu lintas Model penyelesaian perkara
jalan ini banyak yang pidana kelalai lalu lintas, polisi
memberikan santunan kepada masih melakukan penegakan
korbannya sebagai bentuk hukum dengan pendekatan hukum
perdamaian. Santunan bagi positif, namun demikian
korban tindak pidana lalu lintas masyarakat sudah ada kesadaran
jalan pada saat ini seperti utuk menyelsaikan perkara ini
sudah menjadi kewajiban dengan peyelesaian diluar
dalam perdamaian, apalagi peradilan pidana dengan
jika pelaku tindak pidananya melakukan perdamaian yaitu
adalah orang yang memberikan santunan kepada
mempunyai kedudukan ekonomi korban, dalam bentuk menanggung
kuat atau mempunyai uang yang segala biaya pengobatan bagi
berlebih. Pada proses korban luka-luka dan biaya
persidangannya sendiri hakim kematian bagi korban yang mati.
akan selalu menanyakan kepada
pelaku tindak pidana lalu lintas
Daftar Pustaka
jalan, apakah sudah memberikan
Buku :
santunan kepada korban atau
Bernard Arief Sidharta. 2013. Ilmu
keluarganya. Hal ini disebabkan Hukum Indonesia : upaya
korban tindak pidana lalu Pengembangan Ilmu Hukum
Sistematik yang Responsif
lintas jalan umumnya Terhadap Perubahan
mengalami luka -luka atau luka Masyarakat. Genta
Publishing. Yogyakarta.
berat, sehingga harus dirawat di
------2000. Refleksi Tentang
rumah sakit yang memerlukan
Struktur Ilmu Hukum:
biaya, maupun yang sebuah penelitian tentang
fundasi kefilasafatan dan
meninggal dunia memerlukan sifat keilmuan Hukum
biaya pemakaman.14 sbagai Lnadasan

14
. Al Mahdi Mohd. Din Saifuddin Pidana Kecelakaan Lalu Lintas “, Jurnal
Bantasyam , “Perdamaian Dalam Tindak Ilmu Hukum, hlm.

18
Pengembangan Ilmu Hukum Banda Aceh Fakultas Hukum
nasional Indonesia. Mandar Universitas Syiah Kuala).
Maju. Jakarta.
Jurnal:
HR.Otje Salman, 2009. Filsafat
Hukum (perkembangan dan Al Mahdi Mohd. Din Saifuddin
Dinamika Masalah). Reflika Bantasyam , Perdamaian
Aditama. Bandung Dalam Tindak Pidana
Kecelakaan Lalu Lintas
Muhammad Erwin, Amrullah Arpan. jurnal Ilmu Hukum . ISSN
2007. Filsafat Hukum: 2302 - 180 Pascasarjana
Renungan untuk Universitas Syiah Kuala
Mencerahkan Kehidupan Volume 2 , No. 1, Agustus
Manusia di bawah Sinar 2013,
Keadilan. Penerbit Unsri.
Bukit Besar Palembang. Trisno Raharjo, “Mediasi Pidana
dalam Ketentuan Hukum
Magister Ilmu Hukum Pascasarjana Pidana Adat”, jurnal
Universitas Syiah Kuala Hukum, no.3 vol 17, juli
210, hlm. 492

19

Anda mungkin juga menyukai