Anda di halaman 1dari 10

MAKALAH WIRAUSAHA

KERAJINAN DENGAN INSPIRASI


BUDAYA LOKAL

Guru Pembimbing : Dina Ramadhanti


Disusun oleh :
Kelompok 1
Gilang Dwi Aji Gumilar
Windi Permata Rachmadany
Eva Emilia
Nopa Widiya
Dina Nazilah
Windi Yulianti
Rizaldi Miftahul Farid

Kelas X MIPA 1

DINAS PENDIDIKAN PROVINSI JAWA BARAT


SMAN 1 JALANCAGAK

2022/2023
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kehadirat Allah SWT. Yang telah melimpahkan


rahmat, taufik dan hidayah- Nya sehingga kami dapat menyelesaikan
Makalah Wirausaha Kerajinan dengan Inspirasi Objek Budaya Lokal
ini dengan baik.
Makalah ini kami buat untuk memberi ringkasan mengenai
Wirausaha Kerajinan dengan Inspirasi Budaya Lokal, dan untuk
melengkapi Tugas Mata Pelajaran Prakarya dan Kewirausahaan. Kami
menyadari pentingnya sumber bacaan dan referensi dari internet yang
telah membantu dalam memberikan informasi yang akan dijadikan
bahan Makalah ini.
Terima kasih kami ucapkan kepada ibu Dina Ramadhanti selaku
Guru Mata Pelajaran Prakarya dan Kewirausahaan yang telah
membimbing kami dalam pengerjaan Tugas Makalah ini. Kami juga
berterima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam
penyusunan Makalah ini.
Kami menyadari, bahwa Makalah yang kami buat ini masih jauh
dari kata sempurna baik segi penyusunan, bahasa, maupun
penulisannya. Oleh karena itu, kami sangat mengharapkan kritik dan
saran yang membangun dari semua pembaca guna menjadi acuan agar
bisa menjadi lebih baik lagi di masa mendatang. Semoga Makalah ini
bisa menambah wawasan dan bermanfaat bagi para pembaca.

Sagalaherang, 22 Oktober 2022

Gilang Dwi Aji Gumilar


DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .......................................................... 2


DAFTAR ISI ........................................................................ 3
BAB 1 .................................................................................... 4
1.1 Latar Belakang ............................................................ 4
1.2 Rumusan Masalah ....................................................... 5
1.3 Tujuan .......................................................................... 5
BAB 2 .................................................................................... 6
2.2 Produksi dengan Inspirasi Budaya Lokal .................. 6
2.3 Penghitungan Biaya Produksi Kerajinan Budaya
Lokal ................................................................................... 7
2.4 Pemasaran Langsung Kerajinan Budaya Lokal ........ 8
2.5 Evaluasi ........................................................................ 9
BAB 3 .................................................................................. 10
3.1 Kesimpulan ................................................................ 10
3.2 Saran........................................................................... 10
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Budaya tradisional dapat dikelompokkan menjadi budaya
nonbenda dan artefak/objek budaya. Budaya nonbenda meliputi
pantun, cerita rakyat, tarian, dan upacara adat. Artefak objek
budaya meliputi pakaian daerah, wadah tradisional, senjata, dan
rumah adat. Pada kehidupan sehari-hari, produk budaya
tradisional nonbenda maupun artefak tidak dipisah-pisahkan
melainkan menjadi satu kesatuan dan saling melengkapi.
Sebuah tarian tradisional bisa saja merupakan ritual upacara,
menggunakan pakaian tradisional dan diiringi oleh musik yang
dimainkan oleh alat musik tradisional. Contohnya Tari Belian
Bawo, dari Suku Dayak Bemuaq, awalnya merupakan upacara
Belian Bawo yang bertujuan untuk mengobati orang sakit,
membayar nazar dan lain sebagainya. Setelah diadaptasi menjadi
tarian, tari ini sering dibawakan pada acara-acara penerimaan
tamu dan acara kesenian. Pada tarian ini, biasanya terdapat peran
penyembah dan pembantunya dan orang sakit. Tarian ini
ditarikan baik oleh laki-laki maupun perempuan.
Tarian, simbol, pakaian, musik dan alat musik tersebut dapat
menjadi sumber inspirasi dari pembuatan kerajinan. Upacara,
tarian, simbol dan musik merupakan produk budaya Non-benda,
sedangkan pakaian, perlengkapan upacara dan alat musik
merupakan artifak/objek budaya.
Setiap jenis budaya tradisi baik nonbenda maupun artefak
objek budaya dapat menjadi sumber inspirasi untuk
dikembangkan menjadi produk kerajinan. Setiap daerah dapat
mengembangkan kerajinan khas daerah yang mengambil
inspirasi dari budaya tradisi daerahnya masing-masing. Kekayaan
budaya tradisi Indonesia adalah kearifan lokal (local genius) yang
dapat menjadi sumber inspirasi yang tidak ada habisnya.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah yang
akan dibahas di dalam makalah tentang Wirausaha Kerajinan
dengan Inspirasi Objek Budaya Lokal ini sebagai berikut :
1. Bagaimana perencanaan usaha kerajinan dengan inspirasi
budaya lokal?
2. Bagaimana produksi dengan inspirasi budaya lokal?
3. Bagaimana penghitungan biaya produksi kerajinan budaya
lokal?
4. Bagaimana pemasaran langsung kerajinan budaya lokal?
5. Bagaimana Evaluasi?

1.3 Tujuan
Adapun tujuan dalam penulisan Makalah tentang Wirausaha
Kerajinan dengan Inspirasi Objek Budaya Lokal ini adalah
sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui perencanaan usaha kerajinan dengan
inspirasi budaya lokal
2. Untuk mengetahui produksi dengan inspirasi budaya lokal
3. Untuk mengetahui penghitungan biaya produksi kerajinan
budaya lokal
4. Untuk mengetahui pemasaran langsung kerajinan budaya lokal
5. Untuk mengetahui Evaluasi
BAB 2
PEMBAHASAN

2.1 Perencanaan Usaha Kerajinan dengan Inspirasi


Budaya Lokal
Perencanaan Usaha Kerajinan dengan Inspirasi Budaya Lokal adalah
sebuah kegiatan membuat rencana mencari inspirasi, dan membuat ide
untuk membuka usaha kerajinan yang berasal dari budaya lokal.
Kegiatan wirausaha didukung oleh ketersediaan sumber daya
manusia, material, peralatan, cara kerja, pasar, dan pendanaan. Sumber
daya yang dikelola dalam sebuah wirausaha dikenal dengan sebutan
6M, yakni man (manusia), money (uang), material (bahan), machine
(peralatan), method (cara kerja), dan market (pasar). Wirausaha
kerajinan dengan inspirasi objek budaya lokal dapat dimulai dengan
melihat potensi bahan baku (material), keterampilan produksi (man &
machine) dan budaya lokal yang ada di daerah setempat. Wirausaha
kerajinan dengan inspirasi budaya akan menawarkan karya-karya
kerajinan inovatif kepada pasaran. Pasar sasaran (market) dari produk
kerajinan ini adalah orang-orang yang menghargai dan mencintai
kebudayaan tradisional. Kemampuan mengatur keuangan (money)
dalam kegiatan usaha akan menjamin keberlangsungan dan
pengembangan usaha.

2.2 Produksi dengan Inspirasi Budaya Lokal


Proses produksi kerajinan dengan inspirasi objek budaya lokal
berdasarkan daya dukung yang dimiliki oleh daerah setempat, yaitu
bahan baku, teknik produksi, dan sumber daya manusia. Tahapan
produksi secara umum terbagi atas pembahanan, pembentukan dan
perakitan, serta finishing.
1. Tahap Pembahanan
Tahap pembahanan adalah mempersiapkan bahan atau material agar
siap dibentuk. Tahapan proses pembahanan dilanjutkan dengan proses
pembentukan.
2. Tahap Pembentukan dan Perakitan
Pembentukan bahan baku bergantung pada jenis material, bentuk
dasar material dan bentuk produk yang akan dibuat. Material kertas
dibentuk dengan cara dilipat. Kayu, bambu, dan rotan lainnya dapat
dibentuk dengan cara dipotong atau dipahat. Pemotongan bahan dibuat
sesuai dengan bentuk yang direncanakan. Pemotongan dan pemahatan
juga biasanya digunakan untuk membuat sambungan bahan, seperti
menyambungkan bilah-bilah papan atau dua batang bambu.
Pembentukan besi dan rotan, selain dengan pemotongan, dapat
menggunakan teknik pembengkokan. Pembentukan besi juga dapat
menggunakan teknik las. Logam lempengan dapat dibentuk dengan
cara pengetokan.
3. Tahap Finishing
Finishing dilakukan sebagai tahap terakhir sebelum produk tersebut
dimasukkan ke dalam kemasan. Finishing dapat berupa penghalusan
dan atau pelapisan permukaan. Penghalusan yang dilakukan di
antaranya penghalusan permukaan kayu dengan ampelas atau
menghilangkan lem yang tersisa pada permukaan produk. Finishing
dapat juga berupa pelapisan permukaan atau pewarnaan agar produk
yang dibuat lebih awet dan lebih menarik.
Kelancaran produksi juga ditentukan oleh cara kerja yang
memperhatikan K3 (kesehatan dan keselamatan kerja). Upaya menjaga
kesehatan dan keselamatan kerja bergantung pada bahan, alat dan
proses produksi yang digunakan pada proses produksi. Proses
pembahanan dan pembentukan material solid sering kali menghasilkan
sisa potongan atau debu yang dapat melukai bagian tubuh pekerjanya.
Maka, dibutuhkan alat keselamatan kerja berupa kaca mata melindung
dan masker anti debu. Proses pembahanan dan finishing, apabila
menggunakan bahan kimia yang dapat berbahaya bagi kulit dan
pernafasan, pekerja harus menggunakan sarung tangan dan masker
dengan filter untuk bahan kimia.

2.3 Penghitungan Biaya Produksi Kerajinan Budaya Lokal


Biaya produksi merupakan biaya yang harus dikeluarkan dalam
produksi barang. Unsur biaya produksi adalah biaya bahan baku, biaya
tenaga kerja dan biaya overhead. Metode penghitungan biaya produksi
adalah seperti pada tabel berikut ini.
Biaya Bahan Baku Rp ..................
Biaya Tenaga Kerja Rp ..................
Biaya Overhead Rp .................. +
Biaya Produksi Rp ..................

2.4 Pemasaran Langsung Kerajinan Budaya Lokal


Pemasaran langsung adalah promosi dan penjualan yang dilakukan
langsung kepada konsumen tanpa melalui toko. Penjualan langsung
merupakan hasil dari promosi langsung yang dilakukan oleh penjual
terhadap pembeli, agar mendapatkan tanggapan secara langsung.
Sistem penjualan langsung dapat berupa penjualan satu tingkat (single
level marketing) atau multi tingkat (multi level marketing). Penjualan
satu tingkat merupakan cara yang paling sederhana untuk menjual
produk secara langsung. Wirausahawan langsung memasarkan dan
menjual kepada konsumen tanpa membutuhkan toko atau pramuniaga.
Pemasaran produk kerajinan dapat dilakukan dengan cara pemesanan.
Konsumen dapat melihat langsung produk ataupun melalui gambar dari
produk kerajinan, dan kemudian memesannya.
Produsen kerajinan selain menjual produknya sendiri, dapat
membentuk kelompok penjual yang akan memasarkan dan menjualkan
produknya secara langsung kepada konsumen. Kelompok penjual
dapat terdiri atas beberapa tingkatan. Sistem dengan beberapa tingkat
kelompok penjual, disebut multi level marketing. Produk perusahaan
memiliki usaha di bidang penjualan langsung (direct selling) baik yang
menggunakan single level maupun multi level marketing wajib
memiliki surat izin usaha penjualan langsung yang dikeluarkan oleh
BKPM sesuai dengan Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 32
Tahun 2008.
2.5 Evaluasi
Evaluasi dibagi menjadi 2 terdiri atas evaluasi individu dan evaluasi
kelompok. Evaluasi individu dibuat untuk mengetahui sejauh mana
efektivitas pembelajaran terhadap setiap peserta didik. Evaluasi
individu meliputi evaluasi sikap, pengetahuan, dan keterampilan.
Evaluasi kelompok untuk mengetahui interaksi yang terjadi dalam
kelompok, kaitannya dengan pencapaian tujuan pembelajaran.
BAB 3
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Proses perancangan kerajinan diawali dengan pemilihan sumber
inspirasi dan pencarian ide produk kerajinan, pembuatan sketsa ide,
pembuatan studi model kerajinan, dilanjutkan dengan pembuatan
petunjuk produksi. Tahapan produksi secara umum terbagi atas
pembahanan, pembentukan dan perakitan, serta finishing.
Kemasan yang melekat pada produk disebut sebagai kemasan
primer. Kemasan sekunder berisi beberapa kemasan primer yang berisi
produk. Kemasan untuk distribusi disebut kemasan tersier. Sistem
penjualan langsung dapat berupa penjualan satu tingkat (single level
marketing) atau multi tingkat (multi level marketing).

3.2 Saran
Selain alat keselamatan kerja, hal yang tak kalah penting adalah sikap
kerja yang rapi, hati-hati, teliti dan penuh konsentrasi. Sikap tersebut
akan mendukung kesehatan dan keselamatan kerja.

Anda mungkin juga menyukai