Anda di halaman 1dari 8

See discussions, stats, and author profiles for this publication at: https://www.researchgate.

net/publication/325809564

MODEL PEMBELAJARAN BIOLOGI BERBASIS BUDAYA TUDANG SIPULUNG


DALAM MENUMBUHKAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH DAN BERPIKIR
KRITIS MAHASISWA DI MAKASSAR

Conference Paper · October 2015

CITATION READS
1 1,035

4 authors, including:

Mohamad Amin Siti Zubaidah


State University of Malang Universitas Negeri Malang, Malang, Indonesia
128 PUBLICATIONS   693 CITATIONS    406 PUBLICATIONS   3,013 CITATIONS   

SEE PROFILE SEE PROFILE

Mimien Henie Irawati Al Muhdhar


State University of Malang
48 PUBLICATIONS   308 CITATIONS   

SEE PROFILE

Some of the authors of this publication are also working on these related projects:

The implementation of students'campaign program to form Adiwiyata school in Malang Indonesia View project

Scientific Inquiry in Lecture View project

All content following this page was uploaded by Siti Zubaidah on 17 June 2018.

The user has requested enhancement of the downloaded file.


Prosiding Seminar Nasional Biologi / IPA dan Pembelajarannya

MODEL PEMBELAJARAN BIOLOGI BERBASIS BUDAYA


TUDANG SIPULUNG DALAM MENUMBUHKAN KEMAMPUAN
PEMECAHAN MASALAH DAN BERPIKIR KRITIS MAHASISWA DI
MAKASSAR
Evi Ristiana, Moh.Amin, Siti Zubaidah, Mimien Henie Irawati

Program Pascasarjana Pendidikan Biologi


Universitas Negeri Malang
Email : eviristiana_nawir@yahoo.co.id

ABSTRAK

Pembelajaran Biologi diharapkan mampu menumbuhkan karakter mahasiswa yang lebih


menghargai budaya yang ada dan berusaha melestarikannya. Permasalahan dalam tulisan ini
adalah bagaimana model pembelajaran biologi berbasis budaya tudang sipulung dapat
meningkatkan kemampuan pemecahan masalah dan berpikir kritis mahasiswa, serta bagaimana
sintaks pembelajaran berbasis budaya tudang sipulung yang direkonstruksi dengan memasukkan
nilai-nilai budaya tudang sipulung. Aplikasi model pembelajaran ini diharapkan bisa meningkatkan
kemampuan pemecahan masalah dan berpikir kritis mahasiswa di Makassar.

Kata Kunci: Budaya Tudang Sipulung, Model Pembelajaran Biologi, Kemampuan pemecahan masalah
dan berpikir kritis.

I. PENDAHULUAN guru/dosen diharapkan menjadi fasilitator dalam


pembelajaran, dan (5) penilaian otentik lebih
Biologi sebagai bagian dari sains banyak digunakan dari pada penilaian dengan tes
merupakan pengetahuan yang diperoleh melalui standar (Susanto, 2010: 16). Selain itu, bahwa
langkah-langkah sistematis atau yang disebut pembelajaran biologi masa kini idealnya tidak
dengan metode ilmiah. Ketika belum ada hanya mengajarkan fakta, konsep dan prinsip
pendidikan formal, orang-orang mempelajarinya biologi kepada peserta didik, melainkan
dengan cara berinteraksi langsung dengan alam, mengharapkan siswa untuk dapat berinkuiri
kemudian berangsur-angsur hasilnya dicatat dan ilmiah untuk membangun konsep sendiri melalui
dikomunikasikan dengan orang banyak. Para ahli penjelajahan alam sekitar (permendiknas RI
mengkonstruksi hasil pengamatan dan Nomor 22 Tahun 2006).
penyelidikan mereka menjadi pengetahuan yang Pemecahan masalah merupakan suatu
dapat dikomunikasikan dengan orang lain. kapabilitas, yaitu suatu kemampuan yang
Dengan demikian jelas bahwa sejak semula diperoleh melalui belajar. Pemecahan masalah
dalam mempelajari biologi telah mengacu pada sebagai suatu kapabilitas, merupakan hasil
proses ilmiah dan kerangka berpikir sains. belajar yang paling kompleks dalam ranah
Perubahan paradigma dalam dunia keterampilan intelektual. Kemampuan
pendidikan diikuti juga oleh perubahan menerapkan, menganalisis, mensintesis, dan
paradigma dalam pembelajaran biologi. mengevaluasi merupakan kemampuan berpikir
Paradigma baru pendidikan yang juga harus tingkat tinggi yang akan membentuk
diwujudkan dalam pembelajaran biologi yaitu kemampuan pemecahan masalah. Pengetahuan
(1) Peserta didik diharapkan menguasai deklaratif dan pengetahuan prosedural bukan
kecakapan kognitif dan keterampilan proses merupakan dua bentuk pengetahuan yang
sains, (2) Peserta didik diharapkan untuk terpisah, akan tetapi keduanya saling
menguasai kecakapan hidup untuk memecahkan berhubungan. Pada waktu pebelajar
masalah kehidupan, (3) peserta didik difasilitasi memecahkan masalah, terdapat hubungan
untuk membangun konsep sendiri, (4) interaktif antara pengetahuan deklaratif dan

816
Prosiding Seminar Nasional Biologi / IPA dan Pembelajarannya

pengetahuan prosedural. Sebelum Terkait dengan pengamatan untuk


melakukan indakan prosedural, pebelajar yang memperdalam pemahaman dan pengetahuan
sedang memecahkan masalah harus melacak Biologi serta memperjelas konsep yang pada
pengetahuan yang telah dimilikinya yang akhirnya pembentukan karakter, maka perlu
berhubungan dengan masalah yang akan dilakukan suatu model pembelajaran yang
dipecahkan. Pengetahuan yang telah tersimpan mengarahkan untuk melakukan pengamatan
dalam memori merupakan wujud dari tersebut. Proses pembelajaran ini bisa
pengetahuan deklaratif, sedangkan pelaksanaan dintegrasikan dengan salah satu budaya atau
tindakan pelacakan secara urut mulai dari kearifan local. Proses pembelajaran dalam
representasi masalah, mencari solusi, sampai lembaga pendidikan merupakan proses
dengan evaluasi terhadap solusi merupakan pembudayaan yang formal (proses akulturasi).
wujud dari pengetahuan prosedural. Mulyaningsih (2013) menyatakan bahwa
Keterampilan berpikir sangat diperlukan proses akulturasi bukan semata-mata transmisi
untuk keberhasilan seseorang dalam hidupnya. budaya dan mengadopsi budaya tetapi juga
John Dewey menyatakan bahwa sekolah perubahan budaya. Pendidikan menyebabkan
semestinya mengajarkan siswa untuk berpikir. terjadinya beragam perubahan dalam bidang
Berpikir adalah aktifitas mental untuk sosial budaya, ekonomi, politik, dan agama.
memformulasikan atau memecahkan masalah, Pendidikan juga merupakan alat untuk
membuat keputusan, usaha untuk memahami konservasi budaya, transmisi, adopsi, dan
sesuatu, mencari jawaban atas permasalahan, pelestarian budaya. Pannen dalam Mulyaningsih
dan mencari sesuatu hal (Arends, 2008). (2013) mengatakan bahwa pembelajaran
Kemampuan berpikir kritis mahasiswa perlu berbasis budaya merupakan strategi penciptaan
dilatihkan dalam setiap proses pembelajaran. lingkungan belajar yang mengintegrasikan
Pembelajaran harus didesain agar membantu budaya sebagai bagian dari proses pembelajaran.
mahasiswa mengembangkan kemampuan Pembelajaran berbasis budaya lokal
berpikirnya. Ciri-ciri pembelajaran yang berlandaskan pada pengakuan terhadap budaya
memberdayakan keterampilan pemecahan sebagai bagian yang mendasar dan penting bagi
masalah sangat relevan dengan filosofi, tujuan pendidikan dan perkembangan pengetahuan.
dan konten yang dipelajari dalam Pembelajaran Berbasis Budaya Tudang
pembelajaran biologi. Filosofi pembelajaran Sipulung
Biologi yang menekankan pemberdayaan Pembelajaran berbasis budaya
keterampilan berpikir kritis dan pemecahan merupakan model pembelajaran berlandaskan
masalah juga menjadi bagian dari ciri yang holistik-konstruktivistik. Hasil yang lebih
diwujudkan dalam pemberdayaan keterampilan maksimal diharapkan dapat dicapai, apabila
pemecahan masalah. Logikanya seseorang yang penerapan paradigma baru pembelajaran
telah mendapatkan pengetahuan tentang konsep diterapkan. Pembelajaran lebih diupayakan
sains dapat benar-benar mendalaminya dan bermakna dalam budaya lokal dan dalam proses
pada akhirnya mampu menanamkan nilai-nilai pembelajarannya memasukkan sistem budaya
atau karakter yang terkandung dalam dan nilai-nilai budaya yang terdapat pada
kehidupan sehari-hari. masyarakat didaerah peserta didik berada. Pola
Pencapaian tujuan pendidikan melalui interaksi sosial yang dipahami peserta didik
proses pembelajaran biologi belum dalam sistem budayanya dapat dijadikan pola
diberdayakan. Ketidaksesuaian penanaman interaksi edukatif yang mengatur aktifitas siswa
konsep sains dalam diri peserta didik terlihat dari selama proses pembelajaran. Interaksi sosial di
karakter yang belum terbentuk dengan baik. Hal antara peserta didik spontan akan tercipta
ini terbukti dari berbagai permasalahan seperti disebabkan pemahaman sistem budaya dari
seringnya terjadi pengrusakan lingkungan, tidak dalam diri peserta didik dan guru/dosen sebagai
hanya dihutan, namun mahasiswa juga sering fasilitator.
terlibat tawuran, akibatnya merusak fasilitas dan Pembelajaran Biologi dapat dipandang
sarana belajar dikampus akibat tawuran tersebut. sebagai suatu proses interaksi, di dalam proses
Pada akhirnya permasalahan yang timbul interaksi tersebut senantiasa dapat melibatkan
menyisakan kegetiran dalam jiwa para pendidik. faktor kearifan lokal/budaya. Oleh karena itu
dibutuhkan inovasi pengorganisasian materi,

817
Prosiding Seminar Nasional Biologi / IPA dan Pembelajarannya

model pembelajaran, dan perangkat tersebut kemudian akan dihubungkan dengan


pembelajaran berbasis budaya lokal yang konsepsi tudang sipulung.
mampu memfasilitasi potensi dalam Siri merupakan inti dari budaya Bugis-
memecahkan masalah, dan berpikir kritis Makassar. Siri’ dalam arti siri’ masiri’
mahasiswa. mengandung motivasi untuk mengubah,
Budaya Tudang sipulung merupakan memperbaiki dan mengembangkan nasib
salah satu alternatif pemecahan masalah yang perorangan dan kelompok. Siri’ bekerja sebagai
diangkat dari budaya masyarakat bugis-makassar motivasi karena membangkitkan keinginan
di Sulawesi, penerapan model pembelajaran untuk berhasil, dengan harapan akan
berbasis budaya lokal (Tudang Sipulung) memperoleh nilai dan martabat yang terhormat
diharapkan dapat meningkatkan efektifitas dan di mata atasan dan bawahan. Perwujudan konsep
efisiensi pendidikan. Suastra (2010) siri’ merupakan suatu kewajiban setiap individu
menyebutkan bahwa “pembelajaran sains yang maupun kelompok, karena kehilangan siri’ sama
akan datang perlu diupayakan agar ada dengan kehilangan diri bagi masyarakat Bugis-
keseimbangan/keharmonisan antara pengetahuan Makassar. Tongeng berarti nilai kejujuran. Nilai
sains itu sendiri dengan penanaman sikap-sikap dasar ini mencermikan kondisi seseorang dalam
ilmiah, serta nilai-nilai kearifan lokal yang ada suatu ruang publik harus berlandaskan pada
dan berkembang di masyarakat. Oleh karena itu, nilai-nilai kejujuran. Misalnya seseorang yang
lingkungan sosial-budaya perlu mendapat mengungkapkan suatu pendapat harus dilandasi
perhatian serius dalam mengembangkannya argumentasi yang benar, bukan karena ingin
karena didalamnya terpendam nilai-nilai yang dipuji, namun untuk mencapai kepentingan
berguna bagi kehidupan. bersama. Lempuk (perbuatan lurus), nilai dasar
Tudang sipulung (Tudang = duduk, ini berhubungan dengan sikap atau perbuatan
Sipulung = berkumpul), istilah tudang sipulung seseorang dalam proses musyawarah harus
yang secara harfiah berarti duduk bersama, berperilaku jujur dan benar, tidak berbuat curang
namun secara konseptual merupakan ruang bagi sehingga tercipta kondisi fair/adil dalam suatu
publik untuk menyuarakan kepentingan- tudang sipulung. Abbulo sibattang mengandung
kepentingannya dalam rangka mencari solusi makna rasa solidaritas untuk membantu sesama
atas permasalahan yang mereka hadapi (faisal, dalam setiap tantang dan kesulitan. Rasa
2008). solidaritas juga disertai semangat saling
Seorang pallontara (penafsir lontara), menghargai yang dalam ungkapan Bugis-
Andi Baharuddin menjelaskan dengan bahasa Makassar disebut Sipakatau. Sipakatau
bugis bahwa ”naiya riasenge tudang sipulung, merupakan kesadaran kualitas dari apa yang
iyanritu mallari ade-e napogau toriolota’. disebut manusia hanya mungkin mengaktualisasi
Tudang madeppu-deppungeng, tudang mallewo- dirinya karena ada manusia yang lain. Mattulada
lewoang nasibawai akkatta maelo (1998) mengemukakan bahwa dalam nilai
sipatanggareng nenniya maelo mala ada sipakatau tertanam makna, nilai, dan segala
assimaturuseng”, yang dimaksud dengan tudang sesuatu yang bersifat kepatutan, norma-norma
sipulung yaitu tradisi yang sering dilakukan kualitatif yang amat dijunjung. Sipakatau
orang dahulu. Duduk bersama-sama, berkumpul merupakan segala perilaku nyata seseorang atau
dengan tujuan hendak bermusyawarah untuk sekelompok orang berinteraksi dalam
mufakat. Pemaparan tersebut mengindikasikan masyarakat. Pelaksanaan Tudang sipulung
bahwa tradisi tudang sipulung telah dilakukan sebagai suatu proses pemecahan masalah, harus
sejak lama oleh masyarakat Bugis Makassar dilandasi oleh kondisi-kondisi komunikasi ideal
sebagai ruang bersama untuk bermusyawarah yang menjunjung kelima nilai dasar tersebut,
dan bermufakat dalam rangka mencari solusi agar dihasilkan keputusan yang benar-benar
atas persoalan yang tengah dihadapi. Nilai-nilai mencerminkan keputusan bersama dan
budaya masyarakat bugis-makassar yang telah bermanfaat bagi semua pihak.
diwujudkan dalam pola tingkah laku masyarakat Pengembangan model pembelajaran
dalam kehidupan keseharian antara lain nilai berbasis budaya tudang sipulung didasari oleh
kejujuran, nilai keadilan, nilai kepatutan, teori konstruktivis, teori vygotsky dan teori
abbulosibattang, sipakatau, siri na pacce. Dari bruner, serta mempertimbangkan aspek-aspek
beberapa nilai-nilai budaya Bugis – Makassar budaya tudang sipulung masyarakat bugis

818
Prosiding Seminar Nasional Biologi / IPA dan Pembelajarannya

Makassar. Teori konstruktivistik Proses informasi merupakan bagaimana


memandang ahwa belajar, peserta didik aktif mencari proses informasi, mengatur atau
mengkonstruksi pengetahuan mereka sendiri. mengorganisasikan informasi-informasi,
Bruner menekankan pentingnya dialog sosial membangun hipotesis, dan menerapkan hal-hal
dalam pembelajaran. Bruner menekankan bahwa yang dipelajari dalam kegiatan-kegiatan yang
interaksi sosial di dalam dan di luar lembaga lebih mandiri. Termasuk dalam rumpun ini
pendidikan berpengaruh pada peroleh bahasa adalah berpikir secara induktif yaitu mengamati
dan perilaku pemecahan masalah, sedangkan kejadian, mengumpulkan fakta-fakta,
teori vygotsky menekankan pada hakekat mengorganisasikan fakta-fakta lalu mengaturnya
sosiokultural dalam pembelajaran. Teori kembali sebagi suatu informasi penting.
vygotsky tentang hakekat sosiokultural dan Model pembelajaran berbasis budaya
interaksi sosial dari Bruner sejalan dengan tudang sipulung dikembangkan mengacu pada
budaya Bugis-Makassar, yaitu aspek abbulo teori model pembelajaran yang dikemukakan
sibattang yang menekankan pentingnya oleh Joyce, Bruche dan Weil, adapun tahapan-
kebersamaan dan kerjasama saling tahapan fase-fase yang akan ditempuh dalam
menguntungkan dalam setiap aktifitas. proses proses pengembangan mengikuti tahapan
Model pembelajaran menurut Eggen pengembangan oleh Plomp (1997). Penerapan
(1996) dimaksudkan sebagai strategi perspektif aspek budaya tudang sipulung sejalan dengan
pembelajaran yang dirancang untuk mencapai ciri rumpun sosial dan rumpun proses informasi
tujuan pembelajaran. Sedangkan menurut yang dikemukakan oleh Joiche, et al (1992).
Arends (1997) suatu model pembelajaran Komponen pembelajaran Biologi berbasis
mengacu pada pendekatan pembelajaran yang tudang sipulung terdiri atas lima komponen
akan diterapkan. Selain itu, juga mengacu pada yaitu:
lingkungan pembelajaran dan manajemen kelas. a. Sintaks
Lebih lanjut Arends (1997) mengemukakan Sintaks merupakan fase-fase kegiatan
empat cirri khas model pembelajaran, yaitu (1) dalam suatu model yang diwujudkan dalam
rasional teoritis yang bersifat logis yang rangkaian kegiatan pembelajaran. Dengan
bersumber dari perancangannya, (2) dasar demikian sintaks akan mengindikasikan aktifitas
pemikiran tentang tugas pembelajaran yang baik oleh pengajar maupun peserta didik. Setiap
hendak dicapai dan bagaimana siswa belajar fase sintaks disubtitusikan aspek-aspek budaya
untuk mencapai tujuan tersebut, (3) aktifitas tudang sipulung yang dominan mendukung
mengajar guru yang diperlukan agar model pencapaian dampak instruksional model.
pembelajaran dapat dilaksanakan secara efektif, b. Sistem sosial
dan (4) lingkungan belajar yang diperlukan Sistem sosial merupakan kondisi atau
untuk mencapai tujuan. situasi atau aturan yang berlaku dalam suatu
Joyce, et al(1992) mengemukakan model pembelajaran. Sistem sosial yang paling
bahwa model pembelajaran dapat menonjol adalah kerjasama saling
dikelompokkan menjadi empat family/rumpun, menguntungkan antar siswa dalam kelompok
yaitu rumpun sosial, rumpun proses informasi, sebagai wujud dari unsur nilai abbulosibattang
rumpun personal dan rumpun sistem perilaku dan norma saling menghargai sebagai wujud
atau behavioral sistem. Rumpun sosial nilai sipakatau
didasarkan kepada sifat-sifat sosial manusia c. Prinsip-prinsip reaksi
yang mengambil bentuk mulai dari yang sangat Prinsip-prinsip reaksi merupakan pola
sederhana yaitu proses mengatur peserta didik kegiatan yang menggambarkan respons, baik
untuk bekerja sama secara demokratis dalam secara individu, kelompok, maupun secara
upaya melakukan analisis terhadap masalah dan keseluruhan. Joyce et al secara garis besar
nilai-nilai yang penting dalam kehidupan disuatu mengemukakan bahwa prinsip reaksi merupakan
lingkungan. Bentuk-bentuk proses pembelajaran pedoman bagi pengajar dalam menghargai dan
yang dapay dikategorikan sebagai rumpun sosial merepons rangsangan berupa perilaku peserta
adalah penelitian kelompok kemudian role didik dalam proses pembelajaran.
playing atau bermain peran, khususnya untuk d. Dampak Instruksional dan Dampak
mempelajari perilaku-perilaku sosial dan nilai Pengiring
sosial lingkungan.

819
Prosiding Seminar Nasional Biologi / IPA dan Pembelajarannya

Dampak instruksional yang mahasiswa untuk merekonstruksi pengetahuan


diharapkan dari model pembelajaran berbasis dan bertanggungjawab, tongeng aspek yang
budaya Tudang Sipulung ini adalah kemampuan mendasari keinginan untuk bersungguh-sungguh
pemecahan masalah, kemampuan berpikir kritis, dan jujur dalam mengerjakan tugas, lempuk
dan kemampuan kognitif. Sedangkan dampak merupakan perilaku seseorang dalam proses
pengiring meliputi aspek-aspek afektif yang musyawarah harus berperilaku jujur dan benar,
bersifat jangka panjang, antara lain abbulosibattang terletak pada rasa solidaritas
pengembangan karakter yakni bekerja sama untuk menyelesaikan masalah secara bersama-
dalam pemecahan masalah, menghargai sama dan sipakatau menghargai pendapat orang
pendapat orang lain, dan melestarikan nilai lain. Terkait dengan tujuan merekonstruksi, hal
budaya lokal dalam mengembangkan karakter. ini didukung oleh teori konstruktivistik. Teori
Sintaks model pembelajaran berbasis konstruksi yang dilakukan berkelompok
budaya Tudang sipulung terdiri atas 4 tahap, didukung oleh teori Piaget dan Vygotsky.
yaitu tahap 1 orientasi dan motivasi, tahap 2 Tahap 3, tahap diskusi kelompok kecil,
rekonstruksi, tahap 3 diskusi kelompok kecil, aspek yang dilibatkan siri’, tongeng, lempuk,
tahap 4 presentasi kelas dan evaluasi. Setiap abbulosibattang dan sipakatau. Pada tahap ini
fase disubtitusikan dengan aspek-aspek budaya diskusi kelompok kecil serta fasilitasi oleh dosen
tudang sipulung yang dominan. pengajar dengan memberikan pertanyaan yang
Tahap 1: yaitu tahap orientasi dan terkait dengan tujuan pembelajaran dan
motivasi. Pada tahap ini, dosen menyampaikan pengetahuan mahasiswa, hal ini sejalan dengan
tujuan perkuliahan dan memotivasi mahasiswa. teori Vygotsky, Thorndike, dan Gagne.
Orientasi dan motivasi yang diarahkan Tahap 4, tahap presentasi kelas dan
merupakan upaya perwujudan nilai siri’ dan evaluasi, aspek yang dilibatkan siri’, tongeng,
lempuk. Pada tahap 1 ini, pengetahuan awal lempuk, abbulosibattang, dan sipakatau. Pada
mahasiswa dikaitkan dengan materi yang akan tahap ini dosen sebagai fasilitator mahasiswa
dibahas, sehingga mahasiswa memiliki dalam mengkomunikasikan hasil diskusi
pengetahuan awal. Proses ini sejalan dengan kelompok kecil dalam presentasi kelas, dan
teori konstruktivis. mengevaluasi hasil kinerja kelompok kecil.
Tahap 2: yaitu tahap rekonstruksi, pada Proses ini sejalan dengan teori Piaget, dan teori
tahap ini budaya tudang sipulung yang konstruktivistik. Konstruksi pengetahuan yang
dilibatkan adalah siri’, tongeng, lempuk, dan akan dicapai melalui proses diskusi didukung
abbulosibattang. Pada tahap ini mahasiswa oleh teori Bruner.
merekonstruksi pengetahuan secara kelompok Keterkaitan antara aspek-aspek budaya
yang terdiri dari 3 orang dan dipimpin oleh tudang sipulung dan teori-teori pendukung dapat
seorang ketua kelompok. Potensi aspek siri’ dilihat pada tabel 2.3. berikut:
dalam proses ini mengacu pada keinginan
Tabel 1 Keterkaitan aspek model pembelajaran berbasis budaya tudang sipulung
Tahap model berbasis Aspek nilai budaya Teori-teori Pendukung
budaya tudang tudang sipulung
sipulung
Tahap 1. Orientasi Siri’ dan lempuk Teori konstruktivis : menekankan kontribusi seseorang
dan Motivasi pembelajar dalam memberikan arti, serta belajar sesuatu
melalui aktivitas individu dan sosial.
Tahap 2. Rekonstruksi siri’, tongeng, lempuk, - Teori konstruktivis
dan abbulosibattang - Teori Piaget: konstruksi individu. Pemahaman dibentuk
oleh seseorang yang berasal dari hasil refleksi dan
koordinasi kemampuan kognitif dan berpikir.
- Teori Vigotsky: konstruksi sosial. Interaksi sosial
penting, pengetahuan dibangun diantara dua orang atau
lebih. Diaktifkan melalui pembelajaran tutor sebaya.
Tahap 3. Diskusi siri’, tongeng, lempuk, - Teori konstruktivis, Piaget, dan Vygotsky.
kelompok kecil abbulosibattang dan - Teori Thorndike: teori belajar koneksionisme, bahwa
sipakatau setiap peserta didik akan merepon dengan cepat stimulus
manakala dirinya memiliki kesiapan.

820
Prosiding Seminar Nasional Biologi / IPA dan Pembelajarannya

- Ausubel: teori belajar bermakna


Tahap 4. Presentasi siri’, tongeng, lempuk, - Teori Bruner : Belajar melibatkan tiga proses yang
kelas dan evaluasi abbulosibattang dan berlangsung hampir bersamaan, yaitu memperoleh
sipakatau informasi, transformasi informasi dan evaluasi.

Model Pembelajaran ini diharapkan mampu pembelajaran biologi, guna meningkatkan


meningkatkan kemampuan pemecahan masalah kemampuan pemecahan masalah dan berpikir
dan berpikir kritis mahasiswa. Ciri-ciri kritis mahasiswa. Aplikasi model pembelajaran
pembelajaran yang memberdayakan biologi berbasis budaya pada akhirnya mampu
keterampilan pemecahan masalah sangat relevan menumbuhkan nilai-nilai karakter pada peserta
dengan filosofi, tujuan dan konten yang didik,
dipelajari dalam pembelajaran biologi. Susanto Saran yang dapat penulis
(2000) menyatakan bahwa secara filosofis rekomendasikan yaitu diterapkannya model
pembelajaran biologi harus mencerminkan suatu pembelajaran sains berbasis budaya tudang
proses yang melatih peserta didik berpikir kritis, sipulung untuk memperdalam konsep sains serta
memecahkan masalah sesuai dengan situasi yang menumbuhkan karakter, serta perlunya
autentik. Filosofi pembelajaran Biologi yang melakukan pengkajian lebih mendalam serta
menekankan pemberdayaan keterampilan pengaplikasian pada pembelajaran sains selain
berpikir kritis dan pemecahan masalah juga biologi.
menjadi bagian dari ciri yang diwujudkan dalam Daftar Pustaka
pemberdayaan keterampilan pemecahan Akib, Irwan. 2008. Model Pembelajaran
masalah. Direktorat Tenaga Kependidikan Matematika Berbasis Budaya Bugis
(2008) menyatakan tujuan pembelajaran biologi Makassar. Disertasi tidak diterbitkan.
yaitu mengembangkan pengalaman untuk dapat Surabaya; PPS Universitas Negeri
mengajukan dan menguji hipotesis melalui Surabaya
percobaan, serta mengkomunikasikan hasil Alimah. 2010. Pembelajaran Biologi dengan
percobaan secara lisan dan tertulis. Tujuan Pendekatan Jelajah Alam Sekitar untuk
tersebut menegaskan upaya pembelajaran Mengembangkan Kecakapan Hidup
melalui proses yang memberikan pengalaman Peserta Didik. Jurnal Pendidikan
langsung dengan objek biologi, dan diupayakan Biologi, 2(1). Malang. Universitas
terjadi kegiatan percobaan dan tindak anjutnya Negeri Malang.
melalui presentasi lisan dan tertulis. Ibrahim, 2002. Pengembangan Perangkat
Sebagaimana ciri dari keterampilan pemecahan Pembelajaran. Jakarta: Direktorat
masalah juga menjadi ciri dari tujuan Pendidikan Lanjutan Pertama.
pembelajaran Biologi. Materi biologi terdiri dari Direktoran Jenderal Pendidikan Dasar
makhluk hidup dan lingkungannya, sedangkan dan Menengah. Departemen
proses pembelajaran biologi yang bersumber Pendidikan Nasional.
dari objek biologi dapat dilakukan dengan Joice, Bruce, & Weil. 1992. Models Of
memberikan masalah-masalah yang berkaitan Teaching. Boston. Allyn and Bacon
dengan objek biologi. Bersumber dari masalah Krulik, S., & Rudnick, J.A. 1996. The New
tersebut pengetahuan biologi akan terkonstruksi Science Book Teaching Reasoning and
sebagai pengetahuan baru atau menjustifikasi Problem Solving in Junior High
pengetahuan biologi yang sudah ada. Oleh School. Massachusetts: Allyn Bacon.
karena itu sangatlah berkorelasi antara Khusniati, M. 2014. Model pembelajaran Sains
pembelajaran biologi, serta orientasi Berbasis Kearifan Lokal. Indonesia
pemberdayaan pemecahan masalah dan berpikir Jurnal of Conservation Hlm. 67-74
kritis. Vol.3 No.1 Juni. ISSN 2252-9195
Penutup Mattulada, 1995. Latoa; Suatu Lukisan Analitis
Kesimpulan yang diambil pada karya Terhadap Antropologi Politik Orang
tulis ini adalah model pembelajaran Biologi Bugis. Makassar. Hasanuddin
berbasis budaya tudang sipulung dapat University Press.
dilakukan dengan merekonstruksi proses

821
Prosiding Seminar Nasional Biologi / IPA dan Pembelajarannya

Mariawan, dkk. 2013. Pengembangan Model


Pembelajaran Masalah Berorientasi
Kearifan Lokal Pada Siswa SMP di
kota Singaraja. Prosiding Seminar
Nasional Riset Inovatif I, Tahun 2013.
ISSN:2339-1553
Mulyaningsih, S., Lasmawan W., M. Sutama.
2013. Pengaruh Model Problem
Solving Berbasis Budaya Lokal.
Volume 3. Jurnal PPs Universitas
Pendidikan Ganesha.
Plomp, Tjeerd. 1997. Educational and Training
System Design. Enschede. The
Netherlands; Univercity of Twente.
Sanjaya. 2006. Prosedur Penelitian: Suatu
Pendekatan Praktis. Jakarta. Bumi
Aksara
Sanjaya, Wima. 2006. Strategi Pembelajaran
Berorientasi Standar Proses
Pendidikan. Jakarta. Kencana.
Sennang, Sessu. 2010. A Tradition of Tudang
Sipulung Deliberation in Agricultural
and Fishering Aspects (A Case Study
at Wajo Distrrict, South Sulawesi).
Submitt Seminar on International
Commission on Iirrigation and
Drainage (ICID). Yogyakarta. Komite
Nasional Indonesia
Sinaga, B. 2007. Pengembangan Model
Pembelajaran Matematika
Berdasarkan Masalah Berbasis
Budaya Batak. Disertasi tidak
diterbitkan. Surabaya; PPs Universitas
Negeri Surabaya
Singarimbun, Masri., Sofian Effendi. 2006.
Metode Penelitian Survai edisi revisi.
Jakarta. Lembaga Penelitian,
Pendidikan, dan Penerangan Ekonomi,
dan Sosial (LP3ES).
Solang, D. J. 2008. Latihan Keterampilan
Intelektual dan Kemampuan Pemecahan
Masalah Secara Kreatif. Jurnal Ilmu
Pendidikan, 15 (1): 35-42.
Wagiran. 2012. Pengembangan
KarakterBerbasis Kearifan Lokal
Hamemayu Hayuning Bawana. Jurnal
Pendidikan Karakter, Tahun II, No. 3,
Oktober 2012

822
View publication stats

Anda mungkin juga menyukai