Bab Ii
Bab Ii
Bisnis ini dirintis di dua daerah yang berbeda yaitu Banyuwangi dan Nganjuk.
Dua daerah ini merupakan daerah tempat tinggal pemilik usaha. Kabupaten
Banyuwangi menjadi salah satu daerah dengan kunjungan pariwisata yang tinggi di
Jawa Timur, tingkat wisatawan yang tinggi ini dapat meningkatkan peluang untuk
membuka usaha baru khususnya di bidang kuliner. Menurut Badan Pusat Statistik
Provinsi Jawa Timur (2018) tingkat produksi uji jalar atau singkong pada tahun
Nganjuk mencapai 3920 ton. Disetiap proses pemanenan umbi singkong tentunya
menghasilkan daun singkong, yang kemudian oleh petani biasanya daun singkong
ini dapat dijual atau dibiarkan menjadi limbah. Selain menunggu ketika waktu
pemanenan umbi singkong, daun singkong juga dapat dipetik sebelum pemanenan
umbi singkong karena daun singkong mudah tumbuh kembali, sehingga kebutuhan
analisis kandungan zat gizi, tidak ada satu jenis pangan pun yang mengandung zat
gizi lengkap yang mampu memenuhi semua zat gizi yang dibutuhkan manusia. Satu
bahan pangan mungkin kaya akan zat gizi tertentu, namun kurang mengandung zat
gizi lainnya oleh karena itu diperlukan penganekaragaman pangan yang juga
4
diharapkan akan memperbaiki kualitas konsumsi pangan masyarakat, karena
semakin beragam konsumsi pangan maka suplai zat gizi lebih lengkap daripada
Asupan protein yang rendah pada remaja mempunyai peluang 2,7 kali lebih
besar memiliki status gizi yang tidak normal. Remaja dengan asupan protein yang
(Utami dkk., 2020). Produk ini mengandung protein sebanyak 8,57% dari hasil uji
anak remaja. Siomay masuk ke dalam kategori camilan atau makanan ringan.
Siomay pada umumnya terbuat dari daging ayam atau ikan dengan penambahan
tepung tapioka dan terigu. Si Dimsum hadir dengan inovasi yang berbeda yaitu
tertarik dengan sesuatu produk yang baru. Analisa SWOT digunakan sebagai dasar
Analisis SWOT juga digunakan untuk mengetahui peluang dan ancaman dengan
5
dilakukan melalui analisis SWOT (Strengths, Weaknesess, Opportunities, dan
Threats) (Afrilita, 2013). Adapun analisa SWOT pada usaha Si Dimsum terdapat
untuk mengetahui penilaian masyarakat terkait produk Si Dimsum. Hasil dari uji
hedonik nantinya ini digunakan untuk menentukan formula terbaik yang akan dijual
parameter yaitu penampilan, warna, aroma, tekstur, rasa, dan kesukaan. Disetiap
parameter memiliki nilai atau score dengan rentan nilai mulai dari 1 hingga 9, untuk
tabel penilaian dapat dilihat pada formulir uji hedonik pada lampiran 1. Hasil uji
6
9,00
8,00
7,00
6,00
5,00
4,00
3,00
2,00
1,00
0,00
Penampilan Warna Aroma Tekstur Rasa Kesukaan
K1S1 4,03 1,5 7,68 8,13 6,73 6,73
K2S2 4,73 4,98 7,05 7,43 6,83 6,83
K3S3 6,13 6,33 6,15 6,65 7,25 7,13
K4S4 5,93 6,8 5,35 6,4 6,78 6,55
K5S5 3,55 7,7 4,1 5,68 5,73 5,53
K6S6 2,35 8,35 3,23 4,63 4,35 4,23
Berdasarkan hasil uji hedonik yang telah dilakukan pada 40 orang panelis
didapatkan hasil seperti pada Gambar 1. Hasil penilaian pada parameter penampilan
didapatkan hasil nilai tertinggi pada formula K3S3 sebear 6,13 (cukup menarik).
Hasil penilaian pada parameter warna didapatkan hasil nilai tertinggi pada formula
K3S3 sebesar 6,33 (cukup hijau). Hasil penilaian pada parameter aroma didapatkan
hasil nilai tertinggi pada formula K1S1 sebesar 7,68 (sangat harum). Hasil penilaian
pada parameter tekstur didapatkan hasil nilai tertinggi pada formula K1S1 sebesar
8,13 (sangat empuk). Hasil penilaian pada parameter rasa didapatkan hasil nilai
tertinggi pada formula K3S3 sebesar 7,25 (enak). Hasil penilaian pada parameter
kesukaan didapatkan hasil nilai tertinggi pada formula formula K3S3 7,13 (suka),
formula K4S4 6,55 (cukup suka). Dari data hasil uji hedonik yang telah dilakukan,
pada hasil nilai parameter rasa dan kesukaan kemudian digunakan sebagai dasar
7
pemilihan formulasi terbaik yang digunakan untuk komersialisasi Si Dimsum untuk
diperjualkan. Berdasarkan hasil uji hedonik pada parameter rasa dan kesukaan
dapat dilihat pada histogram diatas bahwa pada formula K3S3 memiliki hasil yang
paling tinggi dibanding formula yang lain dengan nilai parameter rasa sebesar 7,25
(enak), sedangkan pada parameter kesukaan sebesar 7,13 (enak). Terkait skor
Event Point (BEP) Revenue Cost (R/C) Ratio, Return of Investment (ROI), dan
Payback Periode (PP). Biaya yang diperlukan dalam analisa ini yaitu biaya
investasi, biaya produksi, dan biaya operasional. Berikut ini adalah rincian biaya
Break Event Point (BEP) atau analisis impas adalah cara untuk mengetahui
jumlah minimum penjualan agar usaha tidak mengalami kerugian, namun belum
lebih besar dari jumlah pengeluaran, sedangkan kerugian terjadi apabila jumlah
pendapatan hanya dapat menutupi sebagian biaya pengeluaran, atau kurang dari
titik impas. Selain memberikan informasi terkait keadaan impas atau tidak, analisis
(Maruta, 2018).
Berikut adalah perhitungan BEP dalam unit atau satuan produk yang dijual:
𝐵𝑖𝑎𝑦𝑎 𝑡𝑒𝑡𝑎𝑝
𝐵𝐸𝑃 (𝑢𝑛𝑖𝑡) =
𝐻𝑎𝑟𝑔𝑎 𝑗𝑢𝑎𝑙 𝑝𝑒𝑟 𝑢𝑛𝑖𝑡 − 𝐵𝑖𝑎𝑦𝑎 𝑣𝑎𝑟𝑖𝑎𝑏𝑒𝑙 𝑝𝑒𝑟 𝑢𝑛𝑖𝑡
8
Berikut adalah perhitungan BEP dalam rupiah penjualan:
𝐵𝑖𝑎𝑦𝑎 𝑡𝑒𝑡𝑎𝑝
𝐵𝐸𝑃 (𝑅𝑝) =
𝐵𝑖𝑎𝑦𝑎 𝑣𝑎𝑟𝑖𝑎𝑏𝑒𝑙
1 − 𝑉𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑝𝑒𝑛𝑗𝑢𝑎𝑙𝑎𝑛
nilai BEP unit pada varian kukus sebesar 67,04 sedangkan pada varian goreng
sebesar 51,99. Menurut Asnidar dan Asrida (2017) yang mengatakan bahwa suatu
usaha dapat dikatakan berada pada titik impas jika BEP unit sama dengan jumlah
produksi, jika jumlah produksi lebih besar dari BEP unit maka usaha mengalami
keuntungan, sebaliknya jika BEP unit lebih besar dari jumlah produksi maka usaha
nilai BEP unit pada varian kukus sebesar Rp 1.191.596 sedangkan pada varian
Rp 1.191.596 atau setara dengan penjualan 99 unit per bulan untuk varian kukus,
setara dengan penjualan 72 unit per bulan untuk varian goreng. Menurut Asnidar
dan Asrida, 2017) perusahaan dapat dikatakan berada pada titik impas jika BEP
rupiah sama dengan jumlah pendapatan, jika BEP rupiah lebih besar dari jumlah
9
pendapatan maka usaha mengalami keuntungan, sebaliknya jika BEP rupiah lebih
kecil dari jumlah pendapatan maka usaha berada dalam kondisi merugikan.
antara penerimaan dan pengeluaran yang digunakan untuk mengetahui suatu usaha
layak untuk dilanjutkan atau tidak. Analisa Return Cost Ratio (R/C) dapat dihitung
Jumlah Penerimaan
menggunakan rumus berikut: R/C = Total Biaya
R/C pada varian kukus sebesar 1,52 sedangkan pada varian goreng sebesar 1,61.
Nilai R/C harus memiliki nilai > 1 agar suatu bisnis mendapatkan keuntungan.
penerimaan (R) dengan biaya (C) yang diperoleh, yaitu R/C Ratio > 1 berarti usaha
menguntungkan, R/C Ratio < 1 berarti usaha merugi, R/C Ratio = 1 berarti usaha
mengalami impas.
𝐿𝑎𝑏𝑎 𝑈𝑠𝑎ℎ𝑎
ROI = 𝑥 100%
𝑀𝑜𝑑𝑎𝑙 𝑈𝑠𝑎ℎ𝑎
10
Tabel 5. Return of Investement (ROI) Si Dimsum
Jenis ROI (%)
Kukus 55,55
Goreng 78,07
ROI pada varian kukus menunjukan bahwa usaha tersebut mendapat 55,55%
keuntungan dari total modal yang dikeluarkan sedangkan pada varian goreng
mendapat keuntungan dari total modal yang dikeluarkan sebesar 78,07%, sehingga
semakin tinggi nilai ROI maka semakin tinggi pula keuntungan yang akan
didapatkan.
sebesar lama waktu yang dibutuhkan untuk mengembalikan modal usaha dari aliran
kas yang masuk secara tahunan yang dihasilkan oleh suatu usaha (M. Giatman,
2017). Adapun perhitungan payback period menurut Dian Wijayanto (2012) adalah
sebagai berikut:
Investasi
Payback Period = x 1 tahun
Modal Usaha
untuk nilai PP pada varian kukus sebesar 1,52 sedangkan pada varian goreng
sebesar 1,02. Jadi berdasarkan perhitungan payback periode, dapat diketahui bahwa
usaha ini dapat mengembalikan modal awal dalam jangka waktu 1,52 tahun untuk
11