Anda di halaman 1dari 10

Program Pendidikan Guru Penggerak

Materi 3

FASILITASI
Prinsip dan Kompetensi Dasar

PENYUSUN
Purnama Sari Pelupessy
Feri Taupik Ridwan
1. Konsep Fasilitasi

Fasilitator dan fasilitasi berasal dari kata ​facile dalam bahasa latin yang berarti mudah. Secara etimologi,
fasilitasi diturunkan dari kata dasar ​to facilitate ​(kata kerja) dalam bahasa Inggris yang berarti membuat
sebuah aksi atau proses menjadi lebih mudah. Memfasilitasi dapat diartikan sebagai proses yang
memudahkan kelompok dalam mencapai tujuan. Fasilitasi berarti menjembatani orang-orang dalam
mengungkapkan pendapat, menggali ide, menyelaraskan pemahaman dan mengambil keputusan atau
kesepakatan melalui langkah-langkah praktis. Fasilitator adalah orang yang melakukan fasilitasi.

Pada dasarnya, proses fasilitasi merupakan proses:

Mendapat informasi --------> Memecahkan masalah ---------> Mengambil kesimpulan —----> membuat
kesepakatan/keputusan bersama

Dengan demikian, fasilitasi terdiri dari:

a. Langkah-langkah praktis yang memudahkan kelompok mencapai tujuan.


b. Memampukan anggota kelompok mengungkapkan pandangan tentang masalah yang mereka
hadapi bersama.
c. Memampukan kelompok untuk memecahkan masalah yang mereka hadapi bersama.
d. Memampukan peserta mengambil keputusan atau kesepakatan bersama untuk ditindaklanjuti
bersama.

Pengajar Praktik akan mendampingi Calon Guru Penggerak dan akan memfasilitasi lokakarya-lokakarya
sebagai rangkaian proses pada program ini. Lokakarya ini akan melengkapi kebutuhan para Calon Guru
Penggerak untuk menjalankan perannya. Pengajar Praktik dapat mendorong Calon Guru Penggerak
dalam kelompok untuk terlibat aktif dalam mencapai tujuan. Dengan melibatkan anggota kelompok dalam
pemecahan masalah dan atau menghasilkan keputusan/kesepakatan bersama secara aktif, maka belajar
juga terjadi secara aktif. Kemampuan fasilitasi akan mendukung proses belajar berjalan lebih efektif.

Fasilitasi menjadi salah satu cara mendorong kelompok bergerak menuju perubahan yang diinginkan.
Prinsip fasilitasi adalah memberdayakan semua orang dalam kelompok, dalam mengambil peran dan
tanggung jawab serta menjalankan keputusan. Untuk itu, dalam fasilitasi, penting bagi setiap orang
membangun kesadaran kolektif menuju kesadaran kritis, kolaboratif, adil dan setara, melalui dialog yang
memberdayakan. Kesadaran kolektif merujuk pada kesadaran mengenai apa tujuan setiap orang hadir
bersama-sama dalam sebuah ruang pertemuan. Kesadaran kritis merujuk pada kehadiran setiap orang
dalam ruang pertemuan adalah untuk membebaskan dirinya dari ketidakberdayaan. Kolaboratif merujuk
pada kerja sama, dan untuk mencapai tujuan bersama. Keadilan dan kesetaraan adalah tindakan saling
menghormati dan menghargai setiap pengetahuan dan pengalaman masing-masing; inklusif dan
non-diskriminasi; tidak ada yang lebih tahu dan tidak ada yang tidak tahu apapun; tidak pilih kasih; semua
orang dapat saling belajar, mendengarkan dan punya hak untuk bersuara.

1
2. Peran, Sikap Dasar, dan Kemampuan Seorang Fasilitator

a. Peran Fasilitator
Dalam fasilitasi, forum menjadi milik bersama, bukan milik satu atau dua orang saja. Oleh karena
itu, dalam menjalankan perannya sebagai fasilitator, Pengajar Praktik berperan sebagai
pendamping yang memandu para Guru Penggerak untuk:

1) Mengeluarkan seluruh ide, pendapat dan pertanyaan


2) Memproses informasi dan menggali insight dari dalam diri
3) Menghasilkan kesepakatan kelompok dan komitmen untuk menjalankannya
4) Melakukan refleksi.

b. Sikap dasar Fasilitator


Sikap dasar yang harus dimiliki Pengajar Praktik dalam menjalankan perannya sebagai fasilitator:

1) Kesadaran diri.
Memiliki kesadaran diri untuk hadir sepenuhnya mendampingi kelompok agar tujuan
mereka tercapai. Memiliki kesadaran diri berarti menerima segala perbedaan, memberi
waktu bagi otak untuk berpikir, mengelola emosi, fleksibel dan bersiap terhadap dinamika
yang mungkin akan terjadi dalam sebuah kelompok.

2) Demokratis
Sikap demokratis memungkinkan seorang fasilitator menghargai perbedaan, keberagaman,
toleransi, dialektis, saling memahami, menjalin hubungan yang positif dan mendorong
kelompok mengambil keputusan yang bertanggung jawab.

3) Sistematis
Berpikir sistematis memungkinkan fasilitator membuat proses menjadi terstruktur dan
terukur. Hal ini berguna agar fasilitasi dapat berjalan dengan efektif dan efisien. Ini
termasuk menyiapkan lingkungan yang sehat bagi kelompok.

4) Observatif
Melihat dan memetakan kebutuhan individu atau kelompok dengan jelas, menerima umpan
balik, mendengarkan orang lain dengan perhatian sebanyak mungkin, dan menangkap
sudut pandang yang berbeda untuk membantu kemajuan kelompok. Observasi dapat
membantu fasilitator mengamati bagaimana konflik/ perbedaan pendapat terjadi, kapan
harus mengintervensi, bagaimana cara mengintervensi dengan tepat dan kapan kelompok
membutuhkan jeda.

5) Empati

2
Memahami situasi dan kesulitan yang terjadi, memahami latar belakang dan konteks
budaya setempat dimana kelompok berada, reflektif, agar dapat membantu anggota
kelompok lebih terbuka terhadap perubahan.

6) Percaya diri
Memampukan diri, mempunyai semangat dan daya lenting, melihat peluang, mengambil
risiko dan mengatasi hal-hal yang tidak terduga, serta mengungkapkan konsekuensi
dengan jujur.

7) Berpikiran terbuka
Setiap pertemuan dengan kelompok akan menghadirkan tantangan yang berbeda
sehingga harus siap untuk beradaptasi. Fasilitator tidak harus memiliki semua jawaban,
menahan diri untuk tidak mengajari, dan percaya bahwa orang lain memiliki sumber daya
dalam diri mereka untuk menemukan jawaban mereka sendiri atas masalah yang mereka
hadapi.

8) Obyektif
Kejelasan menjadi dasar pengetahuan fasilitator terhadap kelompok yang akan difasilitasi.
Misalnya bagaimana situasi yang terjadi di dalam kelompok, apa yang akan dibicarakan
oleh kelompok, dan berapa jumlah peserta kelompok. Berdasarkan data tersebut, fasilitator
dapat dengan netral menentukan ruang lingkup, sumber belajar yang mendukung, durasi
yang dibutuhkan, alat bantu yang digunakan, dan bagaimana proses fasilitasi akan
berlangsung.

9) Fokus
Berkonsentrasi dalam memfasilitasi kelompok mencapai tujuan. Perhatikan detail untuk
mendapatkan petunjuk yang bagi kebanyakan orang tidak terlihat, mengetahui adanya
distraksi dan cara mengatasi distraksi. Menyisipkan satu atau dua humor kecil juga dapat
membantu kelompok untuk menurunkan ketegangan dan mengembalikan fokus anggota
kelompok.

Sikap yang harus dihindari oleh seorang fasilitator adalah:

1) Tidak mempersiapkan diri dengan baik, karena itu berarti Anda menghambat kelompok
yang ingin maju.
2) Tidak terbuka terhadap pandangan peserta yang mungkin berbeda dengan pengetahuan
kita. Jangan langsung ditolak, beri kesempatan untuk mendiskusikannya lebih lanjut.
3) Menghakimi siapapun, termasuk diri sendiri.
4) Mempersulit kelompok menghasilkan kesepakatan dengan melakukan hal yang tidak
relevan dengan tujuan fasilitasi.
5) Menyetir atau menceramahi apa yang harus dilakukan oleh kelompok karena akan
membuat kelompok menjadi tidak berdaya. Ingatlah bahwa kelompok tidak membutuhkan

3
fasilitator untuk menceramahi dan mengatur langkah mereka, tetapi mereka butuh bantuan
Anda memandu proses, agar setelahnya mereka dapat melangkah bersama-sama.
6) Memberi ekspektasi yang berlebihan karena dapat memanipulasi kesadaran kelompok
terhadap situasi yang mereka alami.
7) Mengambil kesimpulan sendiri. Bukan fasilitator yang mengambil kesimpulan, tetapi
mereka yang mengambil kesimpulan. Fasilitator hanya perlu memvalidasi kesimpulan
anggota kelompok. Jika kesimpulan dari peserta kurang komprehensif, maka fasilitator
perlu memberikan pancingan tambahan, misalnya dengan memberi kesempatan anggota
kelompok yang lain menambahkan. Proses fasilitasi yang berjalan dengan baik akan
menghasilkan kesimpulan dari pemikiran dan ide anggota kelompok bersama-sama.
8) Hanya membiarkan anggota kelompok yang aktif saja yang berbicara.
9) Melecehkan anggota kelompok, karena tampilan fisik atau kondisi psikologis mereka.

c. Keterampilan seorang fasilitator


1) Keterampilan menyimak
Menyimak berarti mendengarkan dengan fokus dan cermat. Menyimak dapat membantu
fasilitator untuk:
● Menemukan informasi
● Menggali pendapat peserta
● menemukan kata kunci
● Memparafrasekan kalimat
● Mengkategorisasikan (mengelompokkan) jawaban/pendapat peserta
● Mengolah Informasi menjadi data
● Membangun hipotesis
● Mengatur antrian bicara,
● Melihat kemungkinan lain
● Mendorong atau menyemangati peserta

2) Keterampilan bertanya
Bertanya adalah kunci bagi fasilitator. Keterampilan bertanya dapat muncul dari hasil
menyimak. Pertanyaan berfungsi untuk:
● menggali pemikiran anggota kelompok
● membangun partisipasi dan interaksi di antara anggota kelompok
● menghindari asosiasi
● menghindari pengambilan kesimpulan sendiri,
● mendapatkan umpan balik positif yang bermakna.

Pertanyaan yang bisa memantik pemikiran bercirikan:


● Terbuka (open-ended); bukan pertanyaan yang memunculkan jawaban ya/tidak
● Sederhana dan jelas; tidak menggunakan kata-kata yang ambigu
● Relevan dengan topik yang dibicarakan

4
Fasilitator dapat memberi pertanyaan yang:
● Menantang asumsi peserta
● Mendorong peserta menggunakan sudut pandang lain
● Mengajak peserta untuk melihat kemungkinan-kemungkinan lain

3) Keterampilan mengonfirmasi lebih jauh


Konfirmasi dimaksudkan agar fasilitator dapat menangkap pemikiran dari anggota
kelompok sejelas-jelasnya. Fasilitator dapat mengklarifikasi memastikan maksud
pertanyaan, membuat anggota kelompok menerangkan lebih lanjut apa yang dimaksud,
membantu anggota kelompok mengelaborasi pendapat atau gagasannya.

4) Keterampilan refleksi
Fasilitator membimbing peserta untuk merefleksikan proses fasilitasi yaitu apa yang sudah
baik, apa yang perlu ditingkatkan, perasaan yang muncul dan menguatkan komitmen untuk
menjalankan kesepakatan/keputusan yang sudah diambil sebagai langkah selanjutnya.

3. Kompetensi Dasar Fasilitator

Dalam memfasilitasi pertemuan, Pengajar Praktik perlu memiliki kompetensi dasar yang dibutuhkan untuk
bisa memandu jalannya pertemuan hingga tujuan tercapai. Kompetensi terdapat pada tabel berikut:

Kompetensi Dasar Penjelasan singkat

Partisipasi 1. Mendorong semua anggota dapat mengungkapkan


Kemampuan untuk menggali pemikirannya, atau paling tidak menyatakan
pemikiran terbaik anggota kelompok. persetujuan/ketidaksetujuan mereka terhadap
Tujuannya agar anggota kelompok pendapat dan ide dari anggota kelompok lain.
menjadi lebih berani dalam 2. Mengumpulkan informasi yang relevan dari pemikiran
mengangkat masalah yang sulit dan anggota kelompok
belajar bagaimana membagikan ide 3. Dan sebagainya.
mereka. Anggota kelompok menjadi
lebih mahir dalam menemukan dan Contoh:
mengakui keragaman pendapat dan
latar belakang yang melekat pada “Bagaimana pendapat Bapak/ Ibu tentang ...?”
setiap anggota kelompok. “Menurut Bapak/Ibu, bagaimana cara agar....?”
“Apakah kita bisa menyepakati hasil pertemuan ini?”
“Apakah maksud pernyataan Bapak/Ibu seperti....”?

Interaksi 1. Melibatkan anggota kelompok untuk menghasilkan


Kemampuan untuk mengatur proses kesepakatan belajar dan komitmen untuk
belajar yang kondusif, dan mematuhinya.
membangun dinamika yang sehat 2. Melakukan rapid assessment
antar anggota kelompok. Tujuannya

5
agar setiap anggota kelompok dapat 3. Mendorong anggota kelompok terlibat mengambil
saling menghargai dan saling peran dalam proses fasilitasi.
terbuka. 4. membangun dinamika dialog dengan seluruh peserta
5. Mendorong anggota kelompok saling berbagi satu
sama lain.
6. Mengatur lalu lintas anggota yang berbicara atau
bertindak.
7. Dan sebagainya

Contoh:

“Apa harapan Bapak/Ibu dalam pertemuan ini?”


“Setelah Bapak/Ibu A, lanjut ke Bapak/Ibu B.”
“Sepakati siapa yang akan berbagi hasil diskusi kelompok”.
“Apakah ada yang punya pendapat/ usulan yang berbeda?”
“Apakah yang lain setuju dengan usulan Bapak/Ibu A?”
“Siapa yang bisa membantu Bapak/Ibu A untuk
menempelkan post-id?”

Visualisasi Daring
Kemampuan menggunakan berbagai Menggunakan aplikasi seperti Padlet, Jamboard, Mentimeter,
alat bantu visual. Tujuannya PowerPoint/ slides, dan sebagainya.
mendorong partisipasi, interaksi dan
agar anggota kelompok tidak
tertinggal informasi apapun.

Luring
Menggunakan post-it, kertas plano, metaplan, proyektor
untuk menayangkan Power Point/ slides, dan sebagainya.

Dalam beberapa hal, alat bantu visual daring dapat


digunakan juga untuk fasilitasi dengan moda luring, misalnya
jamboard dan Power Point. Yang harus dipastikan adalah
ketersediaan koneksi internet dan perangkat yang digunakan
oleh anggota kelompok.

6
Dinamisasi Ada beberapa cara untuk mendinamisasi forum/sesi agar
berjalan sesuai yang direncanakan untuk mencapai tujuan
Seorang fasilitator harus mampu bersama
mendinamisasi rapat/sesi ketika
terjadi perdebatan alot diantara 1. Ice breaking atau games yang bertujuan
anggota kelompok atau bahkan menghidupkan suasana.
mengarah kepada hal-hal subjektif. 2. Mengajak peserta untuk berpikiran terbuka dan
Atau sebaliknya, ketika kelompok mampu menerima pendapat orang lain.
cenderung pasif sehingga fasilitator 3. Mengajak untuk peserta untuk berpikir objektif dan
harus menghidupkan suasana agar menghilangkan unsur subjektif dalam setiap
kelompok yang difasilitasi menjadi argumen/pernyataan yang disampaikan di rapat/sesi
aktif. 4. Menarik persamaan pendapat peserta yang berdebat
dan memisahkannya dengan perbedaan yang
diperdebatkan, sehingga perbedaan dapat terlokalisir
dan lebih mudah mengambil jalan tengah

Konklusi Dalam sebuah rapat atau sesi, seorang fasilitator harus


mampu mengambil kesimpulan dari seluruh pendapat dan
Seorang fasilitator dituntut untuk argumen peserta rapat/sesi. Kemampuan tersebut meliputi
mampu menarik kesimpulan
rapat/sesi, namun juga harus 1. Mampu menyimpulkan diskusi dengan tepat dan singkat
membaginya secara demokratis, 2. Menarik insight/pembelajaran selama diskusi
sehingga kesimpulan rapat/sesi 3. Merefleksikan apa yang sudah baik dan perlu diperbaiki
merupakan kesimpulan bersama, 4. Meminta umpan balik
bukan kesimpulan fasilitator.

7
Merancang Proses 1. Merancang proses dapat mulai dari pembukaan, metode
Kemampuan menyusun agenda membangun partisipasi, interaksi, alat bantu visual yang
pertemuan dengan baik, berupa digunakan, model refleksi yang digunakan dan penutup.
metode dan langkah operasional 2. Menerapkan serangkaian pertanyaan terstruktur sehingga
untuk mencapai tujuan dengan menghasilkan tindakan yang mencerminkan tujuan sesi.
efektif.

4. Penutup

Fasilitasi merupakan keterampilan yang tidak diperoleh dalam waktu sehari, namun membutuhkan latihan
penerapan secara terus menerus. Semakin sering berlatih, maka semakin mahir pula menerapkan sikap,
kemampuan dan kompetensi dalam setiap proses fasilitasi. Berlatih dapat menjadi sarana perbaikan dan
peningkatan kualitas diri sebagai fasilitator. Maka, teruslah berlatih.

Referensi

Franz, H. W., Kaletka, C., Pelka, B., & Sarcina, R. (2018). Building leadership in project and network
management: A facilitator’s toolset (2nd ed.). Springer.
Jenkins, J.C., & Jenkins, M.R. (2006). The 9 disciplines of a gacilitator: Leading groups by transforming
yourself. Jossey-Bass.
Kaner, S., Lind, L., Toldi, C., Fisk, S., & Berger, D. (2014). Facilitator’s guide to participatory
decision-making (3rd ed.). Jossey-Bass.
Landale, A., & Douglas, M. (2007). The fast facilitator: 76 Facilitator activities and interventions covering
essential skills, group processes, and creative techniques. (2007). HRD Press, Inc.
Oepen, M. (2003). MOVE Manual: Moderation and Visualization for Group Events. InWent.

8
Peer 2 Peer University. (2015). Learning circle: Facilitator handbook. Peer 2 Peer University and Chicago
Public Library.
Rees, F. (2005). The facilitator excellence handbook (2nd ed.). Pfeiffer.
Schuman, S. (2005). The IAF handbook of group facilitation: Best practices from the leading organization
in facilitation . Jossey-Bass.
Schwarz, R., Davidson, A., Carlson, P., McKinney, S., & Contributors. (n.d.). The skilled facilitator fieldbook.
Jossey-Bass

Anda mungkin juga menyukai