Anda di halaman 1dari 2

Mengenai gerakan emansipasi yang dilakukan RA Kartini, telah merintis jalan yang terang untuk

membawa kaumnya dan perhatian bangsa Indonesia ke arah cita-cita nasional. Walaupun RA. Kartini
belum berhasil sesuai dengan yang diharapkan, namun dia tetap optimis bahwa cita-citanya akan dapat
diteruskan oleh generasi berikutnya. Karena sadar bahwa untuk mencapai cita-citanya itu, masih cukup
banyak rintangan dan hambatan yang sulit untuk dihindarkan.

Hanya melalui pendidikan clan pelajaran yang baik, maka kedudukan dan kebahagiaan kaum wanita
dapat diperbaiki dan setarap dalam kehidupan di masyarakat. Hal ini tampak dalam buku "Habis Gelap
Terbitlah Terang". oleh Kartini terjemahan Armin Pane. yang berbunyi sebagai berikut

"Alangkah besar bedanya bagi masyarakat Indonesia bila kaum perempuan dididik baik-baik.
Dan untuk keperluan perempuan itu sendiri, berharaplah kami dengan harapan yang sangat
supaya disediakan pelajaran clan didikan. Karena inilah yang akan membawa bahagia baginya" .
(Armin Pane 1968 : 112).

Kata-kata RA. Kartini tersebut di atas telah menunjukkan wawasan masa depan yang cerah bagi kaum
wanita khususnya dan bagi bangsa Indonesia pada umumnya . Kartini memang telah banyak
mengungkapkan tentang cita-cita perjuangan yang jauh ke depan , namun sangat disayangkan bahwa
cita-cita Kartini belum banyak dikenal oleh masyarakat pada masa itu. Jadi Kartini masih berjuang secara
tertutup dan belum menggunakan suatu organisasi yang tersusun secara modern. Kartini masih
berjuang secara individu, namun bertujuan secara nasional. Kehidupan organisasi pada masa itu . belum
memungkinkan mengingat sangat ketatnya adat yang membatasi pergaulan antara kaum wanita dengan
kaum pria. Di samping itu. masih sedikitnya kaum pelajar yang mendapat pendidikan sistem barat,
sehingga belum muncul wawasan untuk mendirikan organisasi yang bersifat nasional.

Oleh karena itu, tulisan-tulisan Kartini tersebut sebenarnya telah membuka jalan ke arah berpikir yang
lebih luas dan bersifat nasional. Pada tahun 1856. memang pemerintah Hindia Belanda telah mendirikan
"Sekolah Dokter Jawa". namun muridnya masih sangat terbatas dan hanya untuk orang-orang
bangsawan. Dengan demikian tidak banyak yang berpikir untuk meningkatkan taraf hidup rakyat
Indonesia. Dokter-dokter lulusan Sekolah Dokter Jawa itu. sebagian besar hanya untuk membantu pihak
pemerintah untuk membasmi penyakit menular yang pada masa itu masih sulit diberantas. Wabah
penyakit pada waktu itu. sedang berkecamuk di daerah Purwokerto. Banyumas. Berhubung pihak
pemerintah merasa kekurangan tenaga "juru kesehatan". maka dengan secara singkat mendidik para
pemuda kaum bangsawan dalam bidang kedokteran. Tetapi meskipun namanya "Dokter Jawa". Namun
kemampuannya hanya setingkat "juru suntik" saja. ltulah sebabnya, mengenai wawasan kebangsaan
timbul. Apalagi mengenai organisasi pergerakan yang bersifat nasional, belum muncul sama sekali.
Untuk menuju ke arah itu, masih harus melalui perjuangan yang cukup panjang dan banyak rintangan
yang harus dilalui. Hal ini disadari RA. Kartini dan tampak seperti yang dituliskan oleh Nilakusuma dalam
bukunya yang berjudul "Wanita di dalam dan di luar Rumah Tangga", berbunyi sebagai berikut :

"Saya tahu, jalan yang hendak saya tempuh itu, sukar. Banyak duri dan onaknya dan lubang batu
berlekuk-lekuk, licin jalan itu ..... ... . belum dirintis. Dan biarpun saya tiada beruntung sampai ke
ujung jalan itu, meskipun patah di tengah jalan, saya akan mati merasa bahagia, karena jalannya
sudah terbuka dan saya ada turut membantu mengadakan jalan yang menuju ke tempat
perempuan Bumi Putera merdeka dan berdiri sendiri. Sudah senang benarlah hati saya , bila ibu-
bapak gadis lainnya, yang hendak berdiri sendiri pula tiada lagi dapat mengatakan . . . . . . . .
Belum ada seorang jua pun orang kita yang berbuat demikian". (Nilakusuma 1955 : 11).

Anda mungkin juga menyukai