Makalah Asmaul Husna New
Makalah Asmaul Husna New
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Allah SWT adalah dzat yang maha perkasa, keperkasaan Allah tiada
bandingannya, tidak terbatas dan bersifat kekal. Allah SWT menciptakan alam semesta
ini untuk kepentigan umat manusia, dalam menciptakan alam Allah tidak pernah
meminta bantuan terhadap mahluk lain, oleh karena itu kita sebagai hamba Allah
hendaknya selalu memuliakan-Nya, kemampuan Allah dengan cara selalu mentaati
seagala apa yang telah diperintahkan-Nya dan juga menjauhi segala sesuatu yang telah
di larang-Nya.
B. Rumusan Masalah
1. Menguraikan 10 Asmaul Husna yakni (Al Muqsith, An Nafii`, Al Waarist, Ar
Raafi`, Al Baasith, Al Hafizh, Al Waduud, Al Waalii, Al Mu`izz, Al Afuww).
BAB II
1
PEMBAHASAN
Menurut bahasa, asma’ul husna berarti nama-nama yang baik, sedangkan menurut
istilah berarti nama-nama baik yang dimiliki Allah sebagai bukti keagungan dan
kemuliaan-Nya. Di dalam al-Qur’an nama-nama yang baik dijelaskan pada Qs. Al-
A’raf/7: 180 sebagai berikut :
ََوهَّلِل ِ اَأْل ْس َما ُء ْال ُح ْسنَى فَا ْدعُوهُ بِهَا َو َذرُوا الَّ ِذينَ ي ُْل ِح ُدونَ فِي َأ ْس َماِئ ِه َسيُجْ َزوْ نَ َما َكانُوا يَ ْع َملُون
Artinya: “Hanya milik Allah asmaa-ul husna, maka bermohonlah kepada-Nya dengan
menyebut asmaa-ul husna itu dan tinggalkanlah orang-orang yang menyimpang dari
kebenaran dalam nama-nama-Nya. Nanti mereka akan mendapat balasan terhadap apa
yang telah mereka kerjakan.” (Qs. Al-A’raf/7: 180)
Nama-nama indah (Asmaul Husna) yang berjumlah 99 menurut hitungan ulama Sunni,
dapat dirangkai secara kronologis begitu indah ibarat seuntai tasbih. Dimulai dengan
lafadz al-jalalah, Allah, dengan angka 0 (nol), yang di anggap angka kesempurnaan,
disusul dengan al-Rahman, al-Rahim dan seterusnya sampai angka ke 99, al-Sabur. Dan
kembali lagi ke angka nol, Allah (al-jalalah), atau kembali lagi ke pembatas besar dalam
untaian tasbih, symbol angka nol berupa cyrcle, bermula dan berakhir pada stu titik,
atau menurut istilah Al-Qur’an: Inna li Allah wa inna ilaihi raji’un,(kita berasal dari
tuhan dan akan kembali kepada-Nya).[1]
Seperti yang telah disebutkan di atas bahwa Asmaul Husna Allah SWT berjumlah 99
nama. Sebagian dari Asmaul Husna tersebut termasuk kedalam sifat wajib Allah, yakni
sifat-sifat dan pasti dimiliki Allah SWT. Mengenai jumlah Asmaul Husna Rasulullah
SAW bersabda; Artinya:” Sesunnguhnya Allah itu mempunyai Sembilan puluh
Sembilan nama, seratus kurang satu. Barang siapa menghafalkannya dengan meyakini
akan kebenarannya maka ia masuk syurga, sesungguhnya Allah itu maha ganjil tidak
genap dan senang sekali sesuatu yang ganjil. (HR. Ibnu Majah).
Kembali lagi ke pembahasan awal, yakni menguraikan sifat Allah dalam Asmaul
Husna (Al Muqsith, An Nafii`, Al Waarist, Ar Raafi`, Al Baasith, Al Hafizh, Al
Waduud, Al Waalii, Al Mu`izz, Al Afuww). Untuk lebih jelasnya saya akan
menguraikan sebagai berikut;
Allah tidak pernah memberatkan satu pihak dengan pihak yang lain, dan Allah tidak
meringankan satu pihak dengan pihak yang lain, kaya dan miskin, kedudukan raja dan
budak, semuanya di Anggap sama.
2
Dikatakan bahwa Dialah yang memberi Manfaat, Allah menciptakan apa-apa yang ada
di bumi ini untuk memberikan manfaat kepada mahluknya.
Dalam kehidupan manusia Allah tidak hanya mewarisi harta, tanah/daerah (QS, Al-
Ahzab 33.27) tapi juga Al-Qur’an (Qs. Al-Fatir 35.32) bahkan atas izin-Nya seseorang
dapat mewarisi ilmu (An-Naml 27.16) yang penting adalah mewarisi syurga (Qs.
Maryam 19.19) .
Walaupun kita sudah jatuh, Ia dapat membangkitkan kita kembali, walaupun sudah
mencapai titik rendah, Ia bisa meninggikan kembali. Karena tidak ada yang tidak
mungkin bagi Allah untuk dapat melakukannya.
Ketika kita dihadapkan dengan permasalahan hidup seakan-akan hari-hari yang kita
hadapi cukup lama, ketika kita mendapatkan musibah seakan-akan kita pesimis untuk
dapat melaluinya dan enngan mengikhlaskannya. Tapi ketika kita sadar, Dialah (Allah)
yang maha melapangkan segala-galanya, Dalah yang melapangkan jiwa kita, yang
membesarkan hati kita dan meningkatkan kesadaran kita. Karena Allah Maha Pengasih
lagi penyayang hamba-Nya.
Begitu besar-Nya ia, sehingga segala sesuatu dapat dipelihara-Nya, tanpa pilih kasih,
manusia yang kecil, yang sempit wawasannya tidak bisa mengasihi setiap orang.
Manusia juga tidak bisa disebut sang pemelihara. Paling banter, kita hanya memelihara
keluarga kita sendiri dan itupun karena kehendak-Nya. Tanpa rahmat-Nya kita tidak
dapat melakukan apapun. Sebagai pemelihara dan melestarikan sifat-sifat bijak kita. Ia
memberikan kepada fisik kita, ia pula yang memenuhi kebutuhan rohani kita. Pada saat
melemah Ia lah sumber kekuatan, karena Ia adalah yang memberi kekuatan (al-Muqit).
[2]
Imam Al-Ghazali berkata, bahwasanya kata Wadud itu lebih mendekati makna rahmat,
tetapi rahmat menyandarkan kebaikan kepada orang yang dikasihani, sedangkan
orang yang dikasihani ialah orang yang membutuhkan dan orang yang kesulitan.
Perbuatan Ar-Rahim itu mensyaratkan orang yang dikasihani itu lemah, sedangkan
perbuatan Al-Wadud itu tidak demikian. Sebab, rahmat yang diberikan Allah kepada
siapa yang dikehenndaki-Nya, termasuk di dalamnya orang mukmin, orang durhaka,
orang kuat dan orang lemah. Tetapi kasih sayang-Nya khusus bagi orang-orang
mukmin, sebab mereka adalah orang-orang yang dikasihi oleh Allah dan merekalah
3
orang-orang yang khusus mendapatkan kasih saayang-Nya sebagai tambahan dari
rahmat yang telah mereka peroleh.
Sahabat-sahabat kita di dunia ini tidaklah bisa melindungi kita, hari ini melindungi
besok tidak, hari ini sahabat, bisa jadi besok berubah menjadi musuh, bahkan ketika
ada suatu bencana pun mereka tak mampu menolong kita, Mereka bukanlah sahabat
sejati kita, mereka hanyalah teman bagi kita, karena hanya Allah lah yang bisa
melindungi kita kapan pun dan dimanapun, karena erlindungan-Nya tak terbatas oleh
ruang dan waktu.
Dikatakan bahwa Al-Mu’izz itu adalah Dzat yang memberikan kemuliaan kepada
hamba-hamba yang dikehendaki-Nya, sedangkan Al-Mudzill itu ialah Dzat yang
menundukkan orang yang dikehendaki-Nya dengan jalan menghinakannya. Namun
jangan lupa di balik penarikannya kembali itupun terdapat kemurahan Allah, Ia ingin
meningkatkan kesadaran kita dan merendahkan derajat kita itu merupakan sarana
untuk mencapai apa yang di inginkan-Nya. Hanya kesadarn yang bisa menyelamatkan
kita, dan Ia ingin kita selamat, makadari itu janagn pernah meragukan kebijakan-Nya,
apapun di lakukan oleh-Nya untuk membuat kita sadar. Karena Ia maha Memuliakan
(mahluk-Nya).[3]
Al Afuww ialah Dzat yang menghapuskan segala kejahatan dan memaafkan orang-
orang yang telah berbuat maksiat. Kata al-Afuww ini mendekati makna Al-Ghafur,
tetapi ia lebih sempurna. Sebab, Al-Ghafur itu adalah as-sitr (merahasiakan), sedangkan
Al-Afuww itu adalah al-mahwu (menghapuskan).
Dikatakan bahwa para malaikat yang ditugasi untuk mencatat amal perbuatan manusia
menghaturkan catatan amal-amalnya pada hari kiamat, lalu mereka lihat sebagian
besar lembaran amal itu telah terhapus, padahal mereka mengetahui apa isinya. Maka
sadarlah mereka bahwa Allah telah menghendaki kebaikan buat orang itu. Firman
Allah: “Dan Dialah yang menerinza tobat dari hamba-hamba-Nya dan memaafkan
kesalahan-kesalahan…” (QS. Asy-Syura: 25).
Betapa mulia ajaran Rosulullah yang dengan kalam-Nya mengajarkan padakita tentang
kebesaran dan keagungan Allah SWT. Begitu banyak kejadian alam maupun keajaiban
yg tampak sebagai bukti kebesaran dari-Nya. Semoga dengan kebesaran yang Allah
perlihatkan kepada kita senantiasa akan menjadikan kita lebih mendekatkan diri pada-
4
Nya. Berikut adalah sebagian dari kebesaran Allah yang terangkum dalam 10 Asmaul
Husna,
5
mempunyai kekuatan apa-apa, kita merasa lemah, dan terpuruk, tapi tanpa kita sadari
pada ahirnya kita juga dapat melaluinya, sungguh ini merupakan kebesaran Allah yang
melapangkan, hati kita, jiwa kita, dan kesabaran kita. Dan sudahkah kita sadar jika
demikian adalah bentuk kebesaran allah dalam sifat-Nya Al-Baasith?.
6
“Dan Dialah yang menerima tobat dari hamba-hamba-Nya dan memaafkan kesalahan-
kesalahan…” (QS. Asy-Syura: 25).
Adapun iman itu meliputi tiga insur yaitu,ucapan, ketetapan dalam hati dan berbuat
dengan anggota badan (berbuat), orang yang beriman kepada Allah harus dapat
membuktikan keimanan tersebut dalam perilaku hidup sebagai pengamalan 10 Asmaul
Husna di atas adalah sebagai berikut:
1. Al-Aziz yang berarti Maha Perkasa, Allah maha perkasa dalam segala hal,
keperkasaan-Nya tidak terbatas, Allah perkasa dalam menciptakan menciptakan
sesuatu menurut kahaendak-Nya, memelihara atau menghacurkan sesuatu menurut
kehendak-Nya pula. Adapun orang yang mengamalkan sifat Al-Aziz maka ia akan
tegar, tidak lemah, tegas dan kokoh dalam mengerjakan kewajiban sebagai hamba
Allah, karena godaan selalu ada. Adapun Dalil naqli al-Aziz.[5] Qs. Al-Ankabut/29: 42
ِإ َّن هَّللا َ يَ ْعلَ ُم َما يَ ْد ُعونَ ِم ْن دُونِ ِه ِم ْن َش ْي ٍء َوهُ َو ْال َع ِزي ُز ْال َح ِكي ُم
Artinya; “Sesungguhnya Allah mengetahui apa saja yang mereka seru selain Allah. Dan
Dia Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.”
2. Al-Ghafuur yang artinya Maha Pemaaf, Orang yang mengamalkan sifat tersebut
senantiasa murah hati untuk bisa memaafkan seseorang lain yang telah membuat
kesalahan pada dirinya.
3. An-Nafii’ yang artinya Maha Memberi Manfaat, orang yang mengamalkan sifat
tersebut maka ia Pandai-pandai mensyukuri nikmat dan karunia Allah yang diterima
dengan memanfaatkan nikmat tersebut sesuai dengan peunjuk islam.
5. Ar-Rauuf yang Artinya Maha Belas Kasih, dan orang yang mengamalkan
sifattersebut dalam kehidupan sehari-hari ia Tidak tamak terhadap keduniaan karena
sadar bahwa sesuatu yang baik belum tentu membawa berkah dan manfaat bagi
dirinya. Kemanfaatan dan keberkahan sesuatu hanya ada pada Allah SWT.
6. Al-Barri yang artinya Maha Dermawan, Orang yang mengamalkan sifat ini ia
Gemar mendermakan sebagian hartayang dimiliki untuk menyantuni fakir miskin
maupun anak yatim, sebagaimana Allah berderma kepada semua Mahluk-Nya.[6]
7
7. Al-Adl yang artinya Maha Adil, maka orang yang mengamalkan sifattersebut, ia
pasti Memutuskan perkara secara adil sesuai hukum yang berlaku, tidak memihak
kepada siapapun dalam memutuskan suatu perkara, membenarkan yang benar dan
menyalahkan yang salah. Adapun Dalil naqli al’Adl, dalam surat (Fushshilat/41:46)
8. Al-Ghaffar yang artinya Maha Pengampun, dan orang yang mengamalkan sifat
ini maka ia mudah memaafkan kesalahan orang lain, meskipun orang tidak tersebut
tidak meminta maaf, apalagi meminta maaf. Dan Dalil naqli al-Ghaffar, (Qs. Thaha/20:
82)
Artinya:
Dan sesungguhnya Aku Maha Pengampun bagi orang yang bertaubat, beriman,
beramal saleh, kemudian tetap di jalan yang benar.
Artinya: Katakanlah: “Tuhan kita akan mengumpulkan kita semua, kemudian Dia
memberi keputusan antara kita dengan benar. Dan Dia-lah Maha Pemberi keputusan
lagi Maha Mengetahui”
Al-Qayyum yang artinya Yang Maha Berdiri Sendiri, Adapun orang yang
mengamalkan sifat ini maka ia menunjukkan sikap mandiri dalam menjalankan
kehidupan ini. Kita memang makhluk sosial yang saling membutuhkan antara satu
dengan yang lainnya, akan tetapi hubungan sosial tersebut tidak menjadi alasan untuk
tergantung kepada orang lain. Hubungan sosial mesti dijalin dengan baik, tetapi sikap
mandiri perlu ditanamkan dalam kehidupan sehingga hidup kita tidak menjadi beban
orang lain. Berikut adalah Dalil naqli dari sifat Al-Qayyum, (Qs. Al-Baqarah/2: 255)
اQ ِه يَ ْعلَ ُم َمQِ َدهُ ِإاَّل بِِإ ْذنQفَ ُع ِع ْنQض َم ْن َذا الَّ ِذي يَ ْشِ ْا فِي اَأْلرQQت َو َم َّ هَّللا ُ اَل ِإلَهَ ِإاَّل هُ َو ْال َح ُّي ْالقَيُّو ُم اَل تَْأ ُخ ُذهُ ِسنَةٌ َواَل نَوْ ٌم لَهُ َما فِي
ِ َم َواQالس
و ْال َعلِ ُّيQ
َ Qُا َوهQQض َواَل يَُئو ُدهُ ِح ْفظُهُ َم َ ْت َواَأْلر َّ ُيُّهQ َع ُكرْ ِسQخَلفَهُ ْم َواَل يُ ِحيطُونَ بِ َش ْي ٍء ِم ْن ِع ْل ِم ِه ِإاَّل بِ َما َشا َء َو ِس
ِ َم َواQالس ْ بَ ْينَ َأ ْي ِدي ِه ْم َو َما
ْال َع ِظي ُم
8
Artinya; “Allah, tidak ada Tuhan melainkan Dia Yang Hidup kekal lagi terus menerus
mengurus ; tidak mengantuk dan tidak tidur. Kepunyaan-Nya apa yang di langit dan
di bumi. Tiada yang dapat memberi syafa’at di sisi Allah tanpa izin-Nya? Allah
mengetahui apa-apa yang di hadapan mereka dan di belakang mereka, dan mereka
tidak mengetahui apa-apa dari ilmu Allah melainkan apa yang dikehendaki-Nya. Kursi
Allah meliputi langit dan bumi. Dan Allah tidak merasa berat memelihara keduanya,
dan Allah Maha Tinggi lagi Maha Besar.
meneladani Al-basith bearti kita harus melapangkan hati sendiri dengan cara
mendekatkan diri dan taat kepada allah, ketika kita ingat dan taat kepada allah maka
senantiasa hati kita akan tentram. (Qs Ar-Ra’d 13.28). selain itu kita juga harus
melapangkan hati orang lain, terutama orang yg kita cintai, dengan cara
membahagiakannya, sebagaimana contoh, apabila saudara kita membutuhkan bantuan
maka bantulah semampu kita. Dan bagaimana bantuan yg kita berikan membuatnya
menjadi senang.[7] Al ankabut 29.62.
Yang meneladani sifat ini hendaknya bila memiliki kemampuan agar menyumbangkan
warisanya kepada keluarga yang lebih membutuhkan. Kalau ini tidak dapat
dilakukanya, maka janganlah warisan menjadikan keluarga berantakkan, dan lebih lagi
jangan memakan harta waris yang bukan haknya. Ini merupakan salah satu yang
dikecam Allah secara tegas (Qs. Al-Fajr:19). Setelah itu dia dituntut agar menghiasi diri
dengan sifat-sifat yang dirinci-Nya ketika menjelaskan siapa dari makhluk-Nya yang
wajar menjadi ahli warist syurga (Qs. Al-Mu’minun:1-11)
Kita Sadar bahwa kemulyaan itu milik allah, karnanya jika kita menginginkan
kemulyaan, maka untuk meneladani-Nya kita harus taat dan patuh kepadanya, niscaya
allah akan menganugrahkan kemulyaan kepada kita. Selain itu kita juga harus
memulyakan orang tua kita karna mereka adalah orang yg paling berjasa dalam hidup
kita, memulyakannya dengan berbakti pada kedua orang tua, tidak sesekali
menyakitinya apalagi durhaka padanya. Dan janganlah engkau terlena oleh masa-masa
kesenangan dan kelapangan ketika semua itu terjadi dengan melupakan Allah didalam
kesenangan dan kebahagiaanmu, dengan menjadi sombong karena mengira bahwa
dirimu lah penyebab keberhasilan dan keamananmu. Maka Pada saat itu kita harus
ingat kepada sahabat iman yang lain, yaitu bersyukur (syukr), karena Allah menyukai
orang-orang yang bersyukur.
9
D) AL-Hafizh ( yang maha memelihara)
Untuk meneladaninya kita harus besyukur kepedaAllah SWT yang telah memberikan
beribu-ribu kenikmatan kepada kiata, termasuk di antaranya ia menciptakan hutan
juga unuk kepentingan kita, untuk itu kita harus memeliharanya dengan baik dan
peduli dengan lingukan, semua yang diciptakan Allah mempunyai kemanfaatan,
karena itu kita harus memeliharanya dengan baik.[8]
Untuk meneladani sifat ini dapat dilakukan dengan tidak melindungi dan membela
orang-orang yang salah. Selalu memohon perlindungan dari godaan setan, berani
mengatakan tidak untuk mengatakan hal-hal yang tidak baik meskipun menyakitkan
diri sendiri maupun orang lain.
Sifat ini dapat di teladani dengan cara menggunakan waktu kita dengan efektif, dan
tidak menyia-nyiakannya, jika ita memanfaatkan waktu dengan sebaik mungkin maka
hidup kita akan bermanfaat pula, selain kita menjadi orang yang disiplin, banyak pula
orang yang membutuhkan karna kita di pandang sebagai orang yang giat bekerja.
Karna sebaik-baiknya manusia adalah bermanfaat bagi yang lainnya. Namun di dalam
kesibukan, janganlah sampai melupakan-Nya dan selalu mendekatkan diri kepada-
Nya.[9]
Sifat ini dapat di teladani dengan tidak membeda-bedakan saudara-saudara kita yang
miskin dan yang kaya, yang baik dan yang buruk, kita harus menghormati dan
menghargai mereka karna kita sama-sama sebagai mahluk Allah yang tidak mungkin
bisa hidup sendiri tanpa seseorang yang lain.
Sifat ini dapat di teladani dengan cara membagikan rizqi yang kita peroleh kepada
orang-orang yang lebih membutuhkannya, seperti mengasihi anak yatim dan
menyantuni fakir miskin. Sebagai wujud rasa bersyukur kita kepada Allah yang telah
memberikan rizqi yang cukup, sehingga kita dapat berbagi dengan yang lain.
Meneladani sifat Ar-Raafi’ juga dapat di lakukan dengan cara kita membantu
memecahkan suatu permasalahan teman yang sedang membutuhkan bantuan kita,
agar ia tidak merasa terpuruk, dan sedikit meringankan bebannya, seperti yang sudah
di singgung dalam keterangan di atas bahwa manusia tak bisa hidup seniri tanpa orang
tang lainnya.
10
J) Al Afuww (Yang Maha Mengampuni segala kesalahan).
Untuk meneladani sifat ini dapat di lakukan dengan cara memaafkan kselahan kecil
maupun kesalahan besar yang di buat oleh seseorang terhadap diri kita, meskipun
kadang enggan untuk memaafkannya karena kesalahan yang ia perbuat pada kita
terlalu buruk tapi tidak ada salahnya jika kita belajar sedikit demi sedikit untuk
melupakan kesalahannya dan memikirkan hal-hal yang positif, maka lambat laun kita
akan terbiasa dengan sifat yang mudah memaafkan.[10]
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Allah memiliki 99 nama yang indah atau lebih terkenal dengan sebutan Al-Asma-ul-
Husna. Nama-nama tersebut merupakan cerminan dari perilaku Allah terhadap
Hambanya. Karena itu, jika nama-nama tersebut kita sebut sebagai suatu permohonan,
niscaya akan mempunyai pengaruh yang sangat besar,
Anjuran untuk berdoa menggunakan Asmaul Husna telah tercermin dalam firman
Allah: “Hanya milik Allah Asma-Ul Husna, maka berdoalah kepadaNya dengan
menyebut Asma-Ul Husna, dan tinggalkan orang-orang yang menyimpang dari
kebenaran dalam (menyebut) nama-namaNya. Nanti mereka akan mendapatkan
balasan terhadap apa yang telah mereka kerjakan.” (Surat Al-A’rof Ayat 180).
11
Dalam Sifat Asmaul Husna-Nya Ia telah menujukan kebesaran-kebesaran yang masuk
akal hingga yang tidak masuk akal, semuanya dapat di kehendaki oleh-Nya karena
Allah Maha Kuasa di atas segala-galanya di jagat raya ini, begitu banyak kemurahan
dan nikmat yang di berikan kepada hamba-Nya tanpa pandang bulu, Semua Ia berikan,
karena Allah adalah Dzat yang Maha Pengasih, Maha Pemurah lagi maha Memelihara.
Oleh karena itu sebagai hamba Allah yang taat dan patuh senantiasa akan
mengamalkan sifat-sifat tersebut dalam kehidupan sehari-hari, serta meneladaninya
sebagai wujud kecintaan kita terhadap Allah SWT. Wallahua’lam Bissawab.
DAFTAR PUSTAKA
Krishna Anad, Asmaul Husna 99 Nama Allah Bagi Orang Modern, 1999, Jakarta;
Gramedia Pustaka Utama.
12
El-Bantanie Syafii Muhammad, Rahasia keajaiban asmaul husna,2009, Jakarta;
PT. Wahyu Media.
http://www.riwayat.web.id/2009/12/asmaul-husna.html-25/04/2011=22.02
http://blog.chess.com/emde/meneladani-sifat-sifat-tuhan-30/04/2011=12.35
http://www.nuansaislam.com/index.php?
option=com_content&view=article&id=504:meneladani-sifat-sifat
tuhan&catid=101:tafsir&Itemid=353, 30/04/2011=13.10
13