Anda di halaman 1dari 8

Maryam, Ayu, dan Ujian Semester

Pagi ini seperti biasanya, para siswa MTs Cikal Kelapa memulai aktivitas dengan
berangkat ke sekolah. Ada yang diantar oleh orang tua, mengendarai sepeda, dan
adapula yang berjalan kaki bersama teman-temannya. Suasana pagi begitu sejuk
dengan pancaran cahaya matahari yang masih malu-malu bersembunyi dibalik
embun perbukitan yang menandakan bahwa cuaca akan cerah.

Ayu berpamitan kepada Ayah dan Ibunya dengan mencium tangan kedua orang
tuanya itu. “Ayah, Ibu, aku berangkat ke sekolah dulu ya,” ucapnya. Tak lama
setelah keluar dari rumah, ia melihat teman-temannya dari kejauhan. “Hai Ayu,
ayo berangkat bersama,” ajak salah satu temannya. “Wah iya, kebetulan aku juga
mau berangkat ke sekolah nih, aku gabung ya,” ucap Ayu. Mereka pun berjalan
kaki menuju ke sekolah yang jaraknya sekitar 1 km dari rumah Ayu.

***
Sesampainya di sekolah, mereka meletakkan tas ke dalam ruangan kelas lalu
seperti biasanya bel sekolah berbunyi menandakan bahwa itu adalah waktu
untuk para siswa berbaris di halaman sebelum memulai pelajaran. Mereka
berbaris begitu rapi layaknya susunan para tentara semut. Tiba-tiba saja Eko
berbicara “Aku agak khawatir deh apakah sistem ujian semester kita nantinya
akan tetap sama ya?” “Maksudmu bagaimana, Eko?” sahut Ayu. Lalu Bunga
melanjutkan “ Iya, aku juga dengar bahwa beberapa sekolah di daerah kita sudah
ujian menggunakan internet. Aku juga khawatir. Tapi semoga saja kita masih
menggunakan sistem manual ya.” Akhirnya pembicaraan mereka terputus karena
guru sudah mengambil alih barisan.

Upacara bendera berlangsung begitu hikmat. Tibalah saatnya pemberian amanat.


Pak Basri selaku pembina upacara sekaligus Kepala Madrasah Tsanawiyah Cikal
Kelapa memberikan amanat dan beberapa pengumuman penting terkait pelaksanan
ujian yang akan dilaksanakan dalam waktu dekat ini. Beliau menyampaikan bahwa
ujian kali ini akan dilaksanakan dengan sistem yang berbeda dari sebelumnya.
“ Siswa-siswi yang Bapak banggakan, tak lama lagi kita akan melaksanakan ujian
semester ganjil. Perlu kalian ketahui bahwa mulai semester ini, kita akan
menggunakan e-learning sebagai media ujian. Hal ini tentunya merupakan hal
baru bagi sekolah kita. Bapak tahu pasti nantinya akan terjadi kendala dalam
pelaksanaannya. Apalagi fasilitas sekolah kita yang masih belum memadai. Namun
ini sudah merupakan kebijakan dari pemerintah pusat yang harus kita jalani.
Pihak sekolah juga sedang mencari solusi agar dalam pelaksanaan ujian
nantinya tidak banyak kendala. Jadi Bapak sampaikan pada kesempatan ini untuk
siswa sekalian agar menyiapkan smartphone lengkap dengan kuota internetnya,”
ujar Pak Basri. Selain itu, Pak Basri juga menyampaikan keungulan dari e-learning
tersebut adalah siswa dapat mengetahui nilai dari hasil ujiannya secara langsung
setelah mengerjakan ujian, sistem dilengkapi kamera pengawas yang
memungkinkan siswa tidak dapat berlaku curang dalam pengerjaaan ujian. Di
samping itu sistem e-learning ini memiliki kelemahan seperti paket internet yang
harus selalu tersedia dan tak jarang berhadapan dengan kendala jaringan internet
yang error. Akhirnya, setelah pelaksanaan upacara selesai, para siswa dipersilahkan
memasuki ruang kelas.

***
Di dalam kelas, guru-guru mendata siswa yang memiliki smartphone. Alangkah
terkejutnya mereka dikarenakan hanya beberapa orang dari siswa yang
mempunyai smartphone tersebut. Para guru juga kebingungan untuk mencarikan
solusi dari permasalahan itu, dikarenakan bantuan komputer dari pemerintah belun
juga datang. Namun tiba-tiba salah satu satu siswa membuka suara “ Izin Bapak
dan Ibu, bagaimana kalau kita membagi jadwal saja, ada yang ujian pagi dan siang.
Siswa yang memiliki smartphone diletakkan pada jadwal ujian pagi, selanjutnya
mereka yang sudah selesai ujian meminjamkan handphone-nya kepada peserta
jadwal ujian siang.” “Waah bagus sekali saranmu Gani” ujar beberapa teman dan
guru.“Apakah sebelum ujian akan diadakan simulasi terlebih dahulu, Bu?”
muncul pertanyaan dari Maryam. “Ya, tentu saja ada, tapi kalian harus memiliki
smartphone masing-masing.” ujar Bu Wanda. “Baik Bu, kami akan
membicarakannya kepada orang tua terlebih dahulu.” kata Maryam kembali
menyahut. Beranjak dari hal itu, pembelajaran jam pertama dimulai. Proses
belajar mengajar berlangsung seperti biasanya.

***
Bel istirahat berbunyi, Ayu berbincang-bincang mengenai sistem ujian
menggunakan e-learning bersama sahabatnya, Maryam. “ Maryam, bagaimana ini
aku tidak bisa menggunakan e-learning, dan sebelumnya aku juga tidak pernah
menggunakan smatphone. Aku takut nanti tidak bisa ikut ujian,” ujar Ayu. “Tidak
masalah Ayu, kita coba saja dulu, aku rasa kita pasti bisa,” sahut Maryam.
“Baiklah, kita coba sama-sama ya nanti,” tambah Ayu dengan nada tak
bersemangat. “Iya Ayu, nanti kita coba meminjam smartphone milik Bunga, ya.”
kata Maryam sambil mengusap-usap punggung Ayu.

Lima belas menit sudah berlalu, bel kembali berbunyi menandakan bahwa waktu
istirahat sudah berakhir dan siswa akan melanjutkan jam pelajaran. Di tengah
pelajaran, Ayu masih memikirkan hal yang ia cemaskan tadi. Dalam hatinya
berucap: “Duuh, ini gimana ya, aku takut.” Ayu berpikir keras tentang bagaimana
cara mengatasi hal ini. Ia tetap berpikir dan di dalam hatinya ada perasaan takut
bercampur cemas. Dari jauh, Maryam memperhatikan Ayu yang tampak tidak
konsentrasi dan selalu gelisah dalam pembelajaran.

Kemudian, Bu Ezi memanngil Ayu. Ya, Bu Ezi adalah guru yang mengajar di
kelas Ayu waktu itu. “Ayu, kamu kenapa? Sepertinya kamu sedang memikirkan
sesuatu ya?” ucap Bu Ezi dengan suara lembut khas dirinya. “ Tidak ada apa-apa,
Bu. Ayu hanya melamun saja.” Ayu tidak mau menyampaikan yang sebenarnya.
“Ohh ya sudah, kamu jangan melamun lagi ya,” Bu Ezi menasihati Ayu.
Sebenarnya bukan hanya Ayu yang cemas dengan pengumuman yang diumumkan
tadi. Teman-teman sekelasnya juga takut dan gugup dengan hal itu, namun
mereka bersikap biasa saja dan tampak tidak acuh.

Pelajaran hari ini sudah berakhir ditandai dengan suara khas dari toa yang
bersumber dari bel sekolah. Para siswa terlihat sangat bersemangat dan gembira
karena inilah yang mereka nanti setelah pelajaran sekolah yang membuat kepala
pusing untuk hari ini. Mereka menyandang tas dan mempersiapkan dirinya untuk
pulang. Setelah diperbolehkan pulang, Ayu dan Maryam bertemu dan berencana
meminjam smartphone milik Bunga seperti yang sudah direncanakan sebelumnya.
Kebetulan Bunga berada tak jauh dari posisi mereka saat itu. Mereka berjalan
menghampiri Bunga. “Bunga, apakah kami boleh meminjam smartphone-
mu? Aku dan Ayu ingin belajar menggunakan handphone, namun kami tidak
memilikinya. Kalau kamu tidak keberatan, bisakah kamu mengajarkan kepada
kami cara menggunakan smartphone?“ ucap Maryam dengan penuh harap.”Hah,
apa! Kalian ingin meminjam handphone-ku? Maaf ya, ini mahal sekali harganya
dibeli oleh ayahku. Jadi kalian tidak boleh meminjamnya. Kalau mau itu dibeli,
bukan pinjam, enak saja kalian ini.” Bunga mengeluarkan suara keras sehingga
semua orang yang ada disana melihatnya. “ Ya sudah Bunga, aku pamit dulu
ya.” Maryam tertunduk dan pergi meninggalkan Bunga disusul oleh Ayu. Dirinya
merasa malu dan hatinya teriba setelah dibentak oleh Bunga, namun ia
berpura-pura kuat dihadapan Ayu agar Ayu juga tidak patah semangat dalam
belajar menggunakan handphone. Kedua sahabat tadi berjalan tak tahu arah mau
kemana, dan kebingungan akan belajar menggunakan handphone siapa. Mereka
hanya bisa pasrah dan berharap ada orang baik yang mau mengajarkan mereka
untuk pengaplikasian e-learning. Mereka akhirnya memutuskan untuk pergi ke
perpustakaan sekolah.

***
Sesampainya di perpustakaan, Ayu berjalan mendekati rak buku dan mengambil
buku yang berjudul Transformasi Digital dan Dampaknya Bagi Anak Muda.
Sementara Maryam tidak mengambil buku apapun dan termenung di pojok baca.
Ayu tahu bahwa Maryam masih kepikiran ucapan Bunga tadi. Mau bagaimana
lagi, mereka berdua hanyalah anak dari orang biasa, sementara Bunga adalah anak
seorang pejabat di daerah mereka. “ Sudahlah Maryam, jangan terlalu dipikirkan,
mungkin Bunga sedang ada masalah atau sedang kesal. Sekarang lebih baik kita
membaca buku ini.”
Kedua sahabat itu membaca buku dengan serius. Mereka melihat banyak dampak
negatif dari perkembangan teknologi terhadap anak muda, di antaranya ada yang
menyebarkan berita bohong (hoax), ada yang menipu melalui media sosial,
bahkan karena kecanduan game, banyak siswa yang membolos dari sekolah ketika
pelajaran sedang berlangsung. Mereka juga membaca bahwa ternyata dibalik hal
negatif tersebut, juga ada hal positifnya, yaitu bisa mendapat penghasilan hanya
melalui smartphone, mempermudah komunikasi, dapat menambah wawasan, dan
juga dengan adanya smarphone, kita bisa tau informasi di berbagai belahan dunia.
Karena asyik membaca, akhirnya pikiran mereka teralihkan. Setelah selesai
membaca, mereka pulang ke rumah masing-masing.

***
Setibanya di rumah, Maryam mengeluh kepada ibunya. “Bu, Maryam ujian
semester ganjil ini menggunakan handphone, Bu. “Jadi bagaimana ini?” ia
berucap sambil memelas. “ Sabar ya Nak, besok kalau Ayah dan Ibu ada uang,
kami akan membelikanmu handphone ya. Tapi untuk saat ini Ibu benar-benar
tidak ada uang, coba dulu pinjam punya temanmu ya,” Ibu Maryam berusaha
menenangkan keluhan anaknya. Maryam terlihat gembira.

Ternyata bukan hanya Maryam yang meminta dibelikan smartphone, tetapi Ayu
juga membujuk orang tuanya agar dibelikan smartphone juga. Berbeda dengan
Maryam, Ayu justru malah dimarahi karena orang tuanya beranggapan bahwa itu
hanya membuang-buang uang saja. Ayu tak dapat beruacap apapun setelah
dimarahi oleh orang tuanya karena ia tahu banyak kepentingan lain yang harus
didahulukan ayah dan ibunya.
***
Keesokan harinya, disaat Ayu dan Maryam berjalan sepulang sekolah, tiba-tiba
Lani memukul pundak Ayu secara perlahan. Ayu sontak terkejut dan menoleh ke
belakang, ternyata itu Lani teman sekelas mereka. “ Hai teman-teman, aku dengar
kalian butuh belajar untuk menggunakan handphone ya? Aku bisa bantu lho, kalau
kalian mau.” Lani menawarkan diri. “Wah tentu saja, Lani. Kamu sangat baik,
terima kasih ya,” Ucap Ayu dan Maryam dengan penuh semangat. Lani pun
mengajari mereka dengan sabar. Setelah mereka benar-benar bisa, Ayu, Maryam,
dan Lani bermain bersama di taman. Mereka main tapak gunung, lompat tali, dan
belajar bersama. Hari itu terasa sangat indah, kebersamaan yang terasa hangat,
ditambah rasa bahagia karena telah diajarkan cara menggunakan handphone.

***
Akhirnya waktu ujian telah tiba, pagi ini sebagian siswa sudah bersiap untuk ujian.
Namun pada kenyataannya, ujian pada hari itu tidak selancar yang dibayangkan.
Jaringan internet dan sistem hari itu bermasalah yang mengakibatkan ujian
tersebut harus ditunda. Para siswa merasa kecewa, ada yang takut, cemas,
khawatir, dan kesal. Semua guru menenangkan siswanya. Beberapa teknisi sudah
mencoba memperbaiki sistem dan jaringan, namun hasilnya tetap sama.

Pada akhirnya tidak ada pilihan lain, pihak sekolah menghubungi walikota dan
menanyakan terkait proposal bantuan yang sudah diajukan tahun lalu. Walikota
pun menghubungi dinas terkait dan ternyata komputer serta fasilitas lainnya akan
dikirimkan besok ke MTs Cikal Kelapa, mereka belum sempat menghubungi
pihak sekolah dan berjanji akan mengabarkan kepada sekolah setelah ini.

***
Keesokan harinya, beberapa unit komputer dilengkapi dengan wifi datang ke
sekolah MTs Cikal Kelapa. Akhirnya seminggu setelah penyetelan komputer
tersebut, siswa-siswi MTs Cikal Kelapa dapat melaksanakan ujian dengan lancar
dan sedikit kendala. Tidak ada lagi siswa yang ujian pada jadwal siang hari,
mereka ujian dalam satu waktu yang sama. Setelah dilengkapi fasilitas tersebut,
banyak siswa yang sudah pandai dalam pengaplikasian komputer dan
menggunakan internet. Sejak saat itu, MTs Cikal Kelapa menjadi salah satu
sekolah terbaik di daerahnya.

SELESAI
Lampiran 1
:
BIODATA DIRI

NAMA LENGKAP : SYAFIRA ERINDA


NAMA PANGGILAN : FIRA
TEMPAT/ TANGGAL
LAHIR : SAWAHLUNTO, 11-11-2009
UMUR : 13 TAHUN
AGAMA : ISLAM
JENIS KELAMIN : PEREMPUAN
ALAMAT : RT 4 RW 2, PONDOK KAPUR, KEL. KUBANG
SIRAKUK SELATAN, KEC. LEMBAH SEGAR,
KOTA SAWAHLUNTO, PROVINSI SUMATERA
BARAT.
NO HP/TELEPON : 082391243365
EMAIL : syafiraerinda@gmail.com
SOSIAL MEDIA : @syafirae_ (instagram)
ASAL SEKOLAH : MTSN 2 KOTA SAWAHLUNTO
KELAS : VII
PRESTASI : JUARA 1 LOMBA BACA PUISI TINGKAT KOTA
SAWAHLUNTO TAHUN 2022
ANAK KE : 2 DARI 3 BERSAUDARA
Lampiran 2
:

TULISAN SINGKAT TENTANG TRANFORMASI DIGITAL:

Pada era yang serba canggih ini, pengaruh tranformasi digital sangat berperan
penting. Bukan hanya pada dunia pendidikan saja, tapi dalam dunia bisnis dan
dalam segala aspek kehidupan tidak dapat dilepaskan dari perkembangan
teknologi digital. Sebagai generasi yang hidup pada masa ini, keahlian dalam
pengaplikasian teknologi digital sangat diperlukan karena transformasi digital
akan menyederhanakan proses operasional sehingga lebih efektif dan juga
merupakan salah satu aspek yang kedepannya akan menguasai dunia. Jangan
sampai kita sebagai generasi muda menjadi gaptek dan tidak paham dengan
tranformasi digital.

Anda mungkin juga menyukai