Anda di halaman 1dari 2

Keluarga Gaptek, Belajar Lintas Kecamatan

•Manfaatkan Alat Sekitar

Tidak semua anak bisa merasakan nyamannya belajar di rumah selama masa pandemi covid-19. Ada juga
siswa yang kesulitan belajar akibat terkendala media. Siswa yang kini naik kelas 6 di Sekolah Dasar Negeri
(SDN) Randu, Cepogo Putri Ramadhani dan keponakannya Keisha Aqila yang mulai masuk TK salah
satunya. Tinggal bersama kedua kakek dan neneknya yang gagap teknologi. 

Dalam sehari Putri mendapat dua tugas belajar. Ada yang melalui google form adapula yang ditulis dibuku.
Dan tugas melalui media digital ini yang sedikit menyulitkannya. Apalagi kakek Kasbi dan neneknya, Siti
Kiptiyah hanya menggunakan ponsel sebagai media komunikasi telepon saja. Lantas, Siti meminta tolong
pada adiknya, Sri Jariyani yang merupakan guru SDN Simo. 

"Karena adiknya mbah guru namanya Bu Cici, saya minta diajari di sana. Sekalian main. Dan kebetulan
keponakan saya juga ikut belajar," ungkap anak berusia 11 tahun ini. 

Putri kadang mengeluhkan ketika di rumah tidak ada yang mengajari. Alhasil pekerjaan rumah (PR) tidak
jarang menumpuk. Putri mengaku dirinya juga kesulitan mengerjakan soal dari google form. Dirinya lantas
berinisiatif untuk meminta bantuan belajar. Lalu setiap pagi adik neneknya akan menjemputnya di rumah
yang terletak di Randu, Jelok, Cepogo. Kemudian belajar di rumah Sri di Kecamatan Musuk yang jauhnya
sekitar tiga kilo meter. 

"Jadi saya ikut Bu Cici ke rumahnya di Mojodadi Kecamatan Musuk. Kadang juga ikut nginep sekalian.
Karena di rumah, mbah belum bisa mengajari. Meski bolak-balik tapi bisa belajar dan selesai tuganya.
Kadang diberi tugas banyak tiap hari," ungkapnya. 

Biasanya Putri dan Keisha akan dijemput pagi lalu dipulangkan sore. Namun, jika ingin menginap, dirinya
dijemput sepulang adik neneknya dari SD tempatnya mengajar. Dirinya akan menginap semalam. Lalu
saat Sri berangkat sekolah, Puput dan Keisha akan diantarkan pulang ke rumah. Sebab, Sri tetap
melaksanakan absensi sebagai guru. Terutama saat aturan Aparatur Sipil Negera (ASN) diwajibkan
masuk. 

"Dan grup kelas diponselnya mbah. Jadi kalau selesai mengerjakan difoto dan langsung dikirim ke mbah
buat dilaporkan ke grup Whatsapp (GWA) kelas. Jadi absennya juga di GWA itu. Nanti pak guru juga
mengingatkan jaga kesehatan dan memberi tugas," imbuhnya. 

Guru kelas 2 SDN 1 Simo sekaligus mendampingi anak berkebutuhan khusus (ABK) Sri Jariyani
mengatakan dirinya harus berangkat ke sekolah tiap pukul 06.00. Sebab perjalanan dari Musuk ke Simo
sejauh 25 km. Apalagi dirinya juga ditunjuk sebagai GPK bagi ABK. Dan dirinya merupakan guru honorer
Kategori 2 Kabupaten Boyolali sudah mengabdi selama 15 tahun. 

"Karena mereka selama belajar daring kan tidak ada yang mengajari. Karena nenek dan kakeknya gaptek.
Lalu saya ajak ke sini buat membantu belajar. Apalagi Keisha juga transisi ke TK, harus mulai belajar
membaca dan menulis," katanya. 
Jariyani akan menjemput Putri dan Keisha saat pulang sekolah. Materi pembelajaran juga sama. Sehingga
tidak kesulitan mengajari. Apalagi pembelajarannya juga dengan media daring berupa daring dan tugas
dari buku PR tema. Sedangkan Keisha diajarkan mengenal huruf, membaca, menulis, menghiting
(Calistung). Dirinya menggunakan media abstrak seperti lidi, stik es, kerikil, daun dan lainnya. 

"Saya juga mengajar siswa inklusi slow learner. Kalau mau home visit rumahnya jauh dan boleh home visit
karena Simo masuk zona merah. Jadi selama mengajari anak-anak saya juga membuat video
pembelajaran daring. Saya coba bagi waktu agar semua hak anak dalam belajar bisa mendapat," katanya. 

Dengan begitu setiap hari Jariyani harus mampir ke Jelok, Cepogo baru melanjutkan ke Simo. Jariyani
juga membuka diri bagi anak tetangganya yang kesulitan belajar daring. Tidak jarang mereka datang untuk
belajar di sini. Rata-rata merupakan siswa PAUD, TK dan SD. 

Terpisah, wali murid Salah satu wali murid kelas VI asal Karangturi, Pajang, Anik Kurniawati mengatakan
anaknya cukup beruntung. Dirinya merupakan ibu rumah tangga dengan dua anak. Sehingga anaknya
yang menginjak kelas VI bisa didampinginya selama pembelajaran. Meski dirinya menemui beberapa
kendala. 

"Saya termasuk orangtua yang agak ketat kalu masalah ponsel. Jadi memang saya batasi anak bermain
ponsel. Namun, selama pembelajaran daring saya izinkan memakai ponsel sesuai keperluan. Dan saya
dampingi selama pembelajaran," katanya. 

Kendala yang dihadapi hanya sebatas materi pembelajaran. Di mana Anik juga harus ikut belajar agar bisa
membantu belajar sang anak. Namun, lambat laun dirinya juga ikut belajar meski meski haris membagi
waktu dengan mengerjakan pekerjaan rumah. Dan semester ini, Anik menyiasati dengan membuat jadwal
belajar anak. Dan tidak setiap jam anak diizinkan memegang ponsel. 

"Saya kan ibu rumah tangga ya, jadi bisa lebih mengawasi anak. Di rumah kita juga menyesuaikan dengan
kemampuan anak. Waktu awal pembelajaran daring memang ada kendala dan kita menyesuaikan diri
serta membantu kalau bisa," katanya. (rgl)

Anda mungkin juga menyukai