Anda di halaman 1dari 14

BABA II

PEMBAHASAN

2.1. Keluarga Nabi Muhammad SAW


2.1.1. Hasyim
Hasyim adalah seorang yang menangani rifdhah dan siqayah
(penjamuan tamu haji dengan penyediaan air minum dan makanan).
Tepatnya Ketika terjadi perdamaian dan perjanjian antara bani Abdul
manaf dan bani Abdu Dar dalam pembagian wewenang hak dan
pengurusan diantara keduannya.1
2.1.2. Abdul Muthalib
Bahwa setelah Hasyim, yang memegang rifdhah dan siqayah
selanjutnya adalah saudaranya, yaitu Al-Muthalib bin Abdul Manaf
(Abdul manaf adalah orang yang dihormati, terpandang di tengah
kaumnya. Quraisy memberinya gelar al-fayyadh artinya sang
darmawan).2
2.1.3. Ayahanda Nabi Muhammad SAW
Abdullah adalah seorang putra dari Fatimah binti Amru bin A’id bin
Imran bin Makhzum bin Yaqzah bin Murrah. Abdullah adalah putra yang
paling dicintai oleh Abdul muthalib, dia adalah putra terbaik dan tampan.
3

2.1.4. Kelahiran dan 40 Tahun Sebelum Nubuwwah


Rasulullah SAW dilahirkan ditengah keluarga banı Hasyim, di
Mekah pada Senin pagi tanggal 9 Rahi'ul Awwal, yaitu pada awal tahun

1
Ibnu Hisyam, I/2-4
2
Sirah Ibnu Hisyam I/108-109. Talqihu Fuhumi Ahlil Atsar, hal. 8-9
3
Ibnu Hisyam, I/151-155. Tarikh ath-Thabari, II/240-243.

4
ketika peristiwa gajah terjadi4. Atau setelah empat puluh tahun kekuasaan
Kisra Anusyirwan. Menurut penelitian ulama terkenal Muhammad
Sulaiman al-Manshurfury dan peneliti astronomi Mahmud Fasya,
bertepatan dengan tanggal 20 atau 22 April tahun 571 M.5
2.1.5. Berada di Bani Sa’ad
Satu di antara tradisi bangsa Arab saat itu adalah menyusukan anak-
anaknya kepada wanita lain dengan tujuan menjauhkan anaknya dari
penyakit-penyakit yang ada, juga agar memperkuat jasmani anak,
tubuhnya kuat dan ototnya kekar. Di samping keluarga yang menyusui
nya bisa melatih bahasa Arab si anak. Maka, Abdul Muthallib menyusu
kan Rasulullah kepada salah seorang wanita dari bani Sa'ad bin Bakar,
yaitu Halimah binti Abu Duaib Abdullah bin al-Harits, suaminya adalah
al-Harits bin Abdul Uzza yang berjuluk Abu Kasybah dari kabilah yang
sama.6
2.1.6. Dibelahnya Dada Nabi SAW
Demikianlah, Rasulullah SAW kembali ke tengah bani Sa'ad.
Menurut Ibnu Ishaq, beberapa bulan setelah itu, terjadi peristiwa
pembelahan dada Rasulullah, sedangkan menurut pendapat para pen-
tahqiq mengatakan peristiwa tersebut terjadi pada saat usianya empat
tahun.
Dari Anas berkata, "Ketika Rasulullah SAW bermain bersama teman-
temannya, beliau didatang malaikat Jibril. Jibril memegang beliau dan
menelentangkannya. Kemudian dia membelah dadanya dan
mengeluarkan hati beliau Seraya berkata, Ini adalah bagian setan yang
ada pada dirimu. Lalu Jibril mencucinya dalam wadah dari emas dengan
4
Lihat pada Tarikhul Afham fi Taqwiimil Arab Qoblal Islam, Karangan Mahmud Fasya al-Falaki, Beirut
hal 28-35
5
20 April berdasarkan penaggalan kalender Masehi zaman dulu, dan 22 April berdasarkan
penanggalan kalender Masehi yang baru. Lebih jelasnya dapat dilihat pada kitab Rahmatan Lil’alamin,
I/38-39 & II/360-361
6
Ibnu Hisyam, I

5
menggunakan air zamzam dan memasukkannya ke tempat semula. Anak-
anak yang lain berlarian ke ibu susunya masing-masing dan mengatakan
bahwa Muhammad telah dibunuh. Mereka pun mendatangi beliau, dan
menemukan beliau dalam keadaan baik dengan wajah yang semakin
berseri-seri. Anas berkata, Sungguh aku pernah melihat bekas
pembelahan tersebut di dadanya 7(H.R. Muslim).
2.1.7. Kembalinya ke Pangkuan Ibunda
Kejadian (pembelahan dada) membuat Halimah khawatir sehingga
dia mengembalikan Rasulullah SAW kepada ibunya, maka Rasulullah
SAW hidup bersama ibunya sampai berusia enam tahun.
2.1.8. Kembali ke Kakeknya
Rasulullah SAW kembali kepada kakeknya di Mekah. Abdul
Muthalib merasakan kasih sayangnya kepada Muhammad SAW semakin
menebal. Menyaksikan cucunya yang yatim piatu harus menanggung luka
baru diatas luka lama yang masih terasa perihnya. Semakin besar
kecintaannya, dia tidak pernah merasakan rasa kecintaan seperti itu,
bahkan terhadap anaknya sekalipun.
2.1.9. Di Bawah Asuhan Paman
Abu Thalib melaksanakan hak anak saudaranya dengan sepenuh
hati dan menganggapnya sebagai anak sendiri. Bahkan seperti halnya
kakeknya, dia pun mendahulukan Rasulullah SAW daripada putra-
putranya.8
2.1.10. Buhairah Sang Rohib
Ketika usia Ranulullah SAW menginjak dua belas tahun, ada
pendapat mengatakan lebih 2 bulan 10 hari9, Abu Thalib mengajak

7
Sahih Muslim, pada kitab “Iman”, bab isra I/147
8
Lihat Mukhtashar as-Sirah karya Syaikh Abdullah, hal 15-16. Lihat juga Riwayat al-Haitsami dalam
m-Majma ‘za-Zawaidi tentang kisah ini terdapat dalam bahasan ‘Alamatun Nubuwwah, VIII/222
9
Ini adalah pendapat Abnu Jauzi dalam kitab Talqihu Fuhumi Ahlil Atsar, Hal 7.

6
Rasulullah melakukan perjalanan dagang ke kota Syam yang saat itu
negeri Syam sedang berada di bawah kekuasaan Bangsa Romawi.
2.2. Isra dan Mi’raj
Nabi Muhammad SAW melalui tahapan ini, kondisi beliau berada pada
posisi terjepit antara titik keberhasilan di hadapan dan tekanan yang terus
mendera. Nampak gemerlap cahaya bintang dikejauhan maka terjadilah peristiwa
Isra dan Mi'raj.
Banyak pendapat tentang kapan terjadinya Isra dan Mi'raj ini, yaitu sebagai
berikut :
a. Ath-Thabari berpendapat bahwa Isra terjadi pada tahun dimana
Rasulullah dimuliakan dengan nubuwwah
b. An-Nawawi dan Qurthuby mengatakan bahwa Isra terjadi pada
tahun kelima setelah kerasulan.
c. Satu pendapat mengatakan bahwa Isra terjadi pada tanggal tujuh
belas bulan Rajab tahun kesepuluh dari kenabian.
d. Pendapat lain mengatakan bahwa Isra terjadi tanggal dua belas
Ramadhan tahun ke tiga belas setelah kenabian atau enam belas
bulan sebelum hijrah.
e. Ada juga yang berpendapat bahwa Isra terjadi pada bulan
Muharram tahun ketiga belas dari kenabian atau satu tahun dua
bulan sebelum hijrah.
f. Pendapat lain mengatakan bahwa Isra terjadi pada bulan Rabi'ul
Awaal tahun ketiga belas dari kenabian atau satu tahun sebelum.
Hijrah.
Tiga pendapat yang pertama tidak dapat diterima sebab Khadijah saja
meninggal dunia pada bulan Ramadhan tahun kesepuluh dari kenabian.
Kematiannya terjadi sebelum turunnya perintah sholat lima waktu. Tidak ada
yang berbeda pendapat bahwa kewajiban sholat turun setelah peristiwa Isra dan
Mi'raj, sedangkan tiga pendapat yang terakhir tidak ada riwayat yang

7
menguatkannya, kecuali bahwa konteks ayat dalam surah al-Isra menunjukkan
bahwa peristiwa Isra dan Mi'raj itu terjadi pada masa-masa akhir.
Para ahli hadits meriwayatkan detail terjadinya peristiwa tersebut, yang
kami sajikan secara ringkas sebagai berikut :
Ibnu Qayyim mengatakan, menurut pendapat yang sahih, Rasulullah SAW
di-isra-kan dengan jasadnya dari Masjidil Haram ke Baitul Muqaddas dengan
mengendarai Buraq ditemani oleh Jibril AS. Lalu turun di sana dan Shalat
mengimami para Nabi lainnya, sedangkan Buraq diikat di depan pintu masjid.
Setelah itu, beliau diangkat ke langit dunia, Jibril meminta agar pintu langit
dibuka maka pintu langit pun terbuka. Di sana beliau melihat Nab1 Adam AS,
bapak moyang manusia. Lalu, nabi mengucapkan salam kepadanya dan Adam
menjawabnya seraya menyambutnya. Dia juga menyatakan pengakuan atas
kenabian Rasulullah SAW beliau juga melihat ruh-ruh yang bahagia ditempatkan
di sebelah kanan, sedangkan ruh-ruh yang celaka ditempatkan di sebelah kiri.
Kemudian naik ke langit kedua, Jibril meminta agar pintu dibuka maka
pintu pun terbuka, di sana beliau bertemu dengan Nabi Yahya dan Zakariya, nabi
mengucapkan salam dan kedua nabi Allah SWT itu menyambutnya seraya
menjawab salam. Mereka berdua juga mengakui Kenabian Rasulullah SAW.
Kemudian naik lagi ke langit ketiga, di sana beliau bertemu dengan Nabi
Yusuf AS. Rasulullah SAW mengucapkan dan menyambutnya dengan menjawab
salam beliau. Dia juga mengakui kenabian Rasulullah SAW.
Kemudian naik lagi ke langit ke-empat, di sana beliau bertemu dengan
Nabi Idris AS. Rasulullah SAW mengucapkan salam, dan Nabi Idris
menyambutnya dengan menjawab salam beliau. Dia juga mengakui kena bian
Rasulullah SAW.
Kemudian naik lagi ke langit kelima, di sana beliau bertemu dengan Nabi
Harun AS. Rasulullah SAW mengucapkan salam, dan Nabi Harun
menyambutnya dengan menjawab salam beliau. Dia juga mengakui kenabian
Rasulullah SAW.

8
Kemudian naik lagi ke langit ke-enam, di sana beliau bertemu dengan Nabi
Musa bin Imran AS. Rasulullah SAW mengucapkan salam dan Nabi Musa
menyambutnya dengan menjawab salam beliau. Dia juga mengakui kenabian
Rasulullah SAW.
Ketika Nabi Muhammad SAW akan pergi, Nabi Musa menangis, beliau
bertanya, "Apa yang membuatmu menangis ?"
Nabi Musa menjawab, "Aku sedih, karena orang yang diutus setelahku,
umatnya banyak masuk surga dibandingkan dengan umatku.”
Kemudian naik lagi ke langit ketujuh, di sana beliau bertemu dengan Nabi
Ibrahim AS. Rasulullah SAW mengucapkan salam, dan Nabi Ibrahim
menyambutnya dengan menjawab salam beliau. Dia juga mengakui kenabian
Rasulullah SAW.
Setelah itu, beliau naik ke Sidratul Muntaha. Kemudian beliau naik lagi ke
Baitul Makmur, kemudian diangkat lagi untuk menghadap Allah Yang Maha
Perkasa dan mendekat kepada-Nya, hingga jaraknya tinggal sepanjang dua ujung
busur atau lebih dekat lagi. Kemudian Allah SWT mewahyukan apa yang
diwahyukannya, Allah mewajibkan sholat sebanyak lima puluh kali. Kemudian
beliau kembali hingga bertemu dengan Nabi Musa AS. lalu dia berkata, "Apa
yang telah diperintahkan Tuhanmu ?" Beliau menjawab, "Sholat sebanyak lima
puluh kali."
Nabi Musa berkata lagi, "Sesungguhnya umatmu tidak akan sanggup
melaksanakannya. Kembalilah kepada Tuhanmu dan mintalah keringanan.
Beliau memberi isyarat seolah meminta pertimbangan kepada Jibril. Jibril
memberi isyarat seolah mengatakan, "Baik, jika engkau menghendakinya." Jibril
membawanya kembali menghadap kehadapan Allah SWT Yang tetap berada di
tempatnya. Lapadz ini berdasarkan riwayat Bukhari dari beberapa jalan. Jumlah
waktu sholat pun diturunkan menjadi sepuluh kali. Beliau turun lagi hingga
bertemu lagi dengan Nabi Musa, lalu Nabi Musa berkata, "Kembalilah dan
mintalah keringanan kepada Tuhamnu," Rasulullah mondar-mandir sehingga

9
Allah menetapkannya lima kali, tetapi Nabi Musa tetap menganjurkan agar
Rasulullah kembali dan meminta keringanan kepada Allah SWT.
Rasulullah SAW berkata, "Aku sangat malu kepada Rabbku, aku sudah
ridha dan menerima perintah ini." setelah beberapa saat terdengar satu seruan,
"Aku telah menetapkan, dan telah kuringankan kewajiban bagi hambaku,"10
Ibnu Qayyim menuturkan hal yang berbeda tentang yang di lihat
Rasulullah SAW terhadap Rabb-nya yang Maha Tinggi. Kemudian dia
menyebutkan perkataan Ibnu Taimiyah tentang permasalahan ini. Kesimpulannya
bahwa Rasulullah SAW melihat secara langsung, tidak bisa diterima. Pendapat
yang mengatakannya melihat langsung dengan mata, tidak dikuatkan oleh
keterangan yang sahih dan tidak ada di antara para sahabat yang
menyebutkannya. Adapun pendapat yang kami tukil dari Ibnu Abbas yang
mengatakan bahwa beliau melihat-Nya secara mutlak tidak menafikan bahwa
beliau melihatnya dengan hati sanubari.
Kemudian dia berkata, "Adapun, firman Allah dalam surah an-Najm ayat
delapan "Kemudian dia mendekat, lalu bertambah dekat lagi” tidak berkaitan
dengan kisah Isra dan Mi'raj, tetapi "mendekat" dalam ayat tersebut berkaitan
dengan mendekatnya Jibril AS, hal ini sebagaimana dikatan oleh Aisyah dan Ibnu
Mas'ud, sedangkan "mendekat” dalam hadits tentang Isra' jelas menunjukkan
"mendekat“nya Allah SWT, tetapi bukan berarti menyimpang dari ayat surah an-
Najm. Di dalamnya menerangkan melihat Jibril ketika di Sidratul Muntaha.
Wallahu 'alam.
Dalam riwayat lain disebutkan bahwa dada beliau dibelah untuk yang
kedua kalinya pada saat Isra dan Mi'raj itu.
Banyak sekali peristiwa yang beliau saksikan dalam perjalanan Isra dan
Mi'raj ini, di antaranya :

10
Zadul Ma’ad, II/47-48

10
a. Nabi SAW ditawari susu dan arak. Beliau memilih susu, lalu
dikatakan kepada beliau, "Pilihanma benar, jika engkau memilih
arak niscaya umatmu akan tersesat."
b. Beliau menyaksikan empat sungai yang mengalir dari pangkal
Sidratul Muntaha. Dua sungai tampak jelas dan dua sangat lagi
tidak jelas. Dua sungai yang jelas adalah Sungai Nil dan Eufrat,
yang penduduknya akan menjadi pengemban Islam. Dan dua sungai
yang samar terdapat di dalam surga. Sungai Nil dan Eufrat yang
dilihat Nabi SAW bukan berarti bahwa dua sungai tersebut airnya
bersumber dari surga, tetapi penduduknya akan menjadi pengemban
Islam. Wallahu 'alam.
c. Beliau juga melihat malaikat penjaga neraka yang wajahnya
masam, tidak tersenyum dan tidak ada keramahan sama sekali.
Beliau juga melihat surga dan neraka.
d. Beliau melihat gambaran orang yang suka memakan harta anak
yatim dengan jalan sewenang-wenang. Di sana mereka memiliki
bibir seperti bibir unta, mereka memakan sepotong bara api neraka
langsung dengan mulutnya, kemudian bara tersebut keluar dari
duburnya.
e. Beliau juga melihat gambaran orang yang biasa memakan riba.
Perut mereka besar sekali sehingga mereka tidak sanggup
memindahkan diri mereka dari tempat duduknya. Para pengikut
Fir'aun melewati mereka saat mereka digiring ke dalam neraka,
mereka melemparkan orang-orang ini ke dalam api neraka.
f. Beliau juga melihat gambaran ahli zina. Di sebelah kanannya
terdapat daging yang baik dan di sebelah kirinya terdapat daging
yang busuk dan sangat bau. Mereka malah memakan daging yang
busuk dan membiarkan daging yang baik.

11
g. Beliau juga melihat gambaran wanita-wanita yang suka mendatang
lelaki yang bukan mahramnya. Mereka digantung pada puting payu
daranya.
h. Beliau juga melihat kafilah dari Ahli Mekah yang pulang pergi.
Beliau menunjukkan seekor unta milik mereka yang terlepas.
Beliau juga meminum air dari bejana mereka. Ini menjadi bukti atas
benarnya pengakuan beliau saat pagi hari beliau menceritakan
semua itu.11
Ibnu Qayyim mengatakan, ketika pagi menjelang, Rasulullah SAW menceritakan
apa yang dialaminya tersebut kepada kaumnya maka meeka semakin
mendustakan beliau, seraya mengejek beliau. Di antara mereka ada yang
meminta Rasulullah untuk menceritakan ciri-ciri Baitul Muqaddas maka Allah
menampakkannya, seolah berada di hadapan Nabi, lalu menyebutkan segala ciri-
cirinya sehingga mereka tidak bisa mengingkari hal itu. Rasulullah juga
menceritakan tentang kafilah yang dilihatnya, serta waktu kedatangan mereka.
Beliau juga menceritakan tentang kafilah yang didatangi oleh beliau Itu semua
membuktikan kebenaran apa yang dialami oleh beliau, tetapi tidak bertambah
pada diri mereka, kecuali kekufuran.12
Disebutkan bahwa Abu Bakar diberi gelar ash-Shiddiq karena dia
membenarkan apa yang diceritakan oleh Rasulullah SAW tentang Isra Mi'raj,
ketika orang-orang mendustakannya.
Alasan paling nyata dan paling besar dari perjalanan ini adalah firman
Allah: "Agar kami perlihatkan kepadanya sebagian dari tanda-tanda keluasaan
Kami." (Q.S. al-Israa: 1)
Inilah sunatullah yang berlaku pada diri para nabi. Allah SWT berfirman:
"Dan demikianlah Kami perlihatkan kepada Ibrahim tanda-tanda gangan (Kami

11
Zadul Ma’ad dan Ibnu Hisyam, I/397-402 & 406
12
Zadul Ma’ad, I/48. Lihat juga Sahih Bukhari, II/684, Sahih Muslim, I/86. Ibnu Hisyam, I/402-403

12
yang terdapat) di langit dan bumi dan (Kami memperlihatkan a) agar dia
termasuk orang yang yakin." (Q.S. al-An'am: 75)
Allah SWT berfirman kepada Nabi Musa AS, antara lain :
"Untuk Kami perlihatkan kepadamu sebahagian dari tanda-tanda
kekuasaan Kami yang sangat besar," (Q.S. Thaaha: 23)
Allah telah menjelaskan maksud dari kehendak-Nya ini "agar dia termasuk
rang-orang yang yakin.” Pengetahuan para nabi itu didukung oleh tanda-tanda
kekuasaan yang bisa dilihat secara langsung. Padahal sebagaimana diketahui,
kabar tersebut tidak sama dengan melihat dengan mata kepala sendiri maka
mereka pun semakin siap mengemban beban di jalan Allah, sabar dalam setiap
menghadapi kekuatan duniawi yang di mana mereka tidak ubahnya seperti
selembar sayap nyamuk, dan mereka tidak merasa berat sekalipun dikepung
siksaan dan cobaan.
2.3. Hari Terakhir Kehidupan Rasulullah SAW
Anas bin Malik meriwayatkan, ketika kaum muslimin sedang
melaksanakan sholat subuh dan diimami oleh Abu Bakar, Rasulullah SAW tidak
muncul. Beliau hanya menyibakkan tirai jendela dan hanya melihat kaum
muslimin yang sedang membuat shaf untuk sholat. Bibir belau menyeringai
menyunggingkan senyuman.
Sementara itu, Abu Bakar bergerak ke belakang hendak mensejajarlan
dirinya dengan shaf pertama, karena mengira Rasulullah SAW datang untuk
sholat bersama mereka.
Anas menuturkan bahwa kaum Muslimin yang sedang sholat hendak
menghentikan sholatnya karena gembira melihat beliau, tetapi kemudian beliau
memberi isyarat dengan tangan agar mereka melanjutkan sholatnya. Kemudian
beliau menutup kembali tirai dan kembali ke da am. Setelah itu, beliau tidak
bertemu lagi dengan waktu sholat.
Pada saat waktu dhuha, Rasulullah SAW memanggil putrinya, Fathimah.
Pada daun telinganya beliau membisikan sesuatu, bisikan itu membuat Fathimah

13
meneteskan air mata. Setelah itu, beliau kembali memanggilnya agar mendekat,
lalu beliau membisikan sesuatu di daun telinganya, kali ini bisikan itu membuat
Fathimah tersenyum.
Di kemudian hari kami menanyakan hal tersebut kepada Fathimah, da
menjawab, "Beliau berbisik bahwa beliau akan meninggal dunia dan itu
membuat aku menangis, kemudian beliau berbisik bahwa aku adalah keluarga
beliau yang pertama yang akan menyusul beliau, maka aku pun tersenyum."
Fathimah dapat merasakan penderitaan yang amat berat pada diri beliau
sehingga dia berkata, "Alangkah menderitanya engkau wahai Ayah.”
Beliau bersabda, "Tidak akan ada penderitaan bagi ayahmu setelah ini."
Kemudian beliau memanggil Hasan dan Husain, lalu beliau memeluk
kedua cucunya itu seraya memberikan nasihat kebaikan bagi mereka.
Selanjutnya, beliau mendoakan istri-istri beliau, tidak tertinggal nasihat dan
ingatan bagi mereka semua.
Rasa sakit beliau semakin memuncak dan terasa semakin berat.
Nampaknya pengaruh racun yang pernah beliau cicipi saat di Khaibar yaitu racun
yang disusupkan seorang wanita Yahudi ke dalam daging yang beliau cicipi,
menambah parah sakit yang beliau derita Beliau berkata.
"Wahai 'Aisyah, rasanya aku masih merasa sakit akibat dari racun yang aku
cicipi pada makan waktu di Khaibar. Mungkin inilah saatnya aku merasakan
bagaimana terputusnya nadiku, karena racun itu."
Dalam kondisi seperti itu beliau masih menasihatkan kepada orang-orang.
"Sholat, sholat, serta hamba sahaya yang kalian miliki." Beliau
menyampaikan wasiat itu hingga berulang kali, maksudnya adalah agar manusia
benar-benar memperhatikan dua hal tersebut.
Detik-detik terakhir sudah menjelang 'Aisyah mendekap tubuh beliau
Aisyah menceritakan peristiwa yang memilukan itu.
"Salah satu dan nikmat Allah bagiku adalah bahwa Rasulullah wafat di
rumahku, di hari giliranku sehingga pada saat terakhir itu beliau berada dalam

14
pelukan. Allah telah menyatukan ludahku dengan ludah beliau saat detik akhir
dari kehidupan beliau.
Abdurrahman bin Abu Bakar masuk ke dalam sambil membawa siwak di
tangannya. Saat itu, aku masih memeluk tubuh beliau. Aku melihat pandangan
beliau melirik kepadanya. Aku tahu betul bahwa beliau amat senang bersiwak.
Aku berkata lirih kepada beliau,
"Apakah engkau ingin aku mengambilkannya ?"
Kepala beliau mengangguk pertanda setuju. Aku mengambilnya salu
menggosokkannya ke mulut beliau. Karena aku merasa gosokanku terlalu keras,
maka aku berkata pada beliau,
"Apakah aku harus memelankan gosokannya ?"
Beliau kembali menganggukan kepala mengiyakan. Dengan sangat pelan
aku menggosokan siwak itu. Saat itu ada sebejana air di dekat tangan beliau,
beliau mencelupkan tangannya lalu mengusapkannya ke wajah beliau, kemudian
berkata lirih.
Tidak ada illah selain Allah. Sesungguhnya bagi kematian itu ada
sekaratnya.13
Selain itu, setelah selesai bersiwak, beliau mengangkat tangannya yang
lemah, terlihat jari jemarinya bergerak. Pandangannya tertancap ke arah langit-
langit rumah, perlahan-lahan kedua bibir beliau bergerak. Aisyah masih dapat
mendengar apa yang beliau ucapkan.
"Bersama dengan orang orang yang Engkau anugerahi nikmat, yaitu
mereka dan para nabiyyin, shadiqin, syuhada dan shalihi. Ya Allah, ampunilah
dosaku, dan rahmatilah aku Pertemukanlah aku dengan Kekasih Yang Maha
Tinggi, pertemukanlah aku dengan Kekasih Yang Maha Tinggi.”
Beliau mengucapkan kalimat terakhir sebanyak tiga kali. Tangannya
semakin lemah, kemudian terkulai, dan Innalillahi wa inna ilaihi raaji’un.
Beliau telah kembali ke pangkuan Kekasih Yang Maha Tinggi.
13
Lihat Shahih Bukhari, Bab Sakit Nabi SAW, II/640

15
Peristiwa yang memilukan itu terjadi pada saat waktu dhuha mulai terasa
panas, bertepatan dengan hari kelahiran beliau, yaitu hari senin tanggal 11 Rabiul
Awwal tahun 12 H. Beliau wafat pada usia 63 tahun lebih empat hari.
Setelah mendengar kabar wafatnya Rasulullah SAW, Umar berdiri di
hadapan orang-orang seraya berkata,
"Sungguh orang-orang munafiklah yang beranggapan bahwa Rasulullah
SAW telah wafat. Rasulullah SAW sama sekali tidak wafat lainkan pergi untuk
sementara, seperti perginya Musa bin Imran, dia hilang dari kaumnya selama
empar puluh hari, kemudian dia kembali setelah dianggap telah wafat.
Demi Allah, Rasulullah SAW benar-benar akan kembali lagi, dan saat itu
beliau akan memotong tangan dan kaki orang-orang yang mengatakan bahwa
beliau telah wafat.
Sementara itu, Abu Bakar yang tinggal di dataran tinggi Madina, dia
memacu kudanya sekencang mungkin. Tanpa berbicara sepata katapun dia
langsung masuk ke dalam masjid dan menemukan Aisyah. Dia langsung
menghampiri jasad Rasulullah SAW yang sudah diselimuti kain hitam. Perlahan
dia membuka kain yang menutupi wajah beliau dan memandangnya sebentar
lalu menutupnya kembali, pilu: Kemudian meluk tubuhnya seraya menangis
sedih. Kemudian dia berkata,
"Demi yang Ayah dan Ibuku menjadi tebusanmu, Allah tidak akan
mengumpulkan dua kematian atas engkau. Kematian ini adalah kematian yang
sudah ditetapkan atas engkau. Maka sungguh engkau telah wafat.
Setelah itu, Abu Bakar keluar menghampiri Umar yang tengah berbicara di
hadapan orang-orang. Penuh wibawa dia berkata, "Duduk wahai Umar!
Umar menolak untuk duduk, lalu Abu Bakar membaca syahadat sehingga
orang-orang beralih kepadanya dan meninggalkan Umar bin Khattab
Selanjutnya, Abu Bakar berkata syarat makna,

16
"Barangsiapa yang menyembah Muhammad, ketahuilah! Bahwa dia telah
meninggal dunia. Dan barangsiapa yang menyembah Allah, maka Dia Maha
Hidup dan tidak akan pernah mati. Allah SWT telah berfirman,
"Muhammad itu tidak lain hanyalah seorang rasul, sungguh telah berlalu
sebelumnya beberapa orang rasul14. Apakah Jika dia wafat atau dibunuh kamu
berbalik ke belakang (murtad) ? Barangsiapa yang berbalik ke belakang maka
tidak dapat mendatangkan mudarat kepada Allah sedikit pun dan Allah akan
memberi balasan kepada orang-orang yang bersyukur.” (Q.S. Ali Imran: 144).
Ibnu Abbas mengatakan, "Demi Allah, semua orang seperti tidak pernah
mengetahui bahwa ayat tersebut pernah diturunkan, hingga datang Abu Bakar
membacakannya untuk mengingatkan mereka. Darinyalah kemudian mereka
sadar sehingga tidak ada yang mendengarnya, kecuali dia langsung ikut
membacanya.
Sayyid bin Musayyab mengatakan, "Umar berkata, "Demi Allah, setelah
aku mendengar ayat yang dibaca oleh Abu Bakar, maka aku sadar bahwa itu
adalah kebenaran. Tubuhku limbung, seolah kakiku tidak sanggup untuk berpijak
sehingga aku terduduk di tanah. Dan seketika aku menyadari bahwa Rasulullah
SAW telah meninggal dunia".15

14
Maksudnya, Nabi Muhammad SAW ialah seorang manusia yang diangkat Allah SWT menjadi Rasul.
Rasul-rasul sebelumnya telah wafat. Ada yang wafat karena terbunuh ada pula yang karena sakit
biasa. Karena itu Nabi Muhammad SAW juga akan wafat seperti halnya rasul-rasul yang terdahulu itu.
Di waktu berkecamuknya Perang Uhud tersiarlah berita bahwa Nabi Muhammad SAW mati terbunuh.
Berita itu mengacaukan kaum muslimin sehingga ada yang bermaksud meminta perlingdungan
kepada Abu Sufyan (pemimpin kaum Quraisy). Sementara itu, orang-orang munafik mengatakan
bahwa kalua Nabi Muhammad itu seorang Nabi tentulah dia tidak akan mati terbunuh. Maka Allah
menurunkan ayat ini untuk menenteramkan hati kaum muslimin dan membantah kata-kata orang
munafik itu. (Sahih Bukhari Bab Jihad).Abu Bakar r.a mengemukakan ayat ini di mana terjadi pula
kegelisahan di kalangan para sahabat di hari wafatnya Nabi Muhammad SAW untuk menenteramkan
Umar Ibnul Khattab r.a dan sahabat-sahabat yang tidak percaya tentang kewafatan Nabi Muhamad
SAW. (Shahih Bukhari Bab Ketakwaan Sahabat)
15
Shahih Bukhari, II/640-641

17

Anda mungkin juga menyukai