Anda di halaman 1dari 24

MAKALAH

“Konsep Desain/Prototype dan Kemasan Produk Barang/Jasa”

DISUSUN OLEH :

Nama : 1. Alhabby Karimulloh Akbar


2. Dinda Tasya
3. Dita Apriliza
4. Fhatasya Aulia
5. M. Ragil Albukhori
6. M. Yuri Fanero

Kelas : X IPS

SMK N 6 MUKOMUKO
TAHUN AJARAN 2022 / 2023

i
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum,wr.wb.

Alhamdulillah, Puja dan Puji hanya layak tercurahkan kepada Allah SWT. , karena atas
limpahan karunia-Nya. Shalawat serta salam semoga tercurahkan kepada Rasulullah
Muhammad Shallallahu’alaihi wa sallam. Manusia istimewa yang seluruh perilakunya layak
untuk diteladani, yang seluruh ucapannya adalah kebenaran, yang seluruh getar hatinya
kebaikan. Sehingga Penulis dapat menyelesaikan tugas Makalah Akhir Semester Genap ini
tepat pada waktunya.

Penulis membuat makalah dengan berjudul “Menganalisis Pembutan Desain dan


Pengemasan Produk Dan Jasa”. Sebab untuk memenuhi tugas pembimbing di semester
akhir ini.
Banyak kesulitan dan hambatan yang Penulis hadapi dalam membuat tugas makalah ini
tapi dengan semangat dan kegigihan serta arahan, bimbingan dari berbagai pihak sehingga
Penulis mampu menyelesaikan tugas makalah ini dengan baik.

Penulis menyimpulkan bahwa tugas Makalah “Menganalisis Pembutan Desain dan


Pengemasan Produk Dan Jasa” ini masih belum sempurna, oleh karena itu Penulis
menerima saran dan kritik, guna kesempurnaan tugas mandiri ini dan bermanfaat bagi Penulis
dan pembaca pada umumnya.

Penulis

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL................................................................................................ i
KATA PENGANTAR.............................................................................................. ii
DAFTAR ISI............................................................................................................. iii
BAB I PENDAHULUAN......................................................................................... 1
A. Latar Belakang Masalah................................................................................. 1
B. Rumusan Masalah.......................................................................................... 2
C. Manfaat Penulisan.......................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN.......................................................................................... 3
A. Konsep Prototype........................................................................................... 3
B. Konsep Desain Prototype Produk Barang dan Jasa....................................... 5
C. Desain prototype dalam kemasan produk..................................................... 13
BAB III PENUTUP.................................................................................................. 20
A. Kesimpulan.................................................................................................... 20
B. Saran............................................................................................................... 20
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................... 21

iii
BAB 1
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Di era globalisasi saat ini, kondisi perekonomian dan persaingan pasar yang
semakin ketat menuntut masyarakat ataupun pemilik usaha untuk mampu
memanfaatkan segala sumber daya yang dimiliki secara optimal, termasuk berusaha
menciptakan produk baru dimana pemilik usaha harus mampu untuk memperngaruhi
konsumen agar konsumen tertarik dengan adanya suatu produk dan jasa yang
baru,apalagi ditambah dengan desain produk nya yang menarik dan unik sehingga
konsumen akan loyal dengan produk tersebut.
Suatu persaingan yang kompetitif akan memecu pemilik usaha untuk senantiasa
berfikir kreatif dan inovatif agar usahanya unggul dan menjadi berbeda, agar dapat
bertahan dalam kondisi persaingan yang semakin kompetitif, pemilik usaha harus dapat
menerapkan strategi yang tepat untuk menciptakkan produk yang sesuai dengan
keinginan dan kebutuhan konsumen, hal ini perlu dilakukan agar produk pemilik usaha
tidak tertinggal dalam persaingan. Suatu dan produksi dan operasi adalah unsur penting
dalam sebuah perusahaan. Kelangsungan hidup mati suatu perusahaan terdapat pada
produksi dan operasinya.
Maka dari itu kami membuat makalah dengan berjudul “Menganalisis Desain
Produk Dan Jasa” Perusahaan dapat berjalan sebagaimana seperti perusahaan lain jika
dalam perusahaan tersebut ada kegiatan produksi ,operasi ditambah lagi desain produk
yang menarik dan unik. Selain Kegiatan produksi dan operasi, Desain Produk Dan Jasa
juga merupakan salah satu kegiatan yang menciptakan hasil produksi akan semakin
meningkat. Bagaimana tidak? Desain Produk Dan Jasa bertumpu pada desain dan
kemasan pada produk yang kita lakukan sekanang ini, semakin indah desain yang kita
ciptakan maka akan semakin banyak peminat konsumen. Terdapat banyak pilihan
dalam pemilihan, penetapan, dan perancangan produk. barang dan jasa yang ditawarkan
perusahaan kepada konsumen.
Pada dunia pemasaran persaingan merupakan hal yang lumrah dan wajar.
Makadari itu berbagai usaha dilakukan dalam upaya memenangkan persaingan ini.
Salah satu diantaranya adalah membuat desain kemasan produk yang menarik
sehinggadapat mengundang konsumen untuk membeli produk yang dipasarkan.

1
Menurut Christine Suharto Cenadi, daya tarik suatu produk tidak dapat terlepas dari
kemasannya. Kemasan merupakan “pemicu” karena ia langsung berhadapan
dengankonsumen. Karena itu kemasan harus dapat mempengaruhi konsumen untuk
memberikan respon positif.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan pembatasan masalah di atas, dapat dirumuskan permasalahannya yaitu:
1. Apa itu konsep prototype?
2. Apa itu Konsep Desain Prototype Produk Barang dan Jasa?
3. Apa itu Desain prototype dalam kemasan produk?

C. Manfaat penulisan
1. Manfaat pembuatan makalah ini untuk memberi penjelasan dan pengetahuan
kepada produsen atau yang mempunyai suatu produk agar dapat lebih
memperhatikan desain produk dan jasa.
2. Memberi pengertian dan pengetahuan luas tentang apa itu dan bagaimana cara
menganalisis produk dan jasa.

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Konsep Prototype
Desain prototype merupakan bentuk dasar dari sebuah produk yang mana bisa
digunakan untuk menyampaikan berbagai macam informasi mengenai gambaran
produk yang akan dibuat. Prototype sendiri merupakan tahapan yang sangat penting
dalam rencana pembuatan sebuah produk, karena hal ini menyangkut keunggulan dari
produk tersebut yang nantinya akan menentukan kemajuan dari sebuah usaha.
Untuk membuat desain prototype sebuah produk, kamu harus mengerti apa itu
prototype
produk, yaitu bentuk nyata sebuah produk atau ide rancangan berupa versi 3D, model
sketsa pada kertas, maupun media lain yang menampilkan serupa. Tahap membuat
desain prototype ada beberapa katagori berdasarkan dari fungsinya masing-masing.
Lalu bagaimana cara membuat desain prototype yang baik, menarik dan unik?
Berikut ini ada 5 langkah membuat prototype untuk sebuah produk:
1. Diagram Rinci atau Sketsa
Langkah pertama yang dilakukan adalah menciptakan sebuah konsep desain
prototype dalam bidang sketsa rinci ataupun diagram. Tujuan pembuatan sketsa ini
ialah untuk menangkap ide sebanyak mungkin dengan cara visual.
Idealnya desainer harus memiliki dua sketsa konsep, yakni sketsa desain
yang nantinya akan menunjukkan bagaimana produk mungkin muncul setelah
selesai dan sketsa teknis yang nantinya akan menunjukkan dimensi sebuah produk,
bahan, dan
bekerja. Kegiatan sketsa ini dapat menggunakan software maupun pada media
kertas.
2. Pembuatan Model 3D
Langkah yang satu ini merupakan langkah opsional, yakni mentransfer sketsa
konsep yang dibuat ke dalam software pemodelan 3D. Kegiatan yang satu ini akan
sangat membantu bagi investor maupun mitra dalam memvisualisasikan produk
dengan lebih baik. Kegiatan ini juga bisa dijadikan alat untuk membuat salinan
cetak 3D prototype yang dibuat.

3
3. Pembuatan ‘Bukti dari Konsep’
Setelah berhasil membuat ide yang telah divisualisasikan dalam perangkat
lunak 3D, desainer bisa mencetak ide tersebut untuk pembuktian dari konsep yang
telah dibuat. Jika produk yang dibuat terbilang kompleks yang membutuhkan
bantuan pihak lain (teknisi misalnya), tentunya desainer harus bisa melakukan
improvisasi lebih keras lagi.
Untuk katagori ini menegaskan kelayakan ide dan menunjukan fungsi pada
ide produk tersebut dengan sebenarnya dan menerapkan konsep yang dijalankan
benar-benar bekerja untuk produk tersebut. 
Pembuktian dari konsep yang dibuat tidak harus terlihat baik atau bahkan
menyerupai produk akhir, namun produk tersebut hanya harus  bekerja sesuai
kegunaannya. Pada pemodelan tahap awal, produk yang dibuat bisa menggunakan
produk biasa saja.
4. Pembuatan Presentasi Prototype
Pada tahapan ini, model produk yang dibuat harus terlihat seperti produk
akhir dan memiliki fungsi yang sama. Dengan kata lain fungsional pada penampilan
produk berupa wujud nyata dari produk tersebut.
Karena produk yang dibuat merupakan konsep desain prototype pertama,
desainer tidak perlu khawatir perihal jenis bahan yang akan digunakan atau bahkan
biaya yang dibutuhkan. Tujuan dari prototype pertama ialah untuk mendapatkan
modal kerja yang menyerupai produk akhir. Hasil dari presentasi prototype ini
dapat dirasakan bahkan dapat dijadikan sebuah contoh. Dengan kata lain tahap
presentasi ini adalah demo testing dari produk tsb.
5. Pembuatan Prototype Siap Produksi
Setelah semuanya selesai dan presentasi prototype atau prototype pertama
sesuai dengan yang diinginkan, langkah selanjutnya adalah membuat prototype siap
produksi. Modifikasi dari tahap presentasi prototype, Yang berfungsi sebagai bahan
atau contoh produk yang siap diproduksi secara masal.
Desainer mulai melakukan proses biaya dan kelayakan analisis produk yang
akan dibuat. Pada tahapan ini pula, desainer harus mencari cara untuk
meningkatkan estetika dan daya tahan dari produk termasuk di dalamnya mencari
keseimbangan antara biaya serta kualitas yang akan ditargetkan pada konsumen.

4
Jika kegiatan konsep desain prototype siap produksi telah dilaksanakan,
maka desainer bisa menemukan produsen yang sesuai dengan mulai menjual ide
yang dibuat secara global.

B. Konsep Desain Prototype Produk Barang dan Jasa


1. Pengertian Prototype Produk
Fenomena dewasa ini banyak manajer menjalankan Total Quality
Management (TQM) sebagai prioritas untuk peningkatan dan pengendalian kualitas
produk. Karena kualitas suatu produk berhubungan erat dengan kepuasan pelanggan
(customer satisfaction) serta keuntungan industri. Dengan kualitas yang lebih tinggi
akan menghasilkan kepuasan pelanggan yang lebih tinggi, sekaligus mendukung
harga yang lebih tinggi dan sering juga biaya lebih rendah.
Perhatian terhadap kualitas yang terbaik adalah bukan pada produk akhir. Hal
ini penting agar produk akhir yang dihasilkan adalah produk yang bebas cacat dan
tidak ada lagi pemborosan karena produk tersebut dibuang atau dikerjakan ulang.
Maka sebaiknya perhatian terhadap kualitas harus dimulai pada saat awal
pembangunan produk. Tahapan yang sangat penting dalam perencanaan awal
pembuatan produk adalah pembuatan prototipe produk.
Prototipe produk (purwa–rupa produk) adalah bentuk dasar dari sebuah
produk merupakan tahapan yang sangat penting dalam rencana pembuatan produk
karena menyangkut keunggulan produk yang akan menentukan kemajuan suatu
usaha di masa mendatang. Dikatakan sebagai tahapan yang sangat penting karena
prototipe dibuat untuk diserahkan pada pelanggan (lead–user) agar pelanggan dapat
mencoba kinerja prototipe tersebut. Selanjutnya jika pelanggan memiliki komplain
ataupun masukan mengenai protipe tersebut maka industri mendokumentasikannya
untuk proses perbaikan prototipe tersebut. Sehingga menciptakan suatu sistem
inovasi produk yang dibangun bersama-sama antara industri dan pelanggan sebagai
upaya pemenuhan kepuasan pelanggan (customers).
Sebagai bentuk dasar produk, prototipe memiliki bagian yang ukuran dan
bahan sama seperti jenis produk yang akan dibuat tetapi tidak harus difabrikasi
dengan proses sebenarnya ditujukan untuk pengetesan untuk menentukan apakah
produk bekerja sesuai desain yang diinginkan dan apakah produk memuaskan
kebutuhan pelanggan. Prototipe seperti ini disebut alpha prototype ada juga yang
disebut beta prototype yang dibuat dengan bagian yang disuplai oleh proses

5
produksi sebenarnya, tetapi tidak rakit dengan proses akhir ditujukan untuk
menjawab pertanyaan akan performance dan ketahanan uji untuk menemukan
perubahan yang perlu pada produk final.
2. Tahapan-Tahapan Prototype
Berikut tahapan prototype:
a. Pendefinisian produk: merupakan penerjemahan konsep teknikal yang
berhubungan dengan kebutuhan dan perilaku konsumen kedalam bentuk
perancangan termasuk aspek hukum produk dan aspek hukum yang melibatkan
keamanan dan perlindungan terhadap konsumen.
b. Working model: dibuat tidak harus mempresentasikan fungsi produk secara
keseluruhan dan dibuat pada skala yang seperlunya saja untuk membuktikan
konsep dari pembuatan produk dan menemukan hal-hal yang tidak sesuai
dengan konsep yang telah dibuat. Working model juga dibangun untuk menguji
parameter fungsional dan membantu perancangan prototipe rekayasa.
c. Prototipe rekayasa (engineering prototype): dibuat seperti halnya working
model namun mengalami perubahan tingkat kompleksitas maupun superioritas
dari working model, dibangun mencapai tingkat kualitas teknis tertentu agar
dapat diteruskan menjadi prototipe produksi atau untuk dilanjutkan pada
tahapan produksi.
d. Prototipe rekayasa ini dibuat untuk keperluan pengujian kinerja operasional
dan kebutuhan rancangan sistem produksi.
e. Prototipe produksi (production prototype): bentuk yang dirancang dengan
seluruh fungsi operasional untuk menentukan kebutuhan dan metode produksi
dibangun pada skala sesungguhnya dan dapat menghasilkan data kinerja dan
daya tahan produk dan part-nya.
f. Qualified production item: dibuat dalam skala penuh berfungsi secara penuh
dan diproduksi pada tahap awal dalam jumlah kecil untuk memastikan produk
memenuhi segala bentuk standar maupun peraturan yang diberlakukan terhadap
produk tersebut biasanya untuk diuji-cobakan kepada umum.
g. Untuk mematangkan produk yang hendak diproduksi secara komersil,
maka produk perlu memasuki pasar untuk melihat ancaman-ancaman produk
yang terjadi; misal: keamananan, regulasi, tanggung jawab, ketahanan dan
kerusakan (wear–and–tear), pelanggaran, siklus break even dan polusi, dan
konsekuensinya diperlukan peningkatan program pemasaran.

6
h. Model: merupakan alat peraga yang mirip produk yang akan dibangun (look–
like–models). Secara jelas menggambarkan bentuk dan penampilan produk baik
dengan skala yang diperbesar, 1:1, atau diperkecil untuk memastikan produk
yang akan dibangun sesuai dengan lingkungan produk maupun lingkungan user.
i. Prototipe adalah bentuk efektif dalam mengkomunikasikan konsep produk
namun jangan sampai menyerupai bentuk produk sebenarnya karena
mengandung resiko responden akan menyamakannya dengan produk akhir.
3. Pengertian Kemasan Produk
Kemasan adalah desain kreatif yang mengaitkan bentuk, struktur, material,
warna, citra, tipografi dan elemen-elemen desain dengan informasi produk agar
produk dapat dipasarkan. Kemasan digunakan untuk membungkus, melindungi,
mengirim, mengeluarkan, menyimpan, mengidentifikasi dan membedakan sebuah
produk di pasar (Klimchuk dan Krasovec, 2006:33).
Menurut Kotler & Keller (2009:27), pengemasan adalah kegiatan merancang
dan memproduksi wadah atau bungkus sebagai sebuah produk. Pengemasan adalah
aktivitas merancang dan memproduksi kemasan atau pembungkus untuk produk.
Biasanya fungsi utama dari kemasan adalah untuk menjaga produk. Namun,
sekarang kemasan menjadi faktor yang cukup penting sebagai alat pemasaran
(Rangkuti, 2010:132).
Kemasan yang dirancang dengan baik dapat membangun ekuitas merek dan
mendorong penjualan. Kemasan adalah bagian pertama produk yang dihadapi
pembeli dan mampu menarik atau menyingkirkan pembeli. Pengemasan suatu
produk biasanya dilakukan oleh produsen untuk dapat merebut minat konsumen
terhadap pembelian barang. Produsen berusaha memberikan kesan yang baik pada
kemasan produknya dan menciptakan model kemasan baru yang berbeda dengan
produsen lain yang memproduksi produk-produk sejenis dalam pasar yang sama.
4. Fungsi Kemasan Produk
Banyak perusahaan yang sangat memperhatikan pembungkus suatu barang
sebab mereka menganggap bahwa fungsi kemasan tidak hanya sebagai
pembungkus, tetapi jauh lebih luas dari pada itu. Simamora (2007) mengemukakan
pengemasan mempunyai dua fungsi yaitu:
a. Fungsi Protektif
Berkenaan dengan proteksi produk, perbedaan iklim, prasarana transportasi, dan
saluran distribusi yang semua berimbas pada pengemasan. Dengan pengemasan

7
protektif, para konsumen tidak perlu harus menanggung risiko pembelian
produk rusak atau cacat.
b. Fungsi Promosional
Peran kemasan pada umumnya dibatasi pada perlindungan produk. Namun
kemasan juga digunakan sebagai sarana promosional. Menyangkut promosi,
perusahaan mempertimbangkan preferensi konsumen menyangkut warna,
ukuran, dan penampilan.
Sedangkan menurut Kotler (1999:228), terdapat empat fungsi kemasan sebagai satu
alat pemasaran, yaitu :
a. Self service. Kemasan semakin berfungsi lebih banyak lagi dalam proses
penjualan, dimana kemasan harus menarik, menyebutkan ciri-ciri produk,
meyakinkan konsumen dan memberi kesan menyeluruh yang mendukung
produk.
b. Consumer offluence. Konsumen bersedia membayar lebih mahal bagi
kemudahan, penampilan, ketergantungan dan prestise dari kemasan yang lebih
baik.
c. Company and brand image. Perusahaan mengenal baik kekuatan yang
dikandung dari kemasan yang dirancang dengan cermat dalam mempercepat
konsumen mengenali perusahaan atau merek produk.
d. Inovational opportunity. Cara kemasan yang inovatif akan bermanfaat bagi
konsumen dan juga memberi keuntungan bagi produsen.
Selain berfungsi sebagai media pemasaran, kemasan juga memiliki beberapa fungsi
lain, yaitu sebagai berikut:
a. Kemasan melindungi produk dalam pergerakan. Salah satu fungsi dasar kemasan
adalah untuk mengurangi terjadinya kehancuran, busuk, atau kehilangan melalui
pencurian atau kesalahan penempatan.
b. Kemasan memberikan cara yang menarik untuk menarik perhatian kepada
sebuah produk dan memperkuat citra produk.
c. Kombinasi dari keduanya, marketing dan Logistik dimana kemasan menjual
produk dengan menarik perhatian dan mengkomunikasikannya.

8
5. Tujuan Kemasan Produk
Menurut Louw dan Kimber (2007), kemasan dan pelabelan kemasan
mempunyai beberapa tujuan, yaitu:
a. Physical Production. Melindungi objek dari suhu, getaran, guncangan, tekanan
dan sebagainya.
b. Barrier Protection. Melindungi dari hambatan oksigen uap air, debu, dan
sebagainya.
c. Containment or Agglomeration. Benda-benda kecil biasanya dikelompokkan
bersama dalam satu paket untuk efisiensi transportasi dan penanganan.
d. Information Transmission. Informasi tentang cara menggunakan transportasi,
daur ulang, atau membuang paket produk yang sering terdapat pada kemasan
atau label.
e. Reducing Theft. Kemasan yang tidak dapat ditutup kembali atau akan rusak
secara fisik (menunjukkan tanda-tanda pembukaan) sangat membantu dalam
pencegahan pencurian. Paket juga termasuk memberikan kesempatan sebagai
perangkat anti-pencurian.
f. Fitur yang menambah kenyamanan dalam distribusi, penanganan, penjualan,
tampilan, pembukaan, kembali penutup, penggunaan dan digunakan kembali.
g. Kemasan dan label dapat digunakan oleh pemasar untuk mendorong calon
pembeli untuk membeli produk.
6. Jenis-Jenis Kemasan
Berdasarkan struktur isi, kemasan dibagi menjadi tiga jenis, yaitu:
a. Kemasan Primer, yaitu bahan kemas langsung mewadahi bahan pangan (kaleng
susu, botol minuman, dll).
b. Kemasan Sekunder, yaitu kemasan yang fungsi utamanya melindungi kelompok
kemasan lainnya, seperti misalnya kotak karton untuk wadah kaleng susu, kotak
kayu untuk wadah buah-buahan yang dibungkus dan sebagainya.
c. Kemasan Tersier dan Kuarter, yaitu kemasan yang diperlukan untuk
menyimpan, pengiriman atau identifikasi. Kemasan tersier umumnya digunakan
sebagai pelindung selama pengangkutan.
Berdasarkan frekuensi pemakaiannya, kemasan dibagi menjadi tiga jenis, yaitu:
a. Kemasan sekali pakai (Disposable), yaitu kemasan yang langsung dibuang
setelah satu kali pakai. Contohnya bungkus plastik, bungkus permen, bungkus
daun, karton dus, makanan kaleng.

9
b. Kemasan yang dapat dipakai berulang kali (Multi Trip), kemasan jenis ini
umumnya tidak dibuang oleh konsumen, akan tetapi dikembalikan lagi pada
agen penjual untuk kemudian dimanfaatkan ulang oleh pabrik. Contohnya botol
minuman dan botol kecap.
c. Kemasan yang tidak dibuang (Semi Disposable). Kemasan ini biasanya
digunakan untuk kepentingan lain di rumah konsumen setelah dipakai.
Contohnya kaleng biskuit, kaleng susu dan berbagai jenis botol.
Berdasarkan tingkat kesiapan pakai, kemasan dibagi menjadi dua jenis, yaitu:
a. Kemasan siap pakai, yaitu bahan kemas yang siap untuk diisi dengan bentuk
yang telah sempurna sejak keluar dari pabrik. Contohnya adalah wadah botol,
wadah kaleng, dan sebagainya.
b. Kemasan siap dirakit, yaitu kemasan yang masih memerlukan tahap perakitan
sebelum pengisian, misalnya kaleng dalam bentuk lempengan dan silinder
fleksibel, wadah yang terbuat dari kertas, foil atau plastik.
7. Pengertian Sketsa
Menurut Linda Murray dan Peter, Sketsa adalah rancangan kasar dari suatu
komposisi atau sebagian komposisi dibuat demi kepuasan pribadi. Pada tahap ini
ada beberapa hal yang menjadi acuan yaitu skala, perbandingan, komposisi,
penyinaran dan lain sebagainya.
Sementara menurut H.W Flower, Sketsa adalah begitu saja tanpa persiapan.
Merupakan gambaran atau lukisan pendahuluan yang kasar, ringan dan semata-
mata garis besar. Kegiatan menggambar sketsa pada dasarnya memerlukan alat dan
bahan yang sangat sederhana untuk dapat membuat tanda goresan yang mewakili
bentuk sesungguhnya.
Beberapa garis yang digoreskan pada bidang datar dapat memberikan suatu
kesan simbol tentang bentuk yang ada di sekitar kita atau gagasan tentang sesuatu
yang terlihat dan terlintas dalam benak seseorang.
Dengan demikian pikiran dan perasaan dapat diungkapkan dalam bentuk
visual melalui kegiatan menggambar, sehingga menggambar termasuk kegiatan
mendasar dalam berkarya seni rupa.
Kegiatan menggambar sketsa dapat dianalogikan dengan kegiatan menulis.
Ketika kita hendak menulis, sebelum dapat menulis kalimat yang baik kita
cenderung menulis dan merangkai beberapa kata terlebih dahulu hingga diperoleh
kalimat yang sesuai.

10
Demikian pula halnya dengan kegiatan menggambar sketsa. Sebelum dapat
membuat karya seni rupa yang utuh, umumnya para seniman membuat sketsa
terlebih dahulu.
Menurut Fajar Sidik (1981) garis atau penggarisan merupakan unsur yang
paling menonjol hakiki dalam seni lukis, akan tetapi pada dasarnya terdapat
perbedaan antara sketsa dengan lukisan. Ada ungkapan yang menarik yang
disampaikan oleh Kusnadi, seorang seniman dan kritikus seni rupa. Sketsa ibarat
gesekan biola tunggal, sedangkan lukisan merupakan sebuah orkes yang lengkap.
Ungkapan ini menyatakan dua hal, pertama, sketsa sebagai ungkapan estetis
dihadirkan secara sangat sederhana karena menggunakan garis secara hemat dan
selektif.
Umumnya sketsa dikerjakan dengan cepat dan secara spontan. Jika sketsa
dibangun oleh unsur-unsur garis sebagai medium utamanya, lukisan merupakan
ungkapan lengkap, dalam arti penyajiannya dibangun dengan menggunakan unsur-
unsur lain, seperti tekstur, kedalaman/ruang, gelap-terang, dan warna di samping
unsur garis.
Bahkan, dalam lukisan unsur warna menjadi penting sebagai unsur
tambahannya (Schinneller,1966). Sebagaimana halnya dengan karya lukisan, sketsa
juga memiliki keragaman tema, gaya dan teknik pengungkapannya. Perbedaan yang
mencolok hanyalah pada medium pengucapannya.
8. Jenis-Jenis Sketsa
a. Gambar garis besar yaitu sketsa yang membuat garis-garis bentuk sederhana
tanpa rincian dan tidak selesai.
b. Sketsa cepat yaitu sketsa yang menggunakan beberapa garis saja untuk
menampilkan citra suatu sketsa yang sudah selesai.
c. Studi citra yaitu sketsa yang berupa coretan dengan cepat dan kurang terperinci
hanya menunjukan bentuk global.
9. Komposisi Unsur Sketsa
Komposisi memiliki peranan penting dalam terciptanya sebuah sketsa yang
bagus. Komposisi atau susunan unsur-unsur dalam seni rupa harus berada pada
perbandingan yang tepat agar dihasilkan karya yang pas. Adapun unsur-unsur
dalam sketsa antara lain :

11
a. Garis – Garis adalah unsur yang memiliki peran utama di dalam membentuk
komposisi. Jenis garis yang dapat membentuk komposisi : komposisi garis
lurus; komposisi garis lengkung.
b. Warna – Meskipun umumnya sketsa terdiri dari satu jenis warna, akan tetapi
pengaturan komposisi warna pada objek sktesa sangat diperlukan agar
memberikan kesan harmonis. Komposisi warna pada sketsa umumnya diatur
berdasarkan gelap terang pencahayaan.
c. Bidang dan bentuk – Bidang dan bentuk adalah unsur yang dibentuk melalui
garis-garis yang disusun atau digores sedemikian rupa. Keharmonisan dari
komposisi bentuk ditentukan dari berbagai faktor unsur-unsurnya yaitu simetris,
asimetris, sentral, dan diagonal.
d. Efek pencahayaan – Unsur gelap terang merupakan pelengkap dalam
pengkomposisian warna. Meskipun sketsa cenderung berupa gambar kasar yang
tidak selesai, akan tetapi goresan-goresan yang dihasilkan kerap kali
menghasilkan efek gelap terang sehingga sebuah objek dapat diamati dengan
cukup jelas.
10. Aturan Dalam Membuat Sketsa
a. Membuat kerangka gambar yang terdiri dari garis-garis vertical, horizontal,
maupun lengkung secara tipis.
b. Menggambar garis sekundernya, misalnya melukis kerangka kubus atau kotak
dalam keadaan tipis
c. Menebalkan garis sketsa yang sudah benar. Ketebalan sesuai dengan karakter
jenis garis yang diinginkan.
11. Fungsi Atau Manfaat Sketsa
Senada dengan defenisinya, sktesa memiliki beberapa fungsi yaitu :
a. Untuk lebih memfokuskan gambaran atau gagasan tema
b. Meminimalisir kesalahan
c. Mempertajam pengamatan
d. Meningkatkan kemampuan koordinasi hasil pengamatan dan keterampilan
tangan.

12
C. Desain prototype dalam kemasan produk
1. Definisi Produk
Untuk apa produk atau jasa itu digunakan. Perusahaan mendesain suatu
produk dengan tujuan bagaimana meningkatkan fungsi-fungsinya. Selanjutnya
definisi suatu produk dilihat dari aspek desain seperti warna, bentuk dan
ukurannya yang dapat diterima oleh pasar.
Gambaran teknis (engineering drawing) merupakan dimensi dan toleransi
atas bahan baku yang dibeli atau bahan baku yang diproduksi yang dapat
dipergunakan sebagai komponen didalam proses produksi. Gambaran ini
merupakan standar kualitas atau mutu bahan baku yang menjadi komponen yang
akan dipakai dalam proses produksi.
Kartu stok (Bill of Materials = BOM) merupakan daftar dari tiap-tiap
komponen dengan uraiannya, jumlahnya dan berapa kebutuhan yang diperlukan
untuk memproduksi suatu barang. BOM merupakan dokumen yang dibuat
berdasarkan hasil desain produk dan menjadi dasar bagi manajer produksi untuk
melaksanakan proses produksi, sehingga proses produksi dapat menghasilkan
suatu produk yang sesuai dengan desain yang ditentukan dalam pengembangan
produk.
Suatu produk yang telah didesain untuk memproduksinya membutuhkan
dokumen seperti berikut ini:
1. Gambaran teknis assembling (assembly drawing), yang merupakan cara
pengelolahan suatu produk. Gambaran teknis biasanya merupakan gambaran
tiga dimensi, berupa gambaran isometrik (yang menggambarkan setiap
komponen dan cara penggabungannya).
2. Urutan penggabungan komponen (chart assembling), merupakan bentuk
skematik bagaimana suatu produk di-assembling, dibeli komponennya atau
dikombinasikan, serta alur tiap komponen sesuai dengan subassembling yang
ada untuk menghasilkan suatu produk akhir.
3. Daftar alir komponen (route sheet), merupakan aturan operasional untuk
mengassembling dan inspeksi kebutuhan untuk memproduksi suatu
komponen dengan bahan baku yang spesifik berdasarkan bill of materials.
4. Order (work order) adalah instruksi untuk membuat sejumlah item produk dan
bagian-bagiannya yang dilengkapi dengan skedul pembuatannya.

13
5. Pembertahuan perubahan teknik (engineering change notice), merupakan
koreksi teknik akibat modifikasi dari gambaran teknik atau bill of materials.
6. Sistem perencanaan produk (configuration management), merupakan sistem
dari perencanaan produk dan perubahan komponen yang secara akurat
dikenali dan dikendalikan secara akuntabilitas atas perubahan
pemeliharaannya.
2. Strategi Produk dengan Keunggulan Bersaing
Strategi produk disusun dengan melakukan seleksi atas keinginan
pelanggan, baik pelanggan tingkat lokal, regional maupun tingkat dunia yang
sesuai dengan acuan patokan (benchmarking) yang ditetapkan perusahaan.
Selanjutnya mendefinisikan produk yang akan dihasilkan ke dalam sistem
manajemen operasional dan implikasinya, dilanjutkan dengan membuat desain
produk yang akan diproduksi melalui manajemen operasional.
Sebagai contoh; strategi Toyota yaitu merespons secara cepat perubahan
pelanggan. Desain produk mobil A di dalam industrinya dilakukan secara cepat,
di mana desain produk mobil A sudah harus mulai dikembangkan sebelum umur
desain A mencapai dua tahun, kemudian ditindaklanjuti dengan penghentian
produksi desain A pada tahun ketiga. Maksudnya bahwa produk berdasarkan satu
desain produksinya paling lama hanya tiga tahun, sesudah itu sudah harus ada
perubahan dengan menciptakan desain produk baru.
KFC mendesain produk siap saji (fast food) dengan bahan daging ayam
yang berdasarkan budaya tiap-tiap negara adalah daging yang tidak haram, seperti
India, Indonesia dan Malaysia serta Timur Tengah. Selanjutnya produk
dikembangkan dengan pelengkap minuman ringan yang bervariasi.
3. Siklus Kehidupan Produk ( Product Life Cycle)
Product Life Cycle (PLC) yang menggambarkan lahirnya suatu produk baru
sampai pada kematian suatu produk yang dikatakan sudah lama. Secara
sederhana, konsep ini menyatakan bahwa hampir semua produk baru yang
ditawarkan kepada masyarakat akan menjalani suatu siklus kehidupan yang
terdiri atas empat tahap dalam periode waktu terbatas. Tiap tahap dalam PLC,
membuka kesempatan-kesempatan baru dan menimbulkan masalah-masalah baru
bagi manajemen produksi. Bila diketahui kedudukan produk dalam siklus
kehidupannya, maka dapat dirumuskan rencana perbaikan desain dan

14
pengembangan produk yang lebih baik. Secara ringkas keempat tahap PLC
tersebut dapat diperinci sebagai berikut :
a. Tahap perkenalan (introduction)
b. Tahap pertumbuhan
c. Tahap kejenuhan
d. Tahap penurunan
4. Analisis Produk Berdasarkan Nilai
Manajer operasi yang efektif memilih produk yang terlihat paling
menjanjikan. Ini merupakan prinsip Pareto (yakni, fokus pada permasalahan yang
sedikit tetapi penting, dan bukan pada permasalahan yang banyak tetapi sepele)
yang diterapkan pada bauran produk. Analisis produk berdasarkan nilai (product
by value analysis) mengurutkan produk secara menurun berdasarkan kontribusi
dollar individu masing-masing produk bagi perusahaan. Analisis ini juga
mengurutkan kontribusi dollar tahunan total dari suatu produk. Kontribusi rendah
perunit dari satu produk tertentu mungkin akan terlihat sama sekali berbeda jika
ia mewakili sebagian besar penjualan perusahaan.
Laporan produk berdasarkan nilai membuat manajemen dapat mengevaluasi
strategi yang mungkin untuk setiap produk. Hal ini mungkin meliputi
penambahan arus kas (sebagai contoh, peningkatan kontribusi dengan
meningkatkan harga jual atau menurunkan biaya), peningkatan total penerimaan
dan kelangsungan hidup perusahaan. Dalam kondisi persaingan modern,
perusahaan yang tidak melakukan usaha inovasi akan menghadapi risiko lebih
besar untuk kehilangan pasarnya. Konsumen dan industri pemakai selalu
menginginkan produk baru dan produk lebih “baik” yang dapat meningkatkan
pemenuhan kepuasan mereka.
Langkah-langkah yang diikuti dalam pengembangan produk baru terdiri
atas lima langkah berikut ini:
1. Pencarian gagasan
2. Seleksi produk
3. Desain produk pendahuluan
4. Pengujian (testing)
5. Desain akhir (final)
Bagi perusahaan-perusahaan jasa, tahap desain akhir bersangkutan dengan
penetapan standar-standar dan prosedur-prosedur pelayanan. Sebagai contoh,

15
dalam kasus sebuah bank, standar waktu tunggu untuk berbagai tipe pelayanan
bank dapat ditentukan.
Pengembangan produk baru ini bukanlah pekerjaan yang mudah, karena
adanya berbagai hambatan, di antaranya:
1. Kurangnya gagasan (idea) pengembangan produk baru yang baik
2. Kondisi pasar yang semakin bersaing, karena banyaknya persaingan dan
berbagai produk substitusi
3. Batasan-batasan yang semakin bertambah dari masyarakat dan Pemerintah.
Sebagai contoh, perlindungan akan keselamatan lingkungan, dan keamanan
pemakaian produk
4. Biaya proses pengembangan produk baru yang sangat mahal; karena untuk
dapat menghasilkan beberapa produk baru, perusahaan harus
mengembangkan sejumlah besar gagasan produk baru. Dan dari sejumlah
besar gagasan ini hanya sedikit yang sukses diperkenalkan ke pasar sebagai
produk
5. Tingginya tingkat kegagalan produk baru dalam pemasarannya, karena
ternyata tidak memenuhi pengharapan konsumen atau tidak dapat memuaskan
kebutuhan dan keinginan konsumen
6. Jangka waktu kehidupan produk baru yang pendek, karena setelah produk
baru secara komersial sukses, maka dalam waktu singkat banyak perusahaan
lain meniru dan membanjiri pasar dengan produk mereka.
5. Quality Function Deployment (QFD)
Quality Function Deployment (QFD) berkaitan dengan (1) menetapkan apa
yang akan memuaskan pelanggan dan (2) menerjemahkan keinginan pelanggan
pada desain yang ditargetkan. Idenya adalah untuk memahami keinginan
pelanggan dan memperkenalkan solusi proses alternatif. Informasi ini kemudian
dipadukan dalam desain produk yang terus berubah. QFD digunakan di awal
proses desain untuk membantu menetapkan apa yang dapat memuaskan
pelanggan dan kemana penyebaran usaha-usaha berkualitas.
Satu alat QFD adalah rumah kualitas (house of quality). Rumah kualitas
merupakan teknik grafis untuk menjelaskan hubungan antara keinginan
pelanggan dan produk atau jasa. Hanya dengan menetapkan hubungan ini seorang
manajer operasi dapat membangun produk dan proses dengan keistimewaan yang
diinginkan pelanggan.

16
Penerapan hubungan inilah yang merupakan langkah awal membangaun
sistem produksi tingkat dunia. Untuk membuat rumah kualitas dilakukan enam
langkah dasar :
a. Kenali keinginan pelanggan
b. Kenali bagaimana produk/jasa akan memuaskan keinginan pelanggan
c. Hubungkan keinginan pelanggan dengan bagaimana produk akan dibuat
untuk memenuhi keinginan pelanggan tersebut
d. Kenali hubungan antar sejumlah bagaimana pada perusahaan
e. Buat tingkat kepentingan.
f. Evaluasi produk pesaing
6. Kemampuan untuk Diproduksi dan Rekayasa Nilai
Kemampuan untuk Diproduksi dan Rekayasa Nilai (manufacturability and
value engineering) memperhatikan perbaikan desain dan spesifikasi pada tahapan
pengembangan produk mulai dari penelitian, pengembangan, desain, dan
produksi. Selain pengurangan biaya yang nyata dan langsung terlihat, desain agar
barang dapat diproduksi dan rekayasa nilai juga menghasilkan keuntungan lain.
Di antaranya adalah:
a. Mengurangi kompleksitas produk
b. Standardisasi tambahan komponen
c. Perbaikan aspek fungsional produk
d. Memperbaiki desain pekerjaan dan keamanan pekerjaan
e. Memperbaiki kemudahan pemeliharaan produk
f. Desain yang tanggung
Kemampuan untuk diproduksi dan aktivitas rekayasa nilai mungkin
merupakan teknik terbaik yang ada untuk menghindari biaya pada manajemen
operasi. Hal tersebut dapat menghasilkan peningkatan nilai dengan memusatkan
perhatian untuk mencapai spesifikasi fungsional yang dibutuhkan untuk
memenuhi kebutuhan pelanggan dengan cara yang optimal. Desai produk
mempengaruhi semua aspek pengeluaran operasional. Karena itu juga,
pengembangan proses perlu memastikan evaluasi desain secara menyeluruh
sebelum berkomitmen untuk memproduksi.

17
7. Permasalahan Desain Produk
Untuk mengembangkan sebuah sistem dan struktur organisasi yang efektif,
telah ditambahkan beberapa teknik penting untuk merancang suatu produk yaitu:
a. Desain yang Tangguh
b. Desain Modular
c. Computer-Aided Design (CAD)
d. Computer-Aided Manufacturing (CAM)
e. Teknologi Virtual Reality
f. Analisis Nilai
g. Desain yang Ramah Lingkungan
8. Desain Pelayanan
Desain pelayanan merupakan cara perusahaan untuk memberikan pelayanan
yang terbaik terhadap konsumen. Tujuan dari desain pelayanan adalah
mengurangi tingkat komplain dari konsumen untuk diantisipasi oleh perusahaan
secara maksimal. Cara untuk memaksimalkan pelayanan terhadap konsumen
dapat dilakukan dengan jalan:
a. membuat desain pelayanan
b. membuat desain pelayanan
c. membuat desain pelayanan
9. Aplikasi Pohon Keputusan dalam Desain Produk
Pohon keputusan dipergunakan untuk memutuskan suatu produk baru
secara baik, banyaknya variasi yang dibutuhkan sesuai dengan permasalahan
manajemen. Bentuk pohon keputusan dapat diikuti melalui prosedur berikut:
a. Mencari alternatif yang memungkinkan dan pernyataan kebiasaan yang
terjadi ke dalam pohon, termasuk pernyataan alternatif dengan ”tidak
melakukan apa-apa”.
b. Setiap hasil akan merupakan cabang dari pohon. Merupakan tempat untuk
mengembangkan hasil menjadi penambahan cabang.
c. Pohon keputusan bertujuan untuk mengetahui pengaruh nilai harapan
(expected value) dari setiap keputusan yang diambil.
10. Transisi Menuju Produksi
Akhirnya, suatu produk, baik itu berupa barang atau jasa, telah dipilih,
didesain, dan diterapkan. Produk telah berkembang dari sebuah ide menjadi
definisi yang fungsional, dan kemudian mungkin menjadi sebuah desain.

18
Sekarang, manajemen harus membuat keputusan untuk mengembangkan lebih
lanjut dan memproduksi atau menghentikan ide produk.
Saat keputusan dibuat, biasanya ada satu periode produksi percobaan untuk
memastikan desain benar-benar dapat diproduksi. Ini merupakan uji kemampuan
untuk diproduksi. Percobaan ini juga memberikan staf operasi kemungkinan
untuk mengembangkan peralatan yang sesuai, prosedur pengendalian kualitas,
dan pelatihan karyawan untuk memastikan bahwa produk dapat dimulai dengan
sukses. Pada akhirnya, saat produk dianggap dapat dipasarkan dan diproduksi,
manajemen lini akan melimpahkan tanggung jawab.
Beberapa perusahaan menunjukkan seorang manajer proyek, sementara
yang lainnya menggunakan tim pengembangan produk untuk memastikan transisi
dari pengembangan ke produk berjalan dengan sukses. Kedua pendekatan ini
memungkinkan rentang yang luas perlunya sumber daya dan potensi sukses untuk
memastikan produksi yang memuaskan dari sebuah produk yang masih dalam
kondisi berfluktuasi. Pendekatan ketiga adalah perpaduan pengembangan produk
dan organisasi manufaktur. Pendekatan ini menjadikan perpindahan sumber daya
antara dua organisasi mudah, di saat kebutuhan berubah. Tugas manajer operasi
adalah membuat perpindahan dari litbang ke produksi tanpa gejolak atau sehalus
mungkin.

19
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Setelah berbagai produk dan jasa dirancang, spesifikasi-spesifikasinya harus
diterjemahkan ke berbagai sistem pemrosesan yang menciptakan produk atau
menyediakan jasa. Desain proses fisik untuk produksi barang-barang dan jasa-jasa ini
menyangkut serangkaian keputusan tentang seleksi proses, pemilihan teknologi dan
perencanaan proses. Keputusan-keputusan harus dibuat tentang tipe proses, derajat
otomatisasi, macam mesin yang akan digunakan, dan sebagainya. Desain proses tidak
semata-mata hanya merupakan masalah teknik tetapi juga menyangkut pertimbangan-
pertimbangan sosial, ekonomi dan lingkungan.

B. Saran
Penulis menyadari banyak nya kekurangan dalam penulisan makalah ini oleh
karena itu penulis mengharapkan saran dan kritik dari para pembaca baik secara lisan
maupun tulisan guna penyempurnaan penulisan makalah berikutnya.

20
DAFTAR PUSTAKA

http://erwin-punya.blogspot.com/
http://www.scribd.com/doc/27327260/Makalah-Manajemen-Operasional-Desain-Produk
https://monicafebiyola.blogspot.com/2017/09/makalah-pembuatan-desain-dan-
pengemasan.html

21

Anda mungkin juga menyukai