Anda di halaman 1dari 14

TUGAS INDIVIDU

METODOLOGI PENELITIAN LANJUTAN

“Ilustrasi Desain Eksperimen”

Dosen Pengampu: Drs. Hamka, L., M.Si.

Disusun Oleh:

Muhammad Isrul
200107500006
PENDIDIKAN BIOLOGI B

JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR
2023
DESAIN EKSPERIMEN

1. ONE SHOT DESIGN


a. Desain Eksperimen

X O1
Ket : X : Perlakuan (Eksperimen)
O1: Observasi (Posttest)
Desain eksperimen “One Shot Design” adalah salah satu desain eksperimen yang
tergolong ke dalam kelompok “Pra Eksperimen”. Desain ini dapat diartikan sebagai
desain eksperimen sekali tembak, dimana sampel hanya diberikan posttest setelah
diberikan perlakuan. Desain eksperimen ini biasanya dipakai pada penelitian
pendahuluan dan untuk hasil dan kesimpulan yang didapatkan lemah. Adapun
kelemahan dari desain ini yaitu:
1) Tidak ada kelompok pembanding (kelompok kontrol)
2) Tidak diketahui kondisi awal subjek (tidak ada pratest)
b. Ilustrasi
Desain eksperimen ini, biasanya dipakai pada jenis penelitian pendahuluan untuk
mengetahui kondisi awal dari subjek penelitian. Namun ada juga yang menggunakan
desain ini dalam keadaan tertentu sebagai pokok desain eksperimen dari penelitiannya.
Contoh penerapan desain eksperimen ini, misalnya pada judul “Keefektifan Model
Pembelajaran Discovery Learning terhadap peningkatan Hasil Belajar Peserta Didik
Kelas X SMA Negeri 3 Wajo” Dalam hal ini di SMA Negeri 3 Wajo hanya tersedia 1
kelas untuk kelas X maka, dalam melakukan penelitian, peneliti hanya memiliki 1 kelas
subjek penelitian. Maka peneliti bisa menggunakan desain “One Shot Design” dimana
memberikan perlakuan berupa pembelajaran dengan model “Discovery Learning”
kemudian memberikan tes kepada peserta didik. Selanjutnya peneliti mengolah data dari
hasil tes yang dilakukan pada peserta didik, dan melakukan pengkategorisasian terhadap
hasil belajar peserta didik setelah diberikan perlakuan berupa model pembelajaran
“Discovery Learning”. Kesimpulannya berupa, kategorisasi nilai hasil belajar peserta
didik, apakah dalam kategori, Tinggi, Sedang, Rendah (sesuai dengan rujukan
pengaktegorisasian yang dirujuk peneliti) kemudian apakah model pembelajaran yang
digunakan efektif atau tidak. Adapun kesimpulan dari hasil penelitian yang
menggunakan desain “One Shot Design” masih bersifat lemah dengan kelemahan yang
ada.

2. POSTTEST ONLY CONTROL GROUP DESIGN


a. Desain Eksperimen

X O1
- O2
Ket : X : Perlakuan (Eksperimen)
- : Tidak ada perlakuan (Kontrol)
O1 & O2 : Observasi (Posttest)
Desain eksperimen “Posttest Only Control Group Design” adalah salah satu desain
eksperimen yang tergolong ke dalam kelompok “Quasi Experiment/ Eksperimen Semu”.
Desain ini dapat diartikan sebagai desain eksperimen yang hanya memberikan posttest
pada kelompok eksperimen dan kontrol, dimana sampel hanya diberikan posttest setelah
diberikan perlakuan. Desain eksperimen ini biasanya dipakai pada penelitian yang
subjeknya tidak bisa dikontrol sepenuhnya, dalam artian subjek hanya diamati pada saat
perlakuan diberikan tanpa melihat setelah diberikan perlakuan bahkan sebelum
perlakuan diberikan dan untuk hasil dan kesimpulan yang didapatkan berupa kesimpulan
dengan kadar keakuratan menengah (semu). Adapun kelebihan dan kelemahan dari
desain ini yaitu:
- Kelebihan
 Ada pembanding antara kelompok kontrol dan kelompok perlakuan
- Kelemahan
1) Tidak ada jaminan kelompok eksperimen dan kelompok pembanding (kelompok
kontrol) homogen.
2) Tidak diketahui kondisi awal subjek (tidak ada pratest).
b. Ilustrasi
Desain eksperimen ini, biasanya dipakai pada jenis penelitian eksperimen semu.
Contoh penerapan desain eksperimen ini, misalnya pada judul “Pengaruh Penyiraman
Air Kelapa Terhadap Perakaran Tumbuhan Kangkung” Dalam hal ini, desain penelitian
“Posttest Only Control Group Design” bisa digunakan untuk melihat bagaimana
perakaran kangkung dengan 2 perlakuan. Perlakuan pertama dengan penyiraman air
kelapa sebagai kelompok eksperimen kemudian perlakuan kedua dengan penyiraman air
PDAM sebagai kelompok kontrol. Adapun observasinya dengan melihat perakaran
kangkung dengan indikator yang telah ditentukan seperti (1) cepatnya keluar akar, (2)
jumlah akar, dan (3) panjang akar. Adapun pada penelitian pendidikan, desain ini dapat
digunakan pada judul “Pengaruh Lembar Kerja Peserta Didik Berorientasi HOTS
Terhadap Hasil Belajar Peserta Didik Kelas X SMA Negeri 4 Wajo”. Dimana di SMA
Negeri 4 Wajo tersedia 6 kelas untuk kelas X maka, dalam melakukan penelitian,
peneliti memiliki 6 kelas subjek penelitian yang kemudian dipilih sampel dari 6 kelas,
untuk dijadikan kelompok kontrol dan kelompok eksperimen. Maka peneliti bisa
menggunakan desain “Posttest Only Control Group Design” dimana memberikan
perlakuan berupa pembelajaran dengan “Lembar Kerja Peserta Didik Berorientasi Hots”
kepada kelompok eksperimen dan pembelajaran konvensional (ceramah) kepada
kelompok kontrol. Peneliti kemudian mengamati hasil belajar peserta didik dengan
memberikan tes kepada peserta didik. Selanjutnya peneliti mengolah data dari hasil
pengamatan hasil belajar berupa tes yang dilakukan pada peserta didik, dan melakukan
pengkategorisasian terhadap hasil belajar peserta didik setelah diberikan perlakuan
berupa pembelajaran dengan “Lembar Kerja Peserta Didik Berorientasi Hots” sebagai
kelompok eksperimen dan pembelajaran konvensional sebagai kelompok kontrol.
Kesimpulannya berupa, kategorisasi nilai hasil belajar peserta didik, apakah dalam
kategori, Tinggi, Sedang, Rendah (sesuai dengan rujukan pengaktegorisasian yang
dirujuk peneliti) baik dengan pembelajaran dengan pemberian “Lembar Kerja Peserta
Didik Berorientasi HOTS” maupun dengan pembelejaran konvensional yang tidak
menggunakan LKPD HOTS. Adapun kesimpulan dari hasil penelitian yang
menggunakan desain “Posttest Only Control Group Design” masih bersifat menengah
(semu) dengan kelemahan yang ada seperti tidak adanya pengetahuan awal terkait
kondisi subjek penelitian yang diteliti.

3. PRETEST POSTTEST ONE GROUP ONLY DESIGN


a. Desain Eksperimen

O1 X O2
Ket : X : Perlakuan (Eksperimen)
O1: Observasi (Pratest)
O2: Observasi (Posttest)
Desain eksperimen “Pretest Posttest One Group Only Design” adalah salah satu
desain eksperimen yang tergolong ke dalam kelompok “Pra Eksperimen”. Desain ini
dapat diartikan sebagai desain eksperimen yang hanya 1 kelompok observasi
(pengamatan) yang diberikan pratest dan posttets. Desain eksperimen ini biasanya
dipakai pada penelitian pendahuluan dan untuk hasil dan kesimpulan yang didapatkan
lemah. Adapun kelemahan dari desain ini yaitu:
1) Tidak ada kelompok pembanding (kelompok kontrol).
2) Soal posttest telah diketahui oleh siswa sehingga hasil yang didapat bukan efek
perlakuan yang diukur melainkan kemampuan mengingat siswa.
b. Ilustrasi
Desain eksperimen ini, biasanya dipakai pada jenis penelitian pendahuluan untuk
mengetahui kondisi awal dari subjek penelitian. Namun ada juga yang menggunakan
desain ini dalam keadaan tertentu sebagai pokok desain eksperimen dari penelitiannya.
Contoh penerapan desain eksperimen ini, misalnya pada judul “Pengaruh Model
Pembelajaran Problem Based Learning terhadap peningkatan Hasil Belajar Peserta
Didik Kelas XI SMA Negeri 14 Wajo” Dalam hal ini di SMA Negeri 14 Wajo hanya
tersedia 1 kelas untuk kelas XI maka, dalam melakukan penelitian, peneliti hanya
memiliki 1 kelas subjek penelitian. Maka peneliti bisa menggunakan desain “Pretest
Posttest One Group Only Design” dimana memberikan Pratest sebagai bentuk
identifikasi awal kondisi siswa, selanjutnya memberikan perlakuan berupa pembelajaran
dengan model “Problem Based Learning” kemudian memberikan tes kepada peserta
didik. Selanjutnya peneliti mengolah data dari hasil tes yang dilakukan pada peserta
didik, dan melakukan pengkategorisasian terhadap hasil belajar peserta didik setelah
diberikan perlakuan berupa model pembelajaran “Problem Based Learning”.
Kesimpulannya berupa, kategorisasi nilai hasil belajar peserta didik, apakah dalam
kategori, Tinggi, Sedang, Rendah (sesuai dengan rujukan pengaktegorisasian yang
dirujuk peneliti) dengan nilai kategori yang ada kemudian apakah terjadi peningkatan
secara signifikan terhadap hasil belajar Peserta didik dengan menggunakan model
“Problem Based Learning” dengan N-Gain. Adapun kesimpulan dari hasil penelitian
yang menggunakan desain “Pretest Posttest One Group Only Design” masih bersifat
lemah dengan kelemahan yang ada berupa tidak adanya pembanding antara kelompok
eksperimen dengan kelompok kontrol. Adapun pada hasil posttest dapat diketahui soal
dari hasil pratest yang dilakukan.

4. PRETEST POSTEST CONTROL GROUP DESIGN


a. Desain eksperimen

ER : O1 X O2
KR : O3 – O4

Keterangan :

O1 : pretest kelompok eksperimen

O2 : postest kelompok eksperimen

O3 : pretest kelompok kontrol

O4 : postest kelompok control

Desain eksperimen “Pretest Posttest Control Group Design” adalah salah satu desain
eksperimen yang tergolong ke dalam kelompok “Quasi Eksperimen”. Pada desain ini
terdapat dua kelompok yang masing masing dipilih secara random. Kelompok pertama
berupa kelompok perlakuan dan kelompok lain adalah kelompok kontrol. Kelompok yang
diberi perlakuan disebut kelompok eksperimental dan kelompok yang tidak diberi
perlakuan disebut kelompok kontrol. Desain ini merupakan yang paling efektif dalam
istilah penunjukan hubungan sebab akibat, dengan melihat uji N-Gain. Dalam desain ini
terdapat dua kelompok yang dipilih secara random/acak, kemudian diberi pretest untuk
mengetahui keadaan awal adakah perbedaan antara kelompok eksperimen dan kelompok
control. Hasil pretest yang baik adalah jika nilai group eksperimen tidak berbeda secara
signifikan.

- Kelemahan
 Ada kemungkinan peserta didik mengingat kembali soal yang diberikan pada
saat pretest.
b. Ilustrasi
Desain eksperimen ini, biasanya dipakai pada jenis penelitian eksperimen.
“Pretest posttest control group design” yaitu eksperimen yang melibatkan dua kelompok.
Misal “Pengaruh Model Pembelajaran Flipped Classroom Terhadap Hasil Belajar
Kognitif Siswa Materi Sistem Pernapasan Manusia Kelas XI SMA Negeri 7 Wajo”
Adapun teknik pengumpulan data yang digunakan adalah dengan memberikan pretest
kepada kelompok kontrol dan kelompok eksperimen. Pretest digunakan untuk melihat
atau mengetahui beberapa besar pengetahuan awal siswa. Hasil yang diharapkan dari
pemberian tes ini adalah tidak ada perbedaan antara kelompok eksperimen maupun
kelompok kontrol yang kemudian dianggap bahwa keadaan siswa adalah homogen.
Setelah pemberian pretest dilanjutkan dengan melakukan eksperimen berupa penerapan
model pembelajaran model flipped classroom bagi kelompok eksperimen dan penerapan
model pembelajaran konvensional bagi kelompok kontrol. Setelah melakukan proses
pembelajaran maka untuk melihat hasil dari perlakuan yang diberikan maka diberikan
postest. Posttest adalah test yang dilakukan setelah perlakuan untuk melihat hasil belajar
siswa. Setelah dilakukan postest maka akan diperoleh data yang akan kemudian
dilakukan analisisi statistik berupa uji N-Gain. Analisis data pada penelitian ini dilakukan
dengan menggunakan analisis statistic deskriptif dan statistic inferensial yaitu analisis
data mengenai hasil posttest dan pretest kelas eksperimen dan kelas control. Data yang
diharapkan berupa adanya perbedaan hasil belajar yang didapatkan dari penggunaan
model flipped classroom dengan model konvensional.
5. POSTEST ONLY COMPARISON GROUP DESIGN
a. Desain eksperimen
b.
ER1 : X1 O1
c.
ER2 : X2 O2
d.

Keterangan :
X1 : eksperimen/perlakuan 1
X2 : eksperimen/perlakuan 2
O1 : posttest kelompok eksperimen 1
O2 : posttest kelompok eksperimen 2
Desain eksperimen “Posttest Only Comparison Group Design” adalah salah satu
desain eksperimen yang tergolong ke dalam kelompok “Pra Experiment” karena tidak
ada pembanding setelah diberikan perlakuan dan tidak diketahui kemampuan awal siswa.
Desain ini juga bisa dikatakan sebagai desain kelompok perbandingan hanya postest dan
tidak diketaui kemampuan awal siswa dan jika hasilnya terdapat perbedaan nantinya,
boleh jadi bukan karena model atau perlakuan yang diberikan yang membuat perbedaan
melainkan adalah perbedaan kemampuan siswa yang menyebabkan hal tersebut terjadi.
Desain ini diterapkan tanpa memberikan pretest diawal pembelajaran. Desain ini
dilakukan dengan 2 kelompok yang dimana semua kelompok diberikan perlakuan untuk
membandingkan hasil dari kedua perlakuan yang diberikan.
- Kelemahan
 Tidak adanya pretest yang memberikan gambaran terkait dengan pengetahuan
awal siswa
b. Ilustrasi
Desain eksperimen “Posttest Only Comparison Group Design” merupakan desain
yang biasanya digunakan untuk membanding suatu perlakuan 1 dengan perlakuan
lainnya. Eksperimen dilakukan terhadap 2 kelompok eksperimen dengan perlakuan yang
berbeda. Contoh penerapan desain eksperimen ini, pada judul, “Perbandingan Literasi
Sains peserta didik yang dibelajarkan dengan model pembelajaran discovery learning
dengan inquiry learning pada kelas X MIPA SMA Negeri 3 Wajo” Dalam hal ini, peneliti
ingin mengetahui bagaimana perbandingan literasi sains peserta didik yang di ajarkan
dengan model discovery learning dengan inquiry learning. Kelompok pertama diajarkan
dengan model discovery learning, dan kelompok ke 2 problem inquiry learning. Setelah
itu kedua kelompok diberi postest untuk mengetahui perbandingan literasi sains peserta
didik.
6. PRETEST POSTTEST COMPARISON GROUP DESIGN
a. Desain Eksperimen

ER1 : O1 X1 O2
ER2 : O3 X2 O4

Ket: O1 : Pretest kelompok eksperimen 1


O2 : Posttest kelompok eksperimen 1
O3 : Pretest kelompok eksperimen 2
O4 : posttest kelompok eksperimen 2
Desain eksperimen “Pretest Posttest Comparison Group Design” adalah desain
eksperimen yang tergolong ke dalam kelompok “Quasi Experiment/ Eksperimen Semu”
dan bentuk penyempurnaan dari desain eksperimen “Postest Only Comparison Group
Design. Desain ini juga bisa dikatakan sebagai desain kelompok perbandingan dengan
pretest dan postest untuk mengetahui perbandingan antara dua kelompok perlakuan.
Desain ini diterapkan dengan memberikan pretest diawal pembelajaran kemudian ketika
selesai diberikan postest untuk mengetahui perbandingan hasil dari dua perlakuan yang
diujikan.
- Kelemahan
 Ada kemungkinan peserta didik mengingat kembali soal yang diberikan pada
saat pretest.
b. Ilustrasi
Desain eksperimen ini, biasanya digunakan pada penelitian eksperimen semu
(Quasy Experiment). Desain eksperimen “Pretest Posttest Comparison Group Design”
merupakan desain yang biasanya digunakan untuk membandingkan suatu perlakuan satu
dengan perlakuan lainnya. Eksperimen dilakukan terhadap 2 kelompok eksperimen
dengan perlakuan yang berbeda. Contoh penerapan desain eksperimen ini, pada judul,
“Perbandingan Literasi Sains peserta didik yang dibelajarkan dengan model pembelajaran
discovery learning dengan inquiry learning pada kelas X MIPA SMA Negeri 3 Wajo”
Dalam hal ini, peneliti ingin mengetahui bagaimana perbandingan literasi sains peserta
didik yang di ajarkan dengan model discovery learning dengan inquiry learning. Untuk
penelitian tersebut dipilih 2 kelompok secara random. Kelompok pertama diajarkan
dengan model discovery learning, dan kelompok ke 2 problem inquiry learning. Sebelum
dilakukan percobaan terlebih dahulu dilakukan pretest untuk mengetahui kemampuan
awal siswa dan diharapkan sama hasilnya antara kelompok 1 dan kelompok lainnya.
Setelah diberikan perlakuan maka kedua kelompok diberi postest untuk mengetahui
perbandingan literasi sains peserta didik dari perlakuan yang menggunakan discovery
learning dan perlakuan inquiry learning.

7. SOLOMON’S FOUR GROUP DESIGN


a. Desain Eksperimen

ER1 : O1 X1 O2
KR1 : O3 - O4
ER2 : X2 O5
KR2 : - O6

Ket: O1 : Pretest kelompok eksperimen 1


O2 : Posttest kelompok eksperimen 1
O3 : Pretest kelompok kontrol 1
O4 : Posttest kelompok kontrol 1
O5 : Posttest kelompok eksperimen 2
O6 : Posttest kelompok kontrol 2
Desain “Solomon’s Four Group Design” adalah desain yang membagi subjek menjadi
empat secara random. Kelompok 1 dan 2 dilakukan pretest dan kelompok 3 dan 4 tidak
ada pretest. Satu dari kelompok non pretest dan satu kelompok dari pretest diberi
perlakuan eksperimental dan dua lainnya diberi perlakuan biasa, keempat kelompok
diberi posttest. Desain ini merupakan kombinasi dari desain kelompok The pretest-
posttest control group design dan the posttest-only control group design. Adapun
kelemahan dari desain ini adalah:
1) Kurang praktis dan ekonomis
2) Apabila pretest mempengaruhi subjek sehingga mereka menjadi lebih sensitive
terhadap perlakuan (X) dan mereka bereaksi secara berbeda dari subjek yang tidak
mengalami pretest, maka eksternal validitas terganggu dan tidak dapat membuat
generalisasi dari penelitian itu untuk populasi.
3) Sulitnya melaksanakan desain ini di dalam praktek, untuk melaksanakan dua
eksperimen sekaligus diperlukan waktu dan usaha yang lebih banyak. Disamping itu
juga diperlukan semakin banyak subyek yang sama macamnya.
b. Ilustrasi
Desain eksperimen ini, biasanya digunakan pada penelitian true experiment
design. Misalnya, pada judul penelitian "Pengaruh Model Inquiry Learning terhadap
Hasil Belajar Siswa Kelas XI SMA Negeri 6 Wajo”. Dimana Model Inquiry Learning
sebagai perlakuan (X) dan Hasil belajar Siswa sebagai observasi (O). Sampel dibagi
menjadi 4 kelompok. Kelompok 1 dan 2 merupakan kelompok kontrol dan eksperimen
yang dimana kelompok eksperimen diberikan perlakuan sedangkan kelompok kontrol
tidak diberikan perlakuan. Sebelum dan setelah pemberian perlakuan kedua kelompok
tersebut di ukur variabelnya dengan pretest dan posttest. Adapun kelompok 3 dan 4
kelompok eksperimen dan kontrol dibentuk secara random, yang selanjutnya kelompok
eksperimen dan kelompok kontrol diberikan perlakuan, setelah perlakuan diberikan
dalam jangka waktu tertentu, maka selanjutnya dilakukan pengukuran variabel terikat
pada kedua kelompok tersebut dan bandingkan perbedaan hasilnya tanpa adanya pretest
sebelumnya. Diharapkan nantinya hasil akhir dari kelompok 1 dan 3 serta kelompok 2
dan 4 memiliki hasil yang tidak jauh berbeda atau bahkan sama. Analisis data
menggunakan analisis kovarian untuk membandingkan hasil belajar dari kelompok
eksperimen berupa penerapan pembelajaran dengan model Inquiry Learning dengan
pembelajaran konvensional.
8. TIME SERIES STUDI KASUS KONTROL
a. Desain Eksperimen

O1 O2 O3 X O4 O5 O6

O7 O8 O9 - O10 O11 O12


Ket : X : Perlakuan (Eksperimen)
- : Tanpa Perlakuan (Kontrol)
Desain eksperimen “Time Series Studi Kasus Kontrol” adalah desain eksperimen
yang tergolong ke dalam kelompok “Quasi Experiment/ Eksperimen Semu”. Desain ini
juga bisa dikatakan sebagai desain yang digunakan untuk menguji retensi (kemampuan
otak menyimpan informasi) peserta didik terhadap suatu kegiatan pembelajaran. Desain
ini diterapkan dengan memberikan pretest secara berulang-ulang diawal pembelajaran
atau sebelum memberikan perlakuan kepada peserta didik untuk melihat konsisitensi
peserta didik dalam menjawab tes, kemudian dilakuan perlakuan kepada kedua
kelompok, ketika selesai diberikan perlakuan maka dilakukan postest untuk mengetahui
perbandingan hasil dari dua perlakuan (kontrol dan eksperimen) yang diujikan secara
berulang ulang juga.
- Kelemahan
 Waktu yang digunakan terlalu lama
b. Ilustrasi
Desain eksperimen ini, biasanya dipakai pada jenis penelitian eksperimen. “Time
Series Studi Kasus Kontrol” yaitu eksperimen yang melibatkan dua kelompok yaitu
kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Misal pada judul “Pengaruh Model
Pembelajaran Kooperatif Terhadap Hasil Belajar Kognitif dan Retensi Siswa pada
Materi Perubahan dan Pencemaran Lingkungan Kelas X SMA Negeri 10 Wajo” Adapun
teknik pengumpulan data yang digunakan adalah dengan memberikan pretest kepada
kelompok kontrol dan kelompok eksperimen secara berulang ulang, misal sebanyak 3
kali dalam kurun waktu yang sama dan jarak waktu pemberian antar tes konsisten.
Pretest digunakan untuk melihat atau mengetahui beberapa besar pengetahuan awal
siswa. Hasil yang diharapkan dari pemberian tes ini adalah tidak ada perbedaan antara
kelompok eksperimen maupun kelompok kontrol yang kemudian dianggap bahwa
keadaan siswa adalah homogen. Setelah pemberian pretest dilanjutkan dengan
melakukan eksperimen berupa penerapan model pembelajaran koperatif bagi kelompok
eksperimen dan penerapan model pembelajaran konvensional bagi kelompok kontrol.
Setelah melakukan proses pembelajaran maka untuk melihat hasil dari perlakuan yang
diberikan maka diberikan postest kepada kelompok kontrol dan kelompok eksperimen
secara berulang ulang, sesuai jumlah pemberian pretest, misal sebanyak 3 kali dalam
kurun waktu yang sama dan jarak waktu pemberian antar tes konsisten. Posttest adalah
test yang dilakukan setelah perlakuan untuk melihat hasil belajar siswa dan pemberian
yang berulang untuk melihat retensi siswa terhadap materi pembelajaran dengan model
koperatif. Setelah dilakukan postest maka akan diperoleh data yang akan kemudian
dilakukan analisisi kovaransi. Data yang diharapkan berupa adanya perbedaan hasil
belajar yang didapatkan dari penggunaan model koperatif dengan model konvensional
serta bagaimana retensi peserta didik terkait dengan materi yang diajarkan melalui model
pembelajaran koperatif dengan model konvensional.

9. SEPARATE SAMPLE PRETEST POSTTEST DESIGN


a. Desain Eksperimen

O1 X
X O2

Keterangan:
X = Perlakuan
O1 = Pretest sampel 1
O2 = Posttest sampel 2
Desain eksperimen “Separate Sample Pretest Posttest Design” atau desain pretest
posttest dengan sampel yang terpisah. Separate Sample Pretest Posttest Design adalah
jenis eksperimen semu dimana hasil yang diinginkan diukur 2 kali yaitu sekali sebelum
dan sekali setelah intervensi atau perlakuan, pada kelompok sampel yang terpisah dari
peserta yang dipilih secara acak (random). Pada desain ini tidak ada kesempatan bagi
siswa untuk mengingat soal pretest dikarenakan pemberian pretest dan posttest pada
masing-masing kelompok yang berbeda yang dipilih secara random.
- Kelemahan
 Tidak ada kelompok kontrol
 Sampel bisa saja heterogen yang berdampak pada kavalidan data penelitian.
b. Ilustrasi
Desain eksperimen ini, biasanya digunakan pada penelitian pra eksperimen untuk
melihat keefektifan suatu model pembelajaran. Desain eksperimen “Separate Sample
Pretest Posttest Design” dilakukan terhadap 2 kelompok eksperimen dengan perlakuan
yang sama, hanya kelompok 1 diberikan pretest, kemudian kelompok 1 dan 2 diberikan
perlakuan yang sama dan untuk posttest hanya diberikan pada kelompok 2 dengan
asumsi kelompok 1 dan 2 homogen. Contoh penerapan desain eksperimen ini, pada
judul, “Keefektifan Model Pembelajaran Kooperatif terhadap Hasil Belajar Peserta
Didik pada Materi Ekosistem Kelas X MIPA SMA Negeri 3 Wajo”. Menggunakan
desain Separate Sample Pretest Posttest Design dengan memilih 2 kelompok sampel
yang dipilih secara acak dari populasi tertentu dengan asumsi bahwa kedua kelompok
tersebut homogen, kemudian dilakukan perlakuan. Sistematika pelaksanaan dari desain
ini, dari 2 kelompok sampel yang dipilih, kelompok sampel yang pertama diberikan
pretest kemudian selanjutnya setelah pemberian pretest dilanjutkan dengan pemberian
perlakuan kepada kedua kelompok, setelah diberikan perlakuan maka dilanjutkan
dengan memberikan posttest pada kelompok kedua, dengan demikian tidak ada
kesempatan untuk mengingat soal pretest. Kemudian melihat dan membandingkan hasil
pretest dan posttest apakah ada peningkatan hasil belajar siswa setelah dilakukan
perlakuan berupa penerapan model pembelajaran kooperatif terhadap hasil belajar
siswa.

Anda mungkin juga menyukai