Anda di halaman 1dari 22

MAKALAH AKUNTANSI KEUANGAN

MENENGAH 2

AKUNTANSI PAJAK PENGHASILAN

DI SUSUN OLEH :
1. RISA AMALIYAH (1603501020)
2. IKA MUSLIMAH (1603501032)
3. IIS UNI LESTARI (1603501035)
4. ANNISA NURADAWIYAH (1603501061)

SEKOLAH TINGGI ILMU EKONOMI MUHAMMADIYAH


JAKARTA

TAHUN AJARAN 2017/2018

KATA PENGANTAR

Alhamdulilah tidak lupa kami panjatkan terhadap kehadiran Allah SWT. Sehingga kami
dapat menyelesaikan tugas makalah Akuntansi Keuangan Menengah 2 ini. Serta kami ucapkan
terimakasih kepada “Ibu Maria Suryaningsih SE, MA ” selaku dosen mata kuliah Akuntansi
Keuangan Menengah 2 yang telah memberikan tugas makalah yang membahas Akuntansi Pajak
Penghasialan ini.
Makalah Akuntansi Keuangan Menengah 2 ini telah kami susun dengan maksimal dan
mendapatkan bantuan dari berbagai pihak sehinnga dapat memperlancar pembuatan makalah ini.

1
Untuk itu kami menyampaikan banyak terimakasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi
dalam pembuatan makalah ini.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, karena keterbatasan
pengetahuan dan pemahaman saya tentang Akuntansi Pajak Penghasilan. Untuk itu, kami
mengharapkan kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun untuk pembuatan
makalah kami selanjutnya.

Jakarta, 17 April 2018

Penyusun

2
DAFTAR ISI

Kata Pengantar................................................................................................................ 2

Daftar Isi......................................................................................................................... 3

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang.................................................................................................... 4
B. Rumusan Masalah............................................................................................... 4
C. Tujuan dan Kegunaan.........................................................................................

BAB II PEMBAHASAN

A. Pajak Kini dan Pajak Tangguhan........................................................................ 5


B. Rekonsiliasi Pajak (Rekonsiliasi Fiskal)............................................................. 9
C. Kompensasi Kerugian......................................................................................... 14
D. Penyajian dan Pengungkapan............................................................................. 17

BAB III PENUTUP

Kesimpulan............................................................................................................... 19

DAFTAR PUSTAKA..................................................................................................... 20

3
BAB 1
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Akuntansi sebagai bahasa perusahaan harus melihat pajak dari berbagai aspek pengaruhnya
terhadap perusahaan. Pertama, pajak merupakan beban yang menjadi salah satu unsur dalam
mengukur prestasi laba suatu perusahaan. Kedua, pajak merupakan kewajiban terhadap
pemerintah yang harus disetor pada waktu tertentu dan dengan demikian berpengaruh
terhadap arus kas. Jadi bisa disimpulkan bahwa pajak penghasilan merupakan biaya yang
timbul karena diberlakukannya peratuaran pajak kepada dunia usaha pada Negara tertentu,
dan beban pajak penghasilan biasanya merupakan suatu pos yang sangat material jumlahnya
didalam laporan keuangan perusahaan.

B. RUMUSAN MASALAH

Didalam makalah ini akan disajikan dan dibahas secara sederhana mengenai Akuntansi
Pajak Penghasilan dan beberapa hal yang berhubungan dengannya.

C. TUJUAN

Makalah ini bertujuan antara lain:


1. Mengetahui Pajak Kini dan Pajak Tangguhan
2. Memahami Rekonsiliasi Pajak
3. Bagaimana Kompensasi Kerugian
4. Mengerti bagaimana Penyajian dan Pengungkapan Akuntasi Pajak Penghasilan

4
BAB II

PEMBAHASAN

A. PAJAK KINI DAN PAJAK TANGGUHAN


1. Pajak Kini
1) Pengertian Pajak Kini
Pajak Kini (current tax) adalah jumlah pajak yang harus dibayar oleh Wajib
Pajak, jumlah pajak ini harus dihitung sendiri oleh wajib pajak berdasarkan
penghasilan kena pajak dikalikan dengan tariff pajak, kemudian dibayar sendiri dan
dilaporkan dalam Surat Pemberitahuan (SPT) sesuai dengan peraturan perundang-
undangan pajak yang berlaku. Penghasilan kena pajak atau laba fiscal diperoleh
dari hasil koreksi fiskal terhadap laba bersih sebelum pajak berdasrkan laporan
keuangan komersial (laporan akuntansi).
2) Perhitungan Pajak Kini
Pajak kini adalah beban pajak penghasilan perusahan yang dihitung berdasarkan
tariff pajak penghasilan dikalikan dengan laba fiscal, yaitu laba akuntansi yang
telah dikoreksi agar sesuai dengan ketentuan perpajakan.
PT. Cemerlang pada tahun 2015 mempunyai data sebagai berikut.
a. Laba bersih sebelum pajak komersial Rp500.000.000
b. Bunga deposito Rp20.000.000
c. Sumbangan untuk perayaan 17 Agustus 2015 sebesar Rp5.000.000
d. Aset tetap yang dimiliki terdiri atas:

Tahun Harga Masa Masa Metode


Aset Perolehan Perolehan(Rp) Manfaat Manfaat Penyusutan
(Komersial) (fiskal)
Tanah 2006 400.000.000 - - Garis Lurus
Bangunan 2006 800.000.000 20 tahun 20 tahun Garis Lurus
Inventaris 2006 200.000.000 5 tahun 4 tahun Garis Lurus

5
Beban penyusutan sebagia berikut.
Tahun Komersial (Rp) Fiskal (Rp)
2006 40.000.000 50.000.000
2007 40.000.000 50.000.000
2008 40.000.000 50.000.000
2009 40.000.000 50.000.000
2010 40.000.000 -

Rekonsiliasi Fiskal PT.Cemerlang pada tahun 2015 dilakukan sebagai berikut.


Laba bersih komersial sebelum PPh Rp. 500.000.000
Beda waktu:
Penyusutan (Rp. 10.000.000)
Beda tetap:
Pendapatn bunga (Rp. 20.000.000)
Sumbangan Rp. 5.000.000

Laba fiskal Rp. 475.000.000


Rugi fiskal yang dapat dikompensasikan (Rp. 175.000.000)
Laba kena pajak Rp. 300.000.000
PPh yang harus dibayar (25%x300.000.000) Rp. 75.000.000

Dengan demikian besarnya, pajak kini (pajak yang harus dibayar) oleh PT.
Cemerlang adalah Rp75.000.000

6
2. Pajak Tangguhan
1) Pengertian Pajak Tangguhan
Pajak tangguhan adalah pajak yang kewajibannya ditunda sampai waktu yang
ditentukan atau diperbolehkan. Pada dasarnya antara akuntansi pajak dan akuntansi
keuangan memiliki kesamaan tujuan, yaitu untuk menetapkan hasil operasi bisnis
dengan pengukuran dan rekognisi pengahasilan dan biaya. Namun ada beberapa hal
yang perlu mendapatkan perhatian, bahwa ketentuan peraturan perundang-
undangan perpajakan tidak sekadar intstrumen penstranfer sumber daya ( fungsi
budgeter), akan tetapi seringkali pula digunakan untuk tujuan memepengaruhi
perilaku wajib pajak untuk inveastasi, kesejahteraan dll ( fungsi mengatur) yang
kadang-kadang merupakan alas an untuk membenarkan penyimpangan dari standar
akuntansi keuangan.
Pajak tangguhan diatur dalam PSAK Nomor 46 tentang Akuntansi Pajak
Pengahsilan. Pajak tangguhan memerlukan bagian yang cukup sulit untuk dipelajari
dan dipahami, karena pengakuan pajak tangguhan bisa membaw akibat terhadap
berkurangnya laba bersih jika ada pengakuan beban pajak tangguhan. Sebaliknya
bisa juga berdampak terhadap berkurangnya rugi bersih jika ada pengakuan
manfaat pajak tangguhan.

2) Pengakuan Pajak Tangguhan


Apabila pada masa mendatang akan terjadi pembayaran pajak yang lebih besar
maka berdasarkan standar akuntansi yang berlaku umum harus diakui sebagai suatu
kewajiban. Kewajiban didefenisikan sebagai suatu kemungkinan adanya
pengorbanan ekonomi pada masa yang akan datang yang muncul ari kewajiban
masa kini, suatu entitas untuk menyerahkan aset kepada entitas-entitas laiinya
sebagai suatu akibat kejadian masa lalu. Sebagai contoh, perusahaan menggunakan
metode penyusutan yang berbeda antara akuntansi dan fiskal.

7
Jika beban penyusutan aset tetap yang diakui secara komersial , selisih tersebut
akan mengakibatkan beban pajak kini menjadi lebih kecil, tetapi akan
mengakibatkan pengakuan beban pajak yang lebih besar secara komersial pada
masa akan datang. Dengan demikian , selisih tersebut akan menghasilkan
kewajiban pajak tangguhhan.
Pengakuan kewajiban pajak tangguhan didasrkan pada fakta adanya
kemungkinan pelunasan kewajiban yangmengakibatkan pembayaran pajak pada
periode mendatang menjadi lebih besar sebagai akibat pelunasan kewajiban pajak.
Apabila ada kemungkinan pajak yang lebih kecil pada masa yang akan datang
maka berdasarkan standar akuntansi yang berlaku umumdapat dianggap sebagai
suatu aset. Aset didefenisikan sebagai suatu kemungkinan adanya manfaat ekonomi
pada masa yang akan datang diperoleh atau dikendalikan oleh suatu entitas sebagai
akibat kejadian atau transaksi pada masa lalu. Misalnya rugi fiskal yang dapat
dikompensasi berdasarkan peraturan perpajakan atau kemungkinan adanya manfaat
ekonomi pada masa yang akan datang yang akan mengurangi beban pajak maka
dapat diakui sebagai suatu aset pajak tangguhan.
Pengakuan aset tangguhan didasarkan pada fakta adanya kemungkinan
pemulihan aset mengakibatkan pembayaran pajak pada periode mendatangmenjadi
lebih kecil sebagai akibat pemulihan aset yang tidak memiliki konsekuensi pajak.
Besarnya pengakuan aset dan kewajiban pajak tangguhan dapat dihitung
dengan mengalikan beda waktu antara laporan keuangan komersial dan laporan
keuangan fiskal atau rugi fiskal yang dapat dikompensasi dengan tarif pajak yang
berlaku. Namun, perlu diingat, tidak semua beda waktu dapat dikurangkan untuk
tujuan fiskal. Semua itu harus sesuai dengan ketentuan perpajakan.

8
3) Perhitungan Pajak Tangguhan
Contoh
PT Gemilang pada tahun 2015 mempunyai data sebagai berikut.
1.Laba bersih sebelum pajak komersial Rp500.000.000
2.Kompensasi kerugian tahun 2015 sebesar Rp50.000.000
3.Aset tetap yang dimiliki terdiri atas

Aset Tahun Harga Masa Masa Metode


Perolehan Perolehan(Rp Manfaat Manfaat Penyusutan
) (Komersial) (Fiskal)
Tanah 2009 400.000.000 - - -
Bangunan 2009 600.000.000 20 tahun 20 tahun Garis Lurus
Inventaris 2009 400.000.000 5 tahun 8 tahun Garis Lurus

Beban penyusutan aset tetap inventaris adalah sebagai berikut.


Komersial Fiskal Perbedaan
Tahun
(Rp) (Rp) (Rp)
2009 80.000.000 50.000.000 30.000.000
2010 80.000.000 50.000.000 30.000.000
2011 80.000.000 50.000.000 30.000.000
2012 80.000.000 50.000.000 30.000.000
2013 80.000.000 50.000.000 30.000.000
2014 50.000.000 (50.000.000)
2015 50.000.000 (50.000.000)
2016 50.000.000 (50.000.000)
Jumlah 400.000.000 400.000.000 0

9
Pencatatan kewajiban pajak tangguhan 2015:
(Dr) Aset Pajak Tangguhan 12.500.000
(Cr) Manfaat Pajak Tangguhan 12.500.000
Pencatatan aset pajak tangguhan yang berasal dari rugi fiskal yang dapat
dikompensasi(Rp50.000.000*25%)

Pencatatan kewajiban pajak tangguhan 2012:


(Dr) Beban Pajak tangguhan 12.500.000
(Cr) Aset Pajak Tangguhan 12.500.000
Pengakuan beban pajak tangguhan yang bersal dari rugi yang dikompensasikan
(Rp50.000.000*25%)
(Dr) Beban Pajak Tangguhan 7.500.000
(Cr) Kewajiban Pajak Tangguhan 7.500.000
Pengakuan kewajiban pajak tangguhan yang muncul dari beda temporer
penyusutan inventaris (Rp30.000.000*25%).

10
B. REKONSILIASI PAJAK
1. Pengertian Rekonsiliasi Pajak
Apa itu rekonsiliasi pajak ? sarana untuk menyesuaikan laporan laba rugi berdasarkan
prinsip akuntansi ke perpajakan yang digunakan untuk perhitungan pajak.
Koreksi fiscal adalah koreksi atau penyesuaian yang harus dilakukan oleh wajib pajak
sebelum menghitung Pajak Penghasilan (PPh) bagi wajib pajak badan dan wajib pajak
orang pribadi (yang menggunakan pembukuan dalam menghitung penghasilan kena
pajak).
Koreksi fiskal terjadi karena adanya perbedaan perlakuan/pengakuan penghasilan
maupun biaya antara akuntansi komersial dengan akuntansi pajak.
2. Jenis Rekonsiliasi Pajak ( Rekonsiliasi Fiskal )
Terdapat 2 jenis koreksi fiskal berdasarkan perbedaannya secara komersial dan fiskal,
yaitu:
a. Beda Tetap
Rekonsiliasi fiskal beda tetap terjadi ketika terdapat transaksi yang diakui oleh wajib
pajak sebagai penghasilan atau biaya yang sesuai dengan Standar Akunansi
Keuangan, namun menurut ketentuan perpajakan transaksi tersebut bukanah
penghasilan atau biaya.Beda tetap merupakan perbedaan antara laba kena pajak dan
laba akuntansi sebelum pajak yang timbul akibat trnasaksi yang menurut UU
perpajakan tidak akan terhapus dengan sendirinya pada periode lain.
b. Beda Waktu
Rekonsiliasi fiskal beda waktu terjadi karena adanya perbedaan waktu secara sistem
akuntansi dengan sistem perpajakan. Jadi dalam hal ini transaksi menurut akuntansi
komersial dan pajak sama, namun yang membedakan adalah waktu alokasi biaya.
3. Fungsi Rekonsiliasi Fiskal
Berdasarkan pengertian rekonsiliasi fiskal diatas, dapat disimpulkan bahwa rekonsiliasi
fiskal/koreksi fiskal memiliki fungsi sebagai penyesuaian transaksi menurut Sistem
Akuntasi Keuangan dan menurut ketentuan fiskal/pajak (UU Perpajakan) yang berlaku.

11
Rekonsiliasi fiksal perlu dilakukan agar sebelum data laporan keuangan komersial
dimasukkan ke dalam SPT tahunan PPh, maka data-data tersebut telah disesuaikan
dengan ketentuan fiskal, mengingat terdapat perbedaan besar diantara keduanya baik
beda waktu maupun beda tetap.
Jadi rekonsialiasi fiskal yang dilakukan akan menghasilkan output berupa hasil koreksi
yang berpengaruh besar terhadap besarnya laba kena pajak dan PPh terutang.
4. Contoh Soal
PT. Maju Terus meminta bantuan KAP ( Kantor Akuntan Publik ) Candra untuk
menyusun rekonsiliasi. fiskal berdasarkan data laporan keuangan pada tahun 2008
sebagai berikut :
Penjualan Rp. 20.000.000.000
HPP Rp. 7.500.000.000
Laba bruto Rp. 12.500.000.000
Biaya Operasional :
1. Gaji Rp. 550.000.000
2. Tunjungan Transport Karyawan Rp. 150.000.000
3. Biaya makan kantor Rp. 10.000.000
4. B. pengobatan yg ditanggung prs Rp. 80.000.000
5. Biaya training karyawan Rp. 20.000.000
6. Biaya seragam satpam Rp. 10.000.000
7. Biaya pengangkutan Rp. 10.000.000
8. Biaya bunga pinjaman Rp. 30.000.000
9. Cadangan penghapusan piutang Rp. 25.000.000
10. Biaya listrik dan telepon kantor Rp. 5.000.000
11. PBB dan biaya materai Rp. 5.000.000
12. Penyusutan asset tetap Rp. 150.000.000
13. Premi asuransi kebakaran pabrik Rp. 20.000.000
14. Bantuan untuk panitia HUT RI Rp. 10.000.000
Total Biaya Operasional Rp. 1.075.000.000
Laba Usaha Rp. 11.425.000.000
Pendapatan Lain – Lain :
1. Dividen dari PT. AI ( Setelah Dividen )
( % kepemilikan 20 % ) Rp. 246.500.000
2. Keuntungan Selisih Kurs 10.000.000
Total Pendapatan Lainnya Rp. 256.500.000
Laba Usaha sebelum PPh Rp. 11.681.500.000

12
Penyusutan Fiskal megunakan metode garis lurus.
Diminta :
Buatlah rekonsiliasi fiskal PT.Maju Terus !
Jawab :
PT. Maju Terus
Rekonsiliasi Fiskal Tahun 2008
( Dalam Ribuan Rupiah )

Koreksi Fiskal
Menurut Menurut Keteranga
No Keterangan Positif Neg
Akuntansi Perpajakan n
atif
* Penjualan 20.000.000 20.000.000
HPP (7.500.000) (7.500.000)
Laba Kotor 12.500.000 12.500.000
** Beban Operasi
Gaji 550.000 550.000
Tunjangan
150.000 150.000
Transport
Biaya makan Pasal 9
10.000 10.000 0
kantor ayat 1
Biaya
80.000 80.000
Pengobatan
Biaya training 20.000 20.000
Biaya seragam
10.000 10.000
satpam
Biaya
10.000 10.000
pengangkutan
Biaya bunga
30.000 30.000
pinjaman
Cadangan.ph.pi 25.000 25.000 0 Pasal 9

13
utang ayat 1
Biaya listrik 5.000 5.000
PBB dan
5.000 5.000
Materai
Penyusutan Pasal 2 uu
150.000 75.000 75.000
asset tetap pph
Premi asuransi 20.000 20.000
Sumbangan Hut Pasal 9
10.000 10.000 0
RI ayat 1
Total B.
(1.075.000) (955.000)
Operasi
Laba bersih
11.425.000 11.545.000
usaha
*** Pendapatan
luar usaha
Dividen Pasal 4
246.500 43.500 290.000
ayat I
Keuntungan
10.000 10.000
slsh. Kurs
T.Pendapatan
/ biaya dari 256.500 300.000
luar usaha

**** Laba Bersih


11.681.500 163.500 0 11.845.000
sblm Tax
Penyusutan :
Dividen, menurut pajak adalah 290.000.000 padahal tertera 246.500.000, hal itu
Karena 246.500.000 ( sudah termasuk pajak 15 % ) dan nilai awal dividen adalah
290.000.000
Penyusutan asset, menurut pajak adalah 75.000.000, sedangkan menurut
akuntansi adalah 150.000.000, itu karena 150.000.000 adalah penyusutan 1 tahun
sedangkan lihat tanggal pembelian bangunan yaitu tengah tahun maka
150.000.000/2 adalah 75.000.000.

14
C. KOMPENSASI KERUGIAN
Kompensasi Kerugian adalah kompensasi yang diberikan kepada entitas yang mengalami
kerugian untuk tidak membayar pajak pada periode berikutnya sejumlah kerugian yang telah
diakui atau dibatasi oleh waktu.

Berdasarkan Undang-Undang No. 36 Tahun 2008 tentang Pajak Penghasilan, kerugian fiskal
adalah kerugian fiskal berdasarkan ketetapan pajak yang telah diterbitkan Direktur Jenderal
Pajak serta kerugian fiskal berdasarkan SPT Tahunan PPh Wajib Pajak (self assesment)
dalam hal tidak ada atau belum diterbitkan ketetapan pajak oleh Direktur Jenderal Pajak.

Ketentuan Kerugian Fiskal antara lain :

1. Kompensasi kerugian fiskal timbul apabila untuk tahun pajak sebelumnya terdapat
kerugian fiskal (SPT Tahunan dilaporkan Nihil atau Lebih Bayar tetapi ada kerugian
fiskal).
2. Kerugian Fiskal terjadi karena penghasilan bruto dikurangi dengan biaya (yang
diperbolehkan menurut ketentuan fiskal) hasilnya mengalami kerugian.
3. Kerugian Fiskal tersebut dikompensasikan dengan laba neto fiskal dimulai tahun pajak
berikutnya berturut-turut sampai dengan 5 (lima) tahun.
4. Ketentuan jangka waktu pengakuan kompensasi kerugian fiskal mulai berlaku tahun 2009
sedangkan untuk tahun pajak sebelumnya berlaku ketentuan Undang-undang No.17
Tahun 2000 tentang Pajak Penghasilan.
5. Apabila kemudian ternyata berdasarkan ketetapan pajak hasil pemeriksaan menunjukkan
jumlah kerugian fiskal yang berbeda dari kerugian menurut SPT Tahunan PPh atau hasil
pemeriksaan menjadi tidak rugi, kompensasi kerugian fiskal menurut SPT Tahunan PPh
tersebut harus segera dibetulkan sesuai dengan ketentuan dan prosedur pembetulan SPT
sebagaimana yang diatur dalam Undang-undang Ketentuan Umum Perpajakan.
Wajib Pajak Badan dan Wajib Pajak Orang Pribadi yang menggunakan pembukuan dan
penghasilan tidak termasuk penghasilan yang bersifat final dapat menghitung Kompensasi
kerugian  sesuai ketentuan tersebut diatas, sedangkan Wajib Pajak Orang Pribadi yang
menggunakan norma penghitungan penghasilan netto tidak diperkenankan.

Contoh
Pada tahun 2010 PT PQR mengalami kerugian fiskal sebesar Rp 2.400.000.000,00 (dua
15
miliar empat ratus juta rupiah). Dalam 5 (lima) tahun berikutnya laba rugi fiskal PT PQR
sebagai berikut:
2011 : LABA Rp. 300.000.000
2012 : RUGI (Rp. 400.000.000)
2013 : LABA Rp. 500.000.000
2014 : RUGI (Rp. 200.000.000) (menerapkan PPh Final PP No. 46 Tahun 2013)
2015 : LABA Rp. 800.000.000

Perhitungan Kompensasi kerugian PT PQR dilakukan sebagai berikut :


Rugi fiskal tahun2010 (Rp 2.400.000.000,00)
Laba fiskal tahun 2011 Rp     300.000.000,00  (+)
Sisa rugi fiskal tahun 2010 (Rp 2.100.000.000,00)
Rugi fiskal tahun 2012 (Rp    400.000.000,00)
Sisa rugi fiskal tahun 2010 (Rp 2.100.000.000,00)
Laba fiskal tahun 2013 Rp     500.000.000,00 (+)
Sisa rugi fiskal tahun 2010 (Rp 1.600.000.000,00)
Rugi fiskal tahun 2014 (Rp   200.000.000,00) (+)  (tidak bisa dikompensasi)
Sisa rugi fiskal tahun 2010 (Rp 1.600.000.000,00)
Laba fiskal tahun 2015 Rp     800.000.000,00  (+)
Sisa rugi fiskal tahun 2010 (Rp    800.000.000,00)

Penjelasan

16
1. Rugi fiskal tahun 2010 sebesar Rp 800.000.000,00 (delapan ratus juta rupiah) yang masih
tersisa pada akhir tahun 2015 tidak boleh dikompensasikan lagi dengan laba fiskal tahun
2016 karena jangka waktu 5 tahun telah selesai di tahun 2015

2. Rugi fiskal tahun 2012 sebesar Rp 400.000.000,00 (empat ratus juta rupiah) boleh
dikompensasikan terakhir dengan laba fiskal tahun 2017, karena jangka waktu lima
tahun dimulai sejak tahun 2013.

3. Pada tahun 2014, perusahaan menerapkan ketentuan PPh Final berdasarkan PP No. 46
Tahun 2013. Maka rugi fiskal tahun 2014 sebesar Rp 200.000.000,00 (dua ratus juta
rupiah) tidak boleh dikompensasikan. Hal ini sesuai dengan  Pasal 8 PP No. 46 Tahun
2013 bahwa kerugian pada suatu Tahun Pajak dikenakannya Pajak Penghasilan yang
bersifat final berdasarkan Peraturan Pemerintah ini tidak dapat dikompensasikan pada
Tahun Pajak berikutnya.

4. Tahun Pajak 2010 sampai dengan 2015 tidak ada PPh Badan yang terutang.

Perhitungan di atas berlaku juga Wajib Pajak Orang Pribadi yang menggunakan pembukuan
dan apabila yang mengalami kerugian

Kompensasi Kerugian Bagi Wajib Pajak Tertentu


Wajib Pajak yang melakukan penanaman modal di bidang-bidang usaha tertentu dan/atau di
daerah-daerah tertentu memperoleh fasilitas PPh berupa kompensasi kerugian lebih lama
dari 5 (lima) tahun namun tidak lebih dari 10 (sepuluh) tahun. Ketentuan fasilitas
kompensasi kerugian lebih lama dari 5 (lima) tahun namun tidak lebih dari 10 (sepuluh)
tahun:

a.  Tambahan 1 (satu) Tahun:


apabila Penanaman Modal baru pada bidang usaha yang diatur pada Pasal 2 ayat (1) huruf a
Peraturan Pemerintah Nomor 18 Tahun 2015 dilakukan di kawasan industri dan/atau
kawasan berikat
b.  Tambahan 1 (satu) Tahun:
apabila Wajib Pajak yang melakukan Penanaman Modal baru mengeluarkan biaya untuk
infrastruktur ekonomi dan/atau sosial di lokasi usaha paling sedikit sebesar
Rp10.000.000.000,00 (sepuluh miliar rupiah)
c. Tambahan 1 (satu) Tahun:
apabila menggunakan bahan baku dan/atau komponen hasil produksi dalam negeri paling
17
sedikit 70% (tujuh puluh persen) sejak tahun ke 4 (empat)
d. Tambahan 1 (satu) Tahun atau 2 (dua) Tahun:
  a.   tambahan 1 (satu) tahun apabila mempekerjakan sekurang-kurangnya 500 (lima ratus)
sorang tenaga kerja Indonesia selama 5 (lima) tahun berturut-turut; atau
b.  tambahan 2 (dua) tahun apabila mempekerjakan sekurang-kurangnya 1000 (seribu)
orang tenaga kerja Indonesia selama 5 (lima) tahun berturut-turut
e. Tambahan 2 (dua) Tahun:
apabila mengeluarkan biaya penelitian dan pengembangan di dalam negeri dalam rangka
pengembangan produk atau efisiensi produksi paling sedikit 5% (lima persen) dari jumlah
Penanaman Modal dalam jangka waktu 5 (lima) tahun
f.  Tambahan 2 (dua) Tahun:
apabila Penanaman Modal berupa perluasan dari usaha yang telah ada pada Bidang-bidang
Usaha Tertentu dan/atau Daerah-daerah Tertentu yang diatur pada ayat (1) huruf a dan/atau
huruf b sebagian sumber pembiayaannya berasal dari laba setelah pajak (earning after tax)
Wajib Pajak pada satu tahun pajak sebelum tahun diterbitkannya izin prinsip perluasan
penanaman modal; dan/atau
g. Tambahan 2 (dua) Tahun:
apabila melakukan ekspor paling sedikit 30% (tiga puluh persen) dari nilai total penjualan,
untuk Penanaman Modal pada bidang-bidang usaha yang diatur pada ayat (1) huruf a yang
dilakukan diluar kawasan berikat.
    
Pelaksanaan ketentuan sebagaimana dimaksud pada huruf f adalah sebagai berikut:
a. diberikan untuk kerugian fiskal pada tahun pajak saat mulai berproduksi secara komersial
atas Penanaman Modal berupa perluasan dari usaha yang telah ada
b. besarnya kerugian fiskal dihitung berdasarkan proporsi laba setelah pajak (earning after
tax) yang ditanamkan kembali dalam perluasan usaha terhadap nilai buku fiskal seluruh
aktiva tetap pada akhir tahun pajak saat dimulainya berproduksi secara komersial

18
D. PENYAJIAN DAN PENGUNGKAPAN
1. Kebijakan Akuntansi
Kebijakan Akuntansi dari suatu entitas pelaporan adalah prinsip-prinsip akuntansi yang
spesifik dan metode-metode penerapan prinsip-prinsip tersebbut yang dinilai oleh
manajemen dari entitas tersebut sebagai yang paling sesuai dengan kondisi yang ada
untuk menyajikan secara wajar posisi keuangan, perubahan yang terjadi pada posisi
keuangan, dan hasil operasi sesuai dengan prinsip-prinsip akuntansi yang berlaku umum
dan karena itu telah diadopsi untuk pembuatan laporan keuangan.
Kebijakan akuntansi meliputi pilihan prinsip-prinsip, dasar-dasar, konvensi, peraturan
dan prosedur yang digunakan manajemen dalam penyusunan dan penyajian laporan
keuangan. Beberapa jenis kebijakan akuntansi dapat digunakan untuk subjek yang sama.
Pertimbangan dan atau pemilihan perlu disesuaikan dengan kondisi perusahaan. Sasaran
pilihan kebijakan yang paling tepat akan menggambarkan realitas ekonomi perusahaan
secara tepat dalam bentuk keadaan keuangan dan hasil operasi.
2. Beban Pajak
Beban pajak (penghasilan pajak) adalah jumlah gabungan pajak kini dan pajak
tangguhan yang diperhitungkan dalam menentukan laba-rugi pada suatu periode. Beban
pajak (penghasilan pajak) terdiri dari beban pajak kini (penghasilan pajak kini) dan
beban pajak tangguhan (penghasilan pajak tangguhan).
3. Pengungkapan Pajak Penghasilan
Pengungkapan pajak penghasilan termasuk cukup komprehensif dan detail dalam
laporan keuangan. Pengungkapan pajak penghasilan biasanya digabungkan menjadi satu
atas beban pajak kini, liabilitas pajak kini dan pajak tangguhan dalam kelompok
perpajakan.
PSAK 46 (Revisi 2013) menjelaskan komponen utama beban (penghasilan) pajak yang
harus diungkapkan secara terpisah antara lain :
 Beban (penghasilan) pajak kini.
 Penyesuain atas pajak kini yang berasal dari periode sebelumnya.
 Jumlah beban (penghasilan) pajak tangguhan baik yang berasal dari timbulnya
perbedaan temporer maupun dari realisasinya.
 Jumlah beban (penghasilan) pajak tangguhan terkait dengan perubahan tarif pajak atau
penerapan peraturan perpajakan yang baru.

19
 Jumlah manfaat yang ditimbulkan dari rugi pajak yang tidak diakui sebelumnya, kredit
pajak atau perbedaan temporer periode sebelumnya yang digunakan untuk mengurangi
beban pajak kini.
 Jumlah manfaat dari rugi pajak yang tidak diakui sebelumnya, kredit pajak, atau
perbedaan temporer periode sebelumnyayang digunakan untuk mengurangi beban pajak
tangguhan.

20
BAB III

KESIMPULAN
A. KESIMPULAN

Akuntansi pajak penghasilan sangat berpengaruh terhadap lajunya suatu perusahaan.


Rekonsiliasi Fiskal adalah koreksi atau penyesuaian yang harus dilakukan oleh wajib pajak
sebelum menghitung Pajak Penghasilan (PPh) bagi wajib pajak badan dan wajib pajak orang
pribadi (yang menggunakan pembukuan dalam menghitung penghasilan kena pajak).

Koreksi fiskal terjadi karena adanya perbedaan perlakuan / pengakuan penghasilan maupun
biaya antara akuntansi komersial dan akuntansi pajak yang meliputi beda tetap dan beda waktu.
Rekonsiliasi fiskal dilakukan terhadap seluruh unsur penyusunan laporan laba rugi.

21
DAFTAR PUSTAKA
http://dwimartani.com/akuntansi-pajak-penghasilan-psak-46/

http://anitasharing.blogspot.co.id/2015/09/akuntansi-pajak-penghasilan-psak-46.html

http://yunitandp.blogspot.co.id/2015/03/akuntansi-pajak-penghasilan.html

http://www.pajak.go.id/content/2212-kompensasi-kerugian-fiskal

http://www.akuntansiitumudah.com/kompensasi-kerugian-fiskal/

http://www.auditcorner.com/2014/11/belajar-rekonsiliasi-pajak.html

http://zallrizal.blogspot.co.id/2013/11/rekonsiliasi-pajak.html

Dewan Standar Akuntansi Keuangan. 2013. Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan. IAI

22

Anda mungkin juga menyukai