Anda di halaman 1dari 38

BOOK CHAPTER

AKUNTANSI SEKTOR PUBLIK

Dosen Pengampu : Andi Ulfaisyah Yusuf, S.Pd., M.Si


Book Chapter Akuntansi Sektor Publik

Disusun :
Nama : Putri Nadia
Nim : 210901501009
Kelas : Akuntansi S1/ A

PRODI AKUNTANSI S1
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR
TAHUN 2023

1
Kata Pengantar

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya
sehingga kami dapat menyelesaikan tugas book Chapter ini tepat pada waktunya.

Adapun tujuan dari penulisan dari book chapter ini adalah untuk memenuhi tugas UAS
dari Ibu Andi Ulfaisyah Yusuf, S.Pd., M.Si pada mata kuliah Akuntansi Sektor Publik. Selain itu,
book chapter ini juga bertujuan untuk menambah wawasan tentang “Akuntansi Sektor Publik ”
bagi para pembaca dan juga bagi penulis.

Kami mengucapkan banyak terima kasih kepada Ibu Andi Ulfaisyah Yusuf, S.Pd.,
M.Si selaku dosen mata kuliah Akuntansi Sektor Publik yang telah memberikan tugas ini
sehingga dapat menambah pengetahuan dan wawasan sesuai dengan bidang studi yang kami
tekuni. Kami juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membagi
sebagian pengetahuannya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini.

Kami menyadari, makalah yang kami buat ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh
karena itu, kritik dan saran yang membangun akan kami nantikan demi kesempurnaan makalah
ini. Terima Kasih

2
A. PENDAHULUAN

Akuntansi sektor publik adalah suatu bidang akuntansi yang berkaitan dengan
pengelolaan dan pelaporan keuangan dalam konteks sektor publik, seperti pemerintah,
lembaga publik, dan organisasi nirlaba yang menerima dana publik. Tujuan utama akuntansi
sektor publik adalah untuk mencatat, mengklasifikasikan, dan melaporkan transaksi keuangan
yang terjadi di dalam sektor publik, serta menyediakan informasi keuangan yang relevan
kepada pemangku kepentingan.. Ini termasuk pendekatan akuntansi berbasis akrual, yang
mengakui pendapatan dan pengeluaran saat terjadi, bukan hanya saat uang diterima atau
dibayarkan. Akuntansi sektor publik juga mencakup siklus anggaran publik, yang melibatkan
perencanaan anggaran, penganggaran, pelaksanaan anggaran, pengendalian, dan pelaporan
keuangan.

Salah satu aspek penting dari akuntansi sektor publik adalah transparansi dan
akuntabilitas. Informasi keuangan yang dihasilkan harus disajikan secara jelas, akurat, dan
dapat dipertanggungjawabkan kepada masyarakat umum dan pemangku kepentingan lainnya..
Dalam konteks akuntansi sektor publik, terdapat berbagai elemen yang harus diperhatikan,
seperti pengukuran dan pengakuan pendapatan dan pengeluaran, penilaian aset dan
kewajiban, pengendalian internal, pelaporan kinerja keuangan, serta kepatuhan terhadap
standar akuntansi sektor publik yang berlaku.

Secara keseluruhan, akuntansi sektor publik berfungsi sebagai alat untuk mengelola
dana publik dengan efisien, efektif, dan transparan, serta memberikan informasi yang akurat
dan relevan bagi pengambil keputusan dalam sektor publik.

3
B. PEMBAHASAN

Chapter 1

1. KERANGKA KONSEP AKUNTANSI SEKTOR PUBLIK

Kerangka konsep akuntansi sektor publik adalah seperangkat prinsip, konsep,


dan pedoman yang digunakan dalam penyusunan dan interpretasi informasi
keuangan dalam sektor publik. Kerangka konsep ini memberikan dasar bagi
penyusunan kebijakan akuntansi sektor publik dan memandu praktik akuntansi
yang konsisten dan relevan. Berikut adalah beberapa elemen yang umumnya
termasuk dalam kerangka konsep akuntansi sektor publik:

 Tujuan Akuntansi Sektor (Publik): dalam Kerangka konsep harus mencantumkan


tujuan dalam akuntansi sektor publik, yaitu untuk mencatat, melaporkan, dan
mengendalikan penggunaan dana publik secara transparan, akuntabel, dan
efisien. Tujuan ini melibatkan memberikan informasi keuangan yang relevan bagi
pemangku kepentingan dan memastikan akuntabilitas dalam pengelolaan dana
publik.

 Prinsip Akuntansi: Dalam Kerangka konsep Akuntansi Sektor Publik mencakup


beberapa prinsip- prinsip akuntansi yang harus dilakukan dalam pengukuran,
pengakuan, dan pelaporan keuangan. Prinsip-prinsip ini dapat mencakup prinsip
konsistensi, prinsip akrual, prinsip pengakuan pendapatan dan pengeluaran,
prinsip pertimbangan, dan prinsip penyajian yang adil.

4
 Standar Akuntansi Sektor Publik: Kerangka konsep harus mencakup referensi
kepada standar akuntansi sektor publik yang berlaku di suatu negara atau
yurisdiksi.

 Siklus Anggaran: Kerangka konsep akuntansi sektor publik biasanya mencakup


siklus anggaran, yang meliputi perencanaan anggaran, penganggaran,
pelaksanaan anggaran, pengendalian, dan pelaporan keuangan. Siklus anggaran
ini penting dalam mengelola dana publik dengan efisien dan memastikan ketaatan
terhadap anggaran yang telah ditetapkan.

 Penggunaan Informasi Keuangan: Kerangka konsep harus menjelaskan


penggunaan informasi keuangan yang dihasilkan melalui akuntansi sektor publik.
Informasi ini digunakan oleh pemangku kepentingan seperti pemerintah, legislator,
masyarakat umum, dan manajemen organisasi sektor publik untuk pengambilan
keputusan, pemantauan kinerja, dan pertanggungjawaban.

 Aspek Etika dan Integritas: Kerangka konsep akuntansi sektor publik juga harus
mencakup aspek etika dan integritas yang melibatkan profesionalisme, kejujuran,
transparansi, dan kepatuhan terhadap prinsip-prinsip akuntansi yang relevan

Dalam Kerangka konsep akuntansi sektor publik memberikan landasan teoritis dan
praktis dalam penyusunan dan interpretasi informasi keuangan dalam sektor publik.
Dengan mengacu pada kerangka konsep ini, organisasi sektor publik dapat menghasilkan
laporan keuangan yang konsisten, relevan, dan dapat dipahami oleh pemangku
kepentingan.

5
Chapter 2

2. ‘REGULASI DAN STANDAR AKUNTANSI SEKTOR PUBLIK’

Regulasi dan standar akuntansi sektor publik adalah pedoman yang digunakan
untuk mengatur praktik akuntansi dalam sektor publik. Mereka memberikan kerangka
kerja yang konsisten dan terstandarisasi untuk pengukuran, pengakuan, dan pelaporan
transaksi keuangan dalam sektor publik. Berikut ini adalah beberapa poin penting
terkait materi regulasi dan standar Akuntansi Sektor Publik:

 International Public Sector Accounting Standards (IPSAS): IPSAS adalah standar


akuntansi yang dikeluarkan oleh International Public Sector Accounting Standards
Board (IPSASB). Standar ini digunakan secara internasional sebagai acuan dalam
akuntansi sektor publik. IPSAS mencakup berbagai topik, termasuk pengukuran
aset, kewajiban, pendapatan, pengeluaran, laporan keuangan, dan pengungkapan.

 Standar Nasional: Selain IPSAS, banyak negara memiliki standar akuntansi sektor
publik nasional yang berlaku di tingkat negara atau yurisdiksi tertentu. Standar ini
dikembangkan oleh badan standar akuntansi atau otoritas pengatur yang relevan
dalam negara tersebut. Standar nasional dapat didasarkan pada IPSAS atau dapat
memiliki persyaratan yang lebih khusus sesuai dengan karakteristik sektor publik di
negara tersebut.

 Prinsip Akuntansi: Regulasi dan standar Akuntansi Sektor Publik mengandung


prinsip- prinsip yang harus diterapkan dalam pengukuran, pengakuan, dan
pelaporan transaksi keuangan. Prinsip-prinsip ini mencakup prinsip konsistensi,
prinsip akrual, prinsip pengakuan pendapatan dan pengeluaran, prinsip
pertimbangan, prinsip penyajian yang adil, dan prinsip akuntabilitas.

6
 Pengukuran dan Pengakuan Keuangan: Regulasi dan standar akuntansi sektor
publik memberikan panduan tentang metode pengukuran yang harus digunakan
untuk aset, kewajiban, pendapatan, dan pengeluaran dalam sektor publik. Mereka
juga menjelaskan prinsip pengakuan transaksi keuangan, termasuk kriteria dan
waktu pengakuan.

 Pelaporan Keuangan: Regulasi dan standar akuntansi sektor publik mengatur


format dan persyaratan laporan keuangan yang harus disiapkan oleh organisasi
sektor publik. Ini mencakup laporan posisi keuangan, laporan kinerja keuangan,
laporan arus kas, dan catatan atas laporan keuangan. Standar juga dapat
menetapkan persyaratan pengungkapan tambahan, seperti pengungkapan risiko
atau pengungkapan tentang kebijakan akuntansi.

 Penerapan dan Kepatuhan: Organisasi sektor publik diharapkan untuk


menerapkan dan mematuhi regulasi dan standar yang ada pada akuntansi sektor
publik yang berlaku. Hal ini penting untuk memastikan konsistensi, transparansi,
dan akuntabilitas dalam sebuah pelaporan keuangan

Regulasi dan Standar Akuntansi Sektor Publik memberikan kerangka kerja


yang konsisten dan relevan dalam pengukuran, pengakuan, dan pelaporan transaksi
keuangan. Menerapkan standar ini membantu memastikan keandalan, transparansi,
dan pemahaman yang baik terhadap informasi keuangan sektor publik.

7
Chapter 3

3. PENGANGGARAN DI SEKTOR PUBLIK

Penganggaran pada akuntansi sektor publik merujuk pada proses perencanaan,


alokasi, dan pengendalian penggunaan dana publik oleh pemerintah atau sebuah
organisasi sektor publik yang lainnya. Tujuan utama penganggaran di sektor publik
adalah untuk mengelola sumber daya publik secara efisien, memenuhi kebutuhan
publik, dan mencapai tujuan kebijakan yang telah ditetapkan. Berikut ini adalah
beberapa poin penting mengenai penganggaran di sektor publik:

 Perencanaan Anggaran: Perencanaan anggaran melibatkan penyusunan rencana


pengeluaran dan pendapatan publik untuk periode tertentu, yang biasanya satu
tahun. Pada tahap ini, pemerintah atau organisasi sektor publik mengidentifikasi
kebutuhan, menetapkan prioritas, dan mengalokasikan sumber daya untuk
berbagai program dan kegiatan.

 Pendapatan Publik: Pendapatan publik dapat berasal dari berbagai sumber, seperti
pajak, penerimaan negara dari sektor ekonomi, dana hibah, dan pinjaman.
Penganggaran di sektor publik melibatkan proyeksi dan estimasi pendapatan yang
akan diterima oleh pemerintah untuk mendukung pembiayaan program dan
kegiatan publik.

 Pengeluaran Publik: Pengeluaran publik mencakup penggunaan dana publik untuk


membiayai berbagai program, proyek, dan kegiatan yang telah ditetapkan dalam
anggaran. Pengeluaran dapat mencakup sektor-sektor seperti pendidikan,
kesehatan, infrastruktur, pertahanan, dan pelayanan publik lainnya.

8
 Proses Penganggaran: Proses penganggaran di sektor publik melibatkan berbagai
tahapan, seperti perencanaan, penyusunan rancangan anggaran, pengajuan
anggaran, persetujuan oleh lembaga legislatif atau pihak yang berwenang, dan
pelaksanaan anggaran. Selama proses ini, terjadi diskusi, negosiasi, dan evaluasi
untuk memastikan bahwa alokasi dana publik didasarkan pada kebijakan yang
tepat dan kebutuhan masyarakat.

 Pengendalian Anggaran: Pengendalian anggaran melibatkan pemantauan dan


evaluasi pelaksanaan anggaran untuk memastikan bahwa penggunaan dana
publik sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan. Ini melibatkan pengawasan
terhadap pengeluaran, penilaian kinerja program, identifikasi varian, dan tindakan
korektif jika diperlukan.

 Akuntabilitas dan Transparansi: Penganggaran di sektor publik harus didasarkan


pada prinsip akuntabilitas dan transparansi. Pemerintah atau organisasi sektor
publik harus memberikan informasi yang jelas dan terperinci tentang anggaran
kepada masyarakat, mempertanggungjawabkan penggunaan dana publik, dan
melibatkan pemangku kepentingan dalam proses penganggaran.
Penganggaran di sektor publik merupakan proses yang kompleks dan
penting dalam pengelolaan keuangan publik. Dengan melibatkan perencanaan,
alokasi, dan pengendalian sumber daya publik, penganggaran di sektor publik
bertujuan untuk mencapai efisiensi dan efektivitas dalam pembiayaan program dan
kegiatan yang mendukung pembangunan

9
berikut ini adalah beberapa pembahasan lebih lanjut mengenai penganggaran di sektor
publik;

a. Pendekatan Penganggaran:
 Pendekatan Tradisional: Pendekatan ini didasarkan pada perencanaan dan penganggaran
tahunan yang terpisah untuk setiap program atau kegiatan. Anggaran diajukan dan disetujui
berdasarkan kebutuhan masing-masing program.
 Pendekatan Perencanaan dan Penganggaran Terpadu: Pendekatan ini mengintegrasikan
perencanaan jangka panjang, perencanaan strategis, dan penganggaran. Hal ini
memungkinkan adanya keterkaitan antara tujuan jangka panjang dan alokasi sumber daya
jangka pendek.

b. Prinsip Penganggaran di Sektor Publik:


 Prinsip Keterkaitan: Anggaran dihubungkan dengan tujuan dan kebijakan pemerintah untuk
mencapai hasil yang diinginkan.
 Prinsip Keterbukaan: Anggaran harus transparan dan dapat diakses oleh publik agar dapat
meningkatkan akuntabilitas dan partisipasi masyarakat.
 Prinsip Keberlanjutan: Anggaran harus mempertimbangkan keberlanjutan jangka panjang
dalam penggunaan sumber daya dan pembiayaan program.

c. Siklus Penganggaran:

 Perencanaan Anggaran: Tahap perencanaan yang melibatkan identifikasi kebutuhan,


penetapan prioritas, dan penentuan alokasi sumber daya.
 Penyusunan Anggaran: Tahap penyusunan anggaran dengan merinci semua alokasi sumber
daya untuk setiap program dan kegiatan yang ada.
 Persetujuan Anggaran: Tahap di mana anggaran diajukan kepada pihak yang berwenang untuk
mendapatkan persetujuan resmi.

10
 Pelaksanaan Anggaran: Tahap implementasi anggaran dengan melakukan pengeluaran sesuai
dengan alokasi yang telah ditetapkan.
 Evaluasi dan Pengawasan: Tahap evaluasi kinerja program dan pengawasan terhadap
pelaksanaan anggaran untuk memastikan pencapaian tujuan dan efisiensi penggunaan dana
publik.

d. Peran Akuntansi dalam Penganggaran:


 Penyusunan Laporan Keuangan: Akuntansi memiliki peran penting dalam penyusunan laporan
keuangan sektor publik yang memberikan informasi tentang posisi keuangan, kinerja
keuangan, dan arus kas pemerintah.
 Pengendalian Internal: Akuntansi membantu dalam pengembangan sistem pengendalian
internal yang efektif untuk memastikan kepatuhan terhadap kebijakan dan prosedur
penganggaran, serta mencegah penyalahgunaan dana publik.
 Audit Publik: Audit publik dilakukan untuk memeriksa kepatuhan dan efektivitas pengelolaan
keuangan publik serta memberikan jaminan atas keandalan laporan keuangan sektor publik.

Penganggaran di sektor publik melibatkan proses yang kompleks dan melibatkan berbagai
stakeholder. Tujuan utamanya adalah untuk mencapai efisiensi, efektivitas, dan akuntabilitas dalam
pengelolaan keuangan publik.

11
Chapter 4

ANGGARAN PUSAT DAN DAERAH (APBN DAN APBD)

Anggaran Pusat dan Anggaran Daerah adalah dua jenis anggaran yang digunakan di sektor
publik. Berikut ini adalah pembahasan lebih lanjut mengenai keduanya:

A. Anggaran Pusat (APBN):


Anggaran Pusat, juga dikenal sebagai Anggaran pada Pendapatan dan Belanja
Negara (APBN), adalah anggaran yang disusun dan dijalankan oleh pemerintah pusat suatu
negara. Anggaran ini mencakup semua sumber pendapatan yang diperoleh oleh pemerintah
pusat dan penggunaan anggaran untuk membiayai sebuah program dan kegiatan pemerintah
yang bersifat nasional.

 Definisi anggaran pusat melibatkan alokasi sumber daya keuangan yang diperoleh oleh
pemerintah pusat melalui berbagai sumber, seperti pajak, retribusi, hasil usaha negara, dan
pinjaman. Dana yang terkumpul kemudian akan digunakan untuk membiayai sebuah kegiatan-
egiatan pemerintah yang meliputi infrastruktur, pendidikan, kesehatan, pertahanan,
pembangunan ekonomi, dan berbagai program nasional lainnya.

 Proses penyusunan anggaran pusat melibatkan tahap perencanaan, penyusunan rancangan


anggaran, pembahasan di lembaga legislatif, persetujuan, dan pelaksanaan. Anggaran pusat
memainkan peran penting dalam mengatur pengeluaran pemerintah pusat dan mengarahkan
penggunaan dana publik untuk mencapai sebuah tujuan- tujuan kebijakan yang telah
ditetapkan.

 Anggaran Pusat merupakan instrumen keuangan yang sangat penting dalam manajemen
keuangan publik, dan transparansi serta akuntabilitas dalam penyusunan dan pelaksanaan
anggaran pusat menjadi faktor kunci dalam menjaga kepercayaan publik terhadap pemerintah
dan pengelolaan keuangan negara secara umum.

12
 Sumber Pendapatan: Pendapatan APBN berasal dari berbagai sumber, seperti pajak, retribusi,
hasil usaha negara, dan pinjaman.

 Penggunaan Dana: Dana dalam APBN digunakan untuk membiayai program dan kegiatan
pemerintah pusat, seperti infrastruktur, pendidikan, kesehatan, pertahanan, dan pembangunan
ekonomi nasional.

B. Anggaran Daerah (APBD):

Anggaran Daerah, juga dikenal sebagai Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah
(APBD), adalah anggaran yang disusun dan dijalankan oleh pemerintah daerah suatu wilayah,
seperti provinsi, kabupaten, dan kota. Anggaran ini mencakup semua sumber pendapatan yang
diperoleh oleh pemerintah daerah dan penggunaan anggaran untuk membiayai sebuah
program dan kegiatan pemerintah yang bersifat lokal.

 Definisi anggaran daerah (APBD) melibatkan beberapa alokasi sumber daya keuangan
yang diperoleh pemerintah daerah dari berbagai sumber, seperti pendapatan asli
sebuah daerah (PAD), penerimaan perimbangan dari pemerintahan pusat, retribusi
daerah, dan sumber-sumber pendapatan daerah lainnya. Dana yang telah terkumpul
kemudian akan digunakan untuk membiayai sebuah kegiatan- kegiatan pemerintah
daerah yang meliputi pembangunan infrastruktur daerah, pendidikan, kesehatan,
layanan publik, serta pembangunan ekonomi dan sosial di tingkat lokal.

 Proses penyusunan anggaran daerah (APBD) melibatkan tahap perencanaan dan


penganggaran daerah, koordinasi antara eksekutif dan legislatif daerah, pembahasan,
persetujuan oleh dewan legislatif daerah, dan pelaksanaan.

 APBD memiliki peran yang vital dalam pembangunan lokal dan pelayanan publik di
tingkat daerah. Melalui APBD, pemerintah daerah dapat mengalokasikan sumber daya
keuangan secara efisien untuk memenuhi kebutuhan masyarakat, meningkatkan

13
infrastruktur, mendukung pendidikan, kesehatan, serta meningkatkan kesejahteraan
ekonomi masyarakat di tingkat lokal.

 Transparansi, akuntabilitas, dan partisipasi publik dalam penyusunan dan pelaksanaan


APBD sangat penting untuk menjaga kepercayaan masyarakat terhadap apa yang
dilakukan oleh pemerintah daerah dan pengelolaan keuangan daerah secara umum.

 Sumber Pendapatan: Pendapatan APBD berasal dari beberapa sumber- sumber


seperti pajak daerah, retribusi sebuah daerah, pendapatan asli daerah (PAD), dana
perimbangan, dan pinjaman.

 Perbedaan antara Anggaran Pusat (APBN) dan Anggaran Daerah (APBD) meliputi:

1. Lingkup: APBN berlaku untuk pemerintah pusat dan berlaku secara nasional, sedangkan
APBD berlaku untuk pemerintah daerah dan berlaku di tingkat provinsi, kabupaten, atau
kota tertentu.

2. Sumber Pendapatan: Adapun Sumber pendapatan APBN berasal dari pajak dan
penerimaan negara lainnya yang diperoleh pemerintah pusat, sedangkan sumber
pendapatan APBD berasal dari pendapatan asli daerah, penerimaan perimbangan, dan
sumber-sumber pendapatan daerah lainnya.

3. Penggunaan Dana: APBN digunakan untuk membiayai program dan kegiatan pemerintah
pusat yang bersifat nasional, sedangkan APBD digunakan untuk membiayai program dan
kegiatan pemerintah daerah yang bersifat lokal.

4. Proses Penyusunan: Proses penyusunan APBN melibatkan pemerintah pusat dan


lembaga legislatif nasional, sedangkan proses penyusunan APBD melibatkan pemerintah
daerah dan dewan legislatif daerah.

14
Chapter 5

TEKNIK AKUNTANSI SEKTOR PUBLIK

Teknik akuntansi sektor publik merujuk pada metode, prosedur, dan praktik yang digunakan dalam
pengelolaan keuangan dan pelaporan di sektor publik. Ini melibatkan penggunaan prinsip akuntansi
dan standar yang relevan untuk menghasilkan sebuah informasi keuangan yang akurat, dapat di
andalkan, dan relevan bagi entitas sektor publik. Terdapat beberapa pembahasan lebih lanjut mengenai
teknik akuntansi sektor publik yang dapat dikaji, antara lain:

a. Akuntansi Pelaporan:
 Penyusunan Laporan Keuangan: Teknik ini melibatkan pengumpulan, pengolahan, dan
penyusunan informasi keuangan dalam bentuk laporan keuangan, seperti laporan neraca,
laporan laba rugi, laporan arus kas, dan catatan atas laporan keuangan. Laporan keuangan ini
memberikan gambaran tentang posisi keuangan dan kinerja keuangan entitas sektor publik.

 Pelaporan Program dan Kegiatan: Selain laporan keuangan, teknik akuntansi sektor publik juga
mencakup pelaporan program dan kegiatan yang dilakukan oleh entitas sektor publik. Hal ini
bertujuan untuk memonitor dan mengevaluasi pencapaian tujuan program serta penggunaan
dana publik secara efektif dan efisien.

b. Akuntansi Anggaran:
 Penyusunan Anggaran: Teknik ini melibatkan proses penyusunan anggaran entitas sektor
publik, yang mencakup perencanaan pendapatan dan pengeluaran yang diharapkan untuk
suatu periode tertentu.

 Monitoring Anggaran: Setelah penyusunan anggaran, teknik akuntansi sektor publik juga
melibatkan pemantauan dan pengendalian anggaran. Hal ini dilakukan untuk memastikan

15
penggunaan dana sesuai dengan rencana anggaran, serta mengidentifikasi dan menangani
deviasi anggaran yang terjadi

c. Akuntansi Biaya:
 Analisis Biaya: Teknik ini melibatkan analisis biaya program dan kegiatan yang dilakukan oleh
entitas sektor publik. Tujuannya adalah untuk mengidentifikasi dan menghitung biaya yang
terlibat dalam penyelenggaraan program, serta menganalisis efisiensi dan efektivitas
penggunaan sumber daya.
 Costing Program dan Layanan: Teknik ini melibatkan penetapan biaya untuk program dan
layanan publik yang diselenggarakan oleh entitas sektor publik. Hal ini membantu dalam
penentuan harga jasa publik, penganggaran, dan evaluasi kinerja.

d. Akuntansi Manajemen:
 Perencanaan dan Pengendalian Keuangan: Teknik ini melibatkan perencanaan keuangan
jangka pendek dan jangka panjang, serta pengendalian pengeluaran dan pendapatan entitas
sektor publik. Hal ini bertujuan untuk memastikan penggunaan dana secara efisien dan
mencapai tujuan keuangan yang ditetapkan.
 Evaluasi Kinerja: Teknik akuntansi sektor publik juga mencakup evaluasi kinerja program dan
kegiatan yang dilakukan oleh entitas sektor publik. Evaluasi ini dilakukan untuk mengukur
pencapaian tujuan, mengidentifikasi kelemahan, dan memberikan rekomendasi perbaikan.

e. Teknologi Informasi dan Sistem Akuntansi:

 Implementasi Sistem Akuntansi Terintegrasi: Teknik ini melibatkan penerapan sistem akuntansi
berbasis teknologi informasi yang terintegrasi. Hal ini membantu dalam pengelolaan data
keuangan yang efisien, pemantauan real-time, dan pelaporan yang akurat.
 Penggunaan Big Data dan Analitik: Dalam era digital, teknik akuntansi sektor publik juga
melibatkan penggunaan big data dan analitik untuk mengolah data keuangan dan memberikan
wawasan yang lebih mendalam tentang kinerja keuangan dan pengelolaan dana publik.

16
Pembahasan lebih lanjut mengenai teknik akuntansi sektor publik dapat melibatkan studi kasus,
analisis kebijakan, dan aplikasi praktis dari teknik-teknik tersebut dalam pengelolaan keuangan dan
pelaporan entitas sektor publik.

Chapter 6

LAPORAN KEUANGAN SEKTOR PUBLIK

Laporan keuangan sektor publik adalah dokumen yang menyajikan informasi keuangan
tentang entitas atau organisasi sektor publik. Laporan keuangan ini memberikan gambaran yang
jelas tentang posisi keuangan, kinerja keuangan, arus kas, serta informasi tambahan lainnya yang
relevan. Berikut ini adalah beberapa pembahasan mengenai materi laporan keuangan sektor
publik:

a. Komponen Laporan Keuangan:


Laporan keuangan adalah dokumen yang menyajikan informasi keuangan sebuah entitas pada
suatu periode tertentu. Laporan keuangan terdiri dari beberapa komponen utama yang
memberikan gambaran lengkap tentang kinerja keuangan dan posisi keuangan entitas
tersebut. Berikut adalah komponen-komponen umum dalam laporan keuangan:

 Neraca (Balance Sheet): Neraca adalah komponen yang menggambarkan posisi


keuangan entitas pada suatu tanggal tertentu. Neraca mencakup aset, kewajiban, dan
ekuitas pemilik entitas. Aset mencerminkan nilai ekonomis yang dimiliki oleh entitas,
kewajiban mencerminkan kewajiban finansial entitas, dan ekuitas pemilik
mencerminkan investasi dan laba atau rugi yang ditahan.

 Laporan Laba Rugi (Income Statement): Laporan Laba Rugi menyajikan informasi
tentang pendapatan dan beban entitas selama suatu periode. Laporan ini
menggambarkan pendapatan yang dihasilkan oleh entitas dari aktivitas operasionalnya
dan beban yang terkait dengan penghasilan tersebut.

17
 Laporan Arus Kas (Statement of Cash Flows): Laporan Arus Kas memberikan
informasi tentang arus kas masuk dan keluar dari entitas selama suatu periode.
Laporan ini mencakup arus kas dari aktivitas operasional, investasi, dan pendanaan.
Laporan Arus Kas membantu pengguna laporan keuangan dalam memahami sumber
dan penggunaan kas entitas serta perubahan dalam posisi kas.

 Laporan Perubahan Ekuitas (Statement of Changes in Equity): Laporan Perubahan


Ekuitas menyajikan informasi tentang perubahan dalam ekuitas pemilik entitas selama
suatu periode. Laporan ini mencakup perubahan dalam modal saham, laba atau rugi,
dividen, dan transaksi lainnya yang mempengaruhi ekuitas pemilik entitas

b. Prinsip Akuntansi yang Digunakan:

 Prinsip Akuntansi Berbasis Akrual: Laporan keuangan sektor publik biasanya disusun
berdasarkan prinsip akuntansi berbasis akrual. Prinsip ini mengakui pendapatan saat
terjadi dan mengakui biaya saat terjadi, terlepas dari penerimaan atau pembayaran kas.
 Prinsip Konsistensi: Prinsip konsistensi mengharuskan entitas sektor publik untuk
konsisten dalam penerapan kebijakan akuntansi dari satu periode ke periode lainnya,
kecuali jika ada alasan yang cukup untuk perubahan.

c. Penyajian dan Pengungkapan:


 Keterbacaan dan Keterpaduan: Laporan keuangan sektor publik harus disusun dengan
jelas, mudah dibaca, dan disajikan dengan keterpaduan yang baik.

 Pengungkapan Transparan: Laporan keuangan sektor publik harus mengungkapkan


informasi yang cukup dan relevan untuk memungkinkan pengguna laporan untuk membuat
keputusan yang informasi dan memahami kondisi keuangan dan kinerja entitas sektor
publik.

18
 Informasi Tambahan: Laporan keuangan sektor publik juga dapat menyertakan informasi
tambahan seperti kebijakan akuntansi, perkiraan risiko, komitmen dan kontinjensi, serta
informasi non-keuangan yang relevan.

d. Audit dan Verifikasi:

 Audit Eksternal: Laporan keuangan sektor publik sering kali diuji dan diverifikasi oleh
auditor eksternal yang independen. Auditor ini melakukan pemeriksaan terhadap laporan
keuangan untuk memastikan keandalan, kepatuhan terhadap standar akuntansi, dan
kepatuhan terhadap peraturan yang berlaku.

 Pengawasan Internal: Entitas sektor publik juga harus memiliki sistem pengawasan internal
yang efektif untuk memastikan akurasi, keandalan, dan kepatuhan dalam penyusunan
laporan keuangan.

19
Chapter 7

SISTEM AKUNTANSI KEUANGAN PUSAT (SIKLUS, SISTEM,LAPORAN KEUANGAN KEUANGAN )

Sistem Akuntansi Keuangan Pusat (SAKP) merupakan sistem yang digunakan untuk
mengelola, mencatat, dan melaporkan transaksi keuangan pada tingkat pusat pemerintahan
atau entitas sektor publik yang memiliki wewenang atas pengumpulan dan pengelolaan
keuangan pusat. Berikut adalah pembahasan lebih lanjut mengenai siklus, sistem, dan laporan
keuangan pusat dalam konteks SAKP:

a. Siklus Akuntansi Pusat:


 Pendapatan: Siklus dimulai dengan penerimaan pendapatan dari berbagai sumber, seperti
pajak, penerimaan lainnya, atau transfer dana dari entitas lain. Pendapatan tersebut dicatat
dan diklasifikasikan dengan benar.
 Pengeluaran: Setelah pendapatan, siklus berlanjut dengan pengeluaran yang mencakup
berbagai pengeluaran operasional, investasi, dan pendanaan. Pengeluaran dicatat, diaudit, dan
diklasifikasikan sesuai dengan kategori yang relevan.
 Pengolahan Data: Selama siklus, data transaksi keuangan diolah melalui proses pencatatan,
pengolahan, dan pelaporan yang memungkinkan identifikasi, pengukuran, dan dokumentasi
yang tepat dari transaksi keuangan.
 Pelaporan: Siklus akuntansi pusat mencapai puncaknya dengan penyusunan laporan
keuangan pusat yang mencerminkan sebuah laporan posisi keuangan, bahkan kinerja
keuangan, arus kas, dan informasi tambahan yang relevan pada tingkat pusat pemerintahan.

20
b. Sistem Akuntansi Pusat:
 Struktur Organisasi dan Otorisasi: Sistem akuntansi pusat melibatkan pembentukan struktur
organisasi yang jelas dan penunjukan otoritas yang bertanggung jawab atas pengelolaan
keuangan pusat. Ini mencakup pembagian tugas dan tanggung jawab yang jelas dalam proses
akuntansi.
 Kebijakan dan Prosedur: Sistem akuntansi pusat mencakup pengembangan kebijakan dan
prosedur yang mengatur proses pencatatan, pengolahan, dan pelaporan keuangan.
 Sistem Informasi Akuntansi: Sistem akuntansi pusat melibatkan penggunaan teknologi
informasi dan sistem akuntansi yang memadai untuk mendukung pengelolaan keuangan.
Sistem informasi akuntansi pusat harus mampu mengintegrasikan data keuangan,
memfasilitasi pencatatan transaksi, dan menghasilkan laporan keuangan yang akurat.

c. Laporan Keuangan Pusat:

 Neraca: Laporan keuangan pusat mencakup neraca yang menggambarkan posisi keuangan
entitas pusat pada suatu periode tertentu. Neraca mencakup aset, kewajiban, dan ekuitas.
 Laporan Laba Rugi: Laporan laba rugi menyajikan informasi tentang pendapatan dan biaya
yang terkait dengan operasi entitas pusat dalam suatu periode tertentu. Laporan ini mencakup
pendapatan, biaya, laba, dan rugi.
 Laporan Arus Kas: Laporan arus kas memberikan informasi tentang arus masuk dan arus
keluar kas dari aktivitas operasional, investasi, dan pendanaan entitas pusat dalam suatu
periode tertentu.

21
 Laporan Keuangan Tambahan: Selain laporan keuangan utama, laporan keuangan pusat juga
dapat mencakup laporan tambahan yang memberikan informasi lebih lanjut tentang posisi
keuangan dan kinerja keuangan.
 Dengan menggunakan siklus akuntansi pusat, sistem akuntansi pusat yang efektif, dan
penyusunan laporan keuangan pusat yang tepat, entitas sektor publik dapat memastikan
pengelolaan keuangan yang transparan, akurat, dan sesuai dengan standar akuntansi yang
berlaku.

Chapter 8

SISTEM AKUNTANSI KEUANGAN PUSAT (KOMPONEN PELAPORAN DAN PENYUSUNAN


LAPORAN KEUANGAN PUSAT)

mengenai sistem akuntansi keuangan pusat meliputi komponen pelaporan dan penyusunan
laporan keuangan pusat. Berikut adalah penjelasan lebih lanjut mengenai kedua komponen tersebut:

1. Komponen Pelaporan:

a. Neraca (Balance Sheet): Neraca adalah laporan keuangan yang menggambarkan


posisi keuangan entitas pusat pada suatu periode tertentu. Neraca mencakup aset,
kewajiban, dan ekuitas. Informasi yang terdapat dalam neraca membantu dalam
mengevaluasi likuiditas, solvabilitas, dan kestabilan keuangan entitas pusat.

b. Laporan Laba Rugi (Income Statement): Laporan laba rugi menyajikan informasi
tentang pendapatan dan biaya yang terkait dengan operasi entitas pusat dalam suatu
periode tertentu. Laporan ini memberikan gambaran tentang kinerja keuangan entitas
pusat, termasuk keuntungan atau kerugian yang dihasilkan.

c. Laporan Arus Kas (Cash Flow Statement): Laporan arus kas memberikan informasi
tentang arus masuk dan arus keluar kas dari aktivitas operasional, investasi, dan
pendanaan entitas pusat dalam suatu periode tertentu. Laporan arus kas membantu

22
dalam mengevaluasi kemampuan entitas pusat dalam menghasilkan arus kas yang
cukup untuk memenuhi kebutuhan operasional dan investasi.

d. Laporan Perubahan Ekuitas (Statement of Changes in Equity): Laporan perubahan


ekuitas mencerminkan perubahan dalam ekuitas entitas pusat selama suatu periode
tertentu. Laporan ini mencakup informasi tentang modal yang disetor, laba ditahan,
transaksi dengan pemilik, dan perubahan lainnya dalam ekuitas.

2. Penyusunan Laporan Keuangan Pusat:

a. Pencatatan Transaksi: Transaksi keuangan yang terjadi di entitas pusat harus dicatat
dengan teliti dan akurat. Pencatatan dilakukan berdasarkan prinsip-prinsip akuntansi
yang berlaku dan menggunakan metode pengukuran yang sesuai.

b. Pengklasifikasian dan Pengelompokan: Setelah pencatatan, data keuangan


diklasifikasikan dan dikelompokkan berdasarkan kategori yang relevan, seperti aset,
kewajiban, pendapatan, biaya, dan ekuitas

c. Pengukuran dan Penilaian: Nilai-nilai yang terkandung dalam laporan keuangan pusat
harus diukur dan dinilai secara obyektif dan sesuai dengan standar akuntansi yang
berlaku. Hal ini melibatkan penggunaan metode pengukuran yang tepat, seperti biaya
historis, nilai wajar, atau metode lain yang sesuai.

d. Pelaporan dan Pengungkapan: Laporan keuangan pusat harus disusun dengan jelas,
mudah dipahami, dan memenuhi persyaratan pengungkapan yang relevan. Informasi
yang disajikan dalam laporan keuangan harus lengkap, transparan, dan dapat
dipercaya.

23
Dengan mengikuti komponen pelaporan yang mencakup neraca, laporan laba rugi, laporan
arus kas, dan laporan perubahan ekuitas, serta menjalankan proses penyusunan laporan keuangan
pusat dengan cermat, entitas sektor publik dapat menyajikan laporan keuangan yang akurat,
terpercaya, dan informatif kepada pihak-pihak yang berkepentingan.

Chapter 9

SISTEM AKUNTANSI KEUANGAN DAERAH

Sistem Akuntansi Keuangan Daerah (SAKD) adalah sistem yang digunakan untuk
mengelola, mencatat, dan melaporkan transaksi keuangan pada tingkat daerah pemerintahan
atau entitas sektor publik yang memiliki wewenang atas pengumpulan dan pengelolaan
keuangan daerah. Berikut adalah pembahasan mengenai sistem akuntansi keuangan daerah:

a. Struktur Organisasi Akuntansi Daerah:

 Pembentukan Tim Akuntansi: Daerah membentuk tim akuntansi yang bertanggung


jawab untuk mengelola dan menjalankan sistem akuntansi keuangan daerah. Tim ini
terdiri dari staf akuntansi yang memiliki pengetahuan dan keterampilan dalam bidang
akuntansi sektor publik.

 Kebijakan dan Prosedur: Daerah mengembangkan kebijakan dan prosedur akuntansi


yang mengatur proses pencatatan, pengolahan, dan pelaporan keuangan daerah.
Kebijakan ini mencakup aspek-aspek seperti pengelompokan akun, pengukuran, dan
metode pencatatan yang sesuai dengan standar akuntansi yang berlaku.

b. Proses Pencatatan dan Pengolahan Transaksi Keuangan Daerah:

24
 Pengolahan Data: Data transaksi keuangan diolah melalui proses pengelompokan,
pengklasifikasian, dan penggabungan untuk menghasilkan informasi yang relevan dan
dapat dipahami. Data tersebut kemudian digunakan untuk penyusunan laporan
keuangan daerah.

 Pencatatan Transaksi: Transaksi keuangan yang terjadi di daerah dicatat dengan teliti
dan akurat. Pencatatan melibatkan pengidentifikasian transaksi, penentuan akun yang
tepat, pengukuran nilai transaksi, dan penulisan dalam jurnal atau sistem pencatatan
yang sesuai.

c. Laporan Keuangan Daerah:


 Laporan Keuangan Utama: Laporan keuangan daerah mencakup neraca, laporan laba
rugi, laporan arus kas, dan laporan perubahan ekuitas. Laporan ini menyajikan
informasi tentang posisi keuangan, kinerja keuangan, dan arus kas daerah dalam
suatu periode tertentu.
 Laporan Keuangan Tambahan: Selain laporan keuangan utama, laporan keuangan
daerah juga dapat mencakup laporan tambahan yang memberikan informasi lebih rinci
tentang kegiatan, program, atau proyek tertentu yang dilaksanakan oleh daerah.

d. Pengawasan dan Audit:


 Pengawasan Internal: Daerah melakukan pengawasan internal terhadap sistem
akuntansi keuangan daerah untuk memastikan kepatuhan terhadap kebijakan dan
prosedur yang telah ditetapkan, serta untuk mengidentifikasi dan mengatasi potensi
masalah atau kelemahan.

25
 Audit Eksternal: Laporan keuangan daerah juga diuji dan diaudit oleh pihak eksternal,
seperti Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) atau auditor independen. Audit eksternal
bertujuan untuk mengevaluasi keandalan, keabsahan, dan ketaatan terhadap standar
akuntansi serta peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Dengan menerapkan sistem akuntansi keuangan daerah yang efektif, daerah


dapat memastikan transparansi, akurasi, dan kepatuhan dalam pengelolaan keuangan
daerah. Hal ini penting untuk mendukung pengambilan keputusan yang tepat,
mempertanggungjawabkan penggunaan sumber daya publik, serta meningkatkan
akuntabilitas dan kepercayaan masyarakat terhadap pemerintah daerah.

Chapter 10

SISTEM AKUNTANSI DANA DESA

Sistem Akuntansi Dana Desa (SADD) merupakan sistem yang digunakan untuk
mengelola, mencatat, dan melaporkan transaksi keuangan yang terkait dengan dana desa.
Dana desa merupakan alokasi dana yang diberikan oleh pemerintah pusat kepada desa dalam
rangka pembangunan dan pemberdayaan masyarakat di tingkat desa. Berikut adalah
pembahasan mengenai sistem akuntansi dana desa:

a. Pengelolaan Dana Desa:

 Penerimaan Dana Desa: Pada tahap awal, sistem akuntansi dana desa mencatat
penerimaan dana desa yang diterima dari pemerintah pusat. Hal ini meliputi alokasi dana
desa, transfer dana, atau sumber pendapatan lainnya yang dialokasikan untuk desa.

 Pengeluaran Dana Desa: Sistem akuntansi dana desa mencatat pengeluaran dana desa
yang digunakan untuk berbagai kegiatan pembangunan, pemberdayaan masyarakat, dan
pengelolaan desa. Pengeluaran tersebut mencakup belanja barang dan jasa, pembayaran
gaji, pembangunan infrastruktur, program sosial, dan kegiatan lainnya yang disesuai
dengan peraturan yang telah di terapkan .

26
b. Pencatatan dan Pelaporan Keuangan Dana Desa:

 Pencatatan Transaksi: Setiap transaksi keuangan yang terkait dengan dana desa dicatat
dengan rapi dan akurat. Pencatatan melibatkan pengidentifikasian transaksi, penentuan
akun yang sesuai, pengukuran nilai transaksi, dan pencatatan dalam jurnal atau sistem
pencatatan yang digunakan.

 Laporan Keuangan Dana Desa: Sistem akuntansi dana desa menghasilkan laporan
keuangan yang mencakup neraca, laporan arus kas, laporan perubahan ekuitas, dan
laporan lain yang relevan.

c. Pengawasan dan Pertanggungjawaban:

 Pengawasan Internal: Desa harus menjalankan pengawasan internal terhadap sistem


akuntansi dana desa untuk memastikan kepatuhan terhadap peraturan dan pedoman
yang telah di berlakukan Hal ini melibatkan pemisahan tugas, verifikasi transaksi, dan
pemantauan keuangan secara rutin.

 Audit Eksternal: Laporan keuangan dana desa juga harus diaudit oleh pihak eksternal,
yaitu dari pihak Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) atau auditor independen. Audit
eksternal bertujuan untuk mengevaluasi keandalan, keabsahan, dan kepatuhan terhadap
peraturan dalam pengelolaan dana desa.

Dengan menerapkan sistem akuntansi dana desa yang baik, desa dapat memastikan
transparansi, akurasi, dan pertanggungjawaban dalam penggunaan dana desa. Hal ini penting
untuk mencapai pembangunan yang berkelanjutan, pemberdayaan masyarakat, serta
meningkatkan kesejahteraan di tingkat desa.

27
Chapter 11

SISTEM PENGENDALIAN MANAJEMEN PEMERINTAHAN

Sistem Pengendalian Manajemen Pemerintahan (Government Management Control


System) adalah kerangka kerja yang digunakan oleh pemerintah untuk mengendalikan serta
mengawasi pelaksanaan sebuah kebijakan, program, dan juga kegiatan pemerintah.
Tujuannya adalah untuk memastikan efektivitas, efisiensi, dan akuntabilitas dalam
pengelolaan sumber daya publik. Berikut adalah pembahasan mengenai sistem pengendalian
manajemen pemerintahan:

a. Perencanaan dan Penganggaran:

 Penetapan Tujuan dan Sasaran: Sistem pengendalian manajemen pemerintahan dimulai


dengan penetapan tujuan dan sasaran yang jelas untuk setiap kebijakan, program, dan
kegiatan pemerintah. Tujuan ini harus spesifik, terukur, dapat dicapai, relevan, dan
terbatas pada batasan waktu tertentu.

28
 Penganggaran: Sistem pengendalian manajemen pemerintahan melibatkan proses
penyusunan anggaran yang komprehensif. Anggaran tersebut mencakup alokasi sumber
daya, penentuan prioritas, dan pengawasan terhadap pengeluaran pemerintah.
Penganggaran yang baik akan membantu mengarahkan dalam penggunaan sumber daya
publik secara efektif dan juga efisien.

b. Pelaksanaan dan Pemantauan:

 Pelaksanaan Kebijakan dan Program: Sistem pengendalian manajemen pemerintahan


melibatkan pelaksanaan kebijakan dan program secara konsisten ini bertujuan dengan
sasaran yang telah ditetapkan sebelumnya. Hal ini melibatkan koordinasi antarunit kerja,
pemantauan pelaksanaan, dan pengelolaan risiko yang terkait.

 Pengukuran dan Pemantauan Kinerja: Sistem pengendalian manajemen pemerintahan


memerlukan pengukuran dan pemantauan kinerja secara teratur. Indikator kinerja yang
tepat harus ditentukan dan digunakan untuk mengukur pencapaian tujuan dan sasaran.
Hasil pemantauan kinerja digunakan untuk evaluasi dan perbaikan selanjutnya.

c. Evaluasi dan Pelaporan:

 Evaluasi Kebijakan dan Program: Sistem pengendalian manajemen pemerintahan


mencakup evaluasi terhadap kebijakan dan program yang telah dilaksanakan. Evaluasi ini
melibatkan analisis dampak, efektivitas, efisiensi, dan kepatuhan terhadap peraturan yang
berlaku. Hasil evaluasi digunakan untuk membuat keputusan yang lebih baik dalam
perencanaan dan penganggaran masa depan.

 Pelaporan Kinerja: Sistem pengendalian manajemen pemerintahan memerlukan


pelaporan kinerja yang transparan dan akuntabel. Laporan kinerja mencakup informasi
tentang pencapaian tujuan, penggunaan sumber daya, dan hasil yang telah dicapai.

29
Laporan ini disampaikan kepada pihak yang berkepentingan untuk memastikan
akuntabilitas dan memberikan informasi yang relevan.

d. Pengawasan dan Audit:


 Pengawasan Internal: Sistem pengendalian manajemen pemerintahan melibatkan
pengawasan internal yang dilakukan oleh unit-unit pemerintah terkait. Pengawasan ini
bertujuan untuk memastikan kepatuhan terhadap kebijakan dan prosedur yang telah
ditetapkan, serta untuk mengidentifikasi dan mengatasi potensi masalah atau kelemahan.

 Audit Eksternal: Sistem pengendalian manajemen pemerintahan juga melibatkan audit


eksternal yang dilakukan oleh lembaga audit pemerintah independen, seperti Badan
Pemeriksa Keuangan (BPK). Audit eksternal bertujuan untuk mengevaluasi kepatuhan,
transparansi, dan efektivitas sistem pengendalian manajemen pemerintahan.

Dengan menerapkan sistem pengendalian manajemen pemerintahan yang baik,


pemerintah dapat memastikan pelaksanaan kebijakan dan program yang efektif,
penggunaan sumber daya yang efisien, serta akuntabilitas yang tinggi terhadap
masyarakat. Hal ini penting untuk mencapai tujuan pembangunan, pemberdayaan
masyarakat, dan peningkatan kesejahteraan secara keseluruhan.

30
Chapter 12

PENGUKURAN KINERJA PEMERINTAHAN

Pengukuran kinerja pemerintahan adalah proses untuk menilai pencapaian tujuan dan
hasil kinerja pemerintah dalam pelaksanaan kebijakan dan program. Tujuan dari
pengukuran kinerja pemerintahan adalah untuk memastikan akuntabilitas, meningkatkan
efektivitas dan efisiensi penggunaan sumber daya, serta mendukung pengambilan

31
keputusan yang informasional dan berbasis bukti. Berikut adalah pembahasan mengenai
pengukuran kinerja pemerintahan:

a. Identifikasi Indikator Kinerja:

 Tujuan dan Sasaran: Pengukuran kinerja pemerintahan dimulai dengan penentuan


sebuah tujuan dan sasaran yang jelas. Dan Tujuan dan sasaran ini harus spesifik,
terukur, dapat dicapai, relevan, dan terbatas pada batasan waktu tertentu.

 Indikator Kinerja: Setelah tujuan dan sasaran ditetapkan, langkah berikutnya adalah
menentukan indikator kinerja yang relevan untuk mengukur pencapaian. Indikator
kinerja dapat berupa angka, persentase, atau ukuran lain yang dapat digunakan untuk
mengevaluasi pencapaian tujuan.

b. Pengumpulan Data:
 Sumber Data: Data yang diperlukan untuk pengukuran kinerja pemerintahan dapat
berasal dari berbagai sumber, seperti sistem informasi pemerintah, laporan keuangan,
survei, dan evaluasi program. Penting untuk memastikan bahwa data yang digunakan
berkualitas, akurat, dan dapat dipercaya.
 Metode Pengumpulan: Metode pengumpulan data dapat meliputi survei, wawancara,
observasi, atau penggunaan data sekunder. Metode yang dipilih harus sesuai dengan
kebutuhan pengukuran dan memastikan keakuratan dan keandalan data yang
dikumpulkan
c. Analisis dan Interpretasi:

 Pengolahan Data: Data yang terkumpul dianalisis dan diolah untuk menghasilkan
informasi yang relevan. Analisis dapat dilakukan dengan menggunakan metode
statistik, perbandingan, atau evaluasi kualitatif, tergantung pada jenis data yang ada.

32
 Interpretasi Hasil: Hasil pengukuran kinerja pemerintahan perlu diinterpretasikan
secara cermat. Informasi yang dihasilkan dapat digunakan untuk mengevaluasi
pencapaian tujuan, mengidentifikasi kekuatan dan kelemahan, serta mengambil
tindakan perbaikan yang diperlukan.

d. Pelaporan Kinerja:
 Laporan Kinerja: Hasil pengukuran kinerja pemerintahan perlu dilaporkan kepada pihak
yang berkepentingan, seperti pimpinan pemerintah, masyarakat, atau lembaga
pengawas. Laporan kinerja ini harus disusun dengan jelas, terstruktur, dan mudah
dipahami, sehingga informasi dapat disampaikan secara transparan.

e. Penggunaan Hasil:
 Pengambilan Keputusan: Hasil pengukuran kinerja pemerintahan digunakan sebagai
dasar untuk pengambilan keputusan yang informasional. Informasi tentang kinerja
pemerintahan dapat membantu dalam mengevaluasi kebijakan dan program,
mengalokasikan sumber daya, serta mengidentifikasi area yang perlu ditingkatkan.
 Perbaikan Kinerja: Pengukuran kinerja pemerintahan juga dapat digunakan sebagai
alat untuk perbaikan berkelanjutan. Dengan mengidentifikasi kelemahan dan peluang
perbaikan, langkah-langkah dapat diambil untuk meningkatkan efektivitas dan efisiensi
kinerja pemerintah.

Pengukuran kinerja pemerintahan merupakan komponen penting dalam sistem


pengendalian manajemen pemerintahan. Dengan melakukan pengukuran kinerja yang
tepat, pemerintah dapat mengidentifikasi capaian, mengarahkan upaya perbaikan, dan
meningkatkan akuntabilitas dalam melayani kepentingan publik secara lebih baik.

Chapter 13

SISTEM AKUNTANSI ORGANISASI NON PEMERINTAH

Sistem akuntansi organisasi non-pemerintah (non-governmental organization/NGO)


memiliki karakteristik dan persyaratan akuntansi yang berbeda dari sektor publik atau sektor
swasta. Berikut adalah pembahasan mengenai sistem akuntansi organisasi non-pemerintah:

33
a. Tujuan Akuntansi Organisasi Non-Pemerintah:

 Pelaporan Keuangan: Salah satu tujuan utama sistem akuntansi organisasi non-
pemerintah adalah untuk menyediakan laporan keuangan yang akurat dan relevan
kepada pihak-pihak yang berkepentingan, seperti dana donor, anggota organisasi,
pemerintah, dan masyarakat umum.

 Transparansi dan Akuntabilitas: Sistem akuntansi organisasi non-pemerintah juga


bertujuan untuk menciptakan transparansi dan akuntabilitas dalam pengelolaan sumber
daya dan pelaksanaan program organisasi. Ini melibatkan pengungkapan informasi yang
jelas mengenai penggunaan dana dan pencapaian tujuan organisasi.

b. Pengaturan dan Standar Akuntansi:

 Prinsip Akuntansi: Organisasi non-pemerintah umumnya mengacu pada sebuah prinsip


akuntansi yang berlaku secara umum, seperti Prinsip Akuntansi Berbasis Akrual
(Accrual Accounting) atau Prinsip Akuntansi Non-Profit (Non-profit Accounting). Prinsip-
prinsip ini mencakup pengakuan pendapatan dan pengeluaran, penilaian aset dan
kewajiban, serta pengungkapan informasi yang relevan.

 Standar Akuntansi: Terdapat standar akuntansi khusus untuk organisasi non-pemerintah,


seperti Standar Akuntansi Organisasi Non-Profit (Statement of Financial Accounting
Standards for Non-Profit Organizations/SFAS NPO). Standar ini memberikan pedoman
lebih rinci mengenai pengakuan, pengukuran, dan pengungkapan informasi keuangan
yang relevan dalam konteks organisasi non-pemerintah.

34
c. Pendapatan dan Pengeluaran:

 Sumber Pendapatan: Organisasi non-pemerintah biasanya bergantung pada


pendapatan yang diterima dari berbagai sumber, seperti sumbangan, donasi, hibah, atau
pendapatan dari program atau layanan yang disediakan. Sistem akuntansi harus mampu
mengidentifikasi, mencatat, dan melacak sumber pendapatan tersebut.

 Pengeluaran Program dan Administrasi: Pengeluaran organisasi non-pemerintah dibagi


antara pengeluaran program, yang terkait dengan kegiatan dan program utama
organisasi, dan pengeluaran administrasi, yang berkaitan dengan biaya administratif dan
operasional organisasi. Sistem akuntansi harus memisahkan dan melacak pengeluaran
ini dengan jelas.

e. Pelaporan Keuangan:

 Laporan Keuangan: Sistem akuntansi organisasi non-pemerintah harus menghasilkan


laporan keuangan yang mencakup sebagai berikut ; Neraca, Laporan Laba Rugi,
Laporan Arus Kas, dan Catatan atas Laporan Keuangan. Yang dimana Laporan
keuangan ini memberikan gambaran menyeluruh tentang posisi keuangan organisasi,
kinerja operasional, arus kas, serta informasi tambahan yang relevan.

f. Pengawasan Internal:

 Kontrol Keuangan: Organisasi non-pemerintah harus memiliki prosedur pengawasan


internal yang efektif untuk memastikan penggunaan dana yang tepat, mencegah
penyalahgunaan atau kecurangan, serta memastikan kepatuhan terhadap kebijakan dan
prosedur yang ditetapkan.

35
 Audit Eksternal: Sebagian besar organisasi non-pemerintah juga menjalani audit
eksternal oleh auditor independen. Audit ini bertujuan untuk memverifikasi kebenaran
dan keandalan laporan keuangan serta mengidentifikasi masalah atau kelemahan yang
perlu diperbaiki.

Sistem akuntansi organisasi non-pemerintah dirancang untuk memenuhi kebutuhan


khusus mereka yang berfokus pada transparansi, akuntabilitas, dan dalam pelaporan
keuangan yang akurat kepada pihak- pihak yang berkepentingan tersebut.

DAFTAR PUSTAKA

 Abdul Halim, A. (2015). Akuntansi Sektor Publik di Indonesia. Salemba Empat.


 LP2 Akuntansi Indonesia. (2016). Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP) dan
Petunjuk Teknis (PT) Lengkap.

36
 Suhardjono. (2018). Akuntansi Sektor Publik. Kencana Prenada Media Group.
 Mardiasmo. (2017). Akuntansi Sektor Publik. Andi Offset.
 Badan Pemeriksa Keuangan Republik Indonesia. (2017). Standar
Pemeriksaan Keuangan Negara (SPKN).
 Harahap, S. S. (2018). Akuntansi Keuangan Sektor Publik Berdasarkan
Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003. Raja Grafindo Persada.
 Sugiyono. (2015). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Alfabeta.
 Mulyadi. (2016). Akuntansi Sektor Publik: Konsep, Standar, Pelaporan
Keuangan Pemerintah. Salemba Empat.
 Departemen Keuangan Republik Indonesia. (2003). Standar Akuntansi
Pemerintahan.
 Raharjo, K. A. (2018). Akuntansi Sektor Publik: Mengelola Keuangan
Pemerintah dan Badan Layanan Umum. Erlang ga.

37

Anda mungkin juga menyukai