Anda di halaman 1dari 5

Nama : Meileginta Kaban

NIM : 01012622327027
Kelas : Reguler 54C
Mata Kuliah : Manajemen Pemasaran

Artikel 1 :

CUSTOMER ORIENTED & TANTANGAN BISNIS ERA DIGITAL


Berbicara tentang tantangan bisnis era digital erat hubungannya dengan
perkembangan di dunia teknologi sekarang yang sangat pesat kemajuannya.
Saat ini semua bisnis terus menghadapi tantangan untuk memasuki pasar bebas.
Para pengusaha harus bisa mengantisipasi perubahan dan harapan yang
diinginkan oleh pelanggan. Munculnya pasar bebas membawa dampak
persaingan bisnis yang semakin ketat sehingga kondisi ini memacu dunia usaha
untuk lebih peduli terhadap strategi yang dijalankan. Agar mampu bertahan di
lingkungan bisnis, organisasi melakukan berbagai cara seperti inovasi produk,
memperluas pasar, meningkatkan kualitas layanan, memperbaiki proses
produksinya, perbaikan sistem organisasi, dan melakukan penghematan biaya.
Memang dahulu banyak bisnis yang hanya memikirkan keuntungan/laba
saja, namun hal tersebut harus diperbaharui oleh para pengusaha demi
kelangsungan bisnis yang tahan lama. Semua bisnis pasti ingin beroperasi untuk
jangka panjang, maka dari itu banyak perusahaan melakukan salah satu strategi
dengan pemasaran berorientasi pelanggan (Customer Oriented Marketing).
Pemasaran berorientasi pelanggan (customer oriented marketing) adalah
pemasaran terkait yang memberi pelanggan nilai dan kepuasan yang tak
tertandingi. Pendekatan pemasaran yang berorientasi pelanggan, di mana
pelanggan berada di pusat upaya pemasaran suatu perusahaan, pada akhirnya
mengharuskan perusahaan untuk sangat mahir dalam memahami,
mengantisipasi, dan menanggapi kebutuhan dan keinginan pelanggannya secara
berkelanjutan.
Menurut saya, kunci utama sustainability suatu perusahaan bergantung
bagaimana perusahaan tersebut dapat mempertahankan dan mendapatkan
pelanggan sebanyak-banyaknya. Dari analisis saya, beberapa sikap yang harus
dimiliki oleh pengusaha sekarang dalam menjalankan usahanya untuk
mempertahankan dan mendapatkan pelanggan adalah dengan mempunyai hal-
hal sebagai berikut :
1. Kreativitas : Mampu membuat produk/jasa yang unggul dan unik
sehingga dapat tampil beda dari perusahaan sejenis lainnya.
2. Transformasi : Berani melakukan dan menyesuaikan dengan perubahan
teknologi, budaya, dan konsep pemasaran modern
3. Research & Development : Rutin membuat penelitian dan pengembangan
terkait produk/jasa
Bisa dilihat bahwa perusahaan start up dan financial technology yang
marak saat ini mengkombinasikan 3 hal tersebut ke dalam bisnis mereka dalam
menarik minat pelanggan terhadap produk/jasa mereka. Sedangkan banyak
perusahaan lama yang mulai perlahan tutup dikarenakan tidak memperbaharui
produk/jasa yang mereka miliki.
Salah satu contohnya adalah PT Pos Indonesia, perusahaan ini bergerak
di dalam bidang kurir dan logistik yang merupakan salah satu perusahaan milik
negara. Dahulu kesejahteraan PT Pos sangat terjamin terutama saat PT Pos
Indonesia masih menjadi perusahaan monopoli di Indonesia di bidang kurir dan
logistik. Namun seiring berjalannya waktu, pemerintah mengijinkan perusahaan
swasta untuk bergerak di bidang kurir dan logistik juga sehingga bisnis yang
dilaksanakan oleh PT Pos Indonesia perlahan mengalami kemunduran. Hal ini
disebabkan karena PT Pos Indonesia terjebak dalam zona nyamannya dimana
mereka tidak melakukan pengembangan baik dalam segi hal produk dan
layanan sesuai dengan kebutuhan dan keinginan pelanggannya.
Di sisi lain, perusahaan pendatang baru di bidang kurir dan logistik
seperti JNE, J&T, Tiki, dll sudah melakukan riset dan pengembangan terlebih
dahulu untuk mengetahui apa yang dibutuhkan dan diinginkan oleh
konsumennya. Pertama, mereka melakukan pengembangan di sisi layanan
dengan cara menjemput barang ke rumah konsumen karena diketahui banyak
konsumen yang tidak mempunyai banyak waktu untuk mengantarkan barang
mereka ke outlet ekspedisi. Kedua, hal ini berhubungan dengan era digital
dimana banyak perusahaan pengiriman/kurir dan logistic tersebut sudah
menyiapkan aplikasi yang memadai bagi konsumennya untuk memudahkan
dalam melakukan permintaan penjemputan, pengecekan, maupun melihat
informasi produk/jasa yang disediakan.
Maka dari itu, untuk mendapatkan konsep pemasaran yang berorientasi
pelanggan, haruslah dibutuhkan kolaborasi yang baik antar departemen di suatu
perusahaan serta antar pemangku kepentingan/pimpinan. Hal ini akan membuat
terciptanya kepedulian dalam menciptakan sesuatu hal yang baru untuk
kepuasan pelanggan. Misalnya saja, departemen research & development
berkolaborasi dengan departemen produksi dalam menyiapkan produk yang
sesuai dengan kebutuhan dan keinginan pelanggan berdasarkan riset dan survey
yang telah dilakukan. Di sisi lain, departemen personalia mempersiapkan
sumber daya manusia yang ahli dan terampil dalam menciptakan produk
tersebut dan dibantu oleh departemen IT dalam menciptakan teknologi untuk
mempermudah produksi, pemasaran ataupun penjualan.

Dianalisis Dari Artikel :


Customer Oriented dan Tantangan Bisnis Era Digital
(https://www.kompasiana.com/
krisbanarto5251/6173afac06310e24c50a1db2/customer-oriented-dan-
tantangan-bisnis-era-digital?page=all)
Artikel 2 :

BRANDING CARA BARU, BUKAN MONOPOLI MARKETER

Dalam konsep pemasaran, banyak hal yang sudah diperbaharui karena


mengikuti perkembangan zaman teknologi termasuk dalam hal “branding”. Saat
ini, branding itu bukan lagi monopoli marketer. Kenapa? Karena semua pihak
dan semua departemen di suatu perusahaan harus mengerti branding.
Mengetahui makna, tujuan dan cara branding produk yang mereka jual. karena
brand cuma bisa dibangun dari keseluruhan effort setiap orang di perusahaan,
termasuk pemilik perusahaan dan orang nomer satunya.
Justru banyak brand terhambat jadi brand besar karena satu-satunya yang
ngerti branding cuma team marketingnya saja. sementara yang lainnya karena
ketidaktahuannya akhirnya tidak membantu atau bahkan malah "merusak"
tumbuh kembang brand.
Brand bukan hanya sekedar merek, melainkan hal yang penting dalam
sebuah bisnis. Brand dapat mempengaruhi bagaimana orang melihat bisnis yang
sedang dijalani oleh suatu perusahaan. Sederhananya brand adalah bagian dari
bisnis yang membuat orang dapat dengan mudah mengenali identitas dari
sebuah perusahaan atau produk. Bahkan brand besar dapat dikenali hanya
dengan melihat warna logo, mendengar jingle iklan, dan juga slogan. Misalnya,
ketika kita membahas produk makanan, brand apa yang kamu bayangkan ketika
melihat warna merah? Apakah KFC, McDonald's, atau Coca-Cola? Jika
seseorang telah membayangkan brand di atas berarti perusahaan dari brand
tersebut telah berhasil membangun brand sehingga dapat dengan mudah
mengingat brand mereka hanya dengan warna.
Contoh lainnya saja adalah perusahaan tempat saya bekerja yaitu “PT
Pegadaian”. Perusahaan ini telah berdiri lama sejak zaman penjajahan oleh
Belanda. Dimana pada saat itu juga belum ada media yang dapat digunakan
untuk memasarkan produk. Namun siapa sekarang yang tidak tahu dengan
slogan “mengatasi masalah tanpa masalah”, dengan menyebut slogannya saja,
sebagian besar orang dapat menjawab dimana perusahaan saya bekerja. Yang
berarti “PT Pegadaian” telah menciptakan branding dalam mendapatkan daya
Tarik konsumennya. Walaupun terdengar biasa saja, namun slogan tersebut
merupakan bagian penting dalam membangun sebuah brand. Slogan dapat
menguatkan identitas dari bisnis yang kamu jalankan. Selain itu, slogan juga
bisa menjadi alat deskripsi dari brand itu sendiri. Sehingga dapat menarik
perhatian dari konsumen.
Selain itu, pada saat ini akibat media sosial yang sudah marak digunakan
terutama oleh anak muda, sehingga terciptanya kata “brand ambassador”.
Brand ambassador atau duta merek adalah seseorang yang mempromosikan
brand dan produknya ke jaringan mereka dengan tujuan meningkatkan brand
awareness dan mendorong penjualan. Rata-rata hampir setiap orang membeli
suatu produk/jasa dan mengunjungi suatu tempat karena terpengaruh oleh
ke”viral”an di media sosial. Ketika terdapat foto produk/jasa, tempat, makanan,
atau apapun yang terlihat menarik maka memang akan langsung mendorong
sikap “bandwagon effect” tersebut. Padahal bukan tidak sering bahwa yang
akan didapatkan oleh konsumen terhadap sesuatu yang menarik di media sosial
tersebut tidak sesuai dengan realitanya sehingga menimbulkan efek
kekecewaan.
Namun sebaliknya, jika konsumen mendapatkan sesuatu hal baik
produk/jasa di media sosial tersebut sesuai dengan ekspektasi maka akan
menciptakan rasa kepercayaan terhadap brand tersebut. Konsumen yang sudah
mempunyai rasa kepercayaan tersebut tidak segan dalam menyebarkan
produk/jasa tersebut melalui media sosial atau ke lingkungan sekitarnya, yang
kita kenal dengan cara pemasaran “mouth to mouth”. Pada akhirnya, brand yang
sudah dipercayai oleh seluruh konsumennya akan mudah menciptakan
kepopuleran dan mendominasi brand-brand lainnya. Contohnya saja branding
produk air minum aqua yang sudah mendominasi dari brand air minum lainnya.
Intinya aspek pasar dan pemasaran adalah untuk mengetahui berapa besar
yang di masuki, struktur pasar dan peluang pasar yang ada, prospek pasar di
masa yang akan datang serta bagaimana strategi pemasaran yang harus di
lakukan. Dewasa ini kegiatan pemasaran tidak hanya monopoli perusahaan yang
berorientasi profit saja, bahkan badan usaha sosial sudah mulai menggunakan
pemasaran dalam rangka memenuhi kebutuhan dan keinginan konsumennya.

Dianalisis Dari Artikel :


BRANDING CARA BARU, BUKAN MONOPOLI MARKETER
(https://www.kompas.com/properti/read/2021/03/29/130000821/branding-
cara-baru-bukan-monopoli-marketer?page=all)

Anda mungkin juga menyukai