Paper ini disusun dalam rangka memenuhi tugas Career Research Project (CRP)
TANGERANG
2020
BAB 1
TINJAUAN LITERATUR
1.1 Deskripsi Umum Profesi
Usaha atau business tidak terlepas dari marketing atau pemasaran. Secara umum,
marketing adalah suatu sistem kegiatan bisnis yang dirancang untuk merencanakan, menentukan
harga, promosi, dan mendistribusikan barang yang dapat memuaskan keinginan dan mencapai
target pasar dan sesuai dengan tujuan bisnis perusahaan[ CITATION Tit17 \l 1033 ]. Marketer
adalah orang yang menjalankan fungsi marketing atau pemasaran. Tugas marketer adalah
menancapkan merk (brand) dan mempertahankannya di memori konsumen[ CITATION Ist07 \l
1033 ]. Tanpa marketer (pemasar), konsumen sulit untuk membedakan suatu produk karena
brand yang merupakan tugas marketer membuat sebuah produk dipersepsikan secara berbeda
walaupun produknya sama.
Tanpa disadari, banyak orang yang menyebut pekerjaan menjual (sales) sama seperti
pemasaran (marketing) sehingga salesman (sales person) dan marketer sering dianggap sama.
Pemasaran (marketing) meliputi kegiatan yang luas, sedangkan penjualan (sales) merupakan satu
kegiatan dalam pemasaran termasuk dalam promosi. Seorang marketer berfokus kepada
perencanaan laba, jangka panjang, jenis pelanggan dan perbedaan segmentasi pasar, dan
membentuk sistem yang baik untuk mempermudah penanganan analisis pasar, sedangkan
salesman berfokus pada pencapaian target bulanan, jangka pendek, kepentingan individu
pelanggan, dan tugas lapangan [CITATION Fik08 \l 1033 ].
Dari hal yang menjadi fokus salesman dan marketer, dapat dilihat bahwa marketer
mengutamakan strategi jangka panjang dan sales person mengutamakan pencapaian target jangka
pendek. Seorang marketer tetap harus menjaga relasi jangka panjang dengan pelanggan agar
mereka dapat menjadi consument yang loyal terhadap perusahaan. Namun, biasanya seorang
salesman berhubungan dengan consument hanya sebatas transaksi jual beli dan tidak
bertanggung jawab untuk menjaga hubungan baik dengan konsumen. Secara proses kerja
tentunya juga berbeda, dimana tim marketing menyiapkan strategi dan konsep yang membuat
consument mencari produk yang sudah disiapkan, sedangkan tim sales melayani consument agar
produk laku terjual. Skills yang diperlukan salesman lebih sederhana dibandingkan seorang
marketer karena sales termasuk bagian dalam marketing sehingga marketer mempunyai skills
yang dimiliki salesman tapi salesman belum tentu memiliki skills seorang marketer.
1.2 Isu-isu Spesifik Terkait Dunia Kerja
Terdapat beberapa skills yang dibutuhkan oleh setiap marketer, baik junior ataupun
senior[ CITATION Nei15 \l 1033 ]. Pengetahuan mengenai content marketing tentunya skill
yang harus dimiliki oleh setiap marketer karena content marketing adalah inti dari revolusi
digital marketing. Content marketing adalah teknik pemasaran untuk membuat dan
mendistribusikan konten yang berharga, relevan, dan konsisten untuk menarik dan memperoleh
audiens dengan tujuan menghasilkan keuntungan [CITATION Ent14 \l 1033 ]. Selain itu,
marketer juga harus mempunyai skill untuk menganalisis data. Dengan analisis data, marketer
bisa menyusun strategi yang tepat dan efektif untuk perusahaan.
Bekerja dalam social media juga skill yang dibutuhkan marketer. Social media saat ini
menjadi sarana yang tepat untuk melakukan pemasaran produk karena semua orang berinteraksi
melalui social media zaman sekarang. Tidak hanya melakukan pemasaran, social media juga
dapat digunakan untuk mengetahui kebutuhan dan keinginan consumen, serta persepsi terhadap
brand sehingga marketer bisa memperbaiki kesalahan strategi dalam pemasaran. Terakhir
adalah, skill untuk menyusun strategi mengenai pemahaman pemasaran. Sebagai seorang
marketer, strategi sangat dibutuhkan untuk keberlangsungan perusahaan. Pemasaran bukan
hanya pemahaman secara teori tapi praktek mengenai strategi yang diaplikasikan langsung dalam
suatu usaha.
Seperti yang telah dijelaskan, skill basic yang harus dimiliki marketer baik junior ataupun
senior untuk masuk dalam digital marketing zaman sekarang adalah memahami dan menciptakan
content marketing. Tiga kata kunci dalam menciptakan content marketing adalah technology-
lifestyle-human spirit[ CITATION Set16 \l 1033 ]. Smartphone yang menjadi teknologi saat ini
tetunya sangat membantu marketer untuk memasarkan konten-konten. Penciptaan situs-situs
konten yang dilakukan marketer harus relevan dengan produk maupun kebutuhan consument.
Contohnya adalah iklan Royco yang menggambarkan ibu rumah tangga memasak dengan cinta
sehingga aktivitas online ditopang juga melalui aktivitas offline.
Teknologi saat ini cukup mempengaruhi lifestyle masyarakat. Dalam membuat content
marketing, marketer harus berusaha untuk memahami lifestyle konsumen. Pemahaman ini akan
membuat marketer memberikan strategi atau penawaran terhadap konsumen sesuai dengan
kegelisahan dan impian mereka. Penawaran dibagi menjadi dua, yaitu Style dan Substance. Style
bisa dianalogikan sebagai kemasan, sedangkan Substance dianalogikan sebagai isi dari
penawaran. Kemasan dalam content marketing dianggap sebagai format, yaitu berbentuk video
series, aplikasi, gamification, atau website. Lebih luas dari kemasan, marketer perlu mengetahui
bagaimana, di mana, dan kepada siapa penawaran akan disampaikan agar konsumen tergugah
melihat konten yang diberikan.
Kehidupan manusia semakin tidak bisa terlepas dari smartphone dan juga lifestyle.
Human spirit berarti human to human, machine to machine. Internet digerakan oleh mesin tapi
tanpa campur tangan manusia, internet tidak akan secanggih saat ini. Sebagai marketer, perlu
disadari perlunya kreativitas untuk membuat brand story yang baik. Content marketing saat ini
banyak yang menggunakan story telling seperti halnya Paddle Pop yang menguatkan karakter
Lion dengan tema petualangan. Hal ini tentunya berguna untuk marketer karena ketika
consument tertarik dengan karakter yang menjadi bagian pemasaran, maka produk yang
dipasarkan menarik masyarakat.
Ketika dunia masih di marketing 1.0 terjadi pergeseran besar dari pemasaran yang
berorientasi pada produk ke pemasaran dimana consument adalah target marketer. Masuk ke
marketing 2.0, pemasaran produk beorientasi pada pelanggan sehingga consument adalah raja
agar loyal terhadap perusahaan. Kemudian, masuk ke marketing 3.0 dimana produk berorientasi
pada manusia, yaitu consument dijadikan partner oleh marketer karena pengetahuan consument
yang semakin berkembang. Namun, saat ini manusia sudah hidup di dunia yang lebih modern
sehingga teknologi dan pengetahuan semakin berkembang. Hal ini membuat setiap marketer
harus menyesuaikan dirinya untuk masuk ke marketing 4.0 atau digital marketing dimana
marketer menciptakan penawaran kebutuhan dan keinginan consument karena pengetahuan dan
teknologi yang semakin maju membuat consument teredukasi dan memiliki banyak keinginan
atau kebutuhan yang belum dipasarkan [ CITATION Kot19 \l 1033 ].
Penciptaan penawaran keinginan dan kebutuhan consument harus menarik dan bisa
dipercaya[ CITATION Tun08 \l 1033 ]. Ketika consument menerima penawaran, mereka akan
bertanya kepada dirinya sendiri mengenai apa yang ditawatkan, berapa harganya, benefit yang
diberikan, kenapa saya harus percaya dan membelinya, ataupun hal lainnya. Consument akan
selalu menimbang antara positif dan negatifnya suatu produk. Bila positifnya lebih besar
dibandingkan risioknya, maka kemungkinan untuk membeli akan lebih tinggi. Oleh karena itu,
penawaran yang diberikan oleh marketer bisa dilakukan dengan meningkatkan kenikmatan atau
hal-hal positif dan mengurangi risiko atau hal-hal yang negatif.
Positif dan negatif suatu produk berkaitan dengan brand yang diciptakan oleh perusahaan
termasuk marketer. Kesadaran consument akan suatu brand (brand awareness) penting karena
consument akan mencoba suatu produk ketika mereka tahu brand-nya sehingga mereka bisa
menilai produk tersebut positif atau negatif. Selain itu, brand awareness memiliki peranan
penting dalam menciptakan brand loyalty dan brand equity[ CITATION Nuf18 \l 1033 ].
Pengertian dari brand loyalty adalah consument melakukan pembelian berulang-ulang dengan
brand yang sama yang berarti produk tersebut layak dikonsumsi [ CITATION Agu13 \l 1033 ].
Brand equity adalah nilai tambah yang diberikan terhadap produk atau jasa yang ditawarkan
kepada konsumen. Nilai tambah tersebut mempengaruhi pikiran, perasaan, dan tindakan terhadap
brand tersebut. Semakin baik brand equity, maka semakin baik juga harga, pangsa pasar, dan
keuntungan yang akan didapatkan ([ CITATION Phi16 \l 1033 ]. Oleh karena itu, brand menjadi
salah satu hal yang sangat diperhatikan ketika marketer membuat strategi untuk pemasaran suatu
produk.
Harga murah bukan lagi faktor paling penting dalam pemasaran karena jika harga yang
diberikan murah tapi citra brand produk tersebut buruk, hanya akan sedikit consument yang
tertarik untuk membeli. Sebuah brand yang terbangun dengan baik akan memiliki ikatan emosi
tersendiri dengan consument[ CITATION MAn19 \l 1033 ]. Kemudian, consument akan tertarik
membeli dan menjadi lebih loyal terhadap produk perusahaan (brand loyalty). Selain itu,
consument secara tidak langsung bisa mempromosikan brand produk tersebut sehingga banyak
orang yang ikut membelinya dan sadar bahwa produk tersebut memiliki nilai yang baik (brand
equity). Marketer zaman sekarang harus bisa menciptakan citra brand yang baik karena semua
sudah hidup di zaman digital sehingga consument bisa melihat review suatu brand di internet.
Tanpa citra brand yang baik, marketer akan sulit menarik consument baru dan mempertahankan
consument yang sudah ada.
NARASUMBER KE – 1
I. INFORMASI UMUM
a) Nama : Suyanto
b) Jabatan di Perusahaan : Marketing Executive / Salesman
c) Masa kerja : 15 tahun (baik di perusahaan/wirausaha)
Informasi lebih lanjut mengenai masa kerja:
(jika ada, misalnya: berapa tahun di perusahaan apa jika Narasumber memiliki pengalaman kerja di
beberapa perusahaan yang berbeda, lalu apakah bidangnya selalu sama atau berbeda-beda, dsb)
d) Boleh diceritakan mengenai jenjang karir yang Bapak/Ibu jalani selama ini?
g) Boleh diceritakan mengenai etos kerja atau prinsip yang Bapak/ Ibu pegang selama
menekuni pekerjaan selama ini? Apa yang menjadi motivasi Bapak/Ibu dalam
bekerja?
1. Menurut bapak, apa itu salesman dan kenapa penting untuk perusahaan?
3. Apa kesuksesan terbesar bapak sebagai salesman dan bagaimana cara meraih
kesuksesan tersebut?
7. Bagaimana cara bapak menghadapi pelanggan yang tentunya memiliki sifat yang
berbeda?
9. Jika target yang ditetapkan tidak tercapai, bagaimana cara bapak menghadapinya?
10. Bagaimana bapak menghadapi consument yang meminta harga barang didiskon?
NARASUMBER KE - 2
d) Boleh diceritakan mengenai jenjang karir yang Bapak/Ibu jalani selama ini?
g) Boleh diceritakan mengenai etos kerja atau prinsip yang Bapak/ Ibu pegang selama
menekuni pekerjaan selama ini? Apa yang menjadi motivasi Bapak/Ibu dalam
bekerja?
INFORMASI SPESIFIK
Terkait dengan profesi dan pekerjaan yang dijalani.
Pertanyaan pada bagian ini dapat berbeda-beda antar narasumber.
Contoh: Bagaimana caranya Bapak/Ibu mencari supplier untuk biji kopi bagi cafe ini?
7. Persepsi apa yang ingin bapak ciptakan mengenai brand produk bapak kepada
konsumen?
9. Bagaimana cara bapak menjaga relasi jangka panjang yang baik dengan konsumen?
10. Apakah menurut bapak cara pemasaran yang digunakan bapak sudah tepat?
12. Bagaimana cara bapak menangani strategi yang kurang berhasil dalam memasarkan
produk?
13. Tentunya perusahaan bapak mempunyai pesaing. Bagaimana cara bapak menghadapi
pesaing dalam bidang pemasaran?
2.2 Hasil Wawancara
2.2.1 Profil Umum Narasumber Pertama
Narasumber pertama memiliki nama lengkap Suyanto. Jabatan beliau di CV. Wilson
Internasional sebagai marketing executive atau sering disebut salesman selama sekitar 15 tahun.
Pak Suyanto bekerja pertama kali di CV. Wilson Internasional dari tahun 2005 hingga saat ini.
Sebagai seorang salesman di CV. Wilson Internasional, beliau menyatakan bahwa jenjang karir
untuk salesman tidak tersedia. Namun, beliau mengawali karirnya dengan bekerja di bagian
gudang untuk mengenali produk-produk yang dijual. Latar belakang pendidikan Pak Suyanto
adalah lulusan S1 jurusan sistem informasi di Universitas Bina Nusantara (Binus). Profesi yang
dijalani berbeda dengan latar belakang pendidikannya sehingga Pak Suyanto harus kembali
belajar untuk memahami produk agar beliau mengerti bagaimana caranya untuk menjual produk
tersebut.
Awal memasuki profesi ini, beliau merasa tidak sulit karena perusahaan memberikan
waktu belajar mengenai produk apa yang akan dijual. Beliau mengatakan bahwa produk yang
dijual tidak rumit asal ada kemauan belajar untuk memahami fungsi produk. Prinsip yang
dipegang adalah mau belajar, yaitu mau tahu produk apa yang dijual dan untuk siapa produk
dijual. Selain itu, rajin merupakan prinsip beliau sebagai salesman. Rajin yang dimaksud adalah
rajin menghubungi customer dan menawarkan produk yang dijual. Motivasi utama Pak Suyanto
dalam bekerja adalah penghasilan. Motivasi berikutnya adalah target penjualan karena dengan
target penjualan, penghasilan yang didapatkan semakin besar dan pergaulan semakin luas.
BAB III
PENUTUP
3.1 Refleksi
3.2 Evaluasi Rencana Karier dan Jurusan
DAFTAR PUSTAKA
Wijayanti, T. (2017). Marketing Plan! Dalam Bisnis (Third Edition). Jakarta: PT Elex Media
Komputindo.
Istijanto. (2007). 63 Kasus Pemasaran Terkini Indonesia. Jakarta: PT Elex Media Komputindo.
Wardana, F. C. (2008). Cara Mudah Menjadi Salesman Idola. Jakarta: PT Elex Media
Komputindo.
Patel, N. (2015, November 26). Retrieved from 6 Basic Skills Every Marketer Should Possess:
https://www.forbes.com/sites/neilpatel/2015/11/26/6-basic-skills-every-marketer-should-
possess/#79ddd398639f
Setiawan, I., & Savitry, Y. ( 2016). New Content Marketing. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Kotler, P., Kartajaya, H., & Setiawan, I. (2019). Marketing 4.0: Bergerak dari Tradisional ke
Digital. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Waringin, T. D. (2008). Marketing Revolution. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Firmansyah, M. A. (2019). Pemasaran Produk dan Merek: Planning dan Strategy. CV. Penerbit
Qiara Media.
Steimle, J. (2014, September 19). Retrieved from What Is Content Marketing?:
https://www.forbes.com/sites/joshsteimle/2014/09/19/what-is-content-
marketing/#302b619d10b9
Febriani, N. S., & Dewi, W. W. (2018). Teori dan Praktis: Riset Komunikasi Pemasaran
Terpadu. Malang : UB Press.
Soehadi, A. W. (2013). A Value Creation Approach. Tangerang: Prasetiya Mulya Publishing.
Kotler, P., & Keller, K. L. (2016). Marketing Management, Student Value Edition (15th Edition)
. New Jersey: Pearson Pretice Hall, Inc.
LAMPIRAN
Catatan:
1. Seluruh informasi/ data yang ada dalam rekaman audio dan/ atau video akan dirahasiakan dan digunakan
hanya untuk kepentingan pembelajaran semata di lingkungan internal UPH College, dan bukan untuk
dipublikasi secara umum.
2. Rekaman audio dan/ atau video akan dihapus paling lambat 1 bulan setelah waktu penilaian dari sekolah
13, April 2020
Suyanto
Nama Jelas & Tanda Tangan
(disertai stempel Perusahaan/ Institusi/
Lembaga)