BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Di era modern ini, ketika orang mengharapkan datangnya hal-hal baru yang lebih
nyaman dan lebih ergonomis untuk digunakan dan mempunyai daya guna lebih daripada
produk sebelumnya. Ini juga didukung dengan tersedianya alat bantu yang dilengkapi
dengan teknologi terkini untuk memproduksinya dan meningkatnya permintaan manusia
untuk sebuah kenyamanan.
Dalam kehidupan sehari-hari, furniture berperan sebagai penataan atau sarana
berbagai aktivitas manusia dalam suatu ruangan. Pria menggunakan kembali furnitur dari
pagi hingga pagi. Manusia menggunakan furniture berupa meja dan kursi untuk
menunjang kegiatan berjalan dengan baik. Dalam bahasa Inggris, furniture disebut
Furniture, dan kata furniture dikenal sejauh ini berasal dari bahasa Belanda ‘meuble’.
Berbicara Furnitur sekarang lebih umum digunakan karena pengaruh bahasa Inggris. Tapi
sebaliknya Kata interior berasal dari bahasa Perancis yaitu supply dari kata supply yang
artinya berarti melengkapi ' atau melengkapi ruangan dengan perabot dan aksesori (Agus
Nursalim dkk., 2015).
Dalam naungan ini, fungsi papan server membutuhkan spesifikasi tambahan
sehingga dapat memenuhi segala kebutuhan di menjamu tamu, agar segala aktivitas yang
berlangsung di ruang tamu dapat dilindungi tanpa mengurangi kenyamanan tamu.
Berdasarkan kebutuhan pengguna dan teknologi kantor multifungsi, dalam proses desain
produk Dalam hal ini, pengguna meja bergabung sehingga produk dapat dirancang sesuai
dengan harapan dan spesifikasi pada kebutuhan pengguna meja. Kendaraan multifungsi
adalah sesuatu yang memiliki tugas atau fungsi yang berbeda. Furnitur multifungsi dapat
dipahami sebagai furnitur yang memiliki lebih dari satu fungsi di dalamnya sebuah objek.
Pada dasarnya furniture multifungsi memiliki fungsi yang sama dengan furnitur lain,
tetapi furnitur multifungsi lebih berharga. Karena Dari sudut pandang ekonomi dan
ergonomis, alasan furnitur ini banyak. tertarik. Untuk desain produk, metode yang
digunakan adalah ergonomi adalah pendekatan desain yang berhubungan langsung
dengan konsumen mengenai aspek kualitatif partisipasi wajib pengguna untuk
menemukan apa yang konsumen rasakan, inginkan, butuhkan, dan terkesan. menjadi
suatu produk sehingga dapat mempermudah prosesnya desain produk.
Furnitur multifungsi secara harfiah dapat dipisahkan dan dipahami sebagai
furnitur yaitu perabot/perabotan dan multifungsi, itu adalah satu hal memiliki banyak
fungsi atau kegunaan. Dapat dimengerti bahwa Furnitur multifungsi adalah furnitur yang
dapat diubah dan memiliki lebih dari satu fungsi. Misalnya, kantor desain sering kali
hanya dapat digunakan sebagai tabel, tetapi jika multifungsi, dapat mengubah untuk
membentuk atau memiliki fungsi lain (sebagai kursi, dll ). (Samuel Yamin, 2017).
Oleh karena itu, meja tamu berbentuk unik dan multifungsi dengan Penggunaan
pendekatan ergonomis dalam penggunaannya merupakan salah satu table d'hôtes design
yang dibutuhkan masyarakat. Menggunakan meja Modis dan multifungsi bukan hanya
tempat untuk meletakkan Minuman dan makanan pasti akan menghadirkan kenyamanan
dan pengalaman yang menyenangkan.
Oleh karena itu, meja tamu memiliki bentuk yang unik dan multifungsi yang
menjadikan tidak hanya tempat makanan dan minuman, tetapi dapat melakukan banyak
hal yang berbeda. Meja tamu dengan model atap merupakan salah satu model yang
banyak diminati masyarakat. Dari meja terlihat monoton, itu saja sekarang dengan
penambahan spesifikasi sehingga dapat memenuhi kebutuhan hiburan tamu tanpa
mengurangi kenyamanan tamu.
Untuk desain produk, metode yang digunakan adalah Ergonomi adalah
pendekatan desain yang berhubungan langsung dengan konsumen mengenai aspek
kualitatif partisipasi wajib pengguna untuk menemukan apa yang konsumen rasakan,
inginkan, butuhkan, dan terkesan. menjadi suatu produk sehingga dapat mempermudah
prosesnya Desain produk.
Manusia tidak dapat memungkiri bahwa mereka saling bergantung dengan
fasilitas yang ada di sekitar lingkungannya untuk mendukung dan menampung semua
kegiatan mereka untuk memastikan bahwa kegiatan mereka dapat berlangsung lebih
lancar dan mudah (Hasimjaya et al., 2017).
Gambar Antropometri tubuh manusia yang diukur dimensinya (Sumber: Nurmianto, 2005)
Gambar Istilah Yang Dipakai Pada Diskripsi Gerakan Dan Rentang sambungan.
Dimana : F1 = Fleksi; Ex = Ekstensi;Ab = Abduksi; Ad = Adduksi; Su = upination;Pr =
Pronasi; N = Posisi netral.(Sumber data : nurmianto, 2005).
Gambar Data statistik pada tinggi tubuh pria Pygmy (Afrika tengah),Amerika, dan Nilote
(Sudan). (Sumber: nurmianto, 2005)
Gambar perbedaan proporsi tubuh diantara 3 populasi (Sumber : nurmianto, 2005)
Sebelum membahas lebih jauh tentang penggunaan data ini, ada Ada
baiknya membahas istilah Average Man Mistake atau Average Woman Mistake. Istilah
ini menunjukkan bahwa ini adalah kesalahan desain tempat kerja atau produk jika
didasarkan pada dimensi yang diasumsikan yaitu, diasumsikan bahwa semua dimensi
adalah sarana. Meskipun hanya ketika menggunakan satu dimensi, seperti rentang
transisi (Rentang), lalu gunakan mean (persentil ke-50) agar sesuai dengan memasang
perangkat kontrol akan memastikan bahwa 50% dari populasi tidak dapat mencapainya.
Selanjutnya, jika kita memiliki dimensi rata-rata populasi, seperti tinggi badan, belum
tentu termasuk dalam rata-rata populasi untuk dimensi lain.
Tabel Dimensi untuk orang inggris dewasa usia 19-65 tahun, dimana : X = nilai
rata-rata (mean), Gx = nilai standar deviasi (SD), 5% = nilai 5 percentil, 95% = nilai 95
percentil
PRIA WANITA WANITA
No DIMENSI TUBUH
5% X 95% S.D 5% X 95% S.D
1 Tinggi Tubuh Posisi Berdiri Tegak 1625 1740 1885 70 1505 1610 1710 62
22 Lebar Tangan 80 85 95 5 70 75 85 4
1 Tinggi Tubuh Posisi Berdiri Tegak 1585 1680 1775 58 1455 1555 1655 60
22 Lebar Tangan 70 80 90 5 60 70 80 5
Selain itu, secara umum prinsip-prinsip ergonomi terbagi atas 5 point diantaranya
sebagai berikut:
1. Kegunaan (Utility) artinya setiap produk yang dihasilkan memiliki manfaat kepada
seseorang dalam mendukung aktivitas atau kebutuhan secara maksimal tanpa mengalami
suatu kesulitan ataupun masalah dalam kegunaannya. Contohnya prinsip ergonomi ini
yakni: kemeja diberi kancing untuk memudahkan mengenakan dan melepaskan.
2. Keamanan (safety) artinya setiap produk yang dihasilkan memiliki fungsi yang memiliki
manfaat tanpa risiko yang membahayakan keselamatan ataupun yang ditimbulkan dapat
merugikan bagi pemakainya. Contohnya, saku baju diberi tutup dan kancing agar benda
tidak mudah jatuh.
3. Kenyamanan (comfortability) artinya produk yang dihasilkan memiliki tujuan yang sesuai
atau tidak menggangu aktivitas dan upayakan mendukung aktivitas seseorang. Contohnya,
Kain dipilih dari serat lembut, sejuk dan menyerap keringat.
4. Keluwesan (Flexibility) artinya dapat digunakan untuk kebutuhan dalam kondisi atuapun
fungsi ganda. Contohnya, Baju diberi saku agar dapat menyimpan benda-benda kecil.
5. Kekuatan (durability) artinya harus awet dan juga tahan lama dan tidak mudah rusak jika
digunakan. Contohnya, bahan baju yang awat dan dijahit kuat.
Hadirnya ergonomi dalam kehidupan kerja, akan membawa sebuah manfaat besar
bagi pekerja, manajemen dan juga bagi perusahaan serta pemerintah. Pada dasarnya,
ergonomi memudahkan pekerjaan agar cepat selesai, risiko kecelakaan lebih kecil, waktu
yang efisien, risiko penyakit akibat kerja kecil, tidak masuk kerja kurang, kebosanan
dihindari, rasa sakit atau kaku berkurang, dan sebagainya. Selain itu. Terdapat beberapa
manfaat lain yang dapat diperoleh.
a. Kerja meningkat, misalnya kecepatan, ketepatan, keselamatan dan mengurangi energi
saat bekerja
b. Mengurangi waktu, biaya pelatihan dan juga pendidikan.
c. Optimalisasi penggunan SDM (Sumber Daya Manusia) melalui peningkatan
keterampilan yang diperlukan.
d. Mengurangi waktu yang terbuang sia-sia.
e. Meningkatkan kenyamanan karyawan dalam bekerja.
Istilah ‘’ergonomi’’ mulai dicetuskan pada tahun 1949, akan tetapi aktivitas yang
berkenaan dengannya telah bermunculan puluhan tahun sebelumnya. Beberapa kejadian
diilustrasikan sebagai berikut (Nurmianto, 2005:3):
1. C.T Thackrah, England, 1831
Trackrah adalah seorang dokter asal Inggris yang melanjutkan karya seorang dokter
Italia bernama Ramazzini, dalam rangkaian kegiatan terkait lingkungan kerja yang
tidak nyaman yang dialami para operator saat bekerja.Thackrah melihat seorang
penjahit bekerja dengan posisi dan dimensi kursi yang tidak sesuai dengan anatomi
tubuh manusia, serta dengan pencahayaan yang tidak ergonomis sehingga
menyebabkan badan membungkuk dan gangguan indera penglihatan.
2. F.W. Taylor, U.S.A., 1898
Frederick W. Taylor adalah seorang insinyur Amerika yang menerapkan metode
ilmiah untuk menentukan cara yang terbaik dalam melakukan suatu pekerjaan.
Beberpa metodenya merupakan konsep ergonomic dan manajemen modern.
3. F.B. Gilbreth, U.S.A., 1911
Gilbreth juga mengamati dan mengoptimasi metode kerja, dalam hal ini lebih
mendetail dalam analisa gerakan dibandingkan dengan Taylor. Dalam bukunya
Motion study yang diterbitkan pada tahun 1911 ia menunjukkan bagaimana postur
membungkuk dapat diatasi dengan mendesain suatu system meja yang dapat diatur
naik-turun (adjustable).
4. Badan Penelitian Untuk Kelelahan Industri (Industrial Fatigue Research Board)
Badan ini didirikan sebagai penyelesaian masalah yang terjadi dipabrik amunisi pada
perangh dunia pertama. Mereka menunjukkan bagaimana output setiap harinya
meningkat dengan jam kerja per hari-nya menurun. Disamping itui mereka juga
mengamati waktu siklus optimum untuk system kerja berulang (repetitive work
systems) dan menyarankan adanya variasi dan rotasi pekerjaan.
5. Mayo Dan Teman-Temannya, U.S.A., 1933
Elton Mayo seorang warga negara Australia, memulai beberapa studi di suatu
perusahaan listrik yaitu Western Electric company, Harthorne, Chicago. Tujuan
studinya adalah untuk mengkuantifikasi pengaruh dari variable fisik seperti misalnya
pencahayaan dan lamanya waktu istirahat terhadap factor efisiensi dari para operator
kerja pada unit perakitan.
6. Perang Dunia Kedua, England Dan U.S.A.
Masalah operasional yang terjadi pada perlatan militer yang berkembang secara cepat
(seperti misalnya pesawat terbang) harus melibatkan sejumlah kelompok interdisiplin
ilmu secara bersama-sama sehingga mempercepat perkembangan ergonomic pesawat
terbang.
7. Pembentukan Kelompok Ergonomi
Pembentukan masyarakat peneliti ergonomic (the Ergonomics Research Society) di
England pada tahun 1949 melibatkan beberapa profesional yang telah banyak
berkecimpung dalam bidang ini. Hal ini menghasilkan jurnal (majalah ilmiah)
pertama dalam bidang ERGONOMI pada November 1957. Perkumpulan Ergonomi
Internasional (The internasional Ergonomics Association) terbentuk pada tahun 1957,
dan The Human Factors Society di Amerika pada tahun yang sama.
2.5 Material
Bahan baku merupakan faktor penting yang ikut menentukan tingkat harga pokok
dan kelancaran proses produksi usaha. Dengan mengacu pada gambar kerja dan konstrusi,
maka dapat diketahui bahan dan ukuran yang mengharuskan untuk dipatuhi. Dalam
perencanaan, pembuatan sofa kontemporer ini mempunyai tiga bahan pokok utama yang
akan menjadi bagian penting dari pembuatan sofa kontemporer ini yaitu :
a. Kayu: yang memang nantinya dijadikan konstruksi utama sofa ini.
b. Spons: untuk bantalan duduk sofa nantinya.
c. Kulit: untuk komponen ini selain berfungsi sebagai lapisan spons sofa, Komponen ini
juga dapat menambah nilai estetika sofa, dan dengan pemilihan warna yang tepat pun
menambah nilai estetika pada ruangan.
Dan berikut bahan tambahan lainnya,
a. Solid Mahoni
b. Play Wood
c. Screw
d. Lem Epoxy
e. Webbing Nilon
f. Foam Density 18 dan 22
g. Kulit
h. Benang Jahit / Jeans
i. Pines
j. Stapler
k. Paku
l. Lem Stick
m. Cat
B. Smart Table
1. Tinggi lutut pada saat duduk , untuk menentukan tinggi meja.
Diket:
Rata-rata tinggi lutut = 496mm
SD = 29mm
5% : 496 – 1,645 x 29 = 448mm (45cm)
10% : 496 – 1,280 x 29 = 458mm (46cm)
50% : 496 – 0 x 29 = 496mm (50cm)
90% : 496 + 1,280 x 29 = 533mm (53cm)
95% : 496 + 1,645 x 29 = 544mm (54cm)
99% : 496 + 2,235 x 29 = 561mm (56cm)
2. Jarak jangkauan genggam kedepan, untuk menentukan luas jangkauan tangan pada saat
duduk dan akan digunakan untuk menentukan luas permukaan meja (p x l).
jarak genggam tangan (grip) ke punggung pada posisi tangan kedepan rata-rata =
708mm
tebal perut rata-rata = 228mm
nilai V tebal tubuh = 8,8mm
Untuk menentukan tinggi sandaran sofa ergonomis, dapat dilihat data antropometri
tubuh Indonesia untuk membuat sandaran sofa ergonomis yang terasa nyaman di punggung
bagi pengguna sofa. Cara mengukurnya adalah Anda mengambil data antropometrik tentang
tinggi bahu Anda saat duduk dari mana Anda bisa mendapatkan ukuran yang tepat untuk
bagian belakang sofa. Berdasarkan data antropometri tinggi bahu duduk 572mm dengan S.D.
30mm dapat ditentukan ukuran sandaran sofa yang sesuai, hasil untuk menentukan tinggi
sandaran sofa P5 adalah 52cm. Berdasarkan tata letak tersebut, tinggi sandaran sofa adalah 38
cm dan tinggi bantal adalah 48 cm. Hal ini didasarkan pada berat badan pengguna sehingga
ukuran sandaran punggung ergonomis dan sesuai dengan data antropometri tubuh Indonesia.
Menentukan panjang sofa yang tepat dan nyaman dapat diukur dengan data
antropometri, jarak antara lutut (pergelangan kaki) dan bokong, sehingga dapat menentukan
ukuran yang tepat. Untuk pengukuran, Anda bisa mendapatkan data antropometrik dari
lekukan lutut (popliteal) hingga bokong, sehingga Anda bisa mendapatkan ukuran yang tepat
untuk panjang sofa. Berdasarkan data antropometri jarak antara lutut (popliteus) dan bokong
450 mm dengan S.D 27 mm, dapat ditentukan panjang sofa yang sesuai dan hasil penentuan
panjang sofa dengan P90 adalah 48 cm. Menurut peraturan ini, panjang kursi adalah 60 cm
dikurangi panjang bantal 12 cm, sehingga ukuran bantalan kursi adalah 48 cm sehingga
ukurannya sesuai dengan standar kenyamanan dan kemudahan.
Penentuan tinggi sofa didasarkan pada hasil perhitungan anthropometri tinggi lipat
lutut (popliteal) dengan P95 adalah 45 cm. Untuk itu tinggi sofa dibuat dengan tinggi 45 cm
sehingga kaki bisa terasa nyaman.
Untuk menentukan ketinggian meja pintar sesuai dengan ukuran sofa, dapat diukur
dengan data antropometrik ketinggian lipatan lutut (popliteal) sehingga dapat diukur
ketinggian meja pintar dan cocok untuk Anda. ketinggian sofa. Sedangkan untuk
pengukurannya sendiri berdasarkan data antropometri pada lutut (popliteal ) 403 mm dengan
S.D. 26 mm dapat menentukan tinggi meja pintar yang sesuai dan alhasil untuk menentukan
panjang sofa dengan P95 adalah 54cm. Berdasarkan tata letak ini, tinggi meja pintar adalah
55 cm.
Untuk menentukan letak smart table didasarkan pada hasil perhitungan anthropometri
jarak jangkauan genggam kedepan. Jarak jangkauan genggam kedepan yaitu guna untuk
memperkirakan letak smart table. Dan untuk pengamilan data anthropometri tersebut,
digunakan untuk meletakan smart table biar tidak kejauhan dari kursi sofa maupun terlalu
dekat dengan sofa. Berdasarkan data anthropometri ini pada jangkauan genggam ke depan
P99 adalah 59 cm sedangkan jangkauan maksimal tangan bisa di ibaratkan paha ke lutut
dengan P99 adalah 38 cm jadi Jarak yang bisa di jangkau oleh tangan 59 cm +38 cm = 97 cm.
Untuk jarak antara smart table dan sofa bisa di asumsikan dengan jangkauan maksimal paha
ke lutut dengan P99 adalah 38 cm sebagai jarak Antara sofa dan meja. Jadi dengan jarak
smart table dan sofa 38 cm di tambah ukuran lebar smart table yaitu 60 cm jadi totalnya 98
cm sehingga masih bisa menggapai benda yang berada di meja.
Untuk menentukan jangkauan pada panjang smart table disini menggunakan data
anthropometri jarak bentang dari ujung jari tangan kanan ke kiri dan jarak jangkauan
genggam kesamping. Untuk pengukurannya sendiri dapat di ambil data athropometri pada
tabel 2.3 jarak bentang dari ujung jari tangan kanan ke kiri sebesar 1663 mm dan S.D 87 mm
maka dapat menentukan jarak bentang dari ujung jari tangan kanan ke kiri dengan P5 yaitu
sebesar 152 cm dan jarak jangkauan genggam P99 sebesar 58 cm. Dari data yang di peroleh
tersebut Panjang smart table adalah 110 cm jika pengguna posisi duduk ada di tengah
sehingga dengan Panjang 110 cm pengguna dapat menjangkau barang di meja dengan
mudah.
Konsep produk merupakan gambaran singkat bagaimana produk memenuhi
kebutuhan pelanggan. Proses penyusunan konsep dimulai dengan serangkaian kebutuhan
pelanggan dan spesifikasi target, dan diakhiri dengan terciptanya beberapa konsep produk
sebagai sebuah pilihan akhir. Konsep – konsep ini lebih mengarah pada desain produk
furniture kontemporer. Pada prinsipnya beberapa desain produk furnitur kontemporer akan
berpengaruh pada kepuasan pelanggan dan mempengaruhi pergerakan dimensi tubuh
manusia. Oleh karena itu tiga konsep pada gambar berikut akan dijadikan sebagai refrensi.
Furnitur Kontemporer
Over all function
Supporting Sub function Komponen Fungsi
Memutar Tayangan
Smart LED TV
Hiburan
Mengeluarkan Suara
Speaker 6,5 inc
Koneksi Pengisi
Stop kontak Daya
Pemyimpan
Storage
Barang
Setelah diketahui arsitektur produk yang ada kemudian diteruskan dengan pembuatan
konsep yaitu dengan mengkombinasikan antara fungsi yang ada. Setelah konsep didapatkan
selanjutnya ke proses berikutnya penggambaran 2 dimesinya dengan ukuran masing furniture
yang telah diseuaikan ukurannya apa sudah sesuai dengan ergonomic atau anthropometri
tubuh manusia. Pengukuran sudah sesuai dengan standar – standar tubuh manusia. Dari
arsitektur produk yang telah dilakukan didapatkan konsep-konsep Desain Sofa sebagai berikut:
Gambar Desain Smart Table
Realisasi produk berlangsung melalui berbagai proses atau operasional kerja, semua
proses atau tahapan sangat dibutuhkan untuk merealisasikan sebuah produk. Hal ini
bergantung pada kebutuhan konsumen atau permintaan konsumen. Berikut hasil realisasi
produk yang dikembangkan dan dapat dilihat pada gambar dibawah ini.
Gambar 3D Produk
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Furnitur kontemporer ini dirancang secara ergonomis untuk mencapai ukuran
furnitur yang nyaman bagi pengguna. Furnitur ini didesain sebagai furnitur modern, yang
memiliki beberapa keistimewaan yang membedakan satu sama lain sehingga
memberikan kesan sebuah furnitur masa depan. Meja tamu berbentuk unik, multifungsi
dan praktis untuk digunakan, menjadikannya salah satu desain meja tamu yang paling
dibutuhkan masyarakat. Menggunakan meja bergaya multi fungsi sebagai lebih dari
sekadar tempat untuk minuman dan makanan pasti akan menghadirkan kenyamanan dan
pengalaman berbeda saat menerima tamu.
Selain itu, kabinet ini juga dilengkapi dengan smart TV 32 inci dengan sistem
Android, amplifier (Bluetooth) untuk mengirimkan suara smart TV ke speaker tanpa
menggunakan kabel, speaker 6,5 inci dan soket listrik. Mungkin dalam perancangan
produk smart tableop ini masih banyak kekurangan baik dari segi desain maupun fungsi
lainnya yang belum dioptimalkan, semoga dapat ditingkatkan dan dikembangkan
kembali menjadi produk yang sangat minimalis dan serbaguna. desain produk.
3.2 Saran
Produk furniture ini mengusung tema kekinian, sehingga tidak bertahan lama
dari segi desain, untuk mengatasi hal tersebut semoga kedepannya ada perkembangan
model yang lebih cantik atau model yang paling trendy saat ini. Pemilihan bahan kayu
juga sangat penting, untuk barang indoor atau outdoor sebaiknya menggunakan kayu
mahoni, dan untuk outdoor lebih diutamakan kayu jati. Target pemasaran furniture
kekinian adalah kalangan menengah ke atas karena biaya produksi ke depan cukup mahal
dan kami berharap mahasiswa dapat menyasar kalangan menengah ke bawah tentunya
dengan biaya murah dan harga terjangkau.
DAFTAR PUSTAKA
Alexi M., 2017, Pengaruh Brand Image dan Product design Terhadap Purchase Decision dan
Repurchase Intention Pada Produk Sepatu Futsal Merk Specs Di Kota Pekan Baru,
Vol 4 No.1.
Ansah A., 2017, Pengaruh Desain Produk, Promosi, Dan Citra Merek Terhadap Keputusan
Pembelian, Amwaluna, Vol. 1 No.2
Azismadkk., 2015, Pengembangan Set Meja Belajar dan Kursi Semi Otomatis yang ter-
Integrasi Melalui Pendekatan Ergonomi Sebagai Rekomendasi Pencegahan Gangguan
CTDs (Cumulative Trauma Disorder Syndrome).
Faiz Abdurrahman dkk., 2015 Pengaruh Desain Produk Dan Proses industry Didalam PT.
SINAR SOSRO\
Hasimjaya J., Wibowo M., Wondo D., 2017, Kajian Anthropometri Dan Ergonomi Desain
Mebel Pendidikan Anak Usia Dini 3-4 tahun Disiwalan Kerto, Jurnal Intra Vol 5 No.2
Listyawati I. H., 2016, Peran Penting Promosi Dan Desain Produk Dalam Membangun Minat
Beli Konsumen, JBMA Vol III No.1.
Ngaliman B., Yanto., 2017, Ergonomi : Studi Waktu dan Gerakan untuk Analisa dan
Perbaikan Kerja
Nurmianto E.,2005, Ergonomi, Konsep Dasar dan Aplikasinya, Edisi Kedua.
Nursalim A.,Pawitan Z.,Suprianto U., 2015, Furniture Design Laboratory of Arts Education.
Yamin S., 2017, Perancangan Mebel Multifungsi Untuk Apartement Tipe Studio, Jurnal Intra
Vol 5 No.2
Batan I M. L., Desain Produk, Edisi Pertama, Guna Widya, Surabaya.
Coluci, M. Z. O., 2012. Measurement Instruments for Ergonomics Surveys – Methodological
Guidelines, dalam Nunes, Isabel L(ed), Ergonomics, A Syestems Approach, InTech,
Croatia.
Hernowo, 2013. Perancangan Ulang Alat Pemeras Madu Berdasarkan Data Antropometri,
Jurusan Teknik Industri UIN SUSKA, Riau.
Harsokoesoemo, H.D., 2004, Pengantar Perancangan Teknik (Perancangan Produk), Edisi
kedua, Institut Teknologi Bandung, Bandung.
Hurst, K. S., 1999. Prinsip-prinsip Perancangan Teknik. Diterjemahkan oleh : Refina
Indriasari. Jakarta: Erlangga.
Husni, M., 2013. Perancangan Lemari Alat Perkuliahan Yang Ergonomis, Jurusan Teknik
Industri UPN Veteran, Jawa Timur
Nurmianto, E., 1996. Ergonomi, Konsep Dasar Dan Aplikasinya, Institut Sepuluh Nopember,
Surabaya.
Panero, J. & Zelnik, M., 1979. Dimensi Manusia dan Ruang Interior. Diterjemahkan oleh :
Djoeliana Kurniawan. Jakarta: Erlangga.
Pulat, B.M., 1992. Fundamentals of Industrial Ergonomic. AT&T Network System.
Oklahoma
Purnomo, H., 2012. Antropometri dan Aplikasinya, Graha Ilmu, Yogyakarta
Stanton, N., 2005. Handbook of Human Factors and Ergonomics Methods, CRC Press,
Washington, D.C
Sutalaksana, I. Z., Ruhana A. & John H. T., 1979. Teknik Tata Cara Kerja, Jurusan Teknik
Industri ITB, Bandung.
Wignjosoebroto, S., 2003. Pengantar Teknik dan Manajemen Industri, Prima Printing,
Surabaya.
Oentoro, Kristian (2019). Pengembangan Desain Toko Set Gerabah Kontemporer Berbasis
Budaya Lokal di Kabupaten Bojonegoro. Jurnal Desain Produk (Pengetahuan dan
Perancangan Produk). Volume 3 No 6, halaman 189- 196
Ulrich, K.T. dan Eppinger, S.D. (2012). Product Design and Development. New York: Mc.
Graw Hil
Antropometri Indonesia. (2013) Dimensi Tubuh [online]. diakses dari:
http://antropometriindonesia.org/index.php
Muharmi, Ike & Herto Dwi Ariesyadi. (-). Penilaian Ergonomi Terhadap Beban Dan Posisi
Kerja Manual Material Handling Di Departemen Maintenance Support Service.
Jurnal: Fakultas Teknik Sipil Dan Lingkungan Institute Teknologi Bandung.
Kristanto, A., Saputra, D. A. (2011). Perancangan Meja Dan Kursi Kerja Yang Ergonomis
Pada Stasiun Kerja Pemotongan Sebagai Upaya Peningkatan Produktivitas. Jurnal
Ilmiah Teknik Industri, Vol. 10, No. 2, hlm. 85, Desember.\
Modul Antropometri. (2013). Lab PSKE. Fakultas Teknologi Industri Universitas Islam
Indonesia
Oborne, D. J. (1982). Ergonomic at Work. London: John Wiley and Sons. Ltd
Salim, P. (2014). Intervensi Ergonomi Terhadap Kenyamanan Bekerja Di Dapur Rumah
Tinggal. Humaniora. Vol. 5, No. 1.
Soenandi, I. A., Ginting, M., & Marpaung, B. (2013). Perancangan Ergonomis Tempat Tidur
Rumah Sakit. Jurnal Ilmiah Teknik Industri, vol. 1, no. 2.
Soewarno, A. (2003). Dapur Rumah Tinggal yang Ergonomis bagi Penghuninya. Jurnal
Fakultas Teknik Program Studi Arsitektur Universitas Udayana.