Anda di halaman 1dari 37

PERANCANGAN PRODUK SMART TABLE DENGAN KONSEP INDUSTRIAL

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Di era modern ini, ketika orang mengharapkan datangnya hal-hal baru yang lebih
nyaman dan lebih ergonomis untuk digunakan dan mempunyai daya guna lebih daripada
produk sebelumnya. Ini juga didukung dengan tersedianya alat bantu yang dilengkapi
dengan teknologi terkini untuk memproduksinya dan meningkatnya permintaan manusia
untuk sebuah kenyamanan.
Dalam kehidupan sehari-hari, furniture berperan sebagai penataan atau sarana
berbagai aktivitas manusia dalam suatu ruangan. Pria menggunakan kembali furnitur dari
pagi hingga pagi. Manusia menggunakan furniture berupa meja dan kursi untuk
menunjang kegiatan berjalan dengan baik. Dalam bahasa Inggris, furniture disebut
Furniture, dan kata furniture dikenal sejauh ini berasal dari bahasa Belanda ‘meuble’.
Berbicara Furnitur sekarang lebih umum digunakan karena pengaruh bahasa Inggris. Tapi
sebaliknya Kata interior berasal dari bahasa Perancis yaitu supply dari kata supply yang
artinya berarti melengkapi ' atau melengkapi ruangan dengan perabot dan aksesori (Agus
Nursalim dkk., 2015).
Dalam naungan ini, fungsi papan server membutuhkan spesifikasi tambahan
sehingga dapat memenuhi segala kebutuhan di menjamu tamu, agar segala aktivitas yang
berlangsung di ruang tamu dapat dilindungi tanpa mengurangi kenyamanan tamu.
Berdasarkan kebutuhan pengguna dan teknologi kantor multifungsi, dalam proses desain
produk Dalam hal ini, pengguna meja bergabung sehingga produk dapat dirancang sesuai
dengan harapan dan spesifikasi pada kebutuhan pengguna meja. Kendaraan multifungsi
adalah sesuatu yang memiliki tugas atau fungsi yang berbeda. Furnitur multifungsi dapat
dipahami sebagai furnitur yang memiliki lebih dari satu fungsi di dalamnya sebuah objek.
Pada dasarnya furniture multifungsi memiliki fungsi yang sama dengan furnitur lain,
tetapi furnitur multifungsi lebih berharga. Karena Dari sudut pandang ekonomi dan
ergonomis, alasan furnitur ini banyak. tertarik. Untuk desain produk, metode yang
digunakan adalah ergonomi adalah pendekatan desain yang berhubungan langsung
dengan konsumen mengenai aspek kualitatif partisipasi wajib pengguna untuk
menemukan apa yang konsumen rasakan, inginkan, butuhkan, dan terkesan. menjadi
suatu produk sehingga dapat mempermudah prosesnya desain produk.
Furnitur multifungsi secara harfiah dapat dipisahkan dan dipahami sebagai
furnitur yaitu perabot/perabotan dan multifungsi, itu adalah satu hal memiliki banyak
fungsi atau kegunaan. Dapat dimengerti bahwa Furnitur multifungsi adalah furnitur yang
dapat diubah dan memiliki lebih dari satu fungsi. Misalnya, kantor desain sering kali
hanya dapat digunakan sebagai tabel, tetapi jika multifungsi, dapat mengubah untuk
membentuk atau memiliki fungsi lain (sebagai kursi, dll ). (Samuel Yamin, 2017).
Oleh karena itu, meja tamu berbentuk unik dan multifungsi dengan Penggunaan
pendekatan ergonomis dalam penggunaannya merupakan salah satu table d'hôtes design
yang dibutuhkan masyarakat. Menggunakan meja Modis dan multifungsi bukan hanya
tempat untuk meletakkan Minuman dan makanan pasti akan menghadirkan kenyamanan
dan pengalaman yang menyenangkan.
Oleh karena itu, meja tamu memiliki bentuk yang unik dan multifungsi yang
menjadikan tidak hanya tempat makanan dan minuman, tetapi dapat melakukan banyak
hal yang berbeda. Meja tamu dengan model atap merupakan salah satu model yang
banyak diminati masyarakat. Dari meja terlihat monoton, itu saja sekarang dengan
penambahan spesifikasi sehingga dapat memenuhi kebutuhan hiburan tamu tanpa
mengurangi kenyamanan tamu.
Untuk desain produk, metode yang digunakan adalah Ergonomi adalah
pendekatan desain yang berhubungan langsung dengan konsumen mengenai aspek
kualitatif partisipasi wajib pengguna untuk menemukan apa yang konsumen rasakan,
inginkan, butuhkan, dan terkesan. menjadi suatu produk sehingga dapat mempermudah
prosesnya Desain produk.
Manusia tidak dapat memungkiri bahwa mereka saling bergantung dengan
fasilitas yang ada di sekitar lingkungannya untuk mendukung dan menampung semua
kegiatan mereka untuk memastikan bahwa kegiatan mereka dapat berlangsung lebih
lancar dan mudah (Hasimjaya et al., 2017).

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan uraian latar belakang di atas, dapat ditarik rumusan masalah sebagai berikut:
1. Bagaimana merancang meja yang inovatif dan ergonomis?
2. Bagaiamana merancang meja yang inovatif dan ergonomis dengan biaya yang
ekonomis?
3. Bagaimana merancang smart table dengan menggunakan pendekatan ergonomi?
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui cara merancang meja yang inovatif dan ergonomis
2. Untuk mengetahui cara meja yang inovatif dan ergonomis dengan biaya yang
ekonomis.
3. Untuk mengetahui cara merancang smart table dengan menggunakan pendekatan
ergonomic.
BAB II
PEMBAHASAN
Perkembangan teknologi saat ini sangat pesat, sehingga Peralatan sudah menjadi
kebutuhan pokok dalam berbagai bidang pekerjaan. Artinya peralatan dan teknologi
memegang peranan penting dalam upaya tersebut meningkatkan produktivitas di setiap jenis
pekerjaan. Gunakan alat harus memperhatikan beberapa hal, misalnya desain alat Apakah
desain alat memenuhi kebutuhan pria. Desain yang baik berarti fungsionalitas yang
berkualitas baik, Menurut tujuan desain umum, ini berbeda sesuai dengan kebutuhan dan
preferensi mereka (Azisma Nur et al., 2015).
Kenyamanan furnitur ruang tamu berperan penting untuk menjamu tamu selama
kunjungan rumah. dimana para tamu dapat merasa nyaman saat duduk di ruang tamu karena
set meja dan kursi yang sesuai Standar ergonomis sesuai dengan ukuran standar tubuh
manusia. Kenyamanan satu set meja dan kursi tergantung pada kecocokannya. ukuran meja
dan kursi seukuran manusia. Jika tidak cocok, maka di dalam jangka waktu tertentu akan
menimbulkan stress pada tubuh yang antara lain dapat berupa kelelahan, nyeri dan pusing.
Furnitur multifungsi secara harfiah dapat dipisahkan dan dipahami sebagai furnitur
yaitu perabot/perabotan dan multifungsi adalah sesuatu yang memiliki banyak fungsi atau
kegunaan. Itu sendiri dapat dijelaskan bahwa Furnitur multifungsi adalah furnitur yang dapat
diubah dan memiliki lebih dari satu fungsi. Misalnya, kantor desain sering kali hanya dapat
digunakan sebagai tabel, tetapi jika multifungsi, dapat mengubah untuk membentuk atau
memiliki fungsi lain (sebagai kursi, dll). Desain interior multi fungsi ini dirancang untuk
memenuhi kebutuhan hidup kehidupan sehari-hari orang-orang yang menggunakan
apartemen seperti studio ini. Seolah-olah kebutuhan itu harus dipenuhi dengan ruang yang
cukup kecil, maka perlu dapat dikustomisasi dan dapat digunakan dengan sebaik-baiknya
(Yamin, 2017).
Melihat fenomena ini, perusahaan asing seperti Adidas, Nike, Puma, New
keseimbangan, Reebok, Umbro memenuhi permintaan pasar di sepatu olahraga. Persaingan
sengit terjadi untuk produsen bersaing untuk menciptakan produk yang lebih unggul dari
pesaing untuk memuaskan konsumen. Kondisi dan persaingan yang berbeda Dalam dunia
bisnis yang semakin ketat, termasuk persaingan dari perusahaan sejenis, perusahaan semakin
dipaksa untuk bergerak lebih cepat dalam hal daya tarik konsumen. Bagi perusahaan yang
menerapkan konsep Pemasaran harus memperhatikan perilaku dan faktor konsumen
mempengaruhi keputusan pembelian mereka dalam upaya pemasaran perusahaan produk
diproduksi. Hal ini karena dalam konsep pemasaran, Salah satu cara untuk mencapai tujuan
bisnis adalah dengan mengetahui apa kebutuhan dan keinginan konsumen atau pasar sasaran
dan apa kepuasan yang diharapkan secara lebih efektif dan efisien saingan. Nike Inc. adalah
salah satu perusahaan alas kaki terbesar di dunia membuat nama untuk dirinya sendiri karena
dia sering mensponsori atlet dan atlet terkenal di seluruh dunia sehingga mereka selalu
diekspos ke media. Dewasa ini Hampir sepertiga sepatu yang beredar di Indonesia adalah
Nike Inc. Nike adalah merek alas kaki yang terkenal dan berpengalaman, bukan Anehnya,
merek Nike memiliki citra merek yang begitu kuat karena memiliki merek global, mengikuti
perkembangan zaman dan memuaskan keinginan konsumen. Nike selalu beradaptasi dengan
sedang tren. Perusahaan selalu menganalisis pengembangan pasar, terutama di segmen anak
muda. Nike selalu 8 melakukan inovasi produk mereka, seperti menawarkan berbagai pilihan
warna dan mendesain produk yang menarik di mata konsumen (Ardi Ansah, 2017).
Berdasarkan analisa yang telah dilakukan, ternyata terdapat beberapa bagian
interior ketidakcocokan pengguna dan masalah terkait Ergonomi sehingga harus dipelajari
melalui bidang antropometri. Selain itu, perbedaan usia dan jenis kelamin juga sangat
mempengaruhi ukuran ukuran tubuh mereka yang kecil sehingga secara otomatis
mempengaruhi ukuran furnitur yang digunakan dan memiliki ukuran tubuh yang berbeda dari
anak-anak masih kurang dari 10 tahun. Oleh karena itu dalam pembuatan furniture untuk
ergonomi untuk menerapkan hasil pengukuran sesuai dengan pengguna berusia 25 tahun atau
lebih karena ini adalah objek biasanya bekerja di mabel.

2.1 Desain Produk


Desain Produk adalah alat manajemen terjemahan hasil kegiatan penelitian dan
pengembangan yang dilakukan sebelum menjadi desain nyata untuk diproduksi dan
dijual oleh manufaktur laba.
Salah satu fungsi manajemen terpenting dalam organisasi mana pun adalah untuk
memastikan bahwa kontribusi berbagai sumber daya organisasi menghasilkan produk
atau jasa yang dirancang atau menghasilkan hasil yang dapat memuaskan keinginan
Anda klien. Menghasilkan hasil yang efektif dan konsisten Sesuai dengan keinginan
pelanggan, maka perlu adanya desain produk. sama sekali tidak beberapa wawasan
tentang desain produk menurut para ahli.
Sebelum menerangkan tentang pengertian desain produk, maka produk pun
memiliki pengertian sendiri sebagaimana dikemukakan oleh W.J. Stanton 9 (1981;192 ),
dimana : “ A product is a set of tangible and intangible attributes, including, packaging,
color, price, manufakture prestige, retailer prestige, and manufacture and retailer service,
which the buyer may accept as offering want – satisfaction ”
Diterjemahkan oleh Dr. Buchori Alma dalam buku Manajemen Pemasaran dan
pemasaran jasa, yaitu: Yang dikatakan produk adalah sekumpulan atribut, baik yang
berwujud maupun yang tidak berwujud. berwujud, termasuk masalah warna, harga,
reputasi perusahaan, reputasi toko, dan layanan produsen dan pengecer. diterima oleh
pembeli untuk memuaskan keinginannya.
Desain adalah seperangkat karakteristik yang mempengaruhi bagaimana tampilan,
rasa, dan fungsi produk kepada konsumen. Desain menawarkan tiga istilah: fungsi,
estetika dan daya tarik. Selanjutnya, menurut Kotler dan Keller, Desain bisnis yang baik
berarti mudah dibuat dan populer. Bagi konsumen, desain yang baik adalah produk bagus
atau enak dilihat, mudah dibuka, dipasang, digunakan, diperbaiki, dan ditolak(Mardio
Alexi, 2016).
Desain adalah inti dari produk. Desain yang bagus tidak hanya membantu dalam
penampilan produk tetapi juga dalam manfaatnya. Oleh karena itu, desain produk adalah
komponen yang memastikan bahwa produk dapat memuaskan kebutuhan dan keinginan
pembeli serta faktor-faktornya produk yang dianggap penting dan dibedakan oleh
konsumen. dibandingkan dengan pesaing akan menjadi dasar pengambilan keputusan
beli (Listyawati, 2016).
2.2 Reliasasi Pengembangan Produk Furnitur Kontemporer
Ini adalah tahap awal di mana pengembang mencari dan tunjukkan gambar asli dari
desain atau ide yang telah direalisasikan awal studi. Langkah ini sangat penting karena
mulai saat ini akan mudah bagi pengembang untuk melanjutkan ke langkah berikutnya
sepuluh penelitian, selain itu pada tahap ini juga segala upaya untuk menciptakan dan
mengembangkan produk furniture sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai misalnya oleh
pengembang, ada ruang untuk dapat mengidentifikasi berapa banyak pengembang perlu
memperbaiki dan memodifikasi beberapa hal. Bentuk dan tampilan realistik dari tahap
pertama perkembangan furnitur kontemporer ditunjukkan pada gambar di bawah ini.
Gambar 2.1 Realisasi Pengembangan Furnitur kontemporer

2.3 Antropometri Dalam Perancangan Produk Smart Table Kontemporer


Antropometri berasal dari kata anthro yang berarti manusia dan metrik. berarti
ukuran. Antropologi adalah studi tentang mengukur ukuran tubuh manusia dari tulang,
otot dan jaringan adiposa atau tebal (Survei,2009). Menurut (Wignjosoebroto, 2008),
antropometri adalah Studi ini melibatkan pengukuran dimensi tubuh manusia.
Antropometri dapat dijelaskan dengan jelas bahwa itu adalah ilmu yang berhubungan
langsung dengan khusus terkait dengan dimensi tubuh manusia(Jennie Hasimjaya et al.,
2017).
Dengan pengukuran antropometri, kita akan mengetahui tinggi badan, berat
badan ukuran tubuh dan ukuran tubuh aktual seseorang. Selain itu, tinggi badan, berat
badan tubuh dan pengukuran seseorang dapat digunakan untuk tujuan evaluasi 11
pertumbuhan dan persebaran tubuh seseorang serta dapat bermanfaat sebagai data
referensi. Pengukuran antropometri adalah pengukuran di dalam ruangan organisasi
digunakan untuk menentukan status seseorang dalam di tulang, otot, dan lemak
menentukan tipe tubuh manusia, dan mengetahui pertumbuhan dan perkembangan tubuh
seseorang. Satu dari Pengukuran antropometri ini meliputi pengukuran tinggi dan berat
badan, panjang lengan dan tungkai, lingkar lengan dan paha, serta kapasitas paru.
Saat ini, antropometri memainkan peran penting dalam bidang desain industri,
desain pakaian, ergonomi dan arsitektur. Di bidang ini, Data statistik tentang distribusi
ukuran tubuh populasi diperlukan untuk menghasilkan produk yang optimal. Perubahan
gaya hidup Kehidupan sehari-hari, nutrisi dan komposisi etnis masyarakat dapat
menciptakan perubahan dalam distribusi ukuran tubuh (misalnya, bentuk epidemi)
kelebihan berat badan) dan perlu penyesuaian berkala untuk pengumpulan data
antropometrik.
2.3.1 Metode Pengukuran Tubuh
Ada beberapa metode yang di gunakan untuk mengukur tubuh yaitu :
1. Metode Dimensi Statis
a. Tinggi siku berdiri (Tsb)
Dimensi ini digunakan untuk merancang ketinggian maksimum
permukaan kerja berdiri. Konsep pengguna dimensi juga membutuhkan
subjek terpendek menggunakan fasilitas dapat menggunakan fasilitas dengan
nyaman tanpa harus mengangkat siku untuk menggunakannya.

b. Tinggi pinggul (Tp)


Ukuran ini digunakan untuk menentukan tinggi maksimum fasilitas cuci
tangan dengan konsep yang sama, dimana membutuhkan subjek yang lebih
kecil untuk digunakan nyaman.
c. Tinggi mata duduk (Tmd)
Dimensi ini digunakan untuk merancang ketinggian maksimum Jarak
mendatar dari mata untuk melihat benda dengan jelas oleh mata
d. Tinggi siku duduk (Tsd)
Dimensi ini digunakan untuk menentukan tinggi sandaran tangan di kursi. Di
mana subjek memiliki dimensi yang terkecil harus bisa istirahat dengan
nyaman.
e. Tinggi bahu duduk (Tbd)
Dimensi ini digunakan untuk mendesain ketinggian desain dasar untuk
mengakomodasi tinggi bahu penuh. Dimana konsep yang diterapkan dalam
dimensi ini membutuhkan subjek tertinggi harus nyaman di menggunakan
cara-cara ini.
f. Tinggi popliteal (Tpo)
Dimensi ini biasanya digunakan untuk menentukan tinggi tempat duduk
maksimum. Tinggi kursi dirancang untuk orang-orang dengan tinggi relatif
yang paling bawah bisa menggunakan kursi dengan nyaman
g. Tinggi lulut (Tl)
Dimensi ini dirancang untuk menentukan ketinggian permukaan di bagian
bawah tabel, dan dimensi ini mendukung yang dengan 13 Ukuran yang lebih
besar dapat menggunakan meja dengan nyaman karena ruang kaki cukup
kendur.
h. Panjang paha (Pp)
Dimensi ini digunakan untuk menentukan jarak antara kursi satu dengan
kursi lain dan perlu sedikit lebih kendur sehingga bisa dapat diakses di dalam
dan di luar ruangan. Kasus di ruang ini membutuhkan subjek dengan ukuran
jarak terjauh yang dapat diakses.
i. Panjang popliteal-pantat (Ppp)
Ukuran ini digunakan untuk mendesain panjang bantalan kursi. Menurut
ukuran ini, panjang sabuk pengaman tidak boleh melebihi panjang dari pantat
poplitea terpendek.
j. Lebar bahu (Lb)
Dimensi ini digunakan untuk mendesain lebar sandaran apa yang diharapkan
saat menggunakan metrik ini, orang dengan Bahu yang lebih lebar dapat
menggunakan pengaturan ini dengan nyaman.
k. Lebar pinggul (Lp)
Salah satu kegunaan dari dimensi ini adalah untuk tentukan lebar tempat
duduk dengan mempertimbangkan yang memiliki pinggul terluas bisa duduk
di kursi.
l. Jangkauan vertikal duduk (Jvd)
Dimensi ini digunakan untuk merancang ketinggian maksimum untuk akses
ke fasilitas yang mendukung aktivitas manusia. Dimana topiknya dengan
jangkauan terpendek selalu mudah dijangkau.
m. Jangkauan vertikal berdiri (Jvb), Jangkauan horizontal duduk (Jhd) dan
jangkauan horizontal berdiri (Jhb)
Dimensi ini digunakan untuk menentukan jarak jangkuan fasilitas agar
mudah dijangkau terutama oleh subjek dengan jangkauan yang paling
pendek.
n. Berat Badan (Bb)
Dimensi ini digunakan untuk menentukan kekuatan minimum sebuah kursi.
Dimana dikatakan dalam menentukan menggunakan dimensi ini maka berat
badan yang paling beratlah harus dipertimbangkan.
2. Dimensi jangkauan
Ini adalah penentuan ukuran di mana orang terkecil dari Semua orang bisa
menggunakan desain. Dapatkan ukuran Ini dimaksudkan agar sesuai dengan
jenis operasi meregangkan tangan dan kaki. Misal tinggi kursi.
3. Dimensi ruang
Ini adalah kebalikan dari dimensi bentang karena ruang disediakan untuk
orang dengan ketinggian terbesar di Populasi pengguna dapat menggunakan
desain. pola mengingat sifat dimensi ruang ini adalah untuk mereka yang
memiliki paling besar dan paling gemuk. (Jennie Hasimjaya dkk., 2017)

2.3.2 Penggunaan Distribusi Normal


Antropometri menurut Stevenson (1989) dan Nurmianto (1991) adalah satu set
data numerik yang berkaitan dengan karakteristik fisik tubuh 15 ukuran, bentuk,
dan kekuatan manusia serta penerapan data ini ke memecahkan masalah desain.
Penerapan data antropometri ini dapat dilakukan jika mean dan SD (standar deviasi
dari distribusi normal.
Antropometri menurut Stevenson (1989) dan Nurmianto (1991) adalah satu set
data numerik yang berkaitan dengan karakteristik fisik tubuh 15 ukuran, bentuk,
dan kekuatan manusia serta penerapan data ini ke memecahkan masalah desain.
Penerapan data antropometri ini dapat dilakukan jika mean dan SD (standar
deviasi) dari distribusi normal.
Di bidang antropometri, persentil ke-95 mewakili tubuh besar, sedangkan
persentil ke-5 mewakili tubuh kecil, jika 16 ukuran yang diinginkan untuk
menampung 95% populasi, kemudian 2,5 dan 97,5 persen adalah batas ruang yang
dapat digunakan dan ditunjukkan pada gambar.

Gambar Antropometri tubuh manusia yang diukur dimensinya (Sumber: Nurmianto, 2005)
Gambar Istilah Yang Dipakai Pada Diskripsi Gerakan Dan Rentang sambungan.
Dimana : F1 = Fleksi; Ex = Ekstensi;Ab = Abduksi; Ad = Adduksi; Su = upination;Pr =
Pronasi; N = Posisi netral.(Sumber data : nurmianto, 2005).

Gambar Data statistik pada tinggi tubuh pria Pygmy (Afrika tengah),Amerika, dan Nilote
(Sudan). (Sumber: nurmianto, 2005)
Gambar perbedaan proporsi tubuh diantara 3 populasi (Sumber : nurmianto, 2005)
Sebelum membahas lebih jauh tentang penggunaan data ini, ada Ada
baiknya membahas istilah Average Man Mistake atau Average Woman Mistake. Istilah
ini menunjukkan bahwa ini adalah kesalahan desain tempat kerja atau produk jika
didasarkan pada dimensi yang diasumsikan yaitu, diasumsikan bahwa semua dimensi
adalah sarana. Meskipun hanya ketika menggunakan satu dimensi, seperti rentang
transisi (Rentang), lalu gunakan mean (persentil ke-50) agar sesuai dengan memasang
perangkat kontrol akan memastikan bahwa 50% dari populasi tidak dapat mencapainya.
Selanjutnya, jika kita memiliki dimensi rata-rata populasi, seperti tinggi badan, belum
tentu termasuk dalam rata-rata populasi untuk dimensi lain.
Tabel Dimensi untuk orang inggris dewasa usia 19-65 tahun, dimana : X = nilai
rata-rata (mean), Gx = nilai standar deviasi (SD), 5% = nilai 5 percentil, 95% = nilai 95
percentil
PRIA WANITA WANITA
No DIMENSI TUBUH
5% X 95% S.D 5% X 95% S.D

1 Tinggi Tubuh Posisi Berdiri Tegak 1625 1740 1885 70 1505 1610 1710 62

2 Tinggi Mata 1515 1630 1745 69 1405 1505 1610 61

3 Tinggi Bahu 1315 1425 1535 66 1215 1310 1405 58

4 Tinggi Siku 1005 1090 1180 52 930 1005 1085 46

Tinggi Genggaman Tangan (knuckle) pada


5 690 755 825 41 660 720 780 36
Posisi Relaks ke Bawah
Tinggi Badan pada Posisi
6 850 910 965 36 795 850 910 35
Duduk
Tinggi Mata pada Posisi
7 735 790 845 35 685 740 795 33
Duduk
Tinggi Bahu pada Posisi
8 540 595 645 32 505 555 610 31
Duduk
Tinggi Siku pada Posisi
9 195 245 295 31 185 235 280 29
Duduk

10 Tebal Paha 135 160 185 15 125 155 180 17

Jarak dari Pantat ke


11 540 595 645 31 520 570 620 30
Lutut
Jarak dari Lipat
12 440 495 550 32 435 480 530 30
(poplitenl) Lutut ke Pantat

13 Tinggi Lutut 490 495 550 32 445 500 540 27

Tinggi Lipat Lutut


14 395 440 490 29 355 400 445 27
(popliteal)

15 Lebar bahu (bideltoid) 420 465 510 28 355 395 435 24

16 Lebar panggul 310 360 405 29 310 370 435 24

17 Teba dada 215 250 285 22 210 250 295 27

18 Tebal Perut (abdominal) 220 270 325 32 205 255 305 30

Jarak dari Siku ke Ujung


19 440 475 510 21 400 430 460 19
Jari

20 Lebar Kepala 145 155 165 6 135 145 150 6

21 Panjang Tangan 175 190 205 10 160 175 190 9

22 Lebar Tangan 80 85 95 5 70 75 85 4

Jarak Bentang dari Ujung Jari Tangan Kanan


23 1655 1790 1925 83 1490 1605 1725 71
ke Kiri
Tinggi Pegangan Tangan(grip) pada Posisi
24 1925 2060 2190 80 1790 1905 2020 71
Tangan vertikal ke Atas & Berdiri Tegak
Tinggi Pegangan Tangan (grip) pada Posisi
25 1145 1245 1340 60 1060 1150 1235 53
Tangan Vertikal ke Atas & Duduk

Jarak Genggaman Tangan (grip) ke Punggung


26 720 780 835 34 650 705 755 31
pada Posisi Tangan ke Depan (horisontal)

Tabel perkiraan antropometri untuk masyarakat Hongkong, dewasa, dapat


diekivalensikan sementara untuk masyarakat Indonesia (kesamaan etnis Asia), semua
dimensi dalam satuan mm. dimana : Gx = nilai rata-rata (mean), T = nilai standar
deviasi (SD), 5% = nilai 5
PRIA WANITA
No DIMENSI TUBUH
5% X 95% S.D 5% X 95% S.D

1 Tinggi Tubuh Posisi Berdiri Tegak 1585 1680 1775 58 1455 1555 1655 60

2 Tinggi Mata 1470 1555 1640 52 1330 1425 1520 57

3 Tinggi Bahu 1300 1380 1460 50 1180 1265 1350 51

4 Tinggi Siku 950 1,015 1,08 39 870 935 1000 41

Tinggi Genggaman Tangan (knuckle) pada


5 685 750 815 40 650 715 780 41
Posisi Relaks ke Bawah
Tinggi Badan pada Posisi
6 845 900 955 34 780 840 900 37
Duduk
Tinggi Mata pada Posisi
7 720 780 840 35 660 720 780 35
Duduk
Tinggi Bahu pada Posisi
8 555 605 655 31 165 230 295 38
Duduk
Tinggi Siku pada Posisi
9 190 240 290 31 165 230 295 38
Duduk

10 Tebal Paha 110 135 160 14 105 130 155 14

Jarak dari Pantat ke


11 505 550 595 26 470 520 570 30
Lutut
Jarak dari Lipat
12 405 450 495 26 385 435 485 29
(poplitenl) Lutut ke Pantat

13 Tinggi Lutut 450 495 540 26 410 455 500 27

Tinggi Lipat Lutut


14 365 405 445 25 325 375 425 29
(popliteal)

15 Lebar bahu (bideltoid) 380 425 470 26 335 385 435 29

16 Lebar panggul 300 335 370 22 295 330 365 21

17 Teba dada 155 195 235 25 160 215 270 34

18 Tebal Perut (abdominal) 150 210 270 36 150 215 280 39

Jarak dari Siku ke Ujung


19 410 445 480 22 360 400 400 24
Jari

20 Lebar Kepala 150 160 170 7 135 150 165 8

21 Panjang Tangan 165 180 195 9 150 165 180 9

22 Lebar Tangan 70 80 90 5 60 70 80 5

Jarak Bentang dari Ujung Jari Tangan Kanan


23 1480 1635 1790 95 1350 1480 1610 80
ke Kiri
Tinggi Pegangan Tangan(grip) pada Posisi
24 1835 1970 2105 83 1685 1825 1965 86
Tangan vertikal ke Atas & Berdiri Tegak
Tinggi Pegangan Tangan (grip) pada Posisi
25 1110 1205 1,3 58 855 940 1025 51
Tangan Vertikal ke Atas & Duduk
Jarak Genggaman Tangan (grip) ke Punggung
26 640 705 770 38 580 635 690 32
pada Posisi Tangan ke Depan (horisontal)

Tabel Antropometri masyarakat Indonesia serta dimensionalnya.


PRIA WANITA
No DIMENSI TUBUH
5% X 95% S.D 5% X 95% S.D
1 Tinggi Tubuh Posisi Berdiri Tegak 1532 1632 1732 61 1464 1563 1662 60
2 Tinggi Mata 1425 1520 1615 58 1350 1446 1542 58
3 Tinggi Bahu 1247 1338 1429 55 1184 1272 1361 54
4 Tinggi Siku 932 1003 1074 43 886 957 1028 43
Tinggi Genggaman Tangan (knuckle) pada
5 655 718 782 39 646 708 771 38
Posisi Relaks ke Bawah
Tinggi Badan pada Posisi
6 809 864 919 33 775 834 893 36
Duduk
Tinggi Mata pada Posisi
7 694 749 804 33 666 721 776 33
Duduk
Tinggi Bahu pada Posisi
8 523 572 621 30 501 550 599 30
Duduk
Tinggi Siku pada Posisi
9 181 231 282 31 175 229 283 33
Duduk
10 Tebal Paha 117 140 163 14 115 140 165 15
Jarak dari Pantat ke
11 500 545 590 27 488 537 586 30
Lutut
Jarak dari Lipat
12 405 450 495 27 488 537 586 30
(poplitenl) Lutut ke Pantat
13 Tinggi Lutut 448 496 544 29 428 472 516 27
Tinggi Lipat Lutut
14 361 403 445 26 337 382 428 28
(popliteal)
15 Lebar bahu (bideltoid) 382 424 466 26 342 385 428 26
16 Lebar panggul 291 330 371 24 298 345 392 29
17 Teba dada 174 212 250 23 178 228 278 30
18 Tebal Perut (abdominal) 174 228 282 33 175 231 287 34
Jarak dari Siku ke Ujung
19 405 439 473 21 374 409 287 34
Jari
20 Lebar Kepala 140 150 160 6 135 146 157 7
21 Panjang Tangan 161 176 191 9 153 168 183 9
22 Lebar Tangan 71 79 87 5 64 71 78 4
Jarak Bentang dari Ujung Jari Tangan Kanan
23 1520 1663 1806 87 1,4 1523 1646 75
ke Kiri
Tinggi Pegangan Tangan(grip) pada Posisi
24 1795 1923 2051 78 1,713 1841 1969 79
Tangan vertikal ke Atas & Berdiri Tegak
Tinggi Pegangan Tangan (grip) pada Posisi
25 1065 1169 1273 63 945 1,03 1115 52
Tangan Vertikal ke Atas & Duduk
Jarak Genggaman Tangan (grip) ke Punggung
26 649 708 767 37 610 661 712 31
pada Posisi Tangan ke Depan (horisontal)

Tabel Antropometri telapak tangan orang Indonesia, semua dimensi dalam


satuan mm
PRIA WANITA
No DIMENSI TUBUH
5TH 50TH 95TH S.D 5TH 50TH 95TH S.D
1 Panjang Tangan 163 176 189 8 155 168 181 8
2 Panjang Telapak Tangan 92 100 108 5 87 94 101 4
3 Panjang Ibu Jari 45 48 51 2 42 45 48 2
4 Panjang Jari Telunjuk 62 67 72 3 60 65 70 3
5 Panjang Jari Tengah 70 77 84 4 69 74 79 3
6 Panjang Jari Manis 62 67 72 3 59 64 69 3
7 Panjang Jari Kelingking 48 51 54 2 45 48 51 2
8 Lebar Ibu Jari 19 21 23 1 16 18 20 1
9 Tebal Ibu Jari 19 21 23 1 15 17 19 1
10 Lebar Jari Telunjuk 18 20 22 1 15 17 19 1
11 Tebal Jari Telunjuk 16 18 20 1 13 15 17 1
12 Lebar Telapak Tangan (Metacarpal) 74 81 88 4 68 73 78 3
13 Lebar Telapak Tangan (sampai ibu jari) 88 98 108 6 82 89 96 4
14 Lebar Telapak Tangan (minimum) 68 75 82 4 64 59 74 3
15 Tebal Telapak Tangan (metacarpal) 28 31 34 2 25 27 29 1
16 Tebal Telapak Tangan (sampai ibu jari) 41 48 47 2 41 44 47 2
17 Diameter Genggaman (maksimum) 45 48 51 2 43 46 49 2
18 Lebar Maksimum (ibu jari ke jari kelingking) 177 192 206 9 169 184 199 9
Lebar Fungsional Maksimum (ibujari ke jari
19 122 132 142 6 113 123 134 6
lain)
Segi Empat Minimum yang dapat di lewati
20 57 62 67 3 51 56 61 3
Telapak Tangan
Tabel Antropometri kepala orang Indonesia , dimana : lebar kepala = 9,2%
tinggi badan pria dan 9.3% tinggi badan wanita (Sumber : Nurmianto, 2005)
PRIA WANITA
No DIMENSI TUBUH
5TH 50TH 95TH S.D 5TH 50TH 95TH S.D
1 Panjang Kepala 166 176 186 6 158 168 178 6
2 Lebar Kepala 132 140 148 5 121 129 137 5
3 Diameter Maksimum dari Dagu 217 230 243 8 198 209 221 7
4 Dagu ke Puncak Kepala 192 203 215 7 185 196 208 7
5 Telinga ke Puncak kepala 70 77 84 4 69 74 79 3
6 Telinga ke Belakang Kepala 62 67 72 3 59 64 69 3
7 Antara dua Telinga 48 51 54 2 45 48 51 2
8 Mata ke Puncak Kepala 19 21 23 1 16 18 20 1
9 Mata ke Belakang Kepala 19 21 23 1 15 17 19 1
10 Antara dua Pupil Mata 18 20 22 1 15 17 19 1
11 Hidung ke Puncak Kepala 16 18 20 1 13 15 17 1
12 Hidung ke Belakang Kepala 74 81 88 4 68 73 78 3
13 Mulut ke Puncak Kepala 88 98 108 6 82 89 96 4
14 Lebar Mulut 68 75 82 4 64 59 74 3

Tabel Antropometri kepala orang Indonesia , dimana : lebar kepala = 9,2%


tinggi badan pria dan 9.3% tinggi badan wanita (Sumber : Nurmianto, 2005)
PRIA WANITA
No DIMENSI TUBUH
5TH 50TH 95TH S.D 5TH 50TH 95TH S.D
1 Panjang Telapak Kaki 230 248 266 11 212 230 248 11
2 Panjang Telapak lengan kaki 165 178 191 8 158 171 184 8
3 Panjang kaki sampai Jari kelingking 186 201 216 9 178 191 204 8
4 Lebar Kaki 82 89 96 4 81 88 95 4
5 Lebar Tangkai kaki 61 66 71 3 49 54 59 3
6 Tinggi Mata Kaki 61 66 71 3 59 64 69 3
7 Tinggi Bagian Tengah Kaki 68 75 82 4 64 69 74 3

2.4 Ergonomi Dalam Perancangan Produk Smart Table Kontemporer


Ergonomi adalah studi tentang bagaimana membuat pekerjaan dan usaha lebih
mudah dan lebih efektif. Jadi, secara sederhana ergonomi dapat diartikan sebagai
pengaturan kerja. Ergonomi adalah studi ilmiah tentang bagaimana orang dan lingkungan
kerja mereka berinteraksi, dan sering digunakan untuk meningkatkan produktivitas
pekerja.
Kromer dkk. (2012) menemukan bahwa penggunaan intervensi berbasis kesadaran
meningkatkan gejala depresi dan kecemasan pada orang dewasa dengan riwayat trauma.
Ergonomi adalah penerapan prinsip-prinsip ilmiah, metode, dan data yang dikumpulkan
dari berbagai disiplin ilmu untuk mengembangkan sistem di mana orang memainkan
peran penting. Sutalaksana dkk.menemukan bahwa wanita pascamenopause yang
berolahraga secara teratur memiliki penurunan risiko terkena penyakit jantung koroner.
Ergonomi adalah disiplin ilmu yang mempelajari bagaimana merancang sistem kerja
yang memungkinkan orang melakukan pekerjaannya dengan baik. Tujuannya adalah
untuk mencapai hasil yang diinginkan melalui penggunaan sistem.
Menurut pengertian ini, ergonomi adalah suatu pengaturan kerja, sehingga
tujuannya adalah untuk membantu memastikan agar hasil yang diinginkan dapat tercapai.
Dalam pengaturan kerja perlu diperhatikan kemampuan dan keterbatasan manusia yang
akan melaksanakan pekerjaan tersebut.
Secara sederhana, tujuan utama dari ergonomi adalah untuk “memanusiakan”
pekerjaan (Kroemer et al., 2001). Tujuan dari proyek ini adalah untuk mencapai
kemudahan dan efisiensi. Ergonomi selalu memperhitungkan kebutuhan manusia dalam
desain apapun. Kepedulian terhadap kebutuhan manusia ini akan menghasilkan desain
yang efektif, efisien, dan aman bagi pengguna.
Ergonomi adalah kegiatan mendesain atau mendesain ulang yang bertujuan untuk
membuat suatu produk atau sistem lebih nyaman untuk digunakan. Ini dapat mencakup
alat-alat seperti alat kerja, bangku, platform, kursi, pemegang kerja, dan sistem kontrol.
Di tempat kerja, ergonomi yang baik adalah penting. Ergonomi selalu digunakan
dalam segala jenis pekerjaan. Prinsip desain ergonomis yang diterapkan di tempat kerja
agar pekerja merasa nyaman dan produktif. Dengan memperhatikan kenyamanan dan
kebutuhan individu, pekerjaan akan lebih produktif dan menyenangkan (Suhardi, B.
2008).
1. Bagaimana orang mengerjakan pekerjaannya
2. Bagaimana posisi dan gerakan tubuh yang digunakan ketika bekerja
3. Peralatan yang mereka gunakan
4. Apa dampak atau efek dari faktor-faktor diatas bagi kesehatan dan juga kenyamanan
pekerjaan.
Menurut Ginting Rosnani (2010) bahwa mendapatkan pengetahuan yang utuh
tentang permasalahan-permasalahan interaksi manusia dengan produk- produknya,
sehingga dapat terjadi adanya suatu rancangan sistem manusia mesin yang optimal.
Selain itu, menurut Tarwaka, dkk (2004) bahwa tujuan ergonomi secara umum adalah
sebagai berikut.
a. Ergonomi bertujuan meningkatkan kesejahteraan fisik dan mental dengan car
pencegahan cidera dan penyakiat akibat kerja, menurunkan beban kerja fisik dan
mental, dan mengupayahkan promosi dan kepuasaan kerja.
b. Ergonomi bertujuan untuk peningkatakan kesejahteraan sosial melalui peningkatan
kualitas kontak sosial, mengelola dan mengkoordinir secara tepat dan meningkatkan
jaminan sosial selama kurun waktu usia produktif maupun juga setelah produktif.
c. Ergonomi bertujuan menciptakan keseimbangan rasional antara berbagai macam
aspek yakni aspek ekonomi, aspek teknis, antropologis dan juga budaya setiap sistem
kerja yang dilakukan sehingga tercipta kualitas kerja dan kualitas hidup yang tinggi.
Dalam memahami prinsip-prinsip ergonomi semakin mempermudah adanya
evaluasi setiap tugas dan pekerjaan walaupun ilmu pengetahuan dalam ergonomi terus
mengalami kemajuan dan teknologi yang digunakan dalam pekerjaan yang terus berubah.

Prinsip ergonomi adalah suatu pedoman yang dalam penerapannya ergonomi di


tempat kerja. Berdasarkan pendapat Baiduri dalam suatu diklat kuliah ergonomi,
sedikitnya terdapat 11 prinsip ergonomi antara lain:

1. Mengurangi beban berlebihan.


2. Mencakup jarang ruang.
3. Minimalisasi gerakan statis.
4. Membuat agar display dan contoh mudah dimengerti.
5. Bekerja dalam posisi atau postur normal
6. Menempatkan peralatan berada dalam jangkauan
7. Mengurangi gerakan berulang dan berlebihan
8. Menciptakan lingkungan kerja yang nyaman
9. Meminimalisasi titik beban
10. Melakukan gerakan, olahraga dan juga peregangan saat bekerja.
11. Bekerja sesuai dengan ketinggian dimensi tubuh.

Selain itu, secara umum prinsip-prinsip ergonomi terbagi atas 5 point diantaranya
sebagai berikut:
1. Kegunaan (Utility) artinya setiap produk yang dihasilkan memiliki manfaat kepada
seseorang dalam mendukung aktivitas atau kebutuhan secara maksimal tanpa mengalami
suatu kesulitan ataupun masalah dalam kegunaannya. Contohnya prinsip ergonomi ini
yakni: kemeja diberi kancing untuk memudahkan mengenakan dan melepaskan.
2. Keamanan (safety) artinya setiap produk yang dihasilkan memiliki fungsi yang memiliki
manfaat tanpa risiko yang membahayakan keselamatan ataupun yang ditimbulkan dapat
merugikan bagi pemakainya. Contohnya, saku baju diberi tutup dan kancing agar benda
tidak mudah jatuh.
3. Kenyamanan (comfortability) artinya produk yang dihasilkan memiliki tujuan yang sesuai
atau tidak menggangu aktivitas dan upayakan mendukung aktivitas seseorang. Contohnya,
Kain dipilih dari serat lembut, sejuk dan menyerap keringat.
4. Keluwesan (Flexibility) artinya dapat digunakan untuk kebutuhan dalam kondisi atuapun
fungsi ganda. Contohnya, Baju diberi saku agar dapat menyimpan benda-benda kecil.
5. Kekuatan (durability) artinya harus awet dan juga tahan lama dan tidak mudah rusak jika
digunakan. Contohnya, bahan baju yang awat dan dijahit kuat.
Hadirnya ergonomi dalam kehidupan kerja, akan membawa sebuah manfaat besar
bagi pekerja, manajemen dan juga bagi perusahaan serta pemerintah. Pada dasarnya,
ergonomi memudahkan pekerjaan agar cepat selesai, risiko kecelakaan lebih kecil, waktu
yang efisien, risiko penyakit akibat kerja kecil, tidak masuk kerja kurang, kebosanan
dihindari, rasa sakit atau kaku berkurang, dan sebagainya. Selain itu. Terdapat beberapa
manfaat lain yang dapat diperoleh.
a. Kerja meningkat, misalnya kecepatan, ketepatan, keselamatan dan mengurangi energi
saat bekerja
b. Mengurangi waktu, biaya pelatihan dan juga pendidikan.
c. Optimalisasi penggunan SDM (Sumber Daya Manusia) melalui peningkatan
keterampilan yang diperlukan.
d. Mengurangi waktu yang terbuang sia-sia.
e. Meningkatkan kenyamanan karyawan dalam bekerja.
Istilah ‘’ergonomi’’ mulai dicetuskan pada tahun 1949, akan tetapi aktivitas yang
berkenaan dengannya telah bermunculan puluhan tahun sebelumnya. Beberapa kejadian
diilustrasikan sebagai berikut (Nurmianto, 2005:3):
1. C.T Thackrah, England, 1831
Trackrah adalah seorang dokter asal Inggris yang melanjutkan karya seorang dokter
Italia bernama Ramazzini, dalam rangkaian kegiatan terkait lingkungan kerja yang
tidak nyaman yang dialami para operator saat bekerja.Thackrah melihat seorang
penjahit bekerja dengan posisi dan dimensi kursi yang tidak sesuai dengan anatomi
tubuh manusia, serta dengan pencahayaan yang tidak ergonomis sehingga
menyebabkan badan membungkuk dan gangguan indera penglihatan.
2. F.W. Taylor, U.S.A., 1898
Frederick W. Taylor adalah seorang insinyur Amerika yang menerapkan metode
ilmiah untuk menentukan cara yang terbaik dalam melakukan suatu pekerjaan.
Beberpa metodenya merupakan konsep ergonomic dan manajemen modern.
3. F.B. Gilbreth, U.S.A., 1911
Gilbreth juga mengamati dan mengoptimasi metode kerja, dalam hal ini lebih
mendetail dalam analisa gerakan dibandingkan dengan Taylor. Dalam bukunya
Motion study yang diterbitkan pada tahun 1911 ia menunjukkan bagaimana postur
membungkuk dapat diatasi dengan mendesain suatu system meja yang dapat diatur
naik-turun (adjustable).
4. Badan Penelitian Untuk Kelelahan Industri (Industrial Fatigue Research Board)
Badan ini didirikan sebagai penyelesaian masalah yang terjadi dipabrik amunisi pada
perangh dunia pertama. Mereka menunjukkan bagaimana output setiap harinya
meningkat dengan jam kerja per hari-nya menurun. Disamping itui mereka juga
mengamati waktu siklus optimum untuk system kerja berulang (repetitive work
systems) dan menyarankan adanya variasi dan rotasi pekerjaan.
5. Mayo Dan Teman-Temannya, U.S.A., 1933
Elton Mayo seorang warga negara Australia, memulai beberapa studi di suatu
perusahaan listrik yaitu Western Electric company, Harthorne, Chicago. Tujuan
studinya adalah untuk mengkuantifikasi pengaruh dari variable fisik seperti misalnya
pencahayaan dan lamanya waktu istirahat terhadap factor efisiensi dari para operator
kerja pada unit perakitan.
6. Perang Dunia Kedua, England Dan U.S.A.
Masalah operasional yang terjadi pada perlatan militer yang berkembang secara cepat
(seperti misalnya pesawat terbang) harus melibatkan sejumlah kelompok interdisiplin
ilmu secara bersama-sama sehingga mempercepat perkembangan ergonomic pesawat
terbang.
7. Pembentukan Kelompok Ergonomi
Pembentukan masyarakat peneliti ergonomic (the Ergonomics Research Society) di
England pada tahun 1949 melibatkan beberapa profesional yang telah banyak
berkecimpung dalam bidang ini. Hal ini menghasilkan jurnal (majalah ilmiah)
pertama dalam bidang ERGONOMI pada November 1957. Perkumpulan Ergonomi
Internasional (The internasional Ergonomics Association) terbentuk pada tahun 1957,
dan The Human Factors Society di Amerika pada tahun yang sama.

2.5 Material
Bahan baku merupakan faktor penting yang ikut menentukan tingkat harga pokok
dan kelancaran proses produksi usaha. Dengan mengacu pada gambar kerja dan konstrusi,
maka dapat diketahui bahan dan ukuran yang mengharuskan untuk dipatuhi. Dalam
perencanaan, pembuatan sofa kontemporer ini mempunyai tiga bahan pokok utama yang
akan menjadi bagian penting dari pembuatan sofa kontemporer ini yaitu :
a. Kayu: yang memang nantinya dijadikan konstruksi utama sofa ini.
b. Spons: untuk bantalan duduk sofa nantinya.
c. Kulit: untuk komponen ini selain berfungsi sebagai lapisan spons sofa, Komponen ini
juga dapat menambah nilai estetika sofa, dan dengan pemilihan warna yang tepat pun
menambah nilai estetika pada ruangan.
Dan berikut bahan tambahan lainnya,
a. Solid Mahoni
b. Play Wood
c. Screw
d. Lem Epoxy
e. Webbing Nilon
f. Foam Density 18 dan 22
g. Kulit
h. Benang Jahit / Jeans
i. Pines
j. Stapler
k. Paku
l. Lem Stick
m. Cat

Rancangan Produk Desain Kursi


3 Rancangan Desain Meja 1

Rancangan Desain Meja 3D


Rancangan Desain meja 3D

2.6 Deskripsi Produk


Smart table dan sofa tamu yang ergonomis ini didesain secara antropometrik
sesuai dengan standar ukuran tubuh Indonesia. Smart table dan sofa tamu dirancang sebagai
alat modern atau futuristik yang dilengkapi dengan beberapa komponen elektronik.
Menggunakan meja bergaya multi fungsi sebagai lebih dari sekadar tempat untuk minuman
dan makanan pasti akan menghadirkan kenyamanan dan pengalaman berbeda saat menerima
tamu. Selain itu, Smart Table memiliki beberapa fitur seperti Smart Tv dengan sistem
Android dan untuk output suaranya sendiri dapat dihubungkan ke speaker sofa tamu dengan
sistem Bluetooth. Oleh karena itu, dapat diibaratkan bioskop rumah yang duduk di sofa untuk
tamu. Dan terdapat amplifier yang digunakan untuk mengatur timbre yang terdapat pada
speaker sofa. Meja pintar dan sofa tamu ini didesain modern dan minimalis untuk
memudahkan penataan dan penempatannya di dalam ruangan.
Data antropometri yang akan digunakan dalam perancangan smart table dan sofa
tamu berdasarkan hasil pengambilan data dari masyarakat adalah sebagai berikut:
A. Sofa Tamu
1. Tinggi bahu pada posisi duduk, untuk memperkirakan tinggi sandaran sofa.
2. Jarak dari lipat lutut (popliteal) ke pantat, untuk memperkirakan Panjang dudukan
sofa.
3. Tinggi lipat lutut (popliteal), untuk menentukan tinggi sofa.
B. Smart Table
1. Tinggi lutut pada saat duduk, untuk menentukan tinggi meja.
2. Jarak jangkauan genggam kedepan, untuk menentukan luas jangkauan tangan pada
saat duduk dan akan digunakan untuk menentukan luas permukaan meja (PxL)
3. Jarak bentang ujung jari tangan kanan ke kiri, untuk memperkirakan panjang dari
meja.
4. Tinggi mata pada posisi duduk, untuk memperkirakan jangkauan garis pandang.
5. Jarak dari Pantat ke lutut, untuk memperikan peletakan meja.
Perhitungan persentil dari data anthropometri yang digunakan, sebagai berikut :
A. Sofa Tamu
1. Tinggi bahu pada posisi duduk, untuk memperkirakan tinggi sandaran sofa.
5% : 572 – 1,645 x 30 = 523mm (52cm)
10% : 572 – 1,280 x 30 = 534mm (53cm)
50% : 572 – 0 x 30 = 572mm (57cm)
90% : 572 + 1,280 x 30 = 610mm (61cm)
95% : 572 + 1,645 x 30 = 621mm (62cm)
99% : 572 + 2,235 x 30 = 639mm (64cm)
2. Jarak dari lipat lutut (popliteal) ke pantat, untuk memperkirakan Panjang
dudukan sofa.
Diket :
 Jarak dari lipat lutut (popliteal) ke pantat = 450 mm
 SD = 27 mm
5% : 450 – 1,645 x 27 = 405mm (40cm)
10% : 450 – 1,280 x 27 = 415mm (41cm)
50% : 450 – 0 x 27 = 450mm (45cm)
90% : 450 + 1,280 x 27 = 484mm (48cm)
95% : 450 + 1,645 x 27 = 494mm (49cm)
99% : 450 + 2,235 x 27 = 510mm (51cm)
3. Tinggi lipat lutut (popliteal), untuk menentukan tinggi sofa.
Diket :
 Tinggi lipat lutut (popliteal) = 403 mm
 SD = 26 mm
5% : 403 – 1,645 x 26 = 360mm (36cm)
10% : 403 – 1,280 x 26 = 370mm (37cm)
50% : 403 – 0 x 26 = 403mm (40cm)
90% : 403 + 1,280 x 26 = 436mm (44cm)
95% : 403 + 1,645 x 26 = 446mm (45cm)
99% : 403 + 2,235 x 26 = 461mm (46cm)

B. Smart Table
1. Tinggi lutut pada saat duduk , untuk menentukan tinggi meja.
Diket:
 Rata-rata tinggi lutut = 496mm
 SD = 29mm
5% : 496 – 1,645 x 29 = 448mm (45cm)
10% : 496 – 1,280 x 29 = 458mm (46cm)
50% : 496 – 0 x 29 = 496mm (50cm)
90% : 496 + 1,280 x 29 = 533mm (53cm)
95% : 496 + 1,645 x 29 = 544mm (54cm)
99% : 496 + 2,235 x 29 = 561mm (56cm)
2. Jarak jangkauan genggam kedepan, untuk menentukan luas jangkauan tangan pada saat
duduk dan akan digunakan untuk menentukan luas permukaan meja (p x l).
 jarak genggam tangan (grip) ke punggung pada posisi tangan kedepan rata-rata =
708mm
 tebal perut rata-rata = 228mm
 nilai V tebal tubuh = 8,8mm

XF : 708 - 228 = 480mm


SD : 8,8/100 x 480 = 42mm
5% : 480 - 1,645 x 42 = 411mm (41cm)
10% : 480 – 1,280 x 42 = 426mm (43cm)
50% : 480 – 0 x 42 = 480mm (48cm)
90% : 480 + 1,280 x 42 = 534mm (53cm)
95% : 480 + 1,645 x 42 = 550mm (55cm)
99% : 480 + 2,325 x 42 = 578mm (58cm)
3.Jarak bentang ujung jari tangan kanan ke kiri , untuk memperkirakan panjang dari meja
Jarak bentang dari ujung jari tangan kanan ke kiri :
Diket :
 Rata-rata = 1663mm
 SD = 87mm
5% : 1663 – 1,645 x 87 = 1520mm (152cm)
10% : 1663 – 1,280 x 87 = 1552mm (155cm)
50% : 1663 – 0 x 87 = 1663mm (166cm)
90% : 1663 + 1,280 x 87 = 1774mm (177cm)
95% : 1663 + 1,645 x 87 = 1806mm (181cm)
99% : 1663 + 2,235 x 87 = 1857mm (186cm)
4. Tinggi mata pada posisi duduk, untuk memperkirakan jangkauan garis pandang.
Diket :
 Rata-rata tinggi mata pada posisi duduk = 749mm
 SD = 33mm
5% : 749 – 1,645 x 33 = 695mm (69cm)
10% : 749 – 1,280 x 33 = 707mm (71cm)
50% : 749 – 0 x 33 = 749mm (75cm)
90% : 749 + 1,280 x 33 = 791mm (79cm)
95% : 749 + 1,645 x 33 = 803mm (80cm)
99% : 749 + 2,235 x 33 = 823mm (82cm)
5. Panjang paha posisi duduk (perhitungan dari depan perut ke lutut :
Diket :
 Jarak dari pantat ke lutut = 545mm
 Tebal perut = 228
 Nilai v tebal tubuh = 8,8
XF : 545 – 228 = 317mm
SD : 8,8/100 x 317 = 27,9mm (28mm)
5% : 317 – 1,645 x 28 = 271mm (27cm)
10% : 317 – 1,280 x 28 = 281mm (28cm)
50% : 317 – 0 x 28 = 317mm (32cm)
90% : 317 + 1,280 x 28 = 353mm (35cm)
95% : 317 + 1,645 x 28 = 363mm (36cm)
99% : 317 + 2,325 x 28 = 382mm (38cm)

Untuk menentukan tinggi sandaran sofa ergonomis, dapat dilihat data antropometri
tubuh Indonesia untuk membuat sandaran sofa ergonomis yang terasa nyaman di punggung
bagi pengguna sofa. Cara mengukurnya adalah Anda mengambil data antropometrik tentang
tinggi bahu Anda saat duduk dari mana Anda bisa mendapatkan ukuran yang tepat untuk
bagian belakang sofa. Berdasarkan data antropometri tinggi bahu duduk 572mm dengan S.D.
30mm dapat ditentukan ukuran sandaran sofa yang sesuai, hasil untuk menentukan tinggi
sandaran sofa P5 adalah 52cm. Berdasarkan tata letak tersebut, tinggi sandaran sofa adalah 38
cm dan tinggi bantal adalah 48 cm. Hal ini didasarkan pada berat badan pengguna sehingga
ukuran sandaran punggung ergonomis dan sesuai dengan data antropometri tubuh Indonesia.
Menentukan panjang sofa yang tepat dan nyaman dapat diukur dengan data
antropometri, jarak antara lutut (pergelangan kaki) dan bokong, sehingga dapat menentukan
ukuran yang tepat. Untuk pengukuran, Anda bisa mendapatkan data antropometrik dari
lekukan lutut (popliteal) hingga bokong, sehingga Anda bisa mendapatkan ukuran yang tepat
untuk panjang sofa. Berdasarkan data antropometri jarak antara lutut (popliteus) dan bokong
450 mm dengan S.D 27 mm, dapat ditentukan panjang sofa yang sesuai dan hasil penentuan
panjang sofa dengan P90 adalah 48 cm. Menurut peraturan ini, panjang kursi adalah 60 cm
dikurangi panjang bantal 12 cm, sehingga ukuran bantalan kursi adalah 48 cm sehingga
ukurannya sesuai dengan standar kenyamanan dan kemudahan.
Penentuan tinggi sofa didasarkan pada hasil perhitungan anthropometri tinggi lipat
lutut (popliteal) dengan P95 adalah 45 cm. Untuk itu tinggi sofa dibuat dengan tinggi 45 cm
sehingga kaki bisa terasa nyaman.
Untuk menentukan ketinggian meja pintar sesuai dengan ukuran sofa, dapat diukur
dengan data antropometrik ketinggian lipatan lutut (popliteal) sehingga dapat diukur
ketinggian meja pintar dan cocok untuk Anda. ketinggian sofa. Sedangkan untuk
pengukurannya sendiri berdasarkan data antropometri pada lutut (popliteal ) 403 mm dengan
S.D. 26 mm dapat menentukan tinggi meja pintar yang sesuai dan alhasil untuk menentukan
panjang sofa dengan P95 adalah 54cm. Berdasarkan tata letak ini, tinggi meja pintar adalah
55 cm.
Untuk menentukan letak smart table didasarkan pada hasil perhitungan anthropometri
jarak jangkauan genggam kedepan. Jarak jangkauan genggam kedepan yaitu guna untuk
memperkirakan letak smart table. Dan untuk pengamilan data anthropometri tersebut,
digunakan untuk meletakan smart table biar tidak kejauhan dari kursi sofa maupun terlalu
dekat dengan sofa. Berdasarkan data anthropometri ini pada jangkauan genggam ke depan
P99 adalah 59 cm sedangkan jangkauan maksimal tangan bisa di ibaratkan paha ke lutut
dengan P99 adalah 38 cm jadi Jarak yang bisa di jangkau oleh tangan 59 cm +38 cm = 97 cm.
Untuk jarak antara smart table dan sofa bisa di asumsikan dengan jangkauan maksimal paha
ke lutut dengan P99 adalah 38 cm sebagai jarak Antara sofa dan meja. Jadi dengan jarak
smart table dan sofa 38 cm di tambah ukuran lebar smart table yaitu 60 cm jadi totalnya 98
cm sehingga masih bisa menggapai benda yang berada di meja.
Untuk menentukan jangkauan pada panjang smart table disini menggunakan data
anthropometri jarak bentang dari ujung jari tangan kanan ke kiri dan jarak jangkauan
genggam kesamping. Untuk pengukurannya sendiri dapat di ambil data athropometri pada
tabel 2.3 jarak bentang dari ujung jari tangan kanan ke kiri sebesar 1663 mm dan S.D 87 mm
maka dapat menentukan jarak bentang dari ujung jari tangan kanan ke kiri dengan P5 yaitu
sebesar 152 cm dan jarak jangkauan genggam P99 sebesar 58 cm. Dari data yang di peroleh
tersebut Panjang smart table adalah 110 cm jika pengguna posisi duduk ada di tengah
sehingga dengan Panjang 110 cm pengguna dapat menjangkau barang di meja dengan
mudah.
Konsep produk merupakan gambaran singkat bagaimana produk memenuhi
kebutuhan pelanggan. Proses penyusunan konsep dimulai dengan serangkaian kebutuhan
pelanggan dan spesifikasi target, dan diakhiri dengan terciptanya beberapa konsep produk
sebagai sebuah pilihan akhir. Konsep – konsep ini lebih mengarah pada desain produk
furniture kontemporer. Pada prinsipnya beberapa desain produk furnitur kontemporer akan
berpengaruh pada kepuasan pelanggan dan mempengaruhi pergerakan dimensi tubuh
manusia. Oleh karena itu tiga konsep pada gambar berikut akan dijadikan sebagai refrensi.

Gambar Konsep Desain Furnitur Kontemporer


Pada gambar terdapat tiga gambar konsep yang saling memiliki perbedaan bahwasanya
konsep A memiliki model mengelilingi meja penuh dengan bentuk sofa seperti huruf “L”
pada sisi kanan dan kiri, konsep B berbentuk sofa lurus Panjang dengan tambahan sofa kecil
disamping dan konsep C memiliki bentuk “L” tengkurap dengan tambahan sofa kecil
disampingnya.
Dalam menetapkan arsitektur produk konsep C sangat diperlukan pemahaman
mengenai kondisi dan fungsi produk, fungsi – fungsi komponen secara garis besar
digambarkan skema produk seperti pada gambar di bawah ini.

Furnitur Kontemporer
Over all function
Supporting Sub function Komponen Fungsi

Memutar Tayangan
Smart LED TV
Hiburan

Amplifier (Bluetooth) Bluetooth


Koneksi Smart TV

Mengeluarkan Suara
Speaker 6,5 inc

Koneksi Pengisi
Stop kontak Daya

Pemyimpan
Storage
Barang
Setelah diketahui arsitektur produk yang ada kemudian diteruskan dengan pembuatan
konsep yaitu dengan mengkombinasikan antara fungsi yang ada. Setelah konsep didapatkan
selanjutnya ke proses berikutnya penggambaran 2 dimesinya dengan ukuran masing furniture
yang telah diseuaikan ukurannya apa sudah sesuai dengan ergonomic atau anthropometri
tubuh manusia. Pengukuran sudah sesuai dengan standar – standar tubuh manusia. Dari
arsitektur produk yang telah dilakukan didapatkan konsep-konsep Desain Sofa sebagai berikut:
Gambar Desain Smart Table

Realisasi produk berlangsung melalui berbagai proses atau operasional kerja, semua
proses atau tahapan sangat dibutuhkan untuk merealisasikan sebuah produk. Hal ini
bergantung pada kebutuhan konsumen atau permintaan konsumen. Berikut hasil realisasi
produk yang dikembangkan dan dapat dilihat pada gambar dibawah ini.

Gambar 3D Produk
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Furnitur kontemporer ini dirancang secara ergonomis untuk mencapai ukuran
furnitur yang nyaman bagi pengguna. Furnitur ini didesain sebagai furnitur modern, yang
memiliki beberapa keistimewaan yang membedakan satu sama lain sehingga
memberikan kesan sebuah furnitur masa depan. Meja tamu berbentuk unik, multifungsi
dan praktis untuk digunakan, menjadikannya salah satu desain meja tamu yang paling
dibutuhkan masyarakat. Menggunakan meja bergaya multi fungsi sebagai lebih dari
sekadar tempat untuk minuman dan makanan pasti akan menghadirkan kenyamanan dan
pengalaman berbeda saat menerima tamu.
Selain itu, kabinet ini juga dilengkapi dengan smart TV 32 inci dengan sistem
Android, amplifier (Bluetooth) untuk mengirimkan suara smart TV ke speaker tanpa
menggunakan kabel, speaker 6,5 inci dan soket listrik. Mungkin dalam perancangan
produk smart tableop ini masih banyak kekurangan baik dari segi desain maupun fungsi
lainnya yang belum dioptimalkan, semoga dapat ditingkatkan dan dikembangkan
kembali menjadi produk yang sangat minimalis dan serbaguna. desain produk.
3.2 Saran
Produk furniture ini mengusung tema kekinian, sehingga tidak bertahan lama
dari segi desain, untuk mengatasi hal tersebut semoga kedepannya ada perkembangan
model yang lebih cantik atau model yang paling trendy saat ini. Pemilihan bahan kayu
juga sangat penting, untuk barang indoor atau outdoor sebaiknya menggunakan kayu
mahoni, dan untuk outdoor lebih diutamakan kayu jati. Target pemasaran furniture
kekinian adalah kalangan menengah ke atas karena biaya produksi ke depan cukup mahal
dan kami berharap mahasiswa dapat menyasar kalangan menengah ke bawah tentunya
dengan biaya murah dan harga terjangkau.

DAFTAR PUSTAKA
Alexi M., 2017, Pengaruh Brand Image dan Product design Terhadap Purchase Decision dan
Repurchase Intention Pada Produk Sepatu Futsal Merk Specs Di Kota Pekan Baru,
Vol 4 No.1.
Ansah A., 2017, Pengaruh Desain Produk, Promosi, Dan Citra Merek Terhadap Keputusan
Pembelian, Amwaluna, Vol. 1 No.2
Azismadkk., 2015, Pengembangan Set Meja Belajar dan Kursi Semi Otomatis yang ter-
Integrasi Melalui Pendekatan Ergonomi Sebagai Rekomendasi Pencegahan Gangguan
CTDs (Cumulative Trauma Disorder Syndrome).
Faiz Abdurrahman dkk., 2015 Pengaruh Desain Produk Dan Proses industry Didalam PT.
SINAR SOSRO\
Hasimjaya J., Wibowo M., Wondo D., 2017, Kajian Anthropometri Dan Ergonomi Desain
Mebel Pendidikan Anak Usia Dini 3-4 tahun Disiwalan Kerto, Jurnal Intra Vol 5 No.2
Listyawati I. H., 2016, Peran Penting Promosi Dan Desain Produk Dalam Membangun Minat
Beli Konsumen, JBMA Vol III No.1.
Ngaliman B., Yanto., 2017, Ergonomi : Studi Waktu dan Gerakan untuk Analisa dan
Perbaikan Kerja
Nurmianto E.,2005, Ergonomi, Konsep Dasar dan Aplikasinya, Edisi Kedua.
Nursalim A.,Pawitan Z.,Suprianto U., 2015, Furniture Design Laboratory of Arts Education.
Yamin S., 2017, Perancangan Mebel Multifungsi Untuk Apartement Tipe Studio, Jurnal Intra
Vol 5 No.2
Batan I M. L., Desain Produk, Edisi Pertama, Guna Widya, Surabaya.
Coluci, M. Z. O., 2012. Measurement Instruments for Ergonomics Surveys – Methodological
Guidelines, dalam Nunes, Isabel L(ed), Ergonomics, A Syestems Approach, InTech,
Croatia.
Hernowo, 2013. Perancangan Ulang Alat Pemeras Madu Berdasarkan Data Antropometri,
Jurusan Teknik Industri UIN SUSKA, Riau.
Harsokoesoemo, H.D., 2004, Pengantar Perancangan Teknik (Perancangan Produk), Edisi
kedua, Institut Teknologi Bandung, Bandung.
Hurst, K. S., 1999. Prinsip-prinsip Perancangan Teknik. Diterjemahkan oleh : Refina
Indriasari. Jakarta: Erlangga.
Husni, M., 2013. Perancangan Lemari Alat Perkuliahan Yang Ergonomis, Jurusan Teknik
Industri UPN Veteran, Jawa Timur
Nurmianto, E., 1996. Ergonomi, Konsep Dasar Dan Aplikasinya, Institut Sepuluh Nopember,
Surabaya.
Panero, J. & Zelnik, M., 1979. Dimensi Manusia dan Ruang Interior. Diterjemahkan oleh :
Djoeliana Kurniawan. Jakarta: Erlangga.
Pulat, B.M., 1992. Fundamentals of Industrial Ergonomic. AT&T Network System.
Oklahoma
Purnomo, H., 2012. Antropometri dan Aplikasinya, Graha Ilmu, Yogyakarta
Stanton, N., 2005. Handbook of Human Factors and Ergonomics Methods, CRC Press,
Washington, D.C
Sutalaksana, I. Z., Ruhana A. & John H. T., 1979. Teknik Tata Cara Kerja, Jurusan Teknik
Industri ITB, Bandung.
Wignjosoebroto, S., 2003. Pengantar Teknik dan Manajemen Industri, Prima Printing,
Surabaya.
Oentoro, Kristian (2019). Pengembangan Desain Toko Set Gerabah Kontemporer Berbasis
Budaya Lokal di Kabupaten Bojonegoro. Jurnal Desain Produk (Pengetahuan dan
Perancangan Produk). Volume 3 No 6, halaman 189- 196
Ulrich, K.T. dan Eppinger, S.D. (2012). Product Design and Development. New York: Mc.
Graw Hil
Antropometri Indonesia. (2013) Dimensi Tubuh [online]. diakses dari:
http://antropometriindonesia.org/index.php
Muharmi, Ike & Herto Dwi Ariesyadi. (-). Penilaian Ergonomi Terhadap Beban Dan Posisi
Kerja Manual Material Handling Di Departemen Maintenance Support Service.
Jurnal: Fakultas Teknik Sipil Dan Lingkungan Institute Teknologi Bandung.
Kristanto, A., Saputra, D. A. (2011). Perancangan Meja Dan Kursi Kerja Yang Ergonomis
Pada Stasiun Kerja Pemotongan Sebagai Upaya Peningkatan Produktivitas. Jurnal
Ilmiah Teknik Industri, Vol. 10, No. 2, hlm. 85, Desember.\
Modul Antropometri. (2013). Lab PSKE. Fakultas Teknologi Industri Universitas Islam
Indonesia
Oborne, D. J. (1982). Ergonomic at Work. London: John Wiley and Sons. Ltd
Salim, P. (2014). Intervensi Ergonomi Terhadap Kenyamanan Bekerja Di Dapur Rumah
Tinggal. Humaniora. Vol. 5, No. 1.
Soenandi, I. A., Ginting, M., & Marpaung, B. (2013). Perancangan Ergonomis Tempat Tidur
Rumah Sakit. Jurnal Ilmiah Teknik Industri, vol. 1, no. 2.
Soewarno, A. (2003). Dapur Rumah Tinggal yang Ergonomis bagi Penghuninya. Jurnal
Fakultas Teknik Program Studi Arsitektur Universitas Udayana.

Anda mungkin juga menyukai