Anda di halaman 1dari 18

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA FISIKA

PENENTUAN KELARUTAN ELEKTROLIT SECARA


KONDUKTROMETRI

OLEH
KELOMPOK 1
KELAS B

1. Bangkit Swadi Iwara (1507117762)


2. Hardianti Afriani (1507121075)
3. Ivan Fadillah (1507117723)
4. Rahmah Nabilah (1507113632)
5. Tri Lusi Lisa Dila (1507113749)

PROGRAM STUDI SARJANA TEKNIK KIMIA S1


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS RIAU
2016
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Tujuan Percobaan


1. Menentukan konsentrasi asam basa secara konduktometri
2. Menetukan konstanta sel konduktansi
3. Menentukan kelarutan AgCl secara konduktometri

1.2 Dasar Teori


Titrasi konduktometri merupakan salah satu dari sekian banyak macam –
macam titrasi. Di dalam titrasi konduktometri ini tidak terlalu berbeda jauh dari
titrasi – titrasi yang lainya, yang membedakan biasanya hanya terdapat bagaimana
cara untuk mengetahui titik ekivalen dari larutan itu. Titik ekivalen dapat kita
ketahui dari daya hantar dari larutan yang kita ukur, jika daya hantar sudah
konstan berarti titrasi sudah mencapai ekivalen dan titrasi ini juga tidak perlu
menggunakan indikator (Khopkar, 2003).
1.2.1 Konduktometri
Konduktometri merupakan prosedur titrasi, sedangkan konduktansi
bukanlah prosedur titrasi. Metode konduktansi dapat digunakan untuk mengikuti
reaksi titrasi jika perbedaan antara konduktansi cukup besar sebelum dan sesudah
penambahan reagen. Tetapan sel harus diketahui. Berarti selama pengukuran yang
berturut-turut jarak elektroda harus tetap. Hantaran sebanding dengan konsentrasi
larutan pada temperatur tetap, tetapi pengenceran akan menyebabkan hantarannya
tidak berfungsi secara linear lagi dengan konsentrasi (Khopkar, 2003).
Konduktometri merupakan metode analisis kimia berdasarkan daya hantar
listrik suatu larutan. Daya hantar listrik (G) suatu larutan bergantung pada jenis
dan konsentrasi ion di dalam larutan. Daya hantar listrik berhubungan dengan
pergerakan suatu ion di dalam larutan ion yang mudah bergerak mempunyai daya
hantar listrik yang besar. Daya hantar listrik (G) merupakan kebalikan dari
tahanan (R), sehingga daya hantar listrik mempunyai satuan ohm -1 (Khopkar,
2003).
Bila arus listrik dialirkan dalam suatu larutan mempunyai dua elektroda,
maka daya hantar listrik (G) berbanding lurus dengan luas permukaan elektroda
(A) dan berbanding terbalik dengan jarak kedua elektroda
G = l/R = k (A / l)......................................................................................(1)
dimana k adalah daya hantar jenis dalam satuan ohm-1 cm-1. Daya Hantar Ekivalen
(Equivalen Conductance) . Kemampuan suatu zat terlarut untuk menghantarkan
arus listrik disebut daya hantar ekivalen (^) yang didefinisikan sebagai daya
hantar satu gram ekivalen zat terlarut di antara dua elektroda dengan jarak kedua
elektroda 1 cm (Khopkar,2003).
Yang dimaksud dengan berat ekuivalen adalah berat molekul dibagi
jumlah muatan positif atau negatif. Contoh berat ekivalen BaCl 2 adalah BM BaCl2
dibagi dua. Volume larutan (cm3) yang mengandung satu gram
ekivalen zat terlarut diberikan oleh:
V = 100 / C................................................................................................(2)
dengan C adalah konsentrasi (ekivalen per cm3), bilangan 1000 menunjukkan 1
liter = 1000 cm3. Volume dapat juga dinyatakan sebagai hasil kali luas (A) dan
jarak kedua elektroda (1).
V= l A........................................................................................................(3)
dengan l sama dengan 1 cm .
V = A = 100 / C.........................................................................................(4)
Substitusi persamaan ini ke dalam persamaan G diperoleh,
G = 1/R = 1000k/C....................................................................................(5)
Daya hantar ekivalen (^) akan sama dengan daya hantar listrik (G) bila 1 gram
ekivalen larutan terdapat di antara dua elektroda dengan jarak 1 cm.^ = 1000k/C
Daya hantar ekivalen pada larutan encer diberi simbol yang harganya tertentu
untuk setiap ion (Khopkar, 1990).

1.2.2 Konduktivitas (Hantaran)


Konduktivitas suatu larutan elektrolit, pada setiap temperatur hanya
bergantung pada ion-ion yang ada, dan konsentrasi ion-ion tersebut. Ini sebagian
besar disebabkan oleh berkurangnya efek-efek antar – ionik untuk elektrolit
elektrolit kuat dan oleh kenaikan derajat disosiasi untuk elektrolit – elektrolit
lemah (Basset, 1994).
Untuk mengukur konduktivitas suatu larutan, larutan ditaruh dalam sebuah
sel, yang tetapan selnya telah ditetapkan dengan kalibrasi dengan suatu larutan
yang konduktivitasnya diketahui dengan tepat, misal, suatu larutan kalium klorida
standar. Sel ditaruh dalam satu lengan dari rangkaian jembatan Wheatstone dan
resistansnya diukur. Bila konsentrasi dinyatakan dalam normalitas, maka harus
dikalikan faktor 1000. nilai d/a =S merupakan faktor geometri selnya dan
nilainya konstan untuk suatu sel tertentu sehingga disebut tetapan sel
(Basset,1994).
Konduktivitas suatu larutan elektrolit pada setiap temperatur hanya
bergantung pada ion-ion yang ada, dan konsentrasi ion-ion tersebut. Bila larutan
suatu elektrolit diencerkan, konduktivitas akan turun karena lebih sedikit ion
berada per cm3 larutan untuk membawa arus. Jika semua larutan itu ditaruh antara
dua elektrode yang terpisah 1 cm satu sama lain dan cukup besar untuk mencakup
seluruh larutan (Basset, 1994).
Konduktansi akan naik selagi larutan diencerkan. Ini sebagian besar
disebabkan oleh berkurangnya efek - efek antar - ionik untuk elektrolit-elektrolit
kuat oleh kenaikan derajat disosiasi untuk elektrolit - elektrolit lemah. Metode
konduktansi dapat digunakan untuk mengikuti reaksi titrasi jika perbedaan antara
konduktansi cukup besar sebelum dan sesudah penambahan
reagen (Khopkar, 1990).
Menurut hukum Ohm I = E / R, dimana I adalah arus dalam ampere, E
adalah tegangan dalam volt, dan R adalah tahanan dalam ohm. Hukum ini berlaku
bila difusi dan reaksi elektroda tidak terjadi. Konduktansi sendiri didefinisikan
sebagai kebalikan dari tahanan sehingga I = EL. Satuan dari hantaran
(konduktansi) adalah mho (Khopkar, 1990).

1.2.2.1 Konduktivitas Elektrik


Pengukuran konduktivitas elektrik adalah penentuan konduktivitas spesifik
dari larutan. Konduktivitas spesifik adalah kebalikan dari tahanan untuk 1 cm
larutan. Pemakaian cara untuk pengukuran ini antara lain mendeteksi pengotoran
air karena zeolit atau zat kimia, seperti limbah industri, pengolahan air bersih dan
lain-lain. Karena ada relevansi antara konduktivitas dengan konsentrasi suatu
larutan, maka untuk menentukan konsentrasi larutan dapat dilakukan dengan cara
mengukur konduktivitas larutan tersebut (Sinaga, 2010).
Dalam hal itu hubungan antara konsentrasi dan konduktivitas larutan telah
ditentukan larutan asam, basa dan garam dikenal sebagai elektrolit yang dapat
menghantarkan arus listrik atau disebut konduktor listrik. Konduktivitas listrik
ditentukan oleh sifat elektrolit suatu larutan, konsentrasi dan suhu larutan.
Pengukuran konduktivitas suatu larutan dapat dilakukan dengan pengukuran
konsentrasi larutan tersebut, yang dinyatakan dengan persen dari berat, part per
million (ppm) atau satuan lainnya (Sinaga, 2010).
Jika harga konduktivitas dari bermacam konsentrasi larutan elektrolit
diketahui, maka untuk menentukan konsentrasi larutan tersebut dapat dilakukan
dengan mengalirkan arus melalui larutan dan mengukur resistivitas atau
konduktivitasnya. Elemen pertama pada pengukuran konduktivitas listrik
berbentuk konduktivitas sel yang terdiri atas sepasang elektroda yang luas
permukaannya ditetapkan dengan teliti. Konduktivitas yang diukur dengan sel
konduktivitas dinyatakan dengan rumus:
k=C1/A......................................................................................................(6)
Dimana: k = konduktivitas (mho/cm)
C = konduktansi (mho)
A = Luas elektroda (cm)
l = Jarak antara elektroda (cm)
dari persamaan (6) suatu konduktansi dengan nilai mho dapat dinyatakan sebagai
kemampuan hantar dari zat cair sebesar 1 cm 3 untuk arus 1 ampere dengan
tegangan 1 volt. Jika arus yang dapat dihantarkan lebih besar lagi, maka
konduktansinya lebih besar pula. Jika pada suatu resistor dialirkan arus yang
membesar, maka tahanan atau resistansinya akan mengecil. Hal ini berarti bahwa
konduktivitas adalah kebalikan dari dari resistansi, mho = 1/ohm (Nugroho,
2010).
Dalam satuan Sistem Internasional (SI), satuan mho diganti dengan
Siemens. Untuk suatu konduktivitas, mho/cm sama dengan mikro siemens per
centimeter (μS/cm). Namun karena pada SI satuan panjang yang digunakan adalah
dalam satuan meter maka satuan konduktivitas adalah mikro siemens per meter,
μS/cm = 100 S/m. Pada peralatan ukur konduktivitas di industri, luas permukaan
elektroda dapat lebih ataupun kurang dari 1 cm dan jaraknya dapat lebih jauh
ataupun lebih dekat dari 1 cm (Nugroho, 2010).
Hubungan satuan antara elektroda - elektroda dengan sel konduktivitas
standar disebut dengan konstanta sel (K). Hal itu dapat diturunkan dengan
persamaan :
k=C1/A......................................................................................................(7)
C=k/1/A.....................................................................................................(8)
Jarak l dan A besarnya tetap, sehingga l/A merupakan tetapan yang disebut
sebagai konstanta sel. Jika l/A = F, maka C=K/F. F adalah konstanta sel dengan
satuan 1/cm atau cm-1. Konstanta sel berkisar antara 0,01 sampai 100 untuk sel
konduktivitas (Sinaga, 2010).

1.2.3 Elektrolit kuat dan Elektrolit Lemah


Daya hantar listrik larutan elektrolit bergantung pada jenis dan
konsentrasinya. Beberapa larutan elektrolit dapat menghantarkan arus listrik
dengan baik meskipun konsentrasinya kecil, larutan ini dinamakan elektrolit kuat.
Sedangkan larutan elektrolit yang mempunyai daya hantar lemah meskipun
konsentrasinya tinggi dinamakan elektrolit lemah (Sinaga, 2010).

1.2.4 Pengukuran Daya Hantar Listrik


Pengukuran daya hantar memerlukan sumber listrik, sel untuk menyimpan
larutan dan jembatan (rangkaian elektronik) untuk mengukur tahanan larutan.
1. Sumber listrik
Hantaran arus DC (misal arus yang berasal dari baterai) melalui larutan
merupakan proses faradai, yaitu oksidasi dan reduksi terjadi pada kedua
elektroda. Sedangkan arus AC tidak memerlukan reaksi elektro kimia pada
elektroda-elektrodanya, dalam hal ini aliran arus listrik bukan akibat
proses Faraday.
2. Tahanan Jembatan
Jembatan Wheatstone merupakan jenis alat yang digunakan untuk
pengukuran daya hantar.
3. Sel
Salah satu bagian konduktometer adalah sel yang terdiri dari sepasang
elektroda yang terbuat dari bahan yang sama. Biasanya elektroda berupa
logam yang dilapisi logam platina untuk menambah efektifitas permukaan
elektroda.
BAB II
METODOLOGI PERCOBAAN

1.1 Alat-alat yang digunakan


1. Konduktometer + elektroda 6. Labu Ukur 100 mL
2. Gelas piala 400 mL 7. Erlemeyer 100 mL
3. Pipet Takar 10 mL 8. Gelas Ukur 10 mL
4. Buret 50 mL 9. Corong
5. Klem 10. Statif

1.2 Bahan-bahan yang digunakan


1. HCl 0,1 N
2. NaOH 0,1 N
3. AgNO3 0,1 N
4. KCl 0,1 N
5. Asam Oksalat 0,1 N
6. NH4NO3 0,1 N
7. Aquades

2.3 Prosedur
2.3.1 Persiapan Larutan
a. Larutan AgNO3 0,01 N; KCl 0,01 N; NH 4NO3 0,01 N; disiapkan masing-
masing 100 mL dengan cara pengenceran dari larutan induk yang tersedia

2.3.2 Titrasi Asam Basa Secara Konduktometri


a. 10 mL HCl 0,1 N di pipet ke dalam gelas piala, diencerkan dengan 100
mL aquades
b. Tahanan larutan HCl diukur dengan mencelupkan elektroda
konduktometer
c. Lalu dititrasi dengan larutan NaOH 0,1 N. Pada penambahan 5 mL
pertama, tiap kali penambahan digunakan 1 mL NaOH, kemudian 0,5 mL
NaOH sampai volume penambahan 15 mL. Penambahan selanjutnya 1 mL
sampai volume sekitar 20 mL. Setiap kali penambahan NaOH, tahanan
larutan diukur

2.3.3 Menentukan Kelarutan AgCl secara konduktometri


a. Larutan AgCl jenuh dibuat dengan mereaksikan 5 mL AgNO 3 0,1 N
dengan 10 mL HCl 0,1 N dalam gelas piala. Endapan AgCl yang terbentuk
disaring dan dicuci sampai bebas asam
b. Endapan AgCl dilarutkan sampai menghasilkan larutan jenuh
c. tahanan dari KCl 0,1 N; 0,01 N; NH 4NO3 0,01 N; AGNO3 0.01 N; AgCl
jenuh dan aquades diukur
d. Pengukuran / percobaan dilakukan triplo

2.4 Pengamatan
Tabel 2.4.1 Hasil pengamatan
Prosedur Perlakuan Pengamatan
2.3.1 Pengenceran larutan AgNO3, Larutan berwarna bening
KCl dan NH4NO3 0,01N
2.3.2 10 mL HCl 0,1 N + 100 mL Larutan berwarna bening
aquades
Tahanan awal larutan diukur Didapat 6008,8
Dititrasi dengan NaOH, Larutan berwarna bening,
tahanan tiap penambahan tahanan;
diukur
1 mL 5870
1 mL 5597
1 mL 5277
1 mL 4886
1 mL 4503
0,5 mL 4364
0,5 mL 4081
0,5 mL 3949
0,5 mL 3526
0,5 mL 3452
0,5 mL 3313
0,5 mL 3186
0,5 mL 3066
0,5 mL 2875
0,5 mL 2740
0,5 mL 2568
0,5 mL 2484
0,5 mL 2343
0,5 mL 2186
0,5 mL 2046
0,5 mL 1906
0,5 mL 1783
0,5 mL 1612
0,5 mL 1414
0,5 mL 1468
1 mL 1524
1 mL 1664
1 mL 1860
1 mL 2097
1 mL 2225
2.3.3 5 mL AgNO3 + 10 mL HCl Larutan berwarna bening
0,1 N keunguan dengan endapan
putih
Penjenuhan endapan AgCl Terbentuk larutan putih
keruh
Tahanan KCl, NH4NO3, Masing – masing hasilnya
AgNO3, AgCl jenuh dan antara lain:
aquades diukur
KCl 0,1 N 7697; 8007; 7981
KCl 0,01 N 748; 714; 731
NH4NO3 0,01 N 1302; 1281; 1210
AgNO3 0,01 N 1039; 1122; 1007
AgCl jenuh 5623; 5730; 5262
Aquades 120; 62; 60

BAB III
HASIL DAN DISKUSI

3.1 Hasil Pengamatan


3.1.1 Titrasi Asam Basa secara Konduktometri
Tabel 3.1.1 Hasil pengamatan pengukuran Tahanan titrasi asam basa
Volume NaOH yang terpakai Tahanan Larutan (µs/cm)
0 mL 6008,8
1 mL 5870
1 mL 5597
1 mL 5277
1 mL 4886
1 mL 4503
0,5 mL 4364
0,5 mL 4081
0,5 mL 3949
0,5 mL 3526
0,5 mL 3452
0,5 mL 3313
0,5 mL 3186
0,5 mL 3066
0,5 mL 2875
0,5 mL 2740
0,5 mL 2568
0,5 mL 2484
0,5 mL 2343
0,5 mL 2186
0,5 mL 2046
0,5 mL 1906
0,5 mL 1783
0,5 mL 1612
0,5 mL 1414
0,5 mL 1468
1 mL 1524
1 mL 1664
1 mL 1860
1 mL 2097
1 mL 2225

3.1.2 Menentukan Kelarutan AgCl secara Konduktometri


Tabel 3.2.1 Hasil pengamatan pengukuran Tahanan Larutan
Larutan Tahanan Larutan (µs/cm)
KCl 0,1 N 7697
8007
7081
KCl 0,01 N 748
714
731
NH4NO3 1302
1281
1210
AgNO3 0,01 N 1039
1122
1007
AgCl jenuh 5623
5730
5262
Aquades 120
62
60
3.2 Diskusi
3.2.1 Titrasi Asam Basa secara Konduktometri
Pada percobaan ini dilakukan titrasi konduktometri, dimana titrasi
konduktometri dapat dilakukan untuk menentukan kadar ion, dengan syarat ion
tersebut terlibat dalam reaksi kimia yang terjadi penggantian satu jenis ion dengan
ion lain yang berarti terjadi perubahan konduktivitas. Konduktivitas suatu larutan
elektrolit bergantung pada ion-ion yang ada dalam konsentrasinya. Pada
percobaan dilakukan penentuan titik ekuivalen antara asam kuat (HCl) dengan
basa kuat (NaOH) dimana kedua larutan ini merupakan penghantar listrik yang
baik. Reaksi antara titrasi HCl dengan NaOH dapat dapat ditulis sebagai berikut .

HCl +NaOH  NaCl + H2O

Pada percobaan setiap penambahan NaOH sel konduktansi dibilas dengan aquades
dengan tujuan agar alat yang digunakan bebas dari ion-ion yang menggangu serta
untuk menetralkan alat sehingga tidak dipengaruhi oleh pengukuran sebelumnya.
Sebelum ditambah dengan NaOH didalam larutan terdapat ion H + dan Cl-
yang mempunyai harga konduktivitas molarnya masing-masing. Setelah
penambahan NaOH, daya hantar terus menerus turun hal ini disebabkan pada
penambahan NaOH terjadi reaksi antara H+ dengan OH- membentuk H2O sehingga
jumlah ion H+ didalam larutan berkurang sedangkan jumlah NaOH bertambah
dumana Na+ mempunyai harga konduktivitas molar yang jauh lebih kecil dari H+
yang menyebabkan harga konduktivitas total dari larutan turun. Tetapi pada titik
akhir titrasi atau setelah titik ekuivalen, H+ dalam larutan telah bereaksi
seluruhnya dengan OH- sehingga penambahan OH- lebih lanjut akan menaikkan
harga konduktivitas total larutan karena kelebihan OH- sangat memperbesar daya
hantar yang dapat dilihat pada tabel hasil pengamatan setelah penambahan 0,5 mL
NaOH pada data ke-25, konduktivitas naik dari 1414 µs/cm menjadi 1458 µs/cm
dan terus mengalami kenaikan konduktivitas.

3.1.2 Menentukan kelarutan AgCl secara Konduktometri


Daya larut garam-garam yang sukar larut seperti AgCl dapat dicari dengan
pengukuran daya hantar. Dimana pada percobaan ini dilakukan pengukuran
dengan daya hantar pada konsentrasi dan larutan yang berbeda-beda. Pengukuran
tahanan dilakukan secara triplo atau dilakukan sebanyak 3 kali. Dimana pada
larutan KCl dengan konsentrasi 0,1 N didapatkan nilai tahanan yang dilakukan
secara triplo berturut-turut yaitu 7697 µs/cm, 8007 µs/cm dan 7081 µs/cm.
sedangkan pada pengukuran tahanan KCl 0,01 N didapatkan nilai tahanan
berturut-turut yaitu 748 µs/cm, 714 µs/cm dan 731 µs/cm. Dari pengukuran KCl
0,1 N dan KCl 0,01 N dapat diambil kesimpulan bahwa semakin besar arus dan
konsentrasi ion-ion dalam larutan maka semakin besar pula konduktivitasnya
karena larutan telah mengalami pengenceran yaitu dari KCl konsentrasi 0,1 N
menjadi KCl 0,01 N penurunan konduktivitasnya disebabkan karena lebih sedikit
ion pada per cm3 larutan untuk membawa arus.
Setiap selesai pengukuran tahanan larutan, sel konduktivitasnya dibilas
dengan aquades dengan tujuan agar alat yang digunakan bebas dari ion-ion yang
menggangu serta untuk menetralkan alat sehingga tidak dipengaruhi oleh
pengukuran sebelumnya. Kemudian dilakukan tahanan untuk larutan NH 4NO3
0,01 N didapatkan nilai tahanannya berturut-turut yaitu 1302 µs/cm, 1281 µs/cm
dan 1210 µs/cm. Selanjutnya dilakukan pengukuran tahanan untuk larutan AgNO3
0,01 N yang dilakukan secara triplo dan didapatkan nilai tahanan berturut-turut
yaitu 1039 µs/cm, 1122 µs/cm dan 1007 µs/cm. Setelah itu diukur tahanan untuk
larutan AgCl jenuh secara triplo dan didapatkan nilai tahanan berturut-turut yaitu
5623 µs/cm, 5730 µs/cm dan 5262 µs/cm. kemudian dilakukan juga pengukuran
tahanan untuk aquades secara triplo dan didapatkan besar tahanan aquades
berturut-turut yaitu 120 µs/cm, 62 µs/cm dan 60 µs/cm.
Dari percobaan dapat dilihat dari tabel hasil pengamatan dimana larutan
KCl dengan konsentrasi 0,1 N memiliki tahanan yang lebih besar dibandingkan
dengan larutan KCl 0,01 N; NH4NO3 0,01N; AgNO3 0,01 N; AgCl jenuh dan
aquades karena larutan seperti KCl 0,01 N; NH4NO3 0,01 N dan AgNO3 0,01 N
merupakan larutan yang telah diencerkan dari larutan induk yang menyebabkan
nilai konduktivitasnya menurun karena hanya sedikit ion per cm 3 larutan untuk
membawa arus.
BAB IV
PENUTUP

4.1 Kesimpulan

1. Konsentrasi asam basa secara Konduktometri didapatkan yaitu 0,12 N


2. Konstanta sel Konduktansi didapatkan yaitu 0,99951 µS/cm
3. Kelarutan AgCl secara konduktometri yaitu 985,331 × 106

4.2 Saran
1. Di dalam melakukan praktikum, praktikan diharapkan selalu memakai
alat pelindung diri
2. Praktikkan diharapkan hati-hati dan teliti dalam melakukan praktikum
DAFTAR PUSTAKA

Basset. J. 1994. Buku Ajar Vogel Kimia Analisis Kuantitatif Anorganik. Buku
Kedokteran EGC. Jakarta
Khopkar. 1990. Konsep Dasar Kimia Analitik. UI Press. Jakarta
Khopkar, S.M. 2003. Konsep Dasar Kimia Analitik Terjemahan. Edisi pertama,
UI Press. Jakarta.
Nugroho, A. 2010. Larutan Elektrolit Kimia Fisika Universitas Sumatera Utara.
Medan
Sinaga. 2010. Studi Flowmeter Magnetik. Universitas Sumatera Utara. Medan

Anda mungkin juga menyukai