Anda di halaman 1dari 29

Dampak Psikologis

Pernikahan Dini di
Usia Remaja
Psikolog Utami Trie. W. Singgih, S.Psi, M.Psi
UTAMI TRIE W. SINGGIH, M.PSI, PSIKOLOG

PENDIDIKAN
• S1 Sarjana Psikologi dari Fakultas Psikologi
UNIKA Soegijapranata Semarang , Tahun 2003 – 2007
• S2 Psikolog Klinis dari Magister Profesi Psikologi UNIKA
Soegijapranata Semarang , Tahun 2007 – 2009
Riwayat Pekerjaan

• Guru pendamping di Gitras “Gifted Children” Semarang


• Terapis di Anargya Therapy & School Semarang
• Konselor (Asisten Psikolog) di Maria Regina International School
Semarang
• Psikolog Klinis di Eka Hospital Pekanbaru
• Penulis dan Pembicara di berbagai kesempatan
Riwayat Organisasi

• Anggota Himpunan Psikologi (HIMPSI) Wiayah Riau


• Pengurus dari Dyslexia Parents Support Group (DPSG) Sumatera
• Penanggungjawab Child Development Center (CDC) Eka Hospital
Pekanbaru
• Pengurus Ikatan Psikologi Klinis (IPK) wilayah Riau
• Tim Asesor Ikatan Psikologi Klinis (IPK) Indonesia
• Anggota Pokja “ Patient and Family Education Program ” di Eka
Hospital Pekanbaru
• Anggota Pokja “ Government’s National Program ” di Eka
Hospital Pekanbaru
REMAJA

adalah Masa perkembangan setelah masa


anak-anak dan menuju masa dewasa,
yang meliputi perkembangan emosi,
fisik dan kognitif.

Istilah adolescence atau


remaja berasal dari kata
Latin (adolescere), kata
bendanya,
adolescentia yang
berarti “tumbuh” atau
“tumbuh menjadi dewasa”.
Utami T. W. Singgih, M.Psi, Psikolog
DEFINISI REMAJA

 Remaja adalah masa dimana seorang individu mengalami


peralihan dari satu tahap ke tahap berikutnya dan
mengalami perubahan baik emosi, tubuh,minat, pola
perilaku, dan jugapenuh dengan masalah-masalah.
 Remaja sangat rentan sekali mengalami masalah
psikososial, yakni masalah psikis atau kejiwaan yang
timbul sebagai akibat terjadinya perubahan sosial

Tokoh Psikologi Piaget 


• Masa remaja adalah usia dimana individu berintegrasi dengan
masyarakat dewasa,
• Usia dimana anak tidak lagi merasa dibawah tingkat orang-orang
yang lebih tua melainkan berada dalam tingkatan yang sama.

Utami T. W. Singgih, M.Psi, Psikolog


TAHAPAN PERKEMBANGAN MANUSIA

Masa Dewasa

Masa (21 tahun


keatas)
Masa Anak- Remaja
anak (2 – 12
(12-20
Tahun)
Masa Bayi
(lahir – 2
tahun)
tahun)

Periode Pranatal (sejak kehamilan –


kelahiran)

Utami T. W. Singgih, M.Psi, Psikolog


KARAKTER REMAJA
Masa peralihan
– Ditandai dengan pubertas
– Menimbulkan “ambiguitas” (anak bukan, dewasa bukan)
Perkembangan Sosial
– Masa Pencarian Identitas (menunjukkan diri, mencari jati diri dan
peran di masyarakat)
– Berkelompok  Senang melakukan kegiatan bersama teman
– Sikap : kompetisi, konformitas, mencari perhatian, menentang
aturan, menentang campur tangan orang dewasa
Perkembangan Kognisi
– Kemampuan Introspeksi dan berpikir logis
– Cara berfikir idealis, Egosentris dan Konformitas
– Cepat mengambil keputusan
Emosi (Perubahan suasana hati/mood yang drastis)
– “khas” badai & topan, Tidak Stabil, Meledak - ledak
– Ditunjukkan dengan = Cepat marah, Gelisah, Menyendiri, Cemas,
Sentimen, Nervous
– Masa tidak realistis (memandang sesuai yang diinginkan bukan apa
adanya)
Utami T. W. Singgih, M.Psi, Psikolog
PERKEMBANGAN FISIK REMAJA
 Pada saat memasuki masa pubertas, ia mengalami perubahan
yang sangat pesat, perubahan perilaku, sikap, emosi dan minat.
 Pubertas menjadikan seorang anak tiba-tiba memiliki
kemampuan untuk bereproduksi.

PEREMPUAN LAKI-LAKI

• Awal perubahan suara


• Menstruasi pertama • Pertumbuhan badan yang
• Pertumbuhan badan yang mencolok (badan menjadi tinggi,
mencolok (badan menjadi anggota badan menjadi panjang)
tinggi, anggota badan • Testis (buah pelir) membesar
menjadi panjang) • Tumbuh bulu di kemaluan, ketiak
• Pertumbuhan payudara dan di dada
• Menstruasi • Ejakulasi (keluarnya air mani)
• Tumbuh bulu di kemaluan • Akhir perubahan suara
dan di ketiak • Rambut-rambut di wajah
Utami T. W. Singgih, M.Psi, Psikolog bertambah tebal dan gelap
PERKEMBANGAN MORAL DAN RELIGI

 Moral merupakan suatu kebutuhan tersendiri karena mereka


membutuhkan Pedoman atau Petunjuk untuk menumbuhkan Identitas
Dirinya, menuju kepribadian matang dan menghindarkan diri dari
konflik - konflik peran yang selalu terjadi dalam masa transisi ini.
 Di Indonesia salah satu moral yang penting adalah Agama
 Agama bisa merupakan salah satu faktor pengendali terhadap tingkah laku
remaja, baik-buruk secara psikologis seperti sopan-santun, tata krama, dan
norma-norma masyarakat lain.
 Agama dapat menstabilkan tingkah laku dan bisa menerangkan mengapa
dan untuk apa seseorang berada di dunia.
 Agama menawarkan perlindungan dan rasa aman, khususnya bagi remaja
yang sedang mencari eksistensi dirinya.

Utami T. W. Singgih, M.Psi, Psikolog


Pergaulan Remaja saat ini …???

Pergaulan mempunyai pengaruh yang besar dalam


pembentukan kepribadian seseorang.
Pergaulan yang dilakukan itu akan mencerminkan
kepribadiannya, baik pergaulan yang positif maupun
pergaulan yang negatif.

Utami T. W. Singgih, M.Psi, Psikolog


DAMPAK

Dampak Pergaulan Positif Dampak Pergaulan Negatif

• Hilangnya semangat belajar dan cenderung


• Lebih mengenal nilai-nilai dan norma malas dan menyukai hal-hal yang melanggar
sosial yang berlaku norma sosial
• Lebih mengenal kepribadian, menyadari • Suramnya masa depan akibat terjerumus
keunikan dan perlu dihargai dalam dunia kelam, misalnya: kecanduan
• Mampu menyesuaikan diri dalam narkoba, terlibat dalam tindak kriminal
berinteraksi dengan banyak orang dan sebagainya
sehingga meningkatkan rasa percaya diri • Dijauhi masyarakat sekitar karena perilaku
• Mampu membentuk kepribadian yang tidak sesuai dengan nilai/norma sosial
baik yang bisa diterima di berbagai yang berlaku
lapisan masyarakat • Tumbuh menjadi sosok individu dengan
kepribadian yang menyimpang.

Utami T. W. Singgih, M.Psi, Psikolog


Bentuk Pergaulan Positif

• Kelompok belajar
• Pergaulan berolahraga dengan
teman sebaya
• Pergaulan keagamaan
• Pergaulan sosial kemasyarakatan
• Pergaulan pecinta alam

Utami T. W. Singgih, M.Psi, Psikolog


Bentuk Pergaulan Negatif
• Kecanduan games, pornografi
• Konflik dengan orangtua dan teman
• Stres dan Depresi
• Kesulitan Belajar
• Tawuran antar pelajar,
• Kenakalan remaja,
• Perilaku seks bebas
• Penyalahgunaan narkoba

Utami T. W. Singgih, M.Psi, Psikolog


PERILAKU SEKS BEBAS
Perilaku seksual adalah segala tingkah laku yang didorong oleh hasrat
seksual, baik dengan lawan jenisnya maupun dengan sesama jenis.

FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB
• Meningkatnya Libido Seksualitas
• Penundaan Usia Perkawinan
• Tabu – Larangan
• Kurangnya informasi tentang seks
• Pergaulan yang makin bebas

Penelitian “indikasi” banyaknya remaja yang sudah melakukan


hal-hal (seperti berciuman dan meraba payudara) yang
bertentangan dengan norma-norma agama.
Hal ini sudah menunjukkan adanya kecenderungan pergeseran
nilai di kalangan remaja Indonesia.
 Memberikan pengertian yang memadai mengenai perubahan fisik.
 Mengurangi ketakutan dan kecemasan sehubungan dengan
perkembangan dan penyesuaian seksual.
 Memberikan pengertian bahwa hubungan antara manusia dapat
membawa kepuasan pada kedua individu dan kehidupan keluarga.
 Memberikan pengetahuan tentang kesalahan dan penyimpangan
seksual.
 Memberikan pengertian dan kondisi yang dapat membuat individu
melakukan aktivitas seksual secara efektif dan kreatif.
 Mencegah dampak-dampak negatif yang tidak diharapkan seperti
kehamilan tidak direncanakan, penyakit menular seksual, perasaan
berdosa, dll.

Utami T. W. Singgih, M.Psi, Psikolog


BAHAYA SEKS BEBAS
 Penyakit menular seperti IMS,
HIV-AIDS
 Hamil diluar nikah,
 Hamil di usia muda (berhenti
sekolah, masalah keuangan, dll).

Utami T. W. Singgih, M.Psi, Psikolog


REMAJA

 Hal – hal baru yang terjadi dimulai dari masa remaja yaitu
menstruasi, keputihan, mimpi basah.
 Seks Pranikah meliputi Berfantasi, Berpegangan tangan, Ciu
m kering, Cium basah, Meraba, Berpelukan, Masturbasi, Oral,
Petting, Intercource (hubungan seksual).

AKIBAT SEKS PRANIKAH


 Hilangnya keperawanan/ keperjakaan
 Ketagihan
 Hubungan cinta tidak lagi mulus dan tulus
 Hamil
 Aborsi dengan segala resiko
 PMS dan HIV/AIDS
 Infeksi saluran reproduksi
 Gangguan fungsi seksual
 Perasaan malu, bersalah dan berdosa
 Perasaan tak berharga
Utami T. W. Singgih, M.Psi, Psikolog
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 1 TAHUN 1974 TENTANG PERKAWINAN

 Pasal (1), Bahwa Perkawinan ialah ikatan lahir batin antara seorang pria dengan seorang
wanita sebagai suami isteri dengan tujuan membentuk keluarga (rumah tangga) yang
bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa.
 Pasal (2) ayat 1, Perkawinan adalah sah, apabila dilakukan menurut hukum masing-masing
agamanya dan kepercayaannya itu.
 Pasal (7) ayat 1, pada pasal tersebut dijelaskan batasan umur bahwa, Perkawinan hanya
diizinkan jika pihak pria sudah mencapai umur 19 (sembilan belas) tahun dan pihak wanita
sudah mencapai umur 16 (enam belas) tahun

KESIMPULAN bahwa seseorang bisa melakukan pernikahan bila sudah


 mencapai usia tersebut dan harus sudah matang secara fisik, psikologis
untuk bertanggungjawab atas pernikahan tersebut.

 namun, pada faktanya dilapangan masih banyak terjadi pernikahan


dibawah umur yang sudah ditentukan, hal tersebut menunjukan bahwa
kebijakan tersebut belum memberikan pengaruh kepada sebagian
masyarakat.

Utami T. W. Singgih, M.Psi, Psikolog


PERNIKAHAN DINI

 Pernikahan yang terjadi dibawah umur yang


tertera dalam UU No. 1 Tahun 1974 disebut
sebagai pernikahan dini.

 Pernikahan dini merupakan pernikahan


yang terjadi sebelum usia seseorang itu
mencapai usia yang telah ditentukan
dalam undang-undang.

 Menurut data yang dikeluarkan UNICEF, sekitar 21% perempuan dan 4% laki-laki di
dunia yang menikah sebelum 18 tahun.

 Dari data tersebut di dapatkan sekitar 650 juta perempuan yang menikah ketika masih
dalam kategori anak-anak dengan angka 12 juta dibawah 18 yang menikah pertahunnya
(Unicef, 2018).

Utami T. W. Singgih, M.Psi, Psikolog


DAMPAK PERNIKAHAN DINI

 Satgas Perlindungan Anak Ikatan Dokter Anak Indonesia, menuturkan perkawinan anak
memberikan dampak negatif tidak hanya pada kesehatan fisik ibu yang masih remaja tapi
juga kesehatan mental seperti baby blues, depresi, ansietas, sulit bonding dengan bayinya,
hingga berpikir bunuh diri atau menyakiti bayinya.
 Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (Kemen PPPA)
mengungkapkan upaya mencegah terjadinya perkawinan anak turut mendukung
percepatan penurunan angka stunting, dan peningkatan setinggi mungkin derajat
kesehatan anak Indonesia, sesuai dengan amanat Konvensi Hak Anak dan peraturan
perundang-undangan di Indonesia.
 Hal itu di antaranya yaitu stunting, tingginya angka kematian ibu dan bayi, tingginya
angka putus sekolah, tingginya angka pekerja anak yang rentan diberi upah rendah
sehingga turut meningkatkan angka kemiskinan, serta dampak lainnya.
 Untuk itu, semua pihak perlu bersinergi mencegah perkawinan anak demi kepentingan
terbaik 80 juta anak Indonesia.

Utami T. W. Singgih, M.Psi, Psikolog


DAMPAK PERNIKAHAN DINI

Pernikahan dini perlu dicegah, sebab dinilai banyak


dampak negatif dan risiko besar bagi anak

PENDIDIKAN
 Putus sekolah KESEHATAN FISIK DAN MENTAL
 Membatasi kemampuan FISIK
belajar Ibu :
 Memperburuk kemiskinan  Tingginya morbiditas dan mortalitas maternal
lintas generasi  Terganggunya kesehatan reproduksi
 Kanker serviks atau kanker leher Rahim
Anak :
EKONOMI  Stunting
 Upah rendah
 Kemiskinan
 Pekerja anak di bawah MENTAL
umur  Baby blues
 Depresi
LAINNYA  Anxiety
 Risiko KDRT  Sulit bonding dengan bayinya
 Trauma  Pola asuh salah ke anak
 Merampas Hak Bermain

Utami T. W. Singgih, M.Psi, Psikolog


CARA MENGATASI MASALAH PSIKOSEKSUAL

 Menerima diri secara positif


 Mengendalikan diri
 Menjauhkan diri dari hal-hal yang bisa menimbulkan hasrat seksual
 Mengalihkan perhatian ke hal-hal positif atau produktif
 Mengisi waktu luang dengan hal-hal bermanfaat
 Membina relasi heteroseksual yang sehat, bertanggungjawab, alami dan bertujuan
positif melaLui komunikasi membentuk komitmen bersama
 Mendekatkan diri dengan Tuhan dan berusaha keras menghayati norma-norma atau
nilai-nilai yang berlaku

Utami T. W. Singgih, M.Psi, Psikolog


PENANGANAN

Trustworthiness / Kepercayaan
– Kita percaya dengan para remaja.
– Para remaja harus percaya kepada orang yang mau menolongnya.
Genuineness / tidak pura-pura
– Membantu tanpa syarat
Empathi
– Kemampuan untuk ikut merasakan perasaan-perasaan remaja.
– Melihat segala persoalan dari sudut pandang remaja
Honesty / Kejujuran
– Menyampaikan apa adanya termasuk yang kurang menyenangkan.
– Salah ya salah, benar ya benar.

Utami T. W. Singgih, M.Psi, Psikolog


PENANGANAN
PERAN ORANGTUA

 Menerapkan pola pengasuhan yang baik, menciptakan lingkungan yang nyaman,


menerapkan disiplin yang tegas dan konsisten pada anak.

 Membekali anak dengan dasar moral, agama dan nilai ketimuran.

 Mendukung anak untuk aktif mengikuti kegiatan atau komunitas keagamaan.

 Membangun komunikasi yang baik dan efektif antara orangtua dan anak
--- >>> Kepercayaan

 Memberikan keleluasaan untuk dapat mengekspresikan diri pada kegiatan


ekstrakurikuler atau aktivitas yang positif, mis: dalam bidang teater, musik, dll
• Mengembangkan kepercayaan diri remaja

• Menjadi terpandang (mendapat status dimata kawan-kawannya).

• Remaja tidak perlu bergantung kepada orang lain untuk mendapatkan perhatian dari
lingkungannya.

Utami T. W. Singgih, M.Psi, Psikolog


PENANGANAN

PERAN ORANGTUA

 Menjadi tokoh panutan bagi anak, baik verbal maupun tingkah laku.

 Bekerjasama dengan guru BP/Konselor

 Mengikuti seminar mengenai perkembangan dan permasalahan remaja.

 Menjadi teman berbagi sehingga membantu remaja untuk mengetahui tentang sifat
dan karakteristik diri sendiri seperti (kelebihan dan kelemahan), mengembangkan
potensi diri, mengetahui batas diri dan mengembangkan sikap percaya diri,
mengetahui apa yang kita inginkan atau tujuan hidup.

Utami T. W. Singgih, M.Psi, Psikolog


PENANGANAN
PERAN GURU

 Menjadi tokoh panutan bagi anak, baik dari perilaku maupun dalam
hal menjaga lingkungan yang sehat.

 Menciptakan lingkungan sekolah yang nyaman dan meningkatkan


disiplin sekolah, sangsi yang tegas dan konsisten.

 Memfasilitasi dan mewajibkan anak dengan kegiatan ekstrakurikuler ya


ng positif, sesuai dengan kemampuan atau bakatnya masing-masing.

 Meningkatkan peran dan pemberdayaan guru BP/Konselor untuk


membantu anak didik yang mempunyai persoalan pribadi, persoalan
keluarga, dll.

 Mengadakan seminar-seminar mengenai perkembangan dan


permasalahan remaja, untuk remaja maupun orangtuanya.

Utami T. W. Singgih, M.Psi, Psikolog


BAGI REMAJA SENDIRI

 Pegang teguh norma agama, sosial kemasyarakatan.

 Proaktif atau libatkan diri dalam kegiatan keluarga, sosial kemasyarakatan dan
keagamaan.

 Bersikap terbuka namun selektif dalam pergaulan.

 Memperhatikan kesehatan : pola makan, olahraga, hindari rokok.

 Menjalin komunikasi yang baik dan terbuka dengan orangtua

 Aktif, kembangkan minat dan bakat sesuai hobi dan keterampilan kita.

 Jalani hidup ini dengan sebaik-baiknya.

Utami T. W. Singgih, M.Psi, Psikolog

Anda mungkin juga menyukai