Anda di halaman 1dari 2

Penyelam yang Digantung

Diadaptasi dari cerita karya: Ahmad Girangpamungkas

(Suasana di ruang sidang lama. Hakim duduk di tengah, menghadap meja hijau. Di sisi kanan
duduk juru tulis. Di sisi kiri berdiri logojo. Wanita paruh baya bergegas masuk dan menghadap juru
tulis.)

Ahli Taurat: "Tuan Hakim, saya akan mengeluh."


Wanita : "Anda harus datang ke sini jika ingin mengadu. Tapi, Pak Hakim, itu saja." (Menunjuk ke
hakim di sebelahnya. Hakim hanya berdiri di sana, sambil membetulkan kacamatanya.)

Wanita: : "Maaf, saya salah. Anda tahu saya orang bodoh, saya tidak tahu tentang urusan
mengadu, saya tidak tahu tentang urusan pengadilan."

Penulis: "Ya pak, apa yang ingin anda keluhkan? Ceritakan sekarang. Nanti akan kami tuliskan di
buku kasus

Wanita: : "Sim saya akan meminta keadilan dari hakim

Hakim: Mengapa untuk apa,sampai kamu mati di kelilingi oleh semua bingkai

Wanita: "Aku terlalu malu untuk menjelaskannya padamu. Tapi ah, aku akan malu, kan, dan aku
butuh keadilan, meskipun aku orang bodoh."

Staf: Ya, segera beri tahu saya. Jangan sebutkan, Anda akan merasa seperti orang bodoh, dan kami
akan mengingatnya."

Logojo: Kamu mau orang bodoh, kamu mau orang pintar, kamu hanya butuh keadilan."

staf: "Apakah, logojo, saya tidak bisa bicara! Masalah mengeluh, itu urusan hakim."

Hakim: "Ya, Jo, diam. (Tanya wanita itu.) Bagaimana suamimu meninggal?"
Wanita: "Nah, saudaraku, nah, suamiku, dia meninggal di tengah jendela, ketika dia sedang
membongkar jendela”

Hakim: “Buka jendela siapa?”

Wanita: “Iya…, eh…, memecahkan kaca jendela rumah orang lain. Aduh gimana Pak Hakim, malu
saya sebutkan. Tapi setelah itu, saya ingin keadilan ditegakkan. tugasnya adalah….menghancurkan
rumah orang lain alias merampok.”

Logojo: "Ibunya yang harus ditangkap! Apa Pak Hakim, kenapa perempuan ini mau digantung?"

Anda mungkin juga menyukai