Anda di halaman 1dari 3

“Not Old Enough?

Di sebuah pengadilan ada (karakter di sebutkan semua). Di pengadilan tersebut sedang


melakukan proses penghukuman thdp seorang pelaku anak SD yg masih 12 tahun yang
melakukan bullying hingga membuat korban terluka parah hingga masuk rumah sakit.

Hakim: “Baiklah, mari kita mulai persidangan ini”

Jaksa: “sidang tanggal (kalian yg ngarang), penyerangan di SD (kalian yg ngasih nama), pelaku
(nama) usia 12 tahun, korban (nama) usia 12 tahun, saksi (nama) 12 tahun.”.

Hakim: “Jaksa silahkan jelaskan kronologi kejadian di TKP.”

Jaksa: “Baik Yang Mulia.. pada pukul 11.30 di sekolah (nama sekolah) saat jam istirahat korban
menuju tangga hendak turun dari lantai 2, saat sampai di tangga pelaku dating dari jauh langsung
mendorong korban hingga jatuh dari tangga lantai 2 dan terluka, kemudian pelaku melarikan diri.
Namun aksinya dilihat oleh saksi di lantai 2. ”

Hakim: “Baik terima kasih jaksa. Saksi apa benar yang dikatakan Jaksa kalau kau melihat persis
kejadiannya? ”

Saksi: “Saya hanya baru sampai lorong menuju tangga dan melihat pelaku mendorong korban
dari samping dan tidak sengaja korban terpeleset dan jatuh kemudian pelaku kabur. Saya hanya
mengetahui hal itu Yang Mulia. ”

Hakim: “Terima kasih. Saya ingin mendengar pendapat dari terdakwa (nama) apa benar
kronologi yang di jelaskan tadi ?”

Pelaku: “Semua kronologi yang dijelaskan Jaksa itu benar yang mulia. Saya juga mengakui
kesalahan saya. Tapi saya punya alasan kenapa saya melakukan itu. Permisi yang mulia apakah
saya bisa….”

Hakim: “Silahkan.”

Pelaku: “Saya hanya ingin mengingatkanya karena setiap ada tugas kelompok dia tidak pernah
datang, dan tidak pernah ikut membayar biaya patungan nya. Jadi saya ingin memberinya
pelajaran namun karena dia berdiri di dekat tangga, jadinya dia terpeleset dan jatuh, karena panic
saya kabur. ”
Tiba2 orang tua korban berteriak. Untungnya Hakim bisa membuat situasi kembali kondusif.

OrtuK : “Jangan bohong kau. Yang mulia dia berbohong. Dia Cuma mau membela diri!!!”

Hakim: “Harap tenang semua akan mendapat bagian memberikan pendapat! Harap tenang!”

Persidangan dilanjutkan.

Hakim: “Saya ingin mendengarkan argumen dari kedua belah pihak mengenai hukuman yang
seharusnya diberikan kepada pelaku.”.

Jaksa: “Kami meminta pengadilan untuk mempertimbangkan rehabilitasi sebagai opsi hukuman.
Pelaku masih sangat muda dan masih memiliki kesempatan untuk belajar dari kesalahannya.
Penjara tidak akan membantu dalam memperbaiki perilakunya.”

Pengacara: “Kami menuntut agar pelaku dikenai hukuman yang sesuai dengan kejahatan yang
dilakukannya. Meskipun dia masih anak-anak, tindakan perundungan yang dilakukannya telah
menyebabkan cedera serius pada korban. Dia harus bertanggung jawab atas tindakannya.”

Hakim: “Saya memahami kekecewaan dan kekhawatiran yang Anda rasakan, tetapi putusan
pengadilan telah diputuskan setelah mempertimbangkan semua aspek kasus ini.”

Pengacara: “Yang Mulia, saya menghargai keputusan pengadilan namun saya ingin menekankan
betapa parahnya cedera yang dialami oleh klien saya. Dia telah mengalami penderitaan yang tak
terbayangkan dan perlu mendapat keadilan yang sepadan. Saya memohon agar pengadilan
mempertimbangkan penambahan sanksi bagi pelaku agar dapat mencerminkan tingkat keparahan
tindakannya.”

Orang Tua korban: “Maaf menyela Yang Mulia, tapi menurut saya di era digital sekarang ini
Seharusnya anak-anak seumuran ini sudah paham mana yang benar dan mana yang salah bahkan
ada survei dari beberapa orang yang menyarankan agar usia untuk bertanggung jawab atas suatu
kejahatan harus diturunkan menjadi 8 tahun. Maaf Yang Mulia maksud saya mana ada anak usia
12 tahun tidak mengerti bahwa melukai seseorang itu adalah hal yang melanggar hukum
seharusnya pada usia 12 tahun anak-anak sudah menyadari apa yang harus dilakukan maupun hal
yang harus dihindari ”

Hakim: “Saya paham perasaan Anda, Bu. Tapi…”

Jaksa: “Izinkan saya menyampaikan pendapat saya yang mulia.”


Hakim: “Saya persilahkan.”

Jaksa: “Memang benar kalau di usia 10 tahunan itu sudah mengetahui mana yang benar mana
yang salah. Tetapi anak usia 12 tahun kebawah umumnya memang belum bisa mengontrol emosi
dan perasaan sehingga mereka hanya bertindak sesuai emosi dan apa yang mereka rasakan.
Tingkat kedewasaan setiap anak itu berbeda beda.”

Hakim: “Terima kasih atas pendapatnya Jaksa. Bagaimana Bu apa masih ada yang ingin di
interupsi?”

OrtuK: “Baiklah Yang Mulia, meskipun saya masih merasa kesal dengan tindakan pelaku dan
dampaknya pada anak saya, saya akan menerima keputusan ini.”

Dan akhirnya Hakim akan memutuskan hukuman untuk Pelaku.

Hakim: “Setelah mempertimbangkan semua argumen dan faktor yang relevan dalam kasus ini,
pengadilan telah mencapai keputusan akhir. Pelaku akan dihukum dengan Pasal 351 ayat 2
KUHP Dan undang-undang no 35 tahun 2014 tentang perubahan atas undang-undang no23
tahun 2002 tentang perlindungan anak, akan menjalani program rehabilitasi selama satu tahun
dengan pengawasan ketat.”

(Palu dipukul)

Dengan demikian, persidangan ini ditutup.

Anda mungkin juga menyukai