Anda di halaman 1dari 21

SKENARIO PRAKTIK PERADILAN SEMU

PERKARA PIDANA
“PEMBUNUHAN BERENCANA”

Nama Kelompok:
1. Alfian Hoky Chandra (01) : Jaksa Penuntut Umum II
2. Fany Zidni Alhuda (11) : Hakim Anggota I
3. Janisa Nurman Sari (15) : Terdakwa
4. Muhammad Arasman R.Y (19) : Jaksa Penuntut Umum I
5. Naela Zahra (23) : Saksi Pemberat
6. Nazaria Nurahmadani (24) : Saksi Peringan
7. Syahriza Iqbal Syahrial (32) : Pengacara Terdakwa
8. Tubagus Daib Musyaffa (33) : Hakim Ketua
9. Zahwa Fithriyah (35) : Hakim Anggota II

SMKN Mandiri 26 Jakarta


XII KGSP 2
NASKAH PERSIDANGAN PEMBUNUHAN BERENCANA
---------------------------------------------------------------------------------------
Hakim Ketua: Sidang Peradilan Semu Jakarta Timur yang memeriksa dan
mengadili perkara pidana No. Reg. Perk. : 739/Pid.B/2023/PS-Jkt, dengana acara
pemeriksaan atas nama terdakwa JANISA NURMAN SARI dinyatakan dibuka
dan terbuka untuk umum. (Ketuk palu 3 kali)
Hakim Ketua: Penuntut Umum apakah sudah siap?
JPU: Siap Yang Mulia
Hakim Ketua: Penasehat Hukum apakah sudah siap?
Pengacara Terdakwa: Siap Yang Mulia
Hakim Ketua: Penuntut Umum apakah terdakwa sudah siap dalam persidangan
ini?
Penuntut Umum I: Sudah siap Yang Mulia
Hakim Ketua: Jika sudah siap, dipersilakan untuk memanggil dan menghadirkan
terdakwa ke ruang persidangan
Penuntut Umum I: Saudara Terdakwa, dipersilakan masuk dalam ruang
persidangan
Hakim Ketua: Saudara, silakan duduk. Apakah saudari siap untuk mengikuti
persidangan ini?
Terdakwa: Siap Yang Mulia
Hakim Ketua: Baik, saya akan menanyakan Identitas Saudari sebagaimana telah
dimuat dalam BAP.
Nama : Janisa Nurman Sari
Tempat Tanggal Lahir : Jakarta, 13 September 1999
Umur : 24 Tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Kewarganegaraan : Indonesia
Agama : Islam
Tempat tinggal : Jalan Tipar Cakung No. 181
Pendidikan : S2
Pekerjaan : Wiraswasta
Apakah itu benar saudara?
Terdakwa: Iya, benar Yang Mulia
Hakim Ketua: Baiklah, Apakah saudara sedang dalam keadaan sehat jasmani dan
rohani?
Terdakwa: Sehat Yang Mulia
Hakim Ketua: Baik, apakah saudara dalam persidangan ini didampingi oleh
Kuasa Hukum anda?
Terdakwa: Benar Yang Mulia, saya didampingi Penasehat Hukum saya, yaitu
Syahriza Iqbal Syahrial, S.H, M.H
Hakim Ketua: Apakah itu benar? Bisakah saudara menunjukkan surat kuasa
hukum atau kartu advokat anda?
Pengacara Terdakwa: Benar Yang Mulia
(Penasehat Hukum maju dan menyerahkan Kartu Advokat ke meja Majelis
hakim)
Hakim Ketua: Baiklah, kepada Penuntut Umum apakah sudah siap untuk
membacakan dakwaannya?
Penuntut Umum I: Siap Yang Mulia
Hakim Ketua: Silakan dibacakan dakwaannya, Saudara
Penuntut Umum I: Baik Yang Mulia
(Jaksa Penuntut Umum I berdiri dan membacakan Surat Dakwaan)
Hakim Ketua: Baik, Saudara Janisa, apakah saudara mengerti dengan dakwaan
yang dibacakan penuntut umum?
Terdakwa: Saya mengerti Yang Mulia
Hakim Ketua: Apakah saudara akan mengajukan eksepsi terhadap dakwaan
penuntut umum?
Terdakwa: Untuk hal tersebut akan saya serahkan kepada Penasehat Hukum saya
Yang Mulia
Hakim Ketua: Apakah Penasehat Hukum akan mengajukan eksepsi?
Pengacara Terdakwa: Tidak Yang Mulia
Hakim Ketua: Baiklah, karena Penasehat Hukum tidak mengajukan eksepsi, maka
sidang kita lanjutkan dengan pemeriksaan alat bukti dan saksi-saksi. Kepada
Penuntut Umum, apakah telah siap dengan alat bukti dan saksi-saksinya?
Penuntut Umum II: Sudah siap Yang Mulia
Hakim Ketua: Baik, untuk terdakwa dipersilakan mengambil tempat di samping
penasehat hukumnya
(Terdakwa pindah ke tempat duduk sebelah pengacara)
Hakim Ketua: Baik, kepada Penuntut Umum, apakah sudah siap menghadirkan
saksinya?
Penuntut Umum II: Sudah siap Yang Mulia
Hakim Ketua: Baik, saudara Penuntut Umum, saksi yang dihadirkan di sini
sebagai apa?
Penuntut Umum II: Saksi yang dihadirkana sebagai Saksi Korban Yang Mulia
Hakim Ketua: Silakan hadirkan saksinya
Penuntut Umum II: Untuk saksi atas nama NAELA ZAHRA silakan memasuki
ruang sidang
Hakim Ketua: Baik, saudara saksi silakan duduk. Apakah saudara dalam keadaan
sehat jasmani dan rohani untuk memberikan keterangan dalam persidangan ini?
Saksi Pemberat: Siap dan saya sehat Yang Mulia
Hakim Ketua: Baik, pertama-tama saya akan tanyakan kepada anda identitas anda
sebagaimana dimuat dalam BAP
Nama : Naela Zahra
Tempat Tanggal Lahir : Jakarta, 28 Agustus 1998
Umur : 25 tahun
Jenis kelamin : Perempuan
Kewarganegaraan : Indonesia
Agama : Islam
Tempat Tinggal : Jalan Pasar Klender
Pendidikan : S1
Pekerjaan : Pegawai Cafe
Hakim Ketua: Baiklah, sebelum saudari memberikan keterangan di persidangan
ini, menurut Undang-Undang, anda harus bersumpah terlebih dahulu. Apakah anda
bersedia untuk disumpah dan berjanji?
Saksi Pemberat: Siap Yang Mulia
Hakim Anggota I: Saudari, ikuti kata-kata saya. “Saya berjanji bahwa saya
sebagai saksi dalam perkara ini, akan memberikan keterangan yang benar dan tidak
lain dari yang sebenarnya” (Saksi mengikuti). Silakan duduk Kembali
Hakim Ketua: Baik, saudari sudah bersumpah dan berjanji, kami harap saudari
dapat memberikana keterangan dengan sebenar-benar dan tidak lain dari yang
sebenarnya. Apabila anda terbukti memberikan kesaksian dan keteranngan palsu,
maka anda akan diancam pidana penjara selama 7 tahun, sebagaimana telah diatur
dalam pasal 242 KUHP, apakah anda mengerti?
Saksi Pemberat: Saya mengerti Yang Mulia
Hakim Ketua: Baik. Saya tanya kepada anda, apakah anda kenal dengan
terdakwa?
Saksi Pemberat: Saya mengenal Terdakwa Yang Mulia
Hakim Ketua: Apa hubungan Terdakwa dengan anda?
Saksi Pemberat: Saya adalah teman sejak kuliah semester 1 Yang Mulia
Hakim Ketua: Baik, berarti anda bisa dibilang sudah lama berteman dan dekat
dengan Terdakwa?
Saksi Pemberat: Benar Yang Mulia, kami menjadi temat dekat sejak seiring kami
berkuliah Bersama
Hakim Ketua: Baik, apakah anda, Terdakwa, dan Korban saling dekat dan
mengenal?
Saksi Pemberat: Kami saling dekat Yang Mulia, tapi tidak terlalu juga. Hanya
sekadar kami sering bertemu Yang Mulia
Hakim Ketua: Kalau Terdakwa dengan korban, apakah anda tau hubungan
mereka berdua?
Saksi Pemberat: Saya tau Yang Mulia, mereka adalah sahabat yang dekat dan
mereka sudah bersahabat sejak SMA, dan saya mulai dekat dengan mereka adalah
di saat kuliah. Jadi bisa dibilang hubungan Janisa sama Melati sangat dekat Yang
Mulia
Hakim Ketua: Baik, silakan Hakim Anggota I, adakah yang ingin ditanyakan
Kembali?
Hakim Anggota I: Baik, terima kasih Ketua. Saya mau tanya kepada anda. Anda
bilang kan kalau Terdakwa dengan Korban adalah sahabat dekat, namun,
pernahkah mereka berdua berselisih atau berseteru?
Saksi Pemberat: Hmmmm, seingat saya pernah Yang Mulia.
Hakim Anggota I: Coba anda ceritakan
Saksi Pemberat: Baik Yang Mulia, dahulu mereka berdua pernah berselisih
dikaarenakan masalah hubungan dengan pria. Mereka berdua bersilisih
dikarenakan mencintai pria yang sama. Lalu mereka saling sindir dan menghujat di
media sosial mereka, dan yang saya ingat adalah jika mereka berselisih, bisa
menghabiskan waktu sebulan lebih Yang Mulia
Hakim Anggota I: Baik, anda cerita bahwa terdakwa dan korban berselisih karena
pria yang sama, adakah hal yang pernah mereka ributkan?
Saksi Pemberat: Ada Yang Mulia, saya sangat ingat jika mereka berdua adalah
orang yang sangat kompetitif, waktu itu mereka pernah berantem dan ribut karena
Melati dapat nilai praktek 100, namun Janisa hanya mendapatkan 97. Yang saya
ingat, Janisa iri dan memblokir nomor Melati, lalu mereka berdua tidak bicara
selama 3 minggu Yang Mulia
Hakim Anggota I: Baik, terdakwa dan korban kompetitif, sebagai teman di kuliah,
kalau hubungan mereka akhir-akhir ini bagaimana?
Saksi Pemberat: Kalau ditanya hubungan mereka akhir-akhir ini, saya bingung
Yang Mulia
Hakim Anggota I: Kenapa anda bingung? Adakah hal yang membuaat anda
terancam apabila diceritakan?
Saksi Pemberat: Tidak Yang Mulia, untuk akhir-akhir ini, saya perhatikan,
hubungan mereka berdua sedang biasa-biasa saja Yang Mulia, tidak sedekat
hubungan 2-3 tahun yang lalu
Hakim Anggota I: Mengapa anda bisa bilang seperti itu?
Saksi Pemberat: Karena yang saya lihat dan saya rasa seperti itu Yang Mulia,
saya rasa, ada yang Janisa benci dan pendam dari Melati. Namun saya masih
berusaha berpikir positif. Tapi setelah melihat kasus ini, kekhawatiran saya
menjadi kuat Yang Mulia
Hakim Anggota I: Baik, apakah anda yakin bahwa Terdakwa Janisa membenci
Melati?
Saksi Pemberat: Saya yakin Yang Mulia
Hakim Anggota I: Baik, saudari, apakah anda tau apa yang membuat akhir-akhir
ini terdakwa membenci korban?
Saksi Pemberat: Saya tau Yang Mulia, saya melihat bahwa ada rasa iri dan
kompetitif yang sangat tinggi di dalam diri Janisa, Janisa tidak senang melihat
usaha milik Melati lebih banyak pelanggan dibandingkan usaha dirinya Yang
Mulia
Hakim Anggota I: Baik, terdakwa dan korban memiliki usaha mandiri?
Saksi Pemberat: Iya benar Yang Mulia
Hakim Anggota I: Usaha apa yang dibangun mereka berdua
Saksi Pemberat: Mereka berdua di sekitar tahun 2018 sepakat untuk membangun
Café masing-masing dan lagi-lagi yang saya bilang Yang Mulia bahwa Janisa iri
dengan usaha Café milik Melati yang lebih banyak pelanggannya.
Hakim Anggota I: Saya tekankan sekali lagi, apakah anda yakin karena itu
terdakwa membenci korban?
Saksi Pemberat: Saya yakin Yang Mulia, saya ingat sekali bahwa Janisa pernah
cerita ke saya bahwa usaha Melati lebih laku, namun usaha miliknya tidak laku,
dirinya sedih dan iri dengan Melati
Hakim Anggota I: Baik, baik. Saya lanjutkan ke hari kejadian. Apakah anda
berada di tempat kejadian perkara?
Saksi Pemberat: Iya Yang Mulia, saya berada di meja tempat kejadian perkara
Hakim Anggota I: Apakah anda datang bersama korban pada saat itu?
Saksi Pemberat: Benar Yang Mulia, saya dan Melati pada saat itu pergi bersama
ke Café
Hakim Anggota I: Sebelum pergi ke Café, apakah kalian berdua sempat ke suatu
tempat dulu atau bagaimana?
Saksi Pemberat: Saya dan Melati sempat makan siang bersama di restoran dekat
rumah Melati Yang Mulia
Hakim Anggota I: Baik, pertanyaan saya cukup. Apakah Penuntut Umum Ada
yang ingin ditanyakan?
Penuntut Umum II: Ada Yang Mulia
Hakim Anggota I: Baik, silakan
Penuntut Umum II: Terima kasih Yang Mulia
Penuntut Umum II: Setelah itu, anda dan korban pergi ke café dengan apa?
Saksi Pemberat: Kami berdua naik taksi pak
Penuntut Umum II: Lalu anda dan korban di dalam mobil apakah sempaat
berkomunikasi dengan Janisa sebelum akhirnya sampai di Café?
Saksi Pemberat: Iya pak, di grup chat, kami berkomunikasi dengan Janisa
Penuntut Umum II: Apa yang kalian bicarakan di grup tersebut?
Saksi Pemberat: Saat itu Janisa menawarkan saya dan Melati untuk memesan
minuman, namun Melati bilang jangan dipesankan dulu pak
Penuntut Umum II: Kemudian, anda dan korban datang di Café pukul berapa?
Saksi Pemberat: Seingat saya pukul 19.15 WIB pak
Penuntut Umum II: Apakah di sana anda dan korban langsung bertemu dengan
terdakwa?
Saksi Pemberat: Benar pak, saya dan Melati kemudian duduk di meja yang
dipesankan Janisa
Penuntut Umum II: Setelah itu?
Saksi Pemberat: Saat kami duduk, saya dan Melati kaget karena Janisa sudah
pesankan minuman untuk kami berdua, padahal kan saya dan Melati bilang jangan
dipesan dulu sebelum kami berdua sampai
Penuntut Umum II: Setelah itu, apa jawaban terdakwa?
Saksi Pemberat: Janisa menjawab bahwa ia tidak melihat pesan dari saya dan
Melati pak. Akhirnya karena merasa tidak enak, kami terima minuman tersebut dan
mengucapkan terima kasih kepada Janisa karena dia traktir kami berdua pak
Penuntut Umum II: Baik, bagaimana keadaan minuman yang dipesan terdakwa?
Saksi Pemberat: Saya melihat bahwa ada 3 minuman di meja itu, Kopi Macchiato
untuk Melati, Lemon Tea untuk saya, dan Jus Jeruk untuk Janisa. Semua
minumannya saya lihat masih terlihat segar dan baru jadi pak
Penuntut Umum II: Kemudian kan korban minum, beberapa saat setelahnya, apa
reaksi korban?
Saksi Pemberat: Setelah Melati minum, dia langsung bilang “Kok rasanya pahit
banget ya, gak enak banget” Tidak lama setelah itu, awalnya dia mengelus dada
dulu pak, lalu dia bilang dadanya sesak dan susah napas, kemudian Melati pingsan
dan mengeluarkan busa dari mulutnya pak
Penuntut Umum II: Sebelum korban minum, adakah yang terlihat aneh dari
minuman itu ? atau adakah yang ditambahkan di miniman tersebut?
Saksi Pemberat: Yang saya lihat, Melati menuangkan bungkusan gula terpisah ke
kopi itu pak. Itupun diingatkan oleh Janisa. Jadi Janisa mengingatkan untuk
menuangkan gula terpisah ke kopi Melati
Penuntut Umum II: Baik, terdakwa bilang tuang gula terpisahnya ke kopi
korbana, abis korban minum, terjadilah reaksi seperti itu?
Saksi Pemberat: Benar pak
Penuntut Umum II: Anda mendengar dan melihat reaksi korban, apa yang anda
lakukan?
Saksi Pemberat: Saya langsung panik, lalu menelpon keluarga korban. Saya juga
complain ke meja barista pak. Mengapa kopi yang diberikan rasanya aneh
Penuntut Umum II: Saat anda complain, bagaimana jawaban barista tersebut?
Saksi Pemberat: Dia jawab “Saya memberikan minuman sesuai pesanan, tidak
ada bahan lain selain resep yang saya masukkan ke minuman tersebut. Bahkan
kualitas bahan yang café kami gunakan adalah kualitas tinggi.”
Penuntut Umum II: Dari pihak penuntut cukup Yang Mulia
Hakim Anggota I: Baik, saya kembalikan ke Ketua
Hakim Ketua: Baik, apakah dari penasehat hukum ada yang ingin ditanyakan?
Pengacara Terdakwa: Ada Yang Mulia
Hakim Ketua: Silakan
Pengacara Terdakwa: Terima kasih Yang Mulia
Pengacara Terdakwa: Saya mau tanya. Korban pingsan, lalu dibawa ke rumah
sakit KGSPIS?
Saksi Pemberat: Benar pak
Pengacara Terdakwa: Dengan apa anda membawa korban ke rumah sakit?
Saksi Pemberat: Kebetulan saat itu pacarnya Melati tidak jauh dari Mall pak, jadi
yang membawa adalah pacarnya menggunakan mobil. Saya, Janisa, dan beberapa
orang ikut membantu pak
Pengacara Terdakwa: Kan anda ikut membawa korban, di perjalanan tidak
tertolong, apa yang terjadi pada tubuh korban yang anda lihat?
Saksi Pemberat: Sebenarnya, Melati masih ada pak saat di perjalanan, namun saat
persis turun dari mobil menuju ruang gawat darurat, Melati tidak terselamatkan.
Yang saya lihat itu mukanya cheryy red dan busa yang keluar dari mulutnya sangat
banyak pak
Pengacara Terdakwa: Baik, cherry red ya. Dari kejadian ini, saya ingin
memastikan, siapa orang yang anda curigai?
Saksi Pemberat: Janisa pak
Pengacara Terdakwa: Apakah anda merasa atau melihat tingkah laku yang aneh
dari terdakwa sebelum kejadian?
Saksi Pemberat: Ada pak. Tepat 2 hari sebelum kejadian, Janisa mengabarkan
kepada saya bahwa dia ingin mentraktir saya dan Melati di suatu Café. Dia bilang
ke saya kalau dia hari Jumat, 25 September 2023 mau survey ke Café Doremi di
Pasific Place Mall jam 7 malam. Nah, saya mau ikut nemenin dia pak, namun
Janisa langsung tegas menolak, dia bilang “Jangan ikut, gue aja sendirian yang ke
sana, kita ketemuannya hari Minggu aja”
Pengacara Terdakwa: Baik, anda mau ikut menemani terdakwa tapi ditolak keras
Saksi Pemberat: Iya, benar pak
Pengacara Terdakwa: Adakah selain itu yang anda rasa aneh?
Saksi Pemberat: Waktu itu saya pernah lihat Janisa sekitar 2 minggu yang lalu
bertemu seorang laki-laki, seperti sedang bertransaksi pak
Pengacara Terdakwa: Anda yakin itu terdakwa?
Saksi Pemberat: Yakin pak, karena yang saya lihat, Wanita itu berpakaian sama
seperti baju yang saya hadiahkan ke Janisa saat dia ulang tahun
Pengacara Terdakwa: Lalu, anda lihat terdakwa, saat anda lagi di mana dan lagi
ngapain?
Saksi Pemberat: Saya sedang pergi naik motor Yang Mulia, lalu saya lihat di
suatu tempat, Wanita yang mirip Janisa berdiri bersama pria
Pengacara Terdakwa: Baik, ada yang lain yang dirasa aneh?
Saksi Pemberat: Saya rasa cukup Yang Mulia
Pengacara Terdakwa: apakah anda melihat dengan jelas, dengan mata kepala
anda sendiri bahwa yang anda lihat adalah Janisa?
Saksi Pemberat: Iya pak, saya memang benar-benar melihat dia, karena yang
bajunya seperti itu hanyalah Janisa, baju itu adalah baju khusus yang saya berikan
saat ulang tahun Janisa
Pengacara Terdakwa: Apakah tinggi, postur tubuhnya sama dengan Janisa?
Saksi Pemberat: Iya sama pak, tinggi, bentuk tubuhnya sama dengan Janisa
Pengacara Terdakwa: Baik, saya ingin tanyakan kepada anda, apakah benar
minuman yang Janisa pesan rasanya buruk sekali?
Saksi Pemberat: Benar pak, karena saya melihat dan mendengarkan sendiri kalau
Melati bilang minumannya gak enak
Pengacara Terdakwa: Apakah hanya di minuman untuk korban yang rasanya
buruk?
Saksi Pemberat: Iya pak, karena saya sudah sempat juga meneguk minuman saya,
yaitu Lemon Tea dan rasanya manis, segar, seperti pada umumnya saja, tidak ada
rasa yang mengganggu
Pengacara Terdakwa: Lalu, setelah korban pingsan, apa reaksi Janisa yang anda
lihat?
Saksi Pemberat: Janisa saya lihat malah sibuk membereskan barangnya pak, dan
saya sibuk membantu Melati
Pengacara Terdakwa: Apa anda yakin, Janisa hanya sibuk dengan barangnya
sendiri?
Saksi Pemberat: Oh kalau itu saya tidak ingat pak, karena saya juga sibuk
membantu Melati
Pengacara Terdakwa: Berarti, anda tidak bisa bilang kalau Janisa tidak
membantu, karena pada saat itu terlihat di CCTV bahwa Janisa menelpon, dan dari
Riwayat telponnya, dia menelpon pacarnya Melati dan keluarganya Janisa
Saksi Pemberat: Oh, saya tidak bisa komentar pak, karena saya benar-benar tidak
memperhatikan Janisa lagi. Bahkan saat saya minta bantuan ke Janisa, dia justru
pergerakannya lambat, tidak cekatan pak
Pengacara Terdakwa: Saya lanjutkan bertanya, saat Melati bilang jangan
dipesankan dahulu, apakah langsung anda sampaikan di grup?
Saksi Pemberat: Iya pak, saya langsung sampaikan
Pengacara Terdakwa: Di bukti chat grup, anda baru menyampaikan pesan dari
melati pukul 18.55, sedangkan Janisa sudah menanyakan dari pukul 19.30, itu
artinya Janisa memang memesan makanan sebelum anda bilang seperti itu
Saksi Pemberat: Iya memang benar saya jawabnya pukul segitu pak. Dan itu
bukan sebuah alasan untuk Janisa tidak melakukan aksinya
Pengacara Terdakwa: Atas dasar apa anda sangat yakin Janisa ini adalah
pelakunya?
Saksi Pemberat: Karena saya saksi pak, saya yang menemani Melati dari
perjalanan sampai dia menjadi korban, dan hanya Janisa yang pergi ke Café lebih
dulu
Pengacara Terdakwa: Baik, kalau begitu, atas bukti apa yang anda lihat?
Bukankah seharusnya yang anda curigai adalah pemilik dan barista dari Café
tersebut?
Saksi Pemberat: Saya rasa, kalau barista tidak mungkin, karena minuman saya
segar, manis, enak rasanya, namun kenapa hanya minuman untuk Melati yang
rasanya sangat buruk. Itulah dasar saya
Pengacara Terdakwa: Baik, saya rasa itu saja yang ingin saya tanyakan Yang
Mulia, terima kasih
Hakim Anggota I: Baik, pertanyaan dari saya cukup. Apakah dari hakim anggota
II ada yang ingin ditanyakan?
Hakim Anggota II: Baik terima kasih saya ingin bertanya kepada saudara saksi,
Apakah anda memiliki bukti fisik atau dokumentasi terkait dengan penggunaan
sianida dalam pembunuhan ini?
Saksi Pemberat: Saya punya yang Mulia buktinya
Hakim Anggota II: Apa buktinya?
Saksi Pemberat: Saya waktu itu sempat upload IG Story, dan terlihat di histori
saya bahwa bungkusan gula terpisah yang ada di gelas Melati bentuknya lain dari
yang kafe punya
Hakim Anggota II: Baik saya rasa cukup pertanyaan saya, saya kembalikan ke
ketua
Hakim Ketua: Untuk penuntut umum ada yang ingin ditanyakan?
Penuntun Umum II: Tidak ada Yang Mulia
Hakim Ketua: Baik saudara saksi, apakah saudara saksi akan menambahkan
keterangan yang saudara ketauhi lagi?
Saksi Pemberat: Baik, untuk sementara cukup Yang Mulia keterengan saya
Hakim Ketua: Saudara terdakwa, bagaimana dengan keterangan dari saudara
saksi?
Terdakwa: Benar Yang Mulia
Hakim Ketua: Baik, keterangan dari saksi sudah cukup, kami ucapkan terima
kasih. Jika ada hal yang masih diperlukan dalam proses persidangan, saudara akan
kami panggil Kembali. Silakan untuk saudara saksi dapat meninggalkan ruang
persidangan
Hakim Ketua: Untuk Penasehat Hukum terdakwa apakah ada saksi yang ingin
dihadirkan?
Pengacara Terdakwa: Iya, ada Yang Mulia
Hakim Ketua: Saksi yang anda hadirkan di sini sebagai apa?
Pengacara Terdakwa: Saksi yang saya hadirkan adalah saksi sebagai waitres café
Yang Mulia
Hakim Ketua: Baik, silakan untuk Pengacara Terdakwa silakan dihadirkan
saksinya
Pengacara Terdakwa: Baik Yang Mulia. Untuk saksi silakan untuk memasuki
Ruangan persidangan
Hakim Ketua: Baik, saudara saksi silakan duduk
Hakim Ketua: seperti yang sebelumnya, silakan anda bersumpah dan berjanji,
ikuti kata-kata saya
Saksi Peringan: Baik Yang Mulia
Hakim Ketua: Pertama-tama, saya akan menanyakan identitas anda. Sebagaimana
dimuat dalam BAP
Nama : Nazaria Nurahmadani
Tempat Tanggal Lahir : Jakarta, 19 Oktober 1999
Umur : 24 tahun
Jenis kelamin : Perempuan
Kewarganegaraan : Indonesia
Agama : Islam
Tempat Tinggal : Jalan Buaran
Pendidikan : S1
Pekerjaan : Waitress Café Doremi
Apakah benar saudara?
Saksi Peringan: Benar Yang Mulia
Hakim Ketua: Apakah saudara siap dan berjanji memberikan keterangan sebenar
dan tidak lain dari yang sebenar-benarnya?
Saksi Peringan: Siap Yang Mulia
Hakim Ketua: Baik, apakah saudara dalam keadaan sehat jasmani dan rohani?
Saksi Peringan: Baik dan saya sehat Yang Mulia
Hakim Ketua: Saya tanyakan kepada anda, apakah anda kenal dengan terdakwa
dan korban?
Saksi Peringan: Saya tidak kenal Yang Mulia, karena saya hanyalah sebagai
waitres di Café
Hakim Ketua: Baik, apakah anda tau bagaimana kejadian yang berlangsung?
Saksi Peringan: Saya tau Yang Mulia
Hakim Ketua: Silakan, ceritakan
Saksi Peringan: Baik Yang Mulia, saya akan ceritakan. Pada saat itu, terdakwa
memesan meja nomor 9 dan memesan minuman untuk korban
Hakim Ketua: Apa yang dia pesan?
Saksi Peringan: Yang dia pesan adalah Lemon Tea, Kopi Macchiato, dan Jus
Jeruk Yang Mulia
Hakim Ketua: Baik, apakah dia memesan sendiri atau anda yang memberikan
saran?
Saksi Peringan: Dia memesan berdasarkan apa yang saya sarankan Yang Mulia
Hakim Ketua: Apakah anda melihat ada yang aneh?
Saksi Peringan: Tidak ada Yang Mulia
Hakim Ketua: Saya serahkan ke Hakim Anggota II, adakah yang ingin
ditanyakan?
Hakim Anggota II: Ada Ketua, terima kasih. Saya ingin tanya, jelaskan secara
detail bagaimana minuman yang dia pesan untuk korban?
Saksi Peringan: Yang dia pesan adalah Kopi Macchiato dengan gula terpisah, lalu
Lemon tea dengan irisan lemon, lalu Jus Jeruk Yang Mulia
Hakim Anggota II: Baik, apakah gula tersebut memang dari café di sana
menyediakan atau terdakwa yang meminta?
Saksi Peringan: Memang dari menunya menggunakan gula terpisah Yang Mulia
Hakim Anggota II: Baik, apakah anda melihat ada yang aneh dari minuman
setelah anda berikan ke terdakwa?
Saksi Peringan: Saya yakin tidak melihat ada yang aneh Yang Mulia
Hakim Anggota II: Apakah anda memperhatikan gerak gerik terdakwa?
Saksi Peringan: Sebenarnya saya juga sibuk dengan pesanan customer yang lain,
namun saya juga sesekali melihat terdakwa
Hakim Anggota II: Apa yang anda lihat setelah minuman itu diberikan kepada
terdakwa?
Saksi Peringan: Saya melihat terdakwa hanya duduk, lalu buka laptop dan
memainkan laptopnya Yang Mulia
Hakim Anggota II: Baik, saat terdakwa main laptop, anda melihatnya bagaimana?
Saksi Peringan: Saya melihat hanya memainkan laptop Yang Mulia, tidak ada
yang aneh Yang Mulia
Hakim Anggota II: Baik, selain memainkan laptop, adakah yang dilakukan lagi?
Saksi Peringan: Tidak ada yang saya lihat selain dari memainkan laptop Yang
Mulia
Hakim Anggota II: Setelah itu, korban bersama temannya datang, dan meneguk
minuman. Apa yang anda lihat setelah itu?
Saksi Peringan: Saya melihat bahwa terdakwa sibuk untuk menelpon Yang Mulia,
Ketika korban tergeletak. Kemudian korban dibawa oleh pacarnya Yanng Mulia
Hakim Anggota II: Apakah sebelum hari kejadian anda pernah bertemu dengan
terdakwa?
Saksi Peringan: Tidak Yang Mulia
Hakim Anggota II: Saya rasa cukup, apakah Penuntut Umum ada yang ingin
ditanyakan?
Penuntut Umum II: Ada Yang Mulia,
Hakim Anggota II: Silakan
Penuntut Umum II: Terima kasih Yang Mulia. Saya mau tanya ke anda, apakah
benar anda tidak bertemu dengan terdakwa sebelum hari kejadian?
Saksi Peringan: Saya yakin pak, saya tidak melihat
Penuntut Umum II: Lalu, posisi anda di mana saat itu, karena berdasarkan cctv di
hari sbeelumnya, terlihat terdakwa datang ke Café
Saksi Peringan: Saya saat itu sedang berada di café, mungkin saya sedang sibuk
dengan pesanan yang lain. Sehingga saya tidak melihat terdakwa
Penuntut Umum II: Saya rasa pertanyaannya cukup Yang Mulia
Hakim Anggota II: Baik, apakah Hakim Anggota I ada yang ingin ditanyakan?
Hakim Anggota I: Dari saya cukup
Hakim Anggota II: Apakah dari penasehat hukum ada yang ingin ditanyakan?
Pengacara Terdakwa: Tidak ada, cukup Yang Mulia
Hakim Anggota II: Baik, saya kembalikan ke Ketua
Hakim Ketua: Baik saudara saksi, apakah saudara saksi akan menambahkan
keterangan yang saudara ketauhi lagi?
Saksi Pemberat: Baik, untuk sementara cukup Yang Mulia keterangan saya
Hakim Ketua: Saudara terdakwa, bagaimana dengan keterangan dari saudara
saksi?
Terdakwa: Benar Yang Mulia
Hakim Ketua: Baik, keterangan saksi sudah dicatat dan saya harap anda bisa
bersedia jika dipanggil Kembali untuk keperluan persidangan. Terima kasih
Saksi Peringan: Baik, Terima kasih Yang Mulia
Hakim Ketua: Silakan keluar dari ruang persidangan
Saksi Peringan: Terima Kasih Yang Mulia
Hakim Ketua: Baik, selanjutnya adalah pemeriksaan terhadap terdakwa. Untuk
terdakwa disilakan menempati tempat duduk di depan Majelis Hakim
Terdakwa: Baik Yang Mulia
Hakim Ketua: Silakan duduk
Terdakwa: Terima kasih Yang Mulia
Hakim Ketua: Baik, saudari terdakwa. Apakah anda sadar melakukan
pembunuhan kepada korban?
Terdakwa: Saya sadar saat melakukannya Yang Mulia
Hakim Ketua: Sebelumnya, anda telah mendengar kesaksian para saksi, apakah
anda merencanakan ini dari keinginan sendiri?
Terdakwa: Iya Yang Mulia, saya merencanakan ini sesuai keinginan dan
kesadaran diri saya
Hakim Ketua: Apa motif anda melakukan dan merencanakan hal tersebut?
Terdakwa: Saya melakukan ini karena saya iri dengan usaha café Melati karena
usaha saya belakangan ini pelanggan saya berkurang
Hakim Ketua: Apakah sebelum kejadian ini, anda dan korban berhubungan baik?
Terdakwa: Kami berkomunikasi dengan baik Yang Mulia
Hakim Ketua: Lantas, jika anda iri dengan korban, mengapa hubungan antara
anda dan korban bisa anda sebut baik-baik saja?
Terdakwa: Iya Yang Mulia, saya menyembunyikan rasa iri saya saat bertemu
korban. Ketika saya bertemu dan berhubungan dengan korban, semuanya berjalan
baik-baik saja Yang Mulia
Hakim Ketua: Baik, apakah anda bersikap baik dan tidak pernah menyakiti
korban sebelumnya?
Terdakwa: Iya, saya bersikap baik Yang Mulia
Hakim Ketua: Saya lanjutkan di hari sebelum kejadian, saya minta anda ceritakan
bagaimana anda membunuh korban?
Terdakwa: Baik Yang Mulia. 2 hari sebelum kejadian, saya mengunjungi Café
Doremi di Pasific Place lebih dulu. Saya memesan dan melihat-lihat keadaan Café,
lalu saya melihat bahwa jika menu kopi rekomendasi di Café itu adalah Kopi
Macchiato yang mana dalam pemesanannya, terdapat bungkusan gula terpisah
Yang Mulia
Hakim Ketua: Setelah mengetahui hal itu, apa yang anda rencanakan?
Terdakwa: Saya terpikirkan untuk memberikan racun ke kopi yang akan diberikan
kepada Melati. Saya memasukkan racun ke bungkusan yang saya buat semirip
mungkin dengan bungkusan gula dari café
Hakim Ketua: Racun apa yang anda berikan?
Terdakwa: Sianida Yang Mulia
Hakim Ketua: Dari saya cukup, apakah Hakim Anggota I ada yang ingin
ditanyakan?
Hakim Anggota I: Ada, terima kasih Yang Mulia. Saya mau tanya, bagaimana
perasaan anda saat merencanakan itu, apakah tidak memikirkan dampaknya?
Terdakwa: Saya saat itu terasa sangat emosi dikarenakan pada saat itu profit usaha
café saya mengalami penurunan Yang Mulia
Hakim Anggota I: Lalu, anda tidak memikirkan dampaknya?
Terdakwa: Saat itu saya diselimuti emosi dan rasa iri saya Yang Mulia, sehingga
saya tidak memikirkan dampaknya
Hakim Anggota I: Namun, adakah rasa kasian kepada korban ketika anda
merencanakan hal itu?
Terdakwa: Sedikit Yang Mulia, saya saat itu mikirnya sianida yang saya berikan
tidak terlalu mematikan Yang Mulia
Hakim Anggota I: Berarti, anda niatnya bukan untuk mematikan?
Terdakwa: Sejujurnya iya Yang Mulia. Saya jujur, saya saat itu hanya berniat
untuk memberikan pelajaran ke Melati, saya hanya ingin membuat dia sakit parah
Yang Mulia
Hakim Anggota I: Baik, pertanyaan saya cukup. Saya kembalikan ke Ketua
Hakim Ketua: Adakah dari Hakim Anggota II ada yang ingin ditanyakan?
Hakim Anggota II: Ada, terima kasih Ketua
Hakim Ketua: Silakan
Hakim Anggota II: Saudari terdakwa, anda berkata bahwa niat awalnya hanya
sebatas membuat korban sakit parah. Namun, apakah pada saat kejadian anda
panik dan sedih?
Terdakwa: Tidak begitu Yang Mulia, saya memberikan reaksi selayaknya orang
yang ingin membantu
Hakim Anggota II: Mengapa anda tidak panik dan sedih pada saat itu?
Terdakwa: Saya awalnya senang karena rencana saya berhasil Yang Mulia,
kemudian saya tidak panik karena saya anggap bahwa dosis sianida yang saya
berikan tidak akan mematikan
Hakim Anggota II: Anda pikir, korban tidak mungkin meninggal?
Terdakwa: Iya, saya pikir korban tidak mungkin meninggal Yang Mulia
Hakim Anggota II: Lalu, saat anda merencanakan dan melakukan Tindakan
tersebut, apa harapan dan keinginan anda?
Terdakwa: Seperti yang sudah saya ceritakan, bahwa saya menginginkan Melati
sakit parah Yang Mulia
Hakim Anggota II: Saat dikabarkan bahwa korban meninggal, apakah anda sedih,
atau bagaimana?
Terdakwa: Saya jujur kaget Yang Mulia, saya sedih dan takut karena Melati
meninggal
Hakim Anggota II: Baik, anda memasukkan sianida yang menyebabkan kematian,
bagaimana anda mendapatkan sianida itu?
Terdakwa: Saya mendapatkannya dengan membeli kepada salah satu rekan saya
yang bekerja di toko kimia
Hakim Anggota II: Berapa gram yang anda beli?
Terdakwa: Saya membeli sekitar 250 miligram Yang Mulia
Hakim Anggota II: Baik, pertanyaan saya cukup. Saya kembalikan ke Ketua
Hakim Ketua: Baik, apakah penuntut umum ada yang ingin ditanyakan?
Penuntut Umum II: Ada Yang Mulia
Hakim Ketua: Silakan
Penuntut Umum II: Terima kasih Yang Mulia. Saya ingin tanya kepada terdakwa,
apakah sianida yang anda beli tersebut dipakai utuh untuk meracuni korban?
Terdakwa: Iya pak, saya masukin 250 miligram sianida ke bungkusan
Penuntut Umum II: Saat hari kejadian, anda datang lebih dulu, apa tujuan anda?
Terdakwa: Boleh saya cerita pak?
Penuntut Umum II: Silakan
Terdakwa: Jadi, sekitar pukul 1 siang, setelah makan siang bersama keluarga,
saya memberikan kabar bahwa saya akan bertemu dengan Melati.
Penuntut Umum II: Oke, anda berkabar ke keluarga, lanjutkan
Terdakwa: Saya meminta ayah saya untuk mengantar ke lokasi, karena saya
tinggalnya di daerah Cakung, ayah saya bilang akan mengantar lebih awal karena
jalan di jam 5-6 sore sangatlah macet. Jadi, saya diantar ayah saya lebih awal,
alhasil saya datang lebih awal
Penuntut Umum II: Saat sampai di Café, apa yang anda lakukan?
Terdakwa: Saya langsung memesan meja nomor 9, lalu memesan 3 minuman
Penuntut Umum II: Di CCTV anda terlihat memainkan laptop, apakah itu cara
anda untuk menutupi tindakan anda?
Terdakwa: Iya benar, saya meletakkan minuma, dan terhalang oleh laptop saya
Penuntut Umum II: Lalu anda menukar bungkusan gula dengan bungkusan
sianida?
Terdakwa: Iya, benar pak
Penuntut Umum II: Setelah korban dan temannya datang, apa yang kalian
lakukan?
Terdakwa: Kami bertiga berfoto dulu, lalu saya menyuruh mereka berdua
meminum minuman pesanannya pak
Penuntut Umum II: Apakah anda menyuruh korban menuangkan bungkusan itu?
Terdakwa: Iya pak
Penuntut Umum II: Apa yang anda katakana?
Terdakwa: Saya bilang “Melati, itu ada gula terpisah ya, karena kopi itu pahit dan
harus dikasih gula terpisah. Sesuai keinginan kamu aja seberapa banyaknya”
Penuntut Umum II: Setelah korban minum, korban pingsan, apa yang anda
lakukan?
Terdakwa: Saya hanya menelpon keluarga korban pak
Penuntut Umum II: Apakah anda protes ke pihak café karena kejadian tersebut?
Terdakwa: Saya tidak protes pak, saya hanya fokus menelpon keluarga korban
Penuntut Umum II: Terlihat di CCTV bahwa saksi Naela pergi dari tempat
kejadian, apakah anda tau ke mana dia?
Terdakwa: Oh, itu dia pergi ke meja barista untuk complain rasa kopi
Penuntut Umum II: Baik, pertanyaan saya cukup Yang Mulia
Hakim Ketua: Baik, apakah penasehat hukum terdakwa ada yang ingin
ditanyakan?
Pengacara Terdakwa: Ada Yang Mulia
Hakim Ketua: Silakan
Pengacara Terdakwa: Terima kasih Yang Mulia. Saya ingin tanya kepada
terdakwa, apakah dari lubuk hati anda yang paling dalam, anda merasa menyesal
atas perbuatan anda?
Terdakwa: Saya sangat-sangat menyesal pak, karena itu sahabat saya yang selalu
menemani saya
Pengacara Terdakwa: Bagaimana perasaan anda melihat sahabat anda sendiri
menjadi korban di depan mata anda?
Terdakwa: Saya sangat panik Yang Mulia, saya takut kalau rencana saya melebihi
dari yang saya targetkan
Pengacara Terdakwa: Apakah anda dekat dengan keluarga korban?
Terdakwa: Sangat-sangat dekat pak, bahkan keluarga saya dengan Melati seperti
saudari
Pengacara Terdakwa: Sudahkah anda mengunjungi pemakaman korban?
Terdakwa: Sudah pak
Pengacara Terdakwa: Apakah anda sudah memohon maaf kepada keluarga
korban?
Terdakwa: Sudah pak
Pengacara Terdakwa: Apa reaksi mereka?
Terdakwa: Pastinya mereka sangat kecewa, namun saya sudah sujud untuk
memohon maaf pak, saya sangat-sangat menyesal
Pengacara Terdakwa: Baik, pertanyaan saya cukup Yang Mulia
Hakim Ketua: Baik, saya tanyakan kembali kepada terdakwa, apakah anda benar-
benar sangat menyesal?
Terdakwa: Saya akui, sangat menyesal Yang Mulia
Hakim Ketua: Baik, apakah Hakim Anggota I dan II ada yang ingin ditanyakan
kembali?
Hakim Anggota I: Cukup Ketua
Hakim Anggota II: Cukup Ketua
Hakim Ketua: Baik, kita sudah mendengar keterangan dan kesaksian dari saksi
dan terdakwa. Selanjutnya adalah pembacaan tuntutan, pembelaan, dan tanggapan
Hakim Ketua: Baik, apakah penuntut umum sudah siap dengan tuntutannya?
Penuntut Umum I: Siap Yang Mulia
Hakim Anggota I: Silakan dibacakan Tuntutannya
Penuntut Umum I: Baik, terima kasih Yang Mulia
(Jaksa Penuntut Umum I berdiri dan membacakan Surat Tuntutan)
Hakim Ketua: Baik, apakah saudari terdakwa ada yang ingin ditanggapi?
Terdakwa: Saya serahkan ke penasehat hukum saya Yang Mulia
Hakim Anggota I: Apakah penasehat hukum terdakwa ada yang ingin ditanggapi?
Pengacara Terdakwa: Tidak ada Yang Mulia
Hakim Ketua: Apakah saudari terdakwa akan memberikan pembelaan?
Terdakwa: Saya serahkan kepada penasehat hukum saya Yang Mulia
Hakim Anggota II: Apakah penasehat hukum terdakwa siap dengan
pembelaannya?
Pengacara Terdakwa: Siap Yang Mulia
Hakim Anggota II: Silakan dibacakan pembelaannya
Pengacara Terdakwa: Baik, terima kasih Yang Mulia
(Pengacara Terdakwa berdiri dan membacakan Surat Pembelaan)
Hakim Ketua: Baik, apakah penuntut umum ada yang ingin disanggah atau
ditanggapi?
Penuntut Umum II: Tidak Yang Mulia, setelah mendengarkan dan mengamati
fakta dan pembelaan dari penasehat hukum terdakwa, kami selaku penuntut umum
tidak memberikan sanggahan Yang Mulia
Hakim Ketua: Baik, kita sudah mendengar tuntutan dan pembelaan dari terdakwa,
Majelis Hakim akan berdiskusi terkait putusan untuk terdakwa. Sidang ditunda 10
menit
(Sidang ditunda 10 menit)
Hakim Ketua: Sidang Peradilan Semu Jakarta Timur yang memeriksa dan
mengadili perkara pidana No. Reg. Perk. : 739/Pid.B/2023/PS-Jkt, dengana acara
pemeriksaan atas nama terdakwa JANISA NURMAN SARI dinyatakan dibuka
dan terbuka untuk umum. (Ketuk palu 3 kali)
Hakim Ketua: Baik, Majelis Hakim setelah mengamati, memperhatikan,
mendengarkan, melihat, menguji fakta, data, dan kesaksian dari terdakwa maupun
saksi telah membuat keputusan kepada terdakwa
Hakim Ketua: Apakah saudara terdakwa sudah siap mendengar putusan hari ini?
Terdakwa: Ya, sudah siap Yang Mulia
(Membacakan surat putusan oleh Hakim Ketua)
Hakim Ketua: Baik, demikian putusan Majelis Hakim, diberitahukan kepada JPU
dan PH Terdakwa apabila keberatan dengan keutusan ini, dapat mengajukan upaya
Banding selambat-lambatnya 14 hari sejak putusan ini di bacakan.
Hakim Ketua: Kepada terdakwa apakah saudara mengerti dengan putusan ini?
Terdakwa: Saya mengerti Yang Mulia
Hakim Anggota I: Apakah dari penuntut umum ada yang ingin disanggah dari
putusan majelis hakim?
Penuntut Umum II: Tidak Yang Mulia
Hakim Anggota II: Apakah dari penasehat hukum terdakwa akan mengajukan
banding dari putusan ini?
Pengacara Terdakwa: Dari saya cukup, dan saya tidak mengajukan banding Yang
Mulia
Hakim Ketua: Baiklah, dengan demikian pemeriksaan perkara pidana nomor Reg.
Perk. : 739/Pid.B/2023/PS-Jkt dengan Terdakwa JANISA NURMAN SARI
dinyatakan selesai dan sidang ini kami nyatakan ditutup
(Ketuk palu 3 kali)

Anda mungkin juga menyukai