Anda di halaman 1dari 17

Hakim Ketua: Denni Prasetiyo Gunawan

Hakim Anggota: Laura Salsabila, dan Valerina Donel


JPU: Meyra Tri Anyndya, dan Adriana
Panitera: Rhafa Qubila
Pengacara: Bunga Artika Sari, dan M. Bintang Nadhif Hsb
Saksi: Maulana Aprilian Nanda, Najwa Afifah Ridwan
, dan Khalisha Nur Amaliya
Terdakwa: Muhammad Zahran

Sidang Peradilan Pidana

Sidang Pertama.
Panitera: “Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh. Selamat pagi semuanya. Pada
pagi hari ini, Kamis (sesuaikan tanggal) 2023 sidang perkara pidana nomor registrasi 31
akan dilaksanakan pada hari ini. Majelis hakim dipersilakan untuk memasuki ruang sidang,
hadirin dimohon berdiri. (Setelah hakim masuk) hadirin dipersilakan duduk kembali.
(Panitera menyerahkan berita acara kepada majelis hakim)”

Hakim Ketua: “Sidang perkara pidana PN XI MIPA 6 yang memeriksa serta mengadili
perkara pidana Nomor 227 Pidana Umum/2023/PN XI MIPA 6, atas nama terdakwa
Muhammad Zahran dinyatakan dibuka dan terbuka untuk umum. Penuntut umum apakah
terdakwa sudah siap? Ke pada penuntut umum dipersilakan untuk menghadirkan terdakwa
ke ruang sidang.”

JPU M: "Kepada saudara terdakwa dipersilakan masuk ke dalam ruang persidangan


(terdakwa dalam keadaan bebas dan didampingi kuasa hukumnya)"

Hakim Ketua: "Baik. Saya akan menanyakan identitas saudara yang sebagaimana telah
tercantum dalam berita acara pemeriksaan."
Nama: Muhammad Zahran
Umur: 17 Tahun
Jenis kelamin: Laki-laki
Kewarganegaraan: Indonesia
Alamat: Villa Bunga Raya
Agama: Islam
Pekerjaan: Pelajar

Hakim Ketua: Saudara terdakwa, apakah saudara dalam keadaan sehat baik jasmani
maupun rohani? Dan siap mengikuti persidangan ini?

Pengacara: Maaf yang Mulia, saudara Muhammad Zahran memiliki gangguan mental.
Yakni gangguan spektrum autisme, sehingga saya selaku penasihat hukum terdakwa akan
menjawab pertanyaan hakim.

Hakim Anggota: Apakah benar anda merupakan penasihat hukum terdakwa?

Pengacara: Benar, Yang Mulia.


Hakim Ketua: Saudara penasihat hukum, apakah saudara membawa surat kuasa khusus
dari terdakwa dan kartu advokat saudara? Jika ada mohon ditunjukkan.

(Penasihat hukum menunjukkan surat kuasa dan kartu advokat)

Hakim Anggota: Bagaimana anda dapat memastikan bahwa itu merupakan jawaban
sebenarnya dari terdakwa?

Pengacara: Yang Mulia, kami memiliki pendekatan tersendiri dengan terdakwa, sehingga
kami akan menanyakan pertanyaan yang diberikan oleh Yang Mulia Hakim kepada terdakwa
dengan pendekatan spesial. Dan karenanya jawaban yang dipaparkan adalah jawaban
sesungguhnya terdakwa.

Hakim Ketua: Baiklah, kepada saudara jaksa penuntut umum, apakah sudah siap
membacakan dakwaannya?

JPU M: Sudah siap majelis hakim yang terhormat.

Hakim Ketua: Baik. Silakan dibacakan saudara jaksa penuntut umum

JPU M: Baik. Saudara Muhammad Zahran, saudara kami tuntut atas tindak pidana
pembunuhan berencana. Bukti-bukti tindak pidana terdakwa sebagaimana yang telah
terdapat dalam hasil otopsi korban adalah sebagai berikut:
1. 22 tulang rusuk patah
2. Patah tulang depan akibat resusitasi jantung
3. Bentuk retakan tulang akibat guncangan yang hebat
4. 11 tulang lain patah.
5. Dan, terdapat trauma toraks
Hal ini merupakan bukti bahwasanya saudara Muhammad Zahran telah melakukan tindak
kekerasan dengan tujuan untuk menghabisi nyawa korban secara berencana.

JPU S: Oleh sebab itu, maka saudara Muhammad Zahran kami tuntut atas tindak pidana
pembunuhan berencana dengan pemberatan Pasal 340 KUHP. Dengan tuntutan pidana 20
tahun penjara.

Hakim Ketua: Baik. Saudara penasihat hukum terdakwa. Apakah saudara mengerti dengan
dakwaan yang dibacakan oleh penuntut umum?

Pengacara: Mengerti, Yang Mulia.

Hakim Ketua: Apakah saudara akan mengajukan eksepsi?

Pengacara: Tidak, Yang Mulia.

Hakim Ketua: Baik, karena penasehat hukum tidak mengajukan eksepsi maka sidang kita
lanjutkan dengan pemeriksaan barang bukti dan saksi – saksi kepada jaksa penuntut umum
apakah telah siap dengan barang bukti dan saksi – saksinya?
JPU S: Majelis hakim yang terhormat, kami akan mengajukan bukti serta saksi, tetapi pada
persidangan ini kami belum siap untuk itu kami mohon agar persidangan ini bisa ditunda pak
hakim.

Hakim Ketua: Apakah penasihat hukum terdakwa setuju untuk sidang ini ditunda?

Pengacara: Yang Mulia, kami juga tidak membawa saksi-saksi atas kasus ini. Sehingga,
kami menyetujui untuk menunda sidang ini.

Hakim Ketua: (Berdiskusi sejenak). Baik, maka sidang hari ini resmi ditunda, dan akan
dilanjutkan pada Kamis, 02 Maret 2023, pukul 11.00. Sidang selanjutnya merupakan agenda
pemeriksaan saksi serta barang bukti. Dan kepada penuntut umum, juga pengacara
terdakwa diharapkan untuk kembali menghadapkan kembali terdakwa dan menghadirkan
saksi-saksi serta barang bukti. Dengan demikian sidang ini resmi ditunda dan ditutup (ketuk
palu 3 kali)

Sidang Kedua.
Hakim Ketua: Sidang lanjutan perkara pidana PN XI MIPA 6 yang memeriksa dan mengadili
perkara pidana Nomor 227 Pidana Umum/2023/PN XI MIPA 6. Atas nama terdakwa
Muhammad Zahran dinyatakan dibuka dan terbuka untuk umum (ketuk palu tiga kali).

Hakim Ketua: Sesuai berita acara sidang yang lalu, maka sidang hari ini adalah
pemeriksaan alat bukti dan saksi-saksi. Saudara JPU, apakah alat bukti dan saksi-saksi
telah dihadirkan di persidangan ini?

JPU M: Sudah, Yang Mulia Hakim.

Hakim Ketua: Saudara terdakwa dipersilakan untuk mengambil di samping penasihat


hukumnya. (Terdakwa duduk di samping penasihat hukumnya)

Hakim Ketua: Baik. Selanjutnya, ada berapa orang saksi yang dibawa oleh pihak penuntut
umum?

JPU S: Kami menghadirkan 3 orang saksi di dalam persidangan kali ini, Yang Mulia.

Hakim Ketua: Silakan dihadirkan saksi pertamanya.

JPU S: Yang terhormat Panitera, mohon hadirkan saksi pertama atas nama Khalisha Nur
Amaliya

Panitera: Saksi atas nama Khalisha Nur Amaliya silakan memasuki ruang persidangan.

Hakim Anggota: Saudara Jaksa Penuntut Umum, saksi di sini sebagai saksi apa?

JPU S: Saksi ini merupakan dokter forensik yang menemukan fakta-fakta tentang kematian
korban atas nama Muhammad Bintang Nadhif Hasibuan
Hakim Ketua: Baik. Sebelumnya apakah saudari saksi dalam keadaan sehat jasmani serta
rohani, dan dapat memberikan keterangan-keterangan dalam persidangan hari ini?

Saksi 1: Saya dalam keadaan sehat jasmani dan rohani, Dan saya siap memberikan
keterangan yang diperlukan oleh Yang Mulia Hakim.

Hakim Ketua: Baiklah, saya akan menanyakan identitas saudari, sebagaimana terdapat di
dalam bap dan saya minta saudari menjawabnya dengan jelas.
Nama: Khalisha Nur Amaliya
Tanggal lahir: 30 November 1982
Jenis kelamin: Perempuan
Usia: 41 tahun
Agama: Islam
Alamat: Perum Aur Kuning
Pekerjaan: Dokter forensik

Saksi 1: Identitas tersebut benar merupakan identitas saya, Yang Mulia.

Hakim Ketua: Baiklah, sebelum saudara memberikan keterangan di persidangan ini,


menurut undang-undang saudara harus bersumpah atau berjanji terlebih dahulu untuk itu
saudara bersedia disumpah atau berjanji?

Saksi 1: Saya bersedia disumpah, Yang Mulia.

Hakim Anggota: Saudari, mohon ikuti saya. ”Saya berjanji bahwa saya sebagai saksi
dalam perkara ini, akan memberikan keterangan yang benar dan tidak lain dari yang
sebenarnya”

Hakim Anggota: Saudari saksi telah berjanji menurut agama yang saudari anut, untuk itu
kami berharap saudari dapat memberikan keterangan yang benar, karena apabila terbukti
saudari memberikan keterangan palsu, maka saudari dapat diancam dengan pidana penjara
selama-lamanya 7 tahun, sebagaimana diatur pasal 242 kuhp, apakah saudari saksi
mengerti?

Saksi 1: Mengerti, Yang Mulia.

Hakim Ketua: Apakah saudari mengenal dengan terdakwa?

Saksi 1: Tidak, Yang Mulia.

Hakim Ketua: Saudari saksi apakah mengetahui terkait perkara apa saudari diperiksa
dalam persidangan ini?

Saksi 1: Saya mengetahui terkait perkara apa sehingga saya diperiksa dalam persidangan
ini.

Hakim Ketua: Bagaimana saudari mengetahui bahwa terdapat kekerasan dalam kematian
korban?
Saksi 1: Yang Mulia, izinkan saya memaparkan hasil forensik kematian korban. Terdapat
luka trauma di bagian toraks korban, 22 tulang rusuk patah, retakan pada tulang depan yang
mengakibatkan patah akibat guncangan, dan sebanyak 11 tulang lainnya patah. Hal ini
mengindikasikan bahwa terdapat guncangan yang hebat akibat resusitasi jantung. 22 tulang
rusuk, 11 tulang lain, dan trauma pada toraks yang patah menandakan bahwasanya korban
terjatuh akibat terbanting. Sehingga hal ini dapat menjadi bukti yang menguatkan dan
memberatkan terdakwa.

Hakim Ketua: Terima kasih atas kesaksiannya. Silakan kepada Jaksa Penuntut Umum
untuk menyerahkan barang bukti ke majelis hakim

(Barang bukti dibawa oleh JPU ke meja hakim)

Hakim Ketua: Apakah benar ini merupakan hasil rontgen dari korban?

Saksi 1: Benar, Yang Mulia.

Hakim Ketua: Silakan kepada Jaksa Penuntut Umum untuk mengajukan pertanyaan
kepada Saksi.

JPU M: Terima kasih Yang Mulia. Saudari saksi, apa benar retakan di bagian tulang depan
adalah hasil guncangan hebat atau pun tekanan?

Saksi 1: Benar. Retakan tersebut merupakan hasil guncangan hebat, akan tetapi tidak
dapat dipastikan apakah itu merupakan akibat dari tekanan yang diberikan seseorang.
Namun, pada umumnya ini akibat tekanan yang kuat.

JPU M: Saudari saksi, trauma di bagian toraks korban dapatkah bisa disimpulkan akibat
korban dipukul dengan keras?

Saksi 1: Bisa. Karena apabila korban tidak terpukul dengan keras, maka toraks tidak akan
mengalami cidera maupun trauma.

JPU M: Baik. Terima kasih atas jawabannya. Yang Mulia Hakim hanya itu pertanyaan dari
kami.

Hakim Ketua: Kepada penasihat hukum terdakwa, apakah ada yang ingin dipertanyakan?

Pengacara: Ada, Yang Mulia. Saudari Saksi, menurut hasil reka ulang kejadian di tempat
perkara, kami beserta tim kami menemukan fakta, bahwa terdakwa mengguncang tubuh
korban karena menemukan korban telah merenggang nyawa. Hasil forensik kami
menemukan bekas samar dibagian leher,yang mana berkemungkinan dari tali yang
digunakan untuk bunuh diri , Apakah hal tersebut dapat membuktikan bahwa terdakwa
membunuh korban?

Saksi 1: Tentu, hal ini sangat rasional. Terdakwa memiliki gangguan mental, sehingga
terdakwa tidak dapat mengontrol emosinya sehingga tidak sengaja membunuh korban
Pengacara: Baik, pertanyaan dari kami sementara ini sudah cukup, Yang Mulia Hakim.

Hakim Ketua: Hakim 1, apakah ada yang ingin ditanyakan kepada saksi?

Hakim Anggota: Untuk saat ini belum ada yang ingin ditanyakan, Yang Mulia.

Hakim Ketua: Hakim 2, apakah ada yang ingin ditanyakan kepada saksi?

Hakim Anggota : Untuk saat ini belum ada yang ingin ditanyakan yang mulia.

Hakim Ketua: Baik. Apakah penuntut umum ada yang ingin ditanyakan kembali?

JPU M: Tidak ada, Yang Mulia

Hakim Ketua: Keterangan dari saksi dianggap sudah cukup, dan kami ucapkan terima
kasih. Apabila kami membutuhkan keterangan dari saksi lagi, kami berharap saudari saksi
tidak berkeberatan untuk hadir kembali di persidangan ini, silakan saudari saksi dapat
menuju tempat yang telah disediakan dan jangan bercakap-cakap dengan saksi atau ahli
lainnya.

Saksi 1: Baik, Yang Mulia

Hakim Ketua: Kepada Penuntut Umum, silakan hadirkan saksi berikutnya.

JPU S: Yang Mulia. Panitera, tolong hadirkan saksi 2 atas nama Najwa Afifah Ridwan.

Panitera: Saksi atas nama Najwa Afifah Ridwan dipersilakan masuk ke dalam ruang sidang.

Hakim Ketua: Saudari saksi, apakah saudari dalam keadaan sehat jasmani dan rohani, dan
siap untuk memberikan keterangan dalam persidangan ini?

Saksi 2: Saya sehat jasmani dan rohani, serta saya bersedia untuk memberikan keterangan
dalam persidangan ini, Yang Mulia.

Hakim Ketua: Sebelumnya, apakah saudari dapat melihatkan kepada kami kartu identitas
saudari?

Saksi 2: (Melihatkan kartu identitas kepada hakim)

Hakim Ketua: Pertama-tama, saya akan menanyakan identitas saudari dan saya meminta
jawaban saudari untuk menjawab dengan jelas.
Nama: Najwa Afifah Ridwan
Tanggal lahir: 08 Juni 1980
Jenis kelamin: Perempuan
Usia: 43 tahun
Agama: Islam
Alamat: Villa Bunga Raya
Pekerjaan: Karyawan Swasta

Saksi 2: Benar, itu adalah identitas saya, Yang Mulia.

Hakim Ketua: Baiklah, sebelum saudara memberikan keterangan di persidangan ini,


menurut undang-undang saudara harus bersumpah atau berjanji terlebih dahulu untuk itu
saudara bersedia disumpah atau berjanji?

Saksi 2: Saya bersedia, Yang Mulia.

Hakim Anggota: Saudari, mohon ikuti saya. ”Saya berjanji bahwa saya sebagai saksi dalam
perkara ini, akan memberikan keterangan yang benar dan tidak lain dari yang sebenarnya”

Saksi 2: Saudari saksi telah berjanji menurut agama yang saudari anut, untuk itu kami
berharap saudari dapat memberikan keterangan yang benar, karena apabila terbukti saudari
memberikan keterangan palsu, maka saudari dapat diancam dengan pidana penjara
selama-lamanya 7 tahun, sebagaimana diatur pasal 242 kuhp, apakah saudari saksi
mengerti?

Saksi 2: Ya, saya mengerti, Yang Mulia.

Hakim Ketua: Saudari saksi, apakah saudari mengerti mengapa saudari dimintai
keterangan dalam sidang kali ini?

Saksi 2: Saya mengerti, Yang Mulia. Sidang ini merupakan sidang kasus meninggal
dunianya putra saya, Yang Mulia.

Hakim Ketua: Baik. kepada penasehat hukum terdakwa, apakah ada yang ingin ditanyakan
ke pada saksi?

Pengacara : Ada yang ingin kami tanyakan pada saksi, Yang Mulia. Saudari saksi,
bagaimana hubungan antara terdakwa dan korban?

Saksi 2: anak saya memiliki hubungan yang sangat dekat. Anak saya begitu menyayangi
adeknya, pun sebaliknya.

Pengacara : Apakah terdakwa kerap melakukan tindak kekerasan terhadap korban?

Saksi 2: Tidak. Selama ini terdakwa selalu menyayangi korban, tidak pernah sekali pun
terdakwa melukai korban.

Pengacara: baik , Saudari saksi apakah menemukan sesuatu hal yang ganjil dari korban
beberapa hari sebelum kejadian?

Saksi 2: Tidak ada yang begitu aneh, anak saya hanya selalu belajar, belajar, dan belajar.

Pengacara: Selain itu, apakah saudari ada menemukan hal-hal lain yang mencurigakan?
Saksi 2: ada , Saya merasa bahwa anak saya sedikit menarik diri dari kehidupan sosialnya
,dan saya merasa anak saya sering terlihat murung ,namun saya merasa dia hanya sedang
berusaha fokus belajar saja

Pengacara: Terima kasih atas jawabannya. Saya kira hanya itu pertanyaan dari kami, Yang
Mulia.

Hakim Ketua: Baik. Selanjutnya ke pada penutut umum, apakah ada yang ingin
ditanyakan?

JPU M : tidak ada yang mulia, saya rasa sudah cukup

Hakim Ketua: Silakan ke pada Hakim 1, apakah ada yang ingin ditanyakan?

Hakim Anggota: Terima kasih, Yang Mulia. Apakah korban pernah menceritakan
kehidupannya ke pada saudari?

Saksi 2: Saya rasa tidak pernah, Yang Mulia.

Hakim Anggota: Terima kasih. Hanya itu pertanyaan saya.

Hakim Ketua: Apakah ada yang ingin ditanyakan oleh Hakim 2?

Hakim Anggota: Tidak, Yang Mulia.

Hakim Ketua: Baik. Keterangan dari saksi dianggap sudah cukup, dan kami ucapkan terima
kasih. Apabila kami membutuhkan keterangan dari saksi lagi, kami berharap saudari saksi
tidak berkeberatan untuk hadir kembali di persidangan ini, silakan saudari saksi dapat
menuju tempat yang telah disediakan dan jangan bercakap-cakap dengan saksi atau ahli
lainnya.

Hakim Ketua: Baik, silakan hadirkan saksi ke-3

JPU S : Baik, Yang Mulia. Panitera tolong hadirkan saksi ke-3 atas nama Maulana Aprilian
Nanda.

Panitera: Saksi atas nama Maulana Aprilian Nanda dipersilakan masuk ke dalam ruang
sidang.

Hakim Ketua: Saudara saksi, apakah saudara dalam keadaan sehat jasmani maupun
rohani untuk memberikan pernyataan yang benar dalam persidangan kali ini?

Saksi 3: Ya, saya dalam keadaan sehat jasmani rohani, dan saya akan memberikan
keterangan yang benar dalam persidangan ini, Yang Mulia.

Hakim Ketua: Saudara saksi, mohon perlihatkan ke pada kami kartu Identitas saudara

Saksi 3: (Memberikan kartu identitas kepada hakim)


Hakim Ketua: Baiklah, saudara saksi pertama-tama saya akan menanyakan identitas diri
saudara dan saya minta saudara menjawabnya dengan jelas.
Nama: Maulana Aprilian Nanda
Tanggal lahir: 25 April 1975
Jenis kelamin: Laki-laki
Usia: 48 tahun
Agama: Islam
Alamat: Villa Bunga Raya
Pekerjaan: Karyawan swasta

Saksi 3: Benar, itu merupakan identitas saya, Yang Mulia.

Hakim Ketua: Baiklah, sebelum saudara memberikan keterangan di persidangan ini,


menurut undang-undang saudara harus bersumpah atau berjanji terlebih dahulu untuk itu
saudara bersedia disumpah atau berjanji?

Saksi 3: Saya bersedia, Yang Mulia.

Hakim Anggota: Saudari, mohon ikuti saya. ”Saya berjanji bahwa saya sebagai saksi
dalam perkara ini, akan memberikan keterangan yang benar dan tidak lain dari yang
sebenarnya”

Hakim Ketua: Saudara saksi telah berjanji menurut agama yang saudara anut, untuk itu
kami berharap saudara dapat memberikan keterangan yang benar, karena apabila terbukti
saudara memberikan keterangan palsu, maka saudara dapat diancam dengan pidana
penjara selama-lamanya 7 tahun sebagaimana diatur dalam pasal 242 kuhp, apakah
saudara saksi mengerti?

Saksi 3: Saya mengerti, Yang Mulia.

Hakim Ketua: Apakah saudara mengetahui mengapa saudara dipanggil ke persidangan ini?

Saksi 3: Saya tahu, Yang Mulia

Hakim Ketua: Apakah saudara mengenal terdakwa?

Saksi 3: Ya, saya kenal dengan dia, Yang Mulia.

Hakim Ketua: Baik. Silakan kepada penuntut umum untuk memberikan pertanyaan ke pada
saksi

JPU S : Baik, terima kasih, Yang Mulia.

JPU S : Saudara saksi, apakah pada saat kejadian, saudara berada di tempat kejadian
perkara?

Saksi 3: Ya, saya berada di TKP bersama istri saya.


JPU S : Lalu, apa yang saudara lihat di sana?

Saksi 3: Saya melihat korban sudah tergeletak tak bernyawa di lantai dengan kondisi yang
buruk. Dan, saya mendengar terdakwa berteriak “mati, jangan!“ selama beberapa kali.

JPU S : Baik, pertanyaan dari kami hanya itu. Terima kasih, Yang Mulia.

Hakim Ketua: Selanjutnya, ke pada penasihat hukum terdakwa apakah ada yang ingin
ditanyakan?

Pengacara: ada yang mulia,apakah saksi mengetahui kesehatan mental dari korban?

Saksi 3 : tau, saya sangat mengenal anak saya,dia merupakan anak yang sangat pintar, ia
merupakan lulusan terbaik di smanya dulu dan saya yakin dia memiliki kesehatan mental
yang sangat baik

Pengacara : bagaimana saksi yakin bahwa korban memiliki kesehatan mental yang baik?

Saksi 3 : saya sangat yakin ,karena selama dia hidup saya selalu memberikan fasilitas serta
kebutuhan finansial yang lebih dari cukup , dan saya sangat yakin anak saya bahagia
dengan hal itu

Pengacara: baik,apakah saudara sering menghabiskan waktu bersama dengan anak anak
saudara?

Saksi : tidak namun saya yakin mereka mengerti dengan kesibukan saya , kan saya kerja
buat mereka juga , mereka selalu saya berikan fasilitas dan kebutuhan finansial yang lebih
dari cukup,mereka bisa sajakan bersenang senang dengan uang yang saya berikan

Pengacara: baik saya rasa sudah cukup yang mulia

Hakim Ketua: baik,Ke pada hakim 1, ada yang ingin ditanyakan?

Hakim Anggota: Tidak ada, Yang Mulia.

Hakim Ketua: Hakim 2, apa ada yang ingin ditanyakan?

Hakim Anggota: Saya rasa cukup, Yang Mulia.

Hakim Ketua: Saudara saksi, apakah saudara ingin memberikan keterangan lebih lanjut?

Saksi 3: Saya menganggap terdakwa telah melakukan kekerasan kepada anak saya yang
di mana mengakibatkan anak saya meninggal dunia, Yang Mulia.

Hakim Ketua: Baik. Keterangan dari saksi dianggap sudah cukup, dan kami ucapkan terima
kasih. Apabila kami membutuhkan keterangan dari saksi lagi, kami berharap saudari saksi
tidak berkeberatan untuk hadir kembali di persidangan ini, silakan saudari saksi dapat
menuju tempat yang telah disediakan dan jangan bercakap-cakap dengan saksi atau ahli
lainnya.

Hakim Ketua: Baik. Selanjutnya ke pada penasihat hukum terdakwa, apakah ada saksi
yang kalian hadirkan?

Pengacara: Ada, Yang Mulia. Kami menghadirkan dua orang saksi.

Hakim Ketua: Apakah saksi sudah siap?

Pengacara: Sudah, Yang Mulia.

Hakim Ketua: Silakan hadirkan saksi ke dalam persidangan

Panitera: Saksi atas nama Rhafa Qubila silakan memasuki ruang persidangan.

Hakim Ketua: Saudari saksi, apakah saudari dalam keadaan sehat jasmani maupun rohani
untuk memberikan pernyataan yang benar dalam persidangan kali ini?

Saksi PH: Saya dalam keadaan sehat jasmani dan rohani, dan juga saya bersedia
memberikan pernyataan dalam persidangan kali ini, Yang Mulia.

Hakim Ketua: Baiklah, silakan saudari menunjukkan kartu Identitas kepada kami.

Saksi PH: (menyerahkan kartu identitas ke hakim)

Hakim Ketua: Baiklah, saudara saksi pertama-tama saya akan menanyakan identitas diri
saudara dan saya minta saudara menjawabnya dengan jelas.
Nama: Rhafa Qubila
Tanggal lahir: 1 Januari 1984
Jenis kelamin: Perempuan
Usia: 39 tahun
Agama: Islam
Alamat: Jl. Mahang III
Pekerjaan: Psikolog

Saksi PH: Benar, Yang Mulia.

Hakim Ketua: Baiklah, sebelum saudara memberikan keterangan di persidangan ini,


menurut undang-undang saudara harus bersumpah atau berjanji terlebih dahulu untuk itu
saudara bersedia disumpah atau berjanji?

Saksi PH: Saya bersedia, Yang Mulia.

Hakim Anggota: Saudari, mohon ikuti saya. ”Saya berjanji bahwa saya sebagai saksi
dalam perkara ini, akan memberikan keterangan yang benar dan tidak lain dari yang
sebenarnya”
Hakim Ketua: Saudara saksi telah berjanji menurut agama yang saudara anut, untuk itu
kami berharap saudara dapat memberikan keterangan yang benar, karena apabila terbukti
saudara memberikan keterangan palsu, maka saudara dapat diancam dengan pidana
penjara selama-lamanya 7 tahun sebagaimana diatur dalam pasal 242 kuhp, apakah
saudara saksi mengerti?

Saksi PH: mengerti yang mulia

Hakim ketua : apakah saudari mengenal dengan korban?

Saksi PH : saya mengenal yang mulia , dia merupakan pasien saya

Hakim ketua : baik, saya ingin bertanya apakah korban sering menggunjungi anda untuk
berkonsultasi ?

Saksi PH : sangat sering yang mulia ,akhir akhir ini korban sering mengunjungi saya untuk
berkonsultasi mengenai permasalahannya , dan saya juga memiliki bukti rekaman video
korban saat mengalami tahapan stres nya

Hakim ketua : bagaimana anda bisa mendapatkan video tahapan stres korban?

Saksi PH : saya memiliki cara pengobatan dimana saya harus melihat perkembangan dari
kesehatan mental korban tersebut, dan saya selalu menyuruh korban untuk
mendokumentasikannya agar saya bisa mengambil kesimpulan untuk memberikan
pengobatan yang tepat,kami akan menunjukkan vidionya yang mulia

Hakim ketua : baik silahkan

( menunjukkan bukti vlog harian korban )

Hakim ketua : Baik terima kasih, apakah jaksa penuntut umum ingin memberikan
pernyataan ?

JPU S : Terima kasih yang mulia, kami ingin bertanya kepada saksi , apakah saksi bisa
membuktikan bahwa korban bunuh diri akibat mengalami depresi ?

Saksi PH : Saya tidak yakin, tetapi selama dia berkonsultasi dengan saya dia mengatakan
bahwa dia sangat tertekan dengan ekspetasi ayahnya sehingga dia mengalami depresi

JPU S : Apakah dengan hal itu anda bisa memastikan bahwa korban melakukan bunuh diri
akibat orang tuanya

Saksi PH : saya tidak dapat memastikan

JPU S : baik terimakasih kepada saksi , yang mulia izinkan saya memberikan bukti bahwa
terdakwa telah lama di tkp, dan dapat diartikan bahwa terdakwa sudah berencana
membunuh korban dengan bukti banyak terdapat sidik jari terdakwa pada tubuh korban
( memberikan bukti kepada ketua )
Hakim ketua : Baik. Apakah pihak penasihat hukum ingin kembali mengajukan pertanyaan
kepada saksi?

Pengacara: Tidak, Yang Mulia.

Hakim Ketua: Hakim 1 apa ada yang ingin ditanyakan?

Hakim Anggota: Tidak, Yang Mulia.

Hakim Ketua: Hakim 2, bagaimana? Ada yang ingin ditanyakan?

Hakim Anggota: Tidak, Yang Mulia.

Hakim Ketua: Baik. Keterangan dari saksi dianggap sudah cukup, dan kami ucapkan terima
kasih. Apabila kami membutuhkan keterangan dari saksi lagi, kami berharap saudari saksi
tidak berkeberatan untuk hadir kembali di persidangan ini, silakan saudari saksi dapat
menuju tempat yang telah disediakan dan jangan bercakap-cakap dengan saksi atau ahli
lainnya.

Hakim Ketua: Silakan hadirkan saksi berikutnya.

Panitera : Saksi atas nama Angkasa Hasibuan dipersilakan masuk ke dalam ruang sidang.

Hakim Ketua: Saudara saksi, apakah saudara dalam keadaan sehat jasmani maupun
rohani untuk memberikan pernyataan yang benar dalam persidangan kali ini?

Saksi 2: Ya, saya dalam keadaan sehat jasmani rohani, dan saya akan memberikan
keterangan yang benar dalam persidangan ini, Yang Mulia.

Hakim Ketua: Saudara saksi, mohon perlihatkan ke pada kami kartu Identitas saudara

Saksi 2: (Memberikan kartu identitas kepada hakim)

Hakim Ketua: Baiklah, saudara saksi pertama-tama saya akan menanyakan identitas diri
saudara dan saya minta saudara menjawabnya dengan jelas.
Nama: Angkasa Hasibuan
Tanggal lahir: 11 Agustus 1998
Jenis kelamin: Laki-llaki
Usia: 25 tahun
Agama: Islam
Alamat: Jl. Pertanian
Pekerjaan: Ahli forensik

Saksi 2: Benar, itu merupakan identitas saya, Yang Mulia.


Hakim Ketua: Baiklah, sebelum saudara memberikan keterangan di persidangan ini,
menurut undang-undang saudara harus bersumpah atau berjanji terlebih dahulu untuk itu
saudara bersedia disumpah atau berjanji?

Saksi 2: Saya bersedia, Yang Mulia.

Hakim Anggota: Saudara, mohon ikuti saya. ”Saya berjanji bahwa saya sebagai saksi
dalam perkara ini, akan memberikan keterangan yang benar dan tidak lain dari yang
sebenarnya”

Hakim Ketua: Saudara saksi telah berjanji menurut agama yang saudara anut, untuk itu
kami berharap saudara dapat memberikan keterangan yang benar, karena apabila terbukti
saudara memberikan keterangan palsu, maka saudara dapat diancam dengan pidana
penjara selama-lamanya 7 tahun sebagaimana diatur dalam pasal 242 kuhp, apakah
saudara saksi mengerti?

Saksi 2: Saya mengerti, Yang Mulia.

Hakim Ketua: Apakah saudara mengetahui mengapa saudara dipanggil ke persidangan ini?

Saksi 2: Saya tahu, Yang Mulia

Hakim Ketua: Apakah saudara mengenal terdakwa?

Saksi 2: Tidak, Yang Mulia

Hakim ketua : Tolong anda jelaskan mengenai hasil otopsi dari mayat korban

Saksi 2: tentu yang mulia saya akan memaparkan hasil dari otopsi kami ( membacakan
hasil otopsi )

Hakim ketua : apakah jaksa penuntut umum ingin memberikan pertanyaan ?

JPU M : ada yang mulia, bagaimana anda bisa yakin bahwa hal tersebut terjadi akibat
benturan keras , bukan dari pukulan yang dilakukan oleh terdakwa ?

Saksi 2 : seperti yang saya katakan sebelumnya karena sangat sulit bagi terdakwa untuk
memukul dengan posisi garis lurus dan sulit untuk korban mendapatkan jenis patah tulang
ini , namun jika terdakwa berusaha menyelamatkan korban dengan metode menyelamatkan
korban jatuh dengan punggungnya duluan jatuh ke lantai itu bisa saja terjadi akibat benturan
yang keras

JPU M : baik, saya rasa sudah cukup yang mulia

( maul meledak karna tidak terima bahwa korban meninggal akibat bunuh diri )

Hakim ketua : baik apakah ada lagi pernyataan dari penasehat hukum terdakwa ?
Pengacara : ada yang mulia kami ingin menunjukkan bukti terakhir kami yang mulia, berupa
rekaman pesan terakhir korban yang kami dapatkan dari usb drive milik korban .

Hakim ketua : Silakan ditayangkan

Pengacara: Itu saja dari kami, Yang Mulia.

Hakim Ketua: Baik. Hakim 1 ada pertanyaan?

Hakim Anggota: Tidak, Yang Mulia.

Hakim Ketua: Baik. Hakim 2? Ada pertanyaan?

Hakim Anggota: Tidak ada, Yang Mulia.

Hakim Ketua: Dengan demikian, sidang hari ini kami tunda, dan sidang selanjutnya akan
digelar dengan agenda acara pemeriksaan terdakwa. Kepada JPU agar dapat
menghadirkan kembali terdakwa dan barang bukti pada persidangan yang akan datang.
Maka dengan demikian sidang hari ini dinyatakan ditunda dan ditutup (ketuk palu 3 kali).

Sidang Ketiga
Hakim Ketua: Sidang perkara pidana PN XI MIPA 6 yang memeriksa serta mengadili
perkara pidana Nomor 227 Pidana Umum/2023/PN XI MIPA 6, atas nama terdakwa
Muhammad Zahran dibuka dan terbuka untuk umum.

Hakim Ketua: sesuai dengan berita acara sidang yang lalu, sidang kali ini adalah
pemeriksaan terdakwa. Kepada terdakwa dipersilakan mengambil tempat di depan.

Hakim Ketua:Apakah saudara dalam keadaan sehat jasmani dan rohani untuk memberikan
keterangan dalam sidang kali ini?

Terdakwa: Ya

Hakim Ketua: Apakah saudara mengenal korban?

Terdakwa: Ya

Hakim Ketua: Baik, kepada penuntut umum dipersilakan untuk memberi pertanyaan ke
pada terdakwa.

JPU: Terima kasih, Yang Mulia.

JPU: Apakah saudara melihat korban sering melukai diri sendiri?

Terdakwa: Ya

JPU: Apakah saudara melihat secara langsung korban membunuh dirinya sendiri?
Terdakwa: Ya

JPU: Apakah saudara tahu korban saat itu sudah meninggal dunia atau belum

Terdakwa: Tidak

JPU: Baik Yang Mulia, pertanyaan dari kami cukup sampai di sini.

Hakim Ketua: Apakah Penasihat Hukum terdakwa memiliki pertanyaan untuk diajukan
kepada terdakwa?

Pengacara: Ada, Yang Mulia.

Pengacara: Apakah pada saat kejadian saudara hanya berdua dengan korban?

Terdakwa: Ya

Pengacara: Apakah korban sering menjauhi diri dari saudara?

Terdakwa: Ya

Pengacara: Apakah saudara telah menjawab pertanyaan dengan sejujur-jujurnya?

Terdakwa: Ya

Pengacara: Kami rasa, pertanyaan dari kami hanya sampai di sini.

Hakim Ketua: Baik, kepada hakim 1 ada yang ingin ditanyakan?

Hakim 1: Tidak ada, Yang Mulia.

Hakim Ketua: Bagaimana hakim 2?

Hakim 2: Ada, Yang Mulia. Apakah pada saat kejadian saudara berusaha menyelamatkan
korban dengan cara menjatuhkan korban dari jeratan tali di leher korban?

Terdakwa: (Pura-pura nangis) Ya.

Hakim 2: Baik Yang Mulia. Hanya itu pertanyaan dari saya.

Ketua Hakim: Baiklah. Jika tidak ada pertanyaan lagi, apakah penuntut umum telah siap
untuk membacakan tuntutannya?

JPU: Kami siap Yang Mulia

JPU: (Membacakan tuntutan)


Hakim Ketua: Terima kasih. Ke pada penasihat hukum terdakwa dipersilakan memberikan
tanggapan.

Pengacara: Atas dasar pemberian vonis bebas terhadap terdakwa, maka kami tidak akan
memberikan pembelaan apa pun, melainkan menginginkan agar Yang Mulia dapat berlaku
seadil-adilnya.

Hakim Ketua: Baik, terima kasih. Mohon kepada seluruh hadirin persidangan ini untuk tetap
berada dalam ruang persidangan karena sebentar lagi akan pembacaan tuntutan

(pura pura diskusi)

Hakim Ketua: Apakah penasihat hukum serta terdakwa siap untuk mendengarkan
pembacaan putusan dalam sidang ini?

Pengacara: Siap, Yang Mulia.

Hakim Ketua: (membaca tuntutan)

Hakim Ketua: baik demikian putusan majelis hakim, diberitahukan bahwa apabila keberatan
dengan keputusan ini, dapat mengajukan upaya banding selambat-lambatnya 14 hari sejak
putusan ini dibacakan.

Hakim Ketua: Kepada terdakwa apakah saudara mengerti dengan putusan ini?

Terdakwa: Ya

Hakim Ketua: baiklah, dengan demikian pemeriksaan perkara pidana peradilan dengan
nomor registrasi 227/pidana umum/2023/PN XI MIPA 6 atas nama terdakwa Muhammad
Zahran dinyatakan selesai dan sidang ini kami nyatakan ditutup (ketuk palu 3 kali)

Anda mungkin juga menyukai