Anda di halaman 1dari 7

Naskah Sidang Kasus Pembunuhan

Hakim Ketua: Selamat pagi saudara terdakwa, apakah saudara sedang dalam keadaan sehat dan
siap mengikuti persidangan ini?
Terdakwa: Selamat pagi Yang Mulia, saya dalam keadaan sehat dan siap mengikuti sidang pada
hari ini.
Hakim Ketua: Sebelum persidangan dilanjutkan saya ingin menanyakan identitas Anda. Siapa
nama Anda?
Terdakwa:
Hakim Ketua: Tanggal lahir Anda?
Terdakwa:
Hakim Ketua: Umur Anda?
Terdakwa:
Hakim Ketua: Pekerjaan Anda?
Terdakwa:
Hakim Ketua: Agama Anda?
Terdakwa:
Hakim Ketua: Dimohon terdakwa mendengarkan pembacaan surat dakwaan. Jaksa penuntut
umum silahkan bacakan surat dakwaannya

Jaksa PU baca surat dakwaan

Hakim Ketua: Apakah saudara terdakwa akan mengajukan nota keberatan?


Terdakwa: Saya serahkan kepada penasihat hukum Yang Mulia
Hakim ketua: Bagaimana penasihat hukum apakah sampai saat ini melakukan pembelaan?
Penasihat Hukum: Betul yang mulia
Hakim Anggota: Silahkan kepada penasihat hukum untuk pembelaannya
Penasihat Hukum: Baik, terima kasih Yang Mulia. Pada kesempatan ini, saya sebagai
pengacara pembela ingin menjelaskan bahwa kasus ini memiliki latar belakang yang sangat
kompleks. Klien kami, yang telah menjadi terdakwa dalam kasus ini, adalah seorang individu
yang mengalami kekerasan secara fisik maupun batin. Hal ini tidak hanya mempengaruhi
kesejahteraan kenyamanan klien kami dalam bekerja, tetapi juga menciptakan kondisi yang sulit
untuknya untuk menjaga keseimbangan mentalnya di pekerjaan yang dia tekuni. Ini menunjukan
ada nya alasan yang jelas mengapa terdakwa melakukan hal tersebut dan hal ini pun menunjukan
bahwa terdakwa tidak sepenuhnya bersalah.
Hakim Ketua: Bagaimana jaksa penuntut umum apakah ada tambahan tuntutan?
Jaksa Penuntut hukum: Baik, Ada Yang Mulia. Dalam kasus ini memang betul bahwasannya
adanya Tindakan kekerasan korban kepada terdakwa. Akan tetapi, penganiayaan hingga
pembunuhan yang dilakukan oleh terdakwa kepada korban dapat dibuktikan bahwa terdakwa
memiliki dendam hingga terdakwa melakukan tindakan impulsif yang mengakibatkan korban
meninggal dunia. Selain itu saya memiliki saksi saksi dan barang bukti yang cukup kuat untuk
menunjukan bahwa terdakwa sepenuhnya terbukti bersalah.
Hakim Ketua: Baik, maka sidang kita lanjutkan dengan pemeriksaan saksi-saksi dan barang
bukti. Kepada jaksa penuntut umum apakah telah siap dengan saksi-saksi dan alat buktinya?
Jaksa Penuntut Hukum: Kami telah siap dengan alat bukti kami Yang Mulia, dan kami telah
menghadirkan saksi-saksi dalam persidangan ini
Hakim Anggota 2: Saudara terdakwa silahkan menempatkan diri saudara di samping penasihat
hukum dan perlu diingat bahwa saudara tidak memiliki hak untuk berbicara tanpa izin dari
majelis hakim.
Hakim Anggota 1: Kepada saudari penuntut umum kami persilahkan untuk menghadirkan saksi
Jaksa Penuntut Hukum: Baik Yang Mulia
Hakim Ketua: Petugas khusus mohon persilakan saksi memasuki ruangan
Panitera: Kepada saksi dipersilakan masuk.
Hakim Ketua: Apakah saudara saksi hari ini sehat?
Saksi : Alhamdulillah sehat Yang Mulia
Hakim Ketua: Apakah saudara siap untuk mengikuti persidangan hari ini?
Saksi : Siap yang mulia
Hakim Anggota 1: Baik, silakan perkenalkan nama, asal, umur, dan ada atau tidak adanya
hubungan dengan terdakwa.
Saksi :
Hakim Anggota 1: Baik, berdasarkan pasal 160 ayat 3 KUHP sebelum anda dimintai
keterangan anda akan disumpah terlebih dahulu. Apakah saudara siap?
Saksi : Siap Yang Mulia

Juru Sumpah meletakan kitab diatas kepala saksi


Hakim Ketua: Baik, saudara saksi ulangi setelah saya. “Saya berjanji”
Saksi : “Saya berjanji”
Hakim Ketua: “Sebagai saksi”
Saksi : “Sebagai saksi”
Hakim Ketua: “akan memberikan keterangan”
Saksi : “akan memberikan keterangan:
Hakim Ketua: “yang benar”
Saksi : “yang benar”
Hakim Ketua: “tidak lain dari yang sebenarnya”
Saksi : “tidak lain dari yang sebenarnya”
Hakim Ketua: “semoga Tuhan menolong saya”
Saksi : “semoga tuhan menolong saya”
Hakim Ketua: Baik saudara Naufal apakah Anda sudah siap menjawab pemeriksaan dari jaksa
penuntut hukum dan penasihat hukum?
Saksi : Siap Yang Mulia
Hakim Ketua: Dipersilakan kepada jaksa penuntut hukum untuk mengajukan pertanyaan.
Jaksa Penuntut Hukum: Baik terima kasih Yang Mulia, saudara saksi apa hubungan anda
dengan korban?
Saksi : Saya bawahan korban di kantor
Jaksa Penuntut Hukum: Sudah berapa lama saudara bekerja di bawah korban?
Saksi : Kira-kira sudah 1 tahun lebih
Jaksa Penuntut Hukum: Apakah benar saudara mengenal terdakwa dari tempat kerja?
Saksi : Benar
Jaksa Penuntut Hukum: Apakah gugatan keluarga korban kepada terdakwa benar terjadinya?
Saksi : Benar
Jaksa Penuntut Hukum: Bisakah saudara jelaskan kronologi Anda menemukan mayat dari
korban?
Saksi : Pagi hari saya bertugas untuk membuang sampah ke tempat pembuangan di sebelah
kantor. Saat saya akan membuang sampah, saya mencium bau tak mengenakkan dari tempat
sampah. Baunya sangat anyir dan banyak lalat-lalat yang berterbangan di atas satu plastik
sampah besar. Karena saya curiga, saya langsung memanggil polisi untuk datang ke TKP.
Ternyata, ada mayat korban di kantong plastik besar tersebut.
Jaksa Penuntut Hukum: Apakah saudara mengetahui siapakah orang yang membuang plastik
sampah tersebut?
Saksi : Saya jadi teringat kejadian malam hari sebelumnya. Saat saya mau pulang lewat pintu
belakang kantor, saya melihat terdakwa dengan gerak-gerik aneh seperti celingak-celinguk kanan
kiri sedang membuang sebuah plastik besar ke tempat sampah di belakang kantor. Namun saat
itu saya tidak curiga sama sekali dan saya sedang terburu-buru untuk pulang.
Jaksa Penuntut Hukum: Apakah saudara saksi tahu ada atau tidak adanya permasalahan di
antara korban dan terdakwa?
Saksi : Saya beberapa kali mendengarkan curhatan terdakwa bahwa ia mendapatkan kekerasan
beberapa kali setiap ia melakukan kesalahan dalam pekerjaannya.
Jaksa Penuntut Hukum: Kami sudah siapkan beberapa barang bukti yang telah ditemukan
setelah menyelidiki terdakwa.

Jaksa penuntut hukum menunjukan salah satu barang bukti

Jaksa Penuntut Hukum: Apakah saudara saksi mengenali pisau ini?


Saksi : E.. oh iya itu pisau yang ada di dapur kantor
Jaksa Penuntut Hukum: bagaimana Anda yakin bahwa hal tersebut mendasari pembunuhan?
Penasihat Hukum: Interupsi Yang Mulia, pertanyaan terlalu menjurus
Hakim Ketua: Interupsi diterima, pertanyaan terlalu menjurus. Jaksa penuntut hukum tolong
untuk tidak mengajukan pertanyaan terlalu menjurus.
Penasihat Hukum: Terima kasih Yang Mulia
Jaksa Penuntut Hukum: Baik Maaf Yang Mulia. cukup pertanyaan dari saya. Terima kasih
saksi atas kesaksiannya. Sekian Yang Mulia terima kasih.
Hakim Ketua: Baik selanjutnya pembelaan dari terdakwa. Silahkan penasihat hukum
Penasihat Hukum: Baik terima kasih yang mulia. Saya ingin bertanya kepada saksi, apakah
saksi tahu sebelum kejadian berlangsung terdakwa sebelumnya sempat dimarahi dan dipukuli
oleh korban?
Saksi : Saya tidak ada saat itu, tapi korban memang memiliki sifat yang sangat perkesionis dan
tegas dalam memimpin perusahaan nya. Hingga memang tidak jarang korban tidak bisa
mengkontrol emosi nya jika ada yang membuat kesalahan.
Penasihat Hukum: Jadi bahwasannya benar bahwa korban jarang tidak bisa mengendalikan
emosi nya?
Saksi : Iya benar
Penasihat Hukum: Jadi berdasarkan informasi dari saksi yang merupakan rekan kerja terdakwa
dan seorang bawahan juga yang bekerja di perusahaan korban, benar mengakui korban yang
sering tidak bisa mengendalikan emosi nya hingga sampai kekerasan fisik yang dilakukan korban
kepada terdakwa. Terdakwa juga memiliki catatan rekam medis akibat pemukulan saat itu
berupa luka memar dan tulang pipi patah yang cukup parah. ini menunjukan bahwasannya pada
saat sebelum kejadian berlangsung bukan hanya korban saja yang luka namun terdakwa juga
memiliki luka.
Jaksa Penuntut Hukum: Interupsi Yang Mulia, bukankah berarti kita tidak bisa membenarkan
juga perilaku terdakwa yang membunuh korban atas karena hanya luka patah dan luka memar
yang sebenarnya sama sekali tak sebanding dengan seukur nyawa seseorang?
Hakim Anggota 2: Jaksa Penuntut Umum tunggu dulu. Mari dengarkan lagi pembelaan dari
penasihat hukum. Silahkan dilanjutkan.
Penasihat Hukum: Baik terima kasih Yang Mulia, Jadi ketika kita memahami konteks ini,
bukanlah untuk membenarkan tindakan pembunuhan, namun untuk menggambarkan bahwa
tindakan tersebut perlu dipahami dalam kerangka situasi yang memicu perasaan tidak nyaman
yang tak terhindarkan. Tindakan ini harus dilihat sebagai respons yang sangat emosional
terdakwa terhadap pengalaman yang tidak pantas dan kekerasan fisik yang diberikan korban
kepada terdakwa yang bisa dianggap sistematis. Karena ini mungkin menjadi pertimbangan
Yang Mulia Hakim untuk mempertimbangkan kembali kasus ini. Sekian terima kasih.
Hakim Ketua: Baik terima kasih saudara saksi atas kesaksian nya. Selanjutnya apakah saksi
kedua hadir pada hari ini dan siap memberikan saksinya?
Jaksa Penuntut Umum: Baik yang mulia, saksi saat ini merupakan saksi ahli dokter forensik
dari rumah sakit Sartika Asih Kota Bandung
Hakim Ketua: Baik, Karena pemeriksaan saksi pertama sudah selesai, saksi selanjutnya
dipersilakan masuk. Petugas khusus silakan mempersilakan saksi memasuki ruangan
Hakim Anggota 1: Kepada saksi dipersilakan masuk dan disumpah terlebih dahulu.

Juru Sumpah meletakan kitab diatas kepala saksi

Hakim Ketua: Baik, saudari saksi ulangi setelah saya. “Saya berjanji”
Saksi Ahli Forensik : “Saya berjanji”
Hakim Ketua: “Sebagai saksi”
Saksi Ahli Forensik: “Sebagai saksi”
Hakim Ketua: “akan memberikan keterangan”
Saksi Ahli Forensik: “akan memberikan keterangan:
Hakim Ketua: “yang benar”
Saksi Ahli Forensik: “yang benar”
Hakim Ketua: “tidak lain dari yang sebenarnya”
Saksi Ahli Forensik: “tidak lain dari yang sebenarnya”
Hakim Ketua: “semoga Tuhan menolong saya”
Saksi Ahli Forensik : “semoga tuhan menolong saya”
Hakim Anggota 2: Silakan perkenalkan nama, asal, umur, dan ada atau tidaknya hubungan
Anda dengan terdakwa
Saksi Ahli Forensik :
Hakim Ketua: Saudari saksi Salma apakah sudah siap mengikuti pemeriksaan?
Saksi Ahli Forensik: Siap Yang Mulia
Hakim Ketua: Silahkan jaksa penuntut umum memberikan pertanyaan kepada saksi ahli
forensik
Jaksa Penuntut Hukum: Saudari saksi, sudah berapa lama bekerja dalam bidang forensik
Saksi Ahli Forensik: Saya sudah bekerja selama 27 tahun sebagai dokter forensik.
Jaksa: Penuntut Hukum: Apakah benar terdapat bahan kimia di dalam tubuh korban?
Saksi Ahli Forensik: Benar, saat dilakukan pemeriksaan autopsi di dalam tubuh korban
ditemukannya bahan kimia berupa GHB atau Gamma-hidroksibutirat dengan kadar 300
miligram. Kadar tersebut cukup untuk membuat korban tertidur.
Jaksa Penuntut Hukum: Apakah biasanya obat-obatan tersebut dijual secara bebas?
Saksi Ahli Forensik: Obat-obatan tersebut tidak dijual secara bebas kepada masyarakat.
Jaksa Penuntut Hukum: Bagaimana dengan Luka luka yang ditemukan pada tubuh korban?
Saksi Ahli Forensik: Setelah melakukan autopsi, ditemukan luka-luka memar diduga bekas
pukulan barang tumpul di beberapa bagian tubuh korban seperti wajah, perut, dan lengan.
Sementara itu, mulut korban robek seperti dilukai oleh senjata tajam dan jari-jari korban hancur
diduga karena dipukul memakai palu. Lalu, kami menemukan 1 tusukan pada leher dengan luka
tusuk yang tidak lerlalu lebar namun dalam dan 12 tusuk tersebar di dada dan di perut korban
dengan luka yang cukup lebar namun tidak terlalu dalam. Kami menduga bahwa korban ditusuk
menggunakan pisau dapur ukuran sedang.
Hakim Anggota 1: Jaksa penuntut umum dan penasihat umum apakah sudah jelas mengenai
keterangan dari saksi? Silahkan penasihat hukum bila ingin ada yang ditanyakan mengenai
kesaksian ahli dokter forensik.
Penasihat Hukum: Baik tidak ada cukup Yang Mulia.
Hakim Anggota 2: Bisa kita cukupkan keterangan saksi dan alat bukti sampai disini?
Jaksa Penuntut Hukum dan Penasihat Hukum: Cukup Yang Mulia, silahkan dilanjutkan.
Hakim Ketua: Baik Terima kasih saksi atas kesaksian nya
Panitera: Saksi dimohon kembali pada kursi yang sudah disediakan.
Hakim Anggota 2: Kami persilahan jaksa penuntut umum membacakan tuntutan pada terdakwa

Anda mungkin juga menyukai