Anda di halaman 1dari 3

BAHAGIA, KITA YANG CIPTA, ALLAH TURUT SERTA

Masjid Modern Hujan Assalam, sudah tidak asing lagi terdengar ditelinga, penuh
suka cita, menjunjung tinggi fungsi masjid sebagaimana mestinya, yakni sebagai
pusat peradaban umat. Sebab itu, aku tertarik sekali untuk kembali melipir ke
Masjid yang berdomisili di Gunung Lingkas, Kota Tarakan, dengan menerima
ajakan salah seorang teman, sapa saja kak April untuk membersamai kegiatan
yang dibawahinya. Sampai hari ini, tidak satupun alasan kutemui untuk menolak
ajakan itu, hanya sesal jika tidak ku iyakan saat itu. Siapa sangka, kegiatan
Bersama Bahagiakan Santri justru banyak memberiku pelajaran, menambah kuota
bersyukur dalam kehidupan, dan meningkatkan kapasitas peduli terhadap
sesama. Pelajaran tersebut kudapati khususnya dari dua adik yang diamanahi
kepadaku selama rangkaian kegiatan berlangsung. Mari kuperkenalkan mereka,
yang pertama, bernama Muhammad Rifaldi, agar tidak kepanjangan kusapa saja
Rifal. Saat ini, ia berusia sembilan tahun, dan bermukim di Panti Asuhan Ahmad
Dahlan, Rifaldi anak yang manis, manis sekali, selain wajahnya, tutur kata dan
perlakuannya pun tidak kalah manis. Ia bermukim di Panti sejak setahun lalu, saat
kutanya apakah dia nyaman dan betah tinggak di sana, tentu saja jawabannya
“Betah sekali, kak” dengan penuh antusias karena mampu diberikan pendidikan
dan perawatan yangb baik dari pengurus panti, tetapi setelahnya sebuah ekspresi
syarat makna sengaja dipertontonkan padaku, “Tapi lebih enak kalau bersama
keluarga,” Sambungnya.
Masih tidak habis pikir, dalam kondisi seperti itu, dia masih saja membawaiku
bercanda dengan ungkapannya, sesekali kami kembali berbincang ria, perihal cita-
citanya yak kelak akan diusahakannya, yakni menjadi Tentara. Histeris aku
dibuatnya, teramat penuh ambisi ia melafalkannya, kami berdua turut
mengaminkan bersamaan. Seperti yang kubilang tadi, Rifal memiliki tutur kata
yang manis, terbukti tiap kali ia ingin kemana-mana, bermain, atau melancong
bersama teman-teman lainnya, tak lupa menghampiriku terlebih dulu dan
menyampaikan izinnya, “ Kak, aku main dulu, ya?” kemudian selalu kusambut
membolehkannya dengan pesan hati-hati dan segera kembali menghampiriku,
Rifal teramat mandiri, tidak menuntutku untuk selalu menemani dan
membenahinya, karena katanya dia sudah besar dan perkasa menangani
semuanya. HAHAHA ada-ada saja. Selain itu Rifal adalah anak yang penuh kasih
dan saying, terpampang nyata saat ia mampu mengayomi Rahim yakni adik yang
turut diamanahi padaku, ia bermukim di Panti Asuhan Berkah Ar-Rahim selama
dua tahun, Rifal sudah menganggapnya sebagai adik sendiri semenjak pertemuan
di hari itu, melihat mereka berdua saling mengayomi, memenuhi diri ini dengan
haru, padahal baru pertama kalo bertemu, tapi chemistrynya menggebu-gebu,
bagaimana cara Rifal menemani Rahim berenang, satu pelampung untuk berdua,
bagaimana Rifal mengayomi Rahim untuk berbilas bersama, bagaimana Rifal
menasihati Rahim untuk mencuci tangan sebelum makan, bagaimana Rifal
mengajak Rahim untuk duduk rapi menunggu salat berjamaah, bagaimana Rifal
dengan sabar menemaniku dan Rahim berbelanja, mendahulukan hak adiknya itu,
haru sekali, tidak mampu kuungkapkan betapa damainya hati ini menyaksikan itu
semua, Masya Allah.
Kembali ke Rahim, berbeda dengan Rifal, Rahim adalah anak yang manja sekali,
Rahim lebih muda setahun dibanding Rifal. Terlihat jelas olehku bahwa dirinya
tidak bisa jauh-jauh dari kami berdua (Aku dan Rifal), dan seringkali memelukku
tanpa sebab sembari menebar senyum lucunya itu. Perlakuan Rahim padaku
bukan tanpa sebab, Rahim rindu sosok ibu, ayah, bahkan kaka, terbilang bahwa
Rahim adalah anak ke lima dari enam bersaudara, mewajarkannya berperilaku
manja dan perlu dikasihi lebih. Dan Allah mengamanahiku untuk merangkup
peran ayah, ibu, kaka untuknya di hari itu. Berambisi seperti Rifal, Rahim sendiri
memiliki cita-cita sebagai angkatan laut dan bertemu dengan kedua orang tuanya
kembali, Masya Allah, lagi-lagi kami aamiinkan bersama-sama.
Sampai pada waktunya, perpisahan menghampiri kami bertiga, Rifal dan Rahim
musti segera balik ke Panti Asuhan sebab rangkaian acara yang telah usai.
Sembari menunggu jemputan, kusempatkan duduk bersama mereka sembari
menyantap es krim buatan pabrik Aice, tidak lupa kami saling menukar kasih,
mengucapkan terima kasih, ku dipeluk erat oleh Rifal yang secara lugas
meluapkan cintanya “Terima kasih banyak kak sudah jagain aku.” Terharu sekali,
kemudia ia menjulurkan tangannya menadah salim kepadaku, dan melambai
menjauh. Begitu juga dengan Rahim yang tidak henti-hentinya memelukku, erat,
tak ingin diganggu. Kemudian dengan sangat percaya diri, Rahim mengenalkanku
kepada pengasuh dan teman-temannya, “Ini kaka LOku, ges.” HAHAHAHA lucu
sekali, Masya Allah, terharu berkali-kali aku dibuat mereka berdua. Teringkat
kembali saat prosesi belanja kebutuhan sandang pangan, aku dibuat tertawa
sekaligus terharu saat-saat Rahim dengan pongah memamerkanku sepatunya
yang lusuh dengan alas yang terlepas dan tidak berupa, tetapi ia dengan fasih
menertawakan hal tersebut. Masya Allah, kemudian kita meilipir membelikannya
sepatu baru berpoles merah, pilihannya sendiri. Betapa berlimpah kebahagiaan
yang menghampirinya bahkan dengan kondisi terbatas seperti itu. Sama halnya
dengan Rifal yang dengan exited memperlihatkanku tas baru pilihannya, betapa
senangnya ia menggendong tas ransel warna coklat, membawainya kemana-
mana dengan hati penuh suka cita.
Pelajaran yang ku temui, cerita indah yang ku lalui bersama mereka tidak akan
pernah bisa digambarkan lengkap, baik dengan bercerita maupun menulis seperti
ini. Tapi satu hal yang pasti, mereka berdua telah turut andi memberikan
perubahan terhadap pola pikir dan perilaku yang masih primitif, dikuasai
ketamakan, yang masih menuntut tanpa belas kasihan. Hal tersebut juga
kuharapkan untuk para pembaca cerita ini, sekiranya cerita Rifal dan Rahim
mampu memberimu banyak pelajaran, karena guru tidak memandang usia,
karena guru tidak memandang rupa, kita bisa belajar dari siapa, dimana, dan
kapan saja. Selalu menebar kebaikan, dan kebermanfaatan. Jangan lelah jadi
orang baik, sebaik-baiknya manusia adalah yang paling bermanfaat bagi orang
lain.

Anda mungkin juga menyukai