Anda di halaman 1dari 28

AKU, KAMU, LAWAN KEKERASAN SEKSUAL

Mari Bersama Wujudkan Kampus Aman dan Bebas


dari Pelecehan Seksual!

Penyusun: Lathiefah Widuri Retyaningtyas


Desain Sampul, Tata Letak, dan Isi : Nofihantiwi

Cetakan I September 2017

Produksi Jaringan Muda didukung oleh


FRIDA | The Young Feminist Fund

Buku ini dapat diperbanyak untuk


kepentingan kampanye dan penyadaran
melawan pelecehan seksual.
SAMBUTAN
Dear teman-teman muda kampus..

Buku ilustrasi bergambar yang ada di tangan teman-


teman ini berisikan informasi mengenai pelecehan
seksual dan bagaimana kita sebagai kaum muda mampu
mencegahnya. Buku ini dikeluarkan oleh Jaringan Muda
Melawan Kekerasan Seksual.

Jaringan Muda Melawan Kekerasan Seksual adalah sebuah


gerakan yang di-inisiasi oleh anak muda kampus untuk
mewujudkan lingkungan yang aman dan bebas kekerasan
seksual. Komitmen tersebut disepakati sebagai hasil dari
Konferensi Perempuan Muda Se-Jawa “Melawan dan
Bebas dari Kekerasan Seksual” yang diselenggarakan
oleh Perempuan Mahardhika pada Maret 2015. Kita
sering marah, kesal dan sedih melihat berbagai kasus
pelecehan seksual yang terjadi di lingkungan sekitar
dan di kalangan anak muda itu sendiri. Masih banyak
yang menganggapnya sebagai hal sepele dan mungkin
menyalahkan korban. Kita berhimpun untuk mengubah
rasa marah, kesal dan sedih itu menjadi solidaritas
bersama. Kami adalah kita yang tidak mau menunggu dan
menunda untuk melawan kekerasan seksual.
Mengapa Jaringan Muda mengeluarkan buku ini?
Dalam kurun waktu 2015-2017 Jaringan Muda telah
melakukan aktivitas yang bertujuan untuk mendata kasu-
kasus pelecehan seksual yang rentan terjadi di kalangan
anak muda (kampus). Bentuk yang kami temukan beragam,
dari pelecehan seksual berupa godaan ataupun candaan
seksual, kekerasan dalam pacaran hingga pemaksaan
hubungan seksual atau perkosaan. Dan dapat dilakukan
oleh orang-orang yang dekat dengan lingkungan kita
seperti teman sebaya, pacar, maupun orang yang
memiliki relasi kuasa lebih tinggi dari mahasiswa seperti
dosen. Harapan kami, informasi dan pengetahuan yang
ada dalam buku ini dapat menjadi bekal kita bersama
untuk mencegah tindak pelecehan seksual. Dan langkah
pertama untuk itu adalah dengan mengenali pola dan
bentuk nya yang sering terjadi di sekitar kita.

Sumber informasi dalam penyusunan buku ini adalah


hasil Konferensi Perempuan Muda Se-Jawa dan survey
melawan kekerasan seksual yang dilakukan oleh Jaringan
Muda.

Kami menyadari sangat banyak hambatan dalam


memperjuangkan isu ini, namun kami juga mengetahui
bahwa di dalam diri kaum muda terdapat kekuatan dan
keberanian untuk melawan.
Akhirnya kami ucapkan selamat membaca, semoga
menginspirasi dan meyakinkan bahwa bersama kita bisa
melawan kekerasan seksual.

Aku, Kamu, Lawan Kekerasan Seksual.

Lathiefah Widuri Retyaningtyas


Jaringan Muda Melawan Kekerasan Seksual
DAFTAR ISI

Sambutan /10

Apa itu Pelecehan Seksual?/12

Apa yang dapat kita lakukan jika


teman kita menjadi korban?/25
SERUNYA JADI MAHASISWA/I
“Hai aku Ara.” ‘Hai aku Maeja.”

Kami berdua adalah anggota team


Jaringan Muda Melawan Kekerasan Seksual,

“Tahukah kamu bahwa kampus masih menjadi tempat


yang rentan dengan kasus pelecehan seksual?”

“Nah, makanya kami berdua ingin berbagi informasi


mengenai pelecehan dan kekerasan seksual yang
sering dialami kaum muda, karena seringkali
persoalan tersebut masih dianggap remeh dan
dirasa tidak penting untuk dibicarakan. Padahal, jika
kita diam dan menutup diri dari informasi maka
korban akan semakin bertambah dan pelaku akan
terus mengulang perbuatannya. Makanya, yuk kita
ambil bagian untuk mewujudkan kampus yang aman
dan bebas dari kekerasan seksual!”
Aku, Kamu, Lawan Kekesaran Seksual
Pernahkan teman-teman mengalami kejadian seperti
gambar di atas? Disiulin oleh orang yang dikenal ataupun
tidak dikenal sehingga membuat kita merasa terganggu
dan tidak nyaman?

Jika pernah, maka mulai sekarang sebaiknya kita jangan


diam saja dan menganggap kejadian tersebut sebagai
hal yang wajar. Karena meski nampak sepele, disiulin
merupakan salah satu bentuk pelecehan seksual yang
paling sering terjadi di sekitar kita. Yuk kita bekali diri
dengan informasi tentang apa sih pelecehan seksual itu.

11
Apa itu pelecehan seksual?

Pelecehan seksual ialah segala


tindakan/perilaku/gerak-gerik
yang memiliki muatan seksual
yang tidak dikehendaki sehingga
menyebabkan rasa marah,
perasaan terhina, malu, depresi,
tidak nyaman, dan tidak aman
bagi orang lain. Pelecehan seksual
bisa berbentuk verbal (kata-kata), non-verbal, tulisan,
fisik, psikis, dan visual.

Tindakan pelecehan seksual ini dapat terjadi karena cara


pandang yang menempatkan tubuh orang lain sebagai
objek seksual belaka. Pelecehan seksual dapat terjadi
tanpa pandang jenis kelamin, namun dalam relasi kuasa
yang tidak setara dalam struktur bangunan masyarakat
saat ini (patriarki) membuat perempuan menjadi lebih
rentan terhadap hal tersebut.

Pelecehan seksual adalah salah satu dari sekian bentuk


kekerasan seksual dan dapat dikategorikan sebagai
kekerasan berbasis gender. Oleh karenanya pelecehan
seksual dapat digolongkan pula sebagai salah satu bentuk
pelanggaran Hak Asasi Manusia dan bagian dari kejahatan
kemanusiaan.

Dari Konferensi Perempuan Muda Se-Jawa dan Pendataan


tentang bentuk-bentuk pelecehan seksual yang dilakukan
oleh Jaringan Muda, ditemukan hal-hal seperti berikut :

Aku, Kamu, Lawan Kekesaran Seksual


• Komentar atas bentuk tubuh dan ekspresi gender,
seperti panggilan tege atau tete gede, jilboobs, papan
setrikaan, pantat bahenol, pantat tepos, jeruk makan
jeruk (banyak terjadi untuk laki-laki feminim).
• Setiap orang berhak untuk merasa aman dan nyaman
atas bentuk tubuh dan ekspresi gender mereka. Oleh
karenanya komentar atas bentuk payudara, bentuk
badan dan ekspresi gender seperti di atas termasuk
pelecehan seksual. Dari temuan Jaringan Muda hal di
atas seringkali terjadi di kantin, ruangan kelas, ruang
unit atau organisasi mahasiswa, dan lingkungan kos-
kosan mahasiswa, dan pelaku mayoritas adalah teman
sebaya.
• Godaan dan candaan seksual seperti manis, cantik,
sayang, siulan-siulan, gangguan secara verbal dan
suara lainnya yang biasa disebut dengan istilah
‘catcalling’. Sangat sering dilakukan oleh orang tak

13
dikenal ketika di jalan, namun juga bisa dilakukan oleh
teman sebaya dan senior di kampus. Ketika penerimaan
mahasiswa baru, proses dimana mahasiswa baru
mengenal dunia kampus, hal ini seringkali terjadi.
Lokasi kejadian adalah di tempat-tempat publik di
kampus seperti ruangan koridor, tangga, tempat
tongkrongan, aula dan rooftop.
• Serangan pandangan mata atau pandangan nakal
Aku, Kamu, Lawan Kekesaran Seksual

terhadap bagian tubuh tertentu yang menyebabkan


perasaan risih dan tidak nyaman. Hal ini ditemukan
terjadi pada momen-momen penerimaan mahasiswa
baru dan pada saat mahasiswa sedang mengajukan
makalah atau tugas lainnya sehingga wawancara
serta pertanyaan menelisik dapat menjadi modus
untuk melakukan serangan pandangan mata. Pelaku
biasanya adalah seseorang yang memiliki kuasa lebih
tinggi, seperti senior dan dosen.
• Stigma (pelabelan negatif) atas cara berpakaian, cara
berjalan, cara berdandan atau cara berkomunikasi.
Seringkali cara berpakaian mini atau seksi dianggap
sebagai undangan untuk melecehkan. Diperparah
lagi dengan struktur bangunan masyarakat patriarki,
yang kemudian membuat adanya pengkategorian
perempuan baik-baik dan tidak, pelecehan atas kasus
seperti ini lebih sulit mendapat dukungan.

14
• Di kampus, Jaringan Muda menemukan beberapa
stigma seperti berikut “cewek gampangan”, “cewek
sabi” yang adalah kebalikan kata dari “bisa” merujuk
pada bispak atau bisa dipake. Ungkapannya seperti
“cewek itu sabi gak ya?”.

• Seperti halnya setiap orang berhak mendapatkan rasa Aku, Kamu, Lawan Kekesaran Seksual
aman atas bentuk tubuh dan ekspresi gender, begitu
pula dengan cara berpakaian dan ekspresi tubuh yang
lain. Oleh karenanya pelabelan negatif seperti di atas
merupakan bentuk pelecehan seksual.
• Menyentuh atau mencolek bagian tubuh tertentu,
seperti menyenggol pantat, menyenggol payudara
bahkan hingga memeluk dan mencium secara paksa.

15
Biasanya hal ini dilakukan dengan dalih “tidak sengaja,
hanya bercanda atau sudah merasa akrab”. Hal itu bisa
dilakukan oleh teman sebaya atau satu komunitas,
orang yang memiliki relasi kuasa lebih tinggi atau
orang tak dikenal di jalan.
• Tak hanya dilecehkan secara langsung, Jaringan Muda
juga menemukan bentuk-bentuk pelecehan yang terjadi
via media sosial atau instant chat. Seringkali terdapat
Aku, Kamu, Lawan Kekesaran Seksual

kiriman gambar dan obrolan yang melecehkan seperti


meme - meme yang memperlihatkan tubuh perempuan
sebagai objek seksual ataupun menyebarkan foto
pribadi tanpa ijin pemilik.
• Menempatkan seseorang sebagai objek seksual
merupakan kekerasan karena merenggut hak
seseorang untuk memiliki tubuhnya. Setiap orang
adalah subjek seksual.
• Selain pelecehan seksual, Jaringan Muda juga
menemukan bentuk-bentuk kekerasan seksual yang
terjadi dalam relasi personal seperti kekerasan
dalam pacaran. Hal ini dipicu oleh relasi yang tidak
setara antar individu di dalamnya. Bentuk-bentuk
yang ditemui adalah adanya pemaksaan untuk
menceritakan sejarah seksual pasangan, pemaksaan
untuk melakukan aktivitas seksual, kemudian
ancaman akan menceritakan sejarah seksual ketika
hubungan pacaran tidak bisa dilanjutkan. Kekerasan

16
dalam pacaran ini bisa juga berjalan dengan proses
yang halus karena berhasil untuk mendominasi
pasangan. Pelaku seringkali melakukannya dengan
mengatasnamakan cinta.
• Pemaksaan hubungan seksual seperti di atas adalah
bentuk perkosaan. Selain dalam relasi pacaran,
Jaringan Muda juga menemukan tindakan perkosaan
yang terjadi dengan ancaman untuk tidak memberikan

Aku, Kamu, Lawan Kekesaran Seksual


nilai bagus, bujuk rayu dan janji manis untuk menikah
atau berelasi, serta ajakan pendalaman studi atau
penelitian. Dalam beberapa kasus, Jaringan Muda
menemukan pelakunya adalah dosen.
• Selain itu masih terdapat fakta lain bahwa terdapat
hambatan dan kesulitan melaporkan tindak kekerasan
seksual yang dialami oleh laki-laki, karena di
masyarakat kita sudah terbangun tuntutan standar
bahwa laki-laki itu kuat, macho, pemimpin, dsb.
Standarisasi tersebut justru menyebabkan laki-laki
merasa malu dan khawatir untuk melaporkan tindak
pelecehan seksual yang terjadi pada dirinya, karena
masyarakat patriarkis akan mendakwanya sebagai
“bukan laki-laki sejati” dengan pertanyaan-pertanyaan
yang menyudutkan seperti “yang benar saja, masak
laki-laki dilecehkan?”

17
Apakah teman-teman pernah
menemukan hal serupa
di sekitar teman-teman?”
Aku, Kamu, Lawan Kekesaran Seksual

Dalam melakukan pendataan, selain dengan metode


pembagian kuisioner, Jaringan Muda juga membangun
ruang aman dan nyaman bagi teman-teman muda
kampus untuk sekedar curhat, ngobrol ringan atau diskusi
mengenai situasi pelecehan yang sering terjadi di sekitar
kita. Dari situ pula muncullah rasa simpati dan solidaritas
agar tidak ada lagi orang lain yang terjebak dalam siklus
pelecehan dan kekerasan seksual. Semangat itu adalah
modal utama kita untuk mulai membela kemanusiaan atas
diri sendiri, dan orang-orang yang kita sayangi.

18
Dari pola pelecehan dan kekerasan seksual di atas, terlihat
bagaimana pelaku dengan berani melakukannya di ruang
terbuka, dalam situasi yang ramai dan berulang sehingga
terkesan sangat wajar untuk di lakukan.

Banyak kasus kekerasan seksual yang terjadi di kampus


tidak diketahui dan tercatat, hal tersebut dikarenakan
beberapa sebab, seperti: korban mempunyai ketakutan

Aku, Kamu, Lawan Kekesaran Seksual


untuk melapor, korban berada di bawah ancaman
pelaku, korban tidak tahu kemana harus melapor, tidak
ada ruang yang aman dan nyaman untuk melapor, tidak
adanya perlindungan hukum yang pasti dan institusi
yang melindungi di kampus, serta belum tersedianya
perlindungan hukum yang berspektif korban.

Selain permasalahan di atas, kekerasan dalam relasi


berpacaran yang kerap dialami oleh kalangan anak muda
juga sulit untuk dilaporkan. Hal tersebut karena pandangan
yang menganggap kekerasan dalam pacaran merupakan
urusan personal, sehingga tidak perlu dilaporkan dan
dapat diselesaikan secara diam-diam atau lewat jalur
damai kekeluargaan tapi justru tidak memberikan akses
keadilan bagi korban.

Lemahnya perlindungan hukum atas kekerasan seksual


tentu menjadi penghambat dalam pelaporan dan

19
penanganan korban. Belum lagi cara pandangan yang
masih sering menyalahkan korban justru membuat
pembatasan ruang gerak tidak ditujukan pada pelaku
melainkan pada korban seperti contoh: adanya jam malam
untuk perempuan, aturan berpakaian, cara berperilaku,
bertutur serta kenyamanan berekspresi lainnya. Hingga
saat ini belum ada peringatan dan tindakan tegas bagi
pelaku, sehingga berdampak pada pembiaraan kasus
Aku, Kamu, Lawan Kekesaran Seksual

kekerasan seksual yang membuat korban semakin diam


dan malu untuk melaporkan.

Seperti yang sudah diulas sebelumnya, pelaku kekerasan


seksual ternyata bisa siapa saja. Bisa dari orang yang
sama sekali tidak kita kenal atau bahkan orang yang
justru dekat dengan kita, seperti teman sebaya, teman
satu komunitas, pacar, pengajar dan sebagainya.

Tapi kita juga harus tahu bahwa yang menjadi korban


kekerasan seksual tidak selalu perempuan, korbannya
juga bisa laki-laki. Oleh karenanya laki-laki harus turut
mengambil peran dari perlawanan terhadap perjuangan
untuk menghapuskan kekerasan seksual.

Apa sih manfaatnya dengan kita turut ambil peran dalam


penghapusan kekerasan seksual?

20
Ya enggak dong. Bukan tubuh
kita yang salah, bukan juga cara
berpakaian kita, yang salah ya cara
pandang orang lain yang menganggap
tubuh perempuan itu sebagai objek
Jadi, yang salah yang wajar untuk dilecehkan,
tubuh kita dong? dijadikan candaan, dikomentari, diatur
dan lain sebagainya

Apapun gaya dan


ekspresimu kamu Nah sepakat tuh!
berhak untuk aman Heran ya zaman sekarang
dan bebas dari itu masih aja ada
kekerasan seksual orang yang ngurusin
tubuh orang lain
bahkan temen sendiri.
Kita dapat memastikan terciptanya ruang kampus
yang aman, nyaman, bebas berekspresi dan bebas dari
kekerasan seksual, agar orang-orang terdekat dan teman-
teman kita tidak menjadi korban selanjutnya. Hal ini juga
dapat meningkatkan partisipasi teman-teman perempuan
dalam kapasitasnya berorganisasi ataupun aktivitas
lainnya di kampus.
Aku, Kamu, Lawan Kekesaran Seksual

Karena kasus-kasus pelecehan dan kekerasan seksual


dapat terjadi pada siapa saja dan di mana saja, oleh
karena itu perlawanan terhadapnya pun harus hadir dari
siapa saja dan di mana saja

Semakin banyak teman-teman yang turut bersuara, maka


semakin besar pula perlawanan terhadap kekerasan
seksual tersebut.

22
Kita harus dapat mengenali bentuk-bentuk pelecehan
seksual untuk dapat mengantisipasi dan mencegah terjadinya
di lingkungan, selain itu yang paling penting adalah
bagaimana mengajak temanteman kita tidak menyalahkan
korban dan menghormati perempuan.

Nah, berikut ini ada beberapa tips sebagai tindakan


respon cepat untuk melawan kekerasan seksual:

Aku, Kamu, Lawan Kekesaran Seksual


• Jangan diam: tunjukkan ketidaksukaan kita terhadap
tindakan yang melecehkan, bisa dengan melotot,
membentak atau mendatangi pelaku dan sampaikan
ketidaksukaan kita. Hal itu juga bisa menjadi sarana
penyadaran bagi teman kita, bahwa
tindakannya itu melecehkan.
• Ketika di kampus, seringkali kita
beraktivitas hingga malam hari,
sehingga ketika pulang, jalanan atau
gang sudah sepi. Untuk berjaga-
jaga kita dapat membawa peluit,
semprotan cabe, atau semprotan
lain seperti parfum.
• Jika terjadi tindakan seperti
dihadang ditengah jalan atau dipeluk
paksa secara tiba-tiba kita dapat
merespon dengan menyemprotkan
semprotan cabe/parfum ke mata

23
pelaku, meniup peluit untuk meminta pertolongan,
pukul, tendang ataupun serang balik pelaku dengan
barang bawaan kita (tas, sepatu, buku dsb).

Gunakan buku, tas, atau


barang yang kita bawa
untuk melepaskan diri
dari pelaku.
Aku, Kamu, Lawan Kekesaran Seksual

Gunakan
punggung tangan.

Injak dengan keras


kaki pelaku

• Jika mengalami hal seperti di atas, usahakan untuk


melaporkannya. Jika kamu kesulitan, berbagilah
dengan Jaringan Muda. Percayalah, kamu tidak sendiri.

24
Apa yang dapat kita lakukan jika
teman kita menjadi korban?
Teman-teman muda kampus, jangan berfikir seseorang
bisa dengan mudah lepas dari trauma atas tindak
kekerasan seksual. Karena Kekerasan seksual akan
menyebabkan perasaan malu, marah, menyalahkan diri
sendiri, perasaan bersalah, dsb. Dalam kasus kekerasan
seksual yang disertai dengan kekerasan fisik apalagi,
trauma dapat berdampak pada situasi psikologi yang

Aku, Kamu, Lawan Kekesaran Seksual


tidak baik seperti ketakutan, depresi, phobia, dan selalu
curiga pada orang lain.

Adakah yang bisa kita lakukan?


Tentu. Ciptakanlah ruang yang nyaman bagi korban.
Jangan pernah menyepelekan perasaan trauma yang
dialami oleh korban, apalagi menyalahkannya. Ruang yang
aman dan nyaman adalah satu kondisi yang dibutuhkan
oleh korban untuk melawan kekerasan seksual. Dalam
ruang-ruang tersebut kita dapat mendengarkan korban,
menjadi teman bicara untuk korban, membantu korban
untuk mendapatkan kembali rasa percaya dirinya, dan
meyakinkan bahwa kekerasan seksual yang terjadi adalah
kesalahan pelaku, bukan kesalahan korban.

Miris mendengar berbagai berita kekerasan seksual? 


Marah dan sedih?
Yuk kita ubah amarah kita jadi kekuatan!

25
Gimana caranya jika ingin menjadi bagian dari Jaringan
Muda Melawan Kekerasan Seksual ?
Di tengah budaya yang masih menyalahkan korban,
perlawanan terhadap kekerasan seksual belum tentu
mendapatkan dukungan. Bisa jadi, baru sedikit orang
yang merasa resah dan mau meluangkan waktu, berbuat
sesuatu untuk melawannya. Kepada kita yang tidak
mau menunggu dan menunda untuk melawan kekerasan
Aku, Kamu, Lawan Kekesaran Seksual

seksual, Jaringan Muda Melawan Kekerasan Seksual


ini diperuntukkan. Sehingga sangat terbuka bagi setiap
warga kampus bahkan individu sekalipun untuk bergabung
dalam jaringan. Tentunya, dukungan dari Lembaga atau
Komunitas di kampus pun sangat diharapkan.

Prinsip kerja jaringan ini adalah kerelawanan. Siapapun


yang memberi waktu untuk kegiatan kerelawanan
ini sangat dihargai. Melalui Jaringan Muda Melawan
Kekerasan Seksual kita akan bersama berbagi pengalaman
dan membangun kekuatan untuk berani mempraktekkan
cara-cara melawan kekerasan seksual di kampus.

Seberapapun kita di awal akan menjadi kekuatan untuk


membangun solidaritas yang lebih besar dan mengajak
lebih banyak dukungan. Dengan metode kreatif untuk
kampanye perlawanan kekerasan seksual, kita akan

26
berupaya agar isu ini dapat diterima luas di kampus,
membuka tabir dunia pendidikan yang selama ini masih
dianggap jauh dari tindakan kekerasan seksual.

Teman-teman muda kampus yang penuh dengan semangat


baru dan penuh impian dapat menjadi kekuatan untuk
membuat kampus aman dan bebas dari pelecehan seksual.

Aku, Kamu, Lawan Kekesaran Seksual


Buku ini tentu dapat teman-teman gunakan untuk
membuat diskusi-diskusi di kampus, juga dapat teman-
teman gunakan untuk bertemu dengan JARINGAN MUDA,
bikin agenda bareng, bikin aksi di kampus, bagi selebaran,
bagi stiker, dan kampanye kreatif lain, untuk meluaskan
isu ini bahkan mendorong kampus untuk memasang
rambu-rambu melawan kekerasan seksual.

Mari Wujudkan Kampus sebagai


Benteng Perlawanan terhadap Kekerasan Seksual
dengan Membangun Pusat-pusat Informasi Kesetaraan.

27
Saat ini Jaringan Muda Melawan Kekerasan Seksual
didukung oleh beragam komunitas dan organisasi :

Perempuan Mahardhika
Perempuan Norma Rae – Palu
GIE Cinema - Jakarta
Rumah Gender – Purwokerto
Bhinneka Ceria - Purwokerto
Serikat Perempuan Indonesia (Srikandi) – Makassar
Koalisi Perempuan Ronggolawe – Tuban
Komunitas Intan Makhdum Ibrahim - Tuban
Perempuan Mahardhika - Samarinda
Embrio Perempuan Merdeka – Samarinda
Barisan Perempuan – Banten

Mau jadi bagian Jaringan Muda


dan diskusi bersama tentang buku ini?
Hubungi kontak di bawah ya..

Jaringan Muda Melawan Kekerasan Seksual


yangmudayangmelawan@gmail.com

082353410692

085753514559

jaringanmuda

@mudamelawan

http://bit.ly/2ewVAhM

Anda mungkin juga menyukai