Pancasila
Pancasila
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Siapa yang tidak kenal dengan “KAMPUS” ? hampir semua orang
mengenal kata kampus. Yang ada di benak kita saat kita mendengar kata-
kata itu adalah sebuah cara belajar yang ringan, kelonggaran waktu, mudah
mengambil cuti dan berpakaian bebas apapun saat pergi ke sana. Namun
kehidupan kampus tidak seindah yang kita bayangkan, kehidupan kampus
adalah kehidupan yang lebih luas lingkupnya dibandingkan sekolah
menengah. Semakin luas kehidupan itu semakin luas juga pola pergaulan
dan potensi terjadinya konflik. Salah satu konflik di kampus yang selalu
terjadi adalah “BUDAYA SENIORITAS”. Senioritas adalah keadaan lebih
tinggi dalam pangkat, pengalaman, dan usia atau dalam arti lain adalah
prioritas status atau tingkatan yang diperoleh dari umur atau lamanya
bekerja. Budaya senioritas adalah budaya peninggalan feodalisme, dimana
yang mudah menghormati yang tua dan menuruti segala apa yang
dikehendakinya meskipun itu bertolak belakang dengan keinginan sang
junior, “senior tidak pernah salah” kata yang semakin dipopulerkan banyak
orang. Dimana intinya senior lebih berkuasa diatas segalanya. Di kampus
sering terjadi konflik antara senior dan junior terutama mahasiswa baru,
kebanyakan mahasiswa baru masih sungkan untuk mengekspresikan
perasaan nya dibandingkan dengan senior, itu karena maba memiliki rasa
sungkan dan belum tau secara mendetail bagamana keadaan orang orang
disekelilingnya. Ada maba yang ekspresif ada juga yang tidak, maba yang
ekspresif biasanya lebih dikenal senior dan yang tidak ekspresif lebih
banyak tidak dikenal. Permasalahan lain juga datang dari senior yang selalu
mempunyai pikiran buruk terhadap juniornya, kebanyakan mereka menilai
junior hanya dari “casing” nya saja tanpa mengetahui sifat aslinya.
Penampilan, geng / teman yang biasa dengan nya, gadget dan ketampanan /
kecantikan, itulah yang biasanya dinilai terlebih dulu. Bila mereka tidak
suka dengan hal yang ada dalam diri junior tersebut mereka langsung
memberikan sanksi berupa sindiran maupun tindakan yang frontal dan tidak
1
pantas. Hal ini termasuk dalam diskriminasi status dan usia karena mereka
sudah membeda bedakan status dan merasa bahwa mereka paling tua dan
paling berkuasa, sehingga dapat melakukan hal yang semena mena terhadap
orang yang mereka anggap lebih rendah status dan usianya. Dan para senior
berusaha untuk selalu mendominasi dalam hal apapun. Banyak kasus
tentang tindak kekerasan senior terhadap junior di universitas, bahkan ada
yang berupa pembunuhan, dan kebanyakan penyebabnya karena
permasalahan yang sepele, seperti hubungan asmara, adanya pihak ketiga,
perebutan jabatan dalam organisasi, rasa tidak ingin disaingi, dan
sebagainya. Hal tersebut membuktikan bahwa generasi muda saat ini
mengalami degradasi moral, padahal mereka adalah calon penerus masa
depan bangsa dan negara, apabila permasalahan ini tidak segera diatasi
maka akan berdampak fatal.
Sudah menjadi momok tiap tahun, yang dirasakan oleh para siswa
baru adalah rasa was-was, takut, canggung, dan sebagainya. Dan lebih-lebih,
bagaimana kita membayangkan betapa garangnya perlakuan senior terhadap
kita pada saat nanti. Hal ini sudah menghantui kita sejak masa SMP, seperti
dijemur siang bolong tanpa diberi minuman, minum dari botol yang sama
setiap orang, mengunyah permen karet bekas teman yang berada di samping,
dan banyak lagi. Hal ini biasanya menjadi “goals” dari para senior yang
menyaksikan dan mereka dapat dengan bebasnya memamerkan jabatannya
sebagai senior.
2
BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Defenisi Senioritas
Senioritas adalah suatu hal yang sudah biasa dan sudah banyak terjadi
di hampir setiap sekolah di Indonesia. Menurut KBBI, senioritas adalah
keadaan yang lebih tinggi dalam pangkat, pengalaman, dan usia. Dalam dunia
perkuliahan, senioritas dilakukan oleh mahasiswa yang tingkat kelas nya
lebih tinggi (Senior) kepada para mahasiswa yang tingkat kelas nya lebih
rendah (Junior) dengan cara menekan para junior tersebut sesuai
keinginannya. Senioritas telah menjadi tradisi turun temurun dikalangan
mahasiswa. Pada realitasnya, ada strata yang terbangun secara formal di
dalam kampus. Strata tersebut memiliki indikator yang berbeda-beda pula.
Ada mahasiswa yang mendapatkan gelar senior hanya karena ia terlebih
dahulu menginjakkan kaki dikampus. Namun ada pula yang lebih dari itu,
selain ia terlebih dahulu masuk dalam kampus ia juga memiliki wawasan dan
pengetahuan yang luas dibandingkan juniornya.
Sudah menjadi momok tiap tahun, yang dirasakan oleh para siswa
baru adalah rasa was-was, takut, canggung, dan sebagainya. Dan lebih-lebih,
bagaimana kita membayangkan betapa garangnya perlakuan senior terhadap
kita pada saat nanti. Hal ini sudah menghantui kita sejak masa SMP, seperti
dijemur siang bolong tanpa diberi minuman, minum dari botol yang sama
setiap orang, mengunyah permen karet bekas teman yang berada di samping,
dan banyak lagi. Hal ini biasanya menjadi “goals” dari para senior yang
menyaksikan dan mereka dapat dengan bebasnya memamerkan jabatannya
sebagai senior.
Kini, senioritas marak menjadi perbincangan hangat di kalangan
masyarakat luas, karena penyalahgunaan hak “senioritas” yang berakhiran
menjadi “bullying” kepada para juniornya hingga menyebabkan junior
tersebut terlanggar hak asasi pribadinya. Hal itu disebabkan oleh banyaknya
senior yang melakukan kekerasan fisik maupun verbal terhadap juniornya
agar keinginan senior tersebut terpenuhi. Biasanya diawali oleh penolakan
3
dari sang junior atas perploncoan yang diberikan oleh para senior, atau
sebagai hukuman dari suatu masalah yang telah dilakukan oleh para junior.
4
Senioritas yang negatif ini dapat menimbulkan image yang tidak baik,
baik bagi diri para senior sendiri dan fakultas yang menaunginya. Hal ini bisa
saja membuat para junior tersebut merasa dendam karena merasa terancam
dan diatur-atur secara semena-mena, yang bisa saja menyebabkan
kesenioritasan negatif ini dapat berlanjut ketahun-tahun berikutnya karena
dendam yang ingin disalurkan kepada junior lain.
5
penyampaian dan komunikasi, tidak menyalahi kekuasaan, dan berpikir
dengan otak. Sebenarnya tujuan dari kegiatan tersebut cukup baik karena
junior dilatih untuk mengerjakan sesuatu dengan cepat dan benar, disiplin,
tidak putus asa, melatih berargumen, menghormati yang lebih tua, dan belajar
untuk tidak melanggar aturan. Kemudian untuk para senior, mereka
diwajibkan untuk menyalurkan hal-hal positif dari kedudukan yang mereka
miliki agar tidak menimbulkan stigma negatif oleh para junior mengenai
organisasinya, komunitasnya, sekolahnya, jurusannya, fakultasnya, maupun
personality dari para seniornya.
Jika para senior masih memegang mindset bahwa senioritas diatas
segalanya, pemaknaan bahwa senior laksana guru pertama dalam proses
kehidupan yang syarat pengalaman, berubah menjadi sekelompok orang yang
menimbulkan keresahan. Padahal, subtansi senioritas telah dijelaskan dalam
KBBI, yakni perilaku yang memprioritaskan status yang diperoleh dari umur
atau lamanya bekerja. (Siswoyo 2010) menegaskan bahwa pemberian
keistimeawaan kepada yang lebih tua dikarenakan karakter orang yang lebih
tua biasanya lebih bijak berpengalaman dan berwawasan luas. Maka dari itu,
senioritas haruslah dihapuskan. Karena, di zaman yang penuh teknologi ini
sudah tida zaman nya lagi melakukan hal-hl negatif seperti senioritas.
Senioritas hanya menjadi pagar/batasan para junior untuk mengembangkan
dirinya.
6
2.6. Solusi Permasalahan Senioritas
Dari setiap masalah pasti selalu ada jalan atau solusinya. Termasuk dalam
kasus senioritas ini. Untuk menghindari kasus senioritas, di bawah ini kami
beri beberapa solusi, yaitu diputus rantainya senioritas dan junioritas dengan
cara :
1) Tidak diadakan lagi masa orientasi siswa yang bersifat kekerasan fisik
maupun mental tetapi lebih kepada yang positif
2) Lebih diajarkan mengenai dampak senioritas dan junioritas
3) Senioritas harus memberi contoh yang baik kepada juniornya supaya para
junior saat sudah menjadi senior juga berlaku demikian
4) Jangan pernah ada rasa dendam. Karena bila ada rasa dendam, rantai
senioritas akan selalu berlanjut
5) Guru harus selalu mengawasi apa saja yang dilakukan senior
6) Memberi penyuluhan dan dampak-dampak dari senioritas di
dalam kegiatan belajar mengajar Itu adalah beberapa solusi dalam
permasalahan senioritas. Solusi-solusi ini bila dikerjakan mudah- mudah
ampuh untuk menghentikan sikap senioritas. Tapi berhentinya senioritas
harus ada di dalam hati senior dan junior itu sendiri untuk mengubah
sikapnya.
7) Tidak adanya lagi pengkaderan yang menekan mahasiwa
7
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
3.2. Saran
Dalam penulisan makalah sebaiknya di lengkapi dengan sumber-sumber yang
akurat seperti dari buku atau bisa dari orang-orang disekitar kita.
8
DAFTAR PUSTAKA
http://dinayona.blogspot.com/2017/01/senioritas-di-ranah-pendidikan-
indonesia.html
https://www.kompasiana.com/axelrizky/58090d5eb37e612b360aa945/budaya
-senioritas-dengan-rasa-solidaritas
https://sekerasintan.wordpress.com/2017/02/03/berbicara-tentang-senioritas/
https://anqueen45.wordpress.com/2017/01/31/essay-mencegah-gagalnya-
pendidikan-indonesia-karena-senioritas/
http://alfinandriyansyah41.blogspot.com/2016/02/senioritas-dan-bullying-
senioritas-1.html