Anda di halaman 1dari 16

Kebijakan Penerapan

Formularium Nasional di FKTP


dalam Program
Jaminan Kesehatan Nasional

Dina Sintia Pamela, S.Si., Apt., M.Farm


Direktur Pengelolaan dan Pelayanan Kefarmasian

Disajikan pada
Workshop Clinical Pathway dan Panduan Praktik Klinis di FKTP
Bogor, 13 Februari 2023
OUTLINE

▪ Kebijakan Nasional di Bidang Kesehatan


▪ Tata Kelola Obat dalam Pelayanan Kesehatan
▪ Formularium Nasional (Fornas)
▪ Penerapan Fornas di FKTP
▪ Penutup
KEBIJAKAN NASIONAL DI BIDANG KESEHATAN
Strategi RPJMN 2020-2024

TAHAP IV (2020-2024)
BIDANG KESEHATAN
Mewujudkan masyarakat Indonesia yang mandiri, maju, adil, dan
RPJPN Meningkatnya
makmur melalui percepatan pembangunan di berbagai bidang
derajat kesehatan
UU 17/2007 dengan menekankan terbangunnya struktur perekonomian yang
dan status gizi
kokoh berlandaskan keunggulan kompetitif di berbagai wilayah
masyarakat
yang didukung oleh SDM berkualitas dan berdaya saing

Arah Kebijakan RPJMN 2020-2024


Meningkatkan pelayanan kesehatan menuju cakupan kesehatan semesta terutama penguatan pelayanan kesehatan
dasar (Primary Health Care) dengan mendorong peningkatan upaya promotif dan preventif didukung inovasi dan
pemanfaatan teknologi

Strategi RPJMN 2020-2024

Peningkatan Penguatan Sistem


Kesehatan Kesehatan dan
Ibu, Anak, Pengawasan Obat
KB, dan Percepatan Perbaikan Peningkatan Pembudayaan Perilaku Hidup dan Makanan
Kespro Gizi Masyarakat Pengendalian Penyakit Sehat melalui GERMAS
Konsep Pelayanan Obat dalam Perpres No. 82 Th 2018 tentang
Jaminan Kesehatan Pengadaan obat
Kewajiban FASKES • Pengadaan obat, alat kesehatan, dan/atau bahan medis
habis pakai oleh Fasilitas Kesehatan milik pemerintah
Menjamin peserta maupun swasta untuk program Jaminan Kesehatan
mendapatkan obat, alat dilakukan melalui e-purchasing berdasarkan katalog
elektronik.
kesehatan, dan BMHP yang
• Dalam hal pengadaan obat, alat kesehatan, dan/atau bahan
dibutuhkan sesuai dengan medis habis pakai belum dapat dilakukan melalui e-
indikasi medis. purchasing, maka pengadaan dapat dilakukan secara
manual berdasarkan katalog elektronik.
• Dalam hal obat, alat kesehatan, dan/atau BMHP yang
Pasal 56 dibutuhkan oleh fasilitas kesehatan tidak terdapat dalam
katalog elektronik maka Fasilitas Kesehatan dalam
mengadakan obat, alat kesehatan, dan/atau BMHP tetap
Tanggungjawab Ketersediaan Obat mengacu pada formularium nasional atau kompendium alat
kesehatan.
Pemerintah Pusat, Pemerintah • Dalam hal obat, alat kesehatan, dan/atau BMHP yang
Daerah, dan Fasilitas Kesehatan dibutuhkan tidak terdapat dalam formularium nasional dan
bertanggung jawab atas kompendium alkes, maka Fasilitas Kesehatan dapat
ketersediaan obat, alat kesehatan, mengadakan obat, alkes, dan/atau BMHP atas persetujuan
dan BMHP dalam penyelenggaraan kepala atau direktur RS.
JKN sesuai dengan kewenangannya.
Pasal 60
Pasal 58
Formularium Nasional merupakan bagian yang
terintegrasi pada Sistem Tata Kelola Obat
Pemilihan/
Monitoring Seleksi DASAR HUKUM
& Evaluasi FORNAS
NIE UU No. 36/2009 Kesehatan
EBM Ps 36: Pemerintah menjamin
ketersediaan, pemerataan,
dan keterjangkauan
perbekalan kesehatan,
Penggunaan Tata Kelola Obat Perencanaan terutama Obat Esensial
Pelayanan & Pembiayaan
(supply chain
Kefarmasian UU No. 40/2004 SJSN
RKO
POR management) Ps 25: Daftar dan harga obat
Good Prescribing Practice yang dijamin BPJS, ditetapkan
Good Pharmacy Practice oleh Pemerintah
FORNAS
Pedoman Teknis Analisis Perpres No. 82 Tahun 2018
Farmakoekonomi tentang Jaminan Kesehatan
Bagian Kedua :Pelayanan
Pengadaan Obat, Alkes dan BMHP
Distribusi e-Purchasing (e-Katalog)
e-Logistik PBF Cara lain sesuai Perpres
LP-LPO Pengadaan B/J Pemerintah
Good Distribution Practice
Penyimpanan atau Logistik
Good Storage Practice
e-Monev Katalog
Produksi

Penyaluran Bahan Baku


Peranan Fornas Untuk Kendali Mutu dan Kendali Biaya

Daftar obat terpilih yang dibutuhkan dan


tersedia di fasilitas pelayanan kesehatan
sebagai acuan dalam pelaksanaan JKN
TRANSPARAN
Konsep Seleksi Obat
Diusulkan
secara online - Obat terpilih yang
oleh Organisasi tepat AKUNTABEL
Profesi, Faskes, - Berkhasiat
Dinkes
Prov/Kab/Kota, dan unit - Bermutu
program terkait, dalam - Aman dan terjangkau TERDOKUMENTASI
tenggang waktu yang telah
ditentukan melalui website 1. Pertimbangan
http://e-fornas.binfar. BEBAS BENTURAN
kemkes.go.id pencantuman harga
FORMULARIUM obat di e-katalog dan
harga yang ditetapkan
KEPENTINGAN
⚫ Pemilihan obat NASIONAL di SK Menteri
2. Pengadaan Obat
berdasarkan pertimbangan RESPONSIF
Benefit-Risk Ratio dan menjadi lebih
Benefit-Cost Ratio (EBM, terkendali dengan
adanya Fornas sebagai
Kajian HTA, Kajian FE)
Acuan Peggunaan Obat DINAMIS
⚫ Memiliki izin edar dan 3. Meningkatkan
indikasi yang disetujui Penggunaan Obat
oleh Badan POM (Safety, Generik pada
Efficacy dan Quality). Fasyankes
PRINSIP PENYUSUNAN FORNAS
PRINSIP PEMILIHAN OBAT
1. Memiliki izin edar dan indikasi yang disetujui
YANG DAPAT JENIS USULAN
MENGUSULKAN DALAM FORNAS
oleh Badan POM.
2. Obat yg sangat dibutuhkan dalam pelayanan
1. Rumah sakit 1. Usulan Obat kesehatan masyarakat tetapi belum memiliki izin
2. Organisasi Profesi 2. Usulan Sediaan edar, termasuk obat piatu (orphan drug) serta yg
3. Dinas Kesehatan 3. Usulan Restriksi tidak mempunyai nilai komersial.
4. Usulan fasilitas kesehatan 3. Memiliki khasiat dan keamanan terbaik
4. Lembaga berdasarkan bukti ilmiah mutakhir dan valid.
Pemerintahan 5. Usulan Peresepan
4. Memiliki rasio manfaat-biaya (benefit-cost ratio)
Maksimal yang tertinggi.
5. Memiliki rasio manfaat-risiko (benefit-risk ratio)
yang paling menguntungkan pasien.
6. Dalam kriteria ini tidak termasuk obat
tradisional dan suplemen makanan.
MEKANISME PENYUSUNAN
1. Kajian yg dilakukan bukan hanya membahas
SISTEMATIKA PENULISAN
usulan yang disampaikan oleh instansi
pengusul tapi juga mengkaji ulang seluruh isi 1. Sistematika penggolongan nama obat didasarkan
Fornas pada kelas terapi, subkelas terapi, sub-subkelas
2. Pembahasan teknis telah melibatkan pengelola terapi, nama generik obat, sediaan/kekuatan,
program di lingkungan Kemenkes restriksi, tingkat Fasilitas Kesehatan (tanda “√”
3. Prosedur perekrutan Tim Ahli dan Konsultan pada kolom faskes) dan peresepan maksimal.
serta tahap penilaian didokumentasikan 2. Penulisan nama obat disusun berdasarkan abjad
4. Transparansi proses pelaksanaan revisi nama obat dan dituliskan sesuai Farmakope
5. Dalam Pembahasan Komnas tidak Indonesia atau International Non-proprietary
diperbolehkan mengajukan usulan obat diluar Names (INN)/nama generik yg diterbitkan WHO.
list Pembahasan
PERKEMBANGAN FORNAS
520 item obat dalam 586 item obat dalam
630 item obat dalam
930 sediaan/kekuatan 562/983 1.031 sediaan/ 603/1.043 1.074 sediaan/ kekuatan 623/1059
PRB: 75 item dalam kekuatan
PRB: 90 item dalam 162
147 sediaan/kekuatan PRB: 76 item dalam
sediaan/kekuatan
146 sediaan/kekuatan

2013 2015 2017 2019 2021 2022

562 item obat dalam 983 603 item obat dalam 623 item obat dalam
sediaan/kekuatan 1.043 1059 sediaan/kekuatan
520/930 PRB: 75 item dalam 147 586/1.031 sediaan/kekuatan 630/1.074 PRB: 91 item dalam 162
sediaan/kekuatan PRB: 82 item dalam sediaan/kekuatan
155 sediaan/kekuatan

Daftar
Daftar Obat
Obat Fornas
Fornas Disusun Disusun Faskes
FaskesTk.I
Tk.I Faskes Tk.II
Faskes Tk.II Faskes Tk.III Faskes Tk.III
Berdasarkan Tingkat Fasilitas 219/362 479/848 603/1043
Berdasarkan
Pelayanan
Pelayanan
Tingkat Fasilitas
Kesehatan
Kesehatan 225/359 495/857 623/1.059 8
Prinsip Penerapan Fornas Strategi Peningkatan Penerapan Fornas

Fasilitas Kesehatan
Bimbingan Teknis Review /
Tingkat 1 : Pelayanan kesehatan dasar Pemantauan dan Identifikasi
Tingkat 2 : Pelayanan kesehatan spesialistik Evaluasi Fornas di Masalah
FKTRL
Tingkat 3 : Pelayanan kesehatan sub spesialistik
PRB : program rujuk balik, ditandai dengan tanda (*)

Peresepan Maksimal
Batasan jumlah dan lama pemakaian obat
maksimal untuk tiap kasus/episode pada
pengobatan. Penyampaian Data
Kuesioner Advokasi
Pemantauan dan Implementasi
Evaluasi Fornas di Fornas di RS
Restriksi FKTRL

Batasan terkait indikasi, kontra indikasi,


kewenangan penulis resep, didasarkan pada hasil Implementasi
pemeriksaan penunjang spesifik yang Fornas
dipersyaratkan, serta kondisi lain yang harus (Meningkatnya
dipenuhi. Penerapan Fornas di
Fasyankes dan
Patient Safety
Management)
Penerapan Penggunaan Antibiotik dalam Fornas di FKTP

• Pengendalian penggunaan antibiotik dilakukan dengan cara


mengelompokkan antibiotik kedalam kategori AWaRe, yaitu Fornas 2021
Access, Watch, dan Reserve, sebagai salah satu bentuk
dukungan terhadap rencana aksi global WHO dalam
pengendalian resistensi antimikroba.
• Permenkes No. 28 Th 2021 tentang Pedoman Penggunaan
Antibiotik:
Tujuan: memudahkan penerapan penatagunaan AB baik di
tingkat lokal, nasional, maupun global; memperbaiki hasil
pengobatan; menekan munculnya bakteri resisten; dan
mempertahankan kemanfaatan AB dalam jangka panjang.

• Pencantuman antibiotik dalam Fornas telah mengikuti kategori


AWaRe dengan pencantuman tingkatan faskes dan restriksi
penggunaan.
• Contoh:
• Prokain benzilpenisilin inj : semua Faskes -- (Access)
• Sefadroksil kaps, sirup: semua Faskes -- (Access)
• Sefiksim: Faskes 2 dan 3 -- (Watch)
Pelayanan PRB adalah Pelayanan Kesehatan yang diberikan kepada penderita penyakit
kronis dengan kondisi stabil dan masih memerlukan pengobatan atau asuhan keperawatan
jangka panjang yang dilaksanakan di Faskes Tingkat Pertama atas rekomendasi/rujukan
dari dokter spesialis/sub spesialis yang merawat.
Pelayanan
Obat Pelayanan Obat PRB adalah pemberian obat-obatan untuk penyakit kronis di FKTP sebagai
bagian dari pelayanan program rujuk balik
Program
Rujuk Balik Diabetes
Jenis Penyakit Hipertensi Jantung Asma PPOK
( PRB ) yang termasuk
Melitus

dalam PRB Epilepsi


Gangguan Kesehatan Jiwa
Stroke SLE
Kronik

Jenis Obat pada Program Rujuk Balik


Obat Utama Obat Tambahan
• Permenkes No.54 tahun
2018 tentang Penyusunan
dan Penerapan Fornas Obat Kronis yang diresepkan oleh
dalam Program Jaminan Dokter Spesialis/Sub Spesialis di Obat yang mutlak diberikan bersama obat
Kesehatan Fasilitas Kesehatan Tingkat Lanjutan utama dan diresepkan oleh dokter
• Permenkes No.3 tahun
dan tercantum pada Formularium Spesialis/Sub Spesialis di Faskes Rujukan
2023 tentang Standar Tarif
Pelayanan Kesehatan Nasional untuk obat Program Rujuk Tingkat Lanjutan untuk mengatasi penyakit
dalam Penyelenggaraan Balik penyerta atau mengurangi efek samping
Program Jaminan akibat obat utama
Kesehatan
Pelayanan Program Rujuk Balik (PRB)
Pelayanan Kesehatan yang diberikan kepada penderita penyakit kronis dengan kondisi stabil dan
masih memerlukan pengobatan atau asuhan keperawatan jangka panjang yang dilaksanakan di
Faskes Tingkat Pertama atas rekomendasi/rujukan dari Dokter Spesialis/Sub Spesialis yang
merawat.
Pelayanan Obat PRB adalah pemberian obat-obatan untuk penyakit kronis di Faskes Tingkat
Pertama sebagai bagian dari pelayanan program rujuk balik

Jenis Penyakit yang Jenis Obat PRB Pembiayaan Obat PRB


termasuk Layanan PRB
Obat Utama • Harga obat PRB yg ditagihkan kepada BPJS
Obat Tambahan mengacu pada harga dasar obat sesuai e-katalog
ditambah biaya pelayanan.
• Obat kronis yang • Obat yang mutlak • Biaya pelayanan kefarmasian adalah faktor
Diabetus diresepkan oleh Dokter diberikan bersama obat pelayanan kefarmasian dikali Harga Dasar Obat
Hipertensi Jantung Spesialis/Sub Spesialis
Mellitus utama dan diresepkan sesuai e-katalog
di Fasilitas Kesehatan oleh Dokter Spesialis/
Tingkat Lanjutan dan Sub Spesialis di Faskes
tercantum pada Faktor
Asma PPOK Epilepsy Rujukan Tingkat Harga Dasar Satuan Obat Pelayanan
Formularium Nasional Lanjutan untuk Kefarmasian
untuk obat Program mengatasi penyakit
Gangguan Rujuk Balik penyerta atau < Rp. 50.000,- 0,28
Kes jiwa Stroke SLE mengurangi efek Rp.50.000,- sampai dengan Rp.250.000,- 0,26
kronilk samping akibat obat
Rp.250.000,- sampai dengan Rp.500.000,- 0,21
utama
Rp.500.000,- sampai dengan Rp.1.000.000,- 0,16
Rp.1.000.000,- sampai dengan Rp.5.000.000,- 0,11
Rp.5.000.000,- sampai dengan Rp.10.000.000,- 0,09
> Rp. 10.000.000,- 0.07
Obat Program Rujuk Balik dalam Fornas
Kepmenkes No. HK.01.07/MENKES/6485/2021 tentang Formularium Nasional
Obat PRB: 90 item dalam
162 bentuk sediaan/kekuatan
Obat
Tambahan
Obat Utama Hipertensi 7 item dalam
• 19 item dalam 39 11 sediaan
bentuk
sediaan/kekuatan
DiabetesMelitus Asma
• 11 item dalam 24 • 13 item dalam 21
bentuk bentuk
sediaan/kekuatan sediaan/kekuatan
Jantung Epilepsi
• 21 item dalam 31 • 5 item dalam 11bentuk
bentuk sediaan/kekuatan
sediaan/kekuatan

PPOK Stroke
• 7 item dalam 10 bentuk • 3 item dalam 4 bentuk
sediaan/kekuatan sediaan/kekuatan

GangguanKesJiwa SLE
• 8 item dalam 14 bentuk • 7 item dalam 19 bentuk
sediaan/kekuatan sediaan/kekuatan
Penulisan Obat PRB dalam Fornas
Dilakukan dengan ketentuan sebagai berikut:

Penulisan obat PRB dengan memberikan tanda


“bintang” (*) setelah nama obat atau setelah
bentuk sediaan atau kekuatan obat

Apabila tanda “bintang” (*) tercantum setelah


nama obat, maka bentuk sediaan dan kekuatan
yang tercantum dibawah obat tersebut dapat
diberikan sebagai obat PRB.

Apabila tanda “bintang” (*) tercantum setelah


kekuatan atau bentuk sediaan obat tertentu,
maka hanya untuk kekuatan atau bentuk
sediaan tertentu tersebut yang dapat diberikan
sebagai obat PRB.
TANTANGAN dalam Penerapan Fornas
- Belum semua obat yang tercantum dalam Fornas diterapkan dalam
pelayanan kesehatan, masih terdapat penggunaan obat diluar Fornas
- Adanya penerapan penggunaan obat Fornas yang belum sesuai
dengan ketentuan restriksi dan peresepan maksimal yang tercantum
dalam Fornas

UPAYA untuk mengatasi


- Melakukan koordinasi dengan organisasi profesi, rumah sakit, Dinas
Kesehatan, dan unit terkait untuk meningkatkan pemahaman penerapan
penggunaan obat dalam Fornas sebagai kendali mutu dan kendali biaya pada
era JKN.
- Melakukan koordinasi dengan pihak terkait untuk mendapatkan kesepahaman
dalam membaca ketentuan penggunaan obat dalam Fornas.
- Melakukan evaluasi penerapan Fornas dengan melibatkan rumah sakit, Dinas
Kesehatan Provinsi dan Kabupaten/Kota serta unit terkait, tidak hanya untuk
memperoleh data penggunaan obat sesuai Fornas namun juga untuk
meningkatkan penerapan Fornas di fasilitas pelayanan kesehatan.
PENUTUP
Fornas digunakan sebagai acuan bagi tenaga medis untuk menetapkan pilihan obat
yang tepat, paling efficacious, dan aman, dengan harga yang terjangkau serta
mendorong penggunaan obat secara rasional untuk mewujudkan patient safety
dalam pelaksanaan Program JKN.

Dengan penerapan Fornas sebagai kendali mutu dan kendali biaya maka pelayanan
kesehatan menjadi lebih bermutu dengan belanja obat yang terkendali (cost
effective); pelayanan kesehatan kepada masyarakat makin efektif dan efisien; dan
memudahkan perencanaan dan penyediaan obat di seluruh fasilitas pelayanan
kesehatan sesuai dengan tingkatan dan kebutuhannya.

Kementerian Kesehatan selalu melakukan evaluasi dan perbaikan dalam


pelaksanaan JKN, untuk itu diperlukan dukungan dan kerjasama dari seluruh
stakeholders sehingga pelayanan JKN dapat berjalan dengan optimal.

Terima kasih

Anda mungkin juga menyukai