Anda di halaman 1dari 5

Nama : Syifa Farhennazilla Dinasti Khaula Ahmad

Kelas : ABI

Mata Kuliah : Wacana Bahasa Indonesia

Nim : 20200810400031

TEATER JANALOKA BERJUDUL

‘PEREMPUAN DAN ILUSINYA’ YANG TAMPIL BEGITU KEREN

DAN MEMBUAT PENONTON IKUT MENANGIS

TEATER
JANALOKA
‘Perempuan dan

Jakarta-Teater ‘Perempuan dan Ilusinya’ kembali hadir dengan forma teater. Pertunjukan
teater ini, di sutradarai oleh Irma Dwi Arianti.
Sejumlah mahasiswa Universitas Muhammadiyah Jakarta (UMJ) beraktin dalam pertunjukan
teater berjudul ‘Perempuan dan Ilusinya’ di Auditorium FIP Universitas Muhammadiyah
Jakarta (UMJ) Cirendeu, Jakarta, Kamis (05/01/2023)

‘Perempuan dan Ilusinya’ merupakan sebuah pertunjukan  yang menceritakan kisah seorang
perempuan yang hidup bersama ilusinya, seorang anak khayalannya dan bayangan yang
senantiasa menganggunya, yang berasal dari rasa ketakutan akan kehilangan anaknya.
Awalnya, suami wanita ini meninggal ketika pernikahan mereka belum genap seminggu.
Dalam sakit hati yang begitu dalam, sang wanita sangat berharap akan adanya seorang anak
untuk menemaninya.

Teater Klasik ini dihadirkan kembali ke tengah masyarakat masa kini lewat sebuah
pertunjukan teater silang-media di auditorium UMJ.

Pada pertunjukan bertajuk “Perempuan dan Ilusinya” ini juga akan menghadirkan cuplikan
adegan asli dari film karya Adhyra Pratama tersebut di atas panggung, yang akhirnya
menciptakan dialog antar media seni peran.

Pertunjukan teater ini di sutradarai oleh sutradara teater ‘Irma Dwi Arianti’.
Teater ini diperankan oleh sejumlah Mahasiswa FIP Universitas Muhammadiyah Jakarta,
Yaitu Syifa Annida sebagai (Aini/Ibu), Syifa Farhennazilla Dinasti Khaula Ahmad sebagai
(Bayangan Antagonis), Idzni Nissa Pambudi sebagai (Anak Khayalan). Cirendeu, Jakarta,
Kamis (05/01/2023)

‘Perempuan dan Ilusinya’ merupakan sebuah pertunjukan teater Indonsia ‘Perempuan dan
Ilusinya’ Karya Adhyra Pratama.

Cerita ini menceritakan tentang, Aini (35 tahun) seorang wanita yang ‘terlalu’ tegar.
Ditinggal mati suaminya ketika usia pernikahan baru berusia seminggu, kemudian bersumpah
didepan makam suaminya tak akan pernah mencari pengganti. Sudah sepuluh tahun berjalan,
sedang Aini harus hidup sendiri, benar-benar sendiri.
Aini begitu memimpikan seorang anak, seorang anak perempuan yang tambun tubuhnya,
tembem pipinya, besar dan tinggi. Impian itulah yang menyeretnya masuk kedalam ilusi yang
diciptakannya sendiri. Setidaknya, rindunya akan hadirnya keluarga yang sempat diimpikan,
dapat dirasakannya sendiri. Aini, menjadi perempuan yang hidup bersama ilusinya.

Anda mungkin juga menyukai