Anda di halaman 1dari 10

1. Manifestasi Klinis pada evaluasi neurologis normal.

Pemeriksaan fisik standar untuk Benign


Pasien dengan BPPV sering
Paroxysmal Positional Vertigo adalah :
mengeluhkan rasa pusing berputar diikuti
Dix-Hallpike, tes kalori, dan tes supine
oleh mual, muntah dan keringat dingin
roll.2,3
sewaktu merubah posisi kepala terhadap
gravitasi, dengan periode vertigo yang  Dix-Hallpike Test
episodik dan berlangsung selama satu menit
atau kurang.1 Pasien biasanya mengeluh Tes ini tidak boleh dilakukan pada

vertigo dengan onset akut kurang dari 10-20 pasien yang memiliki masalah dengan leher

detik akibat perubahan posisi kepala. Posisi dan punggung. Tujuannya adalah untuk

yang memicu adalah berbalik di tempat memprovokasi serangan vertigo dan untuk

tidur pada posisi lateral, bangun dari tempat melihat adanya nistagmus.2

tidur, melihat ke atas dan belakang, dan


Tes ini dilakukan dengan cara sebagai
membungkuk. Vertigo bisa diikuti dengan
berikut:
mual.2
1. Pertama-tama jelaskan pada penderita
Pasien akan memodifikasi atau
mengenai prosedur pemeriksaan, dan
membatasi gerakan untuk menghindari
vertigo mungkin akan timbul namun
episode vertigo. Dalam anamnesis, harus
menghilang setelah beberapa detik.
ditanyakan faktor-faktor yang merupakan
2. Pasien duduk di ujung meja periksa.
etiologi atau yang dapat mempengaruhi
3. Kepala menghadap ke kiri atau kanan
keberhasilan terapi, seperti riwayat stroke,
diabetes, hipertensi, trauma kepala, migrain sekitar 450, lalu dengan cepat badan

dan riwayat gangguan keseimbangan pasien dibaringkan sehingga kepala

sebelumnya atau riwayat gangguan saraf menggantung di ujung meja periksa.

pusat.1 4. Lihat ada/tidaknya nistagmus dan


keluhan vertigo.
2. Diagnosis 5. Pertahankan posisi selama 10-15 detik
setelah itu pasien duduk kembali seperti
Pasien memiliki pendengaran yang
posisi semula.
normal, tidak ada nistagmus spontan, dan
6. Ulangi manuver dengan posisi kepala Paroxysmal Positional Vertigo (BPPV) dari
ke sisi berlawanan. riwayat perubahan posisi dan pola
7. Ulangi 2-3 kali untuk melihat fatigue nistagmus:
maneuver.3
a Kanalis semisirkularis posterior
Interpretasi hasil tes Dix Hallpike : Rotasi dan sentakan nistagmus ke
arah vertikal atas (lesi di labirin kanan:
 Normal ; tidak timbul vertigo dan berlawanan arah jarum jam, sedangkan
nistagmus dengan mata terbuka. Kadang- lesi di labirin kiri: searah jarum jam).
kadang dengan mata tertutup bisa
terekam dengan elektronistagmografi
adanya beberapa detik nistagmus.
 Abnormal; timbulnya nistagmus
posisional yang pada BPPV mempunyai
Gambar 2. Pola nistagmus pada kanalis
4 ciri, yaitu : ada masa laten, lamanya
semisirkularis posterior telinga kiri.3
kurang dari 30 detik, disertai vertigo
b Kanalis semisirkularis anterior
lamanya sama dengan nistagmus dan
Rotasi dan sentakan nistagmus ke
vertigo yang makin berkurang setiap
arah vertikal bawah (lesi di labirin
maneuver diulang. 4
kanan: berlawanan arah jarum jam,
sedangkan lesi di labirin kiri: searah
jarum jam).

Gambar 3. Pola nistagmus pada kanalis


semisirkularis anterior telinga kiri.3
Gambar 1. Dix-Hallpike Test.2
c Kanalis semisirkularis lateral
Tes Dix-Hallpike juga dapat Nistagmus yang terjadi ke arah
dilakukan untuk menilai tipe Benign horizontal.3
peningkatan lalu penurunan selama
periode 10 sampai 20 detik)
4. Terjadi pengurangan vertigo dan
nystagmus apabila tes Dix-Hallpike
diulang.5

 Tes Kalori

Gambar 4. Pola nistagmus pada kanalis Tes kalori ini dianjurkan oleh Dix dan
semisirkularis lateral telinga kiri. 3
Hallpike. Pada cara ini dipakai dua jenis air,
air dingin dan air panas. Suhu air dingin
Kanalis posterior frekuensinya lebih
0
sering dari kanalis anterior dan lateral adalah 30 C, sedangkan suhu air panas
sekitar 78,8% dari semua kasus. Hal ini 0
adalah 44 C. Volume air yang dialirkan ke
terjadi karena partikel kasium karbonat
dalam liang telinga masing-masing 250 ml,
bergerak kebawah yang merupakan posisi
dalam waktu 40 detik. Setelah air dialirkan,
kanal posterior. Kasus terbanyak BPPV
dicatat lama nistagmus yang timbul. Setelah
bersifat unilateral 91,8%.3
telinga kiri diperiksa dengan air dingin,
Untuk dapat menegakan diagnosis diperiksa telinga kanan dengan air dingin
klinis BPPV,maka harus memenuhi empat juga. Kemudian telinga kiri dialirkan air
kriteria,yaitu: panas, lalu telinga dalam. Pada tiap- tiap
selesai pemeriksaan (telinga kiri atau kanan
1. Vertigo berkaitan dengan karakteristik atau air dingin atau air panas) pasien
torsi campuran dan nystagmus vertikal diistirahatkan selama 5 menit (untuk
yang telah dilakukan uji dengan Tes Dix- menghilangkan pusingnya).3
Hallpike
2. Terjadi (biasanya 1 sampai 2 detik)  Supine Roll Test
antara selesainya tes Dix-Hallpike dan
Jika pasien memiliki riwayat yang
timbulnya vertigo dan nistagmus.
sesuai dengan BPPV dan hasil tes Dix-
3. Bersifat paroksismal dari saat timbulnya
Hallpike negatif, dokter harus melakukan
vertigo dan nystagmus (yaitu, terjadi
supine roll test untuk memeriksa ada
tidaknya BPPV kanal lateral. BPPV kanal nistagmus), kepala kembali menghadap ke
lateral atau disebut juga BPPV kanal atas dalam posisi supinasi. Setelah
horisontal adalah BPPV terbanyak kedua. nistagmus lain mereda, kepala kemudian
Pasien yang memiliki riwayat yang sesuai diputar/ dimiringkan 90 derajat ke sisi yang
dengan BPPV, yakni adanya vertigo yang berlawanan, dan mata pasien diamati lagi
diakibatkan perubahan posisi kepala, tetapi untuk memeriksa ada tidaknya nistagmus.2
tidak memenuhi kriteria diagnosis BPPV
Menurut Bhattacharyya et al., (2008)
kanal posterior harus diperiksa ada tidaknya
terdapat tiga pemeriksaan tambahan BPPV,
BPPV kanal lateral.2
yaitu:

a Radiografi
Gambaran yang didapatkan tidak
terlalu berguna untuk diagnosis rutin dari
BPPV tidak memiliki karakteristik
tertentu dalam gambaran radiologi.
Tetapi radiografi ini memiliki peran
dalam proses diagnosis jika gejala yang
Gambar 5. Supine Roll Test.
muncul tidak khas, hasil yang diharapkan
Dokter harus menginformasikan pada dari percobaan tidak sesuai, atau jika ada
pasien bahwa manuver ini bersifat gejala tambahan disamping dari
provokatif dan dapat menyebabkan pasien kehadiran gejala-gejala BPPV, yang
mengalami pusing yang berat selama mungkin merupakan gabungan dari
gangguan sistem saraf pusat.
beberapa saat. Tes ini dilakukan dengan
b Vestibular Testing
memposisikan pasien dalam posisi supinasi
Electronystagmography memiliki
atau berbaring terlentang dengan kepala
kegunaan yang terbatas dalam
pada posisi netral diikuti dengan rotasi
mendiagnosis BPPV kanalis. Di sisi lain,
kepala 90 derajat dengan cepat ke satu sisi
dalam mendiagnosis BPPV kanalis
dan dokter mengamati mata pasien untuk horizontal, nistagmus hadir saat

memeriksa ada tidaknya nistagmus. Setelah dilakukan tes. Tes vestibular ini mampu

nistagmus mereda (atau jika tidak ada memperlihatkan gejala yang tidak
normal, yang berkaitan dengan BPPV,
tetapi tidak spesifik contohnya vestibular
5. Tatalaksana
hypofunction (35% dari kasus BPPV)
Terapi BPPV tergantung pada
yang ditemukan pada kasus trauma
kapitis ataupun infeksi virus. patofisologi dan jenis kanal yang terlibat.

c Audiometric Testing Tujuan terapi adalah melepaskan otokonia


Tes ini tidak digunakan untuk dari dalam kanalis atau kupula,
mendiagnosis BPPV, tapi dapat mengarahkan agar keluar dari kanalis
memberikan informasi tambahan dimana semisirkularis menuju utrikulus melalui
diagnosis klinis untuk vertigo masih ujung non ampulatory kanal. Terapi
belum jelas. 3
medikamentosa kurang memberikan hasil
yang memuaskan untuk tatalaksana BPPV.
3. Diagnosis Banding
Terapi medikamentosa diberikan pada
Gangguan Otologi :
pasien dengan serangan vertigo yang
- Penyakit meniere.
disertai mual muntah hebat, sehingga
- Neuritis vestibularis.
belum memungkinkan untuk dilakukan
- Labirinitis.
tindakan maneuver diagnostik.1
- Superior canal dehiscene syndrome.
a) Non Farmakologi
- Vertigo pasca trauma.
Banyak penelitian yang membuktikan
Gangguan Neurologi :
dengan pemberian terapi dengan manuver
- Migraine associated dizziness. reposisi partikel/ Particle Repositioning
- Insufisiensi vertibrobasiler. Maneuver (PRM) dapat secara efektif
- Penyakit demielinisasi. menghilangkan vertigo pada BPPV,
- Lesi SSP. meningkatkan kualitas hidup, dan
mengurangi risiko jatuh pada pasien.
Keadaan lain :
Keefektifan dari manuver-manuver yang
- Gangguan cemas atau panik.
ada bervariasi mulai dari 70%-100%.2
- Vertigo servikogenik.
Beberapa efek samping dari melakukan
- Efek samping obat.
manuver seperti mual, muntah, vertigo, dan
- Hipotensi postural. 4
nistagmus dapat terjadi, hal ini terjadi
karena adanya debris otolitith yang
tersumbat saat berpindah ke segmen
yanglebih sempit misalnya saat berpindah
dari ampula ke kanal bifurcasio. Setelah
melakukan manuver, hendaknya pasien
tetap berada pada posisi duduk minimal 10
menit untuk menghindari risiko jatuh.2
Tujuan dari manuver yang dilakukan
adalah untuk mengembalikan partikel ke Gambar 6. Epley Maneuver.3
posisi awalnya yaitu pada makula utrikulus.  Maneuver Semont
Ada lima manuver yang dapat dilakukan Manuver ini diindikasikan untuk
tergantung dari varian BPPV nya.2 pengobatan cupulolithiasis kanan
 Maneuver Epley posterior. Jika kanal posterior terkena,
Manuver Epley adalah yang paling pasien diminta duduk tegak, lalu kepala
sering digunakan pada kanal vertikal. 0
dimiringkan 45 ke sisi yang sehat, lalu
Pasien diminta untuk menolehkan kepala
secara cepat bergerak ke posisi
ke sisi yang sakit sebesar 450c, lalu
berbaring dan dipertahankan selama 1-3
pasien berbaring dengan kepala
menit. Ada nistagmus dan vertigo dapat
tergantung dan dipertahankan 1-2 menit.
diobservasi. Setelah itu pasien pindah ke
Lalu kepala ditolehkan 900c ke sisi
sebaliknya, dan posisi supinasi berubah posisi berbaring di sisi yang berlawanan

menjadi lateral dekubitus dan dipertahan tanpa kembali ke posisi duduk lagi.2
30-60 detik. Setelah itu pasien
mengistirahatkan dagu pada pundaknya
dan kembali ke posisi duduk secara
perlahan.5

Gambar 7. Semont Maneuver.2


 Maneuver Lempert
Manuver yang paling sering dengan kedua mata tertutup baringkan
digunakan tipe kanal lateral → pasien tubuh dengan cepat ke salah satu sisi
berguling 360 derajat, dimulai dari posisi pertahankan setelah itu duduk kembali.
supinasi, kemudian kepala pasien Setelah 30 detik baringkan dengan cepat
menoleh 90 derajat pada posisi sehat, ke sisi lain, pertahankan selama 30 detik,
dan diikuti dengan tubuh pasien ke arah lalu duduk kembali. Lakukan latihan ini
lateral dekubitus, lalu kepala menoleh 3 kali pada pagi, siang dan malam hari
kepala diikuti tubuh kearah bawah dan masing- masing diulang 5 kali, serta
ventral dekubitus. Kepala menoleh 90 dilakukan selama 2 minggu atau 3
derajat ke arah berlawanan dengan arah minggu dengan latihan pagi dan sore
sehat. Setiap posisi ditahan selama 15 hari.4
detik.5

Gambar 8. Lempert Maneuver.2


 Maneuver Forced Prolonged Position
Gambar 9. Brand-Darrof Exercise.3
Pasien diminta untuk tidur miring
dengan telinga yang sakit berada di b) Farmakologi
posisi atas selama 12 jam. Posisi ini Penatalaksanaan dengan farmakologi
diharapkan mampu melepaskan otokonia untuk BPPV tidak secara rutin dilakukan.
yang melekat pada kupula, dan Beberapa pengobatan hanya diberikan
memasukkan otokonia ke utrikulus untuk jangka pendek untuk gejala-gejala
kembali dengan bantuan gravitasi.1 vertigo, mual dan muntah yang berat
 Brand-Daroff Exercise yang dapat terjadi pada pasien BPPV,
Pasien duduk tegak di tepi tempat seperti setelah melakukan terapi PRM.
tidur dengan kedua tungkai tergantung, Pengobatan untuk vertigo yang disebut
juga pengobatan suppresant vestibular operasi neurektomi atau kanal pligging.
yang digunakan adalah golongan Tindakan operatif tersebut bisa
benzodiazepine (diazepam, clonazepam) menimbulkan komplikasi berupa tuli
dan antihistamine (meclizine, sensorineural pada 10 % kasus.4
dipenhidramin). Terdapat dua pilihan intervensi
Benzodiazepines dapat mengurangi dengan teknik operasi yang dapat dipilih,
sensasi berputar namun dapat yaitu singular neurectomy (transeksi
mengganggu kompensasi sentral pada saraf ampula posterior) dan oklusi kanal
kondisi vestibular perifer. Antihistamine posterior semisirkular. Namun lebih
mempunyai efek supresif pada pusat dipilih teknik dengan oklusi karena
muntah sehingga dapat mengurangi mual teknik neurectomi mempunyai risiko
dan muntah karena motion sickness. kehilangan pendengaran yang tinggi.2
Harus diperhatikan bahwa 4. Komplikasi
benzodiazepine dan antihistamine dapat Meskipun BPPV menyebabkan rasa
mengganggu kompensasi sentral pada tidak nyaman, jarang sekali menyebabkan
kerusakan vestibular sehingga komplikasi pada penderitanya. Dalam kasus
penggunaannya diminimalkan.2 yang jarang terjadi, BPPV persisten yang
c) Operatif berat dapat menyebabkan muntah, penderita
Operasi dapat dilakukan pada pasien mungkin beresiko mengalami dehidrasi.6
BPPV yang telah menjadi kronik dan 5. Prognosis
sangat sering mendapat serangan BPPV Pasien perlu untuk diedukasi tentang
yang hebat, bahkan setelah melakukan BPPV. Satu dari tiga pasien sembuh dalam
manuver-manuver yang telah disebutkan jangka waktu 3 minggu, tetapi kebanyakan
di atas. Dari literatur dikatakan indikasi sembuh setelah 6 bulan dari serangan.
untuk melakukan operasi adalah pada Pasien harus diberitahu bahwa BPPV dapat
intractable BPPV, yang biasanya dengan mudah ditangani, tetapi harus
mempunyai klinis penyakit neurologi diingatkan bahwa kekambuhan sering
vestibular, tidak seperti BPPV biasa.2 terjadi bahkan jika terapi manuvernya

Pada sebagian kecil penderita BPPV berhasil, jadi terapi lainnya mungkin

yang berkepanjangan dan tidak sembuh dibutuhkan. Beberapa studi menunjukkan

dengan terapi konservatif bisa dilakukan bahwa 15% terjadi kekambuhan pada tahun
pertama, kemudian 50% kekambuhan 1. Edward Y, Roza Y. Diagnosis dan
terjadi pada 40 bulan setelah terapi.3 Tatalaksana Benign Paroxysmal
Positional Vertigo ( BPPV )
PENUTUP
Horizontal Berdasarkan Head Roll
Test. J Kesehat Andalas.
Untuk mendiagnosis berdasarkan
2014;3(1):77–82.
anamnesis dan pemeriksaan fisik. Dari
anamnesis pasien biasanya mengeluh 2. Purnamasari PP. Diagnosis dan
vertigo dengan onset akut kurang dari 10-20 Tatalaksana Benign Paroxysmal
detik akibat perubahan posisi kepala. Positional Vertigo (BPPV). 2018;1–
Pemeriksaan fisik standar untuk BPPV 24.
antara lain tes Dix-Hallpike, tes kalori, dan 3. Tambuhan WSE. Karakteristik dan
tes Supine Roll. Tes Dix-Hallpike juga Angka Kejadian Benign Paroxysmal
dapat dilakukan untuk menilai tipe Benign Positional Vertigo (BPPV) di
Paroxysmal Positional Vertigo (BPPV) dari Poliklinik Neurologi RSUP H. Adam
riwayat perubahan posisi dan pola Malik Medan Periode 2016-2018.
nystagmus. Universitas Sumatera Utara; 2018.

Penatalaksanaan BPPV meliputi non- 4. Thursina C, Dewati E, editors.

farmakologis, farmakologis, dan operasi. Pedoman Tatalaksana Vertigo. 2017.

Penatalaksanaan BPPV yang sering 48–54 p.

digunakan adalah non-farmakologis yaitu 5. Firdiansari A. Benign Paroxysmal


terapi manuver reposisi partikel (PRM) Positional Vertigo (BPPV). J Nas
dapat secara efektif menghilangkan vertigo Indones. 2022;2(02).
pada BPPV, meningkatkan kualitas hidup, 6. Bittar RSM, Mezzalira R, Furtado
dan mengurangi risiko jatuh pada pasien. PL, Venosa AR, Sampaio AL.
Tujuan dari manuver yang dilakukan adalah Benign Paroxysmal Posisitional
untuk mengembalikan partikel ke posisi Vertigo : Diagnosis and Treatment.
awalnya yaitu pada makula utrikulus. Handb Benign Paroxysmal Positional
Vertigo Diagnosis Treat.
2011;16(2):135–45.
Daftar Pustaka

Anda mungkin juga menyukai