Modul Ajar 3
Modul Ajar 3
A. Informasi Umum
B. Tujuan Pembelajaran
Capaian Pembelajaran Alur Tujuan Pembelajaran
- Fase F, peserta didik di Kelas XI dan XII 11.3. Menjelaskan pendudukan Jepang di Indonesia
mampu mengembangkan konsep konsep - 11.3.1 Menganalisis keterkaitan Restorasi Meiji,
dasar sejarah untuk mengkaji peristiwa kemajuan industri, perluasan pasar, dengan
sejarah dalam dimensi manusia, ruang, dan keterlibatan Jepang dalam Perang Dunia II
waktu. Melalui literasi, diskusi, dan - 11.3.2 Menganalisis keterkaitan antara spionase
penyelidikan (penelitian) berbasis proyek Jepang dengan keberhasilan Jepang dalam
kolaboratif peserta didik mampu mengambil alih wilayah Hindia Belanda
menjelaskan berbagai peristiwa sejarah
- 11.3.3 Menganalisis keterkaitan strategi Jepang
yang terjadi di Indonesia dan dunia
meliputi Kolonialisme dan Perlawanan
untuk mendapatkan simpati rakyat dengan
Bangsa Indonesia, Pergerakan Kebangsaan pemerintahan militer Jepang
Indonesia, Pendudukan Jepang di - 11.3.4 Menjelaskan dampak pendudukan Jepang
Indonesia, Proklamasi Kemerdekaan di Indonesia
Indonesia, Perjuangan Mempertahankan - 11.3.5 Menganalisis keterkaitan strategi politik
Kemerdekaan, Pemerintahan Demokrasi Jepang membentuk organisasi kemasyarakatan
Liberal dan Demokrasi Terpimpin, dengan persiapan kelengkapan alat negara setelah
- Peserta didik di Kelas XI mampu kemerdekaan
menggunakan sumber primer dan - 11.3.6 Menjelaskan perlawanan terhadap Jepang
sekunder untuk melakukan penelitian secara kooperatif
sejarah nasional dan sejarah lokal secara - 11.3.7 Menjelaskan perlawanan terhadap Jepang
diakronis atau sinkronis kemudian melalui perjuangan bawah tanah dan bersenjata
mengomunikasikannya dalam bentuk lisan, -11.3.8 Menganalisis kebijakan Jepang yang
tulisan, dan/atau media lain. Selain itu
melunak dengan menjelang kekalahan perang
mereka juga mampu menggunakan
Jepang dengan Sekutu
keterampilan sejarah untuk menganalisis
dan mengevaluasi peristiwa sejarah
C. Profil Pelajar Pancasila
2. Berkebhinekaan Global
Mengambil pelajaran dari Restorasi Meiji bahwa untuk menjadi negara yang besar harus
berani berubah untuk mengambil nilai-nilai yang positif dari bangsa lain sehingga
terwujud negara yang lebih beradab dan maju.
3. Mandiri
- Mengerjakan tugas-tugas belajar yang diberikan guru secara mandiri
- Meneladani sikap mandiri dan tegas seperti para pendahulu yang menolak budaya
Sekere yang dipaksakan terhadap bangsa Indonesia.
4. Integritas
- Menumbuhkan nilai kejujuran kepada para siswa dalam mengerjakan evaluasi dan
tugas-tugas belajarnya.
- Meneladani para pejuang pergerakan nasional yang sabar, pantang menyerah, rela
berkorban untuk mencapai kemerdekaan.
5. Kritis
- Dapat memetik pelajaran (value) dari budaya Jepang yang tidak mudah menyerah
dalam mencapai cita-cita walaupun banyak hambatan yang menghadang.
6. Kreatif
- Kreatif dalam memilih sumber belajar sebagai bahan diskusi kelompok sehingga
menghasilkan materi hasil diskusi dapat dipertanggungjawabkan.
7. Gotong royong
- Berkolaborasi dalam diskusi kelompok dengan saling menghargai pendapat orang
lain dan tidak memaksakan pendapatnya diterima oleh orang lain.
- Mengambil hikmah bahwa sebuah keberhasilan aktifitas di dunia sebagian besar
didasari karena adanya kolaborasi atau kerjasama
D. Sarana Prasarana
1. Jaringan internet yang memadai
2. Komputer/laptop
3. Perpustakaan, buku-buku sejarah sebagai referensi
4. Peta Indonesia (Tarakan, Kalimantan Timur) sebagai tempat yang harus dikuasai Jepang
terlebih dahulu agar dapat menguasai seluruh kepulauan Indonesia.
G. Ketersediaan materi:
1. Materi pengayaan
2. Materi remedial
H. Model Pembelajaran:
PJJ daring dan luring
Kemenangan Jepang atas Rusia ini membangkitkan kepercayaan dan harga diri Jepang.
Ternyata, bangsa Asia (ras Mongoloid) dapat mengalahkan bangsa Barat (ras Kaukasoid).
Dampaknya, selain wilayah kekuasaannya semakin luas, juga muncul ambisi tersembunyi yang
tidak hanya ingin menguasai Asia, tetapi juga mengalahkan bangsa-bangsa Barat lainnya.
Ketika Prancis menyerah kepada pasukan Nazi Jerman di Eropa tahun 1941, Jepang
memanfaatkannya dengan menginvansi wilayah jajahan Prancis di Indocina yang meliputi
Kamboja, Laos, dan Vietnam. Pada saat yang bersamaan (tahun 1941), Jerman menginvansi
Rusia. Sebelumnya, pada tahun 1940, terjadi kesepakatan “Pakta Tripartit”, yaitu bersatunya
fasisme Jepang, Italia, dan Jerman dalam “kekuatan poros” yang kemudian hari bersama sama
melawan “kekuatan Sekutu” yang terdiri dari AS, Inggris, dan Prancis dalam Perang Dunia II.
Meski tidak memiliki kepentingan di Indocina (Kamboja, Laos, dan Vietnam), sikap
agresi Jepang membuat Amerika Serikat menjadi geram. Pada tahun 1941, Amerika membidani
persekutuan yang disebut ABDACOM (America, British, Dutch, Australian Command) untuk
menghadapi keagresifan Jepang. Selain membuat organisasi, Presiden Roosevelt juga
menerapkan embargo baja dan besi tua kepada Jepang yang kemudian diikuti dengan
pembekuan semua aset-aset Jepang.
Embargo baja dan besi tua ini sungguh memukul telak Jepang karena peralatan militernya
semua terbuat dari baja dan besi tua. Seperti belum cukup, Amerika segera mengembargo
minyak bumi terhadap Jepang. Minyak bumi merupakan penopang utama industri-industri
militer Jepang.
Embargo minyak bumi ini membuat industri militer Jepang menjadi kesulitan sehingga
Jepang dihadapkan pada dua pilihan, hidup atau mati. Jepang bukannya menyerah dengan
situasi, tetapi semakin berambisi menguasai minyak bumi Asia Selatan (India, Bangladesh,
Pakistan, dan lain-lain) serta Asia Tenggara (Vietnam, Filipina, Indonesia, dan lain-lain) untuk
mengatasi embargo minyak bumi Amerika Serikat.
Sebagian wilayah yang menjadi sasaran Jepang itu merupakan jajahan Belanda, termasuk
Indonesia, sehingga Jepang harus menghadapi kekuatan militer terbesar saat itu, yaitu Amerika
Serikat. Di bawah ABDACOM, Amerika Serikat bertanggung jawab melindungi kepentingan-
kepentingan Belanda di Indonesia. Menyerang Indonesia dianggap menyerang ABDACOM.
Untuk mengatasi kekuatan militer itu, Jepang mengambil keputusan, yakni harus terlebih
dahulu melumpuhkan Amerika Serikat. Sasaran yang paling dekat di Asia adalah pangkalan
angkatan laut Amerika Serikat di Asia Pasifik, yaitu di Pearl Harbour, Hawaii. Maka, secara
mendadak tanpa ultimatum terlebih dahulu, Jepang menyerang Pearl Harbour pada 7 Desember
1941. Dengan serangan ini, Jepang telah mengawali perang Pasifik.
Setelah menghancurkan Pearl Harbour, Jepang menduduki Filipina pada 10 Desember
1941, Burma pada 16 Desember 1941, dan pada 11 Januari 1942 Jepang mendarat di Indonesia
dengan menguasai Kalimantan lalu menyusul Sumatra dan Jawa. Setelah Jawa dikuasai, Jepang
mengendalikan seluruh wilayah Indonesia dalam waktu singkat. Perang yang dilancarkan
Jepang di Asia Tenggara dan di Lautan Pasifik ini dikenal dengan Perang Asia Timur Raya atau
Perang Pasifik.
C. Spionase Jepang
Mengapa Jepang begitu mudah masuk Indonesia dan menguasai Yogyakarta? Ternyata,
jauh sebelum tahun 1942 Jepang telah mengirimkan perwira-perwiranya di beberapa kota
penting di Indonesia, termasuk Yogyakarta untuk dijadikan sebagai spionase. Perwira yang
dikenal sebagai mata-mata di Yogyakarta adalah Shizukino Yamachi. Tugas Shizukino Yamachi
adalah melakukan penyamaran untuk memata-matai kawasan Yogyakarta, yang nantinya pada
wilayah tersebut akan dilakukan ekspansi besar-besaran oleh tentara Jepang.
Untuk mengelabuhi masyarakat, Shizukino Yamachi mendirikan toko Fuji sebagai toko
kelontong yang berada di daerah pecinan Yogyakarta atau sekarang dikenal Jalan Malioboro.
Shizukino Yamachi mengubah namanya menjadi Tao Ai dan lebih suka memperkenalkan dirinya
kepada orang baru sebagai pedagang dari Cina. Sehari-harinya, Shizukino Yamachi keluar
rumah dari pagi hingga menjelang petang.
Shizukino Yamachi menulis dengan detail segala hal yang ada dan terjadi di Yogyakarta.
Kemudian, segala hasil data pengamatannya dikirimkan ke Jepang, agar mudah melakukan
ekspansi. Data tersebut dikirimkan melalui radio komunikasi dari kamarnya sehingga pintu
kamarnya yang berada di lantai atas selalu tertutup rapat. Shizukino Yamachi sering berkeliling
menggunakan sepeda, berbusana putih dan mengenakan topi bulat. Semua orang tidak mengenal
siapa sesungguhnya Shizukino Yamachi. Dia hanya dikenal sebagai seorang pengusaha yang
baik dan ramah kepada setiap orang.
Di pertengahan tahun 1939, Shizukino Yamachi mendadak pergi dan hilang begitu saja.
Pada 6 Maret 1942, tentara Jepang telah memasuki Kota Yogyakarta. Mereka datang dari arah
Jalan Solo menuju ke barat, setelah sampai di perempatan tugu, mereka berbelok ke selatan
menuju Jalan Malioboro dan Gedung Agung. Iring-iringan pasukan disambut oleh warga tanpa
ketakutan, bahkan warga bersorak sorai dengan melambailambaikan bendera merah putih. Para
pasukan Jepang datang dengan mengaku sebagai saudara tua.
Untuk menarik simpati khususnya kepada rakyat Yogyakarta, serdadu Jepang
menyerukan “Nipon Indonesia sama-sama”, mengumandangkan lagu Indonesia Raya, serta
secara demonstratif membawa potret ratu Belanda yang ditusuk-tusuk dengan bayonet. Ketika
peristiwa ini berlangsung, Shizukino Yamachi berada di kendaraan jeep paling depan diikuti
kendaraan truk, sepeda, dan bahkan ada yang berjalan kaki. Setelah diketahui, ternyata Shizukino
Yamachi merupakan salah satu perwira komandan divisi Angkatan Darat Jepang.
2. Bidang Ekonomi
Dalam bidang ekonomi, Jepang menginginkan Indonesia sebagai tempat eksploitasi
segala sumber daya, baik itu pangan, sandang, logam, dan minyak demi kepentingan perang,
sebagaimana tampak dalam hal-hal berikut ini.
a. Menyita Aset Ekonomi
Jepang menyita aset hasil perkebunan (teh, kopi, karet, tebu), pabrik, bank, dan
perusahaan-perusahaan penting. Banyak lahan pertanian yang terbengkalai karena
pemerintah Jepang fokus pada ekonomi perang dan industri perang. Dampaknya, kelaparan
rakyat dan kemiskinan di mana-mana.
Kebijakan Jepang di antaranya juga adanya ekonomi perang. Ekonomi perang
adalah semua kekuatan ekonomi di Indonesia digali untuk menopang kegiatan perang.
Bagi Jepang, Indonesia merupakan negara yang sangat menarik perhatian karena
merupakan negara kepulauan yang kaya akan hasil bumi, pertanian, tambang, dan lain
sebagainya.
Kekayaan Indonesia tersebut sangat cocok untuk keperluan industri Jepang. Setelah
berhasil menguasai Indonesia, Jepang mengambil kebijakan dalam ekonomi yang sering
disebut Self Help, yaitu hasil perekonomian di Indonesia dijadikan modal untuk
mencukupi kebutuhan pemerintahan Jepang, contohnya sebagai berikut. 1) Jepang
memerintahkan menanam padi karena beras adalah sumber energi tentara Jepang. 2)
Jepang memerintahkan menanam jarak karena getah jarak dijadikan pelumas mesin-mesin
industri alat perang Jepang termasuk pesawat tempur. 3) Jepang memerintahkan menanam
tanaman kina karena menjadi obat antimalaria. Penyakit malaria sangat melemahkan
kemampuan bertempur pasukan Jepang.
b. Pengawasan Ketat di Bidang Ekonomi
Jepang melakukan pengawasan ekonomi secara ketat. Pengawasan tersebut antara lain
penggunaan dan penyediaan barang serta pengendalian harga untuk mencegah
meningkatkan harga barang. Jika ada yang melanggar, akan dikenai sanksi sangat berat.
c. Kebijakan Self-sufficiency
Kebijakan self-sufficiency yaitu pemerintah Jepang mengharuskan pada wilayah-wilayah
yang ada di bawah pemerintah Jepang harus memenuhi kebutuhannya sendiri.
d. Memberlakukan Setoran Wajib, Romusha
Pada tahun 1944, Jepang dalam ambisi perangnya semakin terdesak dan kalah di berbagai
front sehingga kebutuhan bahanbahan pangan semakin meningkat. Untuk mengatasinya,
Jepang membuat aturan agar rakyat menyerahkan bahan pangan dan barang secara besar-
besaran melalui organisasi bentukan Jepang yang bernama Jawa Hokokai (Himpunan
Kebaktian Rakyat Jawa) dan Nagyo Kumiai (koperasi pertanian). Setiap rakyat harus
menyerahkan bahan makanan 30 persen untuk pemerintah Jepang, 30 persen untuk
lumbung desa (simpanan), dan 40 persen menjadi hak miliknya.
Kewajiban yang memberatkan itu membuat rakyat menderita dan kekurangan pangan
sehingga rakyat makan makanan yang tidak biasa seperti umbi-umbian hutan, bekicot, dan
sebagainya. Karena sandang juga langka, rakyat terpaksa memakai pakaian dengan bahan
dasar karung goni. Keadaan itu diperparah dengan kewajiban romusha atau kerja paksa.
Banyak rakyat meninggal di tempat kerja atau ditembak mati karena melarikan diri dari
kewajiban romusha.
3. Bidang Sosial
a. Romusha
Penerapan romusha pada awalnya secara sukarela dari rakyat karena mendapat upah
dari pemerintah Jepang. Namun, lambat laun romusha menjadi kerja paksa yang tidak ada
lagi sistem pengupahan. Banyak pemuda desa dan laki-laki desa lainnya yang dipaksa kerja
romusha sehingga mengakibatkan lahan pertanian menjadi tidak tergarap. Mereka
dimobilisasi tidak saja untuk membangun jalan, bandara, dan pelabuhan di dalam negeri,
tetapi juga di luar negeri seperti Burma, Thailand, Vietnam, dan Malaysia.
b. Jugun Ianfu
Selain memobilisasi para pemuda desa untuk romusha, pemerintah Jepang juga
merekrut wanita-wanita desa untuk dijadikan perempuan penghibur tentara Jepang atau
yang dikenal dengan Jugun Ianfu. Para wanita itu awalnya direkrut dijanjikan dididik
menjadi perawat kesehatan, tetapi pada kenyataanya mereka dijadikan sebagai wanita
penghibur.
c. Pendidikan
Pada masa Jepang, sistem pendidikan lebih buruk daripada masa kolonial Belanda.
Jumlah sekolah menurun drastis dan jumlah warga buta aksara semakin banyak. Sistem
pembelajaran dan kurikulum dijadikan untuk kepentingan perang. Pelajar diindoktrinasi
dengan slogan Hakko Ichiu (delapan penjuru dunia di bawah satu atap). Slogan ini terus
diterapkan sebagai alat propaganda Jepang bahwa Jepang pemimpin dunia dan alat
pembenaran Jepang selalu menginvansi negara lain selama Perang Dunia II.
d. Bahasa dan Stratifikasi Sosial
Ada sisi positif dalam diri Jepang. Pertama, dalam bidang bahasa, karena bahasa
Indonesia wajib digunakan sebagai bahasa pengantar. Bahasa Indonesia juga dijadikan
sebagai pelajaran wajib. Kedua, dalam penjajahan Jepang ini, stratifikasi sosial golongan
bumiputra (inlander, zaman Belanda) ditempatkan di atas golongan Eropa dan golongan
Timur Asing kecuali Jepang. Jepang ingin mengambil hati rakyat dalam usaha menghadapi
Sekutu dalam Perang Pasifik.
4. Bidang Kebudayaan
Sebagai negara fasis, Jepang memang mendidik warga negaranya dengan sangat ketat.
Semua urusan warga negaranya harus taat pada aturan yang ditetapkan oleh negara. Walaupun
menjadi negara modern akibat Restorasi Meiji, Jepang tetap sangat menghormati kaisarnya.
Sebab bagi mereka, kaisar dianggap sebagai keturunan Dewa Matahari.
Oleh karena itu, dalam tradisi Jepang, mereka memberi hormat ke arah matahari terbit
dengan cara membungkukkan punggung dalam-dalam (disebut dengan Seikerei) sebagai simbol
penghormatan terhadap kaisar.
Kebiasaan Jepang itu dipaksakan kepada setiap negara jajahannya, termasuk di Indonesia
sehingga menimbulkan rasa tidak suka terhadap Jepang. Perilaku seperti itu bertentangan
dengan agama karena dianggap sebagai Syrik (menyekutukan Tuhan). Perlawanan K.H. Zainal
Mustafa di Tasikmalaya, Jawa Barat pada tahun 1944 sebagai bukti bahwa Jepang tidak bisa
memaksa begitu saja budayanya kepada tanah jajahan.
Dalam usaha mengendalikan kebudayaan, Jepang membentuk organisasi yang bernama
Keimin Bunkei Shidoso (pusat kebudayaan). Keimin Bunkei Shidoso dijadikan sebagai wadah
perkembangan kesenian Indonesia. Lembaga ini juga dimanfaatkan Jepang untuk mengawasi
dan mengarahkan seniman-seniman Indonesia agar karyanya tidak menyimpang dari
kepentingan Jepang. Jika ada seniman yang berani mengkritik Jepang, maka seniman itu
ditangkap dan dipenjarakan. Contohnya, Chairil Anwar dijebloskan ke penjara karena karya
sastranya yang berjudul Siap Sedia.
3) Barisan Pelopor
Jepang membentuk Chuo Sangi in (semacam DPR). Salah satu keputusan
lembaga itu adalah merumuskan cara untuk menumbuhkan keadaran di kalangan
rakyat untuk 143 membela tanah air dari serangan musuh. Sebagai bentuk nyata
dari keputusan itu, Jepang pada 1 November 1944 membetuk organisasi baru yang
bernama Barisan Pelopor. Melalui organisasi ini diharapkan adanya kesadaran
rakyat untuk berkembang sehingga jika tanah airnya diserang musuh, maka rakyat
siap membantu Jepang mempertahankan tanah airnya.
Organisasi ini dipimpin oleh Sukarno yang dibantu oleh R.P. Suroso, Otto
Iskandardinata, dan Buntaran Martoatmojo. Barisan pelopor berkembang pesat
hanya di perkotaan. Organisasi ini mengadakan pelatihan militer bagi angotanya
meskipun hanya menggunakan senapan dari kayu dan bambu runcing. Anggotanya
sangat heterogen karena ada yang terpelajar, berpendidikan rendah, bahkan tidak
pernah mengenyam pendidikan sekalipun.
Tokoh yang pernah menjadi anggotanya adalah Supeno, D.N. Aidit, Johar Nur,
dan Asmara Hadi. Dengan adanya organisasi ini, nasionalisme dan rasa persaudaran
di lingkungan rakyat Indonesia semakin berkobar. Organisasi ini di bawah naungan
Jawa Hokokai.
4) Hizbullah
Pada 7 September 1944, Perdana Menteri Jepang Kaiso mengeluarkan
pernyataan tentang pemberian kemerdekaan untuk Indonesia karena kekalahan
Jepang ada di mana-mana sehingga Jepang mengalami berbagai kesulitan. Cara
yang ditempuhnya menambah kekuatan yang sudah ada, yakni membentuk pasukan
cadangan khusus dari pemuda-pemuda Islam sebanyak 40.000 orang.
Bagi Jepang, dibentuknya pasukan khusus Islam ini digunakan untuk
membantu dalam pemenangan perang Jepang. Tokoh-tokoh Masyumi menyambut
antusias pembentukan pasukan khusus Islam ini dan tentu saja sambutan itu
disambut gembira pemerintah Jepang.
Tujuan Masyumi membentuk organisasi ini adalah untuk persiapan menuju
cita-cita kemerdekaan Indonesia. Maka, pada 15 Desember 1944, Jepang
membentuk organisasi 144 baru berupa pasukan sukarelawan Islam yang
dinamakan Hizbullah (tentara Allah) yang dalam istilah Jepangnya disebut Kaykio
Seinin Teishinti. Tugas pokok Hizbullah adalah sebagai berikut.
1. Sebagai tentara cadangan. • Melatih diri baik jasmani maupun rohani dengan
giat. • Membantu tentara Dai Nippon. • Menjaga bahaya udara dan mengintai
mata-mata musuh. • Menggiatkan usaha-usaha untuk kepentingan tugas perang.
2. Sebagai pemuda Islam dengan tugas berikut. • Menyiarkan agama Islam. •
Memimpin umat Islam agar taat menjalankan agama Islam. • Membela agama
dan umat Islam Indonesia.
Agar organisasi berjalan lancar, maka dibentuk pengurus pusat Hizbullah
dengan ketuanya K.H. Zainul Arifin, wakil ketuanya Moh. Roem, dan anggota
pengurusnya antara lain Prawoto Mangunsasmito, Kia Zarkasi, dan Anwar
Cokroaminito.
Para pelatihnya berasal dari komandan-komandan Peta dan di bawah
pengawasan perwira Jepang. Kapten Yanagawa Moichiro, yakni seorang perwira
Jepang, akhirnya memeluk Islam dan menikahi gadis dari Tasik. Dalam pelatihan,
selain keterampilan militer juga kerohanian.
Keterampilan fisik militer dilatih oleh para komandan Peta, sedangkan bidang
mental kerohanian dilatih oleh K.H. Mustafa Kamil (bidang kekebalan), K.H.
Mawardi (bidang Tauhid), K.H. Abdul Halim (bidang politik), dan K.H. Tohir
(bidang sejarah). Pelatihan Hizbullah di Cibarusa itu ternyata membentuk kader
pejuang yang militan serta menumbuhkan semangat nasionalisme para kader
Hizbullah.
Setelah pelatihan di Cibarusa itu mereka kembali ke daerah masing-masing
dan membentuk Hizbullah di daerah sehingga Hizbullah berkembang dengan pesat.
Para Hizbullah menyadari bahwa Tanah Jawa adalah pusat pemerintahan. Jika
musuh sewaktu-waktu menyerang, maka Hizbullah akan mempertahankan dengan
penuh semangat. Semangat itu tentunya bukan karena membantu Jepang, tetapi
demi tanah air Indonesia. Jika barisan pelopor di bawah naungan Jawa Hokokai,
maka Hizbullah di bawah naungan Masyumi.
b. Organisasi Militer
1) Heiho
Heiho (pasukan pembantu) adalah prajurit Indonesia yang langsung ditempatkan
di organisasi militer, baik angkatan darat maupun laut. Tujuan dari dibentuknya Heiho
adalah membantu tentara Jepang. Anggotanya 42.000 orang, tetapi mereka tidak sampai
berpangkat perwira karena perwira hanya untuk orang Jepang.
Syarat untuk menjadi tentara Heiho antara lain 1) usia 18 sampai 25 tahun, 2)
berbadan sehat, 3) berkelakuan baik, dan 4) berpendidikan minimal sekolah dasar.
Adapun kegiatan pelatihan tentara Heiho adalah membangun kubu-kubu pertahanan,
menjaga kamp tahanan, dan membantu perang tentara Jepang di medan perang.
Contohnya, banyak anggota Heiho yang diterjukan di peperangan melawan tentara
Sekutu di Kalimantan, Papua, bahkan ada yang sampai ke Burma.
Dalam organisasinya, tentara Heiho sudah dibagi-bagi menjadi kesatuan menurut
daerahnya. Di Jawa menjadi bagian tentara Jepang ke-16 dan di Sumatra menjadi bagian
dari tentara Jepang ke-25. Selain itu, tentara Heiho juga sudah dibagi menjadi beberapa
angkatan, misalnya angkat darat, laut, dan kepolisian (kempeitei). Keterampilan khusus
juga diberikan, misalnya bagian senjata antipesawat terbang, tank, artileri, dan
pengemudi mesin perang.
2) Peta
Heiho sebagai bagian dari pasukan Jepang untuk menghadapi serangan Sekutu
dipandang belum memadai. Oleh sebab itu, dibentuklah organisasi militer lain yang
bernama Peta (Pembela Tanah Air). Para anggota Peta mendapat pelatihan militer karena
organisasi ini organisasi militer.
Semula, yang ditugasi melatih anggota Peta adalah seksi khusus dari bagian
inteligen yang disebut Tokubetsu Han. Bahkan, sebelum ada perintah melatih Peta,
Tokubetsu Han sudah melatih pemuda Indonesia untuk menjadi inteligen yang dipimpin
oleh Yanagawa.
Pelatihan pertama berlokasi di Tangerang dengan anggota 40 orang dari seluruh
Jawa. Baru pada pelatihan tahap kedua, Jenderal Kumaikici Harada panglima tentara
Jepang memerintahkan untuk membentuk Peta dan melatih Peta. Pada 3 Oktober 1943,
secara resmi Peta didirikan dan anggota Peta berasal dari berbagai golongan, termasuk
dari Seinendan.
Dalam Peta sudah dikenalkan pangkat, misalnya daidanco (komandan batalion),
cudanco (komandan kompi), shodanco (komandan peleton), bundanco (komandan regu),
dan giyuhei (prajurit sukarela). Untuk mencapai tingkat perwira Peta, para anggota harus
melalui pendidikan khusus. Pertama kali pendidikan dilaksanakan di Bogor dan setelah
mereka lulus pelatihan ditempatkan di berbagai daidanco (komandan batalion) yang
tersebar di Jawa, Madura, dan Bali.
Dalam organisasi, Peta tidak seperti Heiho yang ditempatkan pada struktur
organisasi tentara Jepang. Peta dibentuk sebagai pasukan gerilya yang melawan apabila
terjadi serangan dari pihak musuh. Tegasnya, Peta dibentuk untuk mempertahankan tanah
air Indonesia dari serangan Sekutu.
Dalam kedudukan struktur organisasi, Peta memiliki kedudukan yang lebih
bebas/fleksibel dan dalam hal kepangkatan ada orang Indonesia yang sampai mencapai
perwira. Untuk itulah banyak orang yang tertarik untuk menjadi anggota Peta. Sampai
pada akhir pemerintahan Jepang, anggota Peta sudah mencapai 37.000 orang di Jawa dan
Sumatra mencapai 20.000 orang.
Di Sumatra, nama yang terkenal bukan Peta, tetapi Giyugun (prajurit-prajurit
sukarela). Orang-orang Peta inilah yang kemudian hari sangat berperan dalam
ketentaraan setelah Indonesia merdeka. Tokoh terkenal Peta adalah Supriyadi dan
Sudirman.
K. Asesmen:
Individu Berkelompok
- Test tertulis PG atau Essay - Diskusi kelompok
- Sikap peserta didik selama - Presentasi
mengikuti kegiatan pembelajaran - Produk hasil diskusi kelompok dalam
bentuk tulisan/tulisan/ media lain)
L. Persiapan Pembelajaran:
Pertemuan ke-1
Pertemuan ke-2
No Jenis Kegiatan Kegiatan yang dilakukan Waktu
Pendahuluan - Presensi kehadiran peserta didik 10 menit
No Jenis Kegiatan Kegiatan yang dilakukan Waktu
- Berdoa bersama-sama dipimpin
salah satu peserta didik
- Kesepakatan aturan dalam
kegiatan pembelajaran pada hari
ini
- Apersepsi tentang pembelajaran
hari ini
Pertemuan ke-3
No Jenis Kegiatan Kegiatan yang dilakukan Waktu
Pendahuluan - Presensi tentang kehadiran peserta 10 menit
didik hari ini
- Berdoa secara bersama-sama
sesuai agama dipimpin satu orang
peserta didik
No Jenis Kegiatan Kegiatan yang dilakukan Waktu
- Kesepakatan aturan dalam
kegiatan pembelajaran pada hari
ini
- Apersepsi tentang materi yang
dipelajari hari ini
Pertemuan ke-4
No Jenis Kegiatan Kegiatan yang dilakukan Waktu
Pendahuluan - Presensi kehadiran peserta didik 10 menit
- Berdoa sesuai agama dan
keyakinan
- Mengingatkan kembali
kesepakatan aturan dalam kegiatan
pembelajaran pada hari ini
No Jenis Kegiatan Kegiatan yang dilakukan Waktu
Kegiatan Inti - Peserta didik diberi pertanyaan 70 menit
pemantik: Mengapa Jepang
mengharuskan kerja romusha
terhadap rakyat Indonesia?
- Guru menyajikan informasi awal
sebagai pembuka wawasan tentang
dampak pendudukan Jepang di
Indonesia
- Guru menggunakan metode diskusi
kelompok untuk membahas
dampak pendudukan Jepang di
Indonesia
- Peserta didik mempresentasikan
hasil diskusi kelompok di depan
kelas
Penutup - Penguatan dari guru tentang materi 10 menit
yang baru saja didiskusikan
- Kesimpulan secara bersama-sama
antara guru dan peserta didik
- Evaluasi kegiatan pembelajaran
hari ini
- Refleksi terhadap kelebihan dan
kekurangan pembelajaran hari ini
Pertemuan ke-5
Pertemuan ke-6
Pertemuan ke-7
Pertemuan ke-8
N. Refleksi guru
- Apakah guru sudah memberikan perhatian kepada peserta didik yang belum aktif dalam
diskusi?
- Dibutuhkan penanaman karakter kepada peserta didik yang ada di setiap materi ajar.
- Kesulitan apa yang dialami guru selama proses pembelajaran?
- Perlu adanya langkah nyata dari guru untuk memperbaiki proses belajar.
- Apakah peserta didik yang mengikuti pelajaran sudah semua memahami materi
pelajaran?
2. Penilain Berkelompok
a. Penilaian Diskusi Kelompok/ Debat
Rubrik Penilaian:
No Aspek Penilaian Skor
0 1 2 3
1 Keaktifan diskusi/ debat
a. Aktif memberi masukan
pemikiran
b. mendengarkan pendapat
orang lain
2 Kreatifitas diskusi
a. Kreatif dan inovasi dalam
diskusi/ debat
b. Ide/gagasan adalah original
No Indikator Rubrik
1 Aktif memberi masukan 2 = aktif berpendapat
pemikiran 1.= kurang aktif
0 = tidak aktif
No Indikator Rubrik
No Indikator Rubrik
1 Kelengkapan materi 2 = lengkap
1 = kurang lengkap
0 = tidak ada
2 Penulisan materi 2 = sesuai dengan rambu-
rambu yang diberikan
1 = tidak sesuai rambu-rambu
yang diberikan
0 = tidak ada
3 Kemampuan presentasi 2 = Komunikatif
1 = Kurang komunikatif
0 =Tidak Komunikatif
Keaktifan selama kegiatan 3 = Sangat aktif
presentasi 2 = Cukup aktif
1 = Kurang aktif
0 = Tidak aktif
4 Kreatifitas media presentasi 2 = Menggunakan kreasi
digital lebih dari
1(animasi/paint/ video/ dll)
1 = Menggunakan 1 kreasi
digital (animasi/paint/ video/
dll)
0 = Tidak menggunakan kreasi
digital
Q. Daftar Pustaka
Kahin, George Mc Turnan. 2013. Nasionalisme Dan Revolusi Indonesia, Jakarta: Komunitas
Bambu
Kasenda, Peter. 2015. Sukarno di Bawah Bendera Jepang (1942-1945). Jakarta: Kompas
Media Sarana.
Kurasawa, Aiko. 1993. Mobilisasi dan Kontrol: Studi Tentang Perubahan Sosial di
Pedesaan Jawa, 1942-1945 (terjemahan). Jakarta: Grasindo
Lilik Suharmaji. 2018. Sejarah Indonesia Modern, Dari Imperialisme Kuno Sampai
Pengakuan Kedaulatan RI, Yogyakarta: Lingkar Antarnusa
Lilik Suharmaji, 2019. Sultan Hamengku Buwono IX Keteladanan Sang Penjaga Gawang
RI. Yogyakarta: Ombak
Peter Kasenda, 2015. Soekarno Di Bawah Bendera Jepang (1942-1945). Jakarta: Kompas
Ricklefs, MC. 2005. Sejarah Indonesia Baru 1200-2004, Jakarta: Serambi Ilmu Semesta.
Ricklefs, MC. 2005. Sejarah Indonesia Baru 1200-2004, Jakarta: Serambi Ilmu Semesta.
Ricklefs, MC. 2016. Sejarah Indonesia Modern, Yogyakarta: Gadjah Mada University
Press.
Link Literasi
https://www.minews.id/kisah/pengaruh-restorasi-meiji-terhadap-kemajuan-jepang
https://lensabudaya.com/restorasi-meiji-latar-belakang-dan-dampaknya/
https://tirto.id/sejarah-jepang-mendarat-dan-betapa-loyonya-knil-di-tarakan-dckd
https://www.kompasiana.com/roby_irzal_maulana/56d51497e2afbdda0c52734a/selamat-
datang-saudara-tua
https://www.harianaceh.co.id/2020/10/05/soekarno-juga-bertanggung-jawab-untuk-tragedi-
romusha/
https://www.donisetyawan.com/perlawanan-yang-dipicu-penolakan-seikerei/
https://kelasips.com/organisasi-bentukan-jepang/
Peter Kasenda, 2015. Soekarno Di Bawah Bendera Jepang (1942-1945). Jakarta: Kompas
Ricklefs, MC. 2005. Sejarah Indonesia Baru 1200-2004, Jakarta: Serambi Ilmu Semesta.
Ricklefs, MC. 2005. Sejarah Indonesia Baru 1200-2004, Jakarta: Serambi Ilmu Semesta.
Ricklefs, MC. 2016. Sejarah Indonesia Modern, Yogyakarta: Gadjah Mada University
Press.
Link Literasi:
https://www.minews.id/kisah/pengaruh-restorasi-meiji-terhadap-kemajuan-jepang
https://lensabudaya.com/restorasi-meiji-latar-belakang-dan-dampaknya/
https://tirto.id/sejarah-jepang-mendarat-dan-betapa-loyonya-knil-di-tarakan-dckd
https://www.kompasiana.com/roby_irzal_maulana/56d51497e2afbdda0c52734a/selamat-
datang-saudara-tua
https://www.harianaceh.co.id/2020/10/05/soekarno-juga-bertanggung-jawab-untuk-tragedi-
romusha/
https://www.donisetyawan.com/perlawanan-yang-dipicu-penolakan-seikerei/
https://kelasips.com/organisasi-bentukan-jepang/
Buku-buku:
Kahin, George Mc Turnan. 2013. Nasionalisme Dan Revolusi Indonesia, Jakarta: Komunitas
Bambu
Kasenda, Peter. 2015. Sukarno di Bawah Bendera Jepang (1942-1945). Jakarta: Kompas
Media Sarana.
Kurasawa, Aiko. 1993. Mobilisasi dan Kontrol: Studi Tentang Perubahan Sosial di
Pedesaan Jawa, 1942-1945 (terjemahan). Jakarta: Grasindo
Lilik Suharmaji. 2018. Sejarah Indonesia Modern, Dari Imperialisme Kuno Sampai
Pengakuan Kedaulatan RI, Yogyakarta: Lingkar Antarnusa
Lilik Suharmaji, 2019. Sultan Hamengku Buwono IX Keteladanan Sang Penjaga Gawang
RI. Yogyakarta: Ombak
Peter Kasenda, 2015. Soekarno Di Bawah Bendera Jepang (1942-1945). Jakarta: Kompas
Ricklefs, MC. 2005. Sejarah Indonesia Baru 1200-2004, Jakarta: Serambi Ilmu Semesta.
Ricklefs, MC. 2005. Sejarah Indonesia Baru 1200-2004, Jakarta: Serambi Ilmu Semesta.
Ricklefs, MC. 2016. Sejarah Indonesia Modern, Yogyakarta: Gadjah Mada University
Press.
Link Literasi:
https://www.minews.id/kisah/pengaruh-restorasi-meiji-terhadap-kemajuan-jepang
https://lensabudaya.com/restorasi-meiji-latar-belakang-dan-dampaknya/
https://tirto.id/sejarah-jepang-mendarat-dan-betapa-loyonya-knil-di-tarakan-dckd
https://www.kompasiana.com/roby_irzal_maulana/56d51497e2afbdda0c52734a/selamat-
datang-saudara-tua
https://www.harianaceh.co.id/2020/10/05/soekarno-juga-bertanggung-jawab-untuk-tragedi-
romusha/
https://www.donisetyawan.com/perlawanan-yang-dipicu-penolakan-seikerei/
https://kelasips.com/organisasi-bentukan-jepang/
U. Materi pengayaan
Link literasi;
https://www.minews.id/kisah/pengaruh-restorasi-meiji-terhadap-kemajuan-jepang
https://lensabudaya.com/restorasi-meiji-latar-belakang-dan-dampaknya/
https://tirto.id/sejarah-jepang-mendarat-dan-betapa-loyonya-knil-di-tarakan-dckd
Tugas Pengayaan :
- Hanya untuk peserta didik yang memiliki nilai formatif individu minimal = 85
- Setelah membaca link literasi peserta didik dapat lebih memahami Restorasi Meiji terhadap
kemajuan Jepang yang berdanpak pada imperialisme Jepang, keberhasilan Jepang mendarat
di Tarakan
- berdasarkan informasi-informasi lain yang relevan
- Tugas bisa tertulis atau lisan dengan media digital atau non digital
Tugas Remedial :
- Hanya untuk peserta didik yang nilainya kurang dari Kriteria Minimal
- Setelah melihat link yang diberikan, peserta didik dapat memahami lebih dalam tentang
propaganda saudara tua, keterlibatan Sukarno dalam rumusha (saling memanfaatkan antara
Jepang dan Sukarno), penolakan Sekere yang memicu perlawanana, dan organisasi-
organisasi bentukan Jepang
- Tugas bisa tertulis atau lisan dengan media digital atau non digital