Anda di halaman 1dari 98

LECTURE NOTES

BUSS6189 – Business Sustainability


Week ke - 1

Pengenalan Bisnis Berkelanjutan


LEARNING OUTCOMES

1. Peserta diharapkan mampu memahami definisi konsep bisnis


berkelanjutan

2. Peserta diharapkan mampu menjelaskan pilar-pilar


keberlanjutan

3. Peserta diharapkan mampu menjelaskan bentuk dan tahapan


bisnis berkelanjutan

OUTLINE MATERI :

1.1. Definisi Keberlanjutan

1.2. Penyebab dan Konsensus seputar Bisnis Berkelanjutan

1.3. Bentuk dan tahapan Bisnis Berkelanjutan

1.4. Kasus Bisnis untuk Keberlanjutan


LECTURE NOTE WEEK 1
1.1. Definisi Sustainability

Di saat ini dimana dunia semakin global, terdapat tantangan atau masalah dalam
globalisasi. Keberlanjutan adalah salah satu permasalahan yang vital di seluruh dunia dalam
beberapa dekade terakhir. Konsep berkelanjutan dimulai pada tahun 1987 ketika pembentukan
Komisi Brundtland (Brundtland Commission – Our Common Future). Adapun misi dari Komisi
Brundtland adalah untuk menyatukan negara-negara untuk membuat pembangunan berkelanjutan
bersama- sama. Hal ini adalaha upaya paling awal telah dibuat untuk menghubungkan stabilitas
lingkungan dengan hal-hal dalam pembangunan ekonomi.

Konsep berkelanjutan ini berisi filosofi kesetaraan dan ketergantungan bersama, tidak
hanya generasi mendatang tetapi juga bangsa-bangsa dan masyarakat di bumi. Konsep ini juga
menggabungkan berbagai interdisipliner, partisipasi, pembelajaran, dan adaptasi untuk
pengembangan lingkungan sosial budaya, sosial ekonomi, dan alam, yang sangat penting untuk
kesejahteraan umat manusia dan alam. Untuk memahami konsep dengan lebih baik harus melihat
ke dalam dua karakteristik utama sebagai berikut:

1. Keberlanjutan dengan konsep berbasis people-centered dan konservasi dimana pengembangan


standard kehidupan manusia dengan memperhatikan kapasitas alam untuk fasilitas dan sumber
daya pendukung kehidupan manusia.

2. Pembangunan berkelanjutan adalah konsep normatif yang mencontohkan standar keputusan


dan tindakan untuk dihormati sebagai 'masyarakat' yang berusaha untuk memenuhi
kebutuhannya, kelangsungan hidup, dan kesejahteraan."

Istilah keberlanjutan dapat diartikan berbeda-beda sehingga definisi keberlanjutan


menjadi ambigu atau samar-samar. Istilah ini juga berisiko terlalu banyak digunakan. Meskipun
demikian, perlu untuk menerapkan istilah keberlanjutan ini ke berbagai isu sosial, ekonomi,
lingkungan, dan industri tertentu.

BUSS6189 – Business Sustainability


Langkah pertama dalam memiliki kesuksesan bisnis yang terkait dengan konsep
berkelanjutan adalah menentukan definisi keberlanjutan menurut masing-masing individu.
Berikut ini tiga definisi keberlanjutan yang dapat dipertimbangkan, yaitu:

1. Menurut Perserikatan Bangsa-Bangsa: “Keberlanjutan menyerukan standar hidup yang layak


untuk semua orang saat ini tanpa mengurangi kebutuhan generasi mendatang.”

2. Menurut Dow Jones Sustainability Indices (DJSI) : “Pendekatan bisnis yang menciptakan
jangka panjang dengan melibatkan peluang dan mengelola risiko yang berasal dari
perkembangan ekonomi, lingkungan dan sosial."

3. Menurut Pilot Performance Resources Management Inc.: "Kemampuan untuk


mempertahankan bisnis”

Sustainable Economic Development atau Pengembangan Ekonomi Berkelanjutan


adalah kegiatan ekonomi yang memenuhi kebutuhan generasi saat ini tanpa mengurangi
kemampuan generasi mendatang untuk memenuhi kebutuhan mereka sendiri.

Meskipun definisi klasik keberlanjutan sangat luas, terdapat dua hal normatif, yaitu: (1)
kegiatan ekonomi harus mendukung kesejahteraan sosial dan melindungi basis sumber daya
alam dan (2) aktivitas ekonomi harus memperhitungkan dampak pada generasi mendatang dan
pengelolaan basis sumber daya alam sehingga produktif untuk penggunaan di masa depan. Bisnis
berkelanjutan menyerukan langkah-langkah keberhasilan bisnis yang mencakup faktor sosial,
ekonomi, dan lingkungan (prinsip keseimbangan) dan pengelolaan sumber daya antar generasi
yang menciptakan nilai dan peluang yang bertahan lama dari satu generasi ke generasi
berikutnya (prinsip kepengurusan).

.
Prinsip Keseimbangan adalah prinsip Prinsip Kepengurusan (Principle of
normatif menyeimbangkan faktor Stewarship) adalah prinsip normatif
sosial, ekonomi, dan lingkungan saat menjaga sumber daya alam pada kualitas
mengambil keputusan bisnis. dan kuantitas yang cukup agar tetap layak
digunakan oleh generasi mendatang.

BUSS6189 – Business Sustainability


Terdapat tiga pilar keberlanjutan merupakan alat yang kuat untuk mendefinisikan
masalah keberlanjutan dengan lengkap. Pilar-pilar tersebut adalah pilar ekonomi, sosial, dan
lingkungan. Jika ada salah satu pilar yang lemah maka sistem secara keseluruhan tidak
berkelanjutan.

Sumber: www.thwink.org/sustain/glossary/ThreePillarsOfSustainability.htm

Gambar 1.1. Tiga Pilar Berkelanjutan

Social sustainability atau keberlanjutan sosial adalah adalah kemampuan


sistem sosial, seperti negara, keluarga, atau organisasi, untuk berfungsi pada
tingkat kesejahteraan sosial yang ditentukan dan harmoni tanpa batas waktu.
Masalah seperti perang, kemiskinan endemik, ketidakadilan yang meluas, dan tingkat pendidikan
yang rendah adalah gejala sistem yang secara sosial tidak berkelanjutan.

Environmental Sustainability atau Kelestarian lingkungan adalah


kemampuan lingkungan untuk mendukung tingkat kualitas lingkungan dan
tingkat ekstraksi sumber daya alam yang ditentukan tanpa batas waktu. Ini
adalah masalah terbesar di dunia, karena konsekuensi dari tidak menyelesaikan masalah sekarang
tertunda dan minimnya masalah prioritas yang terselesaikan.

BUSS6189 – Business Sustainability


Economic Sustainability atau Keberlanjutan ekonomi adalah kemampuan
ekonomi untuk mendukung tingkat produksi ekonomi yang ditentukan tanpa
batas waktu. Sejak resesi besar di tahun 2008 adalah masalah terbesar di
dunia, yang membahayakan kemajuan pada masalah keberlanjutan lingkungan.

Motivasi untuk mengeksplorasi keberlanjutan - ini bisa berbeda tergantung pada


pandangan individu: logika, emosi atau naluri dapat menjadi pendorong. Umumnya hal ini
didasarkan pada konsep kemanusiaan yang secara inheren berjuang untuk bertahan hidup.
Berikut ini adalah tiga sudut pandang untuk keberlanjutan:

1. Para Ekologis tidak melihat umat manusia sebagai entitas terpisah dari planet ini dan sumber
dayanya, tetapi merupakan bagian dari itu. Motivasi mereka untuk melestarikan planet ini adalah
bahwa alam dan kemanusiaan memiliki nilai yang melekat dan karena itu harus dilindungi.

2. Para Pecinta lingkungan melihat alam atau planet ini terpisah dari umat manusia. Planet ini
ada untuk manusia, mereka melihat planet ini sebagai sesuatu yang harus dilestarikan sehingga
manusia dapat bertahan hidup dan berkembang.

3. Para Ekonom / Economist memahami langkah-langkah tidak berkelanjutan yang timbul dari
budaya yang memperlakukan sumber daya terbatas sebagai sumber pendapatan.

1.2. Penyebab dan Konsensus seputar Bisnis Berkelanjutan

Kegiatan yang dilakukan oleh perusahaan untuk membebankan biaya produksi dan
operasi perusahaan ke sumber daya alam atau populasi dikenal dengan istilah ekternalisasi biaya
bisnis. Kegiatan ini mendorong biaya kerusakan lingkungan ke ekosistem, komunitas, atau
generasi mendatang dan perusahaan mengambil keuntungan dari kegiatan ini dengan
mengorbankan orang lain.

Prinsip keseimbangan dapat diterapkan melalui pendekatan triple-bottom-line untuk


mengukur kinerja bisnis. John Elkington, pendiri Sustainability, kantor konsultasi di Inggris,
menciptakan frasa "triple bottom line" pada 1990-an. Elkington berpendapat bahwa perusahaan
harus peduli dengan tiga ukuran kinerja yang unik yaitu: (1) keuntungan dan kerugian; (2)
pengaruh organisasi terhadap individu; dan (3) polusi dan kehabisan sumber daya.

BUSS6189 – Business Sustainability


Pendekatan Triple-Bottom-Line untuk mengukur kinerja bisnis yang mencakup:
(1)Laba keuangan tradisional yang diukur dalam hal laba dan rugi;
(2)Tanggung jawab sosial yang diukur dalam hal efek organisasi terhadap orang; dan
(3)Pengelolaan lingkungan yang diukur dengan polusi dan kehabisan sumber daya.

Bisnis berkelanjutan memiliki biaya eksternal ini, menciptakan insentif yang sesuai untuk
menghilangkan limbah dan konsumsi berlebihan serta untuk melindungi karyawan dan
masyarakat sekitar dari risiko yang diciptakan oleh kegiatan perusahaan. Beberapa sektor
industri menyebabkan kerugian bagi lingkungan dan kesehatan masyarakat pada tingkat yang
tinggi untuk keuntungan mereka sendiri. Ini berarti bahwa lebih banyak sumber daya
dihancurkan daripada yang diciptakan oleh aktivitas ekonomi di sektor-sektor ini. Penghancuran
ini berakibat sumber modal alam akan hilang. Perusahaan perlu melakukan inovasi bisnis agar
memastikan perusahaan berkelanjutan.
Upaya dasar bisnis berkelanjutan di semua bidang fungsional adalah untuk
menginternalisasi biaya eksternalitas, yaitu, bagi pihak yang menciptakan risiko untuk
menanggung biaya risiko itu alih-alih memaksanya pada pihak lain. Dalam hal ekonomi,
organisasi berkelanjutan menginternalisasi eksternalitas negatif yang mereka ciptakan.

Untuk menginternalisasi biaya eksternalitas adalah solusi untuk mengakhiri praktik


bahaya tanpa kompromi dan mulai mengembalikan insentif yang tepat untuk pengawasan
sumber daya alam dan sumber daya manusia yang bertanggung jawab. Hal ini dicapai dengan (1)
mengimbangi bahaya melalui konservasi dan filantropi dan (2) berinovasi untuk melakukan
fungsi bisnis tradisional dengan cara-cara yang mengurangi atau menghilangkan dampak buruk
yang secara tradisional terkait dengan fungsi-fungsi tersebut.

Dikarenakan karena kesadaran dan kewajiban, atau instruksi dari investor atau peraturan
pemerintah maka industri di seluruh dunia membuat langkah untuk menjadi berkelanjutan.
Berbagai pendorong atau motif untuk melakukan bisnis berkelanjutan termasuk adanya peraturan
pemerintah yang semakin ketat, standar yang dipromosikan oleh industri dan Lembaga Sosial
Masyarakat (LSM), kampanye kepentingan publik dan advokasi konsumen, berbagai litigasi,

BUSS6189 – Business Sustainability


memperluas peluang pemasaran, pengurangan biaya dalam rantai pasokan dan operasi, protokol
manajemen risiko, dan kendala sumber daya alam. Secara umum, pendorong bisnis berkelanjutan
dapat dikategorikan sebagai ekonomi, etika, kelembagaan, dan teknologi. Lihat Tabel 1.1.

Tabel 1.1. Faktor Pendorong Bisnis Berkelanjutan

Pendorong Bisnis Berkelanjutan


Faktor Pendorong Implikasi
Ekonomi Meningkatkan efisiensi, menciptakan peluang, meningkatkan laba,
mengurangi biaya, dan memenuhi ekspektasi konsumen/investor
Etika Memenuhi tanggung jawab sosial kepada masyarakat dimana perusahaan
beroperasi, hormati hak asasi manusia dan penggunaan sumber daya yang
bijaksana untuk generasi mendatang
Institutional/ Mematuhi lembaga regulasi dan bekerja sama dengan LSM dan organisasi
Kelembangaan nirlaba untuk meningkatkan kredibilitas dan menyelesaikan masalah secara
kolaboratif
Teknologi Menciptakan terobosan teknologi yang memungkinkan perusahaan untuk
bersaing dengan cara baru, menggunakan lebih sedikit sumber daya,
mengembangkan produk atau proses baru, dan mengurangi biaya operasi
Sumber: Nada R. Sanders and John D. Wood, (2019). Foundations of sustainable business:
Theory, Function, and Strategy. Hoboken, NJ : John Wiley & Sons. 2nd Edition. Wiley

Pada pertemuan Konferensi Tingkat Tinggi PBB Rio+20 tentang pembangunan


keberlanjutan, merumuskan kesepakatan yang dapat menjadi rekomendasi-rekomendasi untuk
dipertimbangkan dalam membentuk bisnis berkelanjutan yaitu:
1. Mengatasi tantangan sosial dan lingkungan global sangat penting untuk kesuksesan bisnis di
masa depan.
2. Kepemimpinan sangat diperlukan dari bisnis untuk mencapai pertumbuhan ekonomi yang
berkelanjutan dan merata.
3. Kasus ekonomi yang jelas untuk melakukan bisnis lebih berkelanjutan.
4. Bisnis harus fokus pada daya saing jangka panjang bukan jangka pendek
5. Bisnis harus menggunakan kekuatan mereka untuk bertindak cepat dan tegas untuk
mendorong perubahan di mana pembuat kebijakan tidak dapat melakukan hal ini.
6. Dorong perubahan dengan bekerja sama dengan pelanggan, konsumen, dan pemasok.

BUSS6189 – Business Sustainability


7. Secara proaktif terlibat dengan pemerintah untuk mendefinisikan solusi untuk pertumbuhan
yang berkelanjutan.
8. Mengadopsi konsep keberlanjutan (misalnya untuk mengurangi penggunaan air, energi, dan
material) untuk mendorong inovasi.

1.3. Bentuk dan Tahapan Bisnis Berkelanjutan

Masalah utama dengan bisnis berkelanjutan selama beberapa dekade terakhir terletak pada
beberapa masalah: (1) berkelanjutan bersifat peripheral/ tambahan kegiatan dari bisnis inti
perusahaan; (2) berjalan secara bertahap; dan (3) tidak ekonomis sesuai dengan struktur insentif
yang ada. Bentuk dari bisnis berkelanjutan yaitu:

1. Marginalisasi Konsep Berkelanjutan


Keberlanjutan berisiko dan menjadi peripheral (bukan prioritas) dalam menjalankan bisnis. Hal
ini akan terus terjadi bagi perusahaan yang belum menambah keberlanjutan sebagai prioritas
kompetitif dan berkomitmen terhadap praktik di tingkat kepemimpinan. Jika tidak, kekhawatiran
keberlanjutan akan cenderung didegradasi ke departemen hubungan masyarakat, dan kurang
terintegrasi di seluruh fungsi bisnis. Lebih lanjut, konsep keberlanjutan tampaknya ekonomis
hanya untuk perusahaan besar yang mampu membeli inovasi padat modal atau mungkin periode
pengembalian yang lebih lama untuk ROI mereka dalam inisiatif keberlanjutan. Selain itu, bisnis
berkelanjutan mungkin tidak ekonomis dalam jangka pendek selama pasar terus memberi
penghargaan kepada perusahaan yang mampu melakukan eksternalisasi biaya mereka. Meskipun
bisnis yang berkelanjutan dapat mewujudkan keuntungan jangka panjang, tidak semua
perusahaan memiliki jangka waktu yang begitu lama. Lebih lanjut, tidak semua pemerintah
mengambil langkah untuk menciptakan insentif ekonomi yang tepat untuk bisnis yang
berkelanjutan, dan kurangnya dukungan hukum yang sesuai.
Untuk saat ini, proses peningkatan keberlanjutan dilakukan bertahap, mengikuti model
manajemen kualitas (quality management), dengan perusahaan yang berkomitmen pada
pengurangan konsumsi sumber daya atau meminimalkan polusi selama beberapa tahun, diukur
terhadap tingkat konsumsi atau emisi perusahaan itu sendiri dari beberapa periode waktu
misalkan dalam 20 tahun terakhir.

BUSS6189 – Business Sustainability


2. Pertumbuhan Konsep Berkelanjutan
Untuk pertumbuhan konsep berkelanjutan, dapat dilihat pada tabel 1.2. dibawah ini
dimana akan membandingkan lima tingkat praktik bisnis berkelanjutan, yang diperingkatkan
berdasarkan tingkat transparansi dan akuntabilitas sehubungan dengan perilaku perusahaan
konsep Four M (4M): motive, manner, method, dan medium.
Tabel 1.2. Tingkat Praktik Bisnis Berkelanjutan
Motive Manner Method Medium
1. Profit Defense Ad Hoc Investments
2. Philanthropy Charity Programmatic Projects
3. Marketing Promotional Public Relations Media
4. Control Strategy Management Codes
5. Responsibility Systemic Business Model Integration Products and Services
Sumber: Nada R. Sanders and John D. Wood, (2019). Foundations of sustainable business:
Theory, Function, and Strategy. Hoboken, NJ : John Wiley & Sons. 2nd Edition. Wiley

Stage 1: Profit
Motif laba merupakan hal paling mendasar yang mendorong tingkat bisnis berkelanjutan. Pada
tingkat ini, bisnis mengejar keberlanjutan sebagai strategi defensif untuk melindungi
keuntungan; keberlanjutan diupayakan secara terbatas, dan bahkan kemudian, hanya ketika
melakukannya akan meningkatkan nilai bagi pemegang saham. Misalnya, investasi ad hoc ke
dalam kontrol polusi dipahami sebagai sarana untuk menangkis penundaan peraturan atau denda
pelanggaran, bukan sebagai sarana untuk melindungi lingkungan. Inisiatif seperti mengurangi
penggunaan listrik dilakukan sebagai metode untuk mengurangi biaya operasi — bukan sebagai
sarana untuk mengurangi dampak perusahaan pada perubahan iklim. Dengan kata lain, jika
bukan karena ancaman sanksi, atau janji keuntungan finansial, maka investasi berkelanjutan
tidak akan dilakukan untuk bisnis di tingkat pertama ini.
Stage 2: Philantrophy / Kegiatan mulia/ Kemanusiaan
Keinginan untuk mempromosikan filantropi melalui acara amal dan kolaborasi dengan organisasi
nirlaba pada berbagai proyek mencirikan bisnis pada tingkat keberlanjutan tahap kedua.
Filantropi perusahaan bertanggung jawab untuk mengalokasikan sumber daya secara efisien dan
strategis untuk mendukung tujuan mulia di seluruh dunia serta bertanggung jawab pada

BUSS6189 – Business Sustainability


komunitas dimana perusahaan beroperasi. Perusahaan yang sukses untuk menyumbangkan uang
keuntungannya untuk meningkatkan pendidikan di daerah berpenghasilan rendah, atau untuk
mempromosikan terobosan penelitian medis untuk kepentingan publik. Kegiatan filantropi dapat
berfokus pada kebutuhan sosial atau lingkungan di luar lingkup perilaku perusahaan, atau dapat
dilakukan melalui tindakan langsung. Misalnya, perusahaan produk medis dapat
menyumbangkan produk mereka sendiri ke area yang membutuhkan perawatan kesehatan. Atau,
perusahaan yang menjual produk asuransi dapat menyisihkan dana untuk kegiatan filantropi
melawan obesitas di masa kanak-kanak. Upaya filantropis memungkinkan ruang untuk
kreativitas dalam mengejar bisnis yang berkelanjutan. Kontribusi, sponsor, hibah, dan dana lain
yang didedikasikan untuk dampak sosial atau konservasi lingkungan memberi perusahaan
kesempatan untuk membuat dampak positif.
Stage 3: Marketing
Pada tingkat ini, perusahaan menyadari nilai pemasaran yang diciptakan oleh upaya
berkomitmen untuk perbaikan sosial atau perlindungan sumber daya alam dapat dilakukan
melalui kegiatan promosi untuk meningkatkan loyalitas merek dan reputasi perusahaan. Sebagai
tambahan, jika semua perusahaan telah melakukan promosi keberlanjutan maka secara tidak
langsung akan menghindari pelanggaran peraturan atau membuat kontribusi untuk amal. Fungsi
pemasaran memungkinkan perusahaan untuk mempromosikan strategi bisnis yang responsif dan
menyediakan komunikasi penting antara perusahaan dan pelanggan.
Stage 4: Control
Pada tingkat ini, kinerja konseo berkelanjutan menjadi tolak ukur, tujuan ditetapkan (goal set-
up), dan kinerja dipantau dan dilaporkan di seluruh organisasi dan rantai pasokannya. Banyak
perusahaan yang berada pada tingkat kinerja keberlanjutan ini karena nilai strategiknya. Pada
tingkat ini, bisnis mendukung nilai-nilai sosial dan lingkungan yang selaras dengan strategi
perusahaan.
Stage 5: Responsibility
Pada tingkat lanjutan ini bisnis yang didorong oleh tanggung jawab untuk dapat mengatasi
kebutuhan peradaban melalui penawaran produk atau layanannya. Model bisnis inovatif, proses
produksi revolusioner, dan dorongan untuk meningkatkan perlindungan lingkungan dan sosial
yang ditawarkan oleh kebijakan pemerintah terdapat pada beberapa bisnis perusahaan. Pada
tingkat ini, strategi perusahaan dibentuk untuk mengatasi penyebab tidak berkelanjutan,

BUSS6189 – Business Sustainability


perlindungan lingkungan diintegrasikan ke dalam model bisnis perusahaan, dan produk dan
layanan yang inovatif sehingga perusahaan bersedia mengubah strategi mereka untuk
menyelesaikan masalah global dan peradaban.

3. Kesiapan Konsep Berkelanjutan / Sustainability Gear-Up

Konsep bisnis berkelanjutan merupakan tanggung jawab seluruh pihak, bukan hanya
terletak pada pemerintah untuk kesejahteraan lingkungan dan masyarakat. Sejak tahun 1980-an,
konsep dan tingkat tanggung jawab bisnis berkelanjutan terus berevolusi untuk mengatasi
masalah baru dan peran yang lebih besar. Pada tabel 1.3. menggambarkan evolusi sikap
terhadap konsep bisnis keberlanjutan pada perusahaan yang dimulai dari tingkat kepatuhan
hingga terintegrasi ke strategi perusahaan yang kemudian mengubah model bisnis dan pasarnya.

Tabel 1.3. Evolusi Sikap Terhadap Kasus Bisnis untuk Keberlanjutan

Sikap Terhadap Penjelasan Tindakan


Kebijakan
Keberlanjutan
Complying / Kekhawatiran konsep keberlanjutan Tindakan umum dimana hanya
Kepatuhan dipandang dengan skeptisisme, seperti kepatuhan terhadap peraturan tenaga
halnya kasus bisnis untuk keberlanjutan. kerja dan lingkungan yang berlaku.
Benchmarking/ Keberlanjutan dihargai sebagai perhatian Fokus pada pengukuran,
Pembandingan yang sah dari pemangku kepentingan pembandingan, dan mengurangi
eksternal, dan dimasukkan ke dalam dampak buruk terhadap lingkungan.
operasi untuk kepentingan Public Relation.
Partnering/ Bermitra Keberlanjutan menjadi perhatian yang Bermitralah dengan pemerintah,
signifikan bagi organisasi dan pelanggan, pemasok, dan lainnya dari
membutuhkan solusi efektif untuk semua industri untuk menciptakan solusi
pemangku kepentingan. inovatif.
Integrating/ Keberlanjutan menjadi perhatian utama Prinsip keberlanjutan telah
Integrasi organisasi dan mampu memberikan diintegrasikan ke dalam strategi
keunggulan kompetitif pada organisasi bisnis, pengembangan produk dan
yang memungkinkan penciptaan nilai bagi layanan, rantai pasokan, operasi, dan
pemangku kepentingan. pemasaran.
Sumber: Diadaptasi dari Sustainability LTD., Gearing Up: From Corporate Responsibility to
Good Governance and Scalable Solutions, 34–37 (2004).

BUSS6189 – Business Sustainability


Pada setiap tahap dalam evolusi tentang sikap terhadap perubahan keberlanjutan ini,
tindakan prioritas tidak dihilangkan. Setiap tahap mencakup tindakan prioritas tahap sebelumnya,
tetapi prioritas ini dilihat dari sudut pandang yang lebih rasional. Misalnya, perusahaan yang
peduli dengan mengintegrasikan keberlanjutan ke dalam strategi bisnis inti masih mengambil
langkah-langkah untuk memastikan bahwa kegiatan perusahaan mematuhi hukum dan peraturan
yang berlaku, masih menjadi tolok ukur kinerja keberlanjutan, dan masih bermitra dengan
pemangku kepentingan lain dalam mencari solusi berkelanjutan.

1.4. Kasus Bisnis untuk Keberlanjutan

Konsep berkelanjutan tidak hanya mempromosikan tentang keuntungan perusahaan,


namun banyak manfaat keberlanjutan yakni mencakup ekosistem yang berkembang, kesehatan
masyarakat yang lebih baik, dan peningkatan kepuasan konsumen, tetapi pendorong yang
mendasari konsep berkelanjutan adalah keuntungan bagi perusahaan yang terlibat. Jika
keuntungan tidak menyertai keberlanjutan, itu akan sia-sia saja. Perusahaan menjalankan konsep
keberlanjutan secara serius tidak hanya untuk menyelamatkan planet ini tetapi hanya karena itu
adalah investasi yang baik. Meskipun kekhawatiran lingkungan dan sosial sangat mendesak, ada
motif ekonomi yang kuat di balik tren bisnis yang berkelanjutan.
Sebuah studi dari perusahaan-perusahaan Italia mengidentifikasi manfaat yang dapat
diukur secara ekonomi dari adopsi Environment Management System (EMS) yaitu konservasi
bahan baku, peningkatan produktivitas, konservasi energi, operasi produksi yang lebih lancar,
pengurangan limbah, peningkatan akses ke insentif peraturan pemerintah, dan pengurangan biaya
asuransi. Studi ini juga menemukan manfaat yang tidak mudah diukur yaitu pengurangan risiko
dan peningkatan citra perusahaan.
Beberapa tren lingkungan memiliki implikasi untuk semua sektor ekonomi. Implikasi ini
adalah risiko bagi bisnis tradisional, namun juga peluang bagi perusahaan berkelanjutan yang
mampu melakukan inovasi. Ada tiga hal umum dalam tren lingkungan dan implikasi bisnis
berkelanjutan ini yaitu: (1) Inovasi untuk menghindari biaya yang diakibatkan oleh degradasi
sumber daya alam dan untuk meningkatkan efisiensi penggunaan sumber daya; (2) Transparansi
dan responsif terhadap pemangku kepentingan; dan (3) Pengelolaan sumber daya alam dan

BUSS6189 – Business Sustainability


sumber daya manusia untuk memungkinkan pertumbuhan jangka panjang. Inovasi, transparansi,
dan kepengurusan adalah mekanisme bisnis yang berkelanjutan.
Pada tabel 1.4. menunjukkan masalah keberlanjutan dan tindakan utama yang dapat
dilakukan untuk kasus bisnis berkelanjutan.
Tabel 1.4. Masalah keberlanjutan dan tindakan utama.
Masalah Tindakan Utama
Keberlanjutan
Keseimbangan Stabilisasi ekosistem dan peningkatan keanekaragaman hayati dengan
ekologis menjaga sumber daya alam yang berlaku dan dengan menyatukan
habitat/kehidupan
Kesehatan & Memastikan lingkungan yang tidak berbahaya dan lebih sehat untuk
Keselamatan dimukim
Polusi Pengurangan tingkat polusi di lingkungan dengan mengadopsi teknologi
ramah lingkungan (green technology)
Teknologi Menciptakan terobosan teknologi yang memungkinkan perusahaan untuk
bersaing dengan cara baru, menggunakan lebih sedikit sumber daya,
mengembangkan produk atau proses baru, dan mengurangi biaya operasi
Perubahan Iklim Peningkatan ketahanan lingkungan terhadap berbagai aspek perubahan
iklim
Masalah Sosial Pengurangan kejahatan dan dampak buruk dalam kehidupan
bermasyarakat, dengan melakukan pengembangan di masyarakat
Sampah Pengurangan sampah dengan cara didaur ulang sesuai dengan hierarki
daur ulang limbah
Air Pengurangan penggunaan air tawar dengan menggunakan kembali air
limbah yang telah diproses ulang dan menggabungkan teknologi dan
peralatan hemat air
Emisi CO2 Pengurangan emisi CO2 dengan mengadopsi desain energi yang kompeten
dan memanfaatkan teknologi rendah karbon
Masalah Memastikan pertumbuhan, stabilitas, dan efisiensi ekonomi dengan
Ekonomi produktivitas
Sumber: Surampalli, R. Y., Zhang, T. C., Goyal, M. K., Brar, S. K., & Tyagi, R. D.(2020)
Sustainability: Fundamentals and applications. John Wiley & Sons. Chapter 1

Studi Kasus : BMW Pelopor Teknologi Otomotif Berkelanjutan

Bavarian Motor Works Auto Group (BMW Group) adalah perusahaan manufaktur mobil, sepeda
motor, dan mesin. Perusahaan menerbitkan Laporan Nilai Keberlanjutan setiap 2 tahun untuk
menginformasikan pemangku kepentingannya secara transparan tentang strategi keberlanjutan
perusahaan dan bagaimana perusahaan memasukkannya di masa mendatang. Selama 6 tahun

BUSS6189 – Business Sustainability


berturut-turut, Indeks Dow Jones telah menyebut BMW sebagai perusahaan otomotif paling
berkelanjutan di dunia.
BMW menggunakan regulasi mandiri untuk mempromosikan keberlanjutan. Misalnya, BMW
mematuhi semua sepuluh prinsip program Global Impact dan Cleaner Production di bawah
Program Lingkungan Perserikatan Bangsa-Bangsa. Perusahaan ini dianugerahi Penghargaan
Kepemimpinan Green Power oleh Badan Perlindungan Lingkungan AS karena menggunakan gas
landfill (Tempat Pembuangan Akhir) untuk sumber listrik di salah satu pabrik manufakturnya.
BMW terus berupaya memproduksi mobil yang lebih hemat bahan bakar dengan merintis mesin
listrik dan tenaga hibrida. Perusahaan mendapat manfaat dari inisiatif berkelanjutan dengan
menjadikannya bagian dari strateginya dan terus memberi tahu kepada pemangku kepentingan
tentang kemajuan mereka melalui laporan tahunan. Penjualan BMW mencapai rekor tertinggi
pada Maret 2012 sebagian merupakan hasil dari kepemimpinan keberlanjutannya. Belakangan
ini, BMW meluncurkan lini produk baru, kendaraan listrik pertama perusahaan, BMW i. BMW
sedang berusaha untuk
membangun profil perusahaan
yang didefinisikan oleh sumber
daya terbarukan dan sarana
produksi inovatif yang memiliki
dampak paling minimal pada
lingkungan.

BUSS6189 – Business Sustainability


KESIMPULAN
Di dunia saat ini yang semakin global, keberlanjutan adalah salah satu isu vital dan semakin
menonjol dalam praktek dan dalam musyawarah pendidikan di seluruh dunia selama beberapa
dekade terakhir ini. Konsep keberlanjutan atau pembangunan berkelanjutan terutama tentang
kesejahteraan manusia dan hubungan mereka dengan alam dalam kerangka di mana
ketidakseimbangan alam-masyarakat dapat berdampak pada ekonomi dan sosial.
Terdapat tiga pilar keberlanjutan merupakan alat yang kuat untuk mendefinisikan
masalah keberlanjutan dengan lengkap yaitu pilar ekonomi, sosial, dan lingkungan. Dimana jika
ada salah satu pilar yang lemah maka sistem tidak berkelanjutan secara keseluruhan.
Apa artinya keberlanjutan dan mengapa penting bagi para pemimpin bisnis. Bab ini
memberikan gambaran faktual tentang topik ini, termasuk evolusi keberlanjutan dalam
komunitas bisnis, dan pendorong lingkungan, sosial, dan ekonomi dari evolusi itu. Pada akhir
penjelasan diberikan pembahasan kasus bisnis untuk keberlanjutan dan peran inovasi dalam
mengatasi risiko dan peluang keberlanjutan.

BUSS6189 – Business Sustainability


DAFTAR PUSTAKA

1. Nada R. Sanders and John D. Wood, (2019). Foundations of sustainable business:


Theory, Function, and Strategy. Hoboken, NJ : John Wiley & Sons. 2nd Edition. Wiley.
ISBN : 978-1-119-57755. Chapter 1.
2. Surampalli, R. Y., Zhang, T. C., Goyal, M. K., Brar, S. K., & Tyagi, R. D.(2020).
Sustainability: Fundamentals and applications. John Wiley & Sons. Part 1.
3. Daneshpour, H. (2016, June). The key drivers of sustainability. In 2016 IEEE 16th
International Conference on Environment and Electrical Engineering (EEEIC) (pp. 1-5).
IEEE. DOI: 10.1109/EEEIC.2016.7555853
4. www.thwink.org/sustain/glossary/ThreePillarsOfSustainability.htm – accessed on 2nd
April 2021
5. www.futurelearn.com/info/courses/sustainability-society-and-you/0/steps/4618 – accessed
on 2nd April 2021

BUSS6189 – Business Sustainability


LECTURE NOTES

BUSS6189 – Business Sustainability


Week ke - 2

Perspektif Tentang Keberlanjutan


LEARNING OUTCOMES

1. Peserta diharapkan mampu memahami perspektif tentang


keberlanjutan secara umum

2. Peserta diharapkan mampu menjelaskan konsep keberlanjutan


dari perspektif sosial, ekonomi, dan lingkungan

OUTLINE MATERI :

1. Pendahuluan : Perspektif Tentang Keberlanjutan

2. Perspektif Sosial

3. Perspektif Ekonomi

4. Perspektif Lingkungan
LECTURE NOTE WEEK 2
2.1. Pendahuluan: Perspektif tentang Keberlanjutan

Istilah keberlanjutan seolah-olah dapat ditemukan di bidang manapun saat ini, termasuk
di laporan tahunan perusahaan, di dalam kebijakan pemerintah, dalam pernyataan visi misi
organisasi hingga dalam pidato para pemimpin nasional. Istilah kebelanjutan ini mesti digunakan
dengan hati-hati dikarenakan perlu dipahami bagaimana konsep keberlanjutan ini digunakan, oleh
siapa dan untuk tujuan apa. Oleh sebab itu, istilah keberlanjutan berarti hal yang berbeda bagi
orang yang berbeda.
Keberlanjutan, pemikiran berkelanjutan, dan pengembangan berkelanjutan saat ini
dijelaskan secara berbeda. Dalam laporan yang diterbitkan oleh Komisi Dunia PBB tentang
Lingkungan dan Pembangunan pada tahun 1987 "Common Future", pembangunan berkelanjutan
didefinisikan sebagai "pembangunan yang memenuhi kebutuhan masa kini tanpa mengorbankan
kemampuan generasi mendatang untuk memenuhi kebutuhan mereka sendiri". Keberlanjutan
adalah konsep yang sangat terintegrasi, di mana semua elemen saling terkait. Keberlanjutan tidak
terbatas pada masalah lingkungan dan ekologis, meskipun, jelas itu penting, tetapi juga dengan
isu-isu yang terkait dengan pembangunan sosial, ekonomi, dan budaya.
Kahn (1995) melaporkan paradigma pembangunan berkelanjutan sesuai Agenda 21 dan
mengidentifikasi tiga atribut utama, yaitu keberlanjutan ekonomi, keberlanjutan lingkungan dan
keberlanjutan sosial (Tabel 1). Keberlanjutan ekonomi mencakup kriteria pertumbuhan,
perkembangan, dan produktivitas yang mengarah pada pembangunan konvensional. Ini berfokus
pada ketentuan input fisik ke dalam sistem produksi (Goodland 1995). Kelestarian lingkungan
mencakup kriteria terkait layanan ekosistem dan menganggap bahwa modal alam harus
dikonsiliasi untuk menjaga pendapatan ekonomi dengan mengurangi laju ekstraksi sumber daya.
Keberlanjutan sosial mencakup berbagai kriteria yang membutuhkan konservasi lingkungan
melalui pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan. Salah satu tujuan utama keberlanjutan sosial
adalah pengurangan kemiskinan. Kesejahteraan masyarakat dan cara masyarakat memanfaatkan
sumber daya alam yang saling terkait dan dapat dijelaskan menggunakan model konseptual.

Buss6189 – Business Sustainability


Tabel 1. Paradigma Pengembangan Keberlanjutan Menurut Khan

Atribut Keberlanjutan Kriteria


Keberlanjutan Ekonomi Pertumbuhan; pengembangan; produktivitas; trickle down
/menetes ke bawah
Keberlanjutan Lingkungan Integritas ekosistem; membawa kapasitas; Keanekaragaman
hayati
Kebelanjutan Sosial Ekuitas; pemberdayaan; aksesibilitas; partisipasi; berbagi;
Budaya identitas; stabilitas kelembagaan
Sumber : Buku Sustainability: Fundamentals and applications Halaman 16
Masalah yang muncul karena realisasi yang tidak lengkap tentang perlunya pembangunan
berkelanjutan dalam ketiga dimensi yang disebutkan di atas – dimensi ekonomi, sosial dan
lingkungan. Penting bagi perencana pembangunan keberlanjutan untuk mempertimbangkan aspek
lingkungan saat memutuskan pengembangan suatu daerah atau wilayah. Misalnya, hilangnya
sumber daya alam yang berharga harus dimasukkan dalam perhitungan pertumbuhan ekonomi
dan kesejahteraan masyarakat secara keseluruhan. Atau, pembuat kebijakan dapat menetapkan
tujuan untuk menghindari kerugian bersih karena konsumsi sumber daya lingkungan. Dengan
kata lain, jika sumber daya lingkungan di daerah atau wilayah mana pun berkurang secara kritis,
atau digunakan, maka sumber daya yang sama dalam lokasi yang berbeda sedang dikembalikan
dalam jumlah yang sama.
Ketika produksi dan konsumsi produk semakin meningkat maka tingkat karbon dioksida
CO2 dan gas polusi lainnya di atmosfer juga meningkat. Gas-gas ini menjebak panas matahari di
atmosfer Bumi, sebagai hasilnya, pemanasan global terjadi. Jumlah sampah yang dihasilkan oleh
orang-orang pun meningkat. Penguraian limbah rumah tangga di lingkungan atau pembakaran
limbah rumah tangga di kondisi yang tidak sesuai akan menyebabkan zat yang berbahaya bagi
kesehatan manusia dan hewan dan juga berkontribusi terhadap perubahan iklim, termasuk
pemanasan global.
Perspektif Ekonomi
Semua aktivitas ekonomi bergantung pada sumber daya alam terbarukan dan tidak
terbarukan yang disediakan oleh lingkungan. Tingkat ketersediaan stok sumber daya alam
sebagian besar pada akhirnya akan mempengaruhi harganya. Bahkan sumber daya terbarukan
dapat habis karena tingkat ekstraksi yang tinggi tanpa mempertimbangkan batas regenerasi
sumber daya itu. Para ekonom menyarankan untuk menggunakan sumber daya pengganti atau

BUSS6189 – Business Sustainability


alternatif jika kelangkaan yang pada akhirnya menyebakan peningkatan harga sumber daya
tersebut.
Perspektif Lingkungan
Perspektif Lingkungan yang berk elanjutan secara integral mengharuskan ekosistem
lingkungan untuk bertahan terhadap perubahan lingkungan dan dapat mempertahankan
kapasitasnya untuk berfungsi secara normal di kondisi yang berubah. Namun kegiatan seperti
penggunaan lahan yang berlebihan dan kerusakan habitat alami pada akhirnya akan
mempengaruhi kemampuan lingkungan untuk menyesuaikan diri pada perubahan yang terjadi.
Pemeliharaan dan pemulihan keanekaragaman hayati dalam lingkungan sangat penting untuk
mewujudkan ekologi berkelanjutan.
Perspektif Sosial
Aspek sosial mencerminkan interaksi antara manusia dan sistem biologis sebagai
indicator pencapaian keberlanjutan. Misalkan domestikasi hewan dan tumbuhan (domestikasi
artinya pengadopsian tumbuhan dan hewan dari kehidupan liar ke dalam lingkungan kehidupan
sehari-hari manusia) akan menyebabkan pertumbuhan populasi manusia dengan memastikan
ketersediaan makanan. Jaringan makanan terkontrol yang dimediasi dengan kegiatan domestikasi
yang berkontribusi pada dominasi manusia dan kekayaan sumber daya. Oleh karena itu, sumber
pangan domestic secara signifikan diperngaruhi oleh perekonomian masyarakat.
Perspektif Teknologi
Teknologi memfasilitasi ketersediaan sumber daya baru atau akses yang ditingkatkan ke
sumber daya yang tersedia lingkungan, sehingga teknologi memainkan peran kunci dalam
keberlanjutan. Namun, proses dalam penggunaan teknologi atau manufaktur teknologi itu lebih
sering memiliki dampak negatif terhadap lingkungan. Oleh karena itu, teknologi yang baru harus
dievaluasi dengan mempertimbangkan manfaat sosial ekonomi dan dampak buruk terhadap
lingkungan. Dari sudut pandang keberlanjutan, pengembangan teknologi harus memastikan
peningkatan efisiensi dan penggunaan sumber daya yang lebih baik. Pada kenyataanya,
ketersediaan teknologi mengakibatkan peningkatan polusi dan penggunaan sumber daya hanya
karena semata-mata untuk sistem ekonomi, sosial dan politik dengan tujuan keberlanjutan.

BUSS6189 – Business Sustainability


Perspektif Sistem
Keberlanjutan biasanya bukan bagian dari sistem, tetapi sistem sebagai bagian-bagian
konstituen operasi dan sistem saling menopang. Sistem tidak dapat berkelanjutan kecuali
subsistem beroperasi secara terkoordinasi. Sistem apapun berkelanjutan dalam batas-batas yang
pasti, dan tidak berkelanjutan di luar kondisi batas tersebut. Oleh karena itu, diperlukan prinsip-
prinsip metode evaluasi universal yang berlaku untuk seluruh rangkaian sistem dan subsistem
untuk mewujudkan keberlanjutan sistem.
Littlejohn dan Cameron (1999) mengadopsi konseptual sistem model yang menggunakan
atribut keberlanjutan sistem yang berbeda untuk tujuan (Gambar 1). Perspektif sistem membantu
memahami hubungan posisi dari setiap pengembangan dalam konteks sistem lingkungan dan
sosial yang lebih besar. Ini juga menjelaskan ketergantungan output dari sistem berdasarkan input
dan atribut terkait lainnya.

Sumber : Buku Sustainability: Fundamentals and applications Halaman 16


Gambar 1. Konseptual Sistem Model
Perspektif Terintegrasi
Perkembangan teknologi bagaikan pedang bermata dua yang dapat menyebabkan
beberapa masalah dan di sisi lain dapat memberikan solusi juga. Teknologi kuno masih di tempat
dan mendominasi di sektor-sektor utama. Namun, teknologi baru muncul dengan peningkatan
output yang berkelanjutan secara lingkungan. Tidak ada batasan untuk pengembangan teknologi
untuk pemanfaatan sumber daya alam yang tersedia secara efisien Akibatnya, emisi limbah
berbahaya akan berkurang, dan sumber daya yang tidak terbarukan akan bertahan lebih lama dan
memastikan masa depan layanan ekologis. Ketersediaan sumber daya alam menjadi salah satu
kendala utama percepatan pertumbuhan ekonomi, tetapi kemajuan ilmiah dan teknologi dapat
mengatasi krisis terkait sampai batas tertentu. Kegagalan dalam layanan ekosistem membutuhkan
intervensi korektif oleh pembuat kebijakan. Hilangnya kemampuan ekosistem mungkin
disebabkan oleh pencemaran lingkungan, yang mempengaruhi pendapatan per kapita, dan

BUSS6189 – Business Sustainability


berakibat pada pertumbuhan. Seiring meningkatnya pertumbuhan ekonomi (pendapatan per
kapita), degradasi lingkungan naik hingga satu titik; setelah itu, kualitas lingkungan mulai
membaik.
Kurva Lingkungan Kuznets (Gambar 2) menunjukkan degradasi dan perbaikan
lingkungan dalam proses pembangunan perekonomian. Pada tahap awal pertumbuhan ekonomi,
degradasi lingkungan menonjol karena kebiasaan orang-orang yang tidak kenal kompromi
terhadap perkembangan. Namun, setelah mencapai tingkat perkembangan ekonomi, para
pemangku kepentingan menjadi lebih sensitif dan siap menanggung biaya peningkatan kualitas
lingkungan. Akibatnya, kelembagaan inovasi menjadi penting untuk memulihkan kapasitas
ekologis dan meningkatkan produktivitas bagi kesejahteraan umum. Pembangunan ekonomi dan
pengembangan energi terkait erat. Bahan bakar fosil memenuhi sebagian besar permintaan energi
komersial; namun emisi yang dilepaskan selama pembakaran menyebabkan masalah lingkungan
global dan prosesnya diyakini tidak berkelanjutan.

Sumber: Buku Sustainability: Fundamentals and applications Halaman 15


Gambar 2. Kurva Lingkungan Kuznets
Dampak lingkungan yang merugikan dapat diminimalkan dengan mengurangi
ketergantungan pada bahan bakar fosil, meningkatkan efisiensi penggunaan energi, dan
mengeksplorasi opsi energi bersih dan hijau. Energi hijau menawarkan alternatif yang lebih baik,
tetapi potensi implementasinya sebagai pilihan yang layak untuk memenuhi permintaan energi

BUSS6189 – Business Sustainability


komersial. KTT Bumi di Rio pada tahun 1992 mengidentifikasi empat pilar utama, yang penting
untuk memberikan kualitas hidup yang baik dan melestarikan lingkungan (Earth Summit 1992).
Empat pilar tersebut adalah:
1. Mempromosikan pemanfaatan energi yang efisien dan mengatasi ketergantungan.
2. Menghemat dan meminimalkan dampak terhadap lingkungan.
3. Meningkatkan pembangunan ekonomi nasional dengan menggunakan teknologi.
4. Meningkatkan kualitas hidup masyarakat

2.2. Perspektif Sosial

Pada sub-topik ini memberikan wawasan tentang dimensi sosial keberlanjutan, mulai dari
bagaimana sistem manusia dan lingkungan saling diperlukan, hingga cara-cara dimana
masyarakat mengatur diri melalui hukum dan etika, hingga kompleksitas interaksi manusia.
Teori pemangku kepentingan menunjukkan bahwa bisnis dapat berhasil hanya jika
mereka menciptakan nilai bagi pelanggan, pemasok, karyawan, komunitas, dan pemodal. Teori
ini menyatakan bahwa manajer harus menemukan cara untuk menyelaraskan kegiatan
perusahaan dengan memaksimalkan kepentingan semua pemangku kepentingan. Menurut teori
pemangku kepentingan bahwa kesalahan yang sering terjadi dimana manajer hanya berfokus
pada kepentingan pemodal dalam keputusan bisnis strategis tanpa memperhatikan kepentingan
pemangku kepentingan lainnya sehingga sumber nilai lainnya akan hangus, dan menimbulkan
biaya. Lihat tabel 2. Dengan memenuhi harapan pelanggan, membentuk hubungan kolaboratif
yang saling menguntungkan dengan pemasok, mendorong pengembangan karyawan, dan
memberikan kembali kepada masyarakat, maka perusahaan akan lebih mungkin untuk
mewujudkan keuntungan jangka panjang, sehingga membuktikan nilai mereka kepada pemodal.
Tabel 2. Dampak Pengabaian Pemangku Kepentingan

Pemangku Masalah Dampak pada Bisnis


Kepentingan
Pelanggan Produk dan layanan gagal memenuhi Penjualan hilang sehingga menyebabkan lebih
harapan pelanggan. sedikit keuntungan dan biaya pemasaran
bertambah untuk mendapatkan kembali
pelanggan.
Pemasok Pemasok hanya menerima pesanan Bisnis tetap seperti awal dan tidak berkembang

BUSS6189 – Business Sustainability


Pemangku Masalah Dampak pada Bisnis
Kepentingan
tetapi tidak berkontribusi pada
pertumbuhan atau inovasi perusahaan
Karyawan Karyawan tidak sepenuhnya terlibat Moral karyawan yang rendah dapat
dan tidak berkontribusi produktivitas menyebabkan ketidakefisiensi, kurangnya
maksimum komitmen, pergantian karyawan, dan masalah
manajemen
Masyarakat Pelanggaran adat lokal atau hukum Risiko menimbulkan peraturan pemerintah
yang berlaku, mengabaikan kualitas tambahan, kehilangan kepercayaan publik,
hidup, kegagalan untuk bertanggung pencabutan izin operasi, denda, dan hukuman.
jawab.
Pemodal Kegagalan untuk menciptakan Kredit yang buruk, ketidakmampuan untuk
keuntungan bagi pemegang saham dan mendapatkan pembiayaan di masa depan, dan
investor. kebangkrutan.
Sumber : Buku Foundations of sustainable business: Theory, Function, and Strategy. Halaman 37
2.2.1. Corporate Social Responsibility (CSR)
Corporate Social Responsibility (CSR) merupakan bentuk regulasi mandiri yang
mengintegrasikan pemantauan dan akuntabilitas atas perilaku organisasi ke dalam model
bisnis. Muncul sebagai tema sentral dalam publikasi keberlanjutan bersama tahun 1987
Our Common Future (Laporan Brundtland), gagasan bahwa perusahaan berutang kepada
karyawan mereka, pelanggan mereka, dan masyarakat umum. Memiliki kebijakan CSR
berarti bahwa bisnis memastikan kegiatannya, minimal, konsisten dengan hukum yang
berlaku, prinsip-prinsip etika, norma-norma internasional, dan idealnya, mempromosikan
penciptaan nilai bagi pemangku kepentingan termasuk penerima manfaat integritas
lingkungan, konsumen, karyawan, masyarakat, dan lainnya yang terkena dampak
perilaku perusahaan.
CSR dan Sumber Daya Manusia
Memiliki program CSR dapat membantu perusahaan untuk menarik dan merekrut
lulusan paling kompetitif yang cenderung menanyakan hal-hal ini selama wawancara.
CSR juga dapat menyebabkan tingkat retensi karyawan yang lebih tinggi, yang
menghemat uang dengan mengurangi waktu dan sumber daya yang dihabiskan untuk
melatih karyawan karena tingkat yang tinggi, dan yang mempromosikan produktivitas
yang lebih besar dengan memberikan karyawan rasa kepuasan dari pekerjaan mereka.

BUSS6189 – Business Sustainability


CSR dan Manajemen Resiko
CSR membantu dalam manajemen risiko dengan membangun budaya baik di
dalam perusahaan yaitu "melakukan tindakan yang benar oleh pemangku kepentingan"
tanpa mandat eksternal dari pemerintah. CSR mempromosikan reputasi perusahaan, yang
dapat memakan waktu cukup lama untuk berkembang, dan mengurangi risiko menodai
reputasi yang diperoleh dengan susah payah dengan mendahului korupsi, bencana
lingkungan, atau pers buruk dari skandal insidental. Manfaat CSR terhadap fungsi
manajemen risiko seperti menjaga etos perusahaan dan menghindari risiko.
CSR dan Diferensiasi Merek
Ketika bersaing di pangsa pasar yang kompetitif, sangat penting bagi organisasi
untuk memiliki proposisi penjualan unik pada produk atau layanan. Organisasi
memperhatikan masalah etika secara serius, mendorong loyalitas pelanggan karena
banyak pelanggan akan menghargai perusahaan yang berorientasi nilai. Manfaat CSR
terhadap diferensiasi merek seperti membuat proposisi penjualan yang unik.

CSR dan Ijin Sosial Untuk Beroperasi


Izin sosial untuk beroperasi dalam konteks ini berarti persyaratan informal yang
ditempatkan pada perusahaan oleh masyarakat di lokasi tertentu, dan di atas persyaratan
hukum untuk melakukan bisnis. Harapan sosial tentang bagaimana perusahaan bertindak
dan membuat lisensi sosialnya untuk beroperasi: bahkan jika pabrik manufaktur memiliki
izin hukum untuk beroperasi, jika masyarakat sekitar memprotes asap berbahaya yang
dikeluarkan oleh pabrik, maka perusahaan mungkin tidak memiliki lisensi sosial untuk
beroperasi. Peran CSR dalam memenuhi persyaratan informal masyarakat dimana tempat
kegiatan perusahaan berlangsung. Langkah yang dapat dilakukan dengan memperhatikan
kesehatan dan keselamatan karyawan, keragaman tenaga kerja, dan kesadaran lingkungan
memberi perusahaan lisensi untuk beroperasi di area tertentu dengan meyakinkan
pemerintah dan konsumen. Perusahaan yang mempertahankan reputasi baik dengan
komunitas tempat mereka berbisnis telah mendapatkan kepercayaan untuk melakukan
hal-hal yang benar dan telah menunjukkan keandalan mereka dalam memperbaiki
masalah ketika menghadapi masalah.

BUSS6189 – Business Sustainability


2.2.2 Hak Asasi Manusia
Salah satu topik utama dalam keberlanjutan adalah rasa tanggung jawab sosial
perusahaan untuk hak asasi manusia. Norma ini berarti bahwa perusahaan harus
menghormati martabat konsumen produk dan layanan mereka, kesehatan konsumen yang
terkena dampak operasi dan rantai pasokan mereka, dan keselamatan fisik dan
individualitas karyawan mereka. Jika dampak perusahaan sulit dilakukan Tindakan
mitigasi, maka beberapa upaya ini mungkin dapat dilakukan yang bertujuan untuk
memperbaiki kemiskinan. Salah satu motivasi di balik upaya ini adalah bahwa
kemiskinan adalah penyebab mendasar dari penyakit sosial lainnya seperti penyakit dan
kejahatan. Menghormati hak asasi manusia dan membantu orang mencapai potensi
manusia mereka sebagai manusia rasional, kreatif, peduli adalah tujuan keberlanjutan
sosial.
2.2.3. Hukum dan Peraturan
Hukum yang harus dipatuhi perusahaan bervariasi dari satu negara ke negara lain.
Secara umum, ada dua jenis hukum yang relevan dengan keberlanjutan: undang-undang
yang mengatur bagaimana orang diperlakukan dan undang-undang yang mengatur
bagaimana lingkungan diperlakukan. Jenis pertama mengontrol praktik ketenagakerjaan
yang terjadi di dalam perusahaan, atau diskriminasi karyawan. Jenis yang kedua
mengatur berapa banyak dan jenis polutan apa yang diizinkan untuk dikeluarkan oleh
perusahaan ke udara, air, dan tanah dan jenis penggunaan lahan apa yang diizinkan.
Biasanya, undang-undang dan peraturan menetapkan batas standar untuk kinerja
perusahaan, jika melewati batas maka pelanggar dikenakan hukuman denda atau
pencabutan lisensi. Rezim hukum lainnya mengatur proses pengambilan keputusan
perusahaan untuk memastikan akuntabilitas antara kontrol perusahaan dan kepemilikan
perusahaan.
2.2.4. Etika dan Keadilan Lingkungan
Seperti halnya hukum dan peraturan berlaku dari negara ke negara lain berbeda-
beda, demikian juga untuk etika. Secara khusus, setidaknya ada tiga bentuk konflik etika:
konflik pembangunan relatif, konflik tradisi budaya, dan dilema etika lintas negara.

BUSS6189 – Business Sustainability


Konflik pembangunan relatif muncul ketika ada perbedaan besar antara standar hukum
negara tuan rumah dan standar perusahaan domisili multinasional. Karena negara tuan
rumah mungkin memiliki pembangunan ekonomi yang lebih sedikit dan lembaga hukum
yang kurang matang daripada negara domisili multinasional, konflik dapat muncul antara
kode etik internasional yang ditetapkan di negara-negara yang lebih maju dan kondisi
aktual di lapangan di negara tuan rumah yang kurang maju. Konflik ini mencakup
masalah seperti investasi, upah, jam kerja, perawatan kesehatan, dan kesesuaian dengan
peraturan pemerintah. Konflik pembangunan relatif dapat membahayakan kesehatan
masyarakat dan karyawan di negara-negara yang kurang maju.
Konflik tradisi budaya ini muncul ketika sebuah perusahaan pindah ke wilayah baru di
mana adat istiadat lokal mapan dan perilaku yang terkait erat dengan pengaturan lokal.
Apa yang dapat diterima dalam lokalitas wilayah mungkin tidak dapat diterima oleh
budaya korporasi dan sebaliknya.
Konflik Dilema Etika Lintas Negara ini terjadi ketika praktik yang dikategorikan di
satu negara sebagai etika (seperti menyuap pejabat pemerintah) secara tegas tidak etis di
negara lain di mana perusahaan yang sama melakukan bisnis. Dalam situasi ini, pembuat
keputusan menjadi kebingungan moral: apakah dapat diterima untuk memberikan hadiah
kepada pejabat pemerintah untuk meyakinkan mereka untuk memberi bisnis izin untuk
beroperasi? Di satu negara, jawabannya mungkin tidak, namun di negara lain, ya.

2.3. Perspektif Ekonomi

Pada sub-topik ini mencakup peluang dan tantangan yang ditimbulkan oleh globalisasi
ekonomi; peran perhitungan modal alam dalam pemanfaatan lahan yang berkelanjutan; dan
perspektif dalam teknik berkelanjutan, seperti ekologi industri.
2.3.1. Globalisasi
Istilah globalisasi berasal pada tahun 1980-an dan memiliki konotasi yang
berbeda tergantung pada penggunaan dan konteks. Istilah ini sering digunakan sebagai
sinonim untuk dominasi yang berkembang dari bentuk-bentuk barat (westernisasi)
kehidupan politik, ekonomi, dan budaya atau penyebaran teknologi informasi baru (revolusi
Internet); atau gagasan bahwa kemanusiaan menjadi komunitas terpadu dimana penyebab

BUSS6189 – Business Sustainability


utama konflik nasional atau budaya telah ditangani (integrasi global). Menurut teori
ekonomi, globalisasi biasanya memiliki konotasi positif yang jelas. Menurut Dana Moneter
Internasional, globalisasi adalah proses historis yang didorong oleh inovasi manusia dan
kemajuan teknologi yang membawa integrasi ekonomi lintas batas yang sebelumnya
terpisah melalui percepatan pergerakan barang, jasa, dan bentuk modal lainnya (seperti
tenaga kerja atau pengetahuan). Percepatan ini disebabkan oleh berkurangnya biaya
transaksi internasional yang memudahkan arus perdagangan, keuangan, dan informasi.
Namunglobalisasi memiliki kelemahan tersendiri, khususnya, globalisasi dapat
menyebabkan dampak lingkungan dan sosial yang merugikan secara signifikan.
Menurut teori sosial, globalisasi cenderung digambarkan sebagai perubahan yang
mengganggu. Globalisasi telah mempengaruhi pasar desa, industri perkotaan, dan pusat
keuangan yang selama beberapa abad terakhir telah mendefinisikan struktur ekonomi, yang
mengarah pada implikasi mendalam pada hampir setiap aspek kehidupan manusia. Tren
globalisasi juga membawa peluang bagi perusahaan besar untuk mengkonsolidasikan
kontrol atas pasar global.
Beberapa dekade merger perusahaan telah menciptakan liga multinasional yang
harus menghadapi tantangan ini. Ketika satu perusahaan bergabung dengan perusahaan lain,
maka perusahaan akan menyerap modal fisik, karyawan, dan pelanggannya, menghilangkan
persaingan dan meningkatkan jangkauan perusahaan yang dihasilkan. Merger ini juga
menawarkan keunggulan kompetitif skala ekonomi, di mana pengurangan biaya marginal
dicapai dengan memproduksi dan memasarkan produk yang memiliki bahan, kemasan, dan
logo yang identik dalam jumlah besar. Skala ekonomi ini mempersulit Usaha Kecil
Menengah (UKM) untuk bersaing dengan perusahaan besar.
Apa artinya bagi perusahaan untuk menjalankan tanggung jawab sosial
perusahaan di era globalisasi — di mana kantor dibuka di berbagai belahan dunia; di mana
iklan dilakukan dalam beberapa bahasa; di mana pengadaan bahan, proses produksi, dan
pembuangan limbah melibatkan kepatuhan dengan berbagai undang-undang dan bea cukai?
Pertanyaan-pertanyaan ini terutama relevan bagi perusahaan yang beroperasi dalam konteks
internasional, di mana komunitas pemangku kepentingan yang relevan telah berkembang
secara dramatis. Perusahaan multinasional yang beroperasi di lebih dari satu negara, sering

BUSS6189 – Business Sustainability


mengambil etika bisnis, nilai-nilai, dan strategi dari negara asal dimana perusahaan dibentuk
ke kantor mereka di luar negeri. Ini dapat menciptakan masalah di lapangan internasional
ketika nilai-nilai, gaya manajemen, atau strategi negara asal bertentangan dengan di negara
tuan rumah baru.
Asumsi umum adalah bahwa perusahaan beroperasi dalam negara berdaulat yang
memiliki kekuatan hukum dan wewenang untuk menjalankan kontrol peraturan atas perilaku
perusahaan jika perlu. Namun karena pertumbuhan perusahaan multinasional, asumsi ini
mungkin tidak lagi benar. Beberapa perusahaan menghasilkan keuntungan tahunan dalam
kisaran beberapa miliar dolar dan memiliki pihak-pihak ahli seperti pengacara, pelobi, dan
koneksi informal pada tingkat tinggi dalam pemerintahan (termasuk mantan pejabat
pemerintah yang duduk sebagai anggota dewan aktif) yang menghalangi negara domisili
dari mengerahkan tekanan peraturan. Negara-negara domisili mungkin mengurangi
persyaratan kepatuhan peraturan untuk menarik perusahaan multinasional melakukan
investasi bisnisnya. Pada titik tertentu ketika sebuah perusahaan menjadi begitu kuat, negara
domisili memiliki sedikit relevansi dengan bagaimana perusahaan itu melakukan bisnis.
2.3.2. Perhitungan Modal Alam dan Penggunaan Lahan Berkelanjutan
Perusahaan tidak boleh menguras sumber daya alam lebih cepat daripada yang
dapat diperbarui. Konsep modal alam dapat membantu menstabilkan neraca keseimbangan
alam. Perhitungan Modal Alam bertujuan untuk menyediakan alat kepada perusahaan,
pemerintah, dan Lembaga Swadaya Masysrakat (LSM) untuk memasukkan modal alam ke
dalam keputusan. Hal ini dilakukan terutama melalui mengukur nilai-nilai layanan
ekosistem dengan cara yang jelas, kredibel, dan praktis sehingga pengembalian sosial
investasi lingkungan dapat diukur dan diprakirakan dengan cara yang andal dan obyektif.
Menerapkan prinsip ini untuk menghargai layanan ekosistem memungkinkan
nilai-nilai alami diterjemahkan ke dalam nilai moneter. Ini memfasilitasi memasukkan
layanan ekosistem ke dalam keputusan bisnis, dan juga memungkinkan pelaku pemerintah
untuk merancang kebijakan yang memanfaatkan dinamika pasar (harga, insentif, ROI) untuk
mempromosikan perlindungan lingkungan dan tujuan konservasi. Dengan menerapkan
perspektif berbasis akuntansi untuk layanan ekosistem, insentif untuk langkah-langkah
konservasi dengan cepat mencapai miliaran dolar dan jutaan hektar lahan tunduk pada

BUSS6189 – Business Sustainability


langkah-langkah perlindungan pelestarian. Apa yang tidak diukur atau diinsentifkan hampir
tidak dapat dilindungi secara efektif. Konsep modal alam dapat membantu menyelaraskan
insentif bisnis dengan hasil yang berkelanjutan dengan menunjukkan kepada perusahaan
akan nilai moneter konservasi dan pelestarian. Konservasi dan pelestarian keduanya
bertujuan untuk meminimalkan polusi dan kehilangan habitat.
Terdapat tiga metode pengendalian penggunaan lahan yang dapat diterapkan untuk
melindungi sumber daya alam, yaitu :
1. Konservasi adalah proses di mana sumber daya alam dikelola untuk memungkinkan
eksploitasi sumber daya tersebut oleh individu, komunitas, atau entitas komersial dengan
cara yang tidak membahayakan kelangsungan hidup jangka panjang basis aset alam dan
tanpa menimbulkan kerusakan lingkungan yang berlebihan. Untuk mencapai konservasi
ekosistem atau basis sumber daya, pembuat keputusan harus menemukan keseimbangan
jangka panjang antara tiga faktor: (a) kebutuhan manusia yang terpenuhi dengan
mengeksploitasi sumber daya; (b) kebutuhan satwa liar yang bergantung pada sumber daya
tersebut untuk habitat; dan (c) kemampuan pemangku kepentingan lingkungan, sosial, dan
ekonomi untuk beradaptasi dengan modifikasi dalam tingkat eksploitasi sumber daya
tersebut. Konservasi sesuai dengan paradigma keberlanjutan karena memungkinkan
pendekatan yang seimbang dan jangka panjang untuk manajemen sumber daya alam, dan
harus dilengkapi dengan pelestarian.
2. Pelestarian adalah kebijakan menjaga alam dalam keadaan murni, atau setidaknya dalam
kondisinya sebelum intervensi manusia. Di bawah paradigma pelestarian, tempat-tempat
khusus tertentu seperti ekosistem sensitif atau lanskap sejarah dan estetika harus
dihindarkan dari pengembangan industri, komersial, pertanian, dan bahkan perumahan
untuk jangka waktu yang lama. Inisiatif pelestarian melindungi sumber daya alam planet ini
dengan menciptakan taman umum untuk kunjungan rekreasi seperti hiking atau ekowisata
saja. Perbedaan konservasi dan pelestarian, misalkan konservasi hutan maka memungkinkan
penebangan selektif, sementara pelestarian hutan berarti tidak menebang satu cabang pun
dari satu pohon.

BUSS6189 – Business Sustainability


3. Dukungan Konservasi dan offset
Dukungan Konservasi berupa bentuk hak properti yang memungkinkan pemegang hak itu
untuk membatasi jenis penggunaan yang diizinkan pada suatu kawasan. Misalkan dukungan
konservasi yang berlaku untuk daerah perumahan yang dikelilingi oleh hutan dan daerah
aliran air maka akan melarang aktivitas industri seperti ekstraksi mineral atau pembuangan
limbah berbahaya di sekitar kawasan tersebut. Beberapa organisasi lingkungan nirlaba
bermitra dengan pemilik properti swasta dan lembaga lingkungan pemerintah untuk
membeli kemudahan konservasi di atas wilayah yang luas.
Offset berarti cara atau sarana kompensasi untuk dampak lingkungan dari penggunaan lahan
dengan membeli sejumlah lahan yang sepadan dalam ekosistem sensitif yang akan
disisihkan untuk tujuan pelestarian. Ketika perusahaan tidak dapat melestarikan sumber
daya alam yang dekar dengan tempat bisnis beroperasi, selalu ada opsi untuk membeli
"offset," di mana paket dibeli oleh perusahaan untuk tujuan pelestarian dalam ekosistem
sensitif di bagian lain dunia, sebagai sarana kompensasi untuk setiap kehancuran yang
disebabkan oleh aktifitas bisnisnya.

2.4. Perspektif Lingkungan


Bagian sub-topik ini memberikan perspektif tentang bisnis berkelanjutan yang didasarkan
pada prinsip-prinsip yang berasal dari sistem alam atau yang berorientasi pada dampak kegiatan
usaha terhadap integritas lingkungan. Istilah kemampuan regenerasi mengacu pada jumlah bahan
sumber daya alam yang berguna yang dapat dihasilkan lingkungan serta jumlah limbah manusia
dan industri yang dapat diserap lingkungan, mengingat praktik eksploitasi yang terjadi. Dengan
menggabungkan dari rata-rata tingkat konsumsi dan limbah individu dengan populasi tertentu,
dan membandingkan jumlah ini dengan kapasitas regenerasi Bumi, para ahli memperkirakan
bahwa populasi manusia mengkonsumsi dan membuang lebih dari 1,7 dari tingkat kapasitas
regenerasi Bumi. Keberlanjutan bertujuan untuk mengurangi dampak manusia terhadap
lingkungan sampai perbandingan 1 : 1 dengan kapasitas regenerasi Bumi.

BUSS6189 – Business Sustainability


Studi Kasus : Perusahaan gDiapers Membantu Planet, Satu Popok Kotor dalam Satu Waktu

Industri popok menghasilkan 3,5 juta ton sampah yang diarahkan ke tempat pembuangan sampah
setiap tahunnya. Industri ini menempati peringkat sebagai salah satu penyumbang sampah teratas
dibandingkan industri yang lainnya. Di Amerika Serikat, rata-rata anak menggunakan sekitar
7.500 popok sekali pakai sebelum "terlatih menggunakan toilet." Pada tahun 2022, ukuran pasar
popok akan menjadi $ 67,5 miliar. Saat ini, produsen popok membuat produk yang dibuat untuk
memiliki satu penggunaan
(disposable use) dan kemudian
dibuang di tempat pembuangan
sampah. Popok itu sendiri terdiri
dari berbagai plastik yang
diperkirakan membutuhkan waktu
ratusan tahun untuk biodegradasi.

Perusahaan Start-up gDiapers yang berbasis di Oregon bekerja untuk memperpanjang siklus
hidup produk. Sebuah perusahaan bersertifikat B yang didirikan oleh Kim dan Jason Graham-
Nye ketika mereka memiliki bayi, tujuan mereka adalah untuk menciptakan produk yang
menghormati manusia dan bumi menggunakan sistem
produksi popok yang cradle-to-cradle (tidak menghasilkan
limbah). Popok "celana" terbuat dari kapas yang dapat
dicuci, dan dilapisi dengan bahan kompos 100%, termasuk
selulosa, bubur bulu, dan biofilm jagung non-GMO (non-
genetically modified organisms).

BUSS6189 – Business Sustainability


KESIMPULAN

Konsep keberlanjutan atau pembangunan berkelanjutan terkait tentang kesejahteraan manusia


dan hubungan mereka dengan alam dalam kerangka di mana ketidakseimbangan alam-manusia
dapat mempengaruhi ekonomi dan sosial. Ini pada dasarnya adalah konsep normatif yang
mengintegrasikan dimensi sosial, lingkungan dan ekonomi. Komunitas global menghadapi
tantangan dalam masalah utama keberlanjutan karena pertumbuhan populasi, menipisnya sumber
daya energi yang tidak terbarukan, degradasi lingkungan, kemiskinan, generasi limbah dan lain-
lain.

Terakhir, untuk menghubungkan proses ekosistem yang berfungsi dengan struktur dan
pengoperasian sistem sosial, ekonomi, lingkungan, sosial, teknologi dan perspektif sistem
keberlanjutan ditinjau dan dibahas. Hal ini disimpulkan bahwa pencapaian pembangunan
berkelanjutan membutuhkan pendekatan holistic yang memastikan operasi terkoordinasi di
antara berbagai perspektif.

BUSS6189 – Business Sustainability


DAFTAR PUSTAKA

1. Nada R. Sanders and John D. Wood, (2019). Foundations of sustainable business:


Theory, Function, and Strategy. Hoboken, NJ : John Wiley & Sons. 2nd Edition. Wiley.
ISBN : 978-1-119-57755. Chapter 2

2. Surampalli, R. Y., Zhang, T. C., Goyal, M. K., Brar, S. K., & Tyagi, R. D.
(2020). Sustainability: Fundamentals and applications. John Wiley & Sons. ISBN: 978-
1-119-43403-0. Part 1

3. Bormane, S., Šķiltere, D., & Batraga, A. (2017). Sustainability: economic, environmental
and public issues. Marketing possibilities. Regional Formation and Development
Studies, 23(3), 21-35.

4. Kahn, M. (1995). Concepts, definitions, and key issues in sustainable development: the
outlook for the future. Proceedings of the 1995 International Sustainable Development
Research Conference, Manchester, UK (March 27–28, 1995).

5. Littlejohn, A.H. and Cameron, S. (1999). Supporting strategic cultural change: The
Strathclyde Learning Technology initiative as a model. Association of Learning
Technologies Journal 7 (3): 64–75

BUSS6189 – Business Sustainability


LECTURE NOTES

BUSS6189 – Business Sustainability


Week ke - 3

Kepemimpinan, Manajemen Perubahan


dan Tata Kelola Perusahaan
LEARNING OUTCOMES
1. Peserta diharapkan mampu memahami definisi
kepemimpinan dan tata kelola perusahaan

2. Peserta diharapkan mengerti tentang kepemimpinan


bisnis berkelanjutan

3. Peserta diharapkan mampu menjelaskan manajemen


perubahan dan prosesnya

OUTLINE MATERI :

3.1. Pendahuluan: Kepemimpinan dan Tata Kelola Perusahaan

3.2. Kepemimpinan Bisnis Berkelanjutan

3.3. Manajemen Perubahan

3.4. Penyelarasan Strategis untuk Keberlanjutan Melalui Tata Kelola Perusahaan


LECTURE NOTE WEEK 3
3.1. Pendahuluan: Kepemimpinan dan Tata Kelola Perusahaan

Pada tahun 2008, terjadi krisis keuangan global. Perusahaan produk konsumen Unilever
mesti melakukan pemotongan biaya, restrukturisasi, penjualan aset, dan akuisisi. Paul Polman
menjadi Chief Executive Officer Unilever pada tahun 2009, dan praktis menekan tombol reset. .
Dengan berfokus pada keberlanjutan, perusahaan akan terhubung kembali dengan konsumen
dengan membuktikan bahwa mereka dapat membantu memecahkan masalah kehidupan nyata,
bukan hanya menjual barang. Pendekatan solusi berkelanjutan untuk merancang produk
perawatan pribadi dan perlengkapan kebersihan rumah tangga berguna dalam menembus pasar
negara berkembang di Asia dan Afrika di mana pendapatan konsumen dan persediaan air
terbatas. Solusi Berkelanjutan diarikan dengan menyediakan barang dan jasa yang membantu
menyelesaikan masalah kehidupan nyata, terutama di pangsa pasar negara berkembang di mana
pendapatan dan sumber daya konsumen terbatas.
Menurut Organisasi Kesehatan Dunia, sekitar 1,8 juta orang meninggal setiap tahun
karena penyakit yang disebabkan oleh kuman di air. Untuk menyediakan air minum yang aman
bagi mereka yang berada dalam kemiskinan, Unilever meluncurkan Pureit, pembersih air di
rumah yang terjangkau yang menghilangkan bakteri, parasit, virus, dan
polutan air lainnya. Unilever telah menjual 10 juta unit Pureit masing-
masing seharga $ 40, sebagian besar di India. Meskipun demikian, Pureit
tidak menguntungkan, dan perusahaan tidak berharap untuk break-event-
point (BEP), meskipun proyeksi pertumbuhan di masa depan di Asia,
Afrika, dan Amerika Latin. Meskipun CEO Polman mengklaim, "Kami
ingin menjadikannya bisnis miliaran euro," dia tidak fokus pada margin
keuntungan Pureit. "Saya tidak melihatnya sebagai P&L (Profit & Loss).
Saya melihatnya sebagai menciptakan fungsi produk kepada masyarakat”.
Konsep keberlanjutan juga mendorong inovasi produk di Unilever. Di daerah di mana persediaan
air sangat langka, melakukan bisnis binatu (laundry) mungkin berarti memiliki lebih sedikit air
untuk diminum. Unilever sedang meneliti deterjen binatu yang dapat digunakan pada suhu air
apa pun dengan sedikit air sambil membersihkan pakaian secara efektif. Bahkan di pasar negara-

Buss6189 – Business Sustainability


negara maju seperti Amerika Serikat, inovasi produk dapat membantu konsumen hidup lebih
sehat.
Produk Unilever seperti produk kecantikan Dove, es teh Lipton, mayones Hellman dan es
krim Ben & Jerry (semua dimiliki oleh Unilever) telah meluncurkan lini produk yang
menawarkan atribut produk yang lebih sehat dan siklus hidup produk yang lebih berkelanjutan.
Menurut CEO Polman, inovasi berkelanjutan "mendorong lini bisnis kami, itu menghemat biaya,
itu memotivasi karyawan kami, itu menghubungkan kami dengan pengecer." Secara umum,
kepemimpinan tradisional ditandai dengan fokus internal, tujuan kinerja keuangan jangka
pendek, dan peningkatan operasional dasar, sedangkan kepemimpinan berkelanjutan ditandai
dengan fokus eksternal pada metrik kinerja sosial dan lingkungan, pertumbuhan jangka panjang,
dan inovasi yang mengikuti kebutuhan konsumen dan mitra rantai pasokan di lingkungan yang
berubah-ubah.
Masalah yang ditimbulkan oleh pertumbuhan populasi, kelangkaan sumber daya, dampak
perubahan iklim jangka panjang, dan perjuangan untuk pembangunan ekonomi tidak dapat
terjawab oleh para pemimpin bisnis jika mereka berharap untuk tetap relevan. Kapasitas
masyarakat, individu, atau pemerintah untuk mengatasi tantangan ini sangat terbatas jika
dibandingkan dengan kekayaan, pengaruh, strategi jangka panjang, dan jangkauan global
perusahaan.
Kepemimpinan dan tata kelola perusahaan berbeda, namun berbagi kesamaan
bertanggung jawab yaitu untuk mengontrol kegiatan perusahaan. Tema umum kepemimpinan
berkelanjutan dan tata kelola perusahaan adalah memikirkan dan mengatasi kebutuhan
pemangku kepentingan dalam pengambilan keputusan perusahaan. Kondisi sosial, ekonomi, dan
lingkungan bisnis terus berubah, membuat kepemimpinan dan tata kelola perusahaan yang
berfokus pada lingkungan eksternal.
3.1.1. Collective Action Problem
Collective Action Problem adalah istilah dari bidang ekonomi yang
menggambarkan bentuk kegagalan pasar di mana setiap orang dalam kelompok tertentu
memiliki pilihan antara dua alternatif — satu tampaknya baik untuk individu dan lainnya
baik untuk kelompok — dan mereka cenderung membuat pilihan suboptimal. Dalam
skenario Collective Action Problem di mana sebagian besar agen memilih untuk bekerja
sama, namun orang-orang yang tidak mau bekerja sama disebut sebagai freeriders,
karena mereka mendapat manfaat dari kerja sama orang lain, tetapi tidak mau membalas
kerja sama.
Perubahan iklim adalah masalah aksi kolektif (collective action problem) skala
global klasik. Jumlah pihak yang bertanggung jawab untuk menciptakan risiko perubahan
iklim sangat luas sehingga biaya transaksi dan ketidaksempurnaan informasi menyulitkan
untuk mengatur pihak-pihak yang bertanggung jawab untuk menyepakati rencana
pengurangan gas rumah kaca. Bahkan jika masalah tindakan kolektif dapat diatasi, seperti
melalui kolaborasi antar pemerintah dan komitmen industri yang efektif untuk strategi
pengurangan risiko, selalu ada kemungkinan skenario freerider.
3.1.2. Tragedi Kepemilikan Bersama (Tragedy of the Commons)
Tragedi Kepemilikan Bersama merupakan tragedi umum menggambarkan
skenario di mana orang bersaing satu sama lain untuk penggunaan sumber daya, namun
tidak ada cara untuk membatasi akses pesaing ke sumber daya. Lautan, udara, air tanah,
dan hutan di dunia menyerupai apa yang para ekonom sebutan barang publik. Barang
publik bersifat nonrival, artinya penggunaan satu orang tidak mengurangi akses orang
lain ke barang itu. Barang publik juga bersifat nonexcludable (tidak ada yang dapat
dikecualikan) yang berarti bahwa tidak mungkin untuk membatasi penggunaan barang ini
bagi mereka yang bersedia dan mampu membayarnya.
3.1.3. Keberlanjutan melalui Regulasi Mandiri
Ketika solusi pemerintah diproyeksikan mahal, tidak efektif, atau tidak ada,
regulasi mandiri tampaknya menjadi alternatif yang menjanjikan untuk penyelesaian
masalah keberlanjutan dikarenakan lebih fleksibel dan hemat biaya. Regulasi mandiri
menggambarkan situasi ketika bisnis atau industri mengambil inisiatif untuk
menyelesaikan masalah lingkungan atau kesehatan masyarakat tanpa adanya peraturan
pemerintah yang mengharuskan mereka untuk melakukannya. Dengan kata lain regulasi
mandiri adalah kepatuhan sukarela terhadap kode etik industri yang tegas atau spesifik.
Dalam praktiknya, regulasi mandiri biasanya tidak mencukupi untuk mencapai kinerja
berkelanjutan tanpa beberapa bentuk verifikasi kepatuhan pihak ketiga.
Bentuk regulasi mandiri yang populer dalam konteks pengelolaan berkelanjutan
adalah Environmental Management System (EMS), yang dapat memunculkan perubahan
organisasi melalui adopsi struktur regulasi sukarela yang mengedepankan kebijakan dan
strategi lingkungan, dengan tujuan mengurangi dampak lingkungan dari aktivitas
industri. Komitmen sukarela terhadap pengurangan gas rumah kaca atau konservasi air
adalah contoh regulasi mandiri perusahaan.
Chemistry Council Amerika (ACC) mengembangkan Responsible Care
Management System (RCMS), pendekatan terpadu dan terstruktur untuk meningkatkan
kinerja perusahaan dalam kesadaran masyarakat dan tanggap darurat; keamanan;
distribusi; kesehatan dan keselamatan karyawan; pencegahan polusi; dan proses dan
keamanan produk.
Beberapa kelemahan program regulasi mandiri adalah penetapan kinerja yang
samar-samar atau ambigu atau tidak jelas, atau berpartisipasi dalam program ini untuk
menutupi suatu hal dan tidak memiliki pengawasan eksternal.
3.1.4. Kesenjangan pada Kepemimpinan yang Berkelanjutan
Kesenjangan pada kepemimpinan keberlanjutan diartikan terputusnya hubungan
antara niat baik para pemimpin bisnis dan kinerja berkelanjutan yang sebenarnya—
berasal dari kurangnya akuntabilitas terhadap pemangku kepentingan eksternal. Seperti
yang dibahas sebelumnya, beberapa bukti akan menunjukkan bahwa regulasi mandiri
sangat membantu, tetapi tidak dengan sendirinya cukup, untuk mempromosikan
keberlanjutan.
3.2. Kepemimpinan Bisnis Berkelanjutan
Dalam konteks kegiatan perusahaan, kepemimpinan adalah kemampuan untuk membuat
keputusan yang sehat atas nama perusahaan dan untuk menginspirasi tenaga kerja untuk
melakukan potensi maksimal mereka. Kepemimpinan juga membutuhkan penetapan tujuan,
tindakan tegas dalam menghadapi situasi yang kompleks dan sulit, dan pengambilan risiko yang
diperhitungkan. Meskipun kepemimpinan sulit diukur, pentingnya keberhasilan bisnis menjadi
tolok ukur.
Ketika kita memikirkan seorang pemimpin bisnis, kita mungkin menyebutkan citra
seseorang yang cerdas, tangguh, bertekad, dan memiliki visi; namun, pemimpin yang benar-
benar efektif juga memiliki karakteristik "lunak" termasuk kesadaran diri, regulasi diri, motivasi,
empati, dan kebijaksanaan sosial.
Kepemimpinan bisnis yang berkelanjutan adalah penggunaan keterampilan, pengetahuan,
gaya manajemen, dan ciri-ciri kepribadian seseorang pemimpin yang efektif (Gambar 1),
menselaraskan lingkungan internal dan eksternal dalam bisnis (Gambar 2) untuk
mempromosikan misi keberlanjutan perusahaan melalui kegiatan tertentu (Gambar 3).
Dalam ruang lingkup tradisional, seorang pemimpin mampu memahami apa yang
diperlukan untuk keberhasilan di perusahaan dan mengambil posisi kepemimpinan di
perusahaan. Namun, kepemimpinan keberlanjutan membutuhkan keterampilan yang berada di
luar lingkup yang secara tradisional tersebut. Pengalaman, pengetahuan perusahaan, dan
keberhasilan dalam meningkatkan keuntungan diperlukan tetapi tidak cukup untuk mencapai
kepemimpinan yang berkelanjutan. Kompetensi teratas secara keseluruhan untuk kepemimpinan
berkelanjutan khususnya adalah:
1. Kesadaran lingkungan eksternal dan tren pangsa pasar
2. Perumusan visi dan strategi
3. Kesadaran risiko, penilaian, dan manajemen
4. Keterlibatan pemangku kepentingan
5. Fleksibilitas dan kemampuan beradaptasi untuk berubah
6. Etika dan integritas

Sumber : Buku Foundations of sustainable business: Theory, Function, and Strategy. Halaman 71
Gambar 1. Profil Pemimpin yang Berkelanjutan
Sumber : Buku Foundations of sustainable business: Theory, Function, and Strategy. Halaman 71
Gambar 2. Konteks Lingkungan Kepemimpinan Bisnis

Sumber : Buku Foundations of sustainable business: Theory, Function, and Strategy. Halaman 71
Gambar 3. Tindakan yang Diambil oleh Kepemimpinan Berkelanjutan
Terlepas dari keragaman gaya kepemimpinan, Bob Langert (Editor at Large di GreenBiz
dan mantan Wakil Presiden Bidang Keberlanjutan di McDonald's) telah mengamati delapan sifat
karakter umum di antara para pemimpin keberlanjutan: keberanian, keyakinan, kepandaian,
berbeda pendapat, kolaborasi, keceriaan, karisma, dan kerendahan hati. Orang-orang dan posisi
yang diberikan kekuasaan dan kontrol atas kegiatan perusahaan jelas memiliki peran besar untuk
berperan dalam keberlanjutan karena pengaruh yang dapat mereka gunakan untuk pengambilan
keputusan perusahaan. Pengaruh seorang pemimpin dapat digunakan untuk memastikan
keputusan dibuat secara transparan, dapat dipertanggungjawabkan, dan konsisten dengan etika
pada tingkat kebijakan. Pemimpin juga dapat mengeluarkan potensi terbaik pada sumber daya
manusia yang dimiliki perusahaan.
Meskipun pemimpin perusahaan berkelanjutan berasal dari berbagai latar belakang,
mereka cenderung "menunjukkan pola lima tahap yang dapat diprediksi dalam upaya mereka
untuk menggabungkan praktik dan kebijakan keberlanjutan. Pada Tabel 1 di bawah ini,
pemimpin melewati lima tahap ini dimulai dari memperluas kesadaran, terlibat dalam
eksperimen, membangun pemikiran sistem yang luas, memastikan komitmen sumber daya, dan
menginspirasi bisnis dalam rantai pasokan untuk melakukan hal yang sama, para pemimpin
dapat mengintegrasikan keberlanjutan ke perusahaan mereka dan seterusnya.
Tabel 1. Lima Tahapan Menjadi Pemimpin Berkelanjutan

Tahap Menanamkan Ambil Perdalam Komitmen Belajar &


Nilai Tindakan Pemahaman Berkelanjutan Advokasi

Harus Kesadaran Eksperimen Sistem Alokasi Sumber Pengaruh


Memiliki Pemikiran Daya
Tahapan Menyatakan Mulai dari Eksplorasi Ketersediaan Pembelajaran
keinginan yang kecil implikasi sumber daya berkelanjutan
untuk sebagai keberlanjutan manajerial dan juga
mengubah proyek pada semua keuangan untuk mendorong
arah. percontohan. aspek kinerja. rencana lengkap advokasi
yang dipantau dalam
dan dilaporkan. industri.
Sumber : Buku Foundations of sustainable business: Theory, Function, and Strategy. Halaman 74
3.3. Manajemen Perubahan
Konsep bisnis yang berkelanjutan adalah fenomena yang relatif baru, sebagian besar
organisasi belum menginternalisasi tanggung jawab sosial dan lingkungan ke dalam perilaku
organisasi. Untuk mengintegrasikan kebijakan keberlanjutan di seluruh kegiatan organisasi,
karyawan dan pembuat keputusan di seluruh divisi dan jajaran perusahaan harus mengambil
tanggung jawab kepemimpinan hingga tingkat tertentu. Perubahan itu sulit. Bagian ini akan
menjelaskan proses transformasi perusahaan dari perusahaan tradisional menjadi perusahaan
yang berkelanjutan melalui manajemen perubahan.
Pertama-tama, tentang sikap kewirausahaan yang memotivasi perubahan, khususnya
perubahan yang menyelaraskan misi organisasi dengan tantangan sosial dan lingkungan dan
mendorong inovasi. Kemudian bagaimana keberlanjutan dapat dimasukkan ke dalam strategi
bisnis untuk keunggulan kompetitif. Setelah proses manajemen perubahan berlangsung, para
pemimpin harus menjaga budaya organisasi keberlanjutan melalui strategi perekrutan dan
keterlibatan karyawan.
Manajemen perubahan berarti mengubah perilaku dan proses perusahaan dalam
menanggapi pengaruh lingkungan untuk mencapai tujuan. Menurut penelitian awal oleh John
Kotter, ada berbagai hambatan untuk memimpin perubahan organisasi, termasuk perasaan
terancam secara pribadi dari pihak karyawan, ketidakpastian dan ketidakpercayaan yang
diciptakan oleh perubahan, keraguan tentang kemampuan perusahaan untuk menanggung
perubahan, dan perspektif yang bertentangan tentang apa yang harus dilakukan perubahan.
Terutama selama proses perubahan, menurut pakar manajemen dan konsultan, Peter Drucker,
manajer harus memelihara pengembangan kompetensi individu dan kelompok untuk
mempromosikan budaya, strategi, dan perilaku organisasi yang baru.
Para pemimpin harus berusaha untuk menginspirasi karyawan di semua tingkatan
perusahaan untuk merangkul peran kepemimpinan dalam lingkup pengaruh unik mereka untuk
mengantarkan perusahaan melalui proses perubahan. Hal ini dapat dicapai melalui pengelolaan
sumber daya manusia dalam bentuk pelatihan dan edukasi tentang misi dan strategi keberlanjutan
perusahaan,
Kerangka kerja klasik untuk manajemen perubahan oleh Kurt Lewin, terdiri dari proses
tiga langkah untuk mencairkan (unfreeze), mengubah (change), dan membekukan (refreeze) pada
Gambar 4.

Sumber : Buku Foundations of sustainable business: Theory, Function, and Strategy. Halaman 78
Gambar 4. Tiga Proses Manajemen Perubahan
Unfreeze Langkah 1 dalam proses manajemen perubahan klasik ketika manajer memberi tahu
karyawan bahwa status quo tidak lagi berkelanjutan dan perubahan perlu diperlukan.

Change Langkah 2 dalam proses manajemen perubahan klasik yang melibatkan komunikasi
melalui berbagai media dalam organisasi—pelatihan karyawan, rapat, dan jenisnya—untuk
memperkuat strategi keberlanjutan baru.

Refreeze Langkah 3 dalam proses manajemen perubahan klasik dimana perilaku dan sikap baru
terhadap strategi keberlanjutan organisasi diadopsi dalam organisasi.
Manajemen perubahan memandu transformasi perusahaan tradisional menjadi
perusahaan yang berkelanjutan. Agar perubahan ini dapat bertahan, karyawan harus dilibatkan
dalam prosesnya. Keberlanjutan perlu menjadi bagian dari strategi perekrutan yang sedang
berlangsung untuk memastikan karyawan terlibat dalam strategi perusahaan dan berkomitmen
untuk melaksankan.
3.3.1. Kewirausahaan dan Inovasi
Kewirausahaan adalah kegiatan mengambil peluang dan menggabungkan sumber
daya yang terbatas untuk menciptakan nilai dan pengembalian yang aman dengan cara
baru, yang disebabkan oleh keterbatasan sumber daya dan fleksibilitas pengambilan
keputusan dengan memberikan solusi atas masalah yang terjadi. Wirausahawan biasanya
termotivasi oleh mengejar peluang, penerapan kerangka kerja, asal usul ide bisnis baru,
terjemahan ide-ide baru menjadi model bisnis yang menarik bagi investor, dan difusi
inovasi.
Eko-kewirausahaan mencirikan inovasi yang melibatkan peningkatan efisiensi
sumber daya, dampak lingkungan, memenuhi kebutuhan masyarakat yang tidak
terpenuhi, dan mengubah sampah menjadi aset berharga. Eko-wirausahawan mencari
solusi untuk tantangan lingkungan dan sosial dengan menggunakan perspektif kreatif
untuk mengembangkan produk dan layanan baru.
Inovasi adalah investasi sumber daya oleh perusahaan ke dalam penelitian dan
pengembangan (R&D) yang menghasilkan perbaikan pada kegiatan saat ini. Perubahan
demi perubahan tidak baik bagi siapa pun. Jenis perubahan yang dicari pemimpin adalah
inovasi — yaitu modifikasi pada cara hal-hal yang dilakukan yang menghasilkan manfaat
yang lebih besar, dan menghindari biaya yang timbul oleh cara lama.
Terdapat empat jenis inovasi yaitu : produk, proses, pemasaran, dan inovasi
organisasi.
Inovasi produk adalah pengembangan barang atau jasa baru atau yang
ditingkatkan secara signifikan melalui peningkatan spesifikasi teknis, bahan, perangkat
lunak, keramahan penggunaan, atau karakteristik fungsional lainnya.
Inovasi proses adalah metode produksi atau pengiriman baru atau yang
ditingkatkan secara signifikan, termasuk teknik produksi yang dimodifikasi atau peralatan
manufaktur.
Inovasi pemasaran adalah pengembangan praktik pemasaran baru berdasarkan
peningkatan signifikan pada desain produk, pengemasan, penempatan produk, materi
promosi, atau harga.
Inovasi organisasi adalah penerapan metode baru praktik bisnis, struktur tempat
kerja, atau hubungan eksternal. Inisiatif keberlanjutan dapat merangsang kemajuan di
sepanjang keempat dimensi inovasi.
Menurut Organisasi untuk Kerjasama Ekonomi dan Pembangunan, eko-inovasi
adalah perubahan inkremental atau radikal dari proses dan tanggung jawab perusahaan,
yang mengurangi dampak lingkungan dan mendukung pembelajaran organisasi, dan
melampaui produk, proses, pemasaran, dan inovasi organisasi dengan melibatkan struktur
sosial dan kelembagaan. Eko-kewirausahaan dan eko-inovasi didorong oleh pengurangan
biaya, mendapatkan pasar baru, menarik investor, dan tetap kompetitif. Namun, ada
banyak pendorong independen lainnya dari inovasi berkelanjutan. Ini termasuk
memenuhi tuntutan konsumen yang merupakan penyebab motivasi, memenuhi kewajiban
etis, meningkatkan hubungan antara pembeli dan pemasok, dan membangun legitimasi
dan lisensi untuk beroperasi dengan pemangku kepentingan utama seperti LSM dan pihak
pemerintah.
3.3.2. Mengembangkan Strategi Bisnis yang Berkelanjutan

Pada dasarnya ada empat strategi bisnis tradisional untuk keunggulan kompetitif
yakni: (1) kepemimpinan biaya, (2) diferensiasi, (3) fokus, dan (4) kombinasi diferensiasi
dan kepemimpinan biaya. Bagian ini akan menunjukkan bagaimana strategi ini dapat
diterapkan untuk mengejar keberlanjutan untuk membawa keunggulan kompetitif. Selain
strategi-strategi diatas, juga akan terdapat dua strategi tambahan yaitu (5) minimizer dan
(6) transformator—yang unik bagi organisasi berkelanjutan.
Strategi kepemimpinan biaya melibatkan peningkatan margin laba dengan
mempertahankan biaya keuangan pada tingkat yang lebih rendah dari biaya pesaing
sambil mempertahankan tingkat harga dan kualitas yang sebanding. Biaya keuangan yang
lebih rendah dapat dicapai melalui peningkatan efisiensi dalam produksi, distribusi, dan
berbagai jalan lainnya. Jika penghematan ini diteruskan kepada konsumen melalui harga
yang lebih rendah, pemimpin biaya dapat meningkatkan pangsa pasar dan mendapatkan
pengurangan biaya operasi yang lebih besar melalui peningkatan skala ekonomi.
Perusahaan dapat menggunakan strategi kepemimpinan biaya untuk mendapatkan
manfaat dari keberlanjutan dengan berinovasi operasi untuk mengurangi limbah,
meningkatkan efisiensi sumber daya proses produksi, dan merancang produk yang
menggunakan lebih sedikit material.
Strategi diferensiasi melibatkan menawarkan produk atau layanan khusus yang
pembelinya bersedia membayar. Fitur yang membuat produk atau layanan yang
berkelanjutan unik dapat berkualitas tinggi, desain kreatif, kemampuan teknis tambahan,
dampak sosial produksi, keramahan lingkungan, peningkatan daya tahan, umur panjang
produk, dan sebagainya. Beberapa segmen konsumen bersedia membayar lebih untuk
produk dan layanan berkelanjutan. Perusahaan komestik atau kecantikan dijual dengan
harga tinggi namun merupakan produk yang ramah lingkungan dan menawarkan fitur
unik bebas racun dan berkualitas tinggi.
Strategi fokus melibatkan pemilihan ceruk kecil di wilayah geografis, segmen
konsumen, atau produk atau layanan khusus. Fokus adalah strategi yang sangat berguna
untuk usaha kecil dan menengah (UKM) karena bagi perusahaan-perusahaan ini lebih
mudah untuk menargetkan pangsa pasar lokal daripada bersaing di pasar internasional
atau nasional.
Strategi kepemimpinan biaya dan diferensiasi berarti menawarkan portofolio
umum produk yang rata-rata lebih rendah daripada pesaing, sambil juga menawarkan lini
produk yang berbeda. Misalnya, KIA menawarkan armada kendaraan yang bersaing
dengan harga produsen mobil lain dengan menjaga biaya operasi mereka rendah
(kepemimpinan biaya), sementara juga menawarkan versi hibrida dari Kia Optima yang
beberapa ribu dolar lebih mahal daripada Optima reguler karena peringkat efisiensi bahan
bakar yang canggih (diferensiasi).
Strategi minimizer berarti menawarkan produk dan layanan dengan metode
mengurangi biaya di seluruh pilar keberlanjutan tiga-bottom-line yaitu pilar keuangan,
lingkungan, dan sosial. Dengan mengurangi biaya internal keuangan dan biaya eksternal
sosial dan lingkungan, maka dapat meningkatkan margin
keuntungan tanpa menaikan harga produk dan layanan
sambil melakukan niat baik di dalam masyarakat dan
lingkungan. Misalnya, pada tahun 2017, Mountain
Equipment Co-op, koperasi konsumen yang berbasis di
Kanada yang menjual peralatan dan pakaian rekreasi outdoor, mengalihkan 94%
limbahnya dari tempat pembuangan sampah dengan mendaur ulang, menyusun, atau
menyumbangkan produk limbah, sehingga meminimalkan dampak lingkungannya dan
meningkatkan efisiensi operasionalnya sambil mempertahankan harga yang kompetitif
bagi konsumennya.
Strategi transformator memanfaatkan sumber daya yang dibuang atau dinilai
rendah (limbah, polusi) dengan menukarkannya menjadi barang yang diinginkan melalui
program daur ulang, perbaikan, atau repurposing. Office Max, Samsung, Epson, Brother,
Hewlett-Packard, dan Staples semuanya mempromosikan program daur ulang dan take-
back untuk tinta printer dan kartrid toner, yang mengambil produk limbah yang tidak
aman untuk pembuangan domestik dan menebusnya mengganti dengan produk baru.
Selanjutnya, perusahaan dapat membuat
transformasi limbah menjadi pusat model
bisnis mereka. Misalnya, beberapa
perusahaan mendaur ulang ban karet yang
dibuang ke matras, selang, perlengkapan
kantor, dan beton aspal karet untuk
permukaan jalan.

3.3.3. Strategi Perekrutan dan Keterlibatan Karyawan


Perusahaan seperti Timberland menggunakan program amal dan program
sukarelawan karyawan untuk merekrut karyawan yang bertanggung jawab secara sosial
(yang cenderung menjadi karyawan yang lebih baik) sambil berkontribusi pada
komunitas tempat perusahaan melakukan bisnis. Manfaat melibatkan karyawan dalam
strategi keberlanjutan perusahaan termasuk keunggulan kompetitif pada tahap perekrutan,
loyalitas dan retensi karyawan, peningkatan produktivitas dan efisiensi pekerja, dan
peningkatan kualitas kerja. "Sekitar 90% responden mengatakan mereka akan lebih
mungkin untuk bergabung atau bekerja dengan perusahaan dengan reputasi kuat untuk
CSR yang mendukung inisiatif amal dan mempromosikan upaya keberlanjutan. Namun,
hanya 65% responden yang mengatakan mereka akan mengambil pemotongan gaji untuk
bekerja untuk perusahaan semacam itu." CSR adalah salah satu faktor penting dalam
strategi keterlibatan karyawan dan harus dipasangkan dengan faktor-faktor lain untuk
menciptakan strategi yang seimbang.
3.4. Penyelarasan Strategis untuk Keberlanjutan Melalui Tata Kelola Perusahaan
Keselarasan strategis adalah apa yang terjadi ketika sebuah perusahaan telah mencapai
kecocokan antara strategi intinya, struktur organisasinya, dan kondisi kompetitifnya melalui
kinerja karyawannya dan konsekuensi dari kegiatannya. Terdapat tiga aspek keberhasilan
penyelarasan strategis untuk kinerja berkelanjutan yaitu:
1. Mengembangkan identitas perusahaan melalui pernyataan misi, dan menyelaraskan misi ini
dengan kebutuhan pelanggan
2. Mengkomunikasikan misi di seluruh organisasi, dan menyelaraskan misi setiap divisi
perusahaan dengan misi perusahaan secara keseluruhan
3. Melaksanakan misi perusahaan dengan menyelaraskan kegiatan divisi dengan tujuan kinerja
yang berkelanjutan
Tata kelola perusahaan adalah sistem aturan, praktik, dan proses di mana perusahaan
diarahkan dan dikendalikan. Sistem ini dapat digunakan untuk memastikan semua unit bisnis
bekerja sama untuk memenuhi misi perusahaan. Tata kelola perusahaan juga diperlukan untuk
mencapai perilaku perusahaan yang etis, transparan, dan berkelanjutan. Tata kelola perusahaan
harus menyeimbangkan kepentingan para pemangku kepentingan perusahaan terkait (pemegang
saham, karyawan, pelanggan, pemasok, pemodal, pemerintah, dan masyarakat) untuk
menciptakan nilai.
Tata kelola perusahaan yang berkelanjutan menggunakan mekanisme pengendalian
perusahaan untuk menciptakan nilai jangka panjang yang menguntungkan pemangku
kepentingan internal dan eksternal, kontras dengan tata kelola perusahaan tradisional yang
digunakan untuk menciptakan keuntungan jangka pendek semata-mata bagi penerima manfaat
ekonomi langsung perusahaan. Keberlanjutan bukan semata-mata masalah pemasaran,
operasional, atau rantai pasokan, karena energi, emisi karbon, air, dan limbah telah menjadi aset
keuangan dalam hal pengurangan biaya, mitigasi risiko dan lini pendapatan baru, menempatkan
kinerja lingkungan di bawah naungan Keuangan dan Akuntansi, Manajemen Risiko, serta Tata
Kelola Perusahaan.
Kerangka kerja dasar pada tata kelola perusahaan menyatukan misi, strategi, tujuan,
budaya, dan kepemimpinan perusahaan. Secara umum, struktur tata kelola perusahaan akan
memiliki beberapa bentuk dari enam elemen berikut ini:
1. Direksi dan Komite
2. Kepatuhan Hukum dan Peraturan
3. Hierarki Organisasi (yaitu, CEO, manajer, karyawan)
4. Pemantauan dan Pengendalian Internal
5. Transparansi dan Akuntabilitas
6. Kebijakan dan Prosedur
Elemen-elemen ini memastikan keselarasan kegiatan perusahaan dengan misi
perusahaan. Meskipun Direksi secara teknis merupakan entitas yang terpisah dari divisi bisnis
tertentu, tidak semua elemen tata kelola perusahaan demikian. Misalnya, pemantauan dan
akuntabilitas dapat didukung oleh satu entitas dalam perusahaan, atau dapat diwakili sebagai
kelompok kerja terpisah dalam berbagai unit bisnis perusahaan. Yang penting tata kelola
perusahaan efektif memiliki enam elemen tersebut.
KESIMPULAN

Strategi perusahaan menyelaraskan misi perusahaan dengan keberlanjutan, kemudian melihat


struktur tata kelola perusahaan yang dapat memastikan kinerja berkelanjutan. Diperlukan
dukungan dari pemangku kepentingan yakni Direktur Independen, komite khusus, dan resolusi
pemegang saham dapat mempromosikan kinerja bisnis yang berkelanjutan dengan cara yang
unik. Bagaimana misi keberlanjutan perusahaan terintegrasi di semua tingkatan organisasi?
Jawabannya adalah melalui tata kelola perusahaan. Tata kelola perusahaan harus
menyeimbangkan kepentingan pemangku kepentingan perusahaan terkait (pemegang saham,
karyawan, pelanggan, pemasok, pemodal, pemerintah, dan masyarakat) untuk menciptakan nilai.

Mengintegrasikan keberlanjutan ke dalam tata kelola perusahaan, misalnya dengan menciptakan


posisi Chief Sustainability Officer, atau dengan membentuk komite tentang keberlanjutan,
memberikan kerangka kerja terpadu untuk mencapai tujuan terkait keuangan dan keberlanjutan
perusahaan. Selain mendefinisikan keseluruhan misi, kebijakan, dan insentif sebuah perusahaan,
tata kelola perusahaan juga dapat digunakan untuk mendefinisikan peran dan tanggung jawab
berbagai posisi kepemimpinan.
DAFTAR PUSTAKA

1. Nada R. Sanders and John D. Wood, (2019). Foundations of sustainable business:


Theory, Function, and Strategy. Hoboken, NJ : John Wiley & Sons. 2nd Edition. Wiley.
ISBN : 978-1-119-57755. Chapter 3
2. Ulrich, D., & Smallwood, N. (2013). Leadership sustainability.
3. Galpin, T., & Whittington, J. L. (2012). Sustainability leadership: From strategy to
results. Journal of Business Strategy.
LECTURE NOTES

BUSS6189 – Business Sustainability


Week ke - 5

Peran Keuangan dan Akuntansi


dalam Keberlanjutan
LEARNING OUTCOMES
1. Peserta diharapkan mampu memahami penggunaan metrik dan alat dalam mengelola kinerja
keberlanjutan

2. Peserta diharapkan menjelaskan manfaat pelaporan keberlanjutan dalam perusahaan

3. Peserta dapat menjelaskan pendorong laporan keberlanjutan

OUTLINE MATERI :

5.1. Mengukur Kinerja Keberlanjutan


5.2. Metrik Keberlanjutan
5.3. Alat Ukur Keberlanjutan
5.4. Laporan Kinerja Berkelanjutan

BUSS6189 – Business Sustainability


LECTURE NOTE WEEK 5
5.1. Mengukur Kinerja Keberlanjutan
Salah satu alasan sebagian besar perusahaan belum sepenuhnya mengintegrasikan
keberlanjutan ke dalam model bisnis mereka adalah karena mereka tidak memiliki metrik
pengukuran yang dapat diandalkan untuk memahami dampak bisnis perusahaan terhadap
komunitas dan lingkungan. Akibatnya, banyak bisnis memiliki fokus terbatas jangka pendek
pada laba keuangan perusahaan saja.
Lainnya halnya dengan PUMA, salah satu perusahaan
gaya hidup olahraga terkemuka di dunia yang merancang dan
mengembangkan alas kaki, pakaian dan aksesoris, bekerja
sama dengan Trucost PLC, sebuah perusahaan yang
menyediakan data, metrik, dan wawasan, untuk mengukur
biaya dampak lingkungan produk PUMA. PUMA
mengembangkan analisis Environmental Profit & Loss (EP&L) dalam rangka menunjukkan
emisi gas rumah kaca, limbah, polusi udara, penggunaan air, dan dampak penggunaan lahan dari
seluruh rantai nilai produk PUMA, dari ekstraksi bahan baku, proses produksi, dan bahkan
penggunaan konsumen termasuk mencuci, mengeringkan, dan membuang produk alas kaki
PUMA. Seringkali biaya dan kewajiban lingkungan disembunyikan dalam rantai nilai
perusahaan dan tidak tercermin dalam harga barang atau jasa yang disediakan. Pada dasarnya,
biaya-biaya ini biasanya di eksternalisasi (barang atau jasa tertentu berdampak pada pihak ketiga
yang tidak terkait langsung dengan produksi atau konsumsi barang atau jasa tersebut) ke
lingkungan, publik, atau generasi mendatang.
Environmental Profit & Loss (EP&L) adalah alat analitik untuk mempromosikan
keberlanjutan. Dengan menyeimbangkan metrik pengukuran dampak lingkungan ke dalam
indikator keuangan, analisis EP&L memberi informasi tentang ketergantungan dan dampak
sumber daya, yang mudah dipahami kepada manajer perusahaan karena berhasil menerjemahkan
masalah lingkungan ke dalam istilah bisnis.
Metrik lingkungan memberikan informasi yang dapat bernilai di seluruh fungsi bisnis,
termasuk hubungan pemerintah, keuangan, desain produk, dan pemasaran. Selain itu, metrik
lingkungan, jika diterapkan dengan alat yang tepat, dapat digunakan pada tahap desain produk
untuk memproyeksikan dampak lingkungan siklus hidup dari produk tertentu sebelum
diproduksi.
5.1.1. Mengapa Perlu Mengukur dan Melaporkan?
Mengukur kinerja keberlanjutan diperlukan untuk menilai kinerja, menjelaskan
hasil, dan mengelolanya. Seperti yang peter Drucker terkenal katakan, "Anda tidak dapat
mengelola apa yang tidak dapat Anda ukur." Melaporkan kinerja keberlanjutan
perusahaan meningkatkan transparansi dengan meningkatkan visibilitas di sepanjang
rantai pasokan. Di mana dapat mengukur peningkatan akuntabilitas untuk kinerja dalam
suatu organisasi, melaporkan bahwa kinerja meningkatkan akuntabilitas antara organisasi
dan pemangku kepentingan eksternal, seperti pemerintah dan pelanggan. Informasi dari
umpan balik eksternal yang diperoleh perusahaan tentang pengungkapan pelaporan dapat
membantu manajemen risiko, perencanaan strategis, dan kepemimpinan.
Ketika mengukur dan melaporkan kinerja keberlanjutan dilakukan dengan benar,
memberikan manfaat pada perusahaan yaitu dapat meningkatkan akses pelanggan,
reputasi perusahaan, dan kredibilitas pemasaran. Dengan cara ini, praktik keuangan dan
akuntansi dapat memiliki implikasi terhadap kinerja keberlanjutan di seluruh kepatuhan
hukum, rantai pasokan, operasi, pemasaran, manajemen risiko, strategi bisnis, dan fungsi
kepemimpinan.
Apakah pemantauan dan pelaporan tentang keberlanjutan mempengaruhi pasar
modal, dan jika demikian, apa respons investor? Kinerja keberlanjutan menjadi perhatian
investor yang terus meningkat, terbukti dengan pertumbuhan indeks keberlanjutan untuk
bursa swasta dan publik. Pengungkapan dampak lingkungan dan sosial mungkin
diperlukan untuk memuaskan investor; memenuhi syarat untuk sertifikasi keberlanjutan
dari penyedia pihak ketiga; dan untuk mencapai daftar pada indeks tertentu, seperti
indeks Keberlanjutan Dow Jones.

Karena keseimbangan kekhawatiran pemangku kepentingan dan publik ini, maka


pelaporan keberlanjutan tidak selalu komprehensif. Masih ada pertanyaan terbuka tentang
sejauh mana data kinerja keberlanjutan harus diungkapkan dan siapa yang pada akhirnya
bertanggung jawab untuk menentukan apa itu informasi rahasia dan apa yang harus
diungkapkan ke publik. Para profesional perusahaan tetap tidak yakin atas manfaat

BUSS6189 – Business Sustainability


pelaporan — khususnya, masih ada ketidakpastian tentang bagaimana informasi yang
diungkapkan akan digunakan, dan apakah informasi yang diminta akan memberikan
potret kinerja berkelanjutan secara keseluruhan yang akurat. Meskipun ada kekhawatiran
dan ketidakpastian ini, tren pelaporan eksternal terus tumbuh, sebagian besar didorong
oleh "kewajiban memenuhi persyaratan pelanggan, menarik minat investor dan
menciptakan keunggulan kompetitif, terutama untuk bisnis yang berhadapan dengan
konsumen secara langsung.”
5.1.2. Peran Keuangan & Akuntansi
Ketersediaan sumber daya dan ketergantungan pada bahan baku seperti hasil
hutan, sumber daya air, dan logam dan mineral tanah langka, akan menimbulkan risiko
bisnis yang signifikan sehingga pada praktinya menjadi persyaratan untuk pengungkapan
dan pelaporan investor. Meskipun secara tradisional pengungkapan ini telah diperlakukan
sebagai diskresi (tindakan di luar peraturan perundang-undangan yang dilakukan oleh
unsur pemerintahan), ada sejumlah pelaporan keuangan dan standar akuntansi yang dapat
dibilang memerlukan pengungkapan ketergantungan bisnis pada layanan ekosistem atau
sumber daya alam melalui penggunaan akuntansi modal alam.
Ketika dampak masalah lingkungan terukur dalam hal keuangan, maka dapat dan
harus dimasukkan sebagai elemen kuantitatif dalam akun bisnis oleh profesional
keuangan dan akuntansi. Beberapa standar pengungkapan dan pelaporan keuangan yang
ada yang terkandung dalam Standar Pelaporan Keuangan Internasional (International
Financial Reporting Standards /IFRS) dan Standar Akuntansi Internasional
(International Accounting Standards /IAS) dapat ditafsirkan dan diterapkan untuk
memerlukan pengukuran dan pengungkapan ketergantungan perusahaan pada modal
alam, keanekaragaman hayati, dan layanan ekosistem. Namun, jika risiko dan peluang
signifikan yang terkait dengan masalah lingkungan tidak diukur dan tidak ditetapkan
dalam nilai moneter, pada praktiknya maka akan dikeluarkan dalam perhitungan.

Mengukur kinerja berkelanjutan menggunakan indikator kinerja utama (Key


Performance Indicators/ KPI), metrik, serta alat analitik kualitatif dan kuantitatif. Fungsi
penerapan metrik dan alat analitik untuk kinerja perusahaan dan mengungkapkan hasil ini
kepada investor. Metode-metode ini telah disesuaikan untuk membantu para pemimpin

BUSS6189 – Business Sustainability


bisnis memantau, tolok ukur, dan mengungkapkan kinerja keberlanjutan perusahaan.
Indikator Kinerja Utama digunakan untuk mengukur kemajuan perusahaan
berdasarkan data yang berkaitan dengan misi, pemangku kepentingan, dan tujuan suatu
organisasi.
Menurut Federasi Akuntan Internasional, perusahaan harus mengembangkan
strategi pelaporan organisasi, termasuk dampak keberlanjutan dalam laporan keuangan
perusahaan, memberikan narasi alih-alih pelaporan numerik tentang masalah
keberlanjutan untuk meningkatkan transparansi dengan investor, memberikan penilaian
materialitas, dan mendapatkan tinjauan eksternal dan jaminan kualitas pengungkapan
keberlanjutan perusahaan. Kinerja berkelanjutan dapat dipromosikan melalui akuntansi
dengan mengintegrasikan nilai-nilai lingkungan dan sosial ke dalam struktur ekonomi
perusahaan.
Federasi Akuntan Internasional memberikan pendekatan terintegrasi dalam
Kerangka Kerja Keberlanjutan 2.0. Kerangka kerja ini dibagi menjadi Strategi Bisnis,
Perspektif Operasional, dan Metode Pelaporan, dengan yang terakhir menyediakan daftar
isi format yang digunakan untuk pelaporan perusahaan kepada investor dan publik skala
tahunan. Sehingga yang dimaksud dengan Kerangka Kerja Keberlanjutan 2.0 adalah
kerangka kerja Federasi Akuntan Internasional untuk mengukur kinerja berkelanjutan
melalui akuntansi dengan mengintegrasikan nilai-nilai lingkungan dan sosial ke dalam
struktur ekonomi sebuah perusahaan.
Para profesional keuangan dan akuntansi memiliki peran unik untuk berkelanjutan
di perusahaan. Berikut ini peran pejabat keuangan dalam perusahaan untuk konsep
keberlanjutan yaitu:
1. Monetisasikan tingkat ketergantungan modal alami dalam hal pendapatan, biaya, dan
status kekhawatiran.
2. Sertakan modal alam dalam penilaian risiko dan materialitas.
3. Bekerja sama dengan tim keuangan untuk membangun keterampilan analitik untuk
penilaian yang akurat tentang dampak organisasi, dan ketergantungan pada sumber daya
alam.

BUSS6189 – Business Sustainability


4. Mengungkapkan masalah lingkungan material menggunakan sistem jaminan kualitas
data.
5. Memasukkan biaya modal alam ke dalam aggaran keuangan dengan menggunakan
metode keuangan dan akuntansi yang ada.
6. Berkolaborasi dengan orang lain untuk mengembangkan alat baru untuk mengukur dan
melaporkan masalah sumber daya alam.
Peran Para Profesional Akuntansi dalam perusahaan untuk konsep keberlanjutan yaitu :
1. Mengembangkan metodologi untuk mengukur eksternalitas lingkungan menggunakan
keterampilan dan keahlian akuntansi yang unik.
2. Mengatasi masalah modal alam dalam laporan tahunan.
3. Patuhi pedoman akuntansi modal alami saat muncul.
4. Promosikan program percontohan untuk menguji metodologi akuntansi dengan klien.
5. Bekerja dengan badan pengawas tentang panduan pengungkapan dan praktik jaminan.
5.1.3. Model Bisnis Berkelanjutan berbasis informasi
Bagaimana metrik dan pelaporan sesuai dengan upaya keseluruhan untuk
mempromosikan bisnis yang berkelanjutan? Ketika diintegrasikan ke dalam informasi,
maka metrik dan pelaporan diperlukan untuk meningkatkan kinerja berkelanjutan di
semua bidang bisnis fungsional, termasuk hukum, rantai pasokan, operasi, pemasaran,
manajemen risiko, strategi bisnis, dan kepemimpinan. Model bisnis berkelanjutan yang
didorong oleh informasi menggunakan proses pengumpulan dan pengungkapan informasi
yang berkelanjutan yang memungkinkan perusahaan untuk responsif terhadap
kekhawatiran pemangku kepentingan dan pertimbangan lingkungan sambil memenuhi
tujuan kinerjanya sendiri (Gambar 1).
Model Bisnis Berkelanjutan Berbasis Informasi didefiniskan sebagai sebuah
proses pengumpulan dan pengungkapan informasi berkelanjutan yang memungkinkan
perusahaan responsif terhadap kekhawatiran pemangku kepentingan dan pertimbangan
lingkungan sambil memenuhi tujuan kinerjanya sendiri.

BUSS6189 – Business Sustainability


Sumber : Buku Foundations of sustainable business: Theory, Function, and Strategy. Halaman 133
Gambar 1. Model Bisnis Berkelanjutan Berbasis Informasi
Informasi mendorong perilaku bisnis yang berkelanjutan dengan berbagai cara.
Lingkungan eksternal perusahaan, termasuk isu global, tren pasar, dan faktor lingkungan,
adalah tahap yang terus berubah untuk kinerja perusahaan. Pengumpulan data eksternal
memungkinkan perusahaan untuk membangun kesadaran situasional dan mengukur
tekanan lingkungan eksternal. Melakukan analisis internal adalah analisis yang
memainkan peran utama, Anda tidak dapat melaporkan apa yang tidak diukur, dan tanpa
informasi dan data tentang kinerja sebelumnya dan saat ini, maka tidak ada cara yang
dapat diandalkan menjadi tolak ukur kemajuan atau kemunduran. Selama proses
pelaporan ke publik, informasi yang dikumpulkan selama analisis internal dimasukkan ke
dalam konteks data eksternal yang relevan dan diterbitkan dalam laporan tahunan.
Pendorong utama tanggung jawab sosial perusahaan dan pergeseran ke paradigma bisnis
yang berkelanjutan adalah permintaan dari pihak konsumen untuk transparansi
sehubungan dengan perilaku aktfitas perusahaan.

BUSS6189 – Business Sustainability


Data Eksternal berfungsi memungkinkan perusahaan untuk menetapkan
kesadaran situasional dan menilai tekanan lingkungan eksternal.
Analisis Internal adalah tolak ukur atau standar untuk menentukan kemajuan dan
kemunduran berdasarkan data kinerja masa lalu dan sekarang.
Proses pengumpulan, pemantauan, dan pelaporan informasi, dan mendengarkan
umpan balik, memungkinkan pembuat keputusan bisnis untuk secara strategis mengatasi
masalah kinerja yang berkelanjutan, untuk mengidentifikasi kekuatan, dan untuk terlibat
secara konstruktif dengan konsumen dan pihak lain yang terkena dampak aktifitas
perusahaan.
5.1.4. Pendorong Pelaporan Keberlanjutan
Di bidang keuangan, kinerja keberlanjutan dapat dijelaskan dalam hal isu
lingkungan, sosial, dan tata kelola (Environmental, Social, and Governance/ ESG) serta
masalah lingkungan, kesehatan, dan keselamatan (Environmental, Health, and Safety
/EHS), yang mempengaruhi nilai keuangan perusahaan. Ada berbagai alasan mengapa
perusahaan mengungkapkan kinerja keberlanjutan perusahaan dengan memberikan
tanggapan terhadap permintaan informasi atau melalui laporan formal. Pendorong
pengungkapan meliputi manajemen risiko, kepatuhan hukum, keunggulan bersaing,
menarik minat investor, menanggapi permintaan pelanggan dan hubungan pemangku
kepentingan. Namun, hampir semua para profesional keberlanjutan (97%) menganggap
"menanggapi permintaan / pertanyaan pelanggan" sebagai faktor pendorong utama dalam
melaporkan kinerja yang berkelanjutan.
Pelaporan juga dapat menarik investor dengan meningkatkan peluang diakui oleh
pihak ketiga yang kredibel seperti penyedia peringkat dan manajer indeks ekuitas. Selain
itu, perusahaan yang melaporkan proyek kinerja berkelanjutan dan kemajuan dapat
menikmati kesuksesan jangka panjang di pasar modal dan premi dari investor. Bahkan
jika laporan keberlanjutan menunjukkan bahwa perusahaan bertanggung jawab atas
konsumsi sumber daya atau polusi dalam jumlah besar, tindakan pengungkapan
menandakan komitmen terhadap transparansi, dan dengan demikian meningkatkan
kredibilitas publikasi perusahaan. Pada akhirnya, ada beberapa kemungkinan manfaat
dari pelaporan ke publik. Tentu saja, manfaat ini tidak dijamin. Manfaat tersebut antara

BUSS6189 – Business Sustainability


lain peningkatan akses pelanggan, citra publik, hubungan pemangku kepentingan, posisi
kompetitif, status pemasok unggulan pilihan, dinamika pasar, moral karyawan, minat
investor, dan akses ke modal.
Microsoft adalah salah satu perusahaan perangkat lunak terbesar di dunia,
penyedia rangkaian alat perangkat lunak profesional Windows(R) seperti Word, Excel,
dan PowerPoint. Baru-baru ini, perusahaan melampaui aplikasi ilmu data untuk solusi
perusahaan dan secara eksplisit membebankan biaya pengelolaan lingkungan ke dalam
operasinya melalui semacam Harga Bayangan yang mengenakan biaya karbon internal
pada setiap metrik ton emisi. Harga Bayangan adalah praktik akuntansi menetapkan
nilai dolar untuk komoditas yang biasanya tidak diukur atau dihargai oleh pasar, untuk
tujuan melakukan analisis biaya-manfaat. Menurut Presiden Microsoft Brad Smith,
"Meskipun kami telah membuat kemajuan menuju tujuan kami untuk memangkas emisi
karbon operasional kami sebesar 75% pada tahun 2030, jumlah dan kecepatan perubahan
lingkungan dunia telah membuatnya semakin jelas bahwa kita harus berbuat lebih
banyak. Kami mengenakan hampir dua kali lipat biaya karbon internal kami menjadi $ 15
per metrik ton pada semua emisi karbon." Brad menambahkan "Kami juga akan
meluncurkan inisiatif cloud berbasis data menggunakan Internet of Things (IoT),
blockchain, dan kecerdasan buatan (AI) untuk memantau kinerja dan merampingkan
penggunaan kembali, penjualan kembali, dan daur ulang aset pusat data kami, termasuk
server. Data adalah bagian penting dari pekerjaan kami dan transisi global ke masa depan
rendah karbon. Data dapat membantu memberi tahu kami tentang kesehatan planet kita,
termasuk kondisi udara, air, tanah, dan kesejahteraan satwa liar. Tetapi kita
membutuhkan bantuan teknologi untuk menangkap sejumlah besar data ini dan
mengubahnya menjadi kecerdasan yang dapat ditindaklanjuti.”
5.2 Metrik Keberlanjutan
5.2.1. Apa itu Metrik?
Metrik adalah standar pengukuran yang dirancang untuk menangkap informasi penting
tentang kinerja perusahaan. Metrik keberlanjutan adalah langkah-langkah yang digunakan untuk
menghitung dampak sosial, ekonomi, dan lingkungan dari layanan atau produk. Metrik
memungkinkan pengambilan keputusan yang objektif berdasarkan data. Metrik yang berbasis
akuntansi modal alam dapat memainkan peran penting dalam keputusan strategi investasi, seperti

BUSS6189 – Business Sustainability


mengurangi risiko investasi, memahami dampak regulasi, menciptakan produk investasi, dan
menghasilkan pengembalian investasi aktif yang disesuaikan dengan risiko.
Metrik memberikan informasi tentang kinerja keberlanjutan perusahaan yang dapat
digunakan untuk pemasaran serta untuk memenuhi kewajiban pelaporan aktivitas perusahaan.
Pemasaran tergantung pada informasi ini untuk memberi tahu konsumen tentang konteks dan
hasil komitmen perusahaan terhadap keberlanjutan. Menerapkan metrik untuk operasi bisnis
memberikan data empiris yang objektif kepada pemasar yang mereka butuhkan untuk mematuhi
pedoman pemasaran yang berkelanjutan.
Untuk mengelola upaya keberlanjutan, metrik keberlanjutan digunakan untuk mengukur
perbaikan atau kekurangan sosial, ekonomi, dan lingkungan yang bertahap dari waktu ke waktu.
Oleh karena itu, perusahaan yang menerapkan metrik dan mengungkapkan kinerja keberlanjutan
mampu lebih efektif memasarkan diri dan mengelola kinerja ini. Perlu diperhatikan bahwa tidak
ada indikator keberlanjutan universal yang relevan dengan semua bisnis di semua perusahaan,
dan mungkin tidak ada rumus yang ditetapkan untuk ruang lingkup dan konten pengungkapan
yang sesuai dalam pelaporan yang dilakukan perusahaan. Namun, sebagian besar bisnis dapat
menarik dari kerangka kerja umum yang dibahas di sini untuk mengembangkan metrik khusus
yang sesuai dan berwawasan luas mengingat lingkungan operasi dan model bisnis tertentu.
Mengukur ketergantungan modal alam di seluruh sektor industri memungkinkan investor,
regulator, dan pemimpin untuk memahami risiko dampak lingkungan (polusi, penggunaan bahan
baku, ekstraksi, pemrosesan, dan distribusi) dalam keterkaitan dengan bisnis. Metrik
memungkinkan perusahaan untuk mengukur kemajuan menuju tujuan serta menentukan nilai
bisnis investasi keberlanjutan. Dalam konteks keberlanjutan, perusahaan dapat menggunakan
metrik sosial, ekonomi, dan lingkungan untuk mengukur manfaat dan biaya yang timbul dari
Sebagian besar aspek kegiatan organisasi dan rantai pasokan.
5.2.2. Konsep Triple Bottom Line (TBL)
Mengingat kembali 3 pilar dasar bahwa bisnis yang berkelanjutan secara tematis
melibatkan ekonomi, sosial, dan lingkungan. Tujuan utama pemimpin perusahaan menggunakan
pendekatan triple bottom line adalah (1) untuk menghindari biaya sosial dan lingkungan sekaligus
mengurangi biaya operasi dan (2) untuk menciptakan nilai finansial sekaligus menguntungkan
masyarakat dan lingkungan. Pendekatan triple bottom line untuk konsep bisnis keberlanjutan
berlaku dalam berbagai konteks manajemen, baik di sektor swasta atau publik.
Walaupun indikator dampak lingkungan dan sosial dapat melengkapi indikator keuangan
tradisional kinerja bisnis, perlu diingat bahwa ilmu pemantauan kinerja berkelanjutan masih

BUSS6189 – Business Sustainability


berkembang, dan perusahaan seharusnya tidak berharap adanya metrik tunggal, komprehensif,
terintegrasi, dan utama untuk bisnis berkelanjutan. Pendekatan triple bottom line adalah kerangka
kerja pengorganisasian yang membantu untuk mengumpulkan data dari berbagai metrik untuk
memberikan gambaran yang lebih lengkap tentang kesehatan dan dampak organisasi.
Menggunakan kerangka kerja triple bottom line akan membantu analisis/ mengidentifikasi biaya
bisnis nonmoneter, langkah awal dalam proses mengurangi eksternalitas kegiatan bisnis.
5.2.3 Metrik Kinerja Keberlanjutan
Metrik baru, di luar metrik keuangan dan akuntansi tradisional, memberikan wawasan
tentang kinerja keberlanjutan organisasi. Seperti indikator keuangan tradisional, beberapa metrik
ini sebenarnya adalah rasio dua atau lebih titik data yang terpisah. Perlu diingat bahwa metrik
berikut ini tidak eksklusif—masih banyak metrik lain yang ada atau dapat dikembangkan di masa
mendatang. Bagian ini hanya menjelaskan beberapa metrik baru yang menarik yang dapat
digunakan untuk mengukur kinerja berkelanjutan, terutama yang berfokus pada dampak
lingkungan
1. Emisi Gas Rumah Kaca
Emisi gas rumah kaca menunjukkan kontribusi
perusahaan terhadap perubahan iklim. Perusahaan dapat
menilai berapa ton emisi karbondioksida atau metana
yang dihasilkan dari operasional perusahaan, jumlah
yang keluar dari tumpukan asap pabrik, knalpot
kendaraan dari bahan bakar transportasi, dan dari
konsumsi listrik ke fasilitas daya, panas, sejuk, dan
penerangan. Perusahaan melacak emisi karbon untuk
melaporkan risiko bahan bakar fosil tersembunyi dan untuk mengurangi potensi
kewajiban dari pajak karbon. Perusahaan yang memantau emisi karbon telah
menunjukkan kinerja keuangan yang lebih besar daripada rata-rata untuk bisnis global
lainnya.
2. Bagi Hasil dari Produk Berkelanjutan
Dengan mengukur jumlah pendapatan tahunan yang berasal dari produk atau
layanan berkelanjutan, perusahaan mendapatkan pemahaman yang lebih baik tentang laba
atas investasi (ROI) untuk inisiatif keberlanjutan. Kadang-kadang manfaat dari hasil
produk berkelanjutan ke aspek bisnis lain berdasarkan efek halo.

BUSS6189 – Business Sustainability


Perusahaan seperti Campbell (perusahaan sup) yang menjual produk "lebih baik
untuk Anda" dengan menggunakan data untuk mendukung klaim perbaikan dengan
melaporkan pertumbuhan pendapatan dan keuntungan operasi perusahaan yang kuat.
3. Rasio Efisiensi Real Estate
Mengukur jumlah energi, air, dan sumber daya yang dikonsumsi per kaki persegi
real estate yang milik perusahaan dapat membantu pengurangan biaya. Perushaan real
estate Trane menyadari penghematan energi rata-rata 25% dalam mengurangi biaya
operasional sebagai akibat dari pelacakan rasio ini (Sustainable Buildings | Commercial
Real Estate | Trane Commerc https://www.trane.tm/commercial/global/middle-
east/en/markets/commercial-real-estate.htmlial)
4. Kartu Skor Seimbang/ Balance Scorecard
Mengintegrasikan informasi keuangan dan operasional dalam satu kartu skor
memungkinkan manajer untuk mengidentifikasi hubungan real-time antara dinamika
pasar, inisiatif keberlanjutan, efisiensi operasi, dan peningkatan laba. Informasi yang
lebih baik membuat manajemen yang lebih baik.
5. Nilai Modal Manusia/ Human Capital Value
Sumber Daya Manusia (SDM) biasanya dikategorikan sebagai pengeluaran
neraca, tetapi ternyata tidak berwujud seperti "kekuatan orang" berkontribusi lebih pada
nilai pasar daripada nilai buku. Metrik baru untuk nilai sumber daya manusia, seperti
yang dikembangkan oleh Infosys, memastikan evaluasi yang tepat terhadap SDM sebagai
aset produktif. Perhitungan yang tepat untuk nilai SDM memungkinkan pemanfaatan
SDM yang optimal.
6. Percent Nature Mimicked
Penggunaan layanan ekosistem untuk mencapai remediasi lingkungan yang jika
tidak memerlukan pengeluaran modal besar harus dipahami sebagai biaya yang dihindari.
Perusahaan Kimia Dow yang berlokasi di
Midland, Michigan, USA bermitra dengan
The Nature Conservancy untuk merancang
area perawatan lahan basah yang meniru
proses biologis alam untuk menyerap
polutan. Membuat alam buatan
memungkinkan perusahaan Dow untuk menghindari biaya sebesar $ 40 juta untuk pabrik
pengolahan air dan sebaliknya membangun fasilitas yang harganya hanya $ 1,4 juta dan

BUSS6189 – Business Sustainability


memanfaatkan proses alami untuk mencapai hasil yang sama (Understanding Dow
https://www.nature.org/en-us/about-us/who-we-are/how-we-work/working-with-
companies/transforming-business-practices/understanding-dows-nature-goal/s Nature
Goal).
7. Intensitas Air Per Unit Produk
Metrik ini melacak penggunaan air dalam proses
melalui seluruh rantai pasokan dan proses produksi untuk
jangka waktu tertentu dan membagi total volume air oleh
unit produksi. Mengisolasi satu input sumber daya dapat
memfokuskan analis pada masalah lingkungan yang paling
kritis. Contohnya Pada tahun 2012, Coca-Cola mengurangi
intensitas air minuman kemasan mereka sebesar 20% yang
diukur terhadap baseline 2004. Pada tahun 2017, efisiensi
air Coca-Cola telah mencapai peningkatan 29,3% selama baseline 2004 ketika
perusahaan mulai melaporkan. Perbaikan inkremental bertambah seiring waktu. Upaya
ini mengurangi risiko kekurangan air dari menguras akuifer (https://www.coca-
colacompany.com/news/improving-our-water-efficiency)
Setelah metrik yang berguna dikembangkan, perlu juga untuk menentukan apakah kinerja dalam
hal metrik ini harus dilaporkan kepada pemegang saham. Jika metrik dapat menunjukkan risiko bisnis,
seperti emisi polusi, ketergantungan air, atau perdagangan manusia, karenanya harus diungkapkan kepada
pemegang saham.
5.3 Alat Ukur Keberlanjutan
Manajemen kinerja berkelanjutan mengharuskan memilih metrik yang sesuai dan menerapkan
alat analitik yang sesuai untuk data perusahaan. Alat analitik adalah metode dan perangkat yang
memungkinkan menganalisis dan menginterpretasikan informasi. Alat keberlanjutan adalah kerangka
analitik untuk menerapkan metrik pada dimensi lingkungan kinerja bisnis. Kerangka kerja Analitik Alat
Keberlanjutan untuk menerapkan metrik pada dimensi sosial dan lingkungan kinerja bisnis.
Terdapat berbagai alat analitik yang tersedia untuk manajemen kinerja berkelanjutan. Misalnya,
analisis jejak lingkungan (Environmental Footprint) mengungkapkan dampak yang ditimbulkan oleh
operasi bisnis, termasuk produksi dan transportasi, dalam hal polutan beracun dan gas rumah kaca yang
dipancarkan, dan sumber daya air yang dikonsumsi atau terganggu. Analisis jejak lingkungan adalah alat,
sedangkan polutan beracun, emisi gas rumah kaca, dan konsumsi air semuanya adalah metrik. Sedangkan
"emisi karbon" adalah metrik, "jejak karbon" adalah alat.

BUSS6189 – Business Sustainability


5.3.1. Perhitungan Modal Alam
Perhitungan modal alam melibatkan pengukuran, pengelolaan, dan pelaporan
eksternalitas lingkungan perusahaan untuk menginformasikan pengambilan keputusan
persuahaan. Untuk mengelola risiko ketergantungan kepada sumber daya alam, harga komoditas
yang bergejolak, anjuran melakukan transparansi yang diminta investor, dan peraturan
pemerintah yang semakin ketat, perusahaan harus memiliki beberapa dasar objektif dan empiris
untuk mengukur sejauh mana kegiatan perusahaan berdampak pada sumber daya alam dan
manusia, serta biaya yang akurat untuk dampak yang ditimbulkan tersebut. Kasus bisnis untuk
perhitungan modal alam dari ketergantungan perusahaan pada sumber daya lingkungan. Trucost
adalah perusahaan yang membuat perkiraan tentang biaya tersembunyi penggunaan sumber daya
alam yang tidak berkelanjutan oleh perusahaan. Trucost didirikan pada tahun 2000 dan memiliki
kantor pusat di London. Perusahaan Trucost melakukan valuasi ekonomi faktor lingkungan dalam
seluruh rantai nilai perusahaan dengan memberikan data modal alami dalam hal keuangan
menggunakan analisis biaya lingkungan.
5.3.2 Penilaian Siklus Hidup/ Life Cycle Assessment (LCA)
Penilaian siklus hidup mengungkapkan dampak lingkungan dan kesehatan manusia dari
suatu produk atau layanan. Menurut United Nations Environment Program/Society of
Environmental Toxicology and Chemistry (UNEP/SETAC), yang mengembangkan Penilaian
Siklus Hidup Sosial untuk produk, siklus hidup produk mencakup "semua tahap sistem produk,
dari penggabungan bahan baku atau produksi sumber daya alam hingga pembuangan produk di
tahap akhir, termasuk mengekstraksi dan pengolahan bahan baku, manufaktur, distribusi,
penggunaan, penggunaan kembali, pemeliharaan, daur ulang dan pembuangan akhir (yaitu,
cradle-to-grave). Tahap LCA melibatkan langkah-langkah berikut:
1. Menentukan tujuan dan ruang lingkup: tahap LCA dimulai dengan pernyataan eksplisit
tentang tujuan dan ruang lingkup penelitian, yang menetapkan konteks penelitian dan
menjelaskan bagaimana dan kepada siapa hasilnya akan dikomunikasikan, termasuk persyaratan
standar ISO untuk komunikasi tentang lingkungan.
2. Analisis Inventaris Siklus Hidup / Life Cycle Inventory (LCI): Buat inventaris siklus untuk
sistem produk menggunakan diagram alir. Grafik ini mencakup input air, energi, dan bahan baku,
dan pelepasan polusi ke udara, darat, dan air.
3. Penilaian Dampak: Fase LCA ini bertujuan untuk mengevaluasi signifikansi potensi dampak
lingkungan berdasarkan hasil aliran LCI.

BUSS6189 – Business Sustainability


4, Interpretasi: Mengidentifikasi, mengukur, memeriksa, dan mengevaluasi informasi dari hasil
inventaris siklus hidup dan/atau penilaian dampak siklus hidup. Hasil interpretasi adalah
serangkaian kesimpulan dan rekomendasi yang disesuaikan untuk masing masing pihak yang
berkepentingan (mitra rantai pasokan, produsen, pelanggan, dll.).
Analisis siklus hidup mencakup kinerja semua bagian dalam rantai pasokan produk,
mulai dari desain produk dan kemasan, hingga sumber daya, manufaktur, transportasi, penjualan,
penggunaan produk, dan pembuangan. Mengelola siklus hidup produk keseluruhan dimulai dari
merancang produk dengan memperhatikan efisiensi lingkungan dan penghematan biaya dan
inovasi produk, hal ini sangat penting. Untuk melakukan ini, terlebih dahulu membutuhkan
keselarasan dalam perusahaan, termasuk keterlibatan dari tim merchandising, sumber, dan desain
produk dan kemudian kemitraan dengan pemasok. Analisis siklus hidup, melalui beberapa
tahapan dan niat bersama serta informasi melalui rantai pasokan perusahaan untuk menilai (dan
mengurangi) dampak buruk produk secara akurat. Misalnya, perusahaan farmasi Eli Lilly
mengambil pendekatan siklus hidup untuk mengelola dampak lingkungan dari produk farmasi
perusahaannya. Perusahaan memiliki strategi yang berbeda untuk mengelola dampak penelitian
dan pengembangan, bahan dan sumber daya alam, manufaktur, penjualan dan pemasaran,
transportasi dan kemasan produk, penggunaan produk, dan produk pada fase akhir masa pakai.

Sumber : Buku Sustainability: Fundamentals and applications. Halaman 38


Gambar 2. Life Cycle Assessment

BUSS6189 – Business Sustainability


5.3.3 Analisis Jejak Lingkungan/ Environmental foot-printing Analysis
Analisis jejak lingkungan dapat digunakan untuk menentukan dampak agregat atau
individual pada perubahan iklim, kualitas udara, sumber daya air, hutan, perikanan, dan kualitas
tanah. Analisis Jejak lingkungan hadir dalam berbagai bentuk. Bagian ini akan membahas gas
rumah kaca dan sumber daya air.
Analisis jejak gas rumah kaca adalah alat bagi bisnis untuk menentukan dampak
perubahan iklim agregat yang disebabkan oleh polusi udara yang terkait dengan rantai
pasokan, fasilitas, produk atau layanan. Jejak gas rumah kaca dapat digunakan untuk
mengidentifikasi investasi yang paling hemat biaya dalam pengurangan emisi dalam
suatu perusahaan, serta untuk menentukan akuntabilitas proporsional untuk emisi di
antara perusahaan dalam rantai pasokan
Analisis jejak air mengukur penggunaan air, debit air yang tercemar, dan risiko
bisnis terkait air di berbagai konteks geografis dan sektor industri. Alat analisis jejak air
memungkinkan bisnis berkelanjutan untuk menjawab pertanyaan penting dengan
konsekuensi di semua aspek perusahaan. Alat-alat ini memfokuskan diskusi tentang
masalah material dengan mengidentifikasi fasilitas, produk, aktivitas rantai pasokan,
siklus hidup produk, dan operasi dengan dampak buruk paling signifikan terhadap Daerah
Aliran Sungai (DAS), kesehatan manusia, dan risiko bisnis. Banyak metrik dan alat
sumber daya air yang tersedia terbatas pada persediaan air permukaan. Namun, penarikan
air tanah yang tidak berkelanjutan sedang terjadi di seluruh dunia. Persediaan air tanah,
seperti akuifer air tawar, mengisi kembali perairan permukaan, seperti sungai. Penarikan
air tanah yang berlebihan, seperti dengan memompa sumur, dapat berdampaknya pada
penarikan air permukaan yang berlebihan.
5.4. Laporan Kinerja Berkelanjutan
Dengan menggunakan metrik dan alat yang berkelanjutan, perusahaan dapat mencapai
transparansi dengan melaporkan kinerja berkelanjutan mereka. Transparansi berarti mereka yang
terkena dampak perilaku perusahaan, baik investor, regulator, pelanggan, atau masyarakat yang
terkena dampak kegiatan bisnis, dapat mengakses informasi tentang perilaku tersebut.
Pelaporan adalah pengungkapan informasi yang relevan secara langsung mengenai
perilaku perusahaan kepada pemangku kepentingan yang terkena dampak. Pelaporan
memungkinkan perusahaan untuk berbagi kemajuan yang ditunjukkan oleh metrik kepada

BUSS6189 – Business Sustainability


investor dan pemangku kepentingan lainnya untuk mencapai transparansi dan
mendokumentasikan keberhasilan. Menggunakan transparansi untuk keberlanjutan melibatkan
pengukuran kemudian melaporkan kinerja terkait sosial, ekonomi, dan lingkungan dari kegiatan
perusahaan.
Laporan keberlanjutan terdiri dari berbagai bentuk. Yang lazim yaitu laporan
keberlanjutan tampilan horizontal dimana laporan berfokus pada perilaku dan dampak entitas
atau organisasi tunggal, seperti produsen akhir atau merek produk dijual. Sementara laporan
keberlanjutan dari tampilan vertikal berfokus pada dampak yang terkait dengan siklus hidup
produk, sebagaimana diukur melalui seluruh rantai nilainya.

5.4.1. Berbagi Informasi Keberlanjutan Dengan Konsumen Akhir


Kasus bisnis untuk keberlanjutan sebagian tergantung pada konsumen yang
diberitahu yang menyatakan permintaan akan produk dan layanan yang membawa lebih
sedikit dampak pada lingkungan dan sumber daya manusia daripada yang ditawarkan
oleh pesaing. Karena pelanggan dapat mengubah pasar, konsumen sebenarnya dapat
mendorong keberlanjutan perusahaan, tetapi hanya jika mereka diberitahu tentang biaya
sebenarnya yang terkait dengan produk dan layanan yang ingin mereka beli.
Pengungkapan keberlanjutan dilakukan dengan memberikan informasi penting tentang
perilaku perusahaan kepada organisasi advokasi konsumen dan konsumen.
Karena semakin banyak konsumen membeli produk berkelanjutan, pengecer dan
produsen menghadapi insentif yang menarik untuk membuat produk yang aman, ramah
lingkungan, dan diproduksi menggunakan sumber bahan baku dan tenaga kerja yang etis.
Namun, tanpa transparansi dan pengungkapan secara penuh metrik kesehatan, sosial, dan
lingkungan yang objektif, berbasis sains, maka terjadi kesenjangan informasi besar antara
konsumen dengan produk dan layanan yang mungkin mereka beli. Seringkali, informasi
kinerja tidak tersedia bagi konsumen, terlalu kompleks untuk dipahami oleh orang lain,
atau tidak berdasar oleh bukti
Untuk mengisi kesenjangan ini, GoodGuide dibentuk untuk memberikan
informasi otoritatif tentang kinerja kesehatan, lingkungan, dan sosial produk dan
perusahaan, untuk membantu konsumen membuat keputusan pembelian yang lebih

BUSS6189 – Business Sustainability


mencerminkan preferensi dan nilai-nilai mereka. GoodGuide didirikan pada tahun 2007
oleh Dara O'Rourke, seorang ahli rantai pasokan global dan seorang profesor kebijakan
lingkungan dan tenaga kerja di University of California di Berkeley. GoodGuide
mempekerjakan sekitar 50 orang, termasuk ilmuwan lingkungan, ahli kimia, ahli
toksikologi, pakar peraturan, dan ahli gizi, yang menilai ribuan produk di seluruh
kategori produk. Setiap produk mendapatkan peringkat numerik dari 1 hingga 10 untuk
dampak kesehatan, lingkungan, dan sosial tergantung pada analisis siklus hidup untuk
produk tersebut.

5.4.2. Standar ISO Untuk Pelaporan Keberlanjutan


Kebijakan lingkungan seperti kebijakan Organisasi Internasional untuk
Standardisasi (ISO). ISO adalah organisasi internasional yang mempromosikan
standardisasi global dengan menetapkan standar spesifikasi dan persyaratan bahan,
produk, proses, prosedur, format, informasi, dan manajemen kualitas. ISO adalah badan
non-pemerintah, yang asosiasinya adalah 163 negara-negara yang berjalan pada standar
umum bangsa. Standar digunakan untuk produk manufaktur, teknologi, keamanan
pangan, pertanian dan kesehatan. Ini standar digunakan untuk menciptakan produk dan
layanan yang aman, andal, dan berkualitas baik. Standar ini memperluas bisnis dengan
meningkatkan tingkat produksi sambil meminimalkan kesalahan dan limbah, yang
memfasilitasi produk untuk masuk ke pasar internasional, sehingga membantu dalam
pengembangan perdagangan global. Tujuan utama dari standar ini untuk melindungi
konsumen dan pengguna akhir produk dan untuk menegaskan bahwa Produk bersertifikat
ISO mematuhi peraturan yang ditetapkan secara internasional.
Seri ISO 26000 tentang Tanggung Jawab Sosial menekankan pada proses untuk
memastikan keputusan bisnis yang mempengaruhi masyarakat atau lingkungan dibuat
secara etis dan transparan.
Seri ISO 14000 menyediakan alat untuk mengidentifikasi dan melaporkan dampak buruk
bisnis, termasuk sistem manajemen lingkungan yang melacak penggunaan energi dan
konsumsi air di fasilitas tertentu; analisis dampak siklus hidup produk dalam

BUSS6189 – Business Sustainability


pengembangan; metode berkomunikasi tentang keberlanjutan; dan protokol audit.
Perusahaan menggunakan standar ini untuk mengurangi biaya pengelolaan limbah,
mengurangi konsumsi bahan dan sumber daya, mengurangi biaya distribusi, dan
meningkatkan reputasi di hadapan pemerintah dan konsumen.

BUSS6189 – Business Sustainability


KESIMPULAN
Dalam arti terluas, keberlanjutan didasarkan pada tiga pilar keberlanjutan dan strategi yang
diikuti untuk mencapai keberlanjutan mendorong koordinasi antara manusia dan pilar
keberlanjutan (lingkungan, sosial dan ekonomi).

Untuk mendefinisikan kemajuan sebuah bangsa dalam hal keberlanjutan, semua parameter
seperti evolusi, distribusi geografis, komposisi disipliner dan kolaborasi dan dampak individu
dan gabungan mereka terhadap lingkungan, pilar sosial dan ekonomi perlu dipelajari.

Untuk mencapai keberlanjutan, ada persyaratan untuk sistem komunal dengan kesetaraan dan
pemahaman hubungan untuk memberikan jalan keluar bagi tekanan yang timbul dari
ketidakharmonisan di masyarakat; sistem produksi yang dapat melestarikan sumber daya alam
dan lingkungan.

Metrik keberlanjutan berbasis siklus hidup adalah salah satu alat tersebut dalam sistem
pengetahuan yang menghasilkan dalam profil lingkungan sumber daya, mengukur kinerja
lingkungan untuk setiap tahap material dari kehidupannya masing-masing. Metrik dan indikator
siklus hidup akan terus berlanjut ke berevolusi dalam beberapa dekade ke depan dan, dalam
proses ini, akan memberikan makna yang lebih tepat untuk keberlanjutan.

Buss6189 – Business Sustainability


DAFTAR PUSTAKA

1. Nada R. Sanders and John D. Wood, (2019). Foundations of sustainable business:


Theory, Function, and Strategy. Hoboken, NJ : John Wiley & Sons. 2nd Edition. Wiley.
ISBN : 978-1-119-57755. Chapter 5
2. Surampalli, R. Y., Zhang, T. C., Goyal, M. K., Brar, S. K., & Tyagi, R. D.(2020)
Sustainability: Fundamentals and applications. John Wiley & Sons. Chapter 2
3. www.coca-colacompany.com/news/improving-our-water-efficiency
4. www.nature.org/en-us/about-us/who-we-are/how-we-work/working-with-
companies/transforming-business-practices/understanding-dows-nature-goal/s Nature Goal
5. www.trane.tm/commercial/global/middle-east/en/markets/commercial-real-estate.htmlial

BUSS6189 – Business Sustainability


LECTURE NOTES

BUSS6189 – Business Sustainability


Week ke - 6

Manajemen Resiko dalam


Keberlanjutan
LEARNING OUTCOMES

1. Peserta diharapkan mampu memahami peran manajemen risiko dalam keberlanjutan.

2. Peserta diharapkan mampu menjelaskan kontinum Manajemen Risiko Perusahaan

3. Peserta diharapkan mampu menjelaskan kategori risiko terhadap bisnis

OUTLINE MATERI :

6.1. Manajemen Risiko dan Bisnis Berkelanjutan

6.2. Identifikasi Risiko

6.3. Penilaian Risiko

6.4. Respons Risiko

6.5. Strategi Manajemen Risiko dalam Bisnis


LECTURE NOTE WEEK 6
Kasus Manajemen Resiko Perusahaan Kellogg’s dan Mainan Anak-Anak
Perusahaan sereal anak-anak Kellogg’s menerima kritik atas mainan Spidey
Signals yang dikemas dengan produk makanan mereka. Ternyata, baterai
kecil yang mengandung merkuri beracun menggerakkan setiap mainan
elektronik ini, menimbulkan risiko bagi kesehatan manusia, terutama di
kalangan anak-anak. Perusahaan harus memperbaiki masalah publisitas
yang berkembang dengan cepat untuk mempertahankan reputasinya.
Perusahaan Kellogg’s mengirim amplop pengembalian prabayar ke masing-masing 17 juta
pelanggan yang telah menerima produk mainannya. Lebih lanjut, Kellogg’s berkomitmen untuk
tidak pernah lagi menggunakan baterai berbasis merkuri di mainan anak-anak. Meskipun
masalah ini diselesaikan, namun resiko ini terbukti cukup mahal bagi Kellogg’s.
6.1. Manajemen Risiko dan Bisnis Berkelanjutan
Subjek manajemen risiko diajarkan sebagai tambahan terhadap subjek manajemen
proyek. Namun, tantangan pembangunan berkelanjutan menimbulkan risiko dengan konsekuensi
luas sehingga mempengaruhi seluruh organisasi, rantai pasokan, dan bahkan bangsa, bukan
hanya pelaksanaan satu proyek. Manajemen risiko menjadi penting di era aktivisme konsumen
saat ini, tuntutan hukum tanggung jawab produk, dan peningkatan pengawasan peraturan
terhadap risiko perusahaan, dengan implikasi untuk disiplin keuangan, pemasaran, rantai
pasokan, dan manajemen operasi.
Contoh yang diberikan bahwa perusahaan Kellogg’s gagal mendeteksi risiko dan harus
memperbaikinya dengan cara yang mahal. Mengidentifikasi, menilai, dan menanggapi risiko
secara efektif adalah bahan yang diperlukan dalam keberhasilan ekonomi yang berkelanjutan
dari bisnis apa pun.
Perusahaan perlu fokus untuk melindungi operasi bisnis yang berkelanjutan dari berbagai
ancaman. Mengurangi risiko konsisten dengan upaya menjalankan perusahaan yang
berkelanjutan karena risiko yang diakibatkan oleh perilaku perusahaan seringkali dapat
merugikan pemangku kepentingan eksternal maupun internal. Beradaptasi dengan kondisi sarat
risiko juga diperlukan agar bisnis-bisnis tersebut sudah berada di jalur menuju keberlanjutan
untuk jangka panjang. Perusahaan yang sukses harus terus memantau risiko, kemudian memilih

BUSS6189 – Business Sustainability


risiko strategis dengan bijak, dan membangun perusahaan tangguh yang dapat berkembang
menghadapi kondisi lingkungan berisiko yang tidak dapat dihindari.
Tantangan keberlanjutan melibatkan beberapa tingkat risiko. Risiko adalah paparan
kemungkinan atau kemungkinan bencana atau bahaya. Manajemen risiko adalah proses
memutuskan risiko, mana yang layak ditangani dan sejauh mana risiko ini harus dihindari. Aspek
penting dari manajemen risiko adalah mengevaluasi trade-off antara menolak risiko dan
kesediaan untuk menerima risiko, atau apa yang disebut Risk Appetite /selera risiko.
Risk Appetite adalah Preferensi individu atau perusahaan untuk risiko, berada di antara
kondisi menolak risiko dan kesediaan untuk menerima risiko.
Setelah bencana resiko dipublikasikan dengan baik seperti tragedi
gas Bhopal/ tragedi Bhopal di 1984 dan tumpahan tanker minyak
Exxon Valdez di tahun 1989, manajemen risiko menjadi kegiatan
manajemen yang diperlukan. Seperti kegiatan manajemen lainnya,
manajemen risiko membantu organisasi memenuhi tujuannya
melalui alokasi sumber daya untuk melakukan perencanaan, membuat keputusan dan melakukan
kegiatan produktif lainnya. Oleh karena itu, manajemen risiko harus memainkan peran penting
dalam inisiatif keberlanjutan bisnis.
Perusahaan mengembangkan strategi untuk mengelola risiko dengan memanfaatkan
kerangka kerja manajemen risiko. Kerangka kerja manajemen risiko adalah deskripsi dari
serangkaian aktivitas fungsional tertentu dan proses yang akan digunakan organisasi untuk
mengelola risiko. Kerangka kerja manajemen risiko yang baik harus meningkatkan manajemen
risiko dengan cara berikut ini:
1) Membuat risiko lebih transparan dan dapat dimengerti oleh pemangku kepentingan
2) Membuat proses organisasi lebih efisien
3) Memungkinkan untuk berbagi praktik terbaik dalam pelaksanaan identifikasi risiko,
penilaian risiko, dan pengobatan risiko.
Kerangka kerja manajemen risiko diperlukan untuk keberhasilan organisasi karena ada
sumber daya terbatas yang tersedia untuk meminimalkan serangkaian risiko yang mungkin tak
terbatas, apakah tugas organisasi adalah melindungi dirinya sendiri, pelanggannya, atau
masyarakat umum.

BUSS6189 – Business Sustainability


Perusahaan Usaha kecil dan menengah (UKM) sangat rentan kehilangan bisnis atau
bahkan gagal seluruhnya karena mengabaikan risiko dari luar, seperti kesalahan yang dilakukan
oleh anggota lain dari rantai pasokan mereka. Bahkan untuk perusahaan yang lebih besar,
mengabaikan manajemen risiko hanya akan mempercepat kegagalan bisnis. Perusahaan secara
efektif dan proaktif menanggapi risiko bisnis yang ditimbulkan oleh masalah lingkungan,
ekonomi, dan sosial memberikan keuntungan khusus yang tegas, termasuk premi asuransi yang
rendah, kurangnya gangguan bisnis, dan peningkatan apresiasi publik ketika perusahaan dapat
turun tangan untuk membantu dalam masa krisis.
Eksternalitas adalah suatu kondisi ketika aktivitas satu pihak menghasilkan risiko yang
dibebankan ke pihak lain tanpa persetujuan atau kompensasi yang dibayar. Idealnya, peran
hukum adalah menginternalisasi risiko, yang berarti bahwa pihak yang bertanggung jawab dalam
menghasilkan risiko pada akhirnya harus membayar konsekuensi jika risiko terjadi. Dengan kata
lain, perusahaan harus menginternalisasi risiko untuk melihat biaya sebenarnya dari risiko yang
telah diambil. Ini akan menyebabkan meminimalkan risiko secara keseluruhan kepada
perusahaan dan pihak luar yang mungkin telah terpapar risiko.
Menginternalisasi Risiko adalah suatu kondisi ketika pihak yang menghasilkan risiko
bertanggung jawab dengan membayar konsekuensi jika risiko terjadi.
Manajemen Risiko Perusahaan/ Enterprise Risk Management (ERM) merupakan
proses yang memungkinkan organisasi untuk mengevaluasi risiko dengan benar, menyiapkan
rencana respons yang selaras dengan tujuan perusahaan, dan memiliki sistem untuk merespons
ketika diperlukan.
ERM menyediakan kerangka kerja untuk manajemen risiko, yang melibatkan identifikasi
peristiwa atau keadaan tertentu yang relevan dengan tujuan organisasi, menilainya dalam hal
kemungkinan dan besarnya dampak, menentukan rencana respons, dan memantau kemajuan
proses. Informasi risiko dikumpulkan melalui proses ERM ini dan digunakan untuk mencapai
tiga tujuan utama yaitu: 1) membantu organisasi mengembangkan strategi risiko di semua bidang
fungsional; 2) mempertahankan tingkat risiko dalam selera risiko perusahaan; dan 3)
memberikan jaminan yang wajar kepada investor, nasabah, dan pemangku kepentingan lainnya
bahwa risiko tidak mengorbankan tujuan perusahaan.

BUSS6189 – Business Sustainability


Berikut ini adalah delapan elemen untuk kerangka kerja ERM: lingkungan internal bisnis,
proses penetapan tujuan, identifikasi risiko, penilaian risiko, manajemen respons risiko, kegiatan
pengendalian operasional, pemrosesan dan komunikasi informasi, dan pemantauan kinerja
manajemen risiko. Delapan elemen ERM ini membentuk kontinum yang terintegrasi ke dalam
kegiatan manajemen organisasi.

Sumber : Buku Foundations of sustainable business: Theory, Function, and Strategy. Halaman 166
Gambar 1. Kontinum Manajemen Risiko Perusahaan

Penjelasan:
Elemen 1 : Lingkungan Internal
Lingkungan internal perusahaan yang bertujuan ke arah manajemen risiko adalah budaya
organisasi, prinsip dan nilai-nilai etika yang mendefinisikan karakter organisasi, bagaimana
pemimpin bertanggung jawab atas risiko, dan sejauh mana pemimpin perusahaan menginginkan
risiko.
Elemen 2: Pengaturan Objektif/ Tujuan
Tidak mungkin untuk mengetahui apakah peristiwa atau tindakan tertentu akan
menciptakan risiko terhadap tujuan perusahaan kecuali tujuan tersebut telah ditetapkan. Untuk
itu, pengaturan objektif harus dilakukan sebelum penilaian risiko dan manajemen risiko. Apa

BUSS6189 – Business Sustainability


yang perusahaan ingin capai? Apa tujuannya? Pemimpin perusahaan, atau manajer divisi, harus
menetapkan tujuan kinerja yang selaras dengan misi keseluruhan perusahaan dan itu berada
dalam batas pemimpin terhadap risiko. Pada tahap penetapan objektif, pemimpin harus
menetapkan sebagai tujuan bahwa sistem manajemen risiko perusahaan meningkatkan kualitas
dan waktu keputusan respons risiko, mengatasi risiko lintas perusahaan (antara rantai pasokan
dan operasi), mengambil risiko bijak dan menangkap peluang yang ada, dan meningkatkan
penggunaan belanja modal untuk mengurangi paparan risiko agar dapat meningkatkan
kelangsungan perusahaan.
Elemen 3: Identifikasi Risiko
Tahap identifikasi risiko melibatkan penggunaan alat identifikasi risiko, seperti
melakukan analisis SWOT (analisis kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancaman) untuk
mengidentifikasi risiko kritis bagi perusahaan. Identifikasi risiko melibatkan survei terhadap
sistem sosial, ekonomi, dan lingkungan tempat perusahaan beroperasi untuk mengidentifikasi
potensi risiko penilaian, manajemen, dan respons risiko lebih lanjut, serta untuk mengidentifikasi
peluang /kesempatan.
Elemen 4: Penilaian Risiko
Penilaian risiko adalah penentuan potensi dan kemungkinan peristiwa resiko yang
merugikan perusahaan. Untuk penilaian ini, tersedia beberapa teknik, termasuk Weighted
Scoring Model (WSM) untuk Penilaian Risiko. Jika peristiwa yang merugikan sangat mungkin
dan akan menciptakan dampak serius bagi perusahaan, itu harus menjadi prioritas dalam tahap
manajemen risiko kontinum. Jika peristiwa resiko merugikan tidak terjadi dan bahkan jika
dampaknya kecil, maka beberapa sumber daya yang harus dialokasikan untuk mengurangi risiko
itu.
Elemen 5: Respons Risiko
Respon risiko memerlukan penentuan risiko mana yang layak ditangani dan cara
menanganinya. Tahap kontinum manajemen risiko perusahaan ini terjadi setelah risiko utama
telah diidentifikasi dan materialitas risiko tersebut telah dinilai. Resiko merugikan dan efek
signifikan akan diprioritaskan dalam pengambilan keputusan dengan menentukan apakah risiko
dapat ditanggung, dihindari, dimitigasi, atau dibagikan melalui rantai pasokan perusahaan.

BUSS6189 – Business Sustainability


Elemen 6: Aktivitas Kontrol
Kegiatan kontrol adalah prosedur dan protokol yang diterapkan organisasi untuk
memastikan jalur yang dipilih dalam tahap respons risiko kontinum manajemen risiko
perusahaan benar-benar dilakukan.
Elemen 7: Informasi dan Komunikasi
Informasi dan komunikasi berarti identifikasi informasi penting tentang risiko dan
transmisi informasi tersebut kepada pihak yang berada di dalam perusahaan yang bertanggung
jawab untuk mengelola risiko tersebut. Informasi risiko harus dikomunikasikan ke seluruh
organisasi sehingga ada proses transparansi dan komitmen.
Elemen 8: Pemantauan
Pemantauan berarti melacak kinerja. Ini biasanya dicapai menggunakan beberapa jenis
sistem teknologi informasi (IT) dan metrik terkait risiko. Pemantauan memungkinkan modifikasi
dilakukan untuk mengontrol aktivitas ketika satu atau lebih kegiatan tidak dilakukan dengan
baik. Selain itu, pemantauan memungkinkan perusahaan untuk membuktikan keberhasilan
komunikasi dalam menerapkan manajemen risiko.
6.2. Identifikasi Risiko
Tiga tahap penting dari kontinum Manajemen Risiko Perusahaan menerima diskusi
tambahan dalam bab ini: identifikasi risiko, penilaian risiko, dan respons risiko. Langkah-
langkah ini memungkinkan perusahaan untuk mengidentifikasi, menganalisis, mengevaluasi, dan
menangani risiko berdasarkan kategorisasi, klasifikasi, probabilitas resiko, dan dampak
relatifnya. Mengapa kategorisasi risiko penting? Alasannya adalah tidak semua risiko memiliki
kemungkinan terjadi yang sama atau dampak yang sama pada organisasi, dan perlu teknik
mitigasi, taktik, alat, dan strategi yang berbeda untuk berbagai kategori risiko.
Cara umum untuk mengkategorikan risiko bisnis yang dihambat oleh kebijakan dan
praktik berkelanjutan adalah dalam hal reputasi, peraturan, operasional, strategis, bahaya, dan
risiko keuangan.
Risiko reputasi
Risiko reputasi berdampak pada keputusan pembelian pelanggan dengan merek
perusahaan melalui pandangan negatif. Stigma negatif yang terkait dengan dampak lingkungan
dan kesehatan manusia dapat memakan waktu bertahun-tahun untuk diatasi. Manajemen risiko

BUSS6189 – Business Sustainability


yang bertanggung jawab dan hubungan masyarakat yang proaktif diperlukan jika terjadi resiko
peristiwa/kecelakaan yang dapat memakan waktu lama dalam mengembalikan reputasi.
Risiko regulasi
Ketika lembaga pemerintah / regulator menganggap bahwa industri menciptakan tingkat
risiko tinggi maka regulator akan memberlakukan pembatasan pada berbagai kegiatan komersial.
Volume penggunaan sumber daya dapat dibatasi oleh izin atau mekanisme penetapan harga,
emisi polusi dikenakan standar pajak atau implementasi teknologi, lisensi untuk beroperasi dapat
dicabut, dan izin untuk ekspansi yang direncanakan dapat mengalami keterlambatan. Tantangan
ini disebut risiko regulasi.
Risiko operasional
Risiko operasional adalah risiko yang terkait dengan kegagalan mengelola operasi dan
aktivitas rantai pasokan dengan benar. Ini termasuk kegiatan taktis yang berlangsung dalam
pengoperasian organisasi, atau kegagalan dari pihak karyawan, manajemen, peralatan, teknologi
informasi, dan proses internal bisnis lainnya. Banyak risiko operasional yang berada dalam
kendali perusahaan dan dapat dicegah karena dilakukan tindakan dari internal perusahaan
misalkan pelatihan karyawan yang rutin, inspeksi kualitas dan keselamatan, pelatihan
manajemen, pemeliharaan peralatan proaktif, data canggih dan sistem keamanan, dan investasi
lainnya dapat mengurangi risiko operasional tersebut.
Risiko strategis
Risiko strategis adalah trade-off, sering dibuat dalam kondisi ketidakpastian, yang harus
dibuat agar perusahaan dapat bersaing dalam industri tertentu pada waktu tertentu. Kategori
risiko ini berkaitan dengan keputusan yang dibuat oleh manajemen eksekutif. Contohnya
termasuk risiko yang terkait dengan merger dan akuisisi, penilaian lingkungan yang kompetitif,
tren sosial dan kepatuhan, risiko mata uang global, likuiditas, dan ketersediaan modal. Haruskah
perusahaan memperkenalkan produk baru? Apakah preferensi konsumen bergeser? Apakah
teknologi yang muncul mengganggu pasar? Haruskah perusahaan mengakuisisi pesaingnya?
Perusahaan harus tetap mewaspadai perubahan kondisi pasar karena risiko yang muncul dapat
merusak efektivitas strategi bisnis yang ada. Risiko strategis menawarkan sisi terbalik dan
kelemahan. Disiplin strategi bisnis menawarkan kerangka kerja yang tersedia untuk membantu
memandu keputusan risiko strategis.

BUSS6189 – Business Sustainability


Risiko bahaya
Risiko bahaya berkaitan dengan gangguan acak. Beberapa bahaya dapat dengan sengaja
berbahaya — misalnya, kejahatan, terorisme, atau perusakan produk. Bahaya lain dihasilkan dari
kekuatan alami, seperti angin topan, banjir, atau kebakaran hutan. Kecepatan angin yang
berlebihan, banjir parah, pemadaman listrik yang meluas, dislokasi populasi, dan gangguan
transportasi semuanya merupakan bahya diluar kendali perusahaan. Risiko ini harus ditangani
melalui mitigasi dampak dan ketahanan organisasi karena penghindaran atau kontrol berada di
luar jangkauan. Mitigasi dampak berarti mengurangi tingkat keparahan kerusakan yang mungkin
ditimbulkan oleh paparan risiko dari lingkungan eksternal.
Risiko keuangan
Kategori risiko keuangan berkaitan dengan tantangan keuangan internal dan eksternal.
Risiko keuangan muncul dari pengelolaan modal perusahaan, utang, arus kas, dan ekuitas.
Keberlanjutan berdampak pada risiko keuangan; misalnya, jika sebuah perusahaan sangat
bergantung pada pasokan sumber daya alam yang berkelanjutan hasil dari daerah yang ditekan
penggunaan sumber daya tersebut. Jika kerangka hukum memaksa perusahaan untuk
menginternalisasi biaya modal sumber daya alam tersebut maka neraca keuangan perusahaan
akan terlihat sangat berbeda. Potensi beban pajak emisi gas rumah kaca, misalnya, secara
substansial dapat berdampak pada kinerja keuangan perusahaan.
Manajerial perlu mengkategorikan risiko ke dalam risiko yang dapat dicegah dan tidak
dapat dikendalikan. Kategorisasi ini penting karena memungkinkan perusahaan untuk
mengidentifikasi risiko-risiko yang dapat diminimalkan melalui perencanaan dan operasi, dan
risiko-risiko mana yang mungkin perlu dipersiapkan untuk bertahan. Risiko yang dapat dicegah
adalah risiko-risiko yang dapat dicegah melalui perencanaan dan keunggulan operasional yang
cermat. Risiko yang dapat dicegah termasuk kerusakan dalam proses standar seperti kecelakaan
karyawan, kerusakan mesin, atau kualitas pemasok yang buruk. Mengelola risiko yang dapat
dicegah berarti memilih karyawan dan pemasok dengan hati-hati, mempertahankan praktik dan
kode etik terbaik, dan secara proaktif melindungi kelangsungan bisnis.
Jenis risiko bisnis yang lebih menantang adalah yang timbul dari lingkungan eksternal
yang tidak terkendali. Risiko yang tidak terkendali berasal dari eksternal perusahaan dan di
luar lingkup kendali perusahaan. Sumber risiko eksternal termasuk bencana alam, kegagalan

BUSS6189 – Business Sustainability


pemerintahan, atau perubahan makroekonomi utama seperti resesi global. Risiko eksternal yang
dapat diperkirakan seringkali dapat dimitigasi, seperti perilaku buruk yang sedang berlangsung
dari pemasok perusahaan. Namun, risiko eksternal yang tak terduga hanya membutuhkan daya
tahan melalui ketahanan perusahaan.
Risiko yang tidak terkendali sangat menantang karena dapat berdampak besar.
Pertimbangkan saja gempa yang menyebabkan bencana nuklir Fukushima di Jepang, letusan
gunung berapi di Islandia yang memuntahkan abu di seluruh Eropa, resesi ekonomi global, dan
serangan teroris 11 September 2001. Masing-masing membawa dampak ekonomi yang luar biasa
yang mempengaruhi regional dan perdagangan global.
Ancaman terhadap infrastruktur seperti saluran air, jalan raya, jembatan, terowongan, dan
pola penerbangan adalah risiko yang tidak terkendali. Ancaman terhadap sumber daya alam
seperti air bersih segar akibat kekeringan musiman dan banjir adalah risiko yang tidak terkendali,
sedangkan polusi yang mengancam air tawar adalah risiko yang dapat dikendalikan, yang berarti
berada dalam kekuatan organisasi yang bertanggung jawab untuk meminimalkannya.
Mitigasi dampak berarti mengurangi tingkat keparahan kerusakan yang mungkin
ditimbulkan oleh paparan risiko eksternal. Misalnya, ini dapat dicapai melalui investasi modal ke
bangunan berkualitas tinggi dan pasokan energi di lokasi, dukungan IT cadangan dan rencana
solusi, serta melalui perlindungan asuransi properti untuk mendapatkan kembali biaya perbaikan.
Risiko Bisnis Terkait Air
A.1. Ketika kelangkaan air terjadi, maka industri padat air seperti energi dan produksi pangan
terdampak langsung. Kekeringan parah dapat membatasi produksi energi dan pertanian, yang
pada gilirannya dapat berdampak pada rantai pasokan perusahaan lain.
A.2. Selama krisis air, pemerintah dapat memberlakukan tarif, kuota, atau batasan lain pada
penarikan air untuk penggunaan komersial. Hal ini dapat menyebabkan berkurangnya kapasitas
operasi, keterlambatan, dan peningkatan biaya.
A.3. Jika rantai pasokan perusahaan bergantung pada gangguan sumber daya air di negara-negara
berkembang, ada risiko kerusakan reputasi perushaaan yang berdampak kepada pihak pemegang
saham dan pemangku kepentingan.

BUSS6189 – Business Sustainability


B.1. Kekurangan air dapat mengganggu berbagai operasi yang bergantung pada pemasok air
yang melimpah sebagai masukan untuk produksi, irigasi, pengolahan material, pendinginan,
pencucian, atau pembersihan.
B.2. Badan pemerintah dapat memberlakukan keterbatasan yang berbeda, keterbatasan penarikan
air, atau realokasi air.
B.3. Beberapa isu menimbulkan kontroversi di masyarakat setempat membahayakan pasokan air.
Penggunaan air atau polusi yang tidak efisien dalam pasokan air populasi dapat menyebabkan
reputasi buruk.
C.1. Pelanggan yang memiliki keterbatasan akses air bersih akan mengurangi minat untuk
membeli produk padat air.
C.2. Bahkan jika sebuah perusahaan memiliki hak hukum yang kuat untuk mengakses air, jika
sumber daya air dikelola dengan buruk oleh pemerintah, maka infrastruktur untuk penggunaan
komersial dan industri dapat terganggu.
C.3. Penggunaan air perusahaan dapat bersaing dengan kebutuhan masyarakat setempat.
Tabel 1. Risiko Bisnis Terkait Air
Titik Dampat A. Rantai Pasokan B. Operasional C. Penggunaan
Jenis Risiko
1. Hazard Lonjakan harga komoditas Gangguan pasokan air Kelangkaan membatasi
akan meningkatkan biaya dapat menyebabkan penjualan
gangguan bisnis
2. Regulatory Standar air berdampak Penyelesaian pengadilan Hak atas air terkendala
pada pasokan energi yang membatasi operasi atau terbatas
3. Reputation Diperbincangkan karena Konsumsi air yang tidak Persaingan penggunaan
melanggar kualitas air efisien air secara sosial atau
lingkungan

Risiko Bisnis Terkait Perubahan Iklim


Risiko bisnis terkait Perubahan Iklim mungkin ada efek fisik yang signifikan dari
perubahan iklim yang berpotensi memiliki efek material pada personel, aset fisik, rantai pasokan
dan distribusi. Identifikasi risiko iklim adalah faktor kunci dalam memacu investasi dalam
kegiatan pengurangan emisi dan memberikan pengurangan emisi dari tahun ke tahun.

BUSS6189 – Business Sustainability


6.3. Penilaian Risiko
Penilaian risiko adalah proses yang digunakan untuk menentukan kegiatan bahaya yang
terkait dengan risiko potensial, serta kemungkinan peristiwa itu akan terjadi. Proses penilaian
risiko sangat penting untuk membuat keputusan terbaik untuk memprioritaskan respons risiko
dengan benar. Konsep utama dalam penilaian risiko adalah mengukur tingkat risiko, paparan,
dan kerentanan. Alat penting pada tahap ini adalah perencanaan skenario yang dapat membantu
penilaian risiko. Perusahaan perlu mengidentifikasi berbagai risiko terhadap bisnis yang berasal
dari kerentanan air dan perubahan iklim.
Perencanaan Skenario
Perusahaan terus-menerus dihadapkan pada membuat keputusan strategis, seperti
memutuskan produk dan pasar baru. Pertimbangkan saja contoh bisnis yang tak terhitung
jumlahnya: Toyota bertaruh pada hibrida; perusahaan General Motors (GM) bertaruh pada sel
bahan bakar; Nexen-Opti bertaruh pada teknologi kokas ke gas. Bagaimana perusahaan membuat
penilaian seperti itu mengenai keputusan dan risiko terkait bisnisnya? Salah satu alat adalah
perencanaan skenario, "metode disiplin untuk membayangkan kemungkinan berjangka" dengan
aplikasi dalam manajemen strategis, khususnya evaluasi opsi strategis
Skenario adalah deskripsi alternatif masa depan. Alih-alih mencoba mengurangi
ketidakpastian pada satu ramalan yang paling mungkin, skenario mencoba mengidentifikasi
kekuatan utama mendorong perubahan dan ketidakpastian utama yang mengarah pada berbagai
kemungkinan hasil di masa depan.
Skenario memetakan batas-batas risiko untuk setiap kemungkinan di masa mendatang.
Oleh karena itu, skenario memberikan konteks opsi harapan untuk dilakukan dan dievaluasikan.
Perencanaan skenario dimulai dengan mengidentifikasi keputusan kritis dan kekuatan
pendorong. Selanjutnya, organisasi mengidentifikasi berbagai risiko masing-masing kegiatan
untuk mengembangkan kemungkinan hasil atau skenario. Setiap skenario kemudian dianalisis
untuk ancaman dan peluang.
Perencanaan skenario berfungsi untuk meramalkan masalah, memberikan konteks dan
perspektif tentang sifat risiko dan respons strategis apa yang dapat direncanakan dan tersedia.
Skenario kemudian berfungsi untuk menghasilkan opsi strategis (misalnya, jika skenario X
terjadi, maka strategi apa yang harus kita lakukan?) dan untuk mengevaluasi resiko tersebut.

BUSS6189 – Business Sustainability


Setelah skenario dikembangkan dan keputusan strategis dibuat, maka perusahaan memantau
perubahan yang sedang berlangsung dan merespons sesuai skenario.
Perencanaan skenario tidak menghapus risiko. Melainkan memungkinkan organisasi
untuk membuat keputusan sambil mempertimbangkan semua risiko dan dampak yang terkait
dengan opsi yang mungkin dilakukan. Perencanaan skenario adalah proses yang dilakukan oleh
perusahaan untuk memperluas pemikirannya tentang masa depan sebagai dasar untuk
mengembangkan dan menerapkan strategi yang kuat.
Konsep utama melibatkan penentuan besarnya bahaya yang terkait dengan suatu
peristiwa risiko, tingkat kerentanan, dan kapasitas ketahanan. Exposure / paparan adalah sejauh
mana sistem yang akan terpengaruh jika suatu peristiwa terjadi; kerentanan adalah kapasitas
sistem untuk menahan guncangan terhadap kondisi lingkungannya dan ketahanan adalah
kemampuan sistem untuk beradaptasi dan bertahan hidup jika terjadi bencana.
Kerentanan awalnya digunakan di bidang manajemen risiko bencana untuk
menggambarkan ketahanan fisik struktur rekayasa, seperti terhadap angin kencang atau gempa
bumi. Namun, penggunaan saat ini membutuhkan aplikasi yang lebih luas dari istilah tersebut,
karena menggambarkan kapasitas organisasi untuk menahan efek samping jika dihadapkan
dengan bencana. Tingkat kerentanan organisasi atau sistem tergantung pada kecenderungan,
kerentanan, kerapuhan, kelemahan, kekurangan, dan kurangnya kapasitas.
Misalnya, sistem air di wilayah tertentu mungkin tidak mampu menahan kekurangan
curah hujan ekstrim, dan bisnis yang bergantung pada pasokan air. Misalnya, perusahaan air
kemasan Fiji Water tergantung pada produksi air murni yang stabil dari akuifer di Lembah
Yaqara. Selama lima dekade terakhir, kerugian ekonomi dari peristiwa cuaca ekstrem (seperti
badai) meningkat secara eksponensial sementara kerugian ekonomi dari bencana geologi (seperti
gempa bumi) meningkat secara substansial juga.
Ketahanan adalah kebalikan dari kerentanan. Perusahaan yang tangguh mampu bertahan
dan beradaptasi dengan risiko, berkembang dari perubahan skenario. Ketahanan relevan dengan
penilaian risiko karena kerentanan dapat dikurangi melalui rencana desain organisasi dan rantai
pasokan yang tangguh.
Risiko bisnis ketergantungan modal alam, kehilangan keanekaragaman hayati, dan
layanan ekosistem merupakan risiko material, tetapi sulit untuk membuat perhitungan tanpa alat

BUSS6189 – Business Sustainability


yang memadai untuk menerapkan metrik ke modal alam ini. Mayoritas perusahaan melaporkan
sedikit atau tidak ada informasi tentang risiko lingkungan karena mereka menganggap mereka
tidak penting, meskipun investor semakin peduli dengan masalah-masalah ini. Tanpa mengukur
kinerja lingkungan, tidak mungkin mengelola risiko lingkungan dengan benar.
6.4 Respons Risiko
Identifikasi risiko akan memilah risiko bisnis yang tajam ke dalam kategori untuk
pemahaman yang lebih baik, dan penilaian risiko akan menentukan materialitas setiap risiko.
Pada tahap ini, proses manajemen risiko beralih ke respons risiko.
Seperti yang dibahas di atas, respon risiko adalah penentuan cara yang diidentifikasi,
risiko material terhadap perusahaan harus ditangani. Peristiwa risiko merugikan yang paling
mungkin dan signifikan diletakkan di hadapan otoritas pengambilan keputusan untuk
menentukan apakah risiko dapat ditanggung, dihindari, dimitigasi, atau dibagikan. Karena
banyak risiko terhadap bisnis yang tidak dapat dihindari, mitigasi risiko sering disebut pada
respons risiko.
1. Menanggung Risiko
Menanggung risiko berarti secara sukarela mengambil risiko. Contoh paling umum dari
risk bearing yang berkaitan dengan memilih untuk menanggung risiko efek samping perawatan
medis, dengan harapan bahwa manfaatnya melebihi risiko. Pasien dapat memilih untuk
menanggung risiko mengingat potensi manfaat versus kemungkinan konsekuensi buruk yang
merugikan dari perawatan.
Jika kita memutuskan untuk mengambil perawatan dan menerima efek samping, ini
adalah contoh menanggung risiko. Untuk bisnis, menanggung risiko adalah umum untuk hampir
setiap transaksi. Terutama dalam situasi risiko strategis dan keuangan, menanggung risiko sering
diperlukan untuk menciptakan kekayaan. Seperti individu, suatu perusahaan harus memilih untuk
menanggung risiko dengan bijak mengingat selera risiko dan faktor spesifik situasi masing-
masing.
2. Menghindari Risiko
Menghindari risiko berarti mengurangi kemungkinan risiko melalui perubahan perilaku.
Di sini organisasi hanya mengubah perilaku untuk menghindari kemungkinan risiko yang terjadi.
Untuk melanjutkan dengan contoh pasien medis dari atas, penghindaran risiko akan melibatkan

BUSS6189 – Business Sustainability


membuat perubahan perilaku untuk mengurangi kemungkinan tertular penyakit di tempat
pertama.
Ada sejumlah situasi di mana penghindaran risiko mungkin merupakan strategi yang
baik. Misalnya, menolak untuk memperkenalkan produk yang dapat membahayakan konsumen,
alih-alih hanya membubuhkan label peringatan yang sangat membantu, adalah salah satu cara
menghindari risiko kewajiban cacat produk. Setelah mengetahui bahwa pemasok saat ini
mungkin menggunakan pekerja anak, perusahaan dapat menghindari risiko boikot konsumen
dengan mengubah pemasok.
3. Memitigasi Risiko
Mengurangi risiko berarti mengurangi kerentanan dan paparan risiko yang tidak dapat
dihindari. Mitigasi dapat dicapai dengan mengurangi jumlah aset yang terpapar risiko atau
mengurangi tingkat keparahan kerusakan yang dapat menyebabkan paparan risiko.
Mengurangi kerentanan dan eksposur bisnis dapat dicapai melalui investasi modal ke
bangunan berkualitas tinggi dan pasokan energi di tempat, dukungan IT cadangan dan rencana
solusi untuk mengurangi waktu, serta perlindungan asuransi bangunan perusahaan. Bahkan jika
risiko eksternal yang tidak dapat dihindari, bisnis dapat membentengi untuk menahan dampak,
dan pemilik bisnis dapat mengambil jalur perlindungan asuransi untuk mempercepat dan
membantu secara finansial dengan proses pemulihan.
Sejauh mana bisnis dapat mengurangi risiko tergantung pada faktor situasional yang
memberikan tantangan dan peluang. Ini termasuk inventarisasi, transportasi, outsourcing, kondisi
lingkungan, kondisi sosial, dan kondisi ekonomi. Penjelasan di bawah ini:
Inventarisasi
Terlalu banyak persediaan menyebabkan biaya penyimpanan overstock dan kemungkinan
limbah, sedangkan terlalu sedikit menyebabkan ketidakmampuan untuk memenuhi permintaan
konsumen. Membawa inventarisasi yang bijak untuk menjaga terhadap ketidakpastian adalah
cara klasik untuk mengurangi risiko. Rantai pasokan ramping yang meminimalkan limbah dan
penyimpanan berlebihan mungkin lebih rentan terhadap gangguan dari fluktuasi permintaan.
Transportasi
Agar perusahaan responsif terhadap fluktuasi permintaan, harus memiliki transportasi
yang andal untuk mengirim barang dari dan ke gudang atau lantai bagian penjualan. Biaya

BUSS6189 – Business Sustainability


transportasi dapat berfluktuasi dan ketersediaan ruang pada unit transportasi terbatas. Faktor-
faktor seperti kemacetan jalan, biaya bahan bakar, kondisi jalur jalan atau rel berdampak pada
tingkat risiko dari transportasi.
Outsourcing
Globalisasi telah membuat tenaga kerja dan layanan outsourcing ke luar negeri menjadi
bagian dari melakukan bisnis. Perusahaan seperti Nike dan Apple telah mengalihdayakan
manufaktur mereka, yang memperkenalkan risiko besar ke dalam rantai pasokan mereka.
Operasionalisasi manufaktur yang berada jauh dari perusahaan, semakin sulit dikendalikan
terutama untuk mengelola risiko. Namun fungsi outsourcing akan mendukung dan mendorong
beberapa risiko ke entitas lain.
Kondisi Lingkungan
Perusahaan umumnya membutuhkan kondisi lingkungan yang stabil agar dapat berhasil.
Risiko terhadap bisnis dari kondisi lingkungan termasuk pemadaman listrik, banjir, tornado dan
pola cuaca lainnya yang dapat menyebabkan evakuasi populasi atau mengganggu operasi bisnis
yang normal. Ketersediaan dan kualitas sumber daya alam juga dapat menimbulkan risiko
lingkungan. Pada tahun 2010, 39% perusahaan telah mengalami dampak yang merugikan terkait
dengan masalah air, seperti gangguan operasi dari kekeringan, banjir, dan kualitas air yang
menurun; pra-perawatan mahal di tempat; kenaikan harga air; dan denda dan litigasi yang
berkaitan dengan insiden polusi. Perencanaan penggunaan lahan yang cermat dan pemilihan
lokasi untuk fasilitas dapat mengurangi risiko gangguan operasional, dan kepatuhan terhadap
undang-undang lingkungan dapat mengurangi risiko kewajiban lingkungan.
Kondisi Sosial
Perubahan preferensi untuk kondisi kerja dapat memengaruhi kinerja bisnis. Misalnya,
permintaan karyawan untuk upah dan tunjangan yang lebih tinggi dapat mengganggu operasional
perusahaan dan berdampak pada profitabilitas. Risiko unionisasi mengancam akan mengganggu
operasional perusahaan Walmart pada hari yang paling menguntungkan bagi pengecer, Black
Friday. Pemasaran berkelanjutan, kebijakan hubungan tenaga kerja yang efektif, dan ombudsmen
organisasi dapat mengurangi risiko dari perubahan kondisi sosial.

BUSS6189 – Business Sustainability


Kondisi Ekonomi
Keputusan yang sangat penting di mana operasional perusahaan dapat dipengaruhi oleh
kondisi ekonomi yang dapat berubah tergantung pada kebijakan moneter pemerintah dan
hambatan perdagangan seperti pajak impor dan ekspor. Kondisi ekonomi lain yang
mempengaruhi keputusan bisnis seperti cara menentukan harga produk atau apakah akan
melakukan merger atau akuisisi termasuk faktor-faktor seperti kepercayaan konsumen,
kepercayaan antara bisnis, dan ketersediaan dukungan keuangan.

6.5 Strategi Manajemen Risiko dalam Bisnis


Perusahaan dapat mengambil berbagai strategi proaktif untuk mengatasi risiko yang
diidentifikasi. Untuk risiko organisasi yang dihadapi oleh perusahaan konvensional, perusahaan
harus melakukan perencanaan kelangsungan bisnis. Untuk mengurangi kerentanan terhadap
risiko yang tidak dapat dihindari, prinsip-prinsip ketahanan harus direncanakan dalam
perusahaan.
Manajemen risiko melibatkan pengembangan rencana untuk mengatasi berbagai situasi
risiko. Perencanaan kelangsungan bisnis adalah proses mengatasi kemungkinan gangguan dalam
fungsi bisnis.
Ada empat tahapan perencanaan kelangsungan bisnis:
1) melakukan analisis dampak bisnis;
2) mengidentifikasi dan mengimplementasikan proses untuk memulihkan fungsi bisnis yang
kritis;
3) menyiapkan tim inti untuk mengelola gangguan bisnis; dan
4) melakukan latihan dan pelatihan karyawan untuk berbagai risiko untuk mengevaluasi
efektivitas rencana kelangsungan bisnis.

BUSS6189 – Business Sustainability


GAMBAR 2. Elemen Ketahanan
Penjelasan:
Kemampuan Ketahanan / Robustness adalah kemampuan untuk menyerap dan menahan
gangguan.
Kemampuan Respons / Response adalah untuk memobilisasi dengan cepat dalam menghadapi
krisis.
Kemampuan Pemulihan / Recovery untuk mendapatkan kembali tingkat normalitas setelah krisis
atau peristiwa.
Kapabilitas akal/ Resourceful adalah untuk beradaptasi secara fleksibel terhadap krisis.
Redundansi / Redudancy adalah memiliki kelebihan kapasitas dan sistem cadangan di tempat.

BUSS6189 – Business Sustainability


KESIMPULAN

Tren global pertumbuhan populasi, sumber daya air yang berkurang, globalisasi, kemiskinan
yang meluas, ekosistem yang rusak, dan gangguan rantai pasokan semuanya menghadirkan
tantangan sosial, ekonomi, dan lingkungan yang terjalin yang dapat tak terduga dan biaya mahal.
Bencana alam seperti badai, gempa bumi, tsunami, tornado, dan abu yang mengepul dari gunung
berapi yang meletus telah selama beberapa tahun terakhir mengganggu operasi bisnis dan rantai
pasokan global.
Risiko ada di mana-mana, dan harus dikelola agar perusahaan untuk bertahan hidup dan
bertumbuh. Manajemen risiko yang efektif adalah bagian integral dari upaya organisasi dimana
pun untuk berkelanjutan. Pelaku usaha biasanya menolak dan mungkin tidak bersedia menerima
risiko apa pun. Mereka dapat memilih untuk tidak pernah berinvestasi di pasar saham atau
terbang dengan pesawat terbang. Persepsi yang salah, baik dalam bisnis maupun pada tingkat
individu, bahwa upaya berisiko selalu harus dihindari.
Penting untuk diingat bahwa tidak ada perusahaan yang dapat menghindari risiko sepenuhnya,
karena risiko yang dikendalikan adalah bagian dari menjalankan perusahaan di dunia yang tidak
pasti, dan bencana lingkungan —yang disebut tindakan Tuhan —berada di luar kendali manusia.
Implementasi sistem manajemen risiko perusahaan di dalam perusahaan mana pun memastikan
bahwa keputusan manajemen risiko dibuat berdasarkan informasi terbaik yang tersedia, didorong
oleh tujuan bisnis, dan bahwa portofolio risiko keseluruhan bisnis berkelanjutan.

BUSS6189 – Business Sustainability


DAFTAR PUSTAKA
1. Nada R. Sanders and John D. Wood, (2019). Foundations of sustainable business:
Theory, Function, and Strategy. Hoboken, NJ : John Wiley & Sons. 2nd Edition. Wiley.
ISBN : 978-1-119-57755. Chapter 6
2. Xu, Ming; Cui, Yuanyuan; Hu, Meng; Xu, Xinkai; Zhang, Zhechi; Liang, Sai; Qu, Shen
(2019). Supply chain sustainability risk and assessment. Journal of Cleaner Production,
(), S0959652619310236–. doi:10.1016/j.jclepro.2019.03.307

BUSS6189 – Business Sustainability

Anda mungkin juga menyukai