OUTLINE MATERI :
Di saat ini dimana dunia semakin global, terdapat tantangan atau masalah dalam
globalisasi. Keberlanjutan adalah salah satu permasalahan yang vital di seluruh dunia dalam
beberapa dekade terakhir. Konsep berkelanjutan dimulai pada tahun 1987 ketika pembentukan
Komisi Brundtland (Brundtland Commission – Our Common Future). Adapun misi dari Komisi
Brundtland adalah untuk menyatukan negara-negara untuk membuat pembangunan berkelanjutan
bersama- sama. Hal ini adalaha upaya paling awal telah dibuat untuk menghubungkan stabilitas
lingkungan dengan hal-hal dalam pembangunan ekonomi.
Konsep berkelanjutan ini berisi filosofi kesetaraan dan ketergantungan bersama, tidak
hanya generasi mendatang tetapi juga bangsa-bangsa dan masyarakat di bumi. Konsep ini juga
menggabungkan berbagai interdisipliner, partisipasi, pembelajaran, dan adaptasi untuk
pengembangan lingkungan sosial budaya, sosial ekonomi, dan alam, yang sangat penting untuk
kesejahteraan umat manusia dan alam. Untuk memahami konsep dengan lebih baik harus melihat
ke dalam dua karakteristik utama sebagai berikut:
2. Menurut Dow Jones Sustainability Indices (DJSI) : “Pendekatan bisnis yang menciptakan
jangka panjang dengan melibatkan peluang dan mengelola risiko yang berasal dari
perkembangan ekonomi, lingkungan dan sosial."
Meskipun definisi klasik keberlanjutan sangat luas, terdapat dua hal normatif, yaitu: (1)
kegiatan ekonomi harus mendukung kesejahteraan sosial dan melindungi basis sumber daya
alam dan (2) aktivitas ekonomi harus memperhitungkan dampak pada generasi mendatang dan
pengelolaan basis sumber daya alam sehingga produktif untuk penggunaan di masa depan. Bisnis
berkelanjutan menyerukan langkah-langkah keberhasilan bisnis yang mencakup faktor sosial,
ekonomi, dan lingkungan (prinsip keseimbangan) dan pengelolaan sumber daya antar generasi
yang menciptakan nilai dan peluang yang bertahan lama dari satu generasi ke generasi
berikutnya (prinsip kepengurusan).
.
Prinsip Keseimbangan adalah prinsip Prinsip Kepengurusan (Principle of
normatif menyeimbangkan faktor Stewarship) adalah prinsip normatif
sosial, ekonomi, dan lingkungan saat menjaga sumber daya alam pada kualitas
mengambil keputusan bisnis. dan kuantitas yang cukup agar tetap layak
digunakan oleh generasi mendatang.
Sumber: www.thwink.org/sustain/glossary/ThreePillarsOfSustainability.htm
1. Para Ekologis tidak melihat umat manusia sebagai entitas terpisah dari planet ini dan sumber
dayanya, tetapi merupakan bagian dari itu. Motivasi mereka untuk melestarikan planet ini adalah
bahwa alam dan kemanusiaan memiliki nilai yang melekat dan karena itu harus dilindungi.
2. Para Pecinta lingkungan melihat alam atau planet ini terpisah dari umat manusia. Planet ini
ada untuk manusia, mereka melihat planet ini sebagai sesuatu yang harus dilestarikan sehingga
manusia dapat bertahan hidup dan berkembang.
3. Para Ekonom / Economist memahami langkah-langkah tidak berkelanjutan yang timbul dari
budaya yang memperlakukan sumber daya terbatas sebagai sumber pendapatan.
Kegiatan yang dilakukan oleh perusahaan untuk membebankan biaya produksi dan
operasi perusahaan ke sumber daya alam atau populasi dikenal dengan istilah ekternalisasi biaya
bisnis. Kegiatan ini mendorong biaya kerusakan lingkungan ke ekosistem, komunitas, atau
generasi mendatang dan perusahaan mengambil keuntungan dari kegiatan ini dengan
mengorbankan orang lain.
Bisnis berkelanjutan memiliki biaya eksternal ini, menciptakan insentif yang sesuai untuk
menghilangkan limbah dan konsumsi berlebihan serta untuk melindungi karyawan dan
masyarakat sekitar dari risiko yang diciptakan oleh kegiatan perusahaan. Beberapa sektor
industri menyebabkan kerugian bagi lingkungan dan kesehatan masyarakat pada tingkat yang
tinggi untuk keuntungan mereka sendiri. Ini berarti bahwa lebih banyak sumber daya
dihancurkan daripada yang diciptakan oleh aktivitas ekonomi di sektor-sektor ini. Penghancuran
ini berakibat sumber modal alam akan hilang. Perusahaan perlu melakukan inovasi bisnis agar
memastikan perusahaan berkelanjutan.
Upaya dasar bisnis berkelanjutan di semua bidang fungsional adalah untuk
menginternalisasi biaya eksternalitas, yaitu, bagi pihak yang menciptakan risiko untuk
menanggung biaya risiko itu alih-alih memaksanya pada pihak lain. Dalam hal ekonomi,
organisasi berkelanjutan menginternalisasi eksternalitas negatif yang mereka ciptakan.
Dikarenakan karena kesadaran dan kewajiban, atau instruksi dari investor atau peraturan
pemerintah maka industri di seluruh dunia membuat langkah untuk menjadi berkelanjutan.
Berbagai pendorong atau motif untuk melakukan bisnis berkelanjutan termasuk adanya peraturan
pemerintah yang semakin ketat, standar yang dipromosikan oleh industri dan Lembaga Sosial
Masyarakat (LSM), kampanye kepentingan publik dan advokasi konsumen, berbagai litigasi,
Masalah utama dengan bisnis berkelanjutan selama beberapa dekade terakhir terletak pada
beberapa masalah: (1) berkelanjutan bersifat peripheral/ tambahan kegiatan dari bisnis inti
perusahaan; (2) berjalan secara bertahap; dan (3) tidak ekonomis sesuai dengan struktur insentif
yang ada. Bentuk dari bisnis berkelanjutan yaitu:
Stage 1: Profit
Motif laba merupakan hal paling mendasar yang mendorong tingkat bisnis berkelanjutan. Pada
tingkat ini, bisnis mengejar keberlanjutan sebagai strategi defensif untuk melindungi
keuntungan; keberlanjutan diupayakan secara terbatas, dan bahkan kemudian, hanya ketika
melakukannya akan meningkatkan nilai bagi pemegang saham. Misalnya, investasi ad hoc ke
dalam kontrol polusi dipahami sebagai sarana untuk menangkis penundaan peraturan atau denda
pelanggaran, bukan sebagai sarana untuk melindungi lingkungan. Inisiatif seperti mengurangi
penggunaan listrik dilakukan sebagai metode untuk mengurangi biaya operasi — bukan sebagai
sarana untuk mengurangi dampak perusahaan pada perubahan iklim. Dengan kata lain, jika
bukan karena ancaman sanksi, atau janji keuntungan finansial, maka investasi berkelanjutan
tidak akan dilakukan untuk bisnis di tingkat pertama ini.
Stage 2: Philantrophy / Kegiatan mulia/ Kemanusiaan
Keinginan untuk mempromosikan filantropi melalui acara amal dan kolaborasi dengan organisasi
nirlaba pada berbagai proyek mencirikan bisnis pada tingkat keberlanjutan tahap kedua.
Filantropi perusahaan bertanggung jawab untuk mengalokasikan sumber daya secara efisien dan
strategis untuk mendukung tujuan mulia di seluruh dunia serta bertanggung jawab pada
Konsep bisnis berkelanjutan merupakan tanggung jawab seluruh pihak, bukan hanya
terletak pada pemerintah untuk kesejahteraan lingkungan dan masyarakat. Sejak tahun 1980-an,
konsep dan tingkat tanggung jawab bisnis berkelanjutan terus berevolusi untuk mengatasi
masalah baru dan peran yang lebih besar. Pada tabel 1.3. menggambarkan evolusi sikap
terhadap konsep bisnis keberlanjutan pada perusahaan yang dimulai dari tingkat kepatuhan
hingga terintegrasi ke strategi perusahaan yang kemudian mengubah model bisnis dan pasarnya.
Bavarian Motor Works Auto Group (BMW Group) adalah perusahaan manufaktur mobil, sepeda
motor, dan mesin. Perusahaan menerbitkan Laporan Nilai Keberlanjutan setiap 2 tahun untuk
menginformasikan pemangku kepentingannya secara transparan tentang strategi keberlanjutan
perusahaan dan bagaimana perusahaan memasukkannya di masa mendatang. Selama 6 tahun
OUTLINE MATERI :
2. Perspektif Sosial
3. Perspektif Ekonomi
4. Perspektif Lingkungan
LECTURE NOTE WEEK 2
2.1. Pendahuluan: Perspektif tentang Keberlanjutan
Istilah keberlanjutan seolah-olah dapat ditemukan di bidang manapun saat ini, termasuk
di laporan tahunan perusahaan, di dalam kebijakan pemerintah, dalam pernyataan visi misi
organisasi hingga dalam pidato para pemimpin nasional. Istilah kebelanjutan ini mesti digunakan
dengan hati-hati dikarenakan perlu dipahami bagaimana konsep keberlanjutan ini digunakan, oleh
siapa dan untuk tujuan apa. Oleh sebab itu, istilah keberlanjutan berarti hal yang berbeda bagi
orang yang berbeda.
Keberlanjutan, pemikiran berkelanjutan, dan pengembangan berkelanjutan saat ini
dijelaskan secara berbeda. Dalam laporan yang diterbitkan oleh Komisi Dunia PBB tentang
Lingkungan dan Pembangunan pada tahun 1987 "Common Future", pembangunan berkelanjutan
didefinisikan sebagai "pembangunan yang memenuhi kebutuhan masa kini tanpa mengorbankan
kemampuan generasi mendatang untuk memenuhi kebutuhan mereka sendiri". Keberlanjutan
adalah konsep yang sangat terintegrasi, di mana semua elemen saling terkait. Keberlanjutan tidak
terbatas pada masalah lingkungan dan ekologis, meskipun, jelas itu penting, tetapi juga dengan
isu-isu yang terkait dengan pembangunan sosial, ekonomi, dan budaya.
Kahn (1995) melaporkan paradigma pembangunan berkelanjutan sesuai Agenda 21 dan
mengidentifikasi tiga atribut utama, yaitu keberlanjutan ekonomi, keberlanjutan lingkungan dan
keberlanjutan sosial (Tabel 1). Keberlanjutan ekonomi mencakup kriteria pertumbuhan,
perkembangan, dan produktivitas yang mengarah pada pembangunan konvensional. Ini berfokus
pada ketentuan input fisik ke dalam sistem produksi (Goodland 1995). Kelestarian lingkungan
mencakup kriteria terkait layanan ekosistem dan menganggap bahwa modal alam harus
dikonsiliasi untuk menjaga pendapatan ekonomi dengan mengurangi laju ekstraksi sumber daya.
Keberlanjutan sosial mencakup berbagai kriteria yang membutuhkan konservasi lingkungan
melalui pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan. Salah satu tujuan utama keberlanjutan sosial
adalah pengurangan kemiskinan. Kesejahteraan masyarakat dan cara masyarakat memanfaatkan
sumber daya alam yang saling terkait dan dapat dijelaskan menggunakan model konseptual.
Pada sub-topik ini memberikan wawasan tentang dimensi sosial keberlanjutan, mulai dari
bagaimana sistem manusia dan lingkungan saling diperlukan, hingga cara-cara dimana
masyarakat mengatur diri melalui hukum dan etika, hingga kompleksitas interaksi manusia.
Teori pemangku kepentingan menunjukkan bahwa bisnis dapat berhasil hanya jika
mereka menciptakan nilai bagi pelanggan, pemasok, karyawan, komunitas, dan pemodal. Teori
ini menyatakan bahwa manajer harus menemukan cara untuk menyelaraskan kegiatan
perusahaan dengan memaksimalkan kepentingan semua pemangku kepentingan. Menurut teori
pemangku kepentingan bahwa kesalahan yang sering terjadi dimana manajer hanya berfokus
pada kepentingan pemodal dalam keputusan bisnis strategis tanpa memperhatikan kepentingan
pemangku kepentingan lainnya sehingga sumber nilai lainnya akan hangus, dan menimbulkan
biaya. Lihat tabel 2. Dengan memenuhi harapan pelanggan, membentuk hubungan kolaboratif
yang saling menguntungkan dengan pemasok, mendorong pengembangan karyawan, dan
memberikan kembali kepada masyarakat, maka perusahaan akan lebih mungkin untuk
mewujudkan keuntungan jangka panjang, sehingga membuktikan nilai mereka kepada pemodal.
Tabel 2. Dampak Pengabaian Pemangku Kepentingan
Pada sub-topik ini mencakup peluang dan tantangan yang ditimbulkan oleh globalisasi
ekonomi; peran perhitungan modal alam dalam pemanfaatan lahan yang berkelanjutan; dan
perspektif dalam teknik berkelanjutan, seperti ekologi industri.
2.3.1. Globalisasi
Istilah globalisasi berasal pada tahun 1980-an dan memiliki konotasi yang
berbeda tergantung pada penggunaan dan konteks. Istilah ini sering digunakan sebagai
sinonim untuk dominasi yang berkembang dari bentuk-bentuk barat (westernisasi)
kehidupan politik, ekonomi, dan budaya atau penyebaran teknologi informasi baru (revolusi
Internet); atau gagasan bahwa kemanusiaan menjadi komunitas terpadu dimana penyebab
Industri popok menghasilkan 3,5 juta ton sampah yang diarahkan ke tempat pembuangan sampah
setiap tahunnya. Industri ini menempati peringkat sebagai salah satu penyumbang sampah teratas
dibandingkan industri yang lainnya. Di Amerika Serikat, rata-rata anak menggunakan sekitar
7.500 popok sekali pakai sebelum "terlatih menggunakan toilet." Pada tahun 2022, ukuran pasar
popok akan menjadi $ 67,5 miliar. Saat ini, produsen popok membuat produk yang dibuat untuk
memiliki satu penggunaan
(disposable use) dan kemudian
dibuang di tempat pembuangan
sampah. Popok itu sendiri terdiri
dari berbagai plastik yang
diperkirakan membutuhkan waktu
ratusan tahun untuk biodegradasi.
Perusahaan Start-up gDiapers yang berbasis di Oregon bekerja untuk memperpanjang siklus
hidup produk. Sebuah perusahaan bersertifikat B yang didirikan oleh Kim dan Jason Graham-
Nye ketika mereka memiliki bayi, tujuan mereka adalah untuk menciptakan produk yang
menghormati manusia dan bumi menggunakan sistem
produksi popok yang cradle-to-cradle (tidak menghasilkan
limbah). Popok "celana" terbuat dari kapas yang dapat
dicuci, dan dilapisi dengan bahan kompos 100%, termasuk
selulosa, bubur bulu, dan biofilm jagung non-GMO (non-
genetically modified organisms).
Terakhir, untuk menghubungkan proses ekosistem yang berfungsi dengan struktur dan
pengoperasian sistem sosial, ekonomi, lingkungan, sosial, teknologi dan perspektif sistem
keberlanjutan ditinjau dan dibahas. Hal ini disimpulkan bahwa pencapaian pembangunan
berkelanjutan membutuhkan pendekatan holistic yang memastikan operasi terkoordinasi di
antara berbagai perspektif.
2. Surampalli, R. Y., Zhang, T. C., Goyal, M. K., Brar, S. K., & Tyagi, R. D.
(2020). Sustainability: Fundamentals and applications. John Wiley & Sons. ISBN: 978-
1-119-43403-0. Part 1
3. Bormane, S., Šķiltere, D., & Batraga, A. (2017). Sustainability: economic, environmental
and public issues. Marketing possibilities. Regional Formation and Development
Studies, 23(3), 21-35.
4. Kahn, M. (1995). Concepts, definitions, and key issues in sustainable development: the
outlook for the future. Proceedings of the 1995 International Sustainable Development
Research Conference, Manchester, UK (March 27–28, 1995).
5. Littlejohn, A.H. and Cameron, S. (1999). Supporting strategic cultural change: The
Strathclyde Learning Technology initiative as a model. Association of Learning
Technologies Journal 7 (3): 64–75
OUTLINE MATERI :
Pada tahun 2008, terjadi krisis keuangan global. Perusahaan produk konsumen Unilever
mesti melakukan pemotongan biaya, restrukturisasi, penjualan aset, dan akuisisi. Paul Polman
menjadi Chief Executive Officer Unilever pada tahun 2009, dan praktis menekan tombol reset. .
Dengan berfokus pada keberlanjutan, perusahaan akan terhubung kembali dengan konsumen
dengan membuktikan bahwa mereka dapat membantu memecahkan masalah kehidupan nyata,
bukan hanya menjual barang. Pendekatan solusi berkelanjutan untuk merancang produk
perawatan pribadi dan perlengkapan kebersihan rumah tangga berguna dalam menembus pasar
negara berkembang di Asia dan Afrika di mana pendapatan konsumen dan persediaan air
terbatas. Solusi Berkelanjutan diarikan dengan menyediakan barang dan jasa yang membantu
menyelesaikan masalah kehidupan nyata, terutama di pangsa pasar negara berkembang di mana
pendapatan dan sumber daya konsumen terbatas.
Menurut Organisasi Kesehatan Dunia, sekitar 1,8 juta orang meninggal setiap tahun
karena penyakit yang disebabkan oleh kuman di air. Untuk menyediakan air minum yang aman
bagi mereka yang berada dalam kemiskinan, Unilever meluncurkan Pureit, pembersih air di
rumah yang terjangkau yang menghilangkan bakteri, parasit, virus, dan
polutan air lainnya. Unilever telah menjual 10 juta unit Pureit masing-
masing seharga $ 40, sebagian besar di India. Meskipun demikian, Pureit
tidak menguntungkan, dan perusahaan tidak berharap untuk break-event-
point (BEP), meskipun proyeksi pertumbuhan di masa depan di Asia,
Afrika, dan Amerika Latin. Meskipun CEO Polman mengklaim, "Kami
ingin menjadikannya bisnis miliaran euro," dia tidak fokus pada margin
keuntungan Pureit. "Saya tidak melihatnya sebagai P&L (Profit & Loss).
Saya melihatnya sebagai menciptakan fungsi produk kepada masyarakat”.
Konsep keberlanjutan juga mendorong inovasi produk di Unilever. Di daerah di mana persediaan
air sangat langka, melakukan bisnis binatu (laundry) mungkin berarti memiliki lebih sedikit air
untuk diminum. Unilever sedang meneliti deterjen binatu yang dapat digunakan pada suhu air
apa pun dengan sedikit air sambil membersihkan pakaian secara efektif. Bahkan di pasar negara-
Sumber : Buku Foundations of sustainable business: Theory, Function, and Strategy. Halaman 71
Gambar 1. Profil Pemimpin yang Berkelanjutan
Sumber : Buku Foundations of sustainable business: Theory, Function, and Strategy. Halaman 71
Gambar 2. Konteks Lingkungan Kepemimpinan Bisnis
Sumber : Buku Foundations of sustainable business: Theory, Function, and Strategy. Halaman 71
Gambar 3. Tindakan yang Diambil oleh Kepemimpinan Berkelanjutan
Terlepas dari keragaman gaya kepemimpinan, Bob Langert (Editor at Large di GreenBiz
dan mantan Wakil Presiden Bidang Keberlanjutan di McDonald's) telah mengamati delapan sifat
karakter umum di antara para pemimpin keberlanjutan: keberanian, keyakinan, kepandaian,
berbeda pendapat, kolaborasi, keceriaan, karisma, dan kerendahan hati. Orang-orang dan posisi
yang diberikan kekuasaan dan kontrol atas kegiatan perusahaan jelas memiliki peran besar untuk
berperan dalam keberlanjutan karena pengaruh yang dapat mereka gunakan untuk pengambilan
keputusan perusahaan. Pengaruh seorang pemimpin dapat digunakan untuk memastikan
keputusan dibuat secara transparan, dapat dipertanggungjawabkan, dan konsisten dengan etika
pada tingkat kebijakan. Pemimpin juga dapat mengeluarkan potensi terbaik pada sumber daya
manusia yang dimiliki perusahaan.
Meskipun pemimpin perusahaan berkelanjutan berasal dari berbagai latar belakang,
mereka cenderung "menunjukkan pola lima tahap yang dapat diprediksi dalam upaya mereka
untuk menggabungkan praktik dan kebijakan keberlanjutan. Pada Tabel 1 di bawah ini,
pemimpin melewati lima tahap ini dimulai dari memperluas kesadaran, terlibat dalam
eksperimen, membangun pemikiran sistem yang luas, memastikan komitmen sumber daya, dan
menginspirasi bisnis dalam rantai pasokan untuk melakukan hal yang sama, para pemimpin
dapat mengintegrasikan keberlanjutan ke perusahaan mereka dan seterusnya.
Tabel 1. Lima Tahapan Menjadi Pemimpin Berkelanjutan
Sumber : Buku Foundations of sustainable business: Theory, Function, and Strategy. Halaman 78
Gambar 4. Tiga Proses Manajemen Perubahan
Unfreeze Langkah 1 dalam proses manajemen perubahan klasik ketika manajer memberi tahu
karyawan bahwa status quo tidak lagi berkelanjutan dan perubahan perlu diperlukan.
Change Langkah 2 dalam proses manajemen perubahan klasik yang melibatkan komunikasi
melalui berbagai media dalam organisasi—pelatihan karyawan, rapat, dan jenisnya—untuk
memperkuat strategi keberlanjutan baru.
Refreeze Langkah 3 dalam proses manajemen perubahan klasik dimana perilaku dan sikap baru
terhadap strategi keberlanjutan organisasi diadopsi dalam organisasi.
Manajemen perubahan memandu transformasi perusahaan tradisional menjadi
perusahaan yang berkelanjutan. Agar perubahan ini dapat bertahan, karyawan harus dilibatkan
dalam prosesnya. Keberlanjutan perlu menjadi bagian dari strategi perekrutan yang sedang
berlangsung untuk memastikan karyawan terlibat dalam strategi perusahaan dan berkomitmen
untuk melaksankan.
3.3.1. Kewirausahaan dan Inovasi
Kewirausahaan adalah kegiatan mengambil peluang dan menggabungkan sumber
daya yang terbatas untuk menciptakan nilai dan pengembalian yang aman dengan cara
baru, yang disebabkan oleh keterbatasan sumber daya dan fleksibilitas pengambilan
keputusan dengan memberikan solusi atas masalah yang terjadi. Wirausahawan biasanya
termotivasi oleh mengejar peluang, penerapan kerangka kerja, asal usul ide bisnis baru,
terjemahan ide-ide baru menjadi model bisnis yang menarik bagi investor, dan difusi
inovasi.
Eko-kewirausahaan mencirikan inovasi yang melibatkan peningkatan efisiensi
sumber daya, dampak lingkungan, memenuhi kebutuhan masyarakat yang tidak
terpenuhi, dan mengubah sampah menjadi aset berharga. Eko-wirausahawan mencari
solusi untuk tantangan lingkungan dan sosial dengan menggunakan perspektif kreatif
untuk mengembangkan produk dan layanan baru.
Inovasi adalah investasi sumber daya oleh perusahaan ke dalam penelitian dan
pengembangan (R&D) yang menghasilkan perbaikan pada kegiatan saat ini. Perubahan
demi perubahan tidak baik bagi siapa pun. Jenis perubahan yang dicari pemimpin adalah
inovasi — yaitu modifikasi pada cara hal-hal yang dilakukan yang menghasilkan manfaat
yang lebih besar, dan menghindari biaya yang timbul oleh cara lama.
Terdapat empat jenis inovasi yaitu : produk, proses, pemasaran, dan inovasi
organisasi.
Inovasi produk adalah pengembangan barang atau jasa baru atau yang
ditingkatkan secara signifikan melalui peningkatan spesifikasi teknis, bahan, perangkat
lunak, keramahan penggunaan, atau karakteristik fungsional lainnya.
Inovasi proses adalah metode produksi atau pengiriman baru atau yang
ditingkatkan secara signifikan, termasuk teknik produksi yang dimodifikasi atau peralatan
manufaktur.
Inovasi pemasaran adalah pengembangan praktik pemasaran baru berdasarkan
peningkatan signifikan pada desain produk, pengemasan, penempatan produk, materi
promosi, atau harga.
Inovasi organisasi adalah penerapan metode baru praktik bisnis, struktur tempat
kerja, atau hubungan eksternal. Inisiatif keberlanjutan dapat merangsang kemajuan di
sepanjang keempat dimensi inovasi.
Menurut Organisasi untuk Kerjasama Ekonomi dan Pembangunan, eko-inovasi
adalah perubahan inkremental atau radikal dari proses dan tanggung jawab perusahaan,
yang mengurangi dampak lingkungan dan mendukung pembelajaran organisasi, dan
melampaui produk, proses, pemasaran, dan inovasi organisasi dengan melibatkan struktur
sosial dan kelembagaan. Eko-kewirausahaan dan eko-inovasi didorong oleh pengurangan
biaya, mendapatkan pasar baru, menarik investor, dan tetap kompetitif. Namun, ada
banyak pendorong independen lainnya dari inovasi berkelanjutan. Ini termasuk
memenuhi tuntutan konsumen yang merupakan penyebab motivasi, memenuhi kewajiban
etis, meningkatkan hubungan antara pembeli dan pemasok, dan membangun legitimasi
dan lisensi untuk beroperasi dengan pemangku kepentingan utama seperti LSM dan pihak
pemerintah.
3.3.2. Mengembangkan Strategi Bisnis yang Berkelanjutan
Pada dasarnya ada empat strategi bisnis tradisional untuk keunggulan kompetitif
yakni: (1) kepemimpinan biaya, (2) diferensiasi, (3) fokus, dan (4) kombinasi diferensiasi
dan kepemimpinan biaya. Bagian ini akan menunjukkan bagaimana strategi ini dapat
diterapkan untuk mengejar keberlanjutan untuk membawa keunggulan kompetitif. Selain
strategi-strategi diatas, juga akan terdapat dua strategi tambahan yaitu (5) minimizer dan
(6) transformator—yang unik bagi organisasi berkelanjutan.
Strategi kepemimpinan biaya melibatkan peningkatan margin laba dengan
mempertahankan biaya keuangan pada tingkat yang lebih rendah dari biaya pesaing
sambil mempertahankan tingkat harga dan kualitas yang sebanding. Biaya keuangan yang
lebih rendah dapat dicapai melalui peningkatan efisiensi dalam produksi, distribusi, dan
berbagai jalan lainnya. Jika penghematan ini diteruskan kepada konsumen melalui harga
yang lebih rendah, pemimpin biaya dapat meningkatkan pangsa pasar dan mendapatkan
pengurangan biaya operasi yang lebih besar melalui peningkatan skala ekonomi.
Perusahaan dapat menggunakan strategi kepemimpinan biaya untuk mendapatkan
manfaat dari keberlanjutan dengan berinovasi operasi untuk mengurangi limbah,
meningkatkan efisiensi sumber daya proses produksi, dan merancang produk yang
menggunakan lebih sedikit material.
Strategi diferensiasi melibatkan menawarkan produk atau layanan khusus yang
pembelinya bersedia membayar. Fitur yang membuat produk atau layanan yang
berkelanjutan unik dapat berkualitas tinggi, desain kreatif, kemampuan teknis tambahan,
dampak sosial produksi, keramahan lingkungan, peningkatan daya tahan, umur panjang
produk, dan sebagainya. Beberapa segmen konsumen bersedia membayar lebih untuk
produk dan layanan berkelanjutan. Perusahaan komestik atau kecantikan dijual dengan
harga tinggi namun merupakan produk yang ramah lingkungan dan menawarkan fitur
unik bebas racun dan berkualitas tinggi.
Strategi fokus melibatkan pemilihan ceruk kecil di wilayah geografis, segmen
konsumen, atau produk atau layanan khusus. Fokus adalah strategi yang sangat berguna
untuk usaha kecil dan menengah (UKM) karena bagi perusahaan-perusahaan ini lebih
mudah untuk menargetkan pangsa pasar lokal daripada bersaing di pasar internasional
atau nasional.
Strategi kepemimpinan biaya dan diferensiasi berarti menawarkan portofolio
umum produk yang rata-rata lebih rendah daripada pesaing, sambil juga menawarkan lini
produk yang berbeda. Misalnya, KIA menawarkan armada kendaraan yang bersaing
dengan harga produsen mobil lain dengan menjaga biaya operasi mereka rendah
(kepemimpinan biaya), sementara juga menawarkan versi hibrida dari Kia Optima yang
beberapa ribu dolar lebih mahal daripada Optima reguler karena peringkat efisiensi bahan
bakar yang canggih (diferensiasi).
Strategi minimizer berarti menawarkan produk dan layanan dengan metode
mengurangi biaya di seluruh pilar keberlanjutan tiga-bottom-line yaitu pilar keuangan,
lingkungan, dan sosial. Dengan mengurangi biaya internal keuangan dan biaya eksternal
sosial dan lingkungan, maka dapat meningkatkan margin
keuntungan tanpa menaikan harga produk dan layanan
sambil melakukan niat baik di dalam masyarakat dan
lingkungan. Misalnya, pada tahun 2017, Mountain
Equipment Co-op, koperasi konsumen yang berbasis di
Kanada yang menjual peralatan dan pakaian rekreasi outdoor, mengalihkan 94%
limbahnya dari tempat pembuangan sampah dengan mendaur ulang, menyusun, atau
menyumbangkan produk limbah, sehingga meminimalkan dampak lingkungannya dan
meningkatkan efisiensi operasionalnya sambil mempertahankan harga yang kompetitif
bagi konsumennya.
Strategi transformator memanfaatkan sumber daya yang dibuang atau dinilai
rendah (limbah, polusi) dengan menukarkannya menjadi barang yang diinginkan melalui
program daur ulang, perbaikan, atau repurposing. Office Max, Samsung, Epson, Brother,
Hewlett-Packard, dan Staples semuanya mempromosikan program daur ulang dan take-
back untuk tinta printer dan kartrid toner, yang mengambil produk limbah yang tidak
aman untuk pembuangan domestik dan menebusnya mengganti dengan produk baru.
Selanjutnya, perusahaan dapat membuat
transformasi limbah menjadi pusat model
bisnis mereka. Misalnya, beberapa
perusahaan mendaur ulang ban karet yang
dibuang ke matras, selang, perlengkapan
kantor, dan beton aspal karet untuk
permukaan jalan.
OUTLINE MATERI :
Untuk mendefinisikan kemajuan sebuah bangsa dalam hal keberlanjutan, semua parameter
seperti evolusi, distribusi geografis, komposisi disipliner dan kolaborasi dan dampak individu
dan gabungan mereka terhadap lingkungan, pilar sosial dan ekonomi perlu dipelajari.
Untuk mencapai keberlanjutan, ada persyaratan untuk sistem komunal dengan kesetaraan dan
pemahaman hubungan untuk memberikan jalan keluar bagi tekanan yang timbul dari
ketidakharmonisan di masyarakat; sistem produksi yang dapat melestarikan sumber daya alam
dan lingkungan.
Metrik keberlanjutan berbasis siklus hidup adalah salah satu alat tersebut dalam sistem
pengetahuan yang menghasilkan dalam profil lingkungan sumber daya, mengukur kinerja
lingkungan untuk setiap tahap material dari kehidupannya masing-masing. Metrik dan indikator
siklus hidup akan terus berlanjut ke berevolusi dalam beberapa dekade ke depan dan, dalam
proses ini, akan memberikan makna yang lebih tepat untuk keberlanjutan.
OUTLINE MATERI :
Sumber : Buku Foundations of sustainable business: Theory, Function, and Strategy. Halaman 166
Gambar 1. Kontinum Manajemen Risiko Perusahaan
Penjelasan:
Elemen 1 : Lingkungan Internal
Lingkungan internal perusahaan yang bertujuan ke arah manajemen risiko adalah budaya
organisasi, prinsip dan nilai-nilai etika yang mendefinisikan karakter organisasi, bagaimana
pemimpin bertanggung jawab atas risiko, dan sejauh mana pemimpin perusahaan menginginkan
risiko.
Elemen 2: Pengaturan Objektif/ Tujuan
Tidak mungkin untuk mengetahui apakah peristiwa atau tindakan tertentu akan
menciptakan risiko terhadap tujuan perusahaan kecuali tujuan tersebut telah ditetapkan. Untuk
itu, pengaturan objektif harus dilakukan sebelum penilaian risiko dan manajemen risiko. Apa
Tren global pertumbuhan populasi, sumber daya air yang berkurang, globalisasi, kemiskinan
yang meluas, ekosistem yang rusak, dan gangguan rantai pasokan semuanya menghadirkan
tantangan sosial, ekonomi, dan lingkungan yang terjalin yang dapat tak terduga dan biaya mahal.
Bencana alam seperti badai, gempa bumi, tsunami, tornado, dan abu yang mengepul dari gunung
berapi yang meletus telah selama beberapa tahun terakhir mengganggu operasi bisnis dan rantai
pasokan global.
Risiko ada di mana-mana, dan harus dikelola agar perusahaan untuk bertahan hidup dan
bertumbuh. Manajemen risiko yang efektif adalah bagian integral dari upaya organisasi dimana
pun untuk berkelanjutan. Pelaku usaha biasanya menolak dan mungkin tidak bersedia menerima
risiko apa pun. Mereka dapat memilih untuk tidak pernah berinvestasi di pasar saham atau
terbang dengan pesawat terbang. Persepsi yang salah, baik dalam bisnis maupun pada tingkat
individu, bahwa upaya berisiko selalu harus dihindari.
Penting untuk diingat bahwa tidak ada perusahaan yang dapat menghindari risiko sepenuhnya,
karena risiko yang dikendalikan adalah bagian dari menjalankan perusahaan di dunia yang tidak
pasti, dan bencana lingkungan —yang disebut tindakan Tuhan —berada di luar kendali manusia.
Implementasi sistem manajemen risiko perusahaan di dalam perusahaan mana pun memastikan
bahwa keputusan manajemen risiko dibuat berdasarkan informasi terbaik yang tersedia, didorong
oleh tujuan bisnis, dan bahwa portofolio risiko keseluruhan bisnis berkelanjutan.