ARTIKEL ILMIAH
DISUSUN OLEH:
E1A018139
ARTIKEL ILMIAH
ABSTRAK
Perkawinan adalah cara yang sah untuk memenuhi kebutuhan
mengembangkan keturunan dengan tujuan membentuk keluarga yang bahagia dan
kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa. Untuk mewujudkan perkawinan
tersebut maka suatu perkawinan harus memenuhi syarat dan rukun perkawinan.
Namun pada kenyataannya sering terjadi mempelai itu sendirilah yang membuat
rukun dan syarat perkawinan tidak terpenuhi sehingga perkawinan tersebut
dibatalkan. Seperti salah satunya Perkara Putusan Pengadilan Agama Purworejo,
dimana pemohon mengajukan pembatalan perkawinan dikarenakan pemohon
merasa ditipu oleh termohon yang ternyata sudah mengandung anak dari lelaki lain
disaat usia pernikahan mereka masih menginjak 7 hari sehingga pada akhirnya oleh
majelis hakim perkawinannya diputus dengan pembatalan perkawinan.
Researcher :
Hanan Salsabila Zayn
E1A018139
ABSTRACT
Marriage is a legal way to fulfill the need to develop offspring with the aim
of forming a happy and eternal family based on God Almighty. To realize the
marriage, a marriage must meet the requirements and pillars of marriage. But in
reality, it is often the bride and groom themselves that make the pillars and
conditions of marriage not fulfilled so that the marriage is annulled. One of them is
the Purworejo Religious Court Decision Case, where the applicant filed for
marriage annulment because the applicant felt cheated by the respondent who
turned out to be pregnant with another man's child when their marriage was still 7
days old so that in the end the panel of judges decided the marriage was an
annulment.
The formulation of the problem in this study is how the judge's legal basis
for annul the marriage because the wife is pregnant against the decision of the
Purworejo Religious Court Number 1166/Pdt.G/2020/PA.Pwr. This research data
comes from secondary data in the form of court decisions, literature in the form of
books, journals relevant to this research and legislation. method of data collection
is done by literature study. The analytical method used in this research is qualitative
analysis.
Based on the results of the research and data analysis, it can be concluded
that the panel of judges in annulling the marriage in the decision of the Purworejo
Religious Court Number 1166/Pdt.G/2020/PA.Pwr was considering article 27 (2)
of Law Number 1 of 1974 Jo. Article 72 (2) Compilation of Islamic Law. According
to the researcher, to strengthen the determination of the annulment of marriage in
this case, the judge should also include Article 27 Paragraph (3) of the Compilation
of Islamic Law.
A. Pendahuluan
1. Latar Belakang
Manusia merupakan mahluk ciptaan Tuhan yang mempunyai berbagai
macam kebutuhan dalam hidupnya dan setiap manusia tentu menginginkan
pemenuhan kebutuhannya secara tepat untuk dapat hidup sebagai manusia yang
sempurna, baik secara individu maupun sebagai bagian dari masyarakat. Menurut
Islam, cara yang sah untuk mengembangkan keturunan adalah melalui pernikahan.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka rumusan masalah yang dapat
diambil adalah:
Bagaimana dasar pertimbangan hukum Hakim dalam mengabulkan Permohonan
Pembatalan Perkawinan karena istri sudah hamil (Tinjauan Yuridis Penetapan
Pengadilan Agama Purworejo Nomor 1166/Pdt.G/2020/ PA.Pwr)?
C. Metode Penelitian
1. Tipe Penelitian : Normatif
2. Spesifikasi Penelitian : Perskriptif Analitis
3. Lokasi Penelitian : UPT Perpustakaan Universitas
4
2. Petitum
2.1 Primer
a. Menerima dan mengabulkan Permohonan Pembatalan Nikah Pemohon untuk
seluruhnya
b. Menetapkan, Membatalkan Perkawinan dan atau Pernikahan antara Pemohon
dengan Termohon yang telah dilangsungkan di Kantor Urusan Agama Kecamatan
xxxxx Kabupaten Purworejo pada Senin Tanggal 15 Juni 2020;
c. Menyatakan Akta Nikah dan Kutipan Akta Nikah Nomor 143/30/VI/2020
tanggal 15 Juni 2020 yang dikeluarkan oleh Kantor Urusan Agama Kecamatan
xxxxx Kabupaten Purworejo tidak berkekuatan hukum
d. Membebankan seluruh biaya perkara ini menurut hukum
2.2 Subsidair
Atau memohon yang seadil-adilnya
5
3. Duduk Perkara
3.1. Bahwa Pemohon dan Termohon telah melangsungkan pernikahan
secara sah menurut hukum negara maupun sesuai dengan hukum agama
Islam pada hari Senin tanggal 15 Juni 2020 bertepatan dengan tanggal 24
Syawwal 1441 H di depan Petugas Pencatatan Pernikahan Kantor Urusan
Agama (KUA) Kecamatan (disamarkan), Kabupaten Purworejo
sebagaimana tercantum dalam Kutipan Akta Nikah Nomor: 143/30/VI/2020
tertanggal 15 Juni 2020;
3.2. Bahwa setelah pernikahan Pemohon mengajak Termohon untuk
melakukan hubungan suami istri, namun Termohon menolak dengan alasan
sedang datang bulan. Setelah 2 (dua) hari pernikahan Pemohon dan
Termohon melakukan hubungan layaknya pasangan suami istri (ba’da
dhukul), karena kurangnya pengetahuan Pemohon dan pada dasarnya
Pemohon belum pernah pacaran/berhubungan menjalin asmara dengan
wanita manapun dan tidak mengetahui bahwa Termohon telah mengandung
selama kurang lebih 7 (tujuh) bulan, dan ketika Pemohon menanyakan
perihal pernahkah Termohon melakukan hubungan layaknya suami istri
sebelum menikah?, namun Termohon tidak kunjung menjawab dan malah
menangis
3.3. Bahwa setelah seminggu (7 hari) pernikahan Pemohon dengan
Termohon berjalan, barulah Termohon mengakui bahwa Termohon sudah
pernah melakukan hubungan layaknya suami istri dengan mantan pacarnya
dan pada saat sekarang sedang mengandung anak mantan kekasihnya.
Pengakuan Termohon sontak membuat shock Pemohon yang pada awalnya
tidak mengetahui tentang hal tersebut dan pengakuan dari Termohon
kandungan yang ada diperutnya bukan anak dari Pemohon melainkan dari
laki-laki lain yang dulunya menjadi kekasih Termohon
3.4. Bahwa sebelumnya, Pemohon kenal dengan Termohon baru sekitar 2
(dua) bulan sebelum pernikahan dan tidak mengetahui kondisi daripada
Termohon yang sudah mengandung anak dari laki-laki lain yaitu mantan
kekasih Termohon dan setelah 2 (dua) bulan Pernikahan Pemohon dan
6
1
M. Yahya Harahap, Hukum Perkawinan Nasional CV Zahir Trading CO, Medan,
1975,hal . 37-38
13
bahwa pemohon dan termohon sama-sama beragama islam dan berdasarkan data
nomor 3.1 keduanya telah melangsungkan pernikahannya secara islam, maka pihak
pemohon mengajukan permohonan pembatalan perkawinan ke Pengadilan Agama
Purworejo. Jika dikaitkan dengan data nomor 5.1 tentang pertimbangan hukum
hakim yang menyebutkan bahwa Perkawinan Pemohon dan Termohon
dilaksanakan di wilayah Hukum Pengadilan Agama Purworejo, sehingga dapat
disimpulkan bahwa Pengadilan Agama Purworejo memiliki kewenangan untuk
menyelesaikan perkara ini sesuai dengan ketentuan Pasal 25 Undang-Undang
Nomor 1 Tahun 1974 Jo. 37 ayat (1) Peraturan Pemerintah Nomor 9 Tahun 1975
Jo. Pasal 74 Kompilasi Hukum Islam.
Perkawinan yang tidak memenuhi syarat maka dapat dibatalkan
berdasarkan Pasal 22 sampai Pasal 28 Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974.
Menurut Pasal 26 dan Pasal 27 Undang – Undang No 1 Tahun 1974 dijelaskan
bahwa alasan – alasan pembatalan perkawinan yaitu :
1. Perkawinan yang dilangsungkan di hadapan pegawai pencatat perkawinan yang
tidak berwenang.
2. Wali nikah yang melakukan perkawinan itu tidak sah
3. Perkawinan dilangsungkan tanpa dihadiri oleh 2 (dua) orang saksi
4. Perkawinan dilangsungkan di bawah ancaman yang melanggar hukum
5. Ketika perkawinan berlangsung terjadi salah sangka mengenai diri suami
atau istri.
Menurut Pasal 27 ayat 2 Undang-Undang Perkawinan No 1 Tahun 1974 :
“Seorang suami atau isteri dapat mengajukan permohonan pembatalan perkawinan
apabila pada waktu berlangsungnya perkawinan terjadi salah sangka mengenai diri
suami atau isteri”
2
H.Zaeni Asyahdie dkk, Hukum Keluarga Menurut Hukum Positif di Indonesia, Raja
grafindo Persada , Depok, 2020,.hlm 143.
16
dengan data nomor 4.2.1 huruf a tentang keterangan saksi penggugat yang
menyatakan bahwa saksi mengaku kenal dengan pemohon dan termohon
sebagai suami istri yang menikah pada 15 juni 2020, jika dikaitkan dengan data
nomor 5.3 tentang pertimbangan hakim yang menyatakan bahwa pemohon
adalah suami termohon, yang dapat mengajukan pembatalan perkawinan maka
dapat disimpulkan bahwa hakim dalam memutuskan perkara ini telah sesuai
dengan Pasal 23 Undang – Undang No 1 Tahun 1974 jo Pasal 73 Kompilasi
Hukum Islam.
E. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian serta pembahasan di atas dapat disimpulkan bahwa
majelis hakim hanya mempertimbangkan Pasal 27 ayat (2) Undang-Undang No.
1 Tahun 1974 tentang Perkawinan dan Pasal 72 ayat (2) Kompilasi Hukum
Islam (KHI) dalam mengabulkan permohonan pembatalan perkawinan. Menurut
peneliti untuk memperkuat putusan tersebut hakim dapat menambahkan Pasal 27
Ayat (3) Undang Undang Nomor 1 Tahun 1974. Hal ini karena dalam Pasal 27
Ayat (3) Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 disebutkan bahwa “Apabila
ancaman telah berhenti, atau yang bersalah sangka itu menyadari keadaannya, dan
dalam jangka waktu 6 (enam) bulan setelah itu masih tetap hidup sebagai suami
isteri, dan tidak mempergunakan haknya untuk mengajukan permohonan
pembatalan, maka haknya gugur.” Dari perkara ini dapat diketahui bahwa pemohon
mengetahui adanya salah sangka tersebut setelah 7 hari dan langsung mengajukan
permohonan pembatalan perkawinan ke Pengadilan Agama Purworejo yang
terhitung masih dalam jangka waktu kurang dari 6 bulan dan haknya dalam
mengajukan pembatalan perkawinan masih dapat dilakukan atau belum gugur.
F. Saran
G. Daftar Pustaka
1. Literatur
3. Sumber Lain
Putusan Pengadilan Agama Nomor 1166/Pdt.G/2020/PA.Pwr