Anda di halaman 1dari 19

PEMBATALAN PERKAWINAN KARENA ISTRI HAMIL

(Tinjauan Yuridis Penetapan Pengadilan Agama Purworejo Nomor


1166/Pdt.G/2020/ PA.Pwr)

ARTIKEL ILMIAH

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Memperoleh

Gelar Sarjana Hukum Pada Fakultas Hukum

Universitas Jenderal Soedirman

DISUSUN OLEH:

HANAN SALSABILA ZAYN

E1A018139

KEMENTERIAN PENDIDIKAN, KEBUDAYAAN, RISET DAN TEKNOLOGI


PROGRAM STUDI HUKUM PROGRAM SARJANA
FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
PURWOKERTO
2022
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS HUKUM
Jl. Prof. HR. Bunyamin 708 Grendeng, Purwokerto 53122
Telp. (0281) 638339, Fax. (0281) 627203
Laman: www.fh.unsoed.ac.id, E-mail: fh@unsoed.ac.id

ARTIKEL ILMIAH

1. Judul Skripsi : Pembatalan Perkawinan Karena Istri


Hamil (Tinjauan Yuridis Penetapan Pengadilan Agama Purworejo Nomor
1166/Pdt.G/2020/PA.Pwr)
2. Pelaksana Penelitian
a. Nama : Hanan Salsabila Zayn
b. NIM : E1A018139
c. Angkatan : 2018
d. Jumlah SKS : 148 SKS
e. Pembimbing Akademik : Budiman Setyo Haryanto, S.H., M.H.
f. Pembimbing Skripsi
1. Pembimbing I : Dr. Siti Muflichah, S.H,. M.H.
2. Pembimbing II : Haedah Faradz, S.H., M.H.
g. Program Studi : Ilmu Hukum
h. Ruang Lingkup Bagian : Keperdataan
1

PEMBATALAN PERKAWINAN KARENA ISTRI HAMIL


(Tinjauan Yuridis Penetapan Pengadilan Agama Purworejo Nomor
1166/Pdt.G/2020/ PA.Pwr)
Oleh:
Hanan Salsabila Zayn
E1A018139

ABSTRAK
Perkawinan adalah cara yang sah untuk memenuhi kebutuhan
mengembangkan keturunan dengan tujuan membentuk keluarga yang bahagia dan
kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa. Untuk mewujudkan perkawinan
tersebut maka suatu perkawinan harus memenuhi syarat dan rukun perkawinan.
Namun pada kenyataannya sering terjadi mempelai itu sendirilah yang membuat
rukun dan syarat perkawinan tidak terpenuhi sehingga perkawinan tersebut
dibatalkan. Seperti salah satunya Perkara Putusan Pengadilan Agama Purworejo,
dimana pemohon mengajukan pembatalan perkawinan dikarenakan pemohon
merasa ditipu oleh termohon yang ternyata sudah mengandung anak dari lelaki lain
disaat usia pernikahan mereka masih menginjak 7 hari sehingga pada akhirnya oleh
majelis hakim perkawinannya diputus dengan pembatalan perkawinan.

Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah Bagaimana dasar


pertimbangan hukum Hakim dalam membatalkan perkawinan karena istri sudah
hamil terhadap putusan Pengadilan Agama Purworejo Nomor 1166/Pdt.G/2020/
PA.Pwr. Data penelitian ini bersumber dari data sekunder berupa putusan
pengadilan, Literatur berupa buku – buku, jurnal yang relevan dengan penelitian ini
dan Perundang – Undangan. metode pengumpulan data dilakukan dengan studi
kepustakaan. Metode analaisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis
kualitatif.
Berdasarkan Hasil penelitian dan analisis data maka dapat disimpulkan
bahwa majelis hakim dalam membatalkan perkawinan dalam putusan Pengadilan
Agama Purworejo Nomor 1166/Pdt.G/2020/ PA.Pwr adalah mempertimbangkan
pasal 27 (2) UU Nomor 1 tahun 1974 Jo. Pasal 72 (2) Kompilasi Hukum Islam.
Menurut peneliti untuk memeperkuat penetapan pembatalan perkawinan
perkara ini sebaiknya hakim juga mencantumkan pasal 27 Ayat (3) Kompilasi
Hukum Islam.

Kata Kunci : Pembatalan Perkawinan, Istri Hamil, Penipuan


2

CANCELLATION OF MARRIAGE BECAUSE OF PREGNANT WIFE


(DECISION OF THE RELIGIOUS COURT
NO.1166/Pdt.G/2020/PA.Pwr)

Researcher :
Hanan Salsabila Zayn
E1A018139

ABSTRACT

Marriage is a legal way to fulfill the need to develop offspring with the aim
of forming a happy and eternal family based on God Almighty. To realize the
marriage, a marriage must meet the requirements and pillars of marriage. But in
reality, it is often the bride and groom themselves that make the pillars and
conditions of marriage not fulfilled so that the marriage is annulled. One of them is
the Purworejo Religious Court Decision Case, where the applicant filed for
marriage annulment because the applicant felt cheated by the respondent who
turned out to be pregnant with another man's child when their marriage was still 7
days old so that in the end the panel of judges decided the marriage was an
annulment.
The formulation of the problem in this study is how the judge's legal basis
for annul the marriage because the wife is pregnant against the decision of the
Purworejo Religious Court Number 1166/Pdt.G/2020/PA.Pwr. This research data
comes from secondary data in the form of court decisions, literature in the form of
books, journals relevant to this research and legislation. method of data collection
is done by literature study. The analytical method used in this research is qualitative
analysis.
Based on the results of the research and data analysis, it can be concluded
that the panel of judges in annulling the marriage in the decision of the Purworejo
Religious Court Number 1166/Pdt.G/2020/PA.Pwr was considering article 27 (2)
of Law Number 1 of 1974 Jo. Article 72 (2) Compilation of Islamic Law. According
to the researcher, to strengthen the determination of the annulment of marriage in
this case, the judge should also include Article 27 Paragraph (3) of the Compilation
of Islamic Law.

Keywords: Marriage Cancellation, Pregnant Wife, Fraud


3

A. Pendahuluan
1. Latar Belakang
Manusia merupakan mahluk ciptaan Tuhan yang mempunyai berbagai
macam kebutuhan dalam hidupnya dan setiap manusia tentu menginginkan
pemenuhan kebutuhannya secara tepat untuk dapat hidup sebagai manusia yang
sempurna, baik secara individu maupun sebagai bagian dari masyarakat. Menurut
Islam, cara yang sah untuk mengembangkan keturunan adalah melalui pernikahan.

Sesuai dengan Pasal 1 Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 Tentang


Perkawinan disebutkan bahwa “Perkawinan merupakan ikatan lahir batin antara
seorang pria dengan seorang wanita sebagai suami istri dengan tujuan membentuk
keluarga (rumah tangga) yang bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang
Maha Esa”. Untuk mewujudkan tujuan tersebut, suatu perkawinan harus memenuhi
syarat dan rukun perkawinan. Jika suatu perkawinan tidak memenuhi syarat dan
rukun, maka perkawinan tersebut dapat dicegah dan atau dibatalkan.

Seperti salah satunya Perkara pada Penetapan Pengadilan Agama Purworejo,


dimana pemohon mengajukan pembatalan perkawinan dikarenakan termohon
sudah hamil 7 bulan disaat usia pernikahan mereka masih menginjak 7 hari
sehingga pada akhirnya oleh majelis hakim perkawinannya diputus dengan
pembatalan perkawinan.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka rumusan masalah yang dapat
diambil adalah:
Bagaimana dasar pertimbangan hukum Hakim dalam mengabulkan Permohonan
Pembatalan Perkawinan karena istri sudah hamil (Tinjauan Yuridis Penetapan
Pengadilan Agama Purworejo Nomor 1166/Pdt.G/2020/ PA.Pwr)?
C. Metode Penelitian
1. Tipe Penelitian : Normatif
2. Spesifikasi Penelitian : Perskriptif Analitis
3. Lokasi Penelitian : UPT Perpustakaan Universitas
4

Jenderal Soedirman Purwokerto dan Pusat


Informasi Ilmiah Fakultas Hukum
Universitas Jenderal Soedirman Purwokerto
4. Sumber Data : Data Sekunder
5. Metode Pengumpulan Data : Studi Kepustakaan
6. Metode Penyajian Data : Teks Naratif
7. Metode Analisis Data : Normatif Kualitatif

D. Hasil Penelitian dan Pembahasan


Hasil Penelitian
1. Subyek Hukum
1.1 Pihak Pemohon
Nama Akhad Choirul Al Amin, umur 28 Tahun, Agama Islam, Pekerjaan
disamarkan, tempat kediaman kabupaten Wonosobo
1.2 Pihak Termohon
Nama Ana Lailatul Maghfiroh, umur 20 Tahun, Agama Islam, Pekerjaan
disamarkan, tempat kediaman di Kaliduren Rt.03/Rw.01 Purworejo.

2. Petitum
2.1 Primer
a. Menerima dan mengabulkan Permohonan Pembatalan Nikah Pemohon untuk
seluruhnya
b. Menetapkan, Membatalkan Perkawinan dan atau Pernikahan antara Pemohon
dengan Termohon yang telah dilangsungkan di Kantor Urusan Agama Kecamatan
xxxxx Kabupaten Purworejo pada Senin Tanggal 15 Juni 2020;
c. Menyatakan Akta Nikah dan Kutipan Akta Nikah Nomor 143/30/VI/2020
tanggal 15 Juni 2020 yang dikeluarkan oleh Kantor Urusan Agama Kecamatan
xxxxx Kabupaten Purworejo tidak berkekuatan hukum
d. Membebankan seluruh biaya perkara ini menurut hukum
2.2 Subsidair
Atau memohon yang seadil-adilnya
5

3. Duduk Perkara
3.1. Bahwa Pemohon dan Termohon telah melangsungkan pernikahan
secara sah menurut hukum negara maupun sesuai dengan hukum agama
Islam pada hari Senin tanggal 15 Juni 2020 bertepatan dengan tanggal 24
Syawwal 1441 H di depan Petugas Pencatatan Pernikahan Kantor Urusan
Agama (KUA) Kecamatan (disamarkan), Kabupaten Purworejo
sebagaimana tercantum dalam Kutipan Akta Nikah Nomor: 143/30/VI/2020
tertanggal 15 Juni 2020;
3.2. Bahwa setelah pernikahan Pemohon mengajak Termohon untuk
melakukan hubungan suami istri, namun Termohon menolak dengan alasan
sedang datang bulan. Setelah 2 (dua) hari pernikahan Pemohon dan
Termohon melakukan hubungan layaknya pasangan suami istri (ba’da
dhukul), karena kurangnya pengetahuan Pemohon dan pada dasarnya
Pemohon belum pernah pacaran/berhubungan menjalin asmara dengan
wanita manapun dan tidak mengetahui bahwa Termohon telah mengandung
selama kurang lebih 7 (tujuh) bulan, dan ketika Pemohon menanyakan
perihal pernahkah Termohon melakukan hubungan layaknya suami istri
sebelum menikah?, namun Termohon tidak kunjung menjawab dan malah
menangis
3.3. Bahwa setelah seminggu (7 hari) pernikahan Pemohon dengan
Termohon berjalan, barulah Termohon mengakui bahwa Termohon sudah
pernah melakukan hubungan layaknya suami istri dengan mantan pacarnya
dan pada saat sekarang sedang mengandung anak mantan kekasihnya.
Pengakuan Termohon sontak membuat shock Pemohon yang pada awalnya
tidak mengetahui tentang hal tersebut dan pengakuan dari Termohon
kandungan yang ada diperutnya bukan anak dari Pemohon melainkan dari
laki-laki lain yang dulunya menjadi kekasih Termohon
3.4. Bahwa sebelumnya, Pemohon kenal dengan Termohon baru sekitar 2
(dua) bulan sebelum pernikahan dan tidak mengetahui kondisi daripada
Termohon yang sudah mengandung anak dari laki-laki lain yaitu mantan
kekasih Termohon dan setelah 2 (dua) bulan Pernikahan Pemohon dan
6

Termohon berlangsung sekitar tanggal 5 Agustus 2020 lahirlah anak


Termohon hasil dari hubungannya dengan laki-laki yang disebut sebagai
mantan kekasihnya
3.5. Bahwa pada saat Pemohon dan Termohon awal kenal dimana Pemohon
beberapa kali main ke tempat Termohon, Pemohon ditanya oleh orangtua
Termohon perihal keseriusan menjalin hubungan dengan anaknya, maka
dengan niat baik Pemohon menjawab bahwa Pemohon serius dan ingin
melangkah ke jenjang pernikahan
3.6.Bahwa pada saat pertemuan keluarga Pemohon dan Termohon
dilangsungkan, pihak keluarga Pemohon menanyakan tentang status
daripada Termohon, maka keluarga Termohon menjawab bahwa status
Termohon single/sendirian dan tidak dalam keadaan mengandung;
3.7.Bahwa Pemohon merasa ditipu dan dibohongi dengan keadaan Termohon
yang setelah pernikahan mengakui dan menerangkan bahwa Termohon telah
hamil sekitar 7 bulanan usia kehamilan yang kandungan tersebut merupakan
bukan anak dari Pemohon melainkan dari laki-laki lain. Padahal
sebelumnya Pemohon belum pernah melakukan hubungan layaknya suami
istri dengan Termohon sebelum sah baik secara agama maupun negara;
3.8. Bahwa dengan adanya kejadian tersebut dimana Pemohon merasa
dirugikan karena tertipu oleh Termohon maka Pemohon merasakan
terpukul dan merasakan tekanan bathin yang luar biasa dan rasa malu yang
tidak bisa diungkapkan dengan kata-kata kepada warga dan masyarakat baik
di lingkungan Pemohon maupun Termohon
3.9. Bahwa berdasarkan keterangan dan kronologi tersebut diatas maka
Pernikahan antara Pemohon dan Termohon telah nyata terdapat unsur
penipuan, salah sangka mengenai keadaan diri atau status dari Pemohon
(istri) sebagaiamana tersebut dalam Pasal 27 ayat (2) Undang-Undang No.
1 Tahun 1974 tentang Perkawinan dan Pasal 72 ayat (2) Kompilasi Hukum
Islam (KHI);
3.10. Bahwa untuk menguatkan Permohonan Pemohon, berdasarkan Putusan
Nomor:0230/Pdt.G/2007/PA.Wno Pengadilan Agama Wonosari yang
7

menyatakan bahwa Pernikahan dapat dibatalkan dengan sengaja menutupi


keadaan diri Termohon (istri) yang sedang hamil pada saat pernikahan,
sehingga pernikahan tersebut mengandung unsur penipuan terhadap
keadaan diri Termohon. Telah sesuai dan hampir sama dengan
keadaan/kejadiaan yang dialami oleh Pemohon;
3.11. Bahwa tidak ada cara lain bagi Pemohon untuk melakukan Pembatalan
Nikah selain mengajukan Permohonan Pembatalan Nikah ini ke Pengadilan
Agama Purworejo/Majelis Hakim Pemeriksa perkara
4. Alat Bukti
4.1 Alat Bukti Surat
4.1.1. Fotokopi Akta Nikah dari Kantor Urusan Agama Kecamatan (disamarkan),
Kabupaten Purworejo Nomor : 143/30/VI/2020 tanggal 15 Juni 2020
yang telah dicocokkan dengan aslinya dan sesuai serta telah dinazegelen
diberi tanda
4.1.2 Fotokopi Tanda Penduduk dari Kantor Kependudukan dan Pencatatan
Sipil Kabupaten Wonosobo nomor : (disamarkan) tanggal 25 Januari
2015 yang telah dicocokkan dengan aslinya dan sesuai serta telah
dinazegelen diberi tanda
4.1.3 Fotokopi Surat Keterangan Kelahiran nomor: 445/1050/2020 dari RSUD
Dr. Tjitrowardojo, Kabupaten Purworejo tanggal 05 Agustus 2020 yang
telah dicocokkan dengan aslinya dan sesuai serta telah dinazegelen
diberi tanda
4.1.4 Fotokopi Surat perjanjian dan kesepakatan antara Pemohon dan
Termohon beserta ayah kandung Termohon tanggal 02 September 2020
yang telah dicocokkan dengan aslinya dan sesuai serta telah dinazegelen
diberi tanda
4.1.5 Asli Surat pernyataan Termohon beserta ayah kandung Termohon tanggal
07 September 2020 yang telah dicocokkan dengan aslinya dan sesuai
serta telah dinazegelen diberi tanda
4.2 Keterangan Saksi
4.2.1 saksi 1, umur 31 tahun, agama islam, pekerjaan wiraswasta bertempat
8

tinggal di Wonosobo, di bawah sumpahnya memberikan keterangan pada


pokoknya sebagai berikut:
a. Bahwa saksi mengaku kenal dengan Pemohon dan Termohon sebagai
suami istri yang menikah 15 Juni 2020;
b. Bahwa Pemohon dan Termohon melangsungkan pernikahannya di
Kantor Urusan Agama Kecamatan (disamarkan) Purworejo;
c. Bahwa saksi mengetahui tujuan Pemohon ke Pengadilan Agama
Purworejo adalah mengajukan pembatalan perkawinannya dengan
Termohon;
d. Bahwa Pemohon mengajukan pembatalan perkawinan dengan
Termohon karena Pemohon merasa dibohongi/ditipu Termohon karena
1 minggu setelah menikah ternyata Termohon telah hamil dan diakui oleh
Termohon dan setelah 3 bulan kemudian tepatnya tanggal 05 Agustus
2020 Termohon melahirkan seorang anak laki-laki, akibatnya Pemohon
depresi;
e. Bahwa saksi mengetahui proses sebelum Pemohon dan Termohon
menikah berawal tanggal 20 Mei 2020 dilakukan lamaran, kemudian
tanggal 06 Juni 2020 seserahan dan tanggal 15 Juni 2020 dilaksanakan
pernikahan;
f. Bahwa saat ini Pemohon dan Termohon sudah berpisah Termohon
tinggal di (disamarkan) bersama orang tuanya
4.2.2 Saksi 2, umur 59 tahun, agama islam, pekerjaan wiraswasta bertempat
tinggal di Wonosobo, di bawah sumpahnya memberikan keterangan pada
pokoknya sebagai berikut:
a. Bahwa saksi mengaku kenal dengan Pemohon dan Termohon sebagai
suami istri yang menikah 15 Juni 2020;
b. Bahwa Pemohon dan Termohon melangsungkan pernikahannya di
Kantor Urusan Agama Kecamatan (disamarkan) Purworejo;
c. Bahwa saksi mengetahui tujuan Pemohon ke Pengadilan Agama
Purworejo adalah mengajukan pembatalan perkawinannya dengan
Termohon;
9

d. Bahwa Pemohon mengajukan pembatalan perkawinannya dengan


Termohon karena Pemohon merasa dibohongi/ditipu Termohon karena
1 minggu setelah menikah ternyata Termohon telah hamil dan diakui oleh
Termohon dan setelah 3 bulan kemudian tepatnya tanggal 05 Agustus
2020 Termohon melahirkan seorang anak laki-laki, akibatnya Pemohon
depresi;
e. Bahwa saksi mengetahui proses sebelum Pemohon dan Termohon
menikah berawal tanggal 20 Mei 2020 dilakukan lamaran, kemudian
tanggal 06 Juni 2020 seserahan dan tanggal 15 Juni 2020 dilaksanakan
pernikahan;
f. Bahwa sebelum menikah waktu melamar dalam sambutannya telah
ditanya pada keluarga Termohon terhadap status Termohon Padang atau
peteng (hitam atau putih) dijawab oleh keluarga Termohon padang
(putih) artinya Termohon benar-benar tidak ada masalah terhadap
dirinya;
g. Bahwa saat ini Pemohon dan Termohon sudah berpisah
Termohon tinggal di (disamarkan) bersama orang tuanya;
5. Pertimbangan Hukum Hakim
5.1 Menimbang, bahwa berdasarkan alat bukti, terbukti Perkawinan
Pemohon dan Termohon dilaksanakan di wilayah Hukum Pengadilan Agama
Purworejo oleh karena itu sesuai dengan ketentuan Pasal 25 Undang-Undang
Nomor 1 Tahun 1974 Jo. 37 ayat (1) Peraturan Pemerintah Nomor 9 Tahun
1975 Jo. Pasal 74 Kompilasi Hukum Islam, perkara ini termasuk wewenang
Pengadilan Agama Purworejo;
5.2 Menimbang, bahwa berdasarkan alat bukti ternyata antara Pemohon
dan Termohon telah melangsungkan pernikahan sebagaimana tercatat di
Kantor Urusan Agama Kecamatan (disamarkan) Kab. Purworejo
sebagaimana kutipan Akta Nikah Nomor :143/30/VL/2020 tanggal 15 Juni
2020;
5.3 Menimbang, bahwa berdasarkan bukti data 3.2 sesuai permohonan
Pemohon, Pemohon adalah suami Termohon warga penduduk;
10

(disamarkan), Kabupaten Wonosobo yang menikah dengan Termohon


warga penduduk (disamarkan), Purworejo;
5.4 Menimbang, bahwa dari usia pernikahan Pemohon dan Termohon
dari tanggal 15 Juni 2020 sampai melahirkan anak 05 Agustus 2020 lebih
kurang 2 bulan melahirkan anak hal ini mustahil kalau anak yang lahir adalah
hasil hubungan Pemohon dengan Termohon;
5.5 Menimbang, bahwa berdasarkan alat bukti berupa Surat Kesepakatan
antara Pemohon, Termohon dan orang tua kandung Termohon yang
menyatakan bahwa ia telah mengakui membohongi dan menipu Akhad
Choirul Al Amin yang tidak mengatakan jujur terhadap kondisi Ana Lailatul
Maghfiroh yang telah mengandung anak dari orang lain
5.6 Menimbang, bahwa dengan adanya surat
kesepakatan tersebut berarti dalam hal ada yang disembunyikan terhadap
keadaan yang sebenarnya terhadap diri termohon
5.7 Menimbang, bahwa dari posita yang telah dikemukakan oleh
Pemohon bahwa Pemohon dalam mengajukan Permohonan pembatalan nikah
telah mendalilkan alasan-alasan sebagai berikut:
a. Bahwa Pemohon dan Termohon telah melangsungkan pernikahan
pada tanggal 15 Juni 2020 di Kecamatan (disamarkan) sebagaimana
kutipan Akta Nikah Nomor: 143/30/VL/2020 tanggal 15 Juni 2020;
b. Bahwa sejak kenal dengan Termohon sampai saat menikah,
Pemohon belum pernah melakukan hubungan sex atau bergaul
sebagaimana layaknya suami istri dengan Termohon
c. Bahwa setelah Pemohon dan Termohon menikah secara resmi pada
tanggal 15 Juni 2020 Pemohon mengajak Termohon untuk
melakukan hubungan suami istri ketika itu Termohon menolak
dengan alasan Termohon lagi datang bulan, setelah 2 hari dari
pernikahan Pemohon dan Termohon melakukan hubungan layaknya
suami istri karena Pemohon belum punya pengalaman melakukan
hubungan tersebut baik sebelum menikah ataupun setelah menikah
ternyata Termohon sudah hamil 7 bulan ketika Pemohon bertanya
11

kepada Termohon tentang apakah pernah sebelum menikah


berhubungan dengan orang lain, Termohon hanya menangis,
kemudian 7 hari (satu minggu selelah pernikahan) Termohon
mengakui sudah pernah melakukan hubungan layaknya suami istri
dengan bekas pacarnya dan mengakui kalau anak yang dikandung
Termohon adalah hasil hubungannya dengan mantan pacarnya,
seketika itu Pemohon shok;
d. Bahwa Pemohon merasa tertipu dengan keadaan Termohon tersebut,
sehingga telah memenuhi unsur penipuan yang tercantum dalam
pasal 27 (2) UU Nomor 1 tahun 1974 Jo. Pasal 72 (2) Kompilasi
Hukum Islam;
5.8 Menimbang, bahwa berdasarkan fakta-fakta kejadian dan fakta
hukum tersebut di atas, maka majelis berpendapat telah terbukti secara
sah dan meyakinkan bahwa Termohon telah dengan sengaja menutup-
nutupi keadaan diri Termohon yang sedang hamil pada saat pernikahan,
sehingga pernikahan tersebut mengandung unsur penipuan;
5.9 Menimbang, bahwa berdasarkan apa yang telah terbukti
sebagaimana tersebut di atas, ternyata Pemohon merasa tertipu dan tidak
dapat melanjutkan rumah tangganya dengan Termohon, sehingga hal
tersebut sangat menggangu batin Pemohon, oleh karena itu majelis menilai
jika rumah tangga Pemohon dan Termohon tetap diteruskan maka
kemadlaratan yang akan menimpa keduanya, oleh karena itu untuk
menyelamatkan mereka dari keadaan tersebut melalui pembatalan
pernikahan merupakan tindakan yang lebih baik dan maslahat bagi
keduanya daripada tetap mempertahankan perkawinan;
5.10 Menimbang, bahwa berdasarkan pertimbangan-pertimbangan
tersebut di atas, maka majelis berkesimpulan bahwa permohonan pemohon
telah cukup alasan untuk melakukan pembatalan nikah sesuai dengan pasal
72 ayat (2) Inpres Nomor 1 Tahun 1991 tentang Kompilasi Hukum Islam,
oleh karena itu permohonan Pemohon patut untuk dikabulkan;
5.11 Menimbang, bahwa berdasarkan fakta-fakta kejadian dan fakta
12

hukum tersebut di atas, maka majelis berpendapat telah terbukti secara


sah dan meyakinkan bahwa Termohon telah dengan sengaja menutup-
nutupi keadaan diri Termohon yang sedang hamil pada saat pernikahan,
sehingga pernikahan tersebut mengandung unsur penipuan;
Pembahasan
Kewenangan Pengadilan Agama Purworejo dalam menetapkan pembatalan
perkawinan perkara ini memiliki pertimbangan hakim yang menyatakan bahwa
berdasarkan bukti 4.1.1 yaitu fotokopi akta nikah dari Kantor Urusan Agama
Kecamatan (disamarkan) kabupaten Purworejo Nomor : 143/30/VI/2020
Tanggal 15 Juni 2020 terbukti bahwa perkawinan pemohon dan termohon
dilaksanakan di wilayah Hukum Pengadilan Agama Purworejo oleh karena itu
sesuai dengan ketentuan Pasal 25 Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 jo.
Pasal 37 Ayat (1) Peraturan Pemerintah Nomor 9 Tahun 1975 Jo. Pasal 74
Kompilasi Hukum Islam, perkara ini termasuk wewenang pengadilan. Menurut
Yahya Harahap, Asas Personalitas keislaman adalah salah satu asas umum yang
melekat pada lingkungan Peradilan Agama. Kunci utama dari konsep ini adalah
keislaman, yaitu hanya mereka yang mengaku dirinya pemeluk Agama Islam
adalah yang tunduk dan yang dapat ditundukkan kepada kekuasaan lingkungan
Peradilan Agama.1 Kewenangan Pengadilan Agama tersebut sudah sesuai
dengan Pasal 49 ayat (1) Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1989 Tentang
Peradilan Agama sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 3
Tahun 2006 Tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1989
Tentang Peradilan Agama sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang
Nomor 50 Tahun 2009 Tentang Perubahan Kedua atas Undang-Undang Nomor
7 Tahun 1989 Tentang Peradilan Agama. Disebutkan dalam Pasal 49 ayat 2
Undang –Undang Nomor 7 tahun 1989 “Bidang perkawinan yang dimaksud dalam
ayat (1) huruf a yaitu hal - hal yang diatur dalam undang-undang yang berlaku
mengenai perkawinan”.
Berdasarkan hasil penelitian data nomor 1 tentang subjek hukum dijelaskan

1
M. Yahya Harahap, Hukum Perkawinan Nasional CV Zahir Trading CO, Medan,
1975,hal . 37-38
13

bahwa pemohon dan termohon sama-sama beragama islam dan berdasarkan data
nomor 3.1 keduanya telah melangsungkan pernikahannya secara islam, maka pihak
pemohon mengajukan permohonan pembatalan perkawinan ke Pengadilan Agama
Purworejo. Jika dikaitkan dengan data nomor 5.1 tentang pertimbangan hukum
hakim yang menyebutkan bahwa Perkawinan Pemohon dan Termohon
dilaksanakan di wilayah Hukum Pengadilan Agama Purworejo, sehingga dapat
disimpulkan bahwa Pengadilan Agama Purworejo memiliki kewenangan untuk
menyelesaikan perkara ini sesuai dengan ketentuan Pasal 25 Undang-Undang
Nomor 1 Tahun 1974 Jo. 37 ayat (1) Peraturan Pemerintah Nomor 9 Tahun 1975
Jo. Pasal 74 Kompilasi Hukum Islam.
Perkawinan yang tidak memenuhi syarat maka dapat dibatalkan
berdasarkan Pasal 22 sampai Pasal 28 Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974.
Menurut Pasal 26 dan Pasal 27 Undang – Undang No 1 Tahun 1974 dijelaskan
bahwa alasan – alasan pembatalan perkawinan yaitu :
1. Perkawinan yang dilangsungkan di hadapan pegawai pencatat perkawinan yang
tidak berwenang.
2. Wali nikah yang melakukan perkawinan itu tidak sah
3. Perkawinan dilangsungkan tanpa dihadiri oleh 2 (dua) orang saksi
4. Perkawinan dilangsungkan di bawah ancaman yang melanggar hukum
5. Ketika perkawinan berlangsung terjadi salah sangka mengenai diri suami
atau istri.
Menurut Pasal 27 ayat 2 Undang-Undang Perkawinan No 1 Tahun 1974 :
“Seorang suami atau isteri dapat mengajukan permohonan pembatalan perkawinan
apabila pada waktu berlangsungnya perkawinan terjadi salah sangka mengenai diri
suami atau isteri”

Pasal 72 Kompilasi Hukum Islam menegaskan bahwa alasan - alasan adanya


pembatalan perkawinan yaitu :
1. Seorang suami atau istri dapat mengajukan permohonan pembatalan
perkawinan apabila perkawinan dilangsungkan di bawah anacaman
yang melanggar hukum
2. Seorang suami atau istri dapat mengajukan permohonan pembatalan
14

perkawinan apabila pada waktu berlangsungnya perkawinan terjadi


penipuan atau salah sangka mengenai diri suami atau istri
3. Apabila ancaman telah berhenti atau yang bersalah sangka itu
menyadari keadaannya dan dalam jangka waktu 6 (enam) bulan
setelah itu masih tetap hidup sebagai suami istri, dan tidak dapat
menggunakan haknya untuk mengajukan permohonan pembatalan,
maka haknya gugur.
Berdasarkan hasil penelitian data nomor 3.9 tentang duduk perkara dapat dijelaskan
bahwa berdasarkan keterangan dan kronologi yang ada maka pernikahan antara
pemohon dan termohon telah nyata terdapat unsur penipuan, salah sangka mengenai
kadaan diri atau status dari pemohon (istri) seperti tersebut dalam Pasal 27 ayat 2
Undang-Undang No 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan dan Pasal 72 ayat 2
Kompilasi Hukum Islam (KHI) jika dikaitkan dengan data nomor 5.8 tentang
pertimbangan hakimnya yang menyatakan bahwa majelis hakim berpendapat telah
terbukti secara sah dan meyakinkan bahwa termohon telah dengan sengaja menutup
– nutupi keadaan diri termohon yang sedang hamil pada saat pernikahan,
Selanjutnya sesuai dengan pertimbangan hakim data nomor 5.7.d yang menyatakan
bahwa pemohon merasa tertipu dengan keadaan Termohon, sehingga telah
memenuhi unsur penipuan. Kemudian hasil penelitian data nomor 4.1.3 tentang alat
bukti berupa fotokopi Surat Keterangan Kelahiran Nomor 445/1050/2020 dari
RSUD Dr. Tjitrowardojo dan data nomor 5.4 tentang pertimbangan hakim yang
menyatakan bahwa termohon telah melahirkan seorang bayi laki-laki pada tanggal
05 Agustus 2020 lebih kurang 2 bulan melahirkan anak hal ini mustahil jika anak
yang lahir adalah hasil hubungan pemohon dengan termohon, maka berdasarkan
data tersebut dapat diketahui bahwa termohon telah melahirkan seorang putra pada
tanggal 05 Agustus 2020 dimana pada saat termohon melahirkan, usia pernikahan
dengan pemohon masih berjalan kurang lebih 2 bulan dan dapat diartikan bahwa
termohon telah mengandung sebelum pernikahan terjadi. Maka hakim dalam
membatalkan perkawinan, mendasarkan pada Pasal 27 Ayat 2 Undang-undang
Perkawinan No 1 Tahun 1974 jo Pasal 72 ayat 2 Kompilasi Hukum Islam. Menurut
peneliti hakim dapat menambahkan Pasal 27 ayat 3 Undang-Undang Nomor 1
15

Tahun 1974 yaitu :


Apabila ancaman telah berhenti, atau yang bersalah sangka itu menyadari
keadaannya, dan dalam jangka waktu 6 (enam) bulan setelah itu masih tetap hidup
sebagai suami isteri, dan tidak mempergunakan haknya untuk mengajukan
permohonan pembatalan, maka haknya gugur.
Pasal tersebut dapat digunakan untuk memperkuat putusan perkara ini, karena
penggugat baru mengetahui keadaan tergugat yang sedang mengandung (anak dari
lelaki lain) saat usia pernikahan 2 bulan.
Menurut Pasal 23 Undang – Undang Nomor 1 Tahun 1974 pihak – pihak yang dapat
mengajukan pembatalan perkawinan yaitu :
1. Para keluarga dalam keturunan harus lurus ke atas dari suami atau istri
2. Suami atau istri
3. Pejabat yang berwenang hanya selama perkawinan belum diputuskan
4. Pejabat yang ditunjuk tersebut (ayat 2) Pasal 16 Undang-Undang ini dan
setiap orang yang mempunyai kepentingan hukum secara langsung
terhadap perkawinan tersebut, tetapi hanya setelah perkawinan itu putus.
Selanjutnya berdasarkan Pasal 73 Kompilasi Hukum Islam pihak-pihak yang dapat
membatalkan perkawinan yaitu :
1. Para keluarga dalam garis keturunan lurus ke atas dan ke bawah dari suami atau
istri.
2. Suami atau istri
3. Pejabat yang berwenang mengawasi pelaksanaan perkawinan menurut
Undang-Undang
4. Para pihak yang berkepentingan yang mengetahui adanya cacat dalam rukun
dan syarat perkawinan menurut hukum Islam dan peraturan Perundang-
Undangan sebagaimana tersebut dalam Pasal 67.2
Berdasarkan hasil penelitian data nomor 4.1.1 tentang alat bukti yaitu Fotokopi
Akta Nikah dari Kantor Urusan Agama Kecamatan (disamarkan), Kabupaten
Purworejo Nomor : 143/30/VI/2020 tanggal 15 Juni 2020 yang didukung

2
H.Zaeni Asyahdie dkk, Hukum Keluarga Menurut Hukum Positif di Indonesia, Raja
grafindo Persada , Depok, 2020,.hlm 143.
16

dengan data nomor 4.2.1 huruf a tentang keterangan saksi penggugat yang
menyatakan bahwa saksi mengaku kenal dengan pemohon dan termohon
sebagai suami istri yang menikah pada 15 juni 2020, jika dikaitkan dengan data
nomor 5.3 tentang pertimbangan hakim yang menyatakan bahwa pemohon
adalah suami termohon, yang dapat mengajukan pembatalan perkawinan maka
dapat disimpulkan bahwa hakim dalam memutuskan perkara ini telah sesuai
dengan Pasal 23 Undang – Undang No 1 Tahun 1974 jo Pasal 73 Kompilasi
Hukum Islam.

E. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian serta pembahasan di atas dapat disimpulkan bahwa
majelis hakim hanya mempertimbangkan Pasal 27 ayat (2) Undang-Undang No.
1 Tahun 1974 tentang Perkawinan dan Pasal 72 ayat (2) Kompilasi Hukum
Islam (KHI) dalam mengabulkan permohonan pembatalan perkawinan. Menurut
peneliti untuk memperkuat putusan tersebut hakim dapat menambahkan Pasal 27
Ayat (3) Undang Undang Nomor 1 Tahun 1974. Hal ini karena dalam Pasal 27
Ayat (3) Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 disebutkan bahwa “Apabila
ancaman telah berhenti, atau yang bersalah sangka itu menyadari keadaannya, dan
dalam jangka waktu 6 (enam) bulan setelah itu masih tetap hidup sebagai suami
isteri, dan tidak mempergunakan haknya untuk mengajukan permohonan
pembatalan, maka haknya gugur.” Dari perkara ini dapat diketahui bahwa pemohon
mengetahui adanya salah sangka tersebut setelah 7 hari dan langsung mengajukan
permohonan pembatalan perkawinan ke Pengadilan Agama Purworejo yang
terhitung masih dalam jangka waktu kurang dari 6 bulan dan haknya dalam
mengajukan pembatalan perkawinan masih dapat dilakukan atau belum gugur.
F. Saran

Hakim dalam pertimbangan hukumnya, sebaiknya mengkaitkan dengan pasal-pasal


yang terkait dengan perkara yang bersangkutan .
17

G. Daftar Pustaka

1. Literatur

Asyahdir, H. Zaeni Dkk. (2020). Hukum Keluarga Menurut Hukum Positif di


Indonesia . depok: Rajagrafindo Persada.
Harahap, M. Yahya. (1975). Hukum Perkawinan Nasional. Medan: CV Zahir
Trading CO.

2. Peraturan Perundang-Undangan dan Peraturan Lainnya

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan,


(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1974 Nomor 1, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3019).
Instruksi Presiden Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 1974 Tentang Kompilasi
Hukum Islam.
Peraturan Pemerintah Nomor 9 Tahun 1975 Tentang Pelaksanaan Undang-Undang
Nomor 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan.

3. Sumber Lain
Putusan Pengadilan Agama Nomor 1166/Pdt.G/2020/PA.Pwr

Anda mungkin juga menyukai